BAB IX
PEMASARAN, INVESTASI, DAN ANALISIS KELAYAKAN
9.1 Pemasaran
Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang membaik menyebabkan
konstruksi dan infrastruktur tumbuh subur. Dengan pertumbuhan konstruksi dan
infrastruktur yang semakin menjanjikan, permintaan akan bahan bangunan juga
meningkat. Bahan Galian Tanah Urug yang memiliki banyak manfaat mempunyai
peranan penting di sektor konstruksi dan industri, terutama dalam
pembangunan infrastruktur, seperti jalan raya, gedung, dan lainnya.
Tanah Urug merupakan salah satu dari bahan galian yang termasuk dalam
bahan galian industri, dan terdapat di Indonesia (khususnya di Daerah Istimewa
Yogyakarta dan Jawa Tengah) dalam jumlah yang sangat banyak. Selain
cadangannya yang cukup banyak, juga dapat dimanfaatkan dalam berbagai
industri.
Gambar 9.1.
Penggunaan Tanah Urug untuk Urugan
9.1.1. Prospek Pemasaran
Seiring dengan pertambahan penduduk maka permintaan Tanah Urug
sebagai bahan bangunan akan selalu mengalami peningkatan yang cukup
signifikan. Bahkan kemungkinan kenaikan permintaan Tanah Urug lebih dari itu,
terlebih lagi di daerah yang saat ini sedang gencar menggalakkan pembangunan,
IX-1
LAPORAN STUDI KELAYAKAN
a.n. PANUT SAPUTRO
DESA NGARGOSARI, KECAMATAN AMPEL, KABUPATEN BOYOLALI,
PROVINSI JAWA TENGAH
seperti pembuatan jalan tol. Dengan permintaan kebutuhan Tanah Urug sebagai
bahan bangunan tentunya terjadi kenaikan yang setara. Di daerah sekitar
penambangan yaitu Kabupaten Boyolali mempunyai permintaan Tanah Urug
yang cukup tinggi sebagai bahan bangunan jalan maka usaha pertambangan
Tanah Urug milik Panut Saputro tidak mengalami kesulitan dalam memasarkan
produknya.
9.1.2 Proses Pemasaran
Untuk penjualan Tanah Urug dipasarkan ke konsumen yang
membutuhkan bahan bangunan seperti kontraktor bangunan, perseorangan,
jalan atau juga dapat dipasarkan di toko material bahan bangunan. Hasil
tambang dijual dengan sistem pembayaran cash and carry. Jadi pembayaran
disaat setelah dump truck terpenuhi oleh muatan.
Kajian teknis, ekonomi dan keuangan dilakukan untuk mengetahui
prospek sumberdaya dan cadangan Tanah Urug di wilayah IUP OP Panut Saputro.
Analisis ini dilaksanakan berdasarkan umur tambang selama 3 tahun sesuai
dengan target produksi tahunan yang telah direncanakan. Analisis kelayakan
disesuaikan dari umur tambang tahap pertama yaitu 3 tahun. Analisis keuangan
dan keekonomian dilakukan berdasarkan konsep aliran tunai diskonto
(discounted cash flow analysis). Masukan utama untuk analisis komponen biaya
kapital adalah biaya produksi, sedangkan faktor penting lainnya adalah
produktivitas alat dan harga jual bahan galian Tanah Urug. Analisis ini dibuat
berdasarkan alternatif pola kerja yang akan ditetapkan yaitu seluruh kegiatan
penambangan termasuk pengupasan tanah penutup dilakukan dengan
dikerjakan sendiri.
Beberapa asumsi yang digunakan dalam analisis aspek keuangan dan
keekonomian adalah:
• Struktur pembiayaan adalah 50% biaya sendiri 50% pinjaman.
• Harga jual Tanah Urug adalah Rp 175.000,00/rit atau Rp 25.000,00/m3
• Minimum Attractive Rate of Return (MARR) sebesar 12%
• Eskalasi biaya maupun harga sebesar 5% pertahun
IX-2
LAPORAN STUDI KELAYAKAN
a.n. PANUT SAPUTRO
DESA NGARGOSARI, KECAMATAN AMPEL, KABUPATEN BOYOLALI,
PROVINSI JAWA TENGAH
Modal kerja merupakan bagian dari biaya investasi. Modal kerja adalah
modal yang diperlukan untuk membiayai kegiatan operasional penambangan
sebelum perusahaan mendapatkan hasil penjualan produk. Besarnya modal kerja
diperkirakan sebesar biaya yang dikeluarkan selama 3 bulan kegiatan operasional
penambangan. Modal kerja untuk pemrakarsa sebesar 4/12 dari total biaya
investasi pada tahun ke 0 sebesar Rp 543.908.859,38.
