INFARK SEREBRI
Pembimbing :
dr. Rita Sibarani, M. Ked (Neu), Sp. S
Oleh :
Faturrahmi Burhan 140100170
Mohammad Haekal 140100158
Ivana Garcia 140100141
Syarifah Fauziah 140100051
Puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
memberikan berkat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
laporan kasus ini dengan judul “Infark Serebri”.
Penulisan laporan kasus ini adalah salah satu syarat untuk menyelesaikan
Kepaniteraan Klinik Senior Program Pendidikan Profesi Dokter di Departemen
Neurologi, Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada
pembimbing, dr. Rita Sibarani, M. Ked (Neu), Sp. S yang telah meluangkan
waktu dan memberikan banyak masukan dalam penyusunan laporan kasus ini
sehingga penulis dapat menyelesaikan tepat pada waktunya.
Penulis menyadari bahwa penulisan laporan kasus ini masih jauh dari
kesempurnaan, baik isi maupun susunan bahasanya, untuk itu penulis
mengharapkan saran dan kritik dari pembaca sebagai koreksi dalam penulisan
laporan kasus selanjutnya. Semoga makalah laporan kasus ini bermanfaat, akhir
kata penulis mengucapkan terima kasih.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
1
2
1.1 TUJUAN
1.2 MANFAAT
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 DEFINISI
Infark Cerebri adalah pembentukan daerah nekrosis di otak yang
disebabkan oleh iskemia yang berkepanjangan.3
2.2 ETIOLOGI
Infark cerebri dapat disebabkan oleh3 :
1. Trombosis otak
Trombosis adalah obstruksi aliran darah yang terjadi karena proses oklusi pada
satu pembuluh darah lokal atau lebih. Trombosis otak umumnya terjadi pada
pembuluh darah yang mengalami artherosklerosis yang mula-mula akan
menyempitkan lumen pembuluh darah (stenosis) yang kemudian dapat
berkembang menjadi sumbatan (oklusi) yang menyebabkan terjadinya infark
2. Emboli otak
Emboli adalah pembentukan material dari tempat lain dalam sistem vaskuler dan
tersangkut dalam pembuluh darah tertentu sehingga memblokade aliran darah.
Penyebab emboli otak pada umumnya berhubungan dengan kelainan
kardiovaskuler antara lain :
a. Fibrilasi atrial
b. Penyakit katub jantung
c. Infark miokard
d. Penyakit jantung rematik
e. Lepasnya plak aterosklerosis pembuluh darah besar intra / ekstra cranial
3. Pengurangan perfusi sistemik umum
Pengurangan perfusi sistemik bisa mengakibatkan iskemik. Pengurangan perfusi
ini dapat disebabkan karena :
a. Kegagalan pompa jantung
b. Proses perdarahan yang masif
c. Hipovolemik
3
4
2.3 PATOFISIOLOGI
Pada dasarnya terjadinya infark cerebri meliputi dua proses yang saling
terkait, yaitu3:
1. Perubahan vaskuler, hematologik atau kardiologik yang menyebabkan
terjadinya kekurangan aliran darah ke bagian otak yang terserang.
Faktor yang mempengaruhi aliran darah ke otak
• Keadaan pembuluh darah, menyempit akibat stenosis atau ateroma
maupun tersumbat oleh trombus/embolus
• Keadaan darah, viskositas darah yang meningkat, hematokrit yang
meningkat (polisitemia) menyebabkan aliran darah ke otak lebih lambat,
anemia yang berat menyebabkan oksigenasi ke otak menurun
• Kelainan jantung, menyebabkan menurunnya curah jantung, dan lepasnya
embolus dari jantung yang dapat menimbulkan iskemia otak
• Tekanan perfusi yang sangat menurun akibat sumbatan di proksimal
pembuluh arteri cerebri, seperti sumbatan pada arteri karotis, atau
vertebrobasiler
Infark cerebri diawali dengan terjadinya penurunan Cerebral Blood Flow
(CBF) yang menyebabkan suplai oksigen ke otak akan berkurang. Derajat dan
durasi penurunan Cerebral Blood Flow (CBF) kemungkinan berhubungan dengan
jejas yang terjadi. Jika suplai darah ke otak terganggu selama 30 detik, maka
metabolisme di otak akan berubah. Setelah satu menit terganggu, fungsi neuron
akan berhenti. Bila 5 menit terganggu dapat terjadi infark. Bagaimanapun, jika
oksigenasi ke otak dapat diperbaiki dengan cepat, kerusakan kemungkinan
bersifat reversibel.
