SECARA MIKROBIOLOGI
DI BP2MHP
Oleh :
HUSNA HANIFAH
26020116130118
i
LEMBAR PENGESAHAN
Oleh :
HUSNA HANIFAH
NIM. 26020116130118
Disetujui Oleh :
Pembimbing 1 Pembimbing 2
Mengetahui,
Kepala BP2MHP Semarang Kepala Seksi Pengujian
i
RINGKASAN
Luas wilayah perairan laut Indonesia memiliki potensi yang sangat besar dalam
produksi perikanan. Hasil laut merupakan sumber asam lemak tak jenuh, taurin dan
asam lemak omega-3. Salah satu produk hasil laut yang telah dikenal dan menjadi
komoditi ekspor dari Indonesia adalah rajungan. Rajungan merupakan salah satu
produk hasil laut dari famili Poturnidae. Rajungan memiliki kandungan protein yang
tinggi, sеlаіn itu, hewan іnі јugа kaya аkаn karbohidrat, fosfor, kalsium, dan zat besi,
dan bebеrара jenis vitamin, khususnya vitamin A dan B1. Kandungan gizi yang baik
serta kelayakan produk rajungan kaleng dapat dinilai dari uji mikrobiologi yang mana
jumlah bakteri dan keberadaan bakteri patogen seperti Salmonella, Escherichia coli dan
Coliform dapat mengidikasikan adanya kontaminasi pada produk rajungan kaleng
tersebut. Salmonella merupakan bakteri yang dapat menimbulkan gejala infeksi. Toksin
yang dihasilkan bakteri Salmonella dan Coliform (khususnya E. coli) dapat
menyebabkan gangguan pencernaan seperti diare. Hasil dari uji mokrobiologi tersebut
dapat menjadi standar kelayakan konsumsi dari produk rajungan kaleng agar aman
untuk dikonsumsi.
Kata kunci : Uji ALT (Angka Lempeng Total), Uji mikrobiologi bakteri Escherichia
coli dan Uji Coliform, Uji mikrobiologi bakteri Salmonella, Rajungan Kaleng
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan Praktek Kerja Lapangan beserta laporannya di
Balai Pengujian dan Penerapan Mutu Hasil Perikanan (BP2MHP) Semarang dengan
lancar tanpa adanya kendala yang berarti. Laporan ini disusun berdasakan hasil
Praktek Kerja Lapangan di Balai Pengujian dan Penerapan Mutu Hasil Perikanan
(BP2MHP) Semarang pada tanggal 25 Juni-25 Juli 2018.
Penulis menyadari bahwa lancarnya Praktek Kerja Lapangan dan penulisan
laporan tak lepas dari dukungan berbagai pihak. Oleh karena itu penulis
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Allah SWT yang telah menganugerahkan rahmat dan karunia-Nya berupa
kesehatan dan rezeki sehingga penulis dapat menyelesaikan kegiatan Praktek
Kerja Lapangan dengan baik, tanpa ada halangan suatu apapun.
2. Orang tua yang telah mendukung baik secara moril maupun materiil, serta adik
yang telah mendukung selama ini
3. Prof. Dr. Yos Johan Utama, SH, M.Hum selaku rektor Universitas Diponegoro
4. Prof. Dr. Ir. Agus Sabdono, M.Si selaku Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan Universitas Diponegoro
5. Agus Trianto, ST., MSc, PhD selaku Ketua Program Studi Ilmu Kelautan
Universitas Diponegoro
6. Endang Sri Susilo S, ST, M.Sc selaku koordinator PKL Departemen Ilmu
Kelautan Universitas Diponegoro
7. Dr. Ir. Jusup Suprijanto, DEA selaku dosen pembimbing PKL Departemen
Ilmu Kelautan Universitas Diponegoro
8. Ir. Sri Astuti, M.Si selaku Kepala Balai Pengujian dan Penerapan Mutu Hasil
Perikanan Semarang
9. Dewi Yuliawati, SP, M.Si selaku Kepala Seksi Pengujian Balai Pengujian dan
Penerapan Mutu Hasil Perikanan Semarang
10. Rini Susianawati, S.Pi, M. Si selaku Penyelia Laboratorium Mikrobiologi
11. Herdiana Endah K, Amd selaku pembimbing lapangan di Balai Pengujian dan
Penerapan Mutu Hasil Perikanan Semarang yang senantiasa membantu
membimbing saya
12. Abdan Faruq dan Alifiansyah Deto, serta teman teman magang yang telah
banyak membantu dalam pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan
iii
13. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah banyak
membantu
Tidak ada gading yang tak retak, begitu pula lapoaran Praktik Kerja Lapangan
ini belumlah sempurna. Oleh karenanya, penulis sangat mengharapkan saran dan
kritik demi perbaikan dan penambah wawasan untuk dimasa yang akan datang.
Husna Hanifah
iv
DAFTAR ISI
RINGKASAN ........................................................................................................................ ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................................v
I. PENDAHULUAN ...........................................................................................................1
1.3 Tujuan.......................................................................................................................3
1.4 Manfaat.....................................................................................................................3
2.6 Lokasi dan Tata Letak Balai Pengujian dan Penerapan Mutu Hasil Perikanan
(BP2MHP) Semarang ..........................................................................................................7
v
3.3 Sterilisasi ...............................................................................................................16
4.2. Materi..........................................................................................................................23
4.2.1.1 Alat dan Bahan Penentuan Escherichia coli dan Coliform ...................................23
4.3 Metode....................................................................................................................35
vi
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................................50
LAMPIRAN ..........................................................................................................................51
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Layanan Pengujian Organoleptik...............................................................................6
Tabel 2 Layanan Pengujian Mikrobiologi ..............................................................................6
Tabel 3 Layanan Pengujian Kimia ..........................................................................................6
Table 4. Alat dan Bahan pembuatan Media E. coli dan Coliform ........................................23
Table 5. Alat dan Bahan Preparasi Sampel E. coli dan Coliform .........................................25
Table 6. Alat dan Bahan Pembuatan Media Salmonella.......................................................27
Table 7. Alat dan Bahan Preparasi Sampel Salmonella ........................................................29
Table 8. Alat dan Bahan Selektif Agar Salmonella ..............................................................30
Table 9. Alat dan Bahan Biokimia Pendahuluan Salmonella ...............................................31
Table 10. Alat dan Bahan Pembuatan Media ALT ...............................................................32
Table 11. Alat dan Bahan Preparasi Sampel ALT ................................................................33
Table 12. Daftar Sampel .......................................................................................................35
Table 13. Hasil Pengujian E. coli dan Coliform ...................................................................43
Table 14. Hasil Pengujian Salmonella ..................................................................................44
Table 15. Hasil Pengujian ALT ............................................................................................44
viii
DAFTAR GAMBAR
ix
I. PENDAHULUAN
2
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana cara mengetahui keberadaan bakteri E. Coli dan Coliform
pada produk perikanan?
2. Bagaimana cara mengetahui keberadaan bakteri Salmonella pada produk
perikanan?
