Bab 1 - 2 Perfect (Bu Put)
Bab 1 - 2 Perfect (Bu Put)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Diare adalah buang air besar dengan frekuensi yang tidak normal
(meningkat) dan konsistensi tinja yang lebih lembek atau cair. Penyebab
terjadinya diare diantaranya infeksi (bakteri, parasit, virus), keracunan makanan,
efek obat dan lain-lain. Penyebab kematian anak terbanyak saat ini salah satunya
diakibatkan oleh diare. Pengetahuan orang tua sangat penting dalam menetukan
tindakan yang tepat untuk megetahui pencegahan diare. Dari pengamatan peneliti
beberapa ibu yang membawa anaknya berobat ke puskesmas dengan diare
kondisinya sudah mengalami dehidrasi (kekurangan cairan) yang ditandai dengan
badan lemas, ubun-ubun besar cekung, mukosa bibir kering, turgor kulit turun,
gelisah dan rewel sehingga masuk rumah sakit sudah mengalami dehidrasi.
Sedangkan menurut Mima M. Horne komponen cairan pada bayi 60-70% dari
komponen dalam tubuh, sehingga jika diare tidak segera diatasi bayi akan mudah
mengalami kekurangan cairan. Hal ini yang tidak diketahui oleh ibu.
Menurut World Health Organization (2011) melaporkan bahwa 14%
penyebab utama kematian pada balita adalah Diare. Menurut Riskesdas 2013,
insiden diare berdasarkan gejala sebesar 3,5% (kisaran provinsi 1,6% - 6,3%) dan
insiden diare pada balita sebesar 6,7% (kisaran provinsi 3,3% - 10,2%).
Sedangkan periode prevalance diare berdasarkan gejala sebesar 7% . Pada tahun
2016 terjadi 3 kali KLB diare yang tersebar di 3 provinsi, 3 kabupaten, dengan
jumlah penderita 198 orang dan kematian 6 orang (CFR 3,04%). Di NTT ada 107
kasus dan 3 kematian, Jawa Tengah ada 56 kasus dan 3 kematian dan Sumatra
Utara dengan 35 kasus penderita diare (Profil Kesehatan Indonesia 2016). Diare
sebagai penyakit berbahaya karena dapat menyebabkan kematian dan
menimbulkan kejadian luar biasa (Profil Kesehatan Provinsi Kalteng, 2012).
Kejadian luar biasa Diare dilaporkan terjadi di Kalimantan Tengah yaitu di
Kabupaten Kotawaringin Timur dengan jumlah penderita 82 orang dengan Attack
Rate (AR) sebesar 0,13%. Sedangkan proporsi penderita terbanyak pada
kelompok anak laki-laki 50,7% (1.170 penderita). (Profil Kesehatan Provinsi
Kalimantan Tengah 2014). Sedangkan proporsi penderita terbanyak pada
1
2
kelompok anak perempuan 64,6% (Profil Kesehatan Kota Palangka Raya, 2014).
Data yang diperoleh dari survey pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti
sebelumnya pada UPT Puskesmas Bukit Hindu Kota Palangka Raya tercatat
jumlah penemuan kasus pada bulan Desember 2017 tercatat 26 kasus, bulan
Januari 42 kasus dan bulan Februari tercatat 17 kasus pada anak usia 0-5 tahun.
Diare merupakan suatu kumpulan dari gejala infeksi pada saluran
pencernaan yang dapat disebabkan oleh beberapa oraganisme seperti bakteri, virus
dan parasit serta ditandai dengan mula-mula pasien cengeng, gelisah dan suhu
tubuh biasanya meningkat. Beberapa organisme tersebut biasanya menginfeksi
saluran pencernaan manusia melalui makanan dan minuman yang tercemar oleh
organisme tersebut. Dampak yang terjadi jika diare tidak ditangani seperti
dehidrasi, ranjatan hipovolemik, hipokalemia, intoleransi sekunder, kejang dan
malnutrisi energi protein (Ngastiyah, 2012). Kurangnya tingkat pengetahuan ibu
hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor yang mempengaruhi salah satunya
kurang terpaparnya sumber informasi kesehatan.