2. Perubahan kimiawi yang terjadi pada sel otak akibat iskemia hingga
terjadi nekrosis sel neuron, glia dan sel otak yang lain.
Dalam keadaan iskemik, kadar kalium akan meningkat disertai penurunan ATP
dan kreatin fosfat. Akan tetapi, perubahan masih bersifat reversibel apabila
sirkulasi dapat kembali normal. Ion kalium yang meninggi di ruang ekstraseluler
akan menyebabkan pembengkakan sel astroglia, sehingga mengganggu transport
oksigen dan bahan makanan ke otak. Sel yang mengalami iskemia akan
5
melepaskan glutamat dan aspartat yang menyebabkan influx natrium dan kalsium
ke dalam sel.
Kalsium yang tinggi di intraseluler akan menghancurkan membran
fosfolipid sehingga terjadi asam lemak bebas, antara lain asam arakhidonat. Asam
arakhidonat merupakan prekursor dari prostasiklin dan tromboksan A2.
Prostasiklin merupakan vasodilator yang kuat dan mencegah agregasi trombosit,
sedangkan tromboksan A2 merangsang terjadinya agregasi trombosit. Pada
keadaan normal, prostasiklin dan tromboksan A2 berada dalam keseimbangan
sehingga agregasi trombosit tidak terjadi. Bila keseimbangan ini terganggu, akan
terjadi agregasi trombosit. Prostaglandin, leukotrien, dan radikal bebas
terakumulasi. Protein dan enzim intraseluler terdenaturasi, setelah itu sel
membengkak (edema seluler).
Akumulasi asam laktat pada jaringan otak berperan dalam perluasan
kerusakan sel. Akumulasi asam laktat yang dapat menimbulkan neurotoksik
terjadi apabila kadar glukosa darah otak tinggi sehingga terjadi peningkatan
glikolisis dalam keadaan iskemia.
2.4 KLASIFIKASI
The Oxford Community Stroke Project classification (OCSP) juga dikenal
sebagai Banford atau Oxford klasifikasi mengelompokkan infark cerebri ke dalam
4 kelompok yaitu4,5:
1. Infark Sirkulasi Anterior Total (TACI)
mengacu pada gejala pasien yang secara klinis tampak menderita infark sirkulasi
anterior total, tetapi belum mendapatkan pencitraan diagnostik apapun (misalnya
CT Scan) untuk mengkonfirmasi diagnosis
2. Infark Sirkulasi Anterior Parsial (PACI)
mengacu pada gejala pasien yang secara klinis tampak menderita infark sirkulasi
anterior parsial, tetapi belum mendapatkan pencitraan diagnostik apapun
(misalnya CT Scan) untuk mengkonfirmasi diagnosis
3. Infark Lacunar (LACI)
6
Infark lacunar adalah jenis infark yang dihasilkan dari oklusi salah satu arteri
penetrasi yang menyediakan darah ke struktur-struktur otak bagian dalam.
Lacunes (bahasa latin untung ruang kosong) disebabkan oleh oklusi satu arteri
penetrasi mendalam yang muncul langsung dari konstituen Lingkaran Willis,
arteri cerebellar, dan arteri basilar. Lesi yang sesuai terjadi pada inti yang
mendalam dari otak (37% putamen, 14% thalamus, dan 10% caudatus) serta pons
(16%) atau posterior limb dari kapsul internal yang (10%), jarang terjadi pada
substansia putih, anterior limb kapsul internal dan cerebellum.
4. Infark Sirkulasi Posterior (POCI).
mengacu pada gejala pasien yang secara klinis tampak menderita infark sirkulasi
posterior, tetapi belum mendapatkan pencitraan diagnostik apapun (misalnya CT
Scan) untuk mengkonfirmasi diagnosis.