3. Bagaimana cara menghitung Angka Lempeng Total pada produk
perikanan dan mengetahui kelayakan konsumsi produk?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui cara penentuan E. coli dan Coliform pada produk perikanan
dan kelayakan konsumsi produk
2. Mengetahui cara penentuan Salmonella pada produk perikanan
kelayakan dan konsumsi produk
3. Mengetahui cara menghitung Angka Lempeng Total pada produk
perikanan dan kelayakan konsumsi produk
1.4 Manfaat
1. Mahasiswa dapat mengetahui cara penentuan E. coli dan Coliform pada
produk perikanan dan kelayakan konsumsi produk
2. Mahasiswa mengetahui cara penentuan Salmonella pada produk
perikanan dan kelayakan konsumsi produk
3. Mahasiswa mengetahui cara menghitung Angka Lempeng Total pada
produk perikanan dan kelayakan konsumsi produk
3
II. PROFIL UMUM BP2MHP
4
2. Pengelolaan dan pemeliharaan sarana untuk pengujian mutu hasil
perikanan;
3. Pelaksanaan pengujian dan pengawasan mutu hasil perikanan; dan
4. Pelaksanaan tugas-tugas ketatausahaan.
5
2. Melakukan pengawasan/ pengendalian UPI untuk menghasilkan produk
perikanan yang aman dan sesuai sistem jaminan mutu dan keamanan
hasil perikanan.
3. Menjamin hasil pengujian produk perikanan yang cepat, tepat, dan
akurat sesuai Standar Nasional Indonesia (SNI).
2.5.2 Mikrobiologi
Tabel 2 Layanan Pengujian Mikrobiologi
Penentuan Staphylococus
5 SNI 2332.9-2011
aureus
2.5.3 Kimia
Tabel 3 Layanan Pengujian Kimia
6
Penentuan Kadar Total Volatile
3 SNI 01-2354.8-2009
Base (TVB)
Penentuan Kadar
4 SNI 01-2354.8-2009
Trimethylamine (TMA)
Penentuan Kadar Logam Berat
5 SNI 01-2354.5-2006
Cadmium (Cd)
Penentuan Kadar Logam Berat
6 SNI 01-2354.6-2006
Plumbum (Pb)
Penentuan Kadar Logam Berat
7 SNI 01-2354.7-2006
Mercury
Penentuan Kadar
8 2002/657/EC
Chloramphenicol
2.6 Lokasi dan Tata Letak Balai Pengujian dan Penerapan Mutu Hasil
Perikanan (BP2MHP) Semarang
Balai Pengujian dan Penerapan Mutu Hasil Perikanan (BP2MHP)
Semarang beralamat di Jalan Siliwangi No. 636 Semarang, dengan nomer
telephone (024) 7605311. BP2MHP memiliki beberapa ruang pengujian yaitu
laboratorium mikrobiologi, laboratorium kimia, laboratorium organoleptik,
selain itu terdapat ruang tata usaha, ruang penerimaan contoh, ruang sterilisasi,
ruang pencucian, ruang AAS, ruang media, ruang ruang arsip kamar mandi.
Lantai dasar digunakan untuk ruang penerimaan contoh, ruang analis,
ruang organoleptik, ruang pertemuan.Lantai dua digunakan untuk ruang
pembuatan media, laboratorium mikrobiologi, laboratorium kimia, ruang
sterilisasi, ruang arsip, ruang pencucian. Laboratorium mikrobiologi berdekatan
dengan ruang pencucian hal ini dikarenakan untuk mencegah
terjadinyakontaminasi silang sehingga dapat langsung ditangani dengan cara
dicuci baik alat maupun bahan yang digunakan. Alat yang sudah dicuci akan
masuk dalam ruang sterilisasi.
9
2.8 Struktur Organisasi BP2MHP Semarang
10
Kepala BP2MHP
Ir. Sri Astuti, M.Si.
NIP. 19610907198902
Joko Supriyono,
Betty Lorosiana Mulyono, STP Usman
SE
NIP. NIP. NIP. NIP.
196411171985082 197703022006041 196207241986031 198708071992031
002 004 006 008
11
Dyah Shanti
Rinati Rahmadani Arif Setiawan
Kartikadewi
Agus Christiyanto
12
III. TINJAUAN PUSTAKA
3.1. Mikrobiologi
Mikrobiologi adalah suatu cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang
organisme yang terlalu kecil untuk diidentifikasi oleh mata manusia tanpa alat bantu,
yang disebut mikroorganisme. Jika sebuah benda memiliki diameter lebih kecil dari
0.1 mm, mata kita tidak akan dapat mengidentifikasinya sama sekali, dan hanya
sebagian kecil yang dapat kita identifikasi pada benda yang memiliki diameter
sebesar 0.1 mm. Maka dari itu dapat disimpulkan bahwa organisme dengan diameter
1 mm atau lebih kecil disebut mikroorganisme dan memiliki cakupan yang cukup luas
dalam bidang ilmu mikrobiologi. Mikroorganisme memiliki taksonomi yang tersebar
luas, termasuk beberapa hewan, protozoa, beberapa alga dan fungi, bakteri, dan virus.
Keberadaan dari dunia mikroba ini tidak diketahui sampai adanya penemuan
mikroskop, suatu alat optik yang memungkinkan untuk melakukan perbesaran suatu
benda yang sangat kecil yang tidak dapat dilihat dengan jelas dengan mata manusia.
Mikroskop ditemukan pada awal abad ke-17, yang membuka cabang ilmu biologi
yang sempit menjadi suatu sistem ilmiah yang dapat dijelajahi (Pelczar, 2008).
Mikroorganisme tersebar luas di alam dan dijumpai pula pada pangan. Beberapa
diantaranya, jika terdapat dalam jumlah yang cukup banyak dapat menyebabkan
keracunan makanan. Mikroorganisme merupakan penyebab utama merosotnya mutu
pangan, misalnya kerusakan pangan. Namun demikian tidak semua mikroorganisme
berperan penting dalam semua bentuk kehidupan, karena mereka dapat memecah
bahan organik kompleks dan mengembalikan unsur hara ke dalam tubuh.
Mikroorganisme juga dipergunakan oleh manusia untuk memproduksi beberapa jenis
makanan, misalnya roti dan yogurt (Muslim, 2011).
3.2. Bakteri
Bakteri merupakan salah satu anggota dunia mikroba yang bersifat
kosmopolitan, artinya mudah ditemukan di berbagai lingkungan baik terestrial
maupun akuatik yang merupakan penghuni asli (indigen) pada habitat di lingkungan
tersebut. Bakteri merupakan kelompok mikroba yang menempati dua dari tiga
domain yang ada yaitu domain Eubacteria merupakan kelompok bakteri Gram positif
dan Gram negatif, dan domain Archaea merupakan kelompok bakteri yang hidup
pada lingkungan ekstrim. Hal ini menunjukkan bahwa bakteri menempati sekitar 67%
dari sistem klasifikasi makluk hidup yang ada. Bakteri tidak hanya dominan
menempati sistem klasifikasi, tetapi bakteri juga mempunyai keanekaragaman yang
13
sangat tinggi baik secara morfologi, fisiologi, dan potensi. Salah satu potensi yang
dimiliki oleh bakteri adalah mampu menggunakan material yang terdapat pada
habitatnya sebagai sumber nutrien dengan cara mematabolismenya, termasuk
material yang berupa bahan pencemar seperti minyak bumi yang mencemari
lingkungan baik terestrial maupun akuatik (Munawar dan Elfita, 2015).
