Bab 1
Bab 1
BAB 1
PENDAHULUAN
ISPA, Kusta, Filariasis, penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I),
dan banyak penyakit lainnya yang jumlah penderitanya masih tinggi. Penyakit
Kusta termasuk penyakit tertua, yang telah ada sejak 1400 tahun
yang masih menimbulkan masalah cukup komplek baik dari segi medis, sosial
maupun ekonomi. Penyakit Kusta juga dapat menyebabkan kecacatan fisik yang
bagi penderita dan pada para petugas kesehatan sendiri. Umumnya Kusta terdapat
pemulihan kesehatan di bidang penyakit Kusta, maka penyakit Kusta sudah dapat
diatasi dan seharusnya tidak lagi menjadi masalah kesehatan (Kemenkes, 2012).
WHO (2013) melaporkan bahwa jumlah kasus baru Kusta di dunia dari
tahun 2005 sampai 2012 mencapai 2.004.590 kasus. Kasus Kusta yang terdaftar
1
2
pada akhir trimester pertama tahun 2013 adalah 189.018 kasus dengan prevalensi
sebesar 0,33. Wilayah endemis utama penyakit Kusta adalah Afrika, Amerika,
Asia Tenggara, Mediterania Timur dan Pasifik Barat. India merupakan negara
periode 2009 sampai 2013. Angka tersebut secara rinci dapat dilihat pada Gambar
1.1 berikut:
Gambar 1.1 menunjukkan tren kasus baru Kusta yang secara umum
mengalami penurunan dari tahun 2009-2013. Kasus baru pada tahun 2009
berjumlah 21.026 kasus, kemudian menurun pada tahun 2010 dengan 19.741.
Peningkatan terjadi pada tahun 2011 dengan jumlah 23.169 kasus, namun pada
tahun 2012 terjadi penurunan hingga mencapai 16.123 kasus, dan kembali terjadi
petugas kesehatan dalam menemukan kasus baru secara aktif. Adanya penurunan
3
kasus yang ditemukan pada tahun 2012 diperkirakan efek dari program
Sampang. Selama kurun waktu tersebut secara umum tren jumlah kasus baru
masih belum menunjukkan penurunan yang berarti terkait situasi penyakit Kusta
di Indonesia.
tahun 2012 tentang target pencapaian kinerja pengendalian Kusta dengan target
besar wilayahnya tidak mencapai target yang ditetapkan. Selama periode 2013 –
Kabupaten memiliki tingkat prevalensi yang tinggi dan masih jauh dari standar
nasional yang ditetapkan. Secara jelas urutan tingkat prevalensi penyakit Kusta di
Prevalensi
No Kabupaten/Kota Rerata
2013 2014 2015
1 Sampang 4,2 5,1 5,6 5,0
2 Sumenep 3,9 4,2 3,8 4,0
5 Pamekasan 2,6 3,1 3,8 3,2
3 Bangkalan 3,8 2,6 2,5 3,0
4 Situbondo 2,6 2,4 2,8 2,6
7 Probolinggo 2,0 1,5 2,1 1,9
8 Lumajang 1,7 1,4 1,7 1,6
9 Lamongan 2,4 0,1 1,4 1,3
12 Probolinggo 1,3 1 1,6 1,3
10 Jember 1,2 1,4 1,3 1,3
11 Pasuruan 1,3 1,3 1,2 1,3
Dilanjutkan dihalaman berikut…
4
Sampang sebagai high endemic Kusta dengan rerata prevalensi tertinggi yaitu
5
mencapai tujuan dapat dipengaruhi sejumlah faktor, baik yang bersifat eksternal
maupun internal organisasi. Faktor yang berasal dari segi eksternal dapat
dipengaruhi oleh lingkungan sekitar dari organisasi dan dari segi internal
suasana kerja yang baik atau dengan kata lain disebut dengan organzational
serangkaian sifat lingkungan kerja yang dinilai langsung atau tidak langsung oleh
karyawan.