• Ataxic hemiparesis
Lokasi: posterior limb kapsula interna, basis pontis, corona radiata, red nucleus,
lentiform nucleus
Gejala: merupakan kombinasi gejala cerebelar dan gejala motoris
• Dysarthria/clumsy hand
Lokasi: basis pontis, anterior limb kapsula interna, corona radiata, basal ganglia,
thalamus, cerebral peduncle
Gejala: gejala utama adalah disartria dan kelemahan tangan, yang terlihat jelas
saat pasien menulis
• Pure sensory stroke
Lokasi: contralateral thalamus, capsula interna, corona radiata, midbrain
Gejala: mati rasa, kesemutan dan sensasi tidak nyaman pada salah satu sisi tubuh
• Mixed sensorimotor stroke
Lokasi: thalamus and adjacent posterior internal capsule, lateral pons
Gejala: kombinasi hemiparesis/hemiplegia dengan gangguan sensoris ipsilateral
4. POCI (Infark Sirkulasi Posterior)
• Disfungsi saraf otak, satu atau lebih sisi ipsilateral, dan gangguan motorik,
sensorik kontralateral
• Gangguan motorik / sensorik bilateral
• Gangguan gerakan konjungat mata ( horisontal et vertical)
• Disfungsi serebral
• Isolated hemianopia atau buta kortikal.
2.6 DIAGNOSIS6
Diagnosis infark serebri ditegakkan berdasarkan temuan klinis yang
dilakukan dengan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan pemeriksaan
penunjang. Anamnesis dan pemeriksaan fisik dilakukan untuk menemukan
adanya gejala defisit neurologi yang mendadak, tanpa trauma kepala, serta faktor
resiko lainnya.
Pada anamnesis dapat ditemukan gangguan global yang berupa gangguan
kesadaran, sedangkan gangguan fokal yang muncul mendadak, dapat berupa :
8
2.7 PENATALAKSANAAN7,8
Target managemen pada infark akut adalah untuk menstabilkan pasien dan
menyelesaikan evaluasi dan pemeriksaan termasuk diantaranya pencitraan dan
pemeriksaan laboratorium dalam jangka waktu 60 menit setelah pasien tiba.
1. Penatalaksanaan Umum
Pada keadaan dimana aliran darah kurang seperti pada stroke atau
peningkatan TIK, pembuluh darah otak tidak memiliki kemampuan
vasoregulator sehingga hanya bergantung pada maen arterial pressure
(MAP) dan cardiac output (CO) untuk mempertahankan aliran darah otak.
Oleh karena itu, usaha agresif untuk menurunkan tekanan darah dapat
berakibat turunnya tekanan perfusi yang nantinya akan semakin
memperberat iskemik. Di sisi lain didapatkan bahwa pemberian terapi anti
hipertensi diperlukan jika pasien memiliki tekanan darah yang ekstrim
(sistole lebih dari 220 mmHg dan diastole lebih dari 120 mmHg) atau
pasien direncanakan untuk mendapatkan terapi trombolitik.
Adapun langkah-langkah pengontrolan tekanan darah pada pasien stroke
non hemoragik adalah sebagai berikut. Jika pasien tidak direncanakan
untuk mendapatkan terapi trombolitik, tekanan darah sistolik kurang dari
220 mmHg, dan tekanan darah diastolik kurang dari 120 mmHg tanpa
adanya gangguan organ end-diastolic maka tekanan darah harus diawasi
(tanpa adanya intervensi) dan gejala stroke serta komplikasinya harus
ditangani.
Untuk pasien dengan TD sistolik di atas 220 mmHg atau diastolik antara
120-140 mmHg maka pasien dapat diberikan labetolol (10-20 mmHg IV
selama 1-2 menit jika tidak ada kontraindikasi. Dosis dapat ditingkatkan
14
atau diulang setiap 10 menit hingga mencapai dosis maksiamal 300 mg.
Sebagai alternatif dapat diberikan nicardipine (5 mg/jam IV infus awal)
yang dititrasi hingga mencapai efek yang diinginkan dengan
menambahkan 2,5 mg/jam setiap 5 menit hingga mencapai dosis maksimal
15 mg/jam. Pilihan terakhir dapat diberikan nitroprusside 0,5
mcg/kgBB/menit/IV via syringe pump. Target pencapaian terapi ini adalah
nilai tekanan darah berkurang 10-15 persen.