Beberapa spesies bakteri patogen yang sering ditemukan pada ikan dan produk
perikanan antara lain: Vibrio parahaemolyticus dan jenis Vibrio lainnya, Escherichia
coli, Aeromonas spp., Salmonella spp., Staphylococcus aureus, Listeria
monocytogenes, Clostridium botulinum, C. perfringens, dan Shigella spp. Adapun
beberapa jenis bakteri tertentu berperan sebagai pemicu pembentukan toksin pada
produk perikanan misalnya histamin pada ikan-ikan scombroid seperti tuna (Thunnus
sp.), mahi-mahi (Coryphaena hippurus), sardin (Sardinella pilchardus) dan makerel
(Scomber scombrus) (Dwiyitno, 2010).
suhu 5-470C dan optimum pada suhu 35-37oC. pH pertumbuhan sekitar 4,0-9,0
15
Salmonella di dalam suatu makanan, semakin besar timbulnya gejala infeksi pada
orang yang mengkonsumsi makanan tersebut. Toksin yang dihasilkan bakteri
Salmonella dan Coliform (khususnya E. coli) dapat menyebabkan gangguan
pencernaan seperti diare (Yuliani et al., 2016).
3.3 Sterilisasi
Sterilisasi dalam mikrobiologi merupakan suatu proses untuk mematikan semua
organisme yang terdapat pada atau di dalam suatu benda. Hal-hal yang dilakukan
ketika pertama kalinya melakukan pemindahan biakan bakteri secara aseptik,
sesungguhnya hal itu telah menggunakan salah satu cara sterilisasi, yaitu pembakaran.
Di lain sisi, ada beberapa peralatan dan media yang umum dipakai di dalam pekerjaan
mikrobiologi yang menjadi rusak apabila dibakar. Tiga cara utama yang umum
dipakai dalam sterilisasi yaitu penggunaan panas, bahan kimia, dan penyaringan atau
filtrasi (Iman, 2010).
Prinsip dalam sterilisasi menurut Iman (2010), dapat dilakukan dengan 3 cara
yaitu secara mekanik, fisik, dan kimiawi sebagai berikut :
a. Sterilisasi secara mekanik (filtrasi)
Sterilisasi secara mekanik (filtrasi) menggunakan suatu saringan yang
berpori sangat kecil (0.22 mikron atau 0.45 mikron) sehingga mikroba tertahan
pada saringan tersebut. Proses ini ditujukan untuk sterilisasi bahan yang peka
panas, misalnya larutan enzim dan antibiotik.
b.Sterilisasi secara fisik
Sterilisasi secara fisik dapat dilakukan dengan pemanasan & penyinaran
1) Pemanasan
a) Pemijaran (dengan api langsung): membakar alat pada api secara langsung,
contoh alat jarum inokulum, pinset, batang L, dll.
b) Panas kering: sterilisasi dengan oven kira-kira 60-1800C. Sterilisasi panas
kering cocok untuk alat yang terbuat dari kaca misalnya erlenmeyer, tabung
reaksi, dll.
c) Uap air panas: konsep ini mirip dengan mengukus. Bahan yang
mengandung air lebih tepat menggunakan metode ini supaya tidak terjadi
dehidrasi.
d) Uap air panas bertekanan: menggunalkan autoklaf
2) Radiasi
a) Sinar Ultra Violet (UV) juga dapat digunakan untuk proses sterilisasi,
misalnya untuk membunuh mikroba yang menempel pada permukaan
16
interior Biological Safety Cabinet (BSC) atau Laminar Air Flow (LAF)
dengan disinari lampu UV.
b) Gamma bersumber dari Cu60 dan Cs137 dengan aktivitas sebesar 50-500
kilo curie serta memiliki daya tembus sangat tinggi. Dosis efektifitasnya
adalah 2,5 MRad. Gamma digunakan untuk mensterilkan alat-alat yang
terbuat dari logam, karet serta bahan sintesis seperti pulietilen.
c) Sterilisasi secara kimiawi
Sterilisasi secara kimiawi biasanya menggunakan senyawa desinfektan.
Desinfektan adalah suatu bahan kimia yang dapat membunuh sel-sel
vegetatif dan jasad renik, bersifat merusak jaringan. Prosesnya disebut
desinfeksi. Contoh: alkohol, fenol, halogen.
17
1. Tahap pengkayaan
Umumnya digunakan media cair yang berguna untuk memberi
kesempatan supaya bakteri dapat tumbuh pada media pengkaya, karena
bakteri lain juga dapat tumbuh, maka dapat ditambahkan inhibitor untuk
mencegah atau menghambat pertumbuhan bakteri lain dan dilanjutkan
dengan menumbuhkan kembali bakteri dalam media selektif atau
differensial. Pada keadaan tertentu dimana bakteri sangat lemah perlu
dilakukan terlebih dahulu tahap prapengkayaan (pre-enrichment) misalnya
pada uji Salmonella ataupun Enterobacter sakazaki, dimana media ini
mengandung cukup gizi yang nonselektif. Tahap ini dimaksudkan untuk
“menyembuhkan/ menguatkan” sel bakteri yang sangat lemah atau sakit
disebabkan oleh proses pengolahan makanan. Umumnya pada tahap pra-
pengkayaan digunakan media Lactose Broth atau Buffered Pepton Water,
walaupun kadang-kadang media ini belum tentu sesuai untuk semua jenis
sampel.
2. Tahap isolasi
Setiap koloni atau galur mikroba yang akan diidentifikasi harus benar
benar murni dan untuk mendapatkan biakan murni digunakan media selektif
yang memungkinkan untuk isolasi koloni mikroba tersangka berdasarkan
pada karakter biokimia dari mikroba yang akan mempengaruhi sifat
pertumbuhan bakteri pada suatu media spesifik. Identitas mikroba dapat
dilihat dari pembentukan koloni yang spesifik pada media. Saat ini,
perkembangan metode pengujian cepat (rapid test) dengan menggunakan
media selektif sudah makin berkembang dimana pada media sudah
ditambahkan suatu indikator/bahan kimia tertentu yang dapat.
3. Pewarnaan Gram
Selain isolasi dan identifikasi dilakukan juga pewarnaan Gram
langsung terhadap koloni, baik Gram positif maupun Gram negatif.
4. Tahap konfirmasi
Dilakukan dengan berbagai metode diantaranya :
a. Konfirmasi dengan reaksi biokimia menggunakan media
tertentu, karena setiap bakteri mempunyai karakter biokimia spesifik.
Prinsip dasarnya adalah enzim yang diproduksi mikroba akan
mengdegradasi misalnya karbohidrat, lipid, kasein, dalam hal ini hasil
metabolit dapat dilihat secara visual dengan adanya tambahan suatu
indikator. Saat ini uji biokimia sudah banyak dibuat secara komersil
18
dalam bentuk miniatur berupa kit dan hasil uji dapat dilihat secara
visual dan interpretasi secara manual atau dapat menggunakan suatu
program (komputer) dan alat yang yang sesuai seperti ELISA reader.
b. Konfirmasi analisa antigenik menggunakan antisera atau
immunologi, berdasarkan adanya reaksi antigen dengan antibodi
(misalnya. Enzyme Linked Immunosorbent Assay /ELISA) Karena
antibodi hanya bereaksi dengan antigen yang sesuai, maka sifat ini juga
digunakan untuk pengembangan teknik diagnostik. Hasil pengujian
dapat diketahui/ dilihat secara visual seperti adanya aglutinasi atau
presipitasi atau terbentruknya warna yang dapat dilihat secara visual
atau menggunakan alat ELISA READER atau terbentuknya fluoresen
yang dapat dilihat menggunakan bantuan mikroskop fluoressein.
c. Tahap selanjutnya merupakan identifikasi lebih sempurna yaitu
typing secara bakteriofag atau identifikasi menggunakan analis dengan
DNA probe ataupun metode PCR (Polymerase Chain Reaction).
