Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Saat ini istilah wirausaha (entrepreneur) dan kewirausahaan

(entrepreneurship) sering sekali terdengar, baik dalam bisnis, seminar, pelatihan,

program pemberdayaan sampai kurikulum. Hal tersebut menunjukkan bahwa

konsep wirausaha tidak hanya berhubungan dengan bisnis semata tetapi dikenal

secara luas sehingga dapat ditemui berbagai istilah seperti social entrepreneur,

government entrepreneur, academic entrepreneur, creative entrepreneur dan

technopreneur.

Demikian populernya istilah ini, banyak penulis yang menyatakan sekarang

adalah era entrepreneurship (Blanchflower dan Oswald, 1998). Hal ini tidak lain

karena peran kewirausahaan dalam kehidupan manusia yang cukup besar antara

lain dipercaya dapat mempercepat pertumbuhan ekonomi, sosial dan bisnis,

menentukan kesuksesan suatu usaha, meningkatkan kemandirian bangsa,

komponen penting dalam mempercepat pembangunan daerah, melambangkan

inovasi dan ekonomi yang dinamis, dan seorang wirausaha dianggap memiliki

status yang secara kualitatif lebih baik dibandingkan anggota masyarakat lainnya

(Chairy, 2008; Orhan dan Scott, 2001).

Begitu luasnya peran kewirausahaan dalam kehidupan mendorong berbagai

pihak berkepentingan untuk dapat menumbuhkembangkan semangat ini dalam

diri, keluarga, masyarakat dan bangsa. Tidak luput dalam hal ini adalah

perempuan. Menurut Minniti dan Naude (2010), penelitian tentang wirausaha

perempuan dalam tiga dekade belakangan cukup pesat dan berkembang menjadi

beberapa disiplin, metode dan negara yang diawali oleh penelitian yang dilakukan

di awal tahun 1970-an.


B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa
C. TUJUAN

Berikut beberapa tujuan dari seorang wirausaha yang seharusnya:

1. Berusaha dan bertekad dalam meningkatkan jumlah para wirausaha yang baik dengan
kata lain ikut serta dalam mengader manusia manusia calon wirausaha untuk membangun
jaringan bisnis yang lebih baik
2. Ikut serta dalam mewujudkan kemampuan para wirausaha untuk meningkatkan
kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat dan Negaranya
3. Ikut serta dalam menumbuhkan dan mengembangkan kesadaran serta orientasi
kewirausahaan yang kokoh.
4. Menyebarluaskan dan membuat budaya ciri ciri kewirausahaan disekitarnya terutama
dalam masyarakat
5. Mengembangkan dalam bentuk inovasi dan kreasi agar tercipta dinamika dalam
kewirausahaan atau dunia bisnis sehingga kemakmuran dapat tercapai
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. KETERAMPILAN BERFIKIR KREATIF