Pemahaman ibu tentang dampak diare sangat berkaitan dengan informasi
yang diterima. Untuk meningkatkan pengetahuan ibu tentang dampak diare maka
peran perawat dalam memberikan asuhan keperawatan sangat dibutuhkan dalam
usaha promotif itu suatu kegiatan atau serangkaian kegiatan pelayanan kesehatan
yang lebih mengutamakan kegiatan yang bersifat promosi kesehatan dan preventif
adalah suatau kegiatan pencegahan terhadap suatu masalah kesehatan atau
penyakit, seperti mengadakan penyuluhan tentang diare jika tidak segera diatasi
dan dengan pemasangan poster tentang dampak diare. Dari beberapa penjelasan
diatas maka penulis tertarik untuk meneliti penelitian yang dituangkan dalam
bentuk tulisan yang berjudul “Pengaruh Pendidikan Kesehatan terhadap Tingkat
Pengetahuan Ibu Tentang Dampak Diare (Dehidrasi) Pada Anak di UPT
Puskesmas Bukit Hindu Kota Palangka Raya”.
1.2 Rumusan Masalah
Diare merupakan suatu kumpulan dari gejala infeksi pada saluran
pencernaan yang dapat disebabkan oleh beberapa oraganisme seperti bakteri, virus
dan parasit serta ditandai dengan mula-mula pasien cengeng, gelisah dan suhu
tubuh biasanya meningkat. Penyebab kematian anak terbanyak saat ini salah
3
satunya diakibatkan oleh diare. Pengetahuan orang tua sangat penting dalam
menetukan tindakan yang tepat untuk megetahui pencegahan diare, supaya tidak
sampai ke kondisi lebih buruk apa bila terlambat ditangani. Pentingnya
pendidikan kesehatan tentang mengetahui dampak diare (dehidrasi) diharapkan
dapat menambah pengetahuan ibu, mengingat beberapa ibu yang membawa
anaknya berobat ke puskesmas dengan diare kondisinya sudah mengalami
dehidrasi (kekurangan cairan) yang ditandai dengan badan lemas, ubun-ubun
besar cekung, mukosa bibir kering, turgor kulit turun, gelisah dan rewel sehingga
masuk rumah sakit sudah mengalami dehidrasi.
Berdasarkan uraian di atas maka dapat dirumuskan masalah penelitian
sebagai berikut: “Bagaimana Pengaruh Pendidikan Kesehatan terhadap Tingkat
Pengetahuan Ibu Tentang Dampak Diare (Dehidrasi) Pada Anak di UPT
Puskesmas Bukit Hindu Kota Palangka Raya”.
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dalam penelitian ini dapat dibagi menjadi tujuan umum dan tujuan
khusus yaitu sebagai berikut:
1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan terhadap tingkat pengetahuan
ibu tentang dampak diare (dehidrasi) pada anak di UPT Puskesmas Bukit Hindu
Kota Palangka Raya.
1.3.2 Tujuan Khusus
1.3.2.1 Mengidentifikasi tingkat pengetahuan ibu sebelum diberikan pendidikan
kesehatan tentang dampak diare pada anak di UPT Puskesmas Bukit Hindu Kota
Palangka Raya.
1.3.2.1 Mengidentifikasi tingkat pengetahuan ibu setelah diberikan pendidikan
kesehatan tentang dampak diare pada anak di UPT Puskesmas Bukit Hindu Kota
Palangka Raya.
1.3.2.3 Menganalisis studi tingkat pengetahuan ibu tentang dampak diare
(dehidrasi) pada anak di UPT Puskesmas Bukit Hindu Kota Palangka Raya.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat dalam penelitian ini terbagi menjadi teoritis dan praktis yaitu
sebagai berikut:
1.4.1 Teoritis
Adanya penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan dan
dapat menjadi bahan masukan dan informasi serta sebagai bahan pembelajaran
dan untuk memperkuat teori serta meningkatkan mutu profesi keperawatan dalam
4
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
proses (upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain), dan output
(melakukan apa yang diharapkan atau perilaku) (Notoatmodjo, 2012).
Kesehatan menurut Wikipedia adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa,
dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan
ekonomis. Sedangkan kesehatan menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)
tahun 1948 menyebutkan bahwa pengertian kesehatan adalah sebagai “suatu
keadaan fisik, mental, dan sosial kesejahteraan dan bukan hanya ketiadaan
penyakit atau kelemahan.”
Pendidikan kesehatan adalah aplikasi atau penerapan pendidikan dalam
bidang kesehatan. Secara operasional pendidikan kesehatan adalah semua
kegiatan untuk memberikan dan meningkatkan pengetahuan, sikap, praktek baik
individu, kelompok atau masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan
kesehatan mereka sendiri (Notoatmodjo, 2012).
Jadi, dapat disimpulkan bahwa pendidikan kesehatan merupakan upaya
yang dilakukan untuk memberikan pengetahuan sebagai dasar perubahan perilaku
yang dapat meningkatkan status kesehatan individu, keluarga, kelompok, maupun
masyarakat melalui aktivitas belajar. Kegiatan pendidikan kesehatan diharapkan
dapat memantau tercapainya program pengobatan, rehabilitasi, pencegahan,
penyakit dan peningkatan kesehatan.
2.1.1.2 Tujuan Pendidikan Kesehatan
Secara umum, tujuan pendidikan kesehatan adalah mengubah perilaku
individu atau masyarakat di bidang kesehatan. Akan tetapi, perilaku mencakup
hal yang luas sehingga perilaku perlu dikategorikan secara mendasar sehingga
rumusan tujuan pendidikan kesehatan dapat dirinci sebagai berikut (Maulana,
2009: 149).
1) Menjadikan kesehatan sebagai sesuatu yang bernilai di masyarakat. Oleh sebab
6 jawab mengarahkan cara-cara hidup
itu, pendidikan kesehatan bertanggung
sehat menjadi kebiasaan hidup masyarakat sehari-hari.
2) Menolong individu agar mampu secara mandiri atau berkelompok mengadakan
kegiatan untuk mencapai tujuan hidup sehat.
3) Mendorong pengembangan dan penggunaan secara tepat sarana pelayanan
kesehatan yang ada. Adakalanya, pemanfaatan sarana pelayanan yang
dilakukan secara berlebihan atau justru sebaliknya, kondisi sakit, tetapi tidak
menggunakan sarana kesehatan yang ada dengan semestinya.
7
visual, 50% apabila melalui media audio visual, dan 70% apabila dilaksanakan
dalam praktik nyata. Pendidikan kesehatan yang melibatkan banyak indera, baik
penglihatan maupun pendengaran akan lebih mudah diingat dibandingkan dengan
menggunakan satu indera saja.
2.1.1.7 Proses Pendidikan Kesehatan
Prinsip pokok dalam pendidikan kesehatan adalah proses belajar yang
terdiri Dari komponen input, proses, dan output.
1. Input
Menyangkut pada sasaran belajar yaitu individu, kelompok, serta
masyarakat dengan berbagai latar belakang.
2. Proses
Mekanisme dan interaksi terjadinya kemampuan (perilaku) pada diri subjek
belajar tersebut. Dalam proses terjadi pengaruh timbal balik antara berbagai factor
antara lain subjek belajar, pengajar (pendidik dan fasilitator), metode, teknik
belajar, alat bantu serta materi atau bahan yang dipelajari.
3. Output
Merupakan hasil belajar itu sendiri yaitu berupa kemampuan atau perubahan
perilaku dan subjek belajar.
2.1.1.8 Berbagai Faktor Yang Mempengaruhi Pendidikan Kesehatan
Menurut (Nursalam dan Efendi 2008: 197), ada 3 faktor utama yang
mempengaruhi pendidikan kesehatan yaitu:
1. Faktor-Faktor Predisposisi
Faktor-faktor predisposisi (predisposing factor) ini mencakup pengetahuan
dan sikap masyarakat terhadap kesehatan, tradisi dan kepercayaan masyarakat
terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan, sistem nilai yang dianut
masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi, dan sebagainya. Untuk
perilaku kesehatan.
2. Faktor-faktor pendukung
Faktor-faktor pendukung (enabling factors) ini mencakup ketersediaan
sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan bagi masyarakat, misalnya air bersih,
tempat pembuangan sampah, tempat pembuangan tinja, makanan yang bergizi,
dan sebagainya.
3. Faktor-faktor reinforcing
12
yang telah diterima. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa
yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan,
menyatakan dan sebagainya.
2) Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara
benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut
secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi tertentu harus
dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan dan sebagainya terhadap
objek yang dipelajari.
3) Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang
telah dipelajari pada suatu situasi atau kondisi sebenarnya. Aplikasi disini dapat
juga diartikan sebagai penggunaan rumus-rumus, hukum-hukum, metode, prinsip,
dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain
4) Analisis (Analysis)
4 untuk menjabarkan materi atau objek ke
Analisis adalah suatu kemampuan
dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam sutu struktur organisasi dan
masih ada kaitannya.
5) Sintesis (Synthesis)
Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru
dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun suatu
formulasi baru dari formulasi yang sudah ada.
6) Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi
atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian itu berdasarkan suatu
kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria yang telah ada.
2.1.2.3 Cara Memperoleh Pengetahuan
Dari berbagai macam cara yang digunakan untuk memperoleh
pengetahuan sepanjang sejarah dapat dikelompokkan menjadi dua, yakni cara
tradisional atau non ilmiah dan cara modern atau cara ilmiah (Soekidjo
Notoadmodjo, 2012)
14
komunikasi, berbagai bentuk media massa seperti televisi, radio, surat kabar,
majalah dan lain-lain mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan opini dan
kepercayaan orang. Dalam menyampaikan informasi sebagai tugas pokoknya,
media massa juga membawa pesan-pesan yang berisi sugesti yang dapat
mengarahkan opini seseorang. Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal
memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya pengetahuan terhadap hal
tersebut.
3. Sosial, budaya, dan ekonomi
Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang-orang tanpa melalui penalaran
apakah yang dilakukan baik atau buruk. Dengan demikian, seseorang akan
bertambah pengetahuannya walaupun tidak melakukan. Status ekonomi juga akan
menentukan tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan tertentu
sehingga status ekonomi ini akan mempengaruhi pengetahuan seseorang.
4. Lingkungan
Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar individu. Baik
lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Lingkungan berpengaruh terhadap
proses masuknya pengetahuan ke dalam individu yang berada dalam lingkungan
tersebut. Hal ini terjadi karena adanya interaksi timbal balik maupun tidak, yang
akan direspons sebagai pengetahuan oleh setiap individu.
5. Pengalaman
Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara untuk
memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang kembali
pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi masa
lalu. Pengalaman dalam bekerja yang dikembangkan akan memberikan
pengetahuan dan keterampilan professional, serta dapat mengembangkan
kemampuan mengambil keputusan yang merupakan manifestasi dari keterpaduan
menalar secara ilmiah dan etik yang bertolak dari masalah nyata dalam bidang
kerjanya.
6. Usia
Usia mempengaruhi daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin
bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya
sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik. Pada usia madya,
individu akan lebih berperan aktif dalam masyarakat dan kehidupan sosial, serta
lebih banyak melakukan persiapan demi suksesnya upaya menyesuaikan diri
menuju usia tua. Selain itu, orang usia madya akan lebih banyak menggunakan
17
Keterangan:
N= nilai pengetahuan
Sp= skor yang didapat
Sm= skor tertinggi maksimum
Selanjutnya persentase jawaban diintervensikan dalam kalimat kualitatif
dengan acuan sebagai berikut:
Baik : 76-100%
18
Cukup : 56-75%
Kurang: <56% (Arikuto,2006: 96).
2.1.2.6 Dampak dari pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (1997 : 130), dampak dari pengetahuan yaitu
terjadinya perubahan dalam perilaku yang meliputi kognitif, sikap dan
psikomotorik.
1. Kognitif
Kognitif adalah kemampuan berfikir dan memberi rasional termasuk
proses mengingat, melalui orientasi, persepsi dan memperhatikan (Stuart and
Sundeen, 1987 : 612). Dampak dari perubahan kognitif yaitu :
1) Memungkinkan orang tidak mudah percaya begitu saja pada tradisi atau
otoritas, tetapi percaya pada pengalaman dengan teknik-teknik yang rasional.
2) Merintis jalan kepada kemandirian dalam berfikir berdasarkan pengamatan
terhadap gejala-gejala.
3) Memberi pemahaman kepada seseorang tentang berbagai masalah dan
fenomena dalam hidup ini.
2. Sikap (Afektif)
Sikap adalah respon tertutup seseorang terhadap suatu stimulus atau objek
baik yang bersifat intern maupun ekstern sehingga manifestasinya tidak dapat
langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang
tertutup tersebut. Sikap secara realitas menunjukkan adanya kesesuaian respon
terhadap stimulus tertentu. Menurut Heri Purwanto (2004 : 64), sifat sikap dapat
dibagi menjadi dua yaitu :
1) Sikap Positif
Mempunyai kecenderungan tindakan yang lebih mendekati, menyenangi atau
mengharapkan objek tertentu.
2) Sikap Negatif
Mempunyai kecenderungan untuk menjauh, menghindar, membenci dan tidak
menyenangi objek tertentu.
Sikap terdiri dari beberapa tingkatan yaitu :
(1) Menerima (Receiving)
19
Menurut Arif Mansjoer diare adalah buang air besar (defekasi) dengan
jumlah tinja yang lebih banyak dari biasanya (normal 100-200 ml per jam tinja),
dengan tinja berbentuk cair atau setengah cair (setengah padat), dapat pula disertai
frekuensi defekasi yang meningkat.
2.1.3.2 Penyebab Diare (Ngastiyah, 2012 : 143-144)
Terjadinya diare dapat disebabkan oleh beberapa faktor :
1. Infeksi
1) Infeksi Enteral
Merupakan infeksi saluran pencernaan makanan penyebab utama diare pada
anak, meliputi :
(1) Infeksi Bakteri : Vibrio, E-coli, Salmonella, Shigella, Compylobacter,
Eyersinia, Aeromonas.
(2) Infeksi Virus : Enterovirus (virus ECHO, Cox sackie, Poliomyelitis),
Adenovirus, Rolavirus, Astrovirus.
(3) Infeksi Parasit : cacing (Ascaris, Trichuris, Oxyuris, Strongyloides);
protozoa (entamoeba hystolitica, Ciardia lambia, Trichomonas hominis) ;
jamur (candida Albicans).
2) Infeksi Parenteral
Infeksi parenteral ialah infeksi diluar alat pencernaan makanan seperti otitis
media akut (OMA), tonsilitis / tonsilofaringitis, bronkopneumonia, ensefalitis.
Keadaan ini terutama terdapat pada bayi dan anak berumur dibawah 2 tahun.
2. Faktor Malabsorbsi
1) Malabsorbsi karbohidrat : disakarida (intoleransi laktosa, maltosa dan
sukrosa); monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa, dan galaktosa) yang
tersering pada bayi intoleransi laktosa
2) Malabsorbsi Lemak
3) Malabsorbsi Protein
3. Faktor Makanan
Makanan ragi, beracun, alergi terhadap makanan
4. Faktor Psikologis
Rasa takut dan cemas (jarang, tetapi dapat terjadi pada anak yang lebih
besar).
21
Denyut nadi / Kuat > 120 Sedang (120- Lebih dari 140
menit. 140)
Untuk menentukan kekenyalan kulit, kulit perut dijepit antara ibu jari dan
telunjuk selama 30 – 60 detik, kemudian dilepas, jika kulit kembali normal
dalam waktu :
1 detik = turgor agak kurang (dehidrasi ringan)
1-2 detik = turgor kurang (dehidrasi sedang)
2 detik = turgor sangat kurang (dehidrasi berat)
Berdasarkan skor yang terdapat pada seorang penderita dapat ditentukan
derajat dehidrasi :
Skor 0 – 2 = dehidrasi ringan
Skor 3 – 6 = dehidrasi sedang
Skor > 7 = dehidrasi berat
(3) Berdasarkan MTBS (Managemen terpadu Balita Sakit)
Tabel 2.2 MTBS
Tahap dehidrasi Dehidrasi ringan / Dehidrasi berat
sedang
Tidak cukup untuk Terdapat dua atau Terdapat dua atau
diklarifikasikan lebih dari tanda-tanda lebih dari tanda-tanda
sebagai dehidrasi berat berikut : berikut :
atau ringan / sedang 1. Gelisah, rewel / 1. Letargis atau tidak
marah sadar
2. Mata cekung 2. Mata cekung
3. Haus, minum 3. Tidak bisa minum
dengan lahap atau malas minum
4. Cubitan kulit perut 4. Cubitan kulit perut
kembalinya lambat kembalinya sangat
lambat
4) Efek dehidrasi
(1) Kehilangan cairan tubuh
Kehilangan turgor kulit, denyut nadi lemah atau tidak ada, takikardia, mata
cekung, ubun-ubun besar cekung, suara parau, kulit dingin, sianosis
(jari), selaput lendir kering, Anuria, Uremia.
(2) Kehilangan elektrolit tubuh
Defisiensi bikarbonas / asidosis, defisiensi K+intrasel, Hipoglikemia (lebih
sering pada anak kurang gizi dan prematur)
5) Pemberian cairan (Ngastiyah, 2012 : 146)
Pemberian cairan pada pasien diare dengan memperhatikan derajat
dehidrasinya dan keadaan umum.
(1) Cairan peroral
Pasien dengan dehidrasi ringan dan sedang cairan diberikan per oral
berupa cairan yang berisikan Nacl dan NaHCO3, KCl dan glukosa. Untuk
diare akut dan kolera pada anak di atas umur 6 bulan kadar natrium 90
mEg/L, sedangkan untuk anak di bawah 6 bulan dengan dehidrasi ringan /
sedang kadar natrium 50-60 mEg/L.
(2) Cairan parenteral
25
yang kurang sempurna dari karbohidrat dalam tinja akan menyebabkan asidosis
metabolik. Selain itu terdapat pula penurunan PH darah dan kenaikan PCO2. Hal
ini akan merangsang pusat pernapasan untuk meningkatkan kecepatan pernafasan
sebagai upaya meningkatnya eksresi CO2 melalui paru (pernafasan kusmaul).
Pada asidosis berat dapat pula terjadi penurunan tahanan vaskuler perifer dan
fungsi ventrikel jantung sehingga menyebabkan hipotensi, sembab paru dan
hipoksia jaringan. (Soegeng Soegianto, 2002 : 84). PH > 7,43 menunjukkah
bahwa asidosis metabolik merupakan kompensasi sebagian terhadap akalosis
respiratorik (perubahan dalam HCO3- = 0,5 x perubahan PaCO2).
3. Hipoglikemia
Menurut FKUI Hipoglikemia adalah penurunan kadar glukosa dalam
darah di bawah 60%.
Menurut Mark Graber Hipoglikemia adalah kadar glukosa dalam darah
turun di bawah 50 mg/dl.
Hipoglikemia terjadi pada 2-3 % dari anak-anak yang menderita diare.
Hipoglikemia terjadi karena:
1) Penyimpanan / persediaan glikogen dalam hati terganggu
2) Adanya gangguan obsorpsi glukosa (walaupun jarang terjadi)
Gejala hipoglikemia akan muncul jika kadar glukosa darah menurun sampai
40 mg% pada bayi. Gejalanya : lemah, apatis, peka rangsang, tremor,
berkeringat, pucat, syok, kejang sampai koma.
Hipoglikemia bisa terjadi kalau anak dipuasakan terlalu lama. Bila
penderita dalam keadaan koma glukosa 20% harus diberikan IV, dengan dosis 2,5
mg/kg BB, diberikan dalam waktu 5 menit. Jika koma tersebut disebabkan oleh
hipoglikemia, dengan pemberian glukosa intravena, kesadaran akan cepat pulih
kembali. (Sudaryat Suraatmaja, 2005 : 6 dan 14)
4. Gangguan gizi
Sewaktu menderitan diare sering terjadi gangguan gizi dengan akibat
terjadinya penurunan berat badan dalam waktu yang singkat. Hal ini disebabkan:
1) Makanan sering dihentikan oleh orang tua karena takut diare dan atau
muntahnya akan bertambah hebat. Orang tua sering hanya memberikan air teh
saja (teh diit).
27
7. Hiponatremia
Hiponatremia adalah kadar natrium serum di bawah Normal (< 135
mEg/L). (Mark A Graber, 2002 : 3)
Bayi dengan diare yang minum air dalam jumlah besar atau cairan
hipotonik yang mengandung konsentrasi garam atau bahan terlarut lain yang
rendah, atau yang mendapat infus 5% glukosa dalam air, mungkin bisa menderita
hiponatremia. Hal ini terjadi karena air di absorbsi dari usus sementara kehilangan
garam (NaCL) tetap berlangsung dan menyebabkan kekurangan Natrium dan
kelebihan air. Gambaran utama dehidrasi hiponatremik adalah:
1) Adanya kekurangan air dan natrium, tetapi kekurangan natriumnya secara
relatif lebih banyak
2) Konsentrasi natrium serum rendah (< 130 mmol/L)
3) Osmolaritas serum rendah (< 275 mosmol/L)
4) Anak letargi, kadang-kadang kejang.
Gejala Hiponatremia baru terlihat apabila kadar Na plasma kurang dari 120
mEg/L, dan gejala / tanda yang timbul dipengaruhi oleh cepatnya terjadi hipo-
natremia.
1) Hiponatremia terjadi perlahan-lahan : anoreksia, apatis, nausea, muntah.
2) Hiponatremia terjadi cepat: pusing, mental confusion, witcing, delirium,
kejang dan disfungsi CNS.
(Soegeng Soegijanto, 2002: 83)
Penderita gizi buruk mempunyai kecenderungan mengalami hiponatremia
pengobatannya dengan pemberian oralit dalam jumlah yang cukup.
(Sudaryat Suraatmaja, 2005 : 13 dan 63)
8. GGA
GGA adalah hilangnya fungsi ginjal dengan cepat dengan karakteristik
terjadi retensi produk buangan nitrogen, secara klinik terlihat sebagai peningkatan
akut dari kreatinin serum dan BUN. Penurunan tekanan darah akan menyebabkan
perfusi ginjal menurun dengan sangat dan akan timbul anuria. Bila keadaan ini
tidak segera diatasi akan timbul penyulit berupa nekrosis tubulus ginjal akut yang
29
berarti pada saat tersebut akan menghadapi GGA (Arjatma dan Hendra, 1996 :
454). GGA mungkin terjadi pada penderita diare dengan dehidrasi berat dan syok.
Didiagnosis sebagai GGA bila pengeluaran urine belum terjadi dalam waktu 12
jam setelah hidrasi cukup (Sudaryat Suraatmaja, 2005 : 14).
Walaupun terapi harus langsung ditujukan pada proses yang mendasarinya,
penderita gagal ginjal akut oleh sebab apapun memerlukan penanganan akibat dari
kehilangan fungsi ginjal. Pengobatan konservatif mencoba mempertahankan
penderita sedapat mungkin tanpa gejala kecepatan penurunan fungsi ginjal. Cara
dan frekuensi dialisis serta saat memulai terapi ditentukan oleh gambaran klinik
(Lyndon saputra, 1997 : 144).
9. Hipokalemia
Hipokalemia adalah kadar kalium serum kurang dari 3,0 m mol/L
(Sudaryat Suraatmaja, 2005 : 13). Pada diare terjadi pula kehilangan kalium
melalui cairan tinja. Gerakan dari K + ke dalam sel pada saat koreksi asidosis
dapat pula menimbulan hipokalemi. Apabila terjadi hipokalemia, rasio kadar K
intraseluler terhadap K ekstraseluler akan meningkat.
Manifestasi klinis dari Hipokalemia:
1) Kelemahan otot
2) Arefleksi
3) Paralysis
4) Kematian karena kegagalan alat pernafasan
5) Ileus paralitik dan dilatasi lambung akibat disfungsi otot halus
6) Pada ginjal akan terjadi perubahan vakuola dari epitel tubulus. Apabila
berlangsung untuk waktu yang lama dapat menimbulkan sklerosis ginjal dan
fibrosis interstisial serta kerusakan patologif yang tidak dapat dibedakan dari
pyelo-nefritis kloniks.
7) Poliuria dan polidipsia akibat kemampuan ginjal melakukan konsentrasi atau
mengencerkan urine berkurang.
8) Gangguan irama jantung. Pada EKG, timbul gelombang U. Kekurangan kalium
dapat diperbaiki dengan meneruskan pemberian oralit (mengandung 20 mMol
K/L) dan dengan meneruskan pemberian makanan yang banyak megandung K
selama dan sesudah diare (buah-buahan, ikan, sayur-sayuran, kaldu)
30
Tujuan pemberian nutrisi pada diare adalah agar pertumbuhan dan perkembangan
tetap berlangsung optimum. Makanan diberikan sedikit-sedikit tetapi sering.
Makanan yang diberikan:
1) Nutrisi Enteral
Pada bayi yang mendapat ASI, ASI harus dilanjutkan kalau ASI tidak ada beri
susu formula rendah / bebas laktosa.
2) Nutrisi parenteral total
Nutrisi parenteral total adalah suatu teknik memberikan nutrisi yang
diperlukan tubuh melalui intravena. Nutrisi yang diberikan terdiri dari air,
elektrolit, asam amino, emulsi lemak, mineral, vitamin dan trace elements.
3. Medikamentosa
1) Antibiotika
Antibiotika pada umumnya tidak dianjurkan, bahkan berbahaya karena dapat
mengubah flora usus, sehingga diare bertambah buruk.
2) Obat anti diare
Pemberian obat pengeras tinja dan obat antidiare tidak dianjurkan. Obat-
obatan ini berbahaya karena memberikan kesan “sembuh palsu” dan yang
paling penting mempengaruhi motilitas usus yang justru menghambat
pengeluaran bakteri bersama tinja dan memberi kesempatan kepada bakteri
untuk lebih lama dalam tubuh dan berkembang biak dalam usus.
3) Kolesteramin
Kolesteramin meningkat asam empedu yang toksis untuk usus menjadi
kompleks yang tidak larut dan dikeluarkan bersama tinja sehingga stimulasi
terhadap usus hilang
4) Bismut sub salisilat
Seperti kolesteramin, bismut juga mengikat asam empedu.
1
33
2
Tabel 2.5 Pendidikan Kesehatan Keluarga Efektif Meningkatkan Kemampuan Ibu dalam Merawat Anak Daire
Populasi Penelitian Tindakan yang Diberikan Hasil Penelitian Uji Statistik yang di gunakan
Populasi dalam penelitian ini Instrumen yang digunakan dalam Hasil analisis menunjukan Penelitian ini menggunakan
adalah ibu yang memiliki anak penelitian yaitu kuesioner bahwa skor pengetahuan ibu desain kuasi eksperimen dengan
dirawat karena diare di Rumah karakteristik responden, kuesioner pada kelompok intervensi lebih pendekatan rancangan posttest
Sakit wilayah Denpasar. Adanya pengetahuan, kuesioner sikap dan tinggi dibanding kelompok only control group design.
keterbatasan waktu dan pasien lembar observasi keterampilan kontrol (p= 0,000: ɑ= 0,05). Analisis pada variabel-variabel
yang sedikit dalam pelaksanaan responden.
Skor sikap ibu pada kelompok dalam penelitian dilakukan
penelitian, maka pencapaian
sampel hanya sebanyak 31 orang intervensi juga lebih tinggi secara univariat dan bivariat.
pada masing-masing kelompok, dibanding kelompok kontrol (p= Kemampuan ibu dinilai
sehingga total sampel sebanyak 62 0,000: ɑ= 0,05). Hasil obeservasi berdasarkan dari kriteria
orang. pada keterampilan menunjukan mempunyai dua kategori baik
bahwa tidak adanya perbedaan aspek pengetahuan, sikap atau
bermakna skor keterampilan ibu keterampilan. Kemudian
di hari pertama kedua kelompok kemampuan ibu antar kelompok
responder (p= 0,732, ɑ= 0,05). dianalisis dengan menggunakan
Namun analisis di hari kedua uji Chi-square.
dan ketiga menunjukan skor
keterampilan yang lebih tinggi
pada kelompok intervensi
dibanding dengan kelompok
kontrol (p= 0,000; ɑ= 0,05)
34
35
+ -
Tindakan
Keterangan :
: Diteliti
: Tidak ditelti
: Mempengaruhi
36
2.4 Hipotesis
2.4.1 Pengertian hipotesis penelitian
Perbedaan tipe hubungan dan jumlah variabel diidentifikasi dalam
hipotesis. Penelitian mungkin mempunyai satu, tiga atau lebih hipotesis,
bergantung pada kompleksnya suatu penelitian. Menurut (Nursalam 2008: 59)
Hipotesis adalah suatu pendapat atau pernyataan yang sifatnya masih
sementara belum bisa dijadikan sebagai tesis (Yuyun, 2009:57)
1) Hipotesis nol (H0) adalah hipotesis yang digunakan untuk pengukuran
statistik dan interpretasi hasil statistik. Hipotesis nol dapat sederhana atau
kompleks dan bersifat sebab atau akibat.
2) Hipotesis alternatif (Ha/H1) adalah hipotesis penelitian. Hipotesis ini
menyatakan adanya suatu hubungan, pengaruh, dan perbedaan antara dua
atau lebih variabel. Hubungan, perbedaan, dan pengaruh tersebut dapat
sederhana atau komplek, dan bersifat sebab-akibat.
Hipotesis dalam penelitian ini,yaitu:
H1 yaitu Ada pengaruh pendidikan kesehatan terhadap tingkat pengetahuan
Ibu tentang dampak diare (dehidrasi) di UPT Puskesmas Bukit Hindu Palangka
Raya.