Pada pasien yang akan mendapatkan terapi trombolitik, TD sistolik lebih
185 mmHg, dan diastolik lebih dari 110 mmHg maka dibutuhkan
antihipertensi. Pengawasan dan pengontrolan tekanan darah selama dan
setelah pemberian trombolitik agar tidak terjadi komplikasi perdarahan.
Preparat antihipertensi yang dapat diberikan adalah labetolol (10-20
mmHg/IV selama 1-2 menit dapat diulang satu kali). Alternatif obat yang
dapat digunakan adalah nicardipine infuse 5 mg/jam yang dititrasi hingga
dosis maksimal 15 mg/jam.
Pengawasan terhadap tekanan darah adalah penting. Tekanan darah harus
diperiksa setiap 15 menit selama 2 jam pertama, setiap 30 menit selama 6
jam berikutnya, dan setiap jam selama 16 jam terakhir. Target terapi
adalah tekanan darah berkurang 10-15 persen dari nilai awal. Untuk
mengontrol tekanan darah selama opname maka agen berikut dapat
diberikan
1. TD sistolik 180-230 mmHg dan diastolik 105-120 mmHg maka dapat
diberikan labetolol 10 mg IV selama 1-2 menit yang dapat diulang
selama 10-20 menit hingga maksimal 300 mg atau jika diberikan lewat
infuse hingga 2-8 mg/menit.
2. TD sistolik lebih dari 230 mmHg atau diastolik 121-140 mmHg dapat
diberikan labetolol dengan dosis diatas atau nicardipine infuse 5
mg/jam hingga dosis maksimal 15mg/jam.
3. Penggunaan nifedipin sublingual untuk mengurangi TD dihindari
karena dapat menyebabkan hipotensi ekstrim.
f. Pengontrolan demam
15
Edema serebri terjadi pada 15 persen pasien dengan stroke non hemoragik
dan mencapai puncak keparahan 72-96 jam setelah onset stroke.
Hiperventilasi dan pemberian manitol rutin digunakan untuk mengurangi
tekanan intrakranial dengan cepat.
h. Pengontrolan kejang
Kejang terjadi pada 2-23 persen pasien dalam 24 jam pertama setelah
onset. Meskipun profilaksis kejang tidak diindikasikan, pencegahan
terhadap sekuel kejang dengan menggunakan preparat antiepileptik tetap
direkomendasikan.
2. Penatalaksanaan Khusus
a. Terapi Trombolitik
Tissue plaminogen activator (recombinant t-PA) yang diberikan secara
intravena akan mengubah plasminogen menjadi plasmin yaitu enzim
proteolitik yang mampu menghidrolisa fibrin, fibrinogen dan protein
pembekuan lainnya.
Pada penelitian NINDS (National Institute of Neurological Disorders and
Stroke) di Amerika Serikat, rt-PA diberikan dalam waktu tidak lebih dari 3
jam setelah onset stroke, dalam dosis 0,9 mg/kg (maksimal 90 mg) dan
10% dari dosis tersebut diberikan secara bolus IV sedang sisanya
diberikan dalam tempo 1 jam. Tiga bulan setelah pemberian rt-PA didapati
pasien tidak mengalami cacat atau hanya minimal. Efek samping dari rt-
PA ini adalah perdarahan intraserebral, yang diperkirakan sekitar 6%.
Penggunaan rt-PA di Amerika Serikat telah mendapat pengakuan FDA
pada tahun 1996.9
16
d. Terapi Neuroprotektif
e. Pembedahan
2.8 KOMPLIKASI
Komplikasi akut bisa berupa gangguan neurologis atau non neurologis.
Gangguan neurologis misalnya edema serebri dan peningkatan tekanan
intrakranial yang dapat menyebabkan herniasi atau kompresi batang otak, kejang,
dan transformasi hemoragik. Gangguan nonneurologis, misalnya adalah infeksi
(contoh: pneumonia), gangguan jantung, gangguan keseimbangan elektrolit,
edema paru, hiperglikemia reaktif.6
Kejang biasanya muncul dalam 24 jam pertama pasca stroke dan biasanya
parsial dengan atau tanpa berkembang menjadi umum. Kejang berulang terjadi
pada 20-80% kasus. Penggunaan antikonvulsan sebagai profilaksis kejang pada
pasien stroke tidak terbukti bermanfaat. Terapi kejang pada pasien stroke sama
dengan penanganan kejang pada umumnya. 6
Beberapa penelitian menduga pada hampir semua kejadian infark selalu
disertai komponen perdarahan berupa petekie. Dengan menggunakan CT Scan 5%
dari kejadian infark dapat berkembang menjadi transformasi perdarahan. Lokasi,
ukuran dan etiologi stroke dapat mempengaruhi terjadinya komplikasi ini.