d. DNA probe (Tehnik Pelacak Asam Nukleat) yang merupakan
tehnik hibridisasi DNA bakteri dengan potongan DNA spesifik yang
telah dilabel sehingga adanya daerah homolog dapat dideteksi dengan
visualisasi radioaktif, fluorimeter dan kolorimeter. Tehnik ini sering
digunakan untuk mendeteksi adanya gen patogen pada bakteri dengan
menggunakan pelacak potongan DNA spesifik (misalnya pengkode
toksin spesifik).
e. Metode PCR (Polymerase Chain Reaction). Teknik
penggandaan DNA ini dapat membantu dalam identifikasi bakteri
maupun virus yang mencemari makanan. PCR adalah suatu teknik yang
sangat menolong, setelah dilakukan prosedur yang cukup rumit untuk
mendapatkan urutan DNA yang cukup. Teknik PCR inilah yang
memungkinkan proses analisis DNA menjadi lebih cepat dibandingkan
dengan melakukan tes DNA dengan cara konvensional. Dengan PCR,
urutan DNA dapat digandakan (amplifikasi) hanya dalam waktu
beberapa jam sampai kuantitasnya cukup untuk sebuah proses analisis,
hasil penggandaan dapat divisualisasikan menggunakan elektroforese
dan Gel Documentation. Sekarang hasil amplifikasi dapat juga
divisualisasikan menggunakan suatu alat khusus (Bio Analizer) dimana
tidak perlu digunakan lagi elektroferese dan Gel Documentation
Visualisasi berupa kurva dan pita/band (peak) Metode PCR merupakan
19
metode yang sangat sensitif dan spesifik dalam identifikasi bakteri
karena menggunakan target gen spesifik bakteri.
20
3. Tahap pencampuran dengan media (padat/cair), media padat yang
digunakan umumnya adalah Plate Count Agar (PCA) atau Nutrient Agar
(NA) sedangkan untuk inokulasisuspensi homogenat sampel ke dalam media
, tergantung dengan metode yang telah dipilih dan kesesuaian dengan sifat
sampel dan mikroba yang mungkin ada dalam sampel. Pada keadaan tertentu,
media perlu ditambah dengan bahan lain seperti glukosa untuk Enterococcus,
atau serum untu k Mycoplasma dan egg yolk. Untuk bakteri tertentu misalnya
yang tidak tahan panas terutama untuk pencampuran dengan media dengan
suhu kira-kira 450C, dilakukan dengan metode sebar atau tetes dan suhu
inkubasi rendah (misal. Bakteri Psychrotroph dan Psychrophiles)
4. Tahap inkubasi dan pengamatan. Inkubasi dilakukan pada suhu dan
lama yang sesuai dan kondisi dibuat sedemikian rupa disesuaikan dengan sifat
mikroba (kondisi aerob atau anaerob) :
a. 0 -100C untuk bakteri Psikrotrof dan Psikrofil
b. 20-320C untuk bakteri Saprophtic mesophiles
c. 35-370C (atau 450C) untuk bakteri parasites mesofil
d. 55-630C atau lebih tinggi untuk bakteri Termofilik
e. 30-320C (ISO 4833:1991)
5. Interpretasi hasil.
3.6. Rajungan
Menurut Mirzads 2009 (dalam Jafar, 2011) dilihat dari sistematiknya,
rajungan termasuk ke dalam :
Kingdom : Animalia
Filum : Athropoda
Kelas : Crustasea
Ordo : Decapoda
Famili : Portunidae
Genus : Portunus
Species : Portunus pelagicus
Rajungan (Portunus pelagicus) merupakan salah satu jenis komoditas
perikanan yang mempunyai nilai ekonomis penting di Indonesia. Beberapa
species rajungan yang memiliki nilai ekonomis adalah Portunus
trituberculatus, P.gladiator, P.sanguinus, P.astatoides, dan P.pelagicus.
Sebagian besar rajungan diekspor dalam bentuk rajungan beku tanpa kepala
dan kulit serta dalam bentuk olahan (kemas dalam kaleng) (Jafar, 2011).
21
Rajungan yang bernama latin P. Pelagicus, merupakan jenis kepiting
yang sangat populer dimanfaatkan sebagai sumber pangan dengan harga yang
cukup mahal. Rajungan yang memiliki beberapa keunggulan yang sangat
potensial untuk dikembangkan. Keunggulan nilai gizi rajungan adalah
kandungan proteinnya yang cukup besar, yaitu sekitar 16-17 g/100 g daging.
Angka tersebut membuktikan bahwa rajungan dapat dimanfaatkan sebagai
sumber protein yang cukup baik dan sangat potensial (Coleman, 1991 dalam
Jafar, 2011) Rajungan (Portunus Pelagicus) tergolong hewan dasar pemakan
daging yang termasuk dalam famili portunidae. Saat ini rajungan merupakan
komoditas ekspor unggulan hasil perikanan Indonesia, khususnya untuk ekspor
ke Jepang, Uni Eropa, dan Amerika Serikat. Meningkatnya permintaan ekpor
berdampak pada volume produksi rajungan yang terus naik (Hastuti et al.,
2012).
Rajungan (Portunus pelagicus) merupakan jenis krustase yang bersifat
“eurihaline” (Nontji, 1986), dapat hidup pada salinitas 9 – 39 ppt, dan habitat
hidup yang disenangi rajungan adalah dasar lumpur berpasir sehingga mampu
beradaptasi pada perairan tambak. Hasil penelitian rajungan di tambak
menunjukkan kepadatan optimum budidaya rajungan adalah 1-3 ind/m2
(Suharyanto dan Tahe, 2005 dalam Suharyanto, 2008) dan menurut Suharyanto
et al. (2006), selter yang baik untuk pembesaran rajungan adalah selter rumput
laut (Gracillaria verucossa) (Suharyanto, 2008).
22
IV. MATERI METODE
4.2. Materi
Materi yang digunakan pada Praktek Kerja Lapangan adalah penentuan
Escherichia coli dan Coliform, Salmonella dan ALT (Angka Lempeng Total).