IX-3
LAPORAN STUDI KELAYAKAN
a.n. PANUT SAPUTRO
DESA NGARGOSARI, KECAMATAN AMPEL, KABUPATEN BOYOLALI,
PROVINSI JAWA TENGAH
IX-4
LAPORAN STUDI KELAYAKAN
a.n. PANUT SAPUTRO
DESA NGARGOSARI, KECAMATAN AMPEL, KABUPATEN BOYOLALI,
PROVINSI JAWA TENGAH
IX-5
LAPORAN STUDI KELAYAKAN
a.n. PANUT SAPUTRO
DESA NGARGOSARI, KECAMATAN AMPEL, KABUPATEN BOYOLALI,
PROVINSI JAWA TENGAH
No Komponen 1 2 3 Total
A Biaya Produksi Langsung
1 Penambangan Rp 1,569,040,000.00 Rp 1,569,040,000.00 Rp 1,569,040,000.00 Rp 3,138,080,000.00
2 Pendukung Rp 10,575,000.00 Rp 10,575,000.00 Rp 10,575,000.00 Rp 21,150,000.00
Total Biaya Produksi Langsung Rp 1,579,615,000.00 Rp 1,579,615,000.00 Rp 1,579,615,000.00 Rp 3,159,230,000.00
B Biaya Umum dan Administrasi
1 Gaji Rp 362,500,000.00 Rp 362,500,000.00 Rp 362,500,000.00 Rp 725,000,000.00
2 BPJS Karyawan (3%) Rp 10,875,000.00 Rp 10,875,000.00 Rp 10,875,000.00 Rp 21,750,000.00
3 PPh (5%) Rp 543,750.00 Rp 543,750.00 Rp 543,750.00 Rp 1,087,500.00
4 Administrasi Rp 10,000,000.00 Rp 10,000,000.00 Rp 10,000,000.00 Rp 20,000,000.00
5 Konsumsi Rp 24,000,000.00 Rp 24,000,000.00 Rp 24,000,000.00 Rp 48,000,000.00
6 Listrik Rp 5,000,000.00 Rp 5,000,000.00 Rp 5,000,000.00 Rp 10,000,000.00
7 Air Rp 5,000,000.00 Rp 5,000,000.00 Rp 5,000,000.00 Rp 10,000,000.00
8 Telepon Rp 2,000,000.00 Rp 2,000,000.00 Rp 2,000,000.00 Rp 4,000,000.00
10 Biaya Lingkungan dan K3 Rp 10,000,000.00 Rp 10,000,000.00 Rp 10,000,000.00 Rp 20,000,000.00
11 Biaya Perawatan Infrastruktur Rp 37,500,000.00 Rp 37,500,000.00 Rp 37,500,000.00 Rp 75,000,000.00
12 Biaya CSR Rp 25,000,000.00 Rp 25,000,000.00 Rp 25,000,000.00 Rp 50,000,000.00
Total Biaya Umum dan Administrasi Rp 492,418,750.00 Rp 492,418,750.00 Rp 492,418,750.00 Rp 984,837,500.00
C Total Biaya Operasi Rp 2,072,033,750.00 Rp 2,072,033,750.00 Rp 2,072,033,750.00 Rp 4,144,067,500.00
D Total Biaya Operasi Tereskalasi Rp 2,175,635,437.50 Rp 2,284,417,209.38 Rp 2,398,638,069.84 Rp 4,460,052,646.88
E Biaya Operasi per Ritase Rp 121,835.58 Rp 127,927.36 Rp 131,654.83
F Biaya Operasi per m3 Rp 17,405.08 Rp 18,275.34 Rp 18,807.83
Tabel 9.2.