Penggunaan antitrombotik, terutama antikoagulan dan trombolitik meningkatkan
21
2.9 PROGNOSIS
Penanganan dini terhadap pasien stroke sangat mempengaruhi prognosis.
Penanganan yang cepat dan tepat dapat menurunkan angka mortalitas dan
morbiditas. Pencegahan terhadap berbagai faktor resiko stroke harus tetap
dilakukan untuk mencegah terjadinya stroke berulang. 2
BAB 3
STATUS PASIEN
3.1 Anamnesis
Identitas Pribadi
No. Rekam Medis : 02.47.67
Nama : AR
Jenis Kelamin : Laki-laki
Usia : 46 tahun (lahir 1/06/1972)
Suku Bangsa : Indonesia
Agama : Islam
Alamat : Gg. Adil Dusun V Sei Rotan
Status : Menikah
Pekerjaan : TNI AD
Tanggal Masuk : 23 November 2018
22
23
3.2.2 AnamnesaTraktus
Traktus Sirkulatorius : Nyeri dada (-), hipertensi (-)
Traktus Respiratorius : Tidak dijumpai gangguan, sesak (-), batuk (-)
Traktus Digestivus : Tidak dijumpai kelainan, BAB normal
Traktus Urogenitalis : Tidak dijumpai kelainan, BAK normal
Penyakit Terdahulu :DM (-), HT (-), Penyakit Jantung (-),
Hiperkolesterolemia (-), Stroke (-)
Intoksikasi dan Obat-obatan : Tidak jelas
Pekerjaan : TNI AD
Perkawinan : Sudah Menikah
Lapangan Pandang
Normal : + +
Menyempit : - -
Hemianopsia : - -
Scotoma : - -
Refleks Ancaman : + +
Fundus Okuli
• Warna : Tidak dilakukan pemeriksaan
Palpasi otot masseter dan temporalis : dalam batas normal dalam batas normal
Kekuatan gigitan : dalam batas normal dalam batas normal
Sensorik
Kulit : dalam batas normal dalam batas normal
Selaput lendir : dalam batas normal dalam batas normal
Refleks Kornea
Langsung : (+) (+)
Tidak Langsung : (+) (+)
Refleks Masseter : tdp tdp
Refleks bersin : tdp tdp
Vestibularis
Nistagmus : (-) (-)
Reaksi Kalori : tidak dilakukan pemeriksaan
Vertigo : (-) (-)
Tinnitus : (-) (-)
Nervus IX, X
Pallatum Molle : Medial
Uvula : Medial
Disfagia : (-)
Disartria : (+)
Disfonia : (-)
Refleks Muntah : tdp
Pengecapan 1/3 Belakang Lidah : tdp
Nervus XI Kanan Kiri
Mengangkat Bahu : (+) (+)
Fungsi Otot Sternocleidomastoideus : (+) (+)
Nervus XII
Lidah
Tremor : (-)
Atrofi : (-)
Fasikulasi : (-)
Ujung Lidah Sewaktu Istirahat : Medial
Ujung Lidah Sewaktu Dijulurkan : Medial
• Grafestesia : (+)
3.4.9 Koordinasi
Bicara : Sulit berbicara dengan jelas
Menulis : Sulit menulis
Percobaan Apraksia : Dalam batas normal
Mimik : Sudut bibir kiri tertarik
Test Telunjuk-Telunjuk : Tidak dilakukan pemeriksaan
Test Telunjuk-Hidung : Tidak dilakukan pemeriksaan
Diadokhokinesia : Tidak dilakukan pemeriksaan
Test Tumit-Lutut : Tidak dilakukan pemeriksaan
Test Romberg : Tidak dilakukan pemeriksaan
3.4.10 Vegetatif
Vasomotorik : Tidak dilakukan pemeriksaan
Sudomotorik : Tidak dilakukan pemeriksaan
Pilo-Erektor : Tidak dilakukan pemeriksaan
Miksi : Dalam batas normal
Defekasi : Dalam batas normal
Potens dan Libido : Tidak dilakukan pemeriksaan
3.4.11 Vertebra
Bentuk
Normal : (+)
Scoliosis : (-)
31
Hiperlordosis : (-)
Pergerakan
Leher : Dalam batas normal
Pinggang : Dalam batas normal
3.4.13 Gejala-GejalaSerebelar
Ataksia : (-)
Disartria : (-)
Tremor : (-)
Nistagmus : (-)
Fenomena Rebound : (-)
Vertigo : (-)
Dan Lain-lain : (-)
Diri : normal
Tempat : normal
Waktu : normal
Situasi : normal
Intelegensia : Tidak dilakukan pemeriksaan
Daya Pertimbangan : Tidak dilakukan pemeriksaan
Reaksi Emosi : Tidak dilakukan pemeriksaan
Afasia
Ekspresif : (-)
Reseptif : (-)
Apraksia : Tidak dilakukan pemeriksaan
Agnosia
Agnosia visual : (-)
Agnosia Jari-jari : (-)
Akalkulia : (-)
DisorientasiKanan-Kiri : (-)
Status Presens
Tekanan Darah : 160/100 mmHg
Nadi : 88 x/menit
Frekuensi Nafas : 20 x/menit
Temperature : 36,7°C
STATUS NEUROLOGIS
Sensorium : Compos mentis
Peningkatan TIK : Sakit kepala (-)
Muntah proyektil (-)
Kejang (-)
Rangsang Meningeal : (-)
Nervus Kranialis
N. I : normosmia
N. II,III : refleks cahaya +/+, pupil isokor Ø=3mm
N. III,IV,VI : gerakan bola mata (+)
34
3.6. Diagnosis
DIAGNOSIS FUNGSIONAL : Hemiparese dekstra + Disartria
DIAGNOSIS ETIOLOGI : ischemic e.c thrombosis, hipertensi
DIAGNOSIS ANATOMIK : Intraserebri
DIAGNOSIS BANDING : 1. Infark serebri
2. Transient Iskemik Attack
3. Cerebral Venous Thrombosis
DIAGNOSA KERJA : Hemiparese dekstra + Disartria e.c Infark
Serebri
35
3.7. Penatalaksanaan
3.7.1. Penatalaksanaan Awal
1. IVFD Rsol 20 gtt/i
2. Valsartan 1x80 mg
3. Amlodipin 1x10mg
FOLLOW UP
Nervus Kranialis
N. I : Tidak dilakukan pemeriksaan
N. II,III : Refleks cahaya (+/+), pupil isokor Ø=3mm
N. III,IV,VI : Gerakan bola mata (+)
N. V : Buka tutup mulut (+)
N. VII : Sudut mulut tidak simetris
N. VIII : Dalam batas normal
N. IX, X : Uvula medial (+)
N. XI : Mengangkat bahu (+/+)
N. XII : Lidah istirahat medial, lidah saat dijulurkan medial
STATUS NEUROLOGIS
Sensorium : Compos mentis
Peningkatan TIK : Sakit kepala (-)
Muntah proyektil (-)
Kejang (-)
Rangsang Meningeal :-
Refleks Fisiologis Kanan Kiri
B/T : ++/++ ++/++
APR/KPR : ++/++ ++/++
Refleks Patologis Kanan Kiri
H/T : -/- -/-
Babinski : - -
Kekuatan Motorik : ESD : 54444 / 54444 ESS: 55555 / 55555
EID : 55555 / 55555 EIS : 55555 / 55555
A Infark Serebri
36
37
P 1. Bed Rest
2. IVFD RSol 20gtt/i
3. Apfor 1 x 100mg
4. Valsartan 1 x 80mg (pagi)
5. Amlodipin 1 x 10mg (malam)
6. Allupurinol 1 x 300mg
7. Neurodex 1 x 1
R/ - Lipid profile
- Pantau hemodinamik
Nervus Kranialis
N. I : Tidak dilakukan pemeriksaan
N. II,III : Refleks cahaya (+/+), pupil isokor Ø=3mm
N. III,IV,VI : Gerakan bola mata (+)
N. V : Buka tutup mulut (+)
N. VII : Sudut mulut tidak simetris
N. VIII : Dalam batas normal
N. IX, X : Uvula medial (+)
N. XI : Mengangkat bahu (+/+)
N. XII : Lidah istirahat medial, lidah saat dijulurkan medial
STATUS NEUROLOGIS