6
pada pada tingginya job involvement pada organisasi tersebut. Job involvement
individu, yang meliputi suatu hubungan yang aktif dengan organisasi dimana
involvement dapat dianggap sebagai salah satu faktor penting yang memiliki peran
dan pemberantasan Kusta masih jauh dari standar nasional. Penetapan capaian
dalam P2 Kusta sesuai dengan target yang ditentukan dalam buku pedoman Kusta
Proporsi cacat tingkat 2 <5%. Berdasarkan data tersebut diatas, maka masalah
INPUT
A. FAKTOR ORGANISASI
1. Rotasi Pekerjaan
2. Kebijakan Program Kusta
3. Kerjasama Lintas Sektor
4. Kepemimpinan
5. Organizational Climate
6. Job Involvment
7. Sarana dan Prasarana
a. Peralatan dan obat-
obatan
b. Keterjangkauan OUTPUT
8. Sumberdaya Manus PROSES
a. Masa Kerja Tidak Tercapainya
b. Beban Kerja 1. Perencanaan Target Kinerja
c. Persepsi Dukungan 2. Penggerakan Program
Organisasi dan Pemberantasan dan
d. Persepsi Petugas Pelaksanaan Pengendalian
Terhadap Kusta Penyakit Kusta di
3. Pengawasan,
Kabupaten Sampang
B. FAKTOR MASYARAKAT Pengendalian, Pada Tahun 2013-
1. Sosial Ekonomi dan Penilaian 2015 (CDR
2. Persepsi Masyarakat 51,0/100.000 , PR
Tentang Kusta 5,0/10.000 dan Cacat
3. Perilaku Hidup Bersih dan TK II 16,1%)
Sehat
4. Keterlibatan Tokoh
Masyarakat
C. FAKTOR LINGKUNGAN
1. Geografis
2. Kesehatan Lingkungan
1. Input
a. Faktor Organisasi
masalah terdiri dari: 1) rotasi pekerjaan, 2) kebijakan tentang Kusta, 3) kerja sama
1) Rotasi Pekerjaan
berdampak positif dan negatif. Positifnya dengan rotasi pekerjaan maka akan
mengurangi kebosanan dan tingkat kejenuhan petugas dalam bekerja, tetapi juga
memiliki dampak yang negatif yaitu dengan rotasi pekerjaan maka pemegang
dalam P2 Kusta di Kabupaten Sampang tidak baik, capaian dalam P2 Kusta juga
dari berbagai sektor terkait, agar angka eliminasi Kusta bisa lebih baik.
4) Kepemimpinan
memerlukan pemimpin yang tegas dan mampu mengarahkan semua pihak agar
pengendalian Kusta.
5) Organizational Climate
menyatakan bahwa lingkungan kerja yang baik akan mendorong karyawan untuk
menghasilkan kinerja yang lebih baik. Cherington (1990) juga menegaskan bahwa
dampak dari organizational climate adalah hasil dari pekerjan itu sendiri yang
6) Job Involvement
tingkat sejauh mana seseorang berkecimpung dalam pekerjaan dan secara aktif
organisasi.
keberhasilan dalam pengendalian Kusta. Peralatan dan obat yang memadai, akan
b) Keterjangkauan
bagi penderita Kusta. Masyarakat yang bertempat tinggal jauh dari tempat
kesehatan
12
8) Sumberdaya Manusia
a) Masa Kerja
sebagai waktu pada suatu pekerjaan, maka dapat dikatakan bahwa bukti terbaru
Masa kerja, bila dinyatakan sebagai pengalaman kerja, tampaknya menjadi sebuah
b) Beban Kerja
sekelompok atau seseorang dalam waktu tertentu. Beban kerja yang tinggi dan
dengan petugas yang menganggap Kusta adalah penyakit biasa dan merupakan
penyakit kutukan.
b. Faktor Lingkungan
1. Geografis
yang berjarak cukup jauh dari tempat pelayanan kesehatan dapat memungkinan
Kusta.
2. Kesehatan Lingkungan
Kondisi rumah yang bersih serta, tidak mudah dihinggapi hewan penyebar
kondisi rumah yang kurang sehat dan lingkungan sekitar yang masih kumuh juga
c. Faktor Masyarakat
dari 1) sosial ekonomi, 2) stigma masyarakat, 3) perilaku hidup bersih dan sehat
1) Sosial Ekonomi
tinggalnya dan dalam mengakses pelayanan kesehatan, sehingga bila terjadi kasus
14
Kusta disuatu pemukiman yang kumuh maka akan lebih cepat menular dan
pelayanan kesehatan.
2) Stigma Masyarakat
bermartabat.
(myzobacterium leprae) yang menyerang kulit, saraf tepi dan jaringan tubuh
lainnya. Penyakit ini bisa dicegah dan diobati secara sempurna, bila perilaku
2. Proses
a. Perencanaan
Azwar (1996) mengatakan perencanaan merupakan salah satu fungsi dari
disusun. Jika ada staf lain di luar anggota tim, perlu terlebih dahulu dilakukan
Puskesmas Kabupaten Sampang. Area kajian ini dipilih karena dianggap memiliki
daya ungkit yang kuat dalam menyelesaikan masalah penelitian yang terkait
climate yang baik serta job invovement yang tinggi maka akan dapat
Sampang?
Kabupaten Sampang.