23
Untuk mengukur
4 Gelas Ukur
aquabides
Untuk menghomogenkan
6 Magnet Stirrer
media dengan aquabides
24
Bahan untuk melarutkan
13 Aquabides media LTB dan pelarut
BFP
b. Preparasi Sampel
Berikut adalah alat dan bahan yang digunakan dalam preparasi sampel
Escherichia coli dan Coliform
Table 5. Alat dan Bahan Preparasi Sampel E. coli dan Coliform
25
Untuk pengenceran
7 Tabung reaksi
kedua dan ketiga
Sebagai indikator
8 Tabung durham keberadaan bakteri E.
coli
Untuk mengeluarkan
9 Kertas Parafilm gas yang tersisa pada
tabung durham
Untuk mensterilkan
12 Alkohol
pinset
26
Table 6. Alat dan Bahan Pembuatan Media Salmonella
Tempat menimbang
2 Gelas Beker media HE, XLD, BSA,
dan LB
Untuk mengukur
4 Gelas Ukur
aquabides
Tempat untuk
5 Erlenmeyer mencampur media
dengan aquabides
Untuk menghomogenkan
6 Magnet Stirrer
media dengan aquabides
27
Menciptaka kondisi steril
9 Bunsen
saat pembuatan media
b. Preparasi Sampel
Berikut adalah alat dan bahan yang digunakan dalam preparasi sampel
Salmonella
28
Table 7. Alat dan Bahan Preparasi Sampel Salmonella
Untuk mensterilkan
8 Alkohol
pinset
c. Selektif Agar
29
Berikut adalah alat dan bahan yang digunakan dalam selektif agar
Salmonella
Table 8. Alat dan Bahan Selektif Agar Salmonella
Media XLD(Xylose
Sebagai media untuk
6 Lysine Deoxycholate
meumbuhkan bakteri
agar)
d. Biokimia Pendahuluan
Berikut adalah alat dan bahan yang digunakan dalam biokimia
pendahuluan Salmonella
30
Table 9. Alat dan Bahan Biokimia Pendahuluan Salmonella
31
4.2.1.3 Alat dan Bahan Penentuan ALT
a. Pembuatan Media
Berikut adalah alat dan bahan yang digunakan dalam pembuatan media
ALT
Table 10. Alat dan Bahan Pembuatan Media ALT
Tempat menimbang
2 Gelas Beker media PCA dan pelarut
BFP
Untuk mengambil
media PCA dan
3 Spatula
pelarut BFP dari dalam
botol media
Untuk mengukur
4 Gelas Ukur
aquabides
Tempat untuk
5 Erlenmeyer mencampur media
dengan aquabides
Untuk
menghomogenkan
6 Magnet Stirrer
media dengan
aquabides
Untuk
7 Thermolyne Stir Plate menghomogenkan dan
memanaskan media
32
Mengangkat media
8 Penjepit
yang telah mendidih
Menciptaka kondisi
9 Bunsen steril saat pembuatan
media
Bahan untuk
11 Aquabides melarutkan media
PCA dan pelarut BFP
KH2PO4 (Potassium
Bahan untuk media
12 dihydrogen
BFP
phosphate)
b. Preparasi Sampel
Berikut adalah alat dan bahan yang digunakan dalam preparasi sampel
ALT
33
Alat untuk mengukur
1 Gelas Ukur volume LB yang akan
digunakan
Untuk pengenceran
7 Tabung reaksi
kedua dan ketiga
34
Pelarut BFP Bahan yang digunakan
10 (Butterfields Posphate untuk pelarut dalam
Buffered) pengenceran
Untuk mensterilkan
12 Alkohol
pinset
No Kode Sampel
1 0338 Crab Meat Special
2 0339 Crab Meat (Claw Meat)
3 0340 Pasteurized Crab Meat
4.3 Metode
4.3.1 Prosedur Uji Escherichia coli
a. Pembuatan media
1. Alat dan bahan disiapkan
2. Media ditimbang menggunakan timbangan digital sesuai dengan
perhitungan, dengan contoh sebagai berikut :
LTB : 300 ml aquabides BFP stok menggunakan KH2PO4 :
200 ml
35,6 𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑥
= 300 𝑚𝑙
1000 𝑚𝑙
x = 10,68 gram
35
3. Media yang telah ditimbang, LTB ditambahkan aqubides sebanyak
300 ml, dan BFP ditambahkan aqubides sebanyak 200 ml, lalu diaduk
4. Magnet stirel dimasukkan kedalam aqubides dan media yang telah
dicampurkan
5. Media siap untuk dihomogenkan pada Thermolyne Stir Plate
6. Media disterilkan dengan autoclave selama 15 menit.
7. Untuk BFP stok diencerkan dengan perbandingan 10 ml dalam 1000
ml.
8. BFP dihomogenkan dan disterilkan dengan autoclave
b. Preparasi Sampel
1. Alat dan bahan disiapkan
2. Sampel ditimbang menggunakan timbangan digital sebanyak 10
gram
3. Sampel dihancurkan menggunakan stomacher
4. Pelarut BFP dimasukkan kedalam botol sampel sebanyak 90 ml
menggunakan gelas ukur
5. Sampel dimasukkan kedalam botol sampel yang berisi pelarut BFP
90 ml, lalu dihomogenkan
6. Larutan sampel diambil 1 ml dan dimasukkan kedalam tabung reaksi
yang sudah berisi BFP 9 ml pada pengenceran kedua
7. Pengenceran ketiga, diambil 1 ml dari pengeceran kedua
36
8. Hasil dari pengenceran pertama, kedua, dan ketiga
dimasukkan ke dalam tabung reaksi berisi LTB 9 ml
sebanyak 1 ml (masing-masing pengenceran terdapat 3
tabung reaksi)
9. Kemudian diinkubasi selama 48 jam dengan suhu 35oC
untuk kemudian diamati
Skema pengujian E. coli dan Coliform Produk SNI 01-2332.1-
2006
37
2. Media ditimbang menggunakan timbangan digital sesuai
dengan perhitungan, dengan contoh sebagai berikut :
HE : 150 ml aquabides XLD : 150 ml
aquabides
b. Preparasi Sampel
1. Alat dan bahan disiapkan
2. Sampel ditimbang menggunakan timbangan digital sebanyak
10 gram
3. Sampel dihancurkan menggunakan stomacher
4. Pelarut LB diencerkan dengan pengenceran pertama 90 ml, lalu
dimasukkan kedalam botol sampel
6. Sampel dimasukkan kedalam botol sampel yang berisi pelarut
LB 90 ml
38
7. Botol sampel dihomogenkan dan diinkubasi selama 24 jam
pada suhu 35oC
c. Selektif Agar
1. Setalah diinkubasi, sampel diambil menggunakan jarum ose,
kemudian digoreskan pada cawan petri yang berisi media HE,
XLD, BSA
2. Cawan petri yang telah digoreskan diikubasi selama 24 jam
pada suhu 35oC
d. Biokimia Pendahuluan
1. Setelah diinkubasi dilihat hasilnya, apabila positif,
dilakukan uji lanjut
2. Uji lanjut dengan digoreskan pada media TSI dan LIA yang
berada pada tabung reaksi, media miring
39
Skema Penentuan Salmonella berdasarkan SNI 01-2332.2-
2006
40
3. Media yang telah ditimbang, PCA ditambahkan aqubides
sebanyak 400 ml, dan BFP ditambahkan aqubides sebanyak
200 ml, lalu diaduk
4. Magnet stirel dimasukkan kedalam aqubides dan media yang
telah dicampurkan
5. Media siap untuk dipanaskan pada Thermolyne Stir Plate,
ditunggu hingga mendidih untuk PCA
6. Media disterilkan dengan autoclave selama 15 menit.
7. Untuk BFP stok diencerkan dengan perbandingan 10 ml dalam
1000 ml.
8. BFP dihomogenkan dan disterilkan dengan autoclave
c. Preparasi Sampel
1. Alat dan bahan disiapkan
2. Sampel ditimbang menggunakan timbangan digital sebanyak
10 gram
3. Sampel dihancurkan menggunakan stomacher
4. Pelarut BFP dimasukkan kedalam botol sampel sebanyak 90
ml menggunakan gelas ukur
5. Sampel dimasukkan kedalam botol sampel yang berisi pelarut
BFP 90 ml, lalu dihomogenkan
6. Larutan sampel diambil 1 ml dan dimasukkan kedalam tabung
reaksi yang sudah berisi BFP 9 ml pada pengenceran kedua
7. Pengenceran ketiga, diambil 1 ml dari pengeceran kedua
8. Pada masing-masing pengeceran diambil 2 ml untuk
dimasukkan pada kedua cawan petri, dengan masing-masing
cawan petri yaitu 1 ml
9. Kemudian ditambahkan PCA kedalam masing-masing cawan
petri dan dihomogenkan membentuk angka 8
41
10. Kemudian diinkubasi selama 48 jam dengan suhu 35oC
11. Setelah 24 jam, diamati jumlah koloni bakteridan dihitung
ALT dengan rumus :
42
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil
5.1.1 Hasil Pengujian Escherichia coli dan Coliform
Table 13. Hasil Pengujian E. coli dan Coliform
Nama Syarat
Pengenceran LTB Hasil Kesimpulan
No Sampel mutu
10-1 a -
Maks Layak
10-1 b - <3
<3 konsumsi
10-1 c -
10-2 a -
0338 Crab Meat Maks Layak
10-2 b - <3
Special <3 konsumsi
10-2 c -
10-3 a -
Maks Layak
10-3 b - <3
<3 konsumsi
10-3 c -
10-1 a -
Maks Layak
10-1 b - <3
<3 konsumsi
10-1 c -
Crab Meat 10-2 a -
0339 (Claw 10-2 b - Maks Layak
<3
Meat) <3 konsumsi
10-2 c -
10-3 a -
Maks Layak
10-3 b - <3
<3 konsumsi
10-3 c -
10-1 a -
Maks Layak
10-1 b - <3
Pasteurized <3 konsumsi
10-1 c -
0340 Crab Meat
10-2 a - Maks Layak
<3
10-2 b - <3 konsumsi
43
10-2 c -
10-3 a -
Maks Layak
10-3 b - <3
<3 konsumsi
10-3 c -
Nama Syarat
Kode HE XLD BSA Hasil Kesimpulan
Sampel Mutu
Pasteurized Layak
0340 - - - Negatif Negatif
Crab Meat konsumsi
44
5.2 Pembahasan
5.2.1 Pengujian Escherichia coli dan Coliform
Bakteri Escherichia coli dan Coliform merupakan salah satu
bakteri patogen yang dapat berbahaya untuk manusia apabila
dikonsumsi. Escherichia coli adalah bakteri gram negatif berbentuk
batang tidak berkapsul. Bakteri ini umumnya terdapat dalam alat
pencernaan manusia dan hewan. Sel Escherichia coli mempunyai ukuran
panjang 2 – 6 μm dan lebar 1,1 – 1,5 μm, tersusun tunggal, berpasangan
dan berflagel. Escherichia coli ini tumbuh pada suhu antara 10 - 45ºC,
dengan suhu optimum 37ºC, pH optimum untuk pertumbuhannnya
adalah pada 7 -7,5, pH minimum 4 dan pH maksimum 9. Nilai Aw (kadar
air) minimum untuk pertumbuhan Escherichia coli adalah 0,96. Menurut
BPOM (2008), Escherichia coli merupakan indicator dari adanya
kontaminasi dengan sumber atau bahan fekal. Cemaran bakteri
Escherichia coli pada produk laut termasuk rajungan kaleng dapat
disebabkan oleh beberapa faktor seperti kandungan protein yang tinggi,
serta kondisi lingkungan seperti suhu, kelembapan, pH yang sesuai
dengan lingkungan tumbuh bakteri Escherichia coli. Keberadaan
Escherichia coli dan Coliform dapat diketahui dengan melakukan uji
mikrobiologi bakteri tersebut.
Uji mikrobiologi Escherichia coli dan Coliform dilakukan
berdasarkan dengan SNI 01-2332.1-2006. Pengujian mikrobiologi
Escherichia coli dan Coliform dilakukan dengan pengenceran 1:9
dimana 1 untuk sampel dan 9 untuk pelarut. Pengenceran yang digunakan
adalah pengenceran pertama, kedua, dan ketiga dengan pelarut BFP.
Masing-masing pengenceran terdapat 3 tabung reaksi, hal tersebut
dilakukan untuk meminimalisir kesalahan hasil dimana hasil akan lebih
akurat dan meyakinkan saat terdapat 3 sampel. Sampel yang telah
diencerkan kemudian diinkubasi pada suhu 35o C selama 48 jam. Sampel
yang positif mengandung Escherichia coli dan Coliform maka akan
terdapat gas pada tabung durham yang terdapat di dalam tabung reaksi
45
lebih dari atau sama dengan 20% dari volume tabung durham disertai
dengan perubahan warna sampel menjadi keruh.
Pengujian mikrobiologi harus dilakukan dengan kondisi alat,
bahan, tempat, dan penguji yang steril. Hal tersebut dikarenakan bakteri
atau mikroba yang menempel pada alat, bahan pengujian, penguji, atau
tempat pengujian dapat mengkontaminasi sampel yang diuji sehingga
hasilnya tidak akurat. Sampel rajungan kaleng dengan nomor 0338 (Crab
Meat Special), 0339 (Crab Meat (Claw Meat)), dan 0340 (Pasteurized
Crab Meat) menunjukkan hasil yang negatif terhadap pengujian
Escherichia coli dan Coliform. Hasil inkubasi sampel dengan pelarut
BFP tidak menunjukkan adanya gas pada tabung durham dan tidak terjadi
perubahan warna menjadi keruh.
46
dengan menggunakan pelarut LB (Lactose Broth) dengan komposisi
pengenceran 1:9, 1 untuk sampel dan 9 untuk pelarut. Sampel yang
digunakan sebanyak 10 gram sehingga pelarut yang digunakan sebanyak
90 ml, kemudian sampel diinkubasi pada suhu 35o C selama 24 jam. Uji
Salmonella dilakukan pada media HE (Hektoen Entero agar), XLD
(Xylose Lysine Deoxycholate Agar), dan BSA (Bismuth Sulfite Agar).
Media yang telah digores dengan sampel kemudian diinkubasi pada suhu
35o C selama 24 jam. Pengujian harus dilakukan dengan steril untuk
menghindari kontaminasi yang mungkin terjadi pada saat pengujian.
Hasil dari uji mikrobiologi Salmonella pada sampel 0340
(Pasteurized Crab Meat) menunjukkan hasil yang negatif. Sampel yang
kemungkinan mengandung bakteri Salmonella akan menunjukkan koloni
hijau kebiruan sampai biru dengan atau tanpa warna hitam pada media
HE, koloni merah jambu dengan atau tanpa inti berwarna hitam pada
XLD, dan koloni berwarna coklat, abu-abu, atau hitam pada media BSA.
Apabila sampel menunjukkan hasil yang positif maka diuji lanjutan
dengan media TSI dan LIA untuk mengetahui lebih lanjut apakah koloni
tersebut merupakan koloni dari bakteri Salmonella. Sesuai dengan SNI,
produk rajungan kaleng yang layak konsumsi dan bebas dari kontaminasi
Salmonella adalah harus memiliki hasil negatif dari pengujian tersebut.
Hasil pengujian sampel 0340 (Pasteurized Crab Meat) menunjukkan hasil
layak konsumsi karena hasil pengujiannya yang negatif.
47
diencerkan hingga pengenceran ketiga. Pengenceran yang digunakan
merupakan pengenceran kedua dan ketiga dengan masing masing
pengenceran terdapat 2 cawan petri atau duplo. Pengujian dilakukan duplo
agar hasil yang diperoleh lebih maksimal karena adanya pembanding pada
setiap pengenceran, selain pembanding juga terdapat kontrol untuk
mengetahui adanya kontaminasi atau tidak pada proses pengujian.
Metode yang digunakan pada pengujian ALT adalah dengan
metode pour plate dimana sampel dituang ke dalam cawan petri terlebih
dahulu kemudian diberi media PCA (Plate Count Agar). Setelah
penuangan sampel dan media, maka dihomogenkan dengan membentuk
angka 8 secara perlahan. Gerakan tersebut akan mengaduk media dan
sampel sehingga merata atau homogen. Penggunaan metode pour plate
dapat memungkinkan tumbuhnya bakteri aerob maupun anaerob tumbuh
pada media PCA. Hasil dapat diamati dan dihitung setelah sampel
diinkubasi pada suhu 35o C selama 48 jam. Pelaksanaan pengujian
dilakukan secara steril agar tidak terjadi kontaminasi pada sampel yang
akan diuji karena akan sangat mempengaruhi hasil pengujian. Hasil dapat
diambil kesimpulan setelah melalui perhitungan sesuai dengan rumus
yang ada pada SNI. Syarat mutu untuk rajungan kaleng adalah ALT tidak
lebih dari 10.000 koloni. Hasil yang didapat dari sampel rajungan kaleng
adalah kurang dari 10.000 koloni yang berarti sampel tersebut layak untuk
dikonsumsi.
48
VI. PENUTUP
6.1 Kesimpulan
1. Adanya bakteri E. coli dan Coliform dapat diketahui dari adanya gas pada
tabung durham dan perubahan warna menjadi keruh pada LTB seelah
diinkubasi selama 48 jam pada suhu 35o C, apabila positif maka dilakukan
uji lanjutan, pada ketiga sampel rajungan kaleng hasil pengujian adalah
negatif.
2. Keberadaan bakteri Salmonella pada produk ditandai dengan adanya koloni
bakteri berwarna hijau kebiruan sampai biru dengan atau tanpa warna hitam
pada media HE, koloni merah jambu dengan atau tanpa inti berwarna hitam
pada XLD, dan koloni berwarna coklat, abu-abu, atau hitam pada media
BSA. Apabila sampel menunjukkan hasil yang positif maka diuji lanjutan
dengan media TSI dan LIA untuk mengetahui lebih lanjut, hasil uji pada
sampel rajungan kaleng adalah negatif karena tidak menunjukkan adanya
koloni salmonella.
3. Hasil dari ALT adalah berupa angka hasil perhitungan koloni yang tumbuh
pada media PCA setelah diinkubasi pada suhu 35o C selama 48 jam, untuk
rajungan kaleng dinyatakan layak konsumsi apabila jumlah ALT tidak lebih
dari 10.000 koloni dan hasil pengujiannya adalah poduk tersebut layak
konsumsi karena ALT berjumlah 227 setiap pengenceran.
6.2 Saran
Prosedur penggunaan ruang pencucian lebih baik atau disamakan dengan
laboratorium tempat pengujian dikarenakan sisa bakteri patogen memiliki
kemungkinan mengkontaminasi orang yang masuk ke dalamnya apabila tidak
sesuai dengan standar keamanan.
49
DAFTAR PUSTAKA
Akbar, M. Y.; G. Diansyah; Isnaini. 2016. Deteksi Cemaran Bakteri Salmonella sp.
pada Ikan Teri (Stolephorus Spp.) Hasil Perikanan di Perairan Sungsang
Kabupaten Banyuasin Sumatera Selatan. MASPARI JOURNAL. Vol. 8(1)
: 25-30.
Badan Pengawasan Obat dan Makanan Republik Indonesia. 2008. ISSN 1829-9334
Info POM.
Dwiyitno. 2010. Identifikasi Bakteri Patogen pada Produk Perikanan dengan
Teknik Molekuler. Squalen Vol. 5 (2).
Faridz, R; Hafiluddin; M. Anshari. 2007. Analisis Jumlah Bakteri dan Keberadaan
Escherichia coli pada Pengolahan Teri Nasi di PT. Kelola Mina Laut Unit
Sumenep. EMBRYO. Vol. 4 (2).
Iman, M. S. 2010. Sterilisasi Dan Pembuatan Media Mikroba.Program Studi Teknik
Lingkungan Fakultas Teknik Universitas Lambung Mangkurat. Banjarbaru.
Jafar, L. 2011. Perikanan Rajungan di Desa Mattiro Bombang (Pulau Salemo,
Sabangko dan Sagara) Kabupaten Pangkep. Universitas Hassanudin.
Makasar.
Munawar, Elfita. 2015. Biodiversitas Bakteri Indigen dan Kontribusinya dalam
Pengelolaan Lingkungan Tercemar: Studi Kasus Beberapa Wilayah di
Indonesia. Pros Sem Nas Masy Biodiv Indon. Vol. 1(6) : 1359-1363
Muslim. 2011. Mikrobiologi Dasar 1. FMIPA UMM. Makassar.
Pelczar., Michael J. dan E. C. S. Chan, 2008. Dasar-dasar Mikroorganisme.
Universitas Indonesia Press. Jakarta
Pulu, E. K.; H. Dien; J. Kaparang. 2017. Studi Keberadaan Bakteri Patogen pada
Ikan Kayu (Katsuwobushi) Yang Diproses Dengan Asap Cair. Jurnal Media
Teknologi Hasil Perikanan. Vol. 5 (2).
Sarati, A. 1999. Pemeriksaan angka kuman dan jenis kuman Salmonella pada air
susu sapi segar yang diperoleh dari loper/penjual di kota Semarang. Skripsi,
Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Diponegoro. Semarang.
Suharyanto. 2008. Polikultur Rajungan (Portunus pelagicus) dan Ikan Baronang
(Siganus gutatus) di Tambak. Jurnal Perikanan (J. Fish. Sci). Vol. 10 (2) :
167-177.
Yuliani, N. S.; E. Wera; P. M. Bulu. 2016. Identifikasi Bakteri Salmonella sp. dan
Jumlah Kontaminan Bakteri Coliform pada Ikan Kembung (Scomber sp.)
Yang Dijual di Pasar Inpres dan Oeba. Partner. No 1 : 16-20.
Yuwono, M. A. B.; R. Widyastuti. 2013. Implementasi Metode Suggestion System
(SS) pada Pengujian Bakteri Patogen Sampel Bahan Baku di Laboratorium
Mikrobiologi Quality Control. Jurnal PASTI. Vol. 9(1).
50
LAMPIRAN
51
Gambar 11. Penimbangan sampel Gambar 12. Homogenisasi sampel
52
53
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS DIPONEGORO
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
Jl. Prof. Soedarto, SH Tembalang Semarang Kode Pos 50275
website http://www.fpik.undip.ac.id, Email: fpik@undip.ac.id
Form HARIAN
DAFTAR KEGIATAN PenilaianMAHASISWA
PKL Mahasiswa
PRAKTIK KERJA LAPANGAN (PKL)
Menerangkan bahwa mahasiswa di bawah ini,
Nama : Husna Hanifah
NIM Nama Mahasiswa
: 26020116130118 :
Judul PKL NIM : Pengujian Produk: Rajungan Kaleng Secara
Telah melaksanakan
Mikrobiologi Praktik Kerja Lapangan (PKL) pada
Lokasi tgl…….s/d……2017
: Jalan Siliwangi No 636 Krapyak, Semarang
Waktu : 25 Juni s/d 25 Juli 2018
di instansi kami,
Pembimbing Lapangan : 1. Rini Susianawati, S.Pi, M.Si.
Nama Instansi :
2. Herdiana Endah
Alamat :
No. Hari/ Kegiatan Paraf
Nama Pembimbing Lapangan : Pembimbing
Tanggal
Lapangan
Jabatan :
1. Senin, 25 Briefing, pretest, perkenalan dan pembagian
Juni 2018 pembimbing lapangan
Unsur-unsur yang dinilai Nilai (dalam angka)
2. Selasa, 26 Materi pengenalan laboratorium, alat, serta
Perilaku (professional)
Juni 2018 prosedur pengujian
Keaktivan (Partisipasi)
3. Kamis, 28 Pengujian kadar air dan kadar abu, membantu
Kreativitas
Juni 2018 administrasi mikrobiologi
4. Penguasaaninventarisasi
Jum’at, 29 Pendataan/ Materi (unjuk
media untuk uji
kerja)
Juni 2018 mikrobiologi
5. Senin, Presensi (kehadiran)
2 Pengujian kadar protein, materi pembuatan
Juli 2018 media, pengujian E. coli dan Coliform air, dan
membantu administrasi mikrobiologi
6. Selasa, Semarang,
3 Uji lanjutan pengujian 2017
E. coli dan Coliform
Juli 2018 air, uji organoleptik, dummy, preparasi
sampel rajungan kaleng,…………………………………….
uji E. coli dan
NIP.
Coliform aquades dan aquabides
7.
54
Rabu, 4 Uji penegasan E. coli dan Coliform air,
8. Juli 2018 membantu administrasi mikrobiologi
Kamis, 5 Membuat media LEMB, TB, LB, dan MRVP,
Juli 2018 menghitung hasil dummy, sterilisasi
9. glassware, dan iventarisasi media
Jum’at, 6 Membantu administrasi uji mikrobiologi
10 Juli 2018
Senin, 9 Uji E. coli dan Coliform, Salmonella, dan
Juli 2018 ALT sampel 0338, 0339, 0340, Uji E. coli dan
11. Coliform sampel air
Selasa, 10 Pembuatan media LB, LTB, PDA, lanjutan uji
Juli 2018 Salmonella (HE, XLD, BSA), uji lanjutan E.
coli dan Coliform sampel air, preparasi
sampel 0363 dan 0362, uji E. coli dan
12. Coliform sampel air 0361
Rabu, 11 Uji E. coli dan Coliform, Salmonella, dan
Juli 2018 ALT sampel 0363 dan 0362, uji lanjutan
sampel air 0361, uji lanjutan salmonella TSI
13. dan LIA
Kamis, 12 Pembuatan media BFP, PCA, BGLB, uji
Juli 2018 lanjutan Salmonella media urea sampel 0340,
uji lanjutan Salmonella HE, XLD, BSA
sampel 0362 dan 0363, uji lanjutan sampel air
14. 0361 (indol dan lakmus), sterilisasi alat.
Jum’at, 13 Uji jamur (pengendalian ruang), uji lanjutan
Juli 2018 Salmonella sampel 0340 (pewarnaan gram),
Pengamatan uji ALT dan E. coli dan Coliform
15. sampel 0363 dan 0362
Senin, 16 Uji ALT, E. coli dan Coliform, Salmonella
Juli 2018 sampel 0364 dan 0365, uji lanjutan
Salmonella TSI dan LIA, uji lanjutan E. coli
55
16. dan Coliform BGLB dan EC Broth, preparasi
Selasa, 17 sampel uji V. cholera sampel 0364
17. Juli 2018 Uji lanjutan V. cholera sampel 0364,
Rabu, 18 konsultasi laporan PKL, post test
Juli 2018 Menghitung Dummy Jamur, pengamatan
18. ALT, E. coli dan Coliform sampel 0364, uji
Kamis, 19 lanjutan E. coli media LEMB.
19. Juli 2018 Sterilisasi alat dan konsultasi laporan PKL
Jum’at, 20
20. Juli 2018 Konsultasi laporan PKL
Senin, 23
21. Juli 2018 Pemaparan hasil praktik kerja lapangan
Selasa 24
22. Juli 2018 Penyelesaian administrasi
Rabu 25
Juli 2018 Pelepasan peserta praktik kerja lapangan
56
BIODATA
57
Kemampuan Bahasa :
1. Indonesia
2. Inggris (Sedang)
3. Jerman (Dasar)
Kemampuan Penggunaan Komputer :
1. Ms. Word
2. Ms. Excel
3. ARGIS (Dasar)
4. SPSS (Dasar)
Riwayat Pendidikan :
No Instansi Tahun
1 TK PGRI Batang 2001-2003
2 SD Negeri Proyonanggan 13 Batang 2003-2009
3 SMP Negeri 3 Batang 2009-2012
4 SMA Negeri 1 Batang 2012-2015
5 Universitas Diponegoro 2016-Sekarang
Riwayat Organisasi :
No Organisasi Tahun
1 Wakil Ketua UKMF FARMASea 2018
2 Anggota Kelompok Studi Seacrest 2018
3 Staff Minat dan Bakat IMADIBA 2017-2018
4 Anggota muda Kelompok Studi 2017
Seacrest
5 Anggota muda UKMF FARMASea 2017
4 Dewan Ambalan Pramuka 2013-2014
5 OSIS SMP N 3 Batang 2009-2011
Riwayat Pelatihan :
1. LKMMPD 2016
2. LDOA FARMASea 2017
3. LDKP FARMASea 2017
58
4. LDOS Seacrest 2018
5. Sekolah Riset FPIK UNDIP 2018
Riwayat Kepanitiaan :
Nama Kegiatan Penyelenggara Jabatan Tahun
Workshop BEM FPIK UNDIP Staff Sie Humas 2018
Enterpreneurship FPIK
UNDIP
FARMASea Birthday UKMF FARMASea Penanggung 2018
jawab Acara
Latihan Dasar UKMF FARMASea Staff Sie 2018
Organisasi Anggota Konsumsi
Open Recruitment KS Seacrest Staff Sie 2018
SeaCrest Konsum
Civitas Akademika Himpunan Mahasiswa Staff Sie Humas 2018
Ilmu Kelautan
(HMIK) dan
Himpunan Mahasiswa
Oseanografi
(HIMAOSE)
Young Scientist UKMF FARMASea Koordinator Sie 2018
Training Acara
Open Recruitment UKMF FARMASea Koordinator Sie 2018
FARMASea Acara
TO SBMPTN 2018 IMADIBA (Ikatan Staff Sie 2018
Mahasiswa konsumsi dan
Diponegoro Batang) Dana usaha
Marine Nite Ilmu Kelautan UNDIP Staff Sie Humas 2017
2016
RESEARCH UKMF FARMASea Staff Sie Humas 2017
JOURNEY
59
TO SBMPTN 2017 IMADIBA (Ikatan Staff Sie Dana 2017
Mahasiswa Usaha
Diponegoro Batang)
60
Form-2: Lembar Penilaian Eksternal
________________________________________________________________________
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS DIPONEGORO
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
Jl. Prof. Soedarto, SH Tembalang Semarang Kode Pos 50275
website http://www.fpik.undip.ac.id, Email: fpik@undip.ac.id
Semarang, 2017
Semarang, 23 Juli 2018
…………………………………….
Rini Susianawati,
NIP. S.Pi, M.Si.
NIP. 197402061998032005
61
Form-2: Lanjutan
Semarang, 2017
…………………………………….
NIP.
62
Form-4: Lembar Konsultasi
Semarang, 2017
…………………………………….
NIP.
63
No. Tanggal Hal Paraf
Pembimbing
64
Form-6: Surat Keterangan Melaksanakan PKL
Telah melaksanakan PKL di Balai Pengujian dan Penerapan Mutu Hasil Perikanan
Semarang dari tanggal 25 Juni s/d 25 Juli 2018
Mengetahui,
Pimpinan, Pembimbing Lapangan,
65