Sensorium : Compos mentis
Peningkatan TIK : Sakit kepala (-)
Muntah proyektil (-)
Kejang (-)
Rangsang Meningeal :-
Refleks Fisiologis Kanan Kiri
B/T : ++/++ ++/++
APR/KPR : ++/++ ++/++
Refleks Patologis Kanan Kiri
H/T : -/- -/-
Babinski : - -
Kekuatan Motorik : ESD : 55544 / 55544 ESS: 55555 / 55555
EID : 55555 / 55555 EIS : 55555 / 55555
38
A Infark Serebri
P 1. Bed Rest
2. IVFD RSol 20gtt/i
3. Apfor 1 x 100mg
4. Valsartan 1 x 80mg (pagi)
5. Amlodipin 1 x 10mg (malam)
6. Allupurinol 1 x 300mg
7. Neurodex 1 x 1
LIPID PROFILE
- Cholestrol total : 169 mg/dL (<200 mg/dL)
- HDL Cholestrol : 38 mg/dL (>40 mg/dL)
- LDL Cholestrol : 100 mg/dL (<100 mg/dL)
- Trigliserida : 152 mg/dL (<150 mg/dL)
Nervus Kranialis
N. I : Tidak dilakukan pemeriksaan
N. II,III : Refleks cahaya (+/+), pupil isokor Ø=3mm
N. III,IV,VI : Gerakan bola mata (+)
N. V : Buka tutup mulut (+)
N. VII : Sudut mulut tidak simetris
N. VIII : Dalam batas normal
N. IX, X : Uvula medial (+)
N. XI : Mengangkat bahu (+/+)
N. XII : Lidah istirahat medial, lidah saat dijulurkan medial
STATUS NEUROLOGIS
Sensorium : Compos mentis
Peningkatan TIK : Sakit kepala (-)
Muntah proyektil (-)
Kejang (-)
39
Rangsang Meningeal :-
Refleks Fisiologis Kanan Kiri
B/T : ++/++ ++/++
APR/KPR : ++/++ ++/++
Refleks Patologis Kanan Kiri
H/T : -/- -/-
Babinski : - -
Kekuatan Motorik : ESD : 55544 / 55544 ESS: 55555 / 55555
EID : 55555 / 55555 EIS : 55555 / 55555
A Infark Serebri
P 1. Bed Rest
2. IVFD RSol 20gtt/i
3. Apfor 1 x 100mg
4. Valsartan 1 x 80mg (pagi)
5. Amlodipin 1 x 10mg (malam)
6. Allupurinol 1 x 300mg
7. Neurodex 1 x 1
R/ PBJ
BAB 5
DISKUSI KASUS
Teori Kasus
Definisi:
Infark serebri adalah kematian neuron- Pasien laki-laki, Tn. A, 46
neuron, sel glia dan sistem pembuluh tahun datang ke IGD Rumah
Sakit Putri Hijau Kesdam I
darah yang disebabkan kekurangan
BB Medan dengan keluhan
oksigen dan nutrisi. Berdasarkan sulit bicara sejak 3 hari
penyebabnya Infark dapat dibagi SMRS. Pasien mengaku
menjadi 3, yaitu: ingin berbicara tapi sulit
untuk mengatakannya.
1. Infark anoksik, disebabkan Pasien merasa cara
kekurangan oksigen, walaupun berbicaranya berubah
aliran darahnya
normal, namun masih mengerti apa
misalnya asphyxia
yang dibicarakan orang lain.
Gejala datang tiba-tiba di
pagi hari dan tidak didahului
2. Infark hipoglikemik, terjadi bila
penurunan kesadaran
kadar glukosa darah dibawah sebelumnya. Pasien juga
batas kritis
untuk waktu yang mengeluhkan lemah pada
lama, misalnya koma tangan sebelah kanan. Hal
hipoglikemik
ini dialami pasien + 2 hari
yang lalu. Lemah diawali
3. Infark iskemik, terjadi gangguan rasa kebas pada tangan.
aliran darah yang menyebabkan Keluhan sakit kepala hebat,
berkurangnya aliran oksigen muntah menyembur, dan
kejang sebelumnya tidak
dan nutrisi
dijumpai.
Manifestasi klinis:
1. TACI (Infark Sirkulasi Anterior Pada pasien gejala yang
Total) ditemukan antara lain:
• Hemiparesis dengan atau tanpa 1. Kesulitan berbicara
gangguan sensorik (kolateral sisi 2. Kelemahan lengan
lesi) kanan atas
• Hemianopia (kolateral sisi lesi)
• Gangguan fungsi luhur,
misalnya afasia, gangguan
visuospasial, hemineglect,
agnosia, apraxia.
40
41
hemiparesis/hemiplegia dengan
gangguan sensoris ipsilateral
Diagnostik:
1. Anamnesa 1. Anamnesa
Pasien biasanya menjelaskan Kesulitan bicara sejak 2
suatu rasa berat dan kekakuan hari SMRS, dan
pada otot. Kelemahan dimulai memberat dalam 2 ajm
dari paha dan betis, yang smrs. Kemudian
kemudian menyebar ke tangan keluhan dirasakan
dan leher. Predominan berupa lemah pada
kelemahan proksimal; otot-otot tangan kanan yang
distal mungkin bisa terlibat diawali dengan rasa
setelah latihan-latihan yang kebas.
melelahkan. Paralisis komplet
jarang dan masih ada sedikit sisa 2. Pemeriksaan fisik
gerakan. Keterlibatan otot napas • Kekuatan motorik
jarang. Kelemahan terjadi dijumpai menurun:
selama istirahat setelah suatu ESD: 55544/55544
latihan berat atau selama puasa. ESS: 55555/55555
2. Pemeriksaan fisik EID: 55555/55555
Paralisis yang terjadi pada EIS: 55555/55555
penyakit ini umumnya berlokasi • Refleks fisiologis :
di bahu dan panggul meliputi dalam batas normal
juga tangan dan kaki, bersifat • Refleks patologis: -
intermiten, serangan biasanya • Pemeriksaan fisik lain:
berakhir sebelum 24 jam, -sudut mulut asimetris
kekuatan motorik menurun, -disartria (+)
refleks fisiologi positif, refleks
patologis negatif, dan
pemeriksaan lain biasanya
dalam batas normal.
43
3. Pemeriksaan penunjang
- Darah lengkap
- Elektrolit
- Foto Head CT-Scan
Tatalaksana
- IVFD Rsol 20 gtt/i
Target managemen pada infark akut - Valsartan 1x80 mg
adalah untuk menstabilkan pasien dan - Amlodipin 1x10mg
menyelesaikan evaluasi dan
pemeriksaan termasuk diantaranya
pencitraan dan pemeriksaan
laboratorium dalam jangka waktu 60
menit setelah pasien tiba.
Selanjutnya diberikan Penatalaksanaan
umum yaitu :
1. Pemantauan dan penanganan
Airway, Breathing, dan Circulation
2. Kontrol kadar gula darah
3. Kontrol Tekanan darah
4. Pemantauan dan penanganan
terjadinya kejang
Kemudian diberikan penanganan
khusus sesuai fase onset setelah
terjadinya maupun keadaaan
penyumbatan yang massif yaitu dengan
pemberian :
1. Terapi Trombolitik
2. Anti koagulan
3. Anti platelet
4. Neuroprotektif
5. Pertimbangan untuk dilakukan
pembedahan
BAB 6
KESIMPULAN
Pasien laki-laki, Tn. A, 46 tahun datang ke IGD Rumah Sakit Putri Hijau
Kesdam I BB Medan dengan keluhan sulit bicara sejak 3 hari SMRS dan juga
kesulitan untuk menulis. Pasien didiagnosa dengan Infark Serebri. Pasien
memiliki factor resiko Hipertensi. Pasien kemudan diberikan tatalaksana IVFD
Rsol 20 gtt/i, Valsartan 1x80 mg, dan Amlodipin 1x10mg.
44
DAFTAR PUSTAKA
45