Keterampilan berpikir adalah keterampilan-keterampilan yang relatif spesifik dalam
memikirkan sesuatu yang diperlukan seseorang untuk memahami suatu informasi (gagasan,
konsep, prinsip, teori, dsb), memecahkan masalah dan sebagainya. Pengetahuan dan
keterampilan berpikir merupakan suatu kesatuan yang saling menunjang. Keterampilan
berpikir dapat dikelompokkan menjadi keterampilan berpikir dasar dan keterampilan berpikir
kompleks. Novak (1985) mengemukakan bahwa proses berpikir dasar merupakan gambaran
dari proses berpikir rasional yang mengandung sekumpulan proses mental dari yang sederhana
menuju yang kompleks (Liliasari, 1997).
Pengertian kreativitas dapat dijelaskan melalui berbagai dimensi antara lain dimensi
pribadi (person), dimensi proses, dimensi produk, dan dimensi pendorong (press).
Berdasarkan dimensi pribadi, kreativitas merupakan sesuatu yang unik dari kepribadian
seseorang; hasil dari interaksi antara intelegensi, gaya kognitif dan kepribadian/motivasi,
sedangkan dari dimensi proses, proses kreatif (ilmiah) meliputi merasakan adanya masalah,
membuat dugaan, menguji dugaan, dan menyampaikan hasilnya. Berdasarkan dimensi produk,
kreativitas adalah suatu ciptaan yang baru (original) dan bermakna, yang relatif berbeda
dengan yang telah ada sebelumnya, baik berupa gagasan gagasan maupun karya nyata.
Pengertian kreativitas dari segi pendorong (press) menjelaskna bahwa kreativitas adalah hasil
dari interaksi antara dorongan internal maupun dorongan eksternal (lingkungan). Ini berarti
bahwa kemampuan kreatif dapat ditingkatkan melalui pendidikan.
Berpikir kreatif menurut Lawson (1980) dimaknai sebagi suatu proses kreatif, yaitu
merasakan adanya kesulitan, masalah, kesenjangan informasi, adanya unsur yang hilang, dan
ketidak harmonisan, mendefinisikan masalah secara jelas, membuat dugaan-dugaan atau
merumuskan hipotesis tentang kekurangan-kekurangan, menguji dugaan-dugaan tersebut dan
kemungkinan perbaikannya, pengujian kembali atau bahkan mendefinisikan ulang masalah,
dan akhirnya mengkomunikasikan hasilnya.
Berpikir kreatif menurut Perkins (1985) adalah kemampuan untuk membentuk
kombinasi gagasan baru, untuk memenuhi suatu keperluan atau untuk memperoleh suatu hasil
(produk) yang asli dan sesuai dengan kriteria pokok pertanyaan. Menurut Liliasari (1999),
keterampilan berpikir kreatif adalah kemampuan untuk mengembangkan atau menemukan ide
atau hasil yang asli, estetis dan konstruktif, yang berhubungan dengan pandangan dan konsep
serta menekankan pada aspek berpikir intuitif dan rasional; khususnya dalam menggunakan
informasi dan bahan untuk memunculkan atau menjelaskannya dengan perspektif asli pemikir.
Indikator keterampilan berpikir kreatif yang patut dimiliki untuk dikembangkan siswa
berkaitan dalam model pembelajaran ini meliputi membangkitkan keingintahuan dan hasrat
untuk tahu, memandang informasi yang sama dari sudut pandang yang berbeda, meramal dari
informasi yang terbatas, memilih hal-hal yang mungkin tidak relevan, dan membangun di atas
pengetahuan yang telah ada pada siswa
Berpikir kreatif pada dasarnya merupakan perpaduan antara berpikir logisdan berpikir
divergen yang didasarkan pada intuisi (Baer, 1993).Seseorang waktu berpikir kreatif dalam
memecahkan masalah, berpikir divergen akan menghasilkanbanyak ide dan kebenaran
berpikir tersebut akan ditentukan oleh berpikir logisnya.Selanjutnya Baer (1993)
mengemukakan berpikir kreatif merupakan sinonim dariberpikir divergen. Ada 4 (empat)
indikator berpikir divergen, yaitu (1) fluenceadalah kemampuan menghasilkan banyak ide,
(2) flexibility,adalah kemampuan menghasilkan ide-ide yang bervariasi, (3)originality adalah
kemampuan menghasilkan ide baru yang sebelumnya belum ada dan (4)elaboration,adalah
kemampuan mengembangkan atau menambahkan ide-ide sehingga dihasilkan ideyang lebih
rinci dan detail. Kreativitas seseorang ditunjukkan dalam berbagai hal,seperti kebiasaan
berpikir, sikap, pembawaan atau kepribadian, atau kecakapan dan memecahkan masalah
Kreativitas secara umum dapat didefinisikan sebagai suatu proses ataupunkegiatan
yang menghasilkan sesuatu yang inovatif, tidak harus baru namun ia dapat outstanding dan
menjadi unik di tengah segala sesuatu yang kian hari kian mirip,bukan hanya sekedar
kebetulan, merupakan suatu pemecahan masalah yang efektif dan berguna, dan yang paling
penting adalah ia juga harus dapat dimengerti olehorang lain. Sehingga ketika pembahasan
adalah mengenai desain yang kreatif, makaia harus merupakan desain yang dapat outstanding
memorable dan understable serta merupakan problem solving bagi produk, jasa atau pun bagi
manusia.
B. DAYA IMAJINASI
Daya Imajinasi adalah bentuk dari renungan, ide ide dan pemikiran yang unik yang
melebar melewati batas ambang nalar manusia, yang akhirnya hasil akhirnya menjadi sesuatu
yang memilki nilai estetika tinggi yang awalnya diproses oleh otak menjadi sesuatu yang
berbeda yang dapat dilihat oleh mata lalu dapat dinikmati oleh rasa (batin).
Misalnya seorang pelukis menuangkan imjinasinya tentang bencana serangan tsunami
yang meluluh lantahkan sebuah kota besar yang memiliki banyak gedung pencakar langit,
dimana gambaran idenya tersebut dituangkan diatas kanvas lalu menjadikannya sebuah
lukisan yang sangat indah yang dan menggetarkan hati siapapun yang melihatnya.
Imajinasi secara umum, adalah kekuatan atau proses menghasilkan citra mental dan
ide. Imajinasi merupakan suatu gambaran (citra) yang dihasilkan oleh otak seseorang. Istilah
ini secara teknis dipakai dalam psikologi sebagai proses membangun kembali persepsi dari
suatu benda yang terlebih dahulu diberi persepsi pengertian. Sejak penggunaan istilah ini
bertentangan dengan yang dipunyai bahasa biasa, beberapa psikolog lebih menyebut proses ini
sebagai "menggambarkan" atau "gambaran" atau sebagai suatu reproduksi yang bertentangan
dengan imajinasi "produktif" atau "konstruktif".
Gambaran citra dimengerti sebagai sesuatu yang dilihat oleh "[[mata pikiran]]". Suatu
hipotesis untuk evolusi imajinasi manusia ialah bahwa hal itu memperbolehkan setiap
makhluk yang sadar untuk memecahkan masalah (dan oleh karena itu meningkatkan fitnes)
perseorangan oleh penggunaan simulasi jiwa.
C. LANGKAH – LANGKAH BERFIKIR ILMIAH
Berpikir adalah menggunakan akal budi untuk mempertimbangkan dan memutuskan
sesuatu. Sedangkan menurut Poespoprodjo berpikir adalah suatu aktifitas yang banyak seluk-
beluknya, berlibat-libat, mencakup berbagai unsur dan langkah-langkah. Menurut Anita
Taylor et. Al. berpikir adalah proses penarikan kesimpulan. Jadi berpikir merupakan sebuah
proses tertentu yang dilakukan akal budi dalam memahami, mempertimbangkan, menganalisa,
meneliti, menerangkan dan memikirkan sesuatu dengan jalan tertentu atau langkah-langkah
tertentu sehingga sampai pada sebuah kesimpulan yang benar.
Sedangkan Ilmiah yakni “bersifat ilmu, secara ilmu pengetahuan, memenuhi syarat
kaidah ilmu pengetahuan. Berpikir ilmiah adalah berpikir rasional dan berpikir empiris.
Bersifat ilmiah apabila ia mengandung kebenaran secara objektif, karena didukung oleh
informasi yang telah teruji kebenarannya dan disajikan secara mendalam, berkat penalaran
dan analisa yang tajam. Berpikir rasional adalah berpikir menggunakan dan mengandalkan
otak atau rasio atau akal budi manusia sedangkan berpikir empiris berpikir dengan melihat
realitas empiris, bukti nyata atau fakta nyata yang terjadi di lingkungan yang ada melalui
panca indera manusia.
Jadi memang tidak semua berpikir akan mengahasilkan pengetahuan dan ilmu dan juga
tidak semua berpikir disebut berpikir ilmiah. Karena berpikir ilmiah memiliki aturan dan
kaidah tersendiri yang harus diikuti oleh para pemikir dan ilmuwan sehingga proses berpikir
mereka bisa dikatakan sebagai produk ilmu pengetahuan dan bermanfaat bagi khalayak ramai
dan manusia pada umumnya.
Menurut Jujun ada lima langkah dalam kerangka berpikir ilmiah. Pertama
merumuskan masalah, kedua menyusun kerangka berpikir dalam pengajuan hipotesis, ketiga
merumuskan hipotesis, keempat menguji hipotesis dan langkah terakhir adalah menarik suatu
kesimpulan. Demikian pula menurut Nazir penelitian menggunakan metode ilmiah sekurang-
kurangnya dilakukan dengan langkah-langkah berikut : (1) merumuskan serta mendefinisikan
masalah, (2) mengadakan studi kepustakaan, (3) memformulasikan hipotesa, (4) menentukan
model untuk menguji hipotesa, (5) mengumpulkan data, (6) menyusun, menganalisa dan
memberikan interpretasi, (7) membuat generalisasi kesimpulan.
D. SEPULUH KEBIASAAN MANUSIA KREATIF
1. Suka mencari jawaban kedua
2. Suka bersikap lunak terhadap berbagai ide
3. Berani mempertanyakan aturan
4. Suka mencoba kemustahilan
5. Toleran dengan hal-hal dilematis
6. Melihat kesalahan sebagai peluang
7. Suka humor dan santai
8. Suka meninjau dunia luar
9. Berani berpikir beda
10. Terbuka dengan gagasan baru

E. TUJUH TEHNIK BERFIKIR KREATIF


1. Persiapan (Preparation)
Persiapan menyangkut kesiapan untuk berfikir kreatif, dilakukan dalam bentuk
formal, pengalaman, magang dan pengalaman belajar lainnya. Zimmerer mengemukakan
tujuh langkah untuk memperbaiki pikiran kita agar dapat berpikir kreatif yaitu :
a. Hindari sikap untuk tidak belajar. Dalam setiap situasi selalu ada peluang untuk
dapat dipelajari.
b. Belajar banyak. Jangan hanya mempelajari keahlian yang kita miliki karena bidang
lain tidak menutup kemungkinan untuk bisa dijadikan sebagai peluang inovasi.
c. Diskusikan ide-ide kita dengan orang lain.
d. Himpun artikel-artikel yang penting.
e. Temui profesional atau asosiasi dagang dan pelajari cara mereka
memecahkan persoalan.
f. Gunakan waktu untuk belajar sesuatu dari orang lain.
g. Kembangkan keterampilan menyimak gagasan orang lain.
2. Penyelidikan (Investigation)
Dalam penyelidikan diperlukan individu yang dapat mengembangkan pemahaman
mendalam tentang masalah atau keputusan. Untuk menciptakan konsep dan ide-ide baru
tentang suatu bidang, seseorang pertam-tama harus mempelajari masalah dan memahami
komponen-komponen dasarnya.
3. Transformasi (Transformation)
Tahap tranformasi menyangkut persamaan dan perbedaan pandangan di antara
informasi yang terkumpul. Transformasi adalah mengidentifikasi persamaan dan
perbedaan yang ada tentang infomasi yang terkumpul. Dalam tahap ini diperlukan dua
tipe berpikir, yaitu berpikir konvergen dan divergen. Berpikir konvergen adalah
kemampuan untuk melihat persamaan dan hubungan diantara beragam data dan kejadian.
Sedangkan berpikir divergen adalah kemampuan melihat perbedaan antara data dan
kejadian yang beraneka ragam.
4. Penetasan (Incubation)
Penetasan merupakan penyiapan pikiran bawah sadar untuk merenungkan informasi
yang terkumpul. Pikiran bawah sadar memerlukan waktu untuk merefleksikan informasi.
5. Penerangan (Illumination)
Penerangan akan muncul pada tahap penetasan, yaitu ketika terdapat pemecahan
spontan yang menyebabkan adanya titik terang. Pada tahap ini, semua tahap sebelumnya
muncul secara bersama dan menghasilkan ide-ide kreatif serta inovatif.
6. Pengujian (Verification)
Pengujian menyangkut validasi keakuratan manfaat ide-ide yang muncul yang dapat
dilakukan pada masa percobaan, proses simulasi, tes pemasaran, pembangunan proyek
percobaan, pembangunan prototipe dan aktifitas lain yang dirancang untuk membuktikan
ide-ide baru yang akan diimplementasikan.
7. Implementasi (Implementation)
Implementasi adalah transformasi ide ke dalam praktik bisnis. Zimmerer
mengemukakan beberapa kaidah atau kebiasaan kewirausahaan yaitu :
a. Create, innovate, and activate yaitu ciptakan, temukan dan aktifkan. Wirausaha
selalu memimpikan ide-ide baru dan bertanya “apa mungkin” atau “mengapa
tidak” dan menggunakan inovasinya dalam kegiatan praktis.
b. Always be on the look out for the new opportunities, yaitu selalu mencari peluang
baru. Wirausaha harus selalu usaha mencari peluang atau menemukan cara baru
untuk menciptakan peluang.
c. Keep it simple, yaitu berpikir sederhana. Wirausaha selalu mengharapkan umpan
balik dengan mungkin dan berusaha dengan cara yang tidak rumit.
d. Try it, fix it, do it, yaitu selalu mencoba, memperbaiki dan melakukannya.
Wirausaha berorientasi pada tindakan. Bila ada ide, wirausaha akan segera
mengerjakannya.
e. Shoot for the top, yaitu selalu mengejar yang terbaik, terunggul, dan ingin cepat
mencapai sasaran. Wirausaha tidak pernah segan, mereka selalu bermimpi besar.
Meskipun tidak selalu benar, mimpi besar adalah sumber penting untuk inovasi
dan visi.
f. Don’t be ashamed to start small, yaitu jangan malu untuk memulai dari hal-hal
yang kecil. Banyak perusahaan besar yang berhasil karena dimulai dari usaha kecil.
g. Don’t fear failure : learn form it, yaitu jangan takut gagal, belajarlah dari
kegagalan. Wirausaha harus tahu bahwa inovasi terbesar berasal dari kegagalan.
h. Never give up, yaitu tidak pernah menyerah atau berhenti karena wirausaha bukan
orang yang mudah menyerah.
i. Go for it, yaitu berusaha untuk terus mengejar apa yang diinginkan. Orang yang
pantang menyerah selalu mengejar apa yang belum dicapainya.
Dalam menghadapi persaingan yang semakin kompleks dan ekonomi global,
menurut Zimmerer (1996: 53), kreativitas tidak hanya penting untuk menciptakan
keunggulan kompetitif, akan tetapi juga sangat penting bagi kelangsungan perusahaan
.zurvive). Artinya, dalam menghadapi tantangan global, diperlukan sumber daya
manusia kreatif dan inovatif atau berjiwa kewirausahaan. Wirausahalah yang bisa
menciptakan nilai tambah dan keunggulan. Nilai tambah tersebut diciptakan melalui
kreativitas dan inovasi, atau "thinking new thing and doing new thing or create the new
and different."
F. KETERAMPILAN PEMBUATAN KEPUTUSAN
1. Keterampilan Pengambilan Keputusan Oleh Wahono Widodo
Secara tradisional, pembelajaran keterampilan pengambilan keputusan tidak menjadi
bagian dari pembelajaran keterampilan-keterampilan sains (Campbel, et al., 1997).
Sebenarnya terdapat keterkaitan yang sangat erat antara berpikir ilmiah dengan
pengambilan keputusan, khususnya saat menggunakan aturan logika dan bukti untuk
mendefinisikan permasalahan, memformulasikan dan menguji hipotesis, dan
menerjemahkan hasilnya ke dalam tindakan.
Langkah I: Melakukan Asesmen Resiko
Sebuah keputusan merupakan sebuah pilihan dari berbagai pilihan yang ada, dengan tiap-
tiap pilihan memiliki keuntungan dan resiko (Campbel, et al., 1997). Pengambil
keputusan yang baik mengidentifikasi keuntungan dan resiko dari setiap pilihan yang ada,
menggunakan setiap bukti (informasi) yang tersedia untuk menentukan bobot tiap pilihan
secara logis, dan kemudian memutuskannya.
Keputusan dapat dibuat pada tingkat perorangan, lokal, nasional, atau
internasional. Hal ini menjadikan terdapat berbagai perspektif dan penggunaan skala
yang berbeda dalam pengambilan keputusan. Sebagai contoh, nilai-nilai personal,
sosial, dan nasional memainkan peran yang penting dalam pengambilan keputusan
terhadap isu-isu lingkungan. Pembelajaran yang melatihkan keterampilan
pengambilan keputusan seharusnya mendorong mahasiswa untuk meninjau berbagai
sudut pandang yang berbeda, sehingga keputusan yang dihasilkan mereka sesuai
dengan tingkat mana mereka mengidentifikasikan dirinya sebagai pengambil
keputusan.
Proses pengambilan keputusan memperhatikan bahaya yang timbul dari setiap
alternatif yang ada. Pengambil keputusan harus mengevaluasi bahaya ini dan
memperhitungkan seberapa “parah” potensi bahaya yang ditimbulkannya. NRC
mengklasifikasikan kategori bahaya (hazard): fenomena fisis, kinia, organisme,
produk komersial, perilaku manusia, atau informasi kejadian yang dapat
mendorong/mempengaruhi orang atau hal lain. Suatu bahaya dapat ‘berpotensi’
merusak, yang berarti kejadian merusak ini mungkin terjadi dan mungkin tidak
terjadi. Kemungkinan suatu bahaya dapat terjadi dan kerusakan yang mungkin timbul
dinyatakan sebagai resiko bahaya. Asesmen resiko selanjutnya digunakan untuk
memprediksi resiko tersebut. Asesmen resiko sekurangnya mengandung dua
komponen: paparan (exposure) dan intensitas akibat. Paparan mengindikasikan
apakah orang, binatang, ekosistem, dan lain-lain akan bersentuhan atau terimbas oleh
bahaya tersebut. Intensitas akibat menunjukkan apa yang mungkin terjadi pada
tingkat paparan tertentu. Sebagai contoh, suatu bahaya mungkin berupa racun
(intensitas akibatnya tinggi), namun jika peluang untuk terpapar nol, maka resiko
bahaya tersebut sangat kurang. Informasi sangat diperlukan untuk mengases resiko.
Peneliti melakukan eksperimen untuk mengukur paparan dan intensitas akibat, tidak
hanya untuk pengambilan keputusan sekarang namun menyediakan informasi untuk
pengambilan keputusan yang akan datang. Pembelajaran sains yang melatihkan
keterampilan pengambilan keputusan seyogiayanya menyediakan kesempatan
mahasiswa untuk melakukan asesmen resiko pada setiap potensi bahaya di setiap
jalur keputusan yang akan diambil. Asesmen resiko ini digunakan untuk merumuskan
sejumlah tujuan atau nilai-nilai keputusan yang diambil.
Langkah II: Mengidentifikasi Pilihan-pilihan
Dalam pengambilan keputusan, selanjutnya perlu diidentifikasikan tujuan keputusan,
dengan mengidentisikan pilihan-pilihan atau alternatif tindakan dalam keputusan.
Pilihan seharusnya sesuai dengan tujuan, namun mungkin tidak. Seharusnya tidak
tergesa-gesa memutuskan atau memilih suatu tindakan, sebelum dilakukan
peninjauan yang adekuat terhadap akibat-akibat tindakan terhadap tujuan. Jika
permasalahan relatif rumit, mungkin terdapat berbagai kemungkinan rencana aksi.
Pada saat memulai proses pengambilan keputusan, seharusnya tidak mendefinisikan
pilihan yang merupakan kombinasi dari beberapa tindakan. Hal ini disebabkan
sulitnya membandingkan tindakan banyak langkah dan tindakan kombinasi baru
dilakukan setelah beberapa tindakan terpisah dilakukan dan dibandingkan. Hasil
(outcome) merupakan konsekuensi dari tindakan yang dilakukan. Hasil ini perlu
diidentifikasi, dan hasil ini kadangkala tidak pasti. Hal ini memerlukan perhitungan
terhadap ketidakpastian hasil.
Prosedur pada langkah ini meliputi: 1) membuat kartu keputuan dengan
menggunakan tujuan yang telah dirumuskan pada langkah sebelumnya, 2) memilih
dua pilihan dari beberapa pilihan, 3) membuat taksiran terbaik hasil yang timbul, dan
3) mengidentifikasi penelitian yang perlu dilakukan untuk mendapatkan informasi
yang masih belum ditemukan.
2. Langkah III: Menganalisis Informasi
Informasi yang sempurna di dalam situasi pengambilan keputusan jarang ada.
Berbagai keputusan dibuat berdasarkan taksiran dan pendekatan terbaik.
Penelitian seharusnya dilakukan untuk membatasi informasi yang memang benar-
benar diperlukan, bukan
sekedar informasi yang banyak. Probabilitas merupakan sarana untuk
mengekspresikan seperti apa kemungkinan terbesar hasil yang terjadi dari
keputusan yang dibuat. Interval keyakinan dapat digunakan untuk
menggabungkan data sesungguhnya dan perkiraan untuk menyatakan jangkauan
probabilitas hasil akan terjadi (biasanya digunakan probabilitas 95%).
4. Langkah IV: Menentukan Pilihan
Sebelum menentukan keputusan yang akan diambil, perlu dilakukan analisis
tujuan, pilihan, hasil, dan probabilitasnya. Analisis ini dapat menggunakan
gambaran visual berupa importance bars. Analisis sensitivitas digunakan untuk
menentukan apakah terdapat ketidakpastian tertentu yang dapat mempengaruhi
keputusan secara keseluruhan.
5. Indikator Keterampilan Pengambilan Keputusan
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat ditentukan indikator keterampilan
pengambilan keputusan, seperti ditunjukkan dalam Tabel 1.

Tabel 1: Indikator Keterampilan Pengambilan Keputusan

Sub Keterampilan Indikator


Melakukan asesmen resiko Mengidentifikasi potensi resiko
Melakukan asesmen resiko terhadap manusia dan
Ekologi
Melakukan asesmen resiko terhadap sosial
Melakukan asesmen resiko terhadap etika
Mengidentifikasikan
pilihan- Mengidentifikasikan pilihan-pilihan
Pilihan Mengidentifikasikan hasil
Mengorganisasikan pemahaman
Menganalisis informasi Mengidentifikasikan informasi yang seharusnya
Tersedia
Mengidentifikasikan informasi yang tersedia
Menentukan kontinum informasi
Menentukan pilihan Menganalisis keputusan
Mengecek keputusan alternative
Menentukan pilihan keputusan

6. Refleksi Diri dan Metakognitif dalam Pengambilan Keputusan


Refleksi merupakan berpikir fleksibel yang melintasi wilayah sosial, dengan
pengenalan pada hubungan dinamis antara individu dengan kelompoknya,
sehingga pebelajar dapat mengkonstruksi pengetahuan dirinya dan memandu
tindakan (Rychen, dalam Hipkins, 2006). Awalan ‘meta’ dapat diartikan
‘tentang’, sehingga metakognitif dapat diartikan berpikir tentang kognisi, atau
berpikir tentang pemikiran seseorang. Karena prose
pengambilan keputusan pada hakikatnya merupakan bagian dari proses
berpikir, maka penyediaan pembelajaran yang memungkinkan terjadinya
refleksi diri dan metakognitif sangat diperlukan dalam melatihkan keterampilan
pengambilan keputusan

7. KETERAMPILAN KEPEMIMPINAN
Ketrampilan-ketrampilan yang perlu dimiliki seorang pemimpin menurut
Katz (1979:25) dalam Burhanuddin (1994; 91-92) dikelompokkan menjadi :[3]

1. Ketrampilan membuat konsep (conceptual skills)


Ketrampilan ini menunjukkan kemampuan berpikir, seperti menganalisa suatu
persoalan, memutuskan dan memecahkan masalah. Ketrampilan konseptual
mencerminkan aspek-aspek sebagai berikut :

a. Kemampuan analisis.

b. Berfikir secara rasional.

c. Ahli atau cakap dalam berbagai macam konsepsi.

d. Kreatif dalam berbagai ide dalam pemecahan masalah.

e. Mampu untuk mengemukakan analisis berbagai kejadian serta memahami


berbagai macam kecenderungan.

f. Mampu mengantisipasikan perintah.

g. Mampu mengenali berbagai macam kesempatan dan problem-problem


potensial.

2. Ketrampilan Teknis (Techincal skills)


Seorang pemimpin mempunyai kemampuan untuk menggunakan
pengetahuan, metode dan tehnik-tehnik tertentu dalam menyelesaikan suatu
tugas secara spesifik. Dalam kegiatan belajar mengajar didalam kelas seorang
guru dituntut supaya bisa menggunakan metode dan tehnik sesuai dengan
kondisi dan kemampuan belajar siswa yang didukung dengan sarana ataupun
komponen-kompenen belajar yang lain.

Metode dan tehnik adalah suatu cara kerja yang sistematik dan umum.
Ia berfungsi sebagai alat untuk mencapai tujuan. Makin baik suatu metode dan
tehnik makin efektif pula dalam pencapaiannya. Tetapi, tidak ada satu metode
dan tehnik pun yang dikatakan paling baik/ dipergunakan bagi semua macam
usaha pencapaiannya. Baik tidaknya, tepat tidaknya suatu metode dan tehnik
dipengaruhi oleh berbagai faktor. Faktor utama yang menentukan metode
adalah tujuan yang akan dicapai.

Penerapan suatu metode dan tehnik pengajaran harus memiliki : Tujuan


pengajaran yang jelas dan tepat akan membantu dalam memilih metode dan
tehnik belajar mengajar, bahan pelajaran menjadi acuan untuk menerapkan
sesuatu jenis metode. Bahan itu mengandung unsure emosi, memerlukan
pengamatan, memerlukan gerakan/ketrampilan tertentu, mengandung materi
hafalan dan sebagainya, kemampuan guru, metode dan tehnik yang digunakan
oleh guru untuk mengajar haruslah dikuasai betul olehnya.

Petunjuk Teknis Memimpin Organisasi

1. Mengetahui potensi dan kemampuan orang yang dipimpin

2. Mampu memanfaatkan potensi bawahannya

3. Membuat struktur menurut kebutuhan dan potensi orang yang dipimpin


(Struktur kepengurusan)

4. Membuat uraian kerja (job deskripsi) yang jelas agar tidak tumpang tindih

5. Membuat aturan-aturan organisasi (AD-ART)

6. Menetapkan visi, misi dan program kerja sebagai penjabaran visi dan misi

7. Memberikan arahan dan menyiapkan fasilitas untuk bekerja


8. Melakukan mutaba’ah (controlling ) secara langsung atau tidak langsung
dengan meminta laporan pelaksanaan program

9. Mengadakan evaluasi berkala terhadap pelaksanaan program

10. Memberikan penghargaan, teguran dan solusi

11. Memberikan motivasi dan sarana untuk maju dan meningkat

12. Biasakan: Bermusyawarah dan koordinasi dan mencatat ide-ide dan hal-hal
penting lainnya.

Menurut Jamal mengemukakan bahwa ketrampilan memimpin bagi


pemimpin yakni Mampu memimpin guru dan staf dalam rangka pendayagunaan
sumber daya manusia secara optimal:

1 Mampu mengkomunikasikan visi, misi, tujuan, sasaran, dan program


strategis sekolah kepada keseluruhan guru dan staf

2 Mampu mengkoordinasi guru dan staf dalam merealisasikan keseluruhan


rencana untuk menggapai visi, mengembangkan misi, menggapai tujuan dan
sasaran sekolah.

3 Mampu memimpin rapat dalam guru-guru, orang tua siswa dan komite
sekolah.

4 Mampu mengambil keputusan dengan mengunakan strategis yang tepat

3. Ketrampilan Manusiawi (Human skills)


Ketrampilan ini menunjukkan kemampuan seseorang dalam bekerja dengan dan
melalui orang lain secara efektif, dan untuk membina kerja sama. Letak kunci
keberhasilan seorang pemimpin dalam mempengaruhi bawahan, yakni sejauh
mana ia mampu melaksanakan ketrampilan-ketrampilan yang menyangkut
kemanusiaan. Jadi ketrampilan ini mencerminkan aspek-aspek :

a. Pengetahuan perilaku manusia dan proses kerjasama.


b. Kemampuan untuk memahami isi hati, sikap dan motif orang lain mengapa
mereka berkata dan melakukan pekerjaan.

c. Kemampuan untuk berkomunikasi secara jelas dan efektif.

d. Kemampuan untuk menciptakan kerjasama yang efektif dan kooperatif,


praktis dan diplomatis.

Dari pembahasan di atas tentang ketrampilan-ketrampilan dalam kepemimpinan


maka penulis mengambil kesimpulan yang akan dijadikan indikator adalah:
kemampuan menggunakan metode dan tehnik, kemampuan bekerja dan
bekerjasama dengan orang lain dan kemampuan menganalisa dan memecahkan
masalah.

4. Keterampilan Menjalin Kerja Sama


Menurut Sanaky dalam keterampilan memimpin, mengemukakan bahwa
keterampilan menjalin kerjasam.[6] Suatu pekerjaan jika dikerjakan seseorang
terasa sangat berat, namun jika dikerjakan secara bersama-sama, pekerjaan itu
terasa mudah dan cepat selesai. Hal ini dimungkinkan karena ada enerji yang
digabung dan akan menghasilkan hasil yang lebih baik.[7] Rivai (2005)
mengatakan sinergi merupakan interaksi antara dua individu dan dengan
menggabungkan usaha akan memberikan dampak yang lebih besar
dibandingkan dengan berdiri sendiri. Melalui hubungan yang bersinergi
kebersamaan individu dalam bekerja sama menuju tujuan yang umum secara
terus menerus menyediakan kesempatan untuk tumbuh dan berkembang bagi
kedua partisipan sama dengan perusahaan mereka. Kutipan di atas mengatakan
bahwa kerjasama itu sangat penting. Bekerjasama adalah suatu proses
kelompok yang disokong oleh anggota-anggota kelompok, dan ada
ketergantungan satu dengan yang lain untuk mencapai tujuan yang
disepakati. Kerjasama kelompok dapat didefinisikan sebagai kumpulan individu
yang bekerjasama untuk mencapai suatu tujuan. Kumpulan individu tersebut
memiliki aturan dan mekanisme kerja yang jelas serta saling tergantung antara
satu dengan yang lain[8]

Kerjasama kelompok merupakan salah satu unsur yang sangat penting


dalam perusahaan. Pemahaman mengenai kerjasama kelompok tergantung
beberapa aspek diantaranya aspek individual yang mampu mempengaruhi
kinerja tim dalam mencapai tujuan yang ditetapkan secara efektif dan efisien
bagi perusahaan. Kerjasama kelompok merupakan sarana yang sangat baik
dalam menggabungkan berbagai talenta dan dapat memberikan solusi inovatif
suatu pendekatan yang mapan. Selain itu keterampilan dan pengetahuan yang
beranekaragam yang dimiliki oleh anggota kelompok juga merupakan nilai
tambah yang membuat kerja sama lebih menguntungkan jika dibandingkan
seorang individu yang brilian sekalipun. Sebuah kerjasama kelompok dapat
dilihat sebagai suatu unit yang mengatur dirinya sendiri. Rentangan
keterampilan dan pengetahuan yang dimiliki anggota dan self monitoring yang
ditunjukkan oleh masingmasing anggota memungkinkannya untuk diberikan
suatu tugas dan tanggungjawab. Bahkan, ketika suatu masalah dapat diputuskan
oleh satu orang saja dalam kelompok akan memberikan beberapa
keuntungan. Keuntungan tersebut adalah: pertama, keputusan yang dibuat
secara bersama-sama akan meningkatkan motivasi kelompok dalam
pelaksanaanya. Kedua, keputusan bersama akan lebih mudah dipahami oleh
kelompok dibandingkan jika hanya mengandalkan keputusan dari satu orang
saja.

Bila dilihat dari perspektif individu, dengan masuknya ia ke dalam suatu


kelompok maka hal tersebut akan menambah semangat juang/ motivasi untuk
mencapai suatu prestasi yang mungkin tidak akan pernah dapat dicapai seorang
diri oleh individu tersebut. Hal ini dapat terjadi karena kelompok mendorong
setiap anggotanya untuk memiliki wewenang dan tanggung jawab sehingga
meningkatkan hargandiri setiap orang. Kerjasama kelompok selalu membahas
proses dan hasil karya dalam tim, yang meliputi tentang bagaimana sekelompok
orang yang memiliki pendidikan, nilai dan kepribadian yang berbeda
berinteraksi dan bersama-sama menyelesaikan tugas yang diberikan
perusahaan. Robbins (2002) mengingatkan, suatu tim kerja akan menghasilkan
sinergi yang positif melalui usaha yang terkoordinasi. Usaha-usaha individu
memberikan tingkat kinerja yang lebih besar dari pada jumlah input individu
tersebut. Penggunaan tim yang ekstensif menciptakan potensi bagi suatu
organisasi untuk menghasilkan output yang lebih besar dengan tidak ada
peningkatan dalam input. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa
kerjasama kelompok yang terkoordinasi akan memberikan dampak yang positif
terhadap kinerja karyawan, dengan mengutamakan kepentingan bersama/
organisasi.[9]

Pidarta (1998) mengemukakan ada 3 macam ketrampilan yang harus


dimiliki oleh kepala sekolah untuk mensukseskan kepemimpinannya yaitu
ketrampilan untuk memahami dan mengoperasi organisasi; ketrampilan untuk
bekerja sama, memotivasi, memimpin serta ketrampilan dalam menggunakan
pengetahuan, metode, teknik serta perlengkapan untuk menyelesaikan
tugastertentu. Tanpa itu semua guru tida dapat menyelesaikan pekerjaannya
dengan baik dan sekolahan (Taman Kanak-Kanak) tidak akan maju.

Pemimpin kependidikan adalah semua orang yang bertanggung jawab


dalam proses peningkatan mutu pada semua tingkatan dan satuan organisasi
lembaga pendidikan. Peranan dan tanggung jawab pemimpin pendidikan
dimaksud sudah tentu berbeda dalam tingkatan dan ruang lingkupnya sesuai
dengan tingkatan dan satuan organisasi bersangkutan. Pemimpin utama (kepala
sekolah) terus mempunyai visi yang jelas tentang lembaga pendidikan yang
dipimpinnya, dan harus mampu menjelaskan visi itu kepada pemimpin-
pemimpin bawahannya sehingga semua memahaminya dan dapat
menjabarkannya menjadi program-program kerja. Di samping itu, pemimpin
baik, pemimpin utama maupun pemimpin di bawahnya harus mampu
membudayakan mutu sehingga dia dapat menjadi teladan bagi bawahannya.
Setidaknya 5 kemampuan dasar yang harus ada pada setiap pemimpin yaitu : a)
visi yang jelas, b) kerja keras, c) ketekunan yang penuh ketabahan, d)
pelayanan dengan rendah hati dan e) disiplin kuat.

8. KETERAMPILAN MENEJERIAL

Ketrampilan-ketrampilan Manajerial

trampilan yang harus dimiliki oleh setiap tingkatan manajer agar menjadi
seorang manajer yang efektif adalah:

KETRAMPILAN KONSEPTUAL ( CONCEPTUAL SKILLS)

Adalah kemampuan mental untuk mengkoordinasikan dan mengintergrasikan


seluruh kepentingan dan kegiatan suatu organisasi. Seorang manajer dalam hal
ini dituntut untuk bisa melihat suatu organisasi sebagai suatu keseluruhan dan
memahami hubungan antara bagian yang saling terkait satu sama lain,
menganalisa, memperoleh dan mengintrepretasikan informasi yang diterima
dari berbagai sumber.

KETRAMPILAN KEMANUSIAAN (HUMAN SKILLS)

Adalah kemampuan untuk bekerja dengan, memahami, dan memotivasi orang


lain, baik sebagai individu ataupun kelompok. Ketrampilan ini sangat
dibutuhkan untuk tingkatan manajer agar dapat memperoleh dukungan dan
dapat mengarahkan kelompoknya dalam mencapai tujuan.

KETRAMPILAN ADMINISTRATIF (ADMINISTRATIVE SKILLS)

Adalah seluruh ketrampilan yang berkaitan dengan perencanaan,


pengorganisasian, penyusunan kepegawaian dan pengawasan. Ketrampilan ini
mencakup kemampuan untuk mengikuti kebijaksanaan dan prosedur,
mengelola dengan anggaran terbatas dan sebagainya. Ketrampilan administratif
merupakanm suatu perluasan dari ketrampilan konseptual. Dalam hal ini
manajer melaksanakan keputusan keputusan melalui penggunaan ketrampilan
administratif.

KETRAMPILAN TEKHNIK (TECHNICAL SKILLS)

Adalah kemampuan untuk menggunakan peralatan peralatan, prosedur


prosedur,atau tekhnik-tekhnik dari suatu bidang tertentu, seperti akuntansi ,
komputer, prroduksi, penjualan, atau permesianan dan sebagainya.

9. KETERAMPILAN HUMAN RELATION

Human relation secara harfiah berarti komposit dari interaksi antar


manusia, dalam segala aspek kehidupan. Human relation ini biasa disebut juga
dengan hubungan interpersonal. Kemampuan dalam melakukan hubungan
interpersonal ini sangat penting demi keberhasilan individu di dalam semua
lapangan kehidupan, baik dalam kehidupan personal atau profesional seperti
dalam dunia kerja. Khusunya dalam suatu organisasi atau suatu instansi, tanpa
kemampuan hubungan interpersonal yang baik, para manajer, pejabat publik
ataupun staf biasa, akan mengalami kegalalan, karena kesulitan di dalam
memberikan pelayanan yang optimal.

Sebuah penelitian terhadap responden 191 eksekutif puncak dari enam


perusahaan yang mewakili 500 perusahaan besar untuk menemukan jawaban
terhadap kegagalan yang dihadapi para manajer. Dalam penelitian tersebut
ditemukan bahwa sebab paling besar kegalalan para manajer adalah rendahnya
kemampuan interpersonal. Dalam dunia kerja kemampuan konseptual
(conceptual skill) dan kemampuan teknis (technical skill) memang menjadi
persyaratan, tetapi masih belum cukup apabila tidak disertai dengan human skill
atau interpersonal competence yaitu kemampuan dalam melakukan hubungan
interpersonal.

Membicarakan hubungan interpersonal ini, dalam kenyataannya


merupakan sesuatu hal yang kompleks, sekompleks manusia itu sendiri. Hal
tersebut menyangkut seluruh aspek kehidupan manusia yaitu kepribadian,
lingkungan fisik dan sosiokultural. Kepribadian, menyangkut totalitas kondisi
individu yaitu: kondisi fisik, dan kondisi psikologis (karakter, tingkat
intelektualitas, keyakinan, pengalaman dll). Aspek lingkungan fisik, meliputi
kondisi geografis, tempat tinggal dan tempat kerja (fisik dan jarak), dsb. Aspek
sosiokultural, meliputi rang-orang lain di sekitar individu, termasuk norma-
norma, agama dan budayanya.

Komunikasi

Komunikasi adalah cara dalam mengadakan hubungan antar manusia (human


relation), karena melalui komunikasi antar pribadi kita dapat mengenal diri
sendiri, mengenal orang lain, mengungkapkan diri sendiri kepada orang lain
dalam arti berinteraksi dengan orang lain.

Komunikasi adalah tindakan dari satu orang atau lebih, dengan mengirim dan
menerima pesan, yang terjadi dalam konteks tertentu. Di dalam komunikasi tadi
terdapat kesempatan untuk melakukan umpan balik yaitu saling mempengaruhi.

Melalui komunikasi antar pribadi kita dapat membina, memelihara, kadang kala
merusak atau memperbaiki hubungan kita dengan kenalan baru, kawan lama,
teman sepermainan, teman sejawat, atasan atau bawahan, orang yang dikasihi
anggota keluarga dan lainnya.
DAFTAR PUSTAKA

Anwar, Moch. Idochi. Kepemimpinan Dalam Proses Belajar Mengajar.


Bandung:Angkasa Bandung. 1994.

Burhanuddin. Analisis Administrasi Manajemen Dan Kepemimpinan. Jakarta:Bumi


Aksara. 1994.

Http://wandi.web.ugm.ac.id/ kepemimpinan. Oleh Muhammad Qasim Saguni. 15


September 2009.

Ma’mur, Jamal. Manajemen pengelolaan dan kepemimpinan pendidikan


professional. DIVA Press. Jogjakarta. 2009

Papu. J. Team Work. (www.e. Psikologi.com).2000.

Rivai, Vethzal. dan A.F.M Basri. Performance apraisal. Jakarta: Raja Grafindo
Persada. 2005.

Robbins, P.S. Prinsip-prinsip perilaku organisasi. Jakarta: Erlangga. 2002.

Sanaky, A.H. Keterampilan Memimpin. (www. Sanaky.com/materi/ keterampilan


memimpin.pdf). 2003.

http://www.kumpulanmakalah.com/2016/01/keterampilan-dalam-memimpin.html

https://vahonov.files.wordