Anda di halaman 1dari 35

1

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Diare adalah buang air besar dengan frekuensi yang tidak normal
(meningkat) dan konsistensi tinja yang lebih lembek atau cair. Penyebab
terjadinya diare diantaranya infeksi (bakteri, parasit, virus), keracunan makanan,
efek obat dan lain-lain. Penyebab kematian anak terbanyak saat ini salah satunya
diakibatkan oleh diare. Pengetahuan orang tua sangat penting dalam menetukan
tindakan yang tepat untuk megetahui pencegahan diare. Dari pengamatan peneliti
beberapa ibu yang membawa anaknya berobat ke puskesmas dengan diare
kondisinya sudah mengalami dehidrasi (kekurangan cairan) yang ditandai dengan
badan lemas, ubun-ubun besar cekung, mukosa bibir kering, turgor kulit turun,
gelisah dan rewel sehingga masuk rumah sakit sudah mengalami dehidrasi.
Sedangkan menurut Mima M. Horne komponen cairan pada bayi 60-70% dari
komponen dalam tubuh, sehingga jika diare tidak segera diatasi bayi akan mudah
mengalami kekurangan cairan. Hal ini yang tidak diketahui oleh ibu.
Menurut World Health Organization (2011) melaporkan bahwa 14%
penyebab utama kematian pada balita adalah Diare. Menurut Riskesdas 2013,
insiden diare berdasarkan gejala sebesar 3,5% (kisaran provinsi 1,6% - 6,3%) dan
insiden diare pada balita sebesar 6,7% (kisaran provinsi 3,3% - 10,2%).
Sedangkan periode prevalance diare berdasarkan gejala sebesar 7% . Pada tahun
2016 terjadi 3 kali KLB diare yang tersebar di 3 provinsi, 3 kabupaten, dengan
jumlah penderita 198 orang dan kematian 6 orang (CFR 3,04%). Di NTT ada 107
kasus dan 3 kematian, Jawa Tengah ada 56 kasus dan 3 kematian dan Sumatra
Utara dengan 35 kasus penderita diare (Profil Kesehatan Indonesia 2016). Diare
sebagai penyakit berbahaya karena dapat menyebabkan kematian dan
menimbulkan kejadian luar biasa (Profil Kesehatan Provinsi Kalteng, 2012).
Kejadian luar biasa Diare dilaporkan terjadi di Kalimantan Tengah yaitu di
Kabupaten Kotawaringin Timur dengan jumlah penderita 82 orang dengan Attack
Rate (AR) sebesar 0,13%. Sedangkan proporsi penderita terbanyak pada
kelompok anak laki-laki 50,7% (1.170 penderita). (Profil Kesehatan Provinsi
Kalimantan Tengah 2014). Sedangkan proporsi penderita terbanyak pada

1
2

kelompok anak perempuan 64,6% (Profil Kesehatan Kota Palangka Raya, 2014).
Data yang diperoleh dari survey pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti
sebelumnya pada UPT Puskesmas Bukit Hindu Kota Palangka Raya tercatat
jumlah penemuan kasus pada bulan Desember 2017 tercatat 26 kasus, bulan
Januari 42 kasus dan bulan Februari tercatat 17 kasus pada anak usia 0-5 tahun.
Diare merupakan suatu kumpulan dari gejala infeksi pada saluran
pencernaan yang dapat disebabkan oleh beberapa oraganisme seperti bakteri, virus
dan parasit serta ditandai dengan mula-mula pasien cengeng, gelisah dan suhu
tubuh biasanya meningkat. Beberapa organisme tersebut biasanya menginfeksi
saluran pencernaan manusia melalui makanan dan minuman yang tercemar oleh
organisme tersebut. Dampak yang terjadi jika diare tidak ditangani seperti
dehidrasi, ranjatan hipovolemik, hipokalemia, intoleransi sekunder, kejang dan
malnutrisi energi protein (Ngastiyah, 2012). Kurangnya tingkat pengetahuan ibu
hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor yang mempengaruhi salah satunya
kurang terpaparnya sumber informasi kesehatan.
Pemahaman ibu tentang dampak diare sangat berkaitan dengan informasi
yang diterima. Untuk meningkatkan pengetahuan ibu tentang dampak diare maka
peran perawat dalam memberikan asuhan keperawatan sangat dibutuhkan dalam
usaha promotif itu suatu kegiatan atau serangkaian kegiatan pelayanan kesehatan
yang lebih mengutamakan kegiatan yang bersifat promosi kesehatan dan preventif
adalah suatau kegiatan pencegahan terhadap suatu masalah kesehatan atau
penyakit, seperti mengadakan penyuluhan tentang diare jika tidak segera diatasi
dan dengan pemasangan poster tentang dampak diare. Dari beberapa penjelasan
diatas maka penulis tertarik untuk meneliti penelitian yang dituangkan dalam
bentuk tulisan yang berjudul “Pengaruh Pendidikan Kesehatan terhadap Tingkat
Pengetahuan Ibu Tentang Dampak Diare (Dehidrasi) Pada Anak di UPT
Puskesmas Bukit Hindu Kota Palangka Raya”.
1.2 Rumusan Masalah
Diare merupakan suatu kumpulan dari gejala infeksi pada saluran
pencernaan yang dapat disebabkan oleh beberapa oraganisme seperti bakteri, virus
dan parasit serta ditandai dengan mula-mula pasien cengeng, gelisah dan suhu
tubuh biasanya meningkat. Penyebab kematian anak terbanyak saat ini salah
3

satunya diakibatkan oleh diare. Pengetahuan orang tua sangat penting dalam
menetukan tindakan yang tepat untuk megetahui pencegahan diare, supaya tidak
sampai ke kondisi lebih buruk apa bila terlambat ditangani. Pentingnya
pendidikan kesehatan tentang mengetahui dampak diare (dehidrasi) diharapkan
dapat menambah pengetahuan ibu, mengingat beberapa ibu yang membawa
anaknya berobat ke puskesmas dengan diare kondisinya sudah mengalami
dehidrasi (kekurangan cairan) yang ditandai dengan badan lemas, ubun-ubun
besar cekung, mukosa bibir kering, turgor kulit turun, gelisah dan rewel sehingga
masuk rumah sakit sudah mengalami dehidrasi.
Berdasarkan uraian di atas maka dapat dirumuskan masalah penelitian
sebagai berikut: “Bagaimana Pengaruh Pendidikan Kesehatan terhadap Tingkat
Pengetahuan Ibu Tentang Dampak Diare (Dehidrasi) Pada Anak di UPT
Puskesmas Bukit Hindu Kota Palangka Raya”.
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dalam penelitian ini dapat dibagi menjadi tujuan umum dan tujuan
khusus yaitu sebagai berikut:
1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan terhadap tingkat pengetahuan
ibu tentang dampak diare (dehidrasi) pada anak di UPT Puskesmas Bukit Hindu
Kota Palangka Raya.
1.3.2 Tujuan Khusus
1.3.2.1 Mengidentifikasi tingkat pengetahuan ibu sebelum diberikan pendidikan
kesehatan tentang dampak diare pada anak di UPT Puskesmas Bukit Hindu Kota
Palangka Raya.
1.3.2.1 Mengidentifikasi tingkat pengetahuan ibu setelah diberikan pendidikan
kesehatan tentang dampak diare pada anak di UPT Puskesmas Bukit Hindu Kota
Palangka Raya.
1.3.2.3 Menganalisis studi tingkat pengetahuan ibu tentang dampak diare
(dehidrasi) pada anak di UPT Puskesmas Bukit Hindu Kota Palangka Raya.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat dalam penelitian ini terbagi menjadi teoritis dan praktis yaitu
sebagai berikut:
1.4.1 Teoritis
Adanya penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan dan
dapat menjadi bahan masukan dan informasi serta sebagai bahan pembelajaran
dan untuk memperkuat teori serta meningkatkan mutu profesi keperawatan dalam
4

melaksanakan penelitian tentang dampak diare pada anak apabila terlambat


ditangani.
1.4.2 Praktis
1.4.2.1 Bagi Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK)
Manfaat penelitian bagi perkembangan ilmu pengetahuan teknologi
dilaksanakan sebagai kosntribusi dalam mengembangkan ilmu pengetahuan serta
dapat diaplikasikan dalam asuhan keperawatan.
1.4.2.2 Bagi Mahasiswa
Penelitian ini diharapkan mahasiswa dapat mengembangkan dan
mengaplikasikan ilmu pengetahuan tentang keperawatan anak yang didapat
selama pedidikan dengan kenyataan yang ada di lapangan dan pengalaman yang
sangat berguna dalam memberikan pendidikan kesehatan tentang dampak diare
pada anak apabila terlambat ditangani.
1.4.2.3 Tempat Penelitian
Penelitian ini dapat menambah informasi dan masukan bagi tempat
penelitian khususnya bagi perawat dan tenaga kesehatan lainnya guna
memberikan asuhan keperawatan terutama dalam penyusunan intervensi dan
melakukan implementasi. Sedangkan untuk ibu dapat menambah pengetahuan
yang baik dan benar sehingga dapat melakukan tindakan atau pertolongan pertama
yang segera dilakukan untuk mencegah akibat yang lebih buruk.
1.4.2.4 Bagi Institusi Pendidikan
Penelitian dilaksanakan sebagai bagian dari misi STIKes Eka Harap yaitu
melakukan berbagi pengembangan dan penelitian guna pengembangan ilmu dan
teknologi di bidang kesehatan dan sebagai bahan referensi untuk penelitian
berikutnya.
1.4.2.5 Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini sebagai salah satu syarat kelulusan dari pendidikan,
disampingi itu penelitian ini diharapkan dapat memperdalam pengetahuan peneliti
mengenai dampak diare apa bila terlambat ditangani.
5

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Teori


2.1.1 Konsep Dasar Pendidikan Kesehatan
2.1.1.1 Pengertian Pendidikan Kesehatan
Pendidikan secara umum adalah segala upaya yang direncanakan untuk
mempengaruhi orang lain, baik individual, kelompok atau masyarakat, sehingga
mereka melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku pendidikan yang tersirat
dalam pendidikan yaitu, input (sasaran pendidikan), pendidik (pelaku pendidikan),
6

proses (upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain), dan output
(melakukan apa yang diharapkan atau perilaku) (Notoatmodjo, 2012).
Kesehatan menurut Wikipedia adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa,
dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan
ekonomis. Sedangkan kesehatan menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)
tahun 1948 menyebutkan bahwa pengertian kesehatan adalah sebagai “suatu
keadaan fisik, mental, dan sosial kesejahteraan dan bukan hanya ketiadaan
penyakit atau kelemahan.”
Pendidikan kesehatan adalah aplikasi atau penerapan pendidikan dalam
bidang kesehatan. Secara operasional pendidikan kesehatan adalah semua
kegiatan untuk memberikan dan meningkatkan pengetahuan, sikap, praktek baik
individu, kelompok atau masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan
kesehatan mereka sendiri (Notoatmodjo, 2012).
Jadi, dapat disimpulkan bahwa pendidikan kesehatan merupakan upaya
yang dilakukan untuk memberikan pengetahuan sebagai dasar perubahan perilaku
yang dapat meningkatkan status kesehatan individu, keluarga, kelompok, maupun
masyarakat melalui aktivitas belajar. Kegiatan pendidikan kesehatan diharapkan
dapat memantau tercapainya program pengobatan, rehabilitasi, pencegahan,
penyakit dan peningkatan kesehatan.
2.1.1.2 Tujuan Pendidikan Kesehatan
Secara umum, tujuan pendidikan kesehatan adalah mengubah perilaku
individu atau masyarakat di bidang kesehatan. Akan tetapi, perilaku mencakup
hal yang luas sehingga perilaku perlu dikategorikan secara mendasar sehingga
rumusan tujuan pendidikan kesehatan dapat dirinci sebagai berikut (Maulana,
2009: 149).
1) Menjadikan kesehatan sebagai sesuatu yang bernilai di masyarakat. Oleh sebab
6 jawab mengarahkan cara-cara hidup
itu, pendidikan kesehatan bertanggung
sehat menjadi kebiasaan hidup masyarakat sehari-hari.
2) Menolong individu agar mampu secara mandiri atau berkelompok mengadakan
kegiatan untuk mencapai tujuan hidup sehat.
3) Mendorong pengembangan dan penggunaan secara tepat sarana pelayanan
kesehatan yang ada. Adakalanya, pemanfaatan sarana pelayanan yang
dilakukan secara berlebihan atau justru sebaliknya, kondisi sakit, tetapi tidak
menggunakan sarana kesehatan yang ada dengan semestinya.
7

2.1.1.3 Ruang Lingkup Pendidikan Kesehatan


Ruang lingkup pendidikan kesehatan dapat dilihat dari berbagai dimensi,
antara lain dimensi, sasaran pendidikan, dimensi tempat pelaksanaan atau
aplikasinya dan dimensi tingkat pelayanan menurut (Sinta Fitriani 2009:77)
dilihat dari:
1) Dimensi sasaran, pendidikan kesehatan dapat dikelompokkan menjadi 3
yaitu:
(1) Pendidikan kesehatan individual dengan sasaran individu.
(2) Pendidikan kesehatan kelompok dengan sasaran kelompok.
(3) Pendidikan kesehatan masyarakat dengan sasaran masyarakat luas.
2) Dimensi tempat pelaksanaannya, pendidikan kesehatan dapat berlangsung
diberbagai tempat, dengan sendirinya sasarannya juga berbeda, yaitu:
(1) Pendidikan kesehatan disekolah, dilakukan disekolah dengan sasaran murid.
(2) Pendidikan kesehatan di rumah sakit, dilakukan di rumah sakit dengan
sasaran pasien atau keluarga pasien, di Puskesmas dan lain sebagainya.
(3) Pendidikan kesehatan di tempat-tempat kerja dengan sasaran buruh atau
karyawan yang bersangkutan.
3) Dimensi tingkat pelayanan kesehatan, pendidikan kesehatan dapat dilakukan
berdasarkan lima tingkat pencegahan (five levels of prevention)dari Leavel
dan Clark, yaitu:
(1) Promosi kesehatan.
Pada tingkat ini pendidikan kesehatan sangat sangat diperlukan seperti:
peningkatan gizi, perbaikan kebiasaan hidup, perbaikan sanitasi lingkungan
serta hygiene perorangan.
(2) Perlindungan khusus.
Program imunisasi sebagai bentuk pelayanan perlindungan khusus sangat
dibutuhkan terutama di negara berkembang. Hal ini juga sebagai akibat dari
kesadaran dan pengetahuan masyarakat tentang imunisasi sebagai
perlindungan terhadap penyakit pada dirinya maupun anak-anak masih
rendah.
(3) Diagnosis dini dan pengobatan segera
Rendahnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat terhadap kesehatan dan
penyakit maka sering kesulitan mendeteksi penyakit yang terjadi pada
masyarakat, bahkan masyarakat sulit atau tidak mau diperiksa dan diobati
sehingga masyarakat tidak memperoleh pelayanan kesehatan yang layak.
(4) Pembatasan kecacatan
Kurangnya kesadaran dan pengetahuan masyarakat tentang penyakit sehingga
masyarakat tidak melanjutkan pengobatan sampai tuntas. Dengan kata lain
8

pengobatan dan pemeriksaan yang tidak sempurna mengakibatkan orang


tersebut mengalami ketidakmampuan atau kecacatan.
(5) Rehabilitasi
Untuk memulihkan kecacatan kadang-kadang diperlukan latihan-latihan
tertentu. Karena kurangnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat segan
melakukan latihan yang dianjurkan. Kecacatan juga mengakibatkan
menimbulkan perasaan malu untuk kembali ke masyarakat. Karena
masyarakatpun kadang-kadang tidak mau menerima mereka sebagai anggota
masyarakat yang normal.
2.1.1.4 Sasaran Pendidikan Kesehatan
Sesuai dengan pembangunan Indonesia, sasaran pendidikan kesehatan
meliputi masyarakat umum dengan berorientasi pada masyarakat pedesaan,
kelompok tertentu (misalnya wanita, pemuda, remaja, termasuk lembaga
pendidikan), dan individu dengan teknik pendidikan kesehatan individu (Maulana,
2009).
1. Sasaran Primer
Masyarakat pada umumnya menjadi sasaran langsung segala upaya
pendidikan kesehatan. Sesuai dengan permasalahan kesehatan, maka sasaran ini
dapat dikelompokkan menjadi kepala keluarga untuk masalah kesehatan umumibu
hamil, dan menyusui untuk masalah KIA, anak sekolah untuk kesehatan remaja,
dan sebagainya. Upaya promosi yang dilakukan terhadap sasaran primer ini
sejalan dengan strategi pemberdayaan masyarakat (empowerment).
2. Sasaran Sekunder
Sasaran sekunder pendidikan kesehatan adalah tokoh masyarakat, tokoh
agama, tokoh adat, dan sebagainya. Setelah diberikan pendidikan kesehatan,
diharapkan pada kelompok ini akan memberikan pendidikan kesehatan pada
masyarakat dilingkungannya. Diharapkan juga mereka mampu menjadi role
model serta memberikan contoh penerapan pendidikan kesehatan yang
telahdiberikan. Upaya pendidikan kesehatan pada sasaran sekunder ini sejalan
dengan strategi dukungan social (social support).
3. Sasaran Tersier
Sasaran tersier dari pendidikan kesehatan adalah pembuat keputusan atau
penentu kebijakan sesuai dengan ruang lingkup pendidikan kesehatan misalnya
lingkup rukun tetangga, rukun warga, dusun, desa, kecamatan, kabupaten dan lain
sebagainya. Pendidikan kesehatan melalui kebijakan –kebijakan atau keputusan-
9

keputusan akan berdampak pada perilaku kelompok sasaran sekunder maupun


primer. Upaya ini sejalan dengan strategi advokasi pendidikan kesehatan.
Dari pengertian yang telah diurai, dapat disimpulkan bahwa pendidikan
kesehatan merupakan upaya yang dilakukan untuk memberikan pengetahuan
sebagai dasar perubahan perilaku yang dapat meningkatkan status kesehatan
individu, keluarga, kelompok, maupun masyarakat melalui aktivitas belajar.
Kegiatan pendidikan kesehatan diharapkan dapat memantau tercapainya program
pengobatan, rehabilitasi, pencegahan penyakit dan peningkatan kesehatan.
2.1.1.5 Metode Pendidikan Kesehatan
Menurut (Notoatmodjo 2012) Metode pendidikan kesehatan dibagi
menjadi 3 macam yaitu:

1.Metode individual (perorangan)


Metode ini dibagi menjadi 2 bentuk yaitu:
1) Bimbingan dan penyuluhan (Guidance and counceling)
2) Wawancara (interview)
2. Metode Kelompok
Pemilihan metode kelompok harus memperhatikan besarnya kelompok
sasaran serta tingkat pendidikan formal sasaran. Kelompok didalam metode ini
dibagi menjadi dua yaitu:
1) Kelompok Besar
Kelompok besar yang di maksud apabila peserta lebih dari 15 orang.
Metode yang sesuai untuk kelompok besar antara lain:
(1) Ceramah
Metode ceramah merupakan penyampaian pesan atau informasi secara
verbal atau lisan yang meliputi Tanya jawab, memberikan gambaran dan
contoh-contoh maupun serta paling tepat digunakan untuk memberikan
informasi yang berupa garis besar dan sebagai pengantar metode yang lain.
Hal tersebut dilakukan untuk menarik minat dan meningkatkan konsentrasi.
Keuntungan metode ceramah adalah ekonomis, sederhana, jumlah sasaran
banyak. Kelemahan metode ceramah adalah pesan atau informasi yang
disampaikan cenderung tidak mengendap lama, sasaran cenderung pasifserta
kurang sesuai untuk pesan atau informasi yang kompleks.
(2) Seminar
10

Metode seminar hanya sesuai untuk sasaran kelompok besar dengan


pendidikan menengah ke atas. Seminar merupakan suatu penyajian
(presentasi) dan suatu ahli atau beberapa ahli tentang suatu topic yang
dianggap penting di masyarakat.
2) Kelompok Kecil
Kelompok kecil yang dimaksud apabila peserta kurang dari 15 orang.
Metodeyang sesuai dalam kelompok kecil yaitu:
(1) Diskusi Kelompok
Metode ini membutuhkan peran aktif dari peserta untuk mengeluarkan
pendapat berkaitan dengan informasi yang dibahas.
(2) Curah pendapat atau (Brain Stroming)
Metode ini merupakan modifikasi diskusi kelompok. Pada metode ini
pemimpin diskusi memberikan pertanyaan dari setiap peserta memberikan
jawaban atau tanggapan (curah pendapat). Tanggapan tersebut kemudian
ditampung dan dicatat dalam papan tulis atau flichart. Setelah semua
pesertamenyampaikan tanggapannya, maka tiap peserta dapat mengomentari
tanggapan-tanggapan sebelumnya dan akhirnya diskusi.
(3) Role Play
Metode ini melibatkan peran aktif peserta dengan memainkan sebuah peran
tertentu sesuai dengan topik yang telah ditentukan dalam pendidikan
kesehatan. Pesan-pesan kesehatan dalam metode ini disampaikan melalui
peran-peran nyata yang diperagakan oleh peserta.
2.1.1.6 Media Pendidikan Kesehatan
Media dalam pendidikan kesehatan dapat dikelompokkan menjadi 3 yaitu:
1. Media Visual (Visual Aids)
Visual Aids berguna dalam menstimulasi indera penglihatan. Contohnya media
poster, leaflet, slide, maupun selebaran.
2. Media Dengar (Audio Aids)
Berguna dalam menstimulasi pendengaran. Contohnyatape, radio, maupun
pemutar audio lainnya.
3. Media Lihat ( Audio Visual Aids)
Audio visual aids dapat membantu menstimulasiindra penglihatan dan indera
pendengaran. Contohnya film maupun video. Menurut Notoatmodjo (2007),
informasi akan tersimpan sebanyak 20% apabila disampaikan melalui media
11

visual, 50% apabila melalui media audio visual, dan 70% apabila dilaksanakan
dalam praktik nyata. Pendidikan kesehatan yang melibatkan banyak indera, baik
penglihatan maupun pendengaran akan lebih mudah diingat dibandingkan dengan
menggunakan satu indera saja.
2.1.1.7 Proses Pendidikan Kesehatan
Prinsip pokok dalam pendidikan kesehatan adalah proses belajar yang
terdiri Dari komponen input, proses, dan output.

1. Input
Menyangkut pada sasaran belajar yaitu individu, kelompok, serta
masyarakat dengan berbagai latar belakang.
2. Proses
Mekanisme dan interaksi terjadinya kemampuan (perilaku) pada diri subjek
belajar tersebut. Dalam proses terjadi pengaruh timbal balik antara berbagai factor
antara lain subjek belajar, pengajar (pendidik dan fasilitator), metode, teknik
belajar, alat bantu serta materi atau bahan yang dipelajari.
3. Output
Merupakan hasil belajar itu sendiri yaitu berupa kemampuan atau perubahan
perilaku dan subjek belajar.
2.1.1.8 Berbagai Faktor Yang Mempengaruhi Pendidikan Kesehatan
Menurut (Nursalam dan Efendi 2008: 197), ada 3 faktor utama yang
mempengaruhi pendidikan kesehatan yaitu:
1. Faktor-Faktor Predisposisi
Faktor-faktor predisposisi (predisposing factor) ini mencakup pengetahuan
dan sikap masyarakat terhadap kesehatan, tradisi dan kepercayaan masyarakat
terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan, sistem nilai yang dianut
masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi, dan sebagainya. Untuk
perilaku kesehatan.
2. Faktor-faktor pendukung
Faktor-faktor pendukung (enabling factors) ini mencakup ketersediaan
sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan bagi masyarakat, misalnya air bersih,
tempat pembuangan sampah, tempat pembuangan tinja, makanan yang bergizi,
dan sebagainya.
3. Faktor-faktor reinforcing
12

Faktor-faktor penguat (reinforcing factor) meliputi faktor sikap dan


perilaku tokoh masyarakat (toma), tokoh agama (toga), dan para petugas
pemerintah petugas kesehatan. Termasuk juga ini undang-undang, peraturan-
peraturan, baik dari pusat maupun daerah yang terkait dengan kesehatan. Untuk
berperilaku sehat, masyarakat kadang-kadang bukan hanya perlu pengetahuan dan
sikap positif serta dukungan fasilitas saja, melainkan diperlukan keteladanan dari
para toma, toga, dan petugas kesehatan. Disamping itu, undang-undang juga
diperlukan untuk memperkuat perilaku masyarakat tersebut.
2.1.2 Konsep Dasar Pengetahuan
2.1.2.1 Pengertian Pengetahuan
Pengetahuan adalah suatu hasil dari tahu berdasarkan pengalaman dan
penelitian, di peroleh bahwa perilaku yang didasarkan oleh pengetahuan lebih
langgeng daripada perilaku yang tidak didasari pengetahuan (Maulana,2009).
Pengetahuan adalah kesan di dalam pikiran manusia sebagai hasil
penggunaan panca indranya. Pengetahuan adalah segala apa yang diketahui
berdasarkan pengalaman yang didapatkan oleh setiap manusia (Mubarak, 2011).
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang
melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui
panca indra manusia, yakni indrapenglihatan,pendengaran,penciuman,rasa dan
raba. Sebagian besar pengetahuan manusia di peroleh melalui mata dan telinga
(Notoatmodjo, 2012).
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pengetahuan merupakan segala
sesuatu yang diketahui setelah seseorang melakukan pengindraan terhadap suatu
objek tertentu sehingga menjadi pedoman dalam membentuk tindakan membentuk
tindakan seseorang tersebut.
2.1.2.2 Tingkat Pengetahuan Dalam Domain Kognitif
Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6
tingkatan:
1) Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Yang termasuk dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat
kembali sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan
13

yang telah diterima. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa
yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan,
menyatakan dan sebagainya.
2) Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara
benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut
secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi tertentu harus
dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan dan sebagainya terhadap
objek yang dipelajari.
3) Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang
telah dipelajari pada suatu situasi atau kondisi sebenarnya. Aplikasi disini dapat
juga diartikan sebagai penggunaan rumus-rumus, hukum-hukum, metode, prinsip,
dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain
4) Analisis (Analysis)
4 untuk menjabarkan materi atau objek ke
Analisis adalah suatu kemampuan
dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam sutu struktur organisasi dan
masih ada kaitannya.
5) Sintesis (Synthesis)
Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru
dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun suatu
formulasi baru dari formulasi yang sudah ada.
6) Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi
atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian itu berdasarkan suatu
kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria yang telah ada.
2.1.2.3 Cara Memperoleh Pengetahuan
Dari berbagai macam cara yang digunakan untuk memperoleh
pengetahuan sepanjang sejarah dapat dikelompokkan menjadi dua, yakni cara
tradisional atau non ilmiah dan cara modern atau cara ilmiah (Soekidjo
Notoadmodjo, 2012)
14

1. Cara Tradisional / Cara Non Ilmiah


Cara tradisional ini dipakai orang untuk memperoleh kebenaran
pengetahuan, sebelum ditemukannya metode ilmiah atau metode penemuan secara
sistematik dan logis. Cara tradisional ini meliputi :

1) Trial and Error


Cara ini dipakai sebelum adanya kebudayaan, bahkan mungkin sebelum
adananya peradaban waktu itu seseorang apabila menghadapi persoalan atau
masalah upaya pemecahan dilakukan dengan coba-coba saja. Cara coba-coba ini
dilakukan dengan menggunakan kemungkinan dalam memecahkan masalah, dan
apabila kemungkinan ini tidak berhasil, dicoba kemungkinan yang lain sampai
masalah tersebut dapat dipecahkan. Metode ini telah banyak jasanya terutama
dalam meletakkan dasar-dasar menentukan teori-teori dari berbagai macam ilmu
pengetahuan.
2) Cara Kekuasaan atau Otoritas
Prinsip yang digunakan dari cara ini adalah bahwa orang lain menerima
pendapat yang dikemukakan oleh orang yang mempunyai otoritas tanpa terlebih
dahulu menguji atau membuktikan kebenarannya baik berkisar fakta empiris
maupun berdasarkan penalaran sendiri.
3) Berdasarkan Pengalaman Pribadi
Pengalaman adalah guru yang baik, dan oleh sebab itu pengalaman pribadi
pun dapat digunakan sebagai upaya memperoleh pengetahuan. Hal ini dilakukan
dengan cara mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan
permasalahan yang dihadapai pada masa lalu, untuk memecahkan permasalah
pada saat ini. Namun perlu diperhatikan bahwa tidak semua pengalaman pribadi
dapat menuntut seseorang untuk menarik kesimpulan dari pengalaman dengan
benar diperlukan untuk berfikir kritis dan logika.
4) Melalui Jalan Pemikiran
Dalam memperoleh kebenaran pengetahuan manusia telah menggunakan jalan
pikirannya baik melalui induksi maupun deduksi. Induksi dan deduksi pada
dasarnya merupakan cara melahirkan pikiran.
15

2. Cara Modern atau Ilmiah


Cara modern ini lebih sistematis, logis dan ilmiah. Cara ini merupakan
suatu cara atau metode untuk memperoleh pengetahuan melaui sumber pustaka
(media cetak), seminar ilmiah dan penyuluhan kesehatan.

2.1.2.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan


Dalam proses memperoleh pengetahuan, ada beberapa faktor yang
mempengaruhi yaitu (Budiman, 2013).
1. Pendidikan
Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan oleh seseorang terhadap
perkembangan orang lain menuju kearah suatu cita-cita tertentu. Pendidikan
diperlukan untuk mendapatakan informasi, misalnya hal-hal yang menunjang
kesehatan sehingga meningkatkan kualitas hidup. Makin tinggi tingkat pendidikan
seseorang makin mudah mendapatkan informasi sehingga makin banyak pula
pengetahuan yang dimiliki. Sebaliknya pendidikan yang kurang dapat
menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap nilai-nilai yang baru
diperkenalkan.
2. Informasi/media massa
Informasi adalah “that of which one is apprised or told: intelligent, news”
(Oxford English Dictionary). Kamus lain menyatakan bahwa informasi adalah
sesuatu yang dapat diketahui, namun ada pula yang menekankan informasi
sebagai transfer pengetahuan. Adanya perbedaan definisi informasi dan
hakikatnya dikarenakan sifatnya yang tidak dapat diuraikan (intangible),
sedangkan informasi dapat dijumpai dalam kehidupan sehari-hari, yang diperoleh
dari data dan pengamatan terhadap dunia sekitar kita, serta diteruskan melalui
komunikasi. Informasi mencakup kata, teks, gambar, suara, kode, program
komputer, dan basis data.
Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun non-formal
dapat memberikan pengaruh jangka pendek (immediate impact) sehingga
menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan. Berkembangnya
teknologi akan menyediakan berbagai macam media massa yang dapat
mempengaruhi pengetahuan masyarakat tentang inovasi baru. Sebagai sarana
16

komunikasi, berbagai bentuk media massa seperti televisi, radio, surat kabar,
majalah dan lain-lain mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan opini dan
kepercayaan orang. Dalam menyampaikan informasi sebagai tugas pokoknya,
media massa juga membawa pesan-pesan yang berisi sugesti yang dapat
mengarahkan opini seseorang. Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal
memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya pengetahuan terhadap hal
tersebut.
3. Sosial, budaya, dan ekonomi
Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang-orang tanpa melalui penalaran
apakah yang dilakukan baik atau buruk. Dengan demikian, seseorang akan
bertambah pengetahuannya walaupun tidak melakukan. Status ekonomi juga akan
menentukan tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan tertentu
sehingga status ekonomi ini akan mempengaruhi pengetahuan seseorang.
4. Lingkungan
Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar individu. Baik
lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Lingkungan berpengaruh terhadap
proses masuknya pengetahuan ke dalam individu yang berada dalam lingkungan
tersebut. Hal ini terjadi karena adanya interaksi timbal balik maupun tidak, yang
akan direspons sebagai pengetahuan oleh setiap individu.
5. Pengalaman
Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara untuk
memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang kembali
pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi masa
lalu. Pengalaman dalam bekerja yang dikembangkan akan memberikan
pengetahuan dan keterampilan professional, serta dapat mengembangkan
kemampuan mengambil keputusan yang merupakan manifestasi dari keterpaduan
menalar secara ilmiah dan etik yang bertolak dari masalah nyata dalam bidang
kerjanya.
6. Usia
Usia mempengaruhi daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin
bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya
sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik. Pada usia madya,
individu akan lebih berperan aktif dalam masyarakat dan kehidupan sosial, serta
lebih banyak melakukan persiapan demi suksesnya upaya menyesuaikan diri
menuju usia tua. Selain itu, orang usia madya akan lebih banyak menggunakan
17

banyak waktu untuk membaca. Kemampuan intelektual, pemecahan masalah, dan


kemampuan verbal, dilaporkan hamper tidak ada penurunan pada usia ini. Dua
sikap tradisional mengenai jalannya perkembangan selama hidup adalah sebagai
berikut.
1) Semakin tua semakin bijaksana, semakin banyak informasi yang dijumpai
dan semakin banyak hal yang dikerjakan sehingga menambah
pengetahuannya.
2) Tidak dapat mengajarkan kepandaian baru kepada orang yang sudah tua
karena telah mengalami kemunduran baik fisik maupun mental. Dapat
diperkirakan bahwa IQ akan menurun sejalan dengan bertambahnya usia,
khususnya pada beberapa kemampuan yang lain, seperti kosakata dan
pengetahuan umum. Beberapa teori yang berpendapat ternyata IQ seseorang
akan menurun cukup cepat sejalan bertambahnya usia.
2.1.2.5 Cara Pengukuran Pengetahuan
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan memberikan
seperangkat alas tes/kuesioner tentang objek pengetahuan yang mau di ukur dari
subjek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui
atau kita ukur dapat kita sesuaikan (Notoatmodjo, 2007). Selanjutnya dilakukan
penelitian dimana setiap jawaban benar dari masing-masing pertanyaan di beri
nilai 1 dan jika salah diberi nilai 0.
Penilaian dilakukan dengan cara membandingkan jumlah skor jawaban
dengan skor yang diharapkan (tertinggi) kemudian dilakukan 100% dan hasilnya
berupa persentase dengan rumusan yang digunakan sebagai berikut:
Rumus:
N= Sp x 100%
Sm

Keterangan:
N= nilai pengetahuan
Sp= skor yang didapat
Sm= skor tertinggi maksimum
Selanjutnya persentase jawaban diintervensikan dalam kalimat kualitatif
dengan acuan sebagai berikut:
Baik : 76-100%
18

Cukup : 56-75%
Kurang: <56% (Arikuto,2006: 96).
2.1.2.6 Dampak dari pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (1997 : 130), dampak dari pengetahuan yaitu
terjadinya perubahan dalam perilaku yang meliputi kognitif, sikap dan
psikomotorik.
1. Kognitif
Kognitif adalah kemampuan berfikir dan memberi rasional termasuk
proses mengingat, melalui orientasi, persepsi dan memperhatikan (Stuart and
Sundeen, 1987 : 612). Dampak dari perubahan kognitif yaitu :
1) Memungkinkan orang tidak mudah percaya begitu saja pada tradisi atau
otoritas, tetapi percaya pada pengalaman dengan teknik-teknik yang rasional.
2) Merintis jalan kepada kemandirian dalam berfikir berdasarkan pengamatan
terhadap gejala-gejala.
3) Memberi pemahaman kepada seseorang tentang berbagai masalah dan
fenomena dalam hidup ini.
2. Sikap (Afektif)
Sikap adalah respon tertutup seseorang terhadap suatu stimulus atau objek
baik yang bersifat intern maupun ekstern sehingga manifestasinya tidak dapat
langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang
tertutup tersebut. Sikap secara realitas menunjukkan adanya kesesuaian respon
terhadap stimulus tertentu. Menurut Heri Purwanto (2004 : 64), sifat sikap dapat
dibagi menjadi dua yaitu :
1) Sikap Positif
Mempunyai kecenderungan tindakan yang lebih mendekati, menyenangi atau
mengharapkan objek tertentu.
2) Sikap Negatif
Mempunyai kecenderungan untuk menjauh, menghindar, membenci dan tidak
menyenangi objek tertentu.
Sikap terdiri dari beberapa tingkatan yaitu :
(1) Menerima (Receiving)
19

Menerima diartikan bahwa orang atau subjek mau dan memperhatikan


stimulus yang diberikan atau objek.
(2) Merespon (Responding)
Memberikan jawaban ketika ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas
yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap, karena dengan suatu usaha
untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan, terlepas
itu benar atau salah adalah berarti bahwa orang itu menerima ide tersebut.
(3) Menghadapi (Valuing)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah
adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.
(4) Bertanggung jawab (Responsible)
Bertanggung jawab terhadap segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan
segala resiko merupakan sikap paling tinggi.
3. Psikomotor
Perilaku adalah tindakan atau perbuatan suatu organisme yang dapat
diamati dan bahkan dapat dipelajari yang meliputi :
1) Persepsi
Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang
diambil.
2) Respon terpimpin
Dapat melakukan sesuatu dengan urutan yang benar sesuai dengan contoh.
3) Mekanisme
Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara
otomatis atau sesuatu itu sudah merupakan suatu kebiasaan.
4) Adaptasi
Adaptasi adalah suatu tindakan yang berkembang dengan baik artinya
tindakan itu sudah dimodifikasi sendiri tanpa mengurangi kebenaran tindakan.
2.1.3 Konsep Dasar Diare
2.1.3.1 Pengertian Diare
Diare adalah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 3 kali pada anak,
konsistensi feses encer, dapat berwarna hijau atau dapat pula bercampur lendir dan
darah atau lendir saja (Ngastiyah, 2012).
20

Menurut Arif Mansjoer diare adalah buang air besar (defekasi) dengan
jumlah tinja yang lebih banyak dari biasanya (normal 100-200 ml per jam tinja),
dengan tinja berbentuk cair atau setengah cair (setengah padat), dapat pula disertai
frekuensi defekasi yang meningkat.
2.1.3.2 Penyebab Diare (Ngastiyah, 2012 : 143-144)
Terjadinya diare dapat disebabkan oleh beberapa faktor :
1. Infeksi
1) Infeksi Enteral
Merupakan infeksi saluran pencernaan makanan penyebab utama diare pada
anak, meliputi :
(1) Infeksi Bakteri : Vibrio, E-coli, Salmonella, Shigella, Compylobacter,
Eyersinia, Aeromonas.
(2) Infeksi Virus : Enterovirus (virus ECHO, Cox sackie, Poliomyelitis),
Adenovirus, Rolavirus, Astrovirus.
(3) Infeksi Parasit : cacing (Ascaris, Trichuris, Oxyuris, Strongyloides);
protozoa (entamoeba hystolitica, Ciardia lambia, Trichomonas hominis) ;
jamur (candida Albicans).
2) Infeksi Parenteral
Infeksi parenteral ialah infeksi diluar alat pencernaan makanan seperti otitis
media akut (OMA), tonsilitis / tonsilofaringitis, bronkopneumonia, ensefalitis.
Keadaan ini terutama terdapat pada bayi dan anak berumur dibawah 2 tahun.
2. Faktor Malabsorbsi
1) Malabsorbsi karbohidrat : disakarida (intoleransi laktosa, maltosa dan
sukrosa); monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa, dan galaktosa) yang
tersering pada bayi intoleransi laktosa
2) Malabsorbsi Lemak
3) Malabsorbsi Protein
3. Faktor Makanan
Makanan ragi, beracun, alergi terhadap makanan
4. Faktor Psikologis
Rasa takut dan cemas (jarang, tetapi dapat terjadi pada anak yang lebih
besar).
21

5. Gangguan Imunologis (Sudaryat Suraatmaja, 2005 : 28)


Usus merupakan organ utama untuk daya pertahanan tubuh. Defiensi dari
sekretari IgA (SigA) dan cell mediated immunity akan menyebabkan tidak mampu
mengatasi infeksi bakteri dan infeksi parasit didalam usus. Akibatnya bakteri,
virus, parasit dan jamur akan masuk kedalam usus dan berkembang biak dengan
leluasa.
2.1.3.3 Patogenesis
Diare akibat infeksi terutama ditularkan secara fekal oral. Penularannya
adalah transmisi orang ke orang melalui aerosolisasi tangan yang terkontaminasi.
Patogenesis diare akut oleh infeksi, yaitu : (Sudaryat Sutaatmaja, 2005 : 4 – 5).
1) Masuknya mikroorganisme ke dalam saluran pencernaan.
2) Berkembangbiaknya mikroorganisme tersebut setelah berhasil melewati asam
lambung.
3) Dibentuknya toksin (endotoksin) oleh mikroorganisme
4) Adanya rangsangan pada mukosa usus yang menyebabkan terjadinya hiper-
peristaltik dan sekresi cairan usus mengakibatkan terjadinya diare.
Sedangkan titik sentral patofisiologi diare kronik adalah kerusakan
mukosa usus, hal ini disebabkan oleh etiologi diare akut yang tidak mendapat
penanganan yang baik.
2.1.3.4 Macam Diare
Menurut lama terjadinya diare dapat dibagi menjadi :
1) Diare Akut
Menurut Arif Mansjoer, diare akut adalah diare yang awalnya mendadak
dan berlangsung singkat, dalam beberapa jam sampai 7 atau 14 hari.
Menurut Dina Agoes Sulistijani diare akut adalah diare yang berlangsung
secara mendadak, tanpa sebab, gizi kurang dan demam berlangsung sampai
beberapa hari.
2) Diare Kronik
Menurut Arif Mansjoer diare kronik adalah diare yang berlangsung lebih dari
3 minggu.
22

Menurut Sudaryat Suraatmaja diare kronik adalah diare yang berlangsung


lebih dari 14 hari.
2.1.3.5 Manifestasi klinis (Arif Mansjoer, 2000 : 470)
Awalnya anak menjadi cengeng, gelisah, suhu badan mungkin meningkat,
nafsu makan berkurang atau tidak ada, kemudian timbul diare. Tinja makin cair,
mungkin mengandung darah dan lendir warna tinja berubah menjadi kehijau-
hijauan karena bercampur empedu. Anus dan sekitarnya lecet karena tinja menjadi
asam.
Gejala muntah dapat terjadi sebelum dan sesudah diare. Bila telah banyak
kehilangan air dan elektrolit terjadilah gejala dehidrasi yaitu Berat badan turun
Pada bayi, ubun-ubun besar cekung. Tonus dan turgor kulit berkurang. Selaput
lendir mulut dan bibir kering.
2.1.3.6 Dampak diare
Sebagai akibat diare baik akut maupun kronik akan terjadi :
1. Dehidrasi (kehilangan cairan)
1) Pengertian Dehidrasi
Dehidrasi adalah kurangnya cairan tubuh dari jumlah normal akibat
kehilangan, asupan yang tidak memadai atau kombinasi keduanya (PT Otsuka
Indonesia, 2003 : 22).
2) Tingkatan dan Tanda Dehidrasi (Sudaryat Suraatmaja, 2005 : 7 dan 8)
Derajat dehidrasi dapat ditentukan berdasarkan :
(1) Kehilangan berat badan
Dehidrasi ringan : bila terjadi penurunan berat badan 2 ½ - 5 %
Dehidrasi sedang : bila terjadi penurunan berat badan 5 – 10 %
Dehidrasi berat : bila terjadi penurunan berat badan > 10 %
(2) Skor Maurice King
Tabel 2.1 Tingkatan dan Tanda Dehidrasi
Bagian tubuh yang Nilai untuk gejala yang ditemukan
diperiksa 0 1 2
Keadaan umum Sehat Gelisah, Mengigau, koma
cengeng, apatis, atau syok.
ngantuk.

Kekenyalan kulit Normal Sedikit kurang Sangat kurang


23

Mata Normal Sedikit cekung Sangat cekung

Ubun-ubun besar Normal Sedikit cekung Sangat cekung

Mulut Normal Kering Kering dan


sianosis.

Denyut nadi / Kuat > 120 Sedang (120- Lebih dari 140
menit. 140)

Untuk menentukan kekenyalan kulit, kulit perut dijepit antara ibu jari dan
telunjuk selama 30 – 60 detik, kemudian dilepas, jika kulit kembali normal
dalam waktu :
1 detik = turgor agak kurang (dehidrasi ringan)
1-2 detik = turgor kurang (dehidrasi sedang)
2 detik = turgor sangat kurang (dehidrasi berat)
Berdasarkan skor yang terdapat pada seorang penderita dapat ditentukan
derajat dehidrasi :
Skor 0 – 2 = dehidrasi ringan
Skor 3 – 6 = dehidrasi sedang
Skor > 7 = dehidrasi berat
(3) Berdasarkan MTBS (Managemen terpadu Balita Sakit)
Tabel 2.2 MTBS
Tahap dehidrasi Dehidrasi ringan / Dehidrasi berat
sedang
Tidak cukup untuk Terdapat dua atau Terdapat dua atau
diklarifikasikan lebih dari tanda-tanda lebih dari tanda-tanda
sebagai dehidrasi berat berikut : berikut :
atau ringan / sedang 1. Gelisah, rewel / 1. Letargis atau tidak
marah sadar
2. Mata cekung 2. Mata cekung
3. Haus, minum 3. Tidak bisa minum
dengan lahap atau malas minum
4. Cubitan kulit perut 4. Cubitan kulit perut
kembalinya lambat kembalinya sangat
lambat

Menurut tonsisitas darah, dehidrasi dapat dibagi atas:


(1) Dehidrasi isotonik : bila kadar Na dalam plasma antara 131-150 mEg/L
24

(2) Dehidrasi hipotonik : bila kadar Na < 131 mEg/L


(3) Dehidrasi hipertonik : bila kadar Na > 150 mEg/L
3) Gejala dehidrasi
Tabel 2.3 Gejala dehidrasi
Gejala Hipotonik Isotonik Hipertonik
Rasa haus - + +
Berat badan Menurun sekali Menurun Menurun
Turgor kulit Menurun sekali Menurun Tidak jelas
Kulit / selaput Basah Kering Kering sekali
lendir
Gejala SSP Apatis Koma Irritabel, apatis,
hiperrefleksi
Sirkulasi Jelek sekali Jelek Relatif masih
baik
Nadi Sangat lemah Cepat dan lemah Cepat dan keras
Tekanan darah Sangat rendah Rendah Rendah
Banyaknya kasus 20-30 % 70 % 10-20 %

4) Efek dehidrasi
(1) Kehilangan cairan tubuh
Kehilangan turgor kulit, denyut nadi lemah atau tidak ada, takikardia, mata
cekung, ubun-ubun besar cekung, suara parau, kulit dingin, sianosis
(jari), selaput lendir kering, Anuria, Uremia.
(2) Kehilangan elektrolit tubuh
Defisiensi bikarbonas / asidosis, defisiensi K+intrasel, Hipoglikemia (lebih
sering pada anak kurang gizi dan prematur)
5) Pemberian cairan (Ngastiyah, 2012 : 146)
Pemberian cairan pada pasien diare dengan memperhatikan derajat
dehidrasinya dan keadaan umum.
(1) Cairan peroral
Pasien dengan dehidrasi ringan dan sedang cairan diberikan per oral
berupa cairan yang berisikan Nacl dan NaHCO3, KCl dan glukosa. Untuk
diare akut dan kolera pada anak di atas umur 6 bulan kadar natrium 90
mEg/L, sedangkan untuk anak di bawah 6 bulan dengan dehidrasi ringan /
sedang kadar natrium 50-60 mEg/L.
(2) Cairan parenteral
25

Pada umumnya cairan ringer laktal (RL) selalu tersedia di fasilitas


kesehatan dimana saja. Mengenai pemberian cairan seberapa banyak yang
diberikan bergantung dari berat / ringannya dehidrasi, yang diperhitungkan
dengan kehilangan cairan sesuai dengan umur dan berat badannya.
Cara pemberian cairan:
(1) Belum ada dehidrasi
Peroral sebanyak anak mau minum atau 1 gelas tiap defekasi
(2) Dehidrasi ringan
1 jam pertama : 25-50 ml/kg Bb peroral (intragastrik), selanjutnya 125
ml/kg Bb / hari ad libitum.
(3) Dehidrasi sedang
1 jam pertama : 50-100 ml/kg Bb per oral / intragastrik (suhole),
selanjutnya 125 ml/kg BB/hari ad libitum
(4) Dehidrasi berat
Untuk anak umur 1 bulan – 2 tahun berat badan 3-10 kg : 1 jam pertama
: 40 ml/kg Bb / jam : 10 tetes / kg bb / menit (set infus 1 ml :20 tetes).
7 jam berikutnya : 12 ml / kg Bb / jam : 3 tetes / kg Bb / menit (set infus
1 ml : 15 tetes), atau 4 tetes / kg Bb /menit (set infus 1 ml : 20 tetes) 16
jam berikutnya : 125 ml/kg BB oralit per oral atau intragastrik.

Cara menghitung tetesan infus :


jumlah total cairan infus (cc) x faktor tetesan
Tetesan per menit = Lama waktu penginfusan (menit)
(eni Kusyati, 2006 : 276)
2. Gangguan keseimbangan asam basa (Asidosis Metabolik)
Menurut Mark A Graber Asidosis Metabolik adalah PH < 7,4 dan
menyiratkan kehilangan bikarbonat atau akumulasi asam (Fixed acids). Dimana
respons kompensasi adalah hiperventilasi dengan penurunan PCO2.
Menurut Saputra Lyndon Asidosis Metabolik adalah penurunan bikarbonat
dalam darah yang diukur disertai dengan gambaran dari kekurangan basa.
Pada diare berat, kehilangan bikarbonat yang meningkat dalam cairan tinja
dan mungkin juga dengan adanya pembentukan asam organik dari pemecahan
26

yang kurang sempurna dari karbohidrat dalam tinja akan menyebabkan asidosis
metabolik. Selain itu terdapat pula penurunan PH darah dan kenaikan PCO2. Hal
ini akan merangsang pusat pernapasan untuk meningkatkan kecepatan pernafasan
sebagai upaya meningkatnya eksresi CO2 melalui paru (pernafasan kusmaul).
Pada asidosis berat dapat pula terjadi penurunan tahanan vaskuler perifer dan
fungsi ventrikel jantung sehingga menyebabkan hipotensi, sembab paru dan
hipoksia jaringan. (Soegeng Soegianto, 2002 : 84). PH > 7,43 menunjukkah
bahwa asidosis metabolik merupakan kompensasi sebagian terhadap akalosis
respiratorik (perubahan dalam HCO3- = 0,5 x perubahan PaCO2).
3. Hipoglikemia
Menurut FKUI Hipoglikemia adalah penurunan kadar glukosa dalam
darah di bawah 60%.
Menurut Mark Graber Hipoglikemia adalah kadar glukosa dalam darah
turun di bawah 50 mg/dl.
Hipoglikemia terjadi pada 2-3 % dari anak-anak yang menderita diare.
Hipoglikemia terjadi karena:
1) Penyimpanan / persediaan glikogen dalam hati terganggu
2) Adanya gangguan obsorpsi glukosa (walaupun jarang terjadi)
Gejala hipoglikemia akan muncul jika kadar glukosa darah menurun sampai
40 mg% pada bayi. Gejalanya : lemah, apatis, peka rangsang, tremor,
berkeringat, pucat, syok, kejang sampai koma.
Hipoglikemia bisa terjadi kalau anak dipuasakan terlalu lama. Bila
penderita dalam keadaan koma glukosa 20% harus diberikan IV, dengan dosis 2,5
mg/kg BB, diberikan dalam waktu 5 menit. Jika koma tersebut disebabkan oleh
hipoglikemia, dengan pemberian glukosa intravena, kesadaran akan cepat pulih
kembali. (Sudaryat Suraatmaja, 2005 : 6 dan 14)
4. Gangguan gizi
Sewaktu menderitan diare sering terjadi gangguan gizi dengan akibat
terjadinya penurunan berat badan dalam waktu yang singkat. Hal ini disebabkan:
1) Makanan sering dihentikan oleh orang tua karena takut diare dan atau
muntahnya akan bertambah hebat. Orang tua sering hanya memberikan air teh
saja (teh diit).
27

2) Walaupun susu diteruskan, sering diberikan dengan pengenceran dan susu


yang encer ini diberikan terlalu lama.
3) Makanan yang diberikan sering tidak dicerna dan diabsorpsi dengan baik
dengan adanya hiperperistaltik.
5. Gangguan sirkulasi
Sebagai akibat diare dengan disertai muntah, dapat terjadi gangguan
sirkulasi darah berupa renjatan (syok) hipovolemik. Akibatnya perfusi jaringan
berkurang dan terjadi hipoksia, asidosis bertambah hebat, dapat mengakibatkan
perdarahan dalam otak, kesadaran menurun (suporokomateus) dan bila tidak
segera ditolong penderita dapat meninggal.
Gangguan kardiovaskular pada tahap hipovolemik yang berat dapat berupa
renjatan dengan tanda-tanda denyut nadi yang cepat ( 120/m), tekanan darah
menurun sampai titik tidak teratur, gelisah, muka pucat, ujung-ujung ekstremitas
dingin dan kadang sianosis (Arjatmo dan Hendra, 1996 : 454)
6. Hipernatremia (H. Soegeng Soegijanto ; 2002 : 82)
Beberapa anak yang diare terutama bayi, sering menderita dehidrasi
hipernatremik. Pada keadaan ini didapatkan kekurangan cairan dan kelebihan
Natrium, bila dibandingkan dengan proporsi yang biasa ditemukan dalam cairan
ekstraseluler dan darah ini biasanya akibat dari pemasukan cairan hipertonik pada
saat diare. Cairan hipertonik menyebabkan perbedaan osmotic sehingga seringkali
aliran air dari cairan ekstraseluler dan peningkatan konsentrasi natrium di dalam
cairan ekstraseluler. Gambaran utama dehidrasi hiperhatremik adalah:
1) Terdapat kekurangan air dan natrium, tetapi proporsi kekurangan airnya lebih
banyak.
2) Konsentrasi natrium serum meningkat (> 150 mmol/L)
3) Osmolaritas serum meningkat (> 295 mosmol / L)
4) Sangat haus dimana lebih berat derajatnya bila dibandingkan dengan derajat
dehidrasinya dan sangat irritable.
5) Kejang mungkin bisa terjadi, terutama bila konsentrasi natrium lebih dai 165
mmol/L.
Pengobatannya dengan pemberian oralit dan atasi kejang sebaik-baiknya
(Sudaryat suraatmaja, 2005 : 12).
28

7. Hiponatremia
Hiponatremia adalah kadar natrium serum di bawah Normal (< 135
mEg/L). (Mark A Graber, 2002 : 3)
Bayi dengan diare yang minum air dalam jumlah besar atau cairan
hipotonik yang mengandung konsentrasi garam atau bahan terlarut lain yang
rendah, atau yang mendapat infus 5% glukosa dalam air, mungkin bisa menderita
hiponatremia. Hal ini terjadi karena air di absorbsi dari usus sementara kehilangan
garam (NaCL) tetap berlangsung dan menyebabkan kekurangan Natrium dan
kelebihan air. Gambaran utama dehidrasi hiponatremik adalah:
1) Adanya kekurangan air dan natrium, tetapi kekurangan natriumnya secara
relatif lebih banyak
2) Konsentrasi natrium serum rendah (< 130 mmol/L)
3) Osmolaritas serum rendah (< 275 mosmol/L)
4) Anak letargi, kadang-kadang kejang.
Gejala Hiponatremia baru terlihat apabila kadar Na plasma kurang dari 120
mEg/L, dan gejala / tanda yang timbul dipengaruhi oleh cepatnya terjadi hipo-
natremia.
1) Hiponatremia terjadi perlahan-lahan : anoreksia, apatis, nausea, muntah.
2) Hiponatremia terjadi cepat: pusing, mental confusion, witcing, delirium,
kejang dan disfungsi CNS.
(Soegeng Soegijanto, 2002: 83)
Penderita gizi buruk mempunyai kecenderungan mengalami hiponatremia
pengobatannya dengan pemberian oralit dalam jumlah yang cukup.
(Sudaryat Suraatmaja, 2005 : 13 dan 63)
8. GGA
GGA adalah hilangnya fungsi ginjal dengan cepat dengan karakteristik
terjadi retensi produk buangan nitrogen, secara klinik terlihat sebagai peningkatan
akut dari kreatinin serum dan BUN. Penurunan tekanan darah akan menyebabkan
perfusi ginjal menurun dengan sangat dan akan timbul anuria. Bila keadaan ini
tidak segera diatasi akan timbul penyulit berupa nekrosis tubulus ginjal akut yang
29

berarti pada saat tersebut akan menghadapi GGA (Arjatma dan Hendra, 1996 :
454). GGA mungkin terjadi pada penderita diare dengan dehidrasi berat dan syok.
Didiagnosis sebagai GGA bila pengeluaran urine belum terjadi dalam waktu 12
jam setelah hidrasi cukup (Sudaryat Suraatmaja, 2005 : 14).
Walaupun terapi harus langsung ditujukan pada proses yang mendasarinya,
penderita gagal ginjal akut oleh sebab apapun memerlukan penanganan akibat dari
kehilangan fungsi ginjal. Pengobatan konservatif mencoba mempertahankan
penderita sedapat mungkin tanpa gejala kecepatan penurunan fungsi ginjal. Cara
dan frekuensi dialisis serta saat memulai terapi ditentukan oleh gambaran klinik
(Lyndon saputra, 1997 : 144).
9. Hipokalemia
Hipokalemia adalah kadar kalium serum kurang dari 3,0 m mol/L
(Sudaryat Suraatmaja, 2005 : 13). Pada diare terjadi pula kehilangan kalium
melalui cairan tinja. Gerakan dari K + ke dalam sel pada saat koreksi asidosis
dapat pula menimbulan hipokalemi. Apabila terjadi hipokalemia, rasio kadar K
intraseluler terhadap K ekstraseluler akan meningkat.
Manifestasi klinis dari Hipokalemia:
1) Kelemahan otot
2) Arefleksi
3) Paralysis
4) Kematian karena kegagalan alat pernafasan
5) Ileus paralitik dan dilatasi lambung akibat disfungsi otot halus
6) Pada ginjal akan terjadi perubahan vakuola dari epitel tubulus. Apabila
berlangsung untuk waktu yang lama dapat menimbulkan sklerosis ginjal dan
fibrosis interstisial serta kerusakan patologif yang tidak dapat dibedakan dari
pyelo-nefritis kloniks.
7) Poliuria dan polidipsia akibat kemampuan ginjal melakukan konsentrasi atau
mengencerkan urine berkurang.
8) Gangguan irama jantung. Pada EKG, timbul gelombang U. Kekurangan kalium
dapat diperbaiki dengan meneruskan pemberian oralit (mengandung 20 mMol
K/L) dan dengan meneruskan pemberian makanan yang banyak megandung K
selama dan sesudah diare (buah-buahan, ikan, sayur-sayuran, kaldu)
30

(Sudaryat Suraatmaja, 2005 : 13)

2.1.3.7 Pemeriksaan Penunjang (Arif Mansjoer, 2000 : 470 dan 471)


1. Pemeriksaan tinja
Makroskopis dan mikroskopis, PH, dan kadar gula jika di duga ada
intoleransi gula (sugar intolerance), biakan kuman untuk mencari kuman
penyebab dan uji resistensi terhadap berbagai antibiotika (pada diare persisten).
2. Pemeriksaan darah
Darah perifer lengkap, analisis gas darah dan elektrolit (terutama Na, K,
Ca dan P serum pada diare yang disertai kejang).
3. Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin darah untuk mengetahui faal ginjal
4. Duodenal intabulation
Untuk mengetahui kuman penyebab secara kuantitatif dan kualitatif pada
diare kronik.
2.1.3.8 Penatalaksanaan
Diare pada bayi harus segera diatasi, karena komponen pada bayi banyak
mengandung cairan, sehingga mudah terjadi dehidrasi dimana penatalaksanaan
pada diare meliputi :
1. Rehidrasi enteral / parenteral
1) Tahap KEP
Pada dehidrasi ringan / sedang, tetap diupayakan memberikan terapi rehidrasi
oral. Kalau perlu cairan diberikan melalui pipa nasogastrik sampai anak bisa
minum oralit efektif untuk sebagian besar penderita diare kronik. Pada
sebagian kecil penderita mungkin terjadi gangguan absorbsi monosakarida
(glukosa) sehingga diare menjadi berat. Pada kasus demikian dilakukan
rehidrasi intravena.
2) Dengan KEP
Cairan yang diberikan adalah care mal, kalau perlu dengan sonde lambung.
Infus hanya diberikan dalam keadaan dehidrasi berat / syok dan muntah yang
tidak terkendali.
2. Terapi Nutrisi
31

Tujuan pemberian nutrisi pada diare adalah agar pertumbuhan dan perkembangan
tetap berlangsung optimum. Makanan diberikan sedikit-sedikit tetapi sering.
Makanan yang diberikan:
1) Nutrisi Enteral
Pada bayi yang mendapat ASI, ASI harus dilanjutkan kalau ASI tidak ada beri
susu formula rendah / bebas laktosa.
2) Nutrisi parenteral total
Nutrisi parenteral total adalah suatu teknik memberikan nutrisi yang
diperlukan tubuh melalui intravena. Nutrisi yang diberikan terdiri dari air,
elektrolit, asam amino, emulsi lemak, mineral, vitamin dan trace elements.
3. Medikamentosa
1) Antibiotika
Antibiotika pada umumnya tidak dianjurkan, bahkan berbahaya karena dapat
mengubah flora usus, sehingga diare bertambah buruk.
2) Obat anti diare
Pemberian obat pengeras tinja dan obat antidiare tidak dianjurkan. Obat-
obatan ini berbahaya karena memberikan kesan “sembuh palsu” dan yang
paling penting mempengaruhi motilitas usus yang justru menghambat
pengeluaran bakteri bersama tinja dan memberi kesempatan kepada bakteri
untuk lebih lama dalam tubuh dan berkembang biak dalam usus.
3) Kolesteramin
Kolesteramin meningkat asam empedu yang toksis untuk usus menjadi
kompleks yang tidak larut dan dikeluarkan bersama tinja sehingga stimulasi
terhadap usus hilang
4) Bismut sub salisilat
Seperti kolesteramin, bismut juga mengikat asam empedu.
1

2.2 Penelitian Terkait


Tabel 2.4 Gambaran Pengetahuan dan Sikap Ibu dalam Pencegahan dan Penanggulangan secara dini Kejadian Diare pada Balita
Populasi Penelitian Tindakan yang Diberikan Hasil Penelitian Uji Statistik yang di gunakan
Populasi dalam penelitian ini Cara yang dilakukan adalah dengan Dari penelitian ini didapatkan Metode penelitian yang digunakan
adalah seluruh ibu yang tes dan meminta responden mengisi gambaran mengenai tingkat adalah metode deskriptif. Sebelum
mempunyai balita di Desa lembar kuesioner Setelah responden pengetahuan ibu yaitu dari 88 digunakan, instrumen ini dilakukan
Hegarmanah Jatinagor sebanyak responden, lebih dari setengah uji validitas dan realibilitas. Untuk
mengisi seluruh kuesioner
762 orang. Sampel dalam responden (60,23%) memiliki pengetahuan rumus yang
penelitian ini adalah ibu yang penelitian, peneliti terlebih dahulu pengetahuan baik dan didapatkan digunakan adalah point biseral
mempunyai balita di Desa memeriksa kelengkapan jawaban dari 88 responden lebih dari correlation. Sedangkan untuk
Hegarmanah Jatinagor sebanyak responden sesuai dengan setengah yakni 47 ibu (53,41%) sikap menggunakan teknik korelasi
88 orang. pertanyaan kuesioner kemudian memiliki sikap yang favorable product moment. Uji realibitas
seluruh data dikumpulkan untuk (mendukung). yang digunakan untuk instrumen
dianalisa. pengetahuan adalah dengan rumus
Kuder Richardson 20 (KR 20). Uji
realibitas yang digunakan untuk
instrumen sikap adalah dengan
rumus Alpha. Pada penelitian ini
nilai realibitas pada pengetahuan
yaitu 0,917 dan nilai realibitas
pada siakp yaitu 0,927.

33
2

Tabel 2.5 Pendidikan Kesehatan Keluarga Efektif Meningkatkan Kemampuan Ibu dalam Merawat Anak Daire
Populasi Penelitian Tindakan yang Diberikan Hasil Penelitian Uji Statistik yang di gunakan
Populasi dalam penelitian ini Instrumen yang digunakan dalam Hasil analisis menunjukan Penelitian ini menggunakan
adalah ibu yang memiliki anak penelitian yaitu kuesioner bahwa skor pengetahuan ibu desain kuasi eksperimen dengan
dirawat karena diare di Rumah karakteristik responden, kuesioner pada kelompok intervensi lebih pendekatan rancangan posttest
Sakit wilayah Denpasar. Adanya pengetahuan, kuesioner sikap dan tinggi dibanding kelompok only control group design.
keterbatasan waktu dan pasien lembar observasi keterampilan kontrol (p= 0,000: ɑ= 0,05). Analisis pada variabel-variabel
yang sedikit dalam pelaksanaan responden.
Skor sikap ibu pada kelompok dalam penelitian dilakukan
penelitian, maka pencapaian
sampel hanya sebanyak 31 orang intervensi juga lebih tinggi secara univariat dan bivariat.
pada masing-masing kelompok, dibanding kelompok kontrol (p= Kemampuan ibu dinilai
sehingga total sampel sebanyak 62 0,000: ɑ= 0,05). Hasil obeservasi berdasarkan dari kriteria
orang. pada keterampilan menunjukan mempunyai dua kategori baik
bahwa tidak adanya perbedaan aspek pengetahuan, sikap atau
bermakna skor keterampilan ibu keterampilan. Kemudian
di hari pertama kedua kelompok kemampuan ibu antar kelompok
responder (p= 0,732, ɑ= 0,05). dianalisis dengan menggunakan
Namun analisis di hari kedua uji Chi-square.
dan ketiga menunjukan skor
keterampilan yang lebih tinggi
pada kelompok intervensi
dibanding dengan kelompok
kontrol (p= 0,000; ɑ= 0,05)

34
35

2.3 Kerangka Konsep.

Cara memperoleh Tingkat pengetahuan Faktor yang


pengetahuan: tentang dampak diare mempengaruhi
1. Cara tradisional (dehidrasi): tingkat pengetahuan:
Coba-coba salah 1. Tahu 1. Pendidikan
Kekuasaan atau Pengertian Dehidrasi 2. Umur
otoritas Tingkatan Dehidrasi 3. Informasi
Berdasarkan Tanda Dehidrasi
pengalaman pribadi
Melalui jalan pikiran
2. Cara modern
2. Memahami
3. Aplikasi
4. Analisis
5. Sintesis
6. Evaluasi

Sikap  respon terhadap pengetahuan yang


diterima ibu tentang dampak diare

+ -

Tindakan
Keterangan :
: Diteliti

: Tidak ditelti

: Mempengaruhi
36

2.4 Hipotesis
2.4.1 Pengertian hipotesis penelitian
Perbedaan tipe hubungan dan jumlah variabel diidentifikasi dalam
hipotesis. Penelitian mungkin mempunyai satu, tiga atau lebih hipotesis,
bergantung pada kompleksnya suatu penelitian. Menurut (Nursalam 2008: 59)
Hipotesis adalah suatu pendapat atau pernyataan yang sifatnya masih
sementara belum bisa dijadikan sebagai tesis (Yuyun, 2009:57)
1) Hipotesis nol (H0) adalah hipotesis yang digunakan untuk pengukuran
statistik dan interpretasi hasil statistik. Hipotesis nol dapat sederhana atau
kompleks dan bersifat sebab atau akibat.
2) Hipotesis alternatif (Ha/H1) adalah hipotesis penelitian. Hipotesis ini
menyatakan adanya suatu hubungan, pengaruh, dan perbedaan antara dua
atau lebih variabel. Hubungan, perbedaan, dan pengaruh tersebut dapat
sederhana atau komplek, dan bersifat sebab-akibat.
Hipotesis dalam penelitian ini,yaitu:
H1 yaitu Ada pengaruh pendidikan kesehatan terhadap tingkat pengetahuan
Ibu tentang dampak diare (dehidrasi) di UPT Puskesmas Bukit Hindu Palangka
Raya.

Anda mungkin juga menyukai