Total Biaya Produksi selama 3 Tahun
Pada biaya operasional yaitu untuk tahun 1 sampai dengan tahun ke 3
yang mana mengalami kenaikan/ ekskalasi sebesar 5% setiap tahunnya, yang
dihitung langsung pada total biaya operasi yang bertujuan untuk mengikuti harga
barang-barang yang selalu naik akibat adanya inflasi. Perhitungan eskalasi ini
terdapat pada perhitungan cash flow pada lampiran biaya.
9.4. Pendapatan Penjualan
Target produksi penambangan dan penjualan Tanah Urug adalah sebesar
377.534 m3. Kemudian harga jual dari Tanah Urug adalah sebesar Rp
25.000,00/m3. Perhitungan pendapatan dapat dilihat pada tabel berikut dan
pada lampiran biaya.
IX-6
LAPORAN STUDI KELAYAKAN
a.n. PANUT SAPUTRO
DESA NGARGOSARI, KECAMATAN AMPEL, KABUPATEN BOYOLALI,
PROVINSI JAWA TENGAH
Tabel 9.3.
Pendapatan Penjualan Tanah Urug
Tahun 1 2
Ritase Sirtu 17,857 17,857
Perawatan Infrastruktur Rp 35,714,285.71 Rp 35,714,285.71
Perawatan Infrastruktur Tereskalasi 5% Rp 37,500,000.00 Rp 39,375,000.00
3 Total
18,219 53,933
Rp 36,438,285.71 Rp 107,866,857.14
Rp 42,181,870.50 Rp 119,056,870.50
9.5. Break Even Point (BEP)
9.5.1. Tingkat Bunga Pengembalian (Internal Rate of Return/IRR atau DCFROR)
IRR dari suatu investasi dapat didefinisikan sebagai tingkat suku bunga
yang akan menyebabkan nilai ekuivalen biaya investasi sama dengan
ekuivalen penerimaan atau tingkat suku bunga yang dapat menyebabkan
nilai sekarang bersih (NSB) sama dengan nol (Stermole, Franklin,J., 1990).
Pengertian di atas dirumuskan sebagai berikut :
n n
(C )t (Co)t
t =0 (1 + i ) t
=
t =0 (1 + i ) t
dengan :
(C)t = aliran kas masuk tahun ke-t;
(CO)t = aliran kas keluar tahun ke-t;
i = suku bunga pengembalian (rate of return)/IRR;
n = umur investasi;
t = tahun.
9.5.2. Nilai Sekarang Bersih / NPV (Net Present Value)
NSB merupakan selisih antara penerimaan dan pengeluaran bersih yang
bernilai sekarang dan dihitung berdasarkan tingkat pengembalian
minimum. NSB digunakan dan dihitung nilai ekuivalen pada saat ini dari
aliran dana yang berupa pendapatan dan pengeluaran di waktu yang akan
datang dari suatu rencana investasi atau asset tertentu. (Stermole,
Franklin, J.,1990). Pengertian di atas dapat dirumuskan sebagai berikut :
IX-7
LAPORAN STUDI KELAYAKAN
a.n. PANUT SAPUTRO
DESA NGARGOSARI, KECAMATAN AMPEL, KABUPATEN BOYOLALI,
PROVINSI JAWA TENGAH
n n
(C )t (Co)t
NPV = −
t =0 (1 + i ) t =0 (1 + i ) t
t
dengan :
NPV = nilai sekarang bersih;
(C)t = aliran kas masuk tahun ke-t;
(Co)t = aliran kas keluar tahun ke-t;
n = umur investasi (tahun);
i = suku bunga pengembalian (rate of return);
t = tahun.
9.5.3. Waktu Pengembalian Modal (pay back period, PBP)
PBP adalah periode waktu yang dibutuhkan untuk pengembalian modal
atau waktu yang diperlukan untuk menutup kembali pengeluaran
investasi yang dihitung sejak modal ditanamkan.
Tabel 9.4.
Analisa Cashflow 3 Tahun
Hasil Analisis Aliran Uang Kas / Cash Flow
Net Present Value (NPV) Rp 404.570.186,80> 0
12%
Internal Rate Of Return 54,5% > 12%
Pay Back Period 1 tahun 1 Bulan
Berdasarkan hasil tersebut maka usaha pertambangan Tanah Urug yang akan
dilaksanakan oleh Pemrakarsa a.n Panut Saputro di Dusun Ngargosari,
Kecamatan Ampel, Kabupaten Boyolali, Provinsi Jawa Tengah secara ekonomi
dan teknis dinyatakan “Layak” untuk ditambang oleh Pemrakarsa a.n. Panut
Saputro
IX-8
LAPORAN STUDI KELAYAKAN
a.n. PANUT SAPUTRO
DESA NGARGOSARI, KECAMATAN AMPEL, KABUPATEN BOYOLALI,
PROVINSI JAWA TENGAH
Ritase 37,353
IX-9
LAPORAN STUDI KELAYAKAN
a.n. PANUT SAPUTRO
DESA NGARGOSARI, KECAMATAN AMPEL, KABUPATEN BOYOLALI,
PROVINSI JAWA TENGAH
Gambar 9.2
Sensitivitas Terhadap Discount Rate
Dari grafik dan Tabel diatas dapat disimpulkan jika terjadi kenaikan bunga bank
tidak terlalu mempengaruhi pendapatan bersih dan usaha masih aman untuk
dijalankan.
IX-10
LAPORAN STUDI KELAYAKAN
a.n. PANUT SAPUTRO
DESA NGARGOSARI, KECAMATAN AMPEL, KABUPATEN BOYOLALI,
PROVINSI JAWA TENGAH
Tabel 9.7
Sensitivitas Terhadap Harga
Persentase Kenaikan Harga Krakal/Ritase NPV IRR
0% Rp 175,000.00 Rp 404,570,186.80 54.5%
-7% Rp 162,750.00 Rp 7,231,319.61 12.8%
-5% Rp 166,250.00 Rp 120,756,710.24 25.1%
-3% Rp 169,750.00 Rp 234,282,100.86 37.0%
-1% Rp 173,250.00 Rp 347,807,491.49 48.7%
0% Rp 175,000.00 Rp 404,570,186.80 54.5%
1% Rp 176,750.00 Rp 461,332,882.11 60.2%
3% Rp 180,250.00 Rp 574,858,272.74 71.4%
5% Rp 183,750.00 Rp 688,383,663.36 82.6%
7% Rp 187,250.00 Rp 801,909,053.99 93.6%
Gambar 9.3.
Sensitivitas Terhadap Harga
Dari grafik dan tabel sensitifitas terhadap harga, dapat disimpulkan jika terjadi
penurunan harga sebesar 7%, dengan nilai IRR sebesar 12,8% merupakan batas
tidak aman jika usaha masih dijalankan, karena sudah mendekati 12% dan usaha
menjadi tidak menarik lagi untuk dijalankan.
IX-11
LAPORAN STUDI KELAYAKAN
a.n. PANUT SAPUTRO
DESA NGARGOSARI, KECAMATAN AMPEL, KABUPATEN BOYOLALI,
PROVINSI JAWA TENGAH
Tabel 9.8.
Sensitivitas Terhadap Biaya Operasi
Persentase Kenaikan Biaya Operasi / Ritase NPV IRR
Gambar 9.4.
Sensitivitas Terhadap Biaya Operasi
Dari tabel dan grafik sensitifitas terhadap biaya operasi penambangan, jika
terjadi kenaikan biaya operasi sebesar 7% usaha masih tetap aman jika tetap
dijalankan, karena IRR sebesar 27,2% yang berarti masih jauh dengan MARR
sebesar 12%.
IX-12
LAPORAN STUDI KELAYAKAN
a.n. PANUT SAPUTRO
DESA NGARGOSARI, KECAMATAN AMPEL, KABUPATEN BOYOLALI,
PROVINSI JAWA TENGAH
Gambar 9.5.
Profit Margin dan EBITDA Margin
Tahun 1 2 Total
Produksi Sirtu (m³) 125,000 125,000 127,534 377,534
Pajak per (m³) Rp 2,800.00 Rp 2,800.00 Rp 2,800.00 Rp 2,800.00
Pajak Bahan Galian 20% Rp 350,000,000.00 Rp 350,000,000.00 Rp 357,095,200.00 Rp 1,057,095,200.00
Pajak Bahan Galian 20% Tereskalasi Rp 367,500,000.00 Rp 385,875,000.00 Rp 413,382,330.90 Rp 1,166,757,330.90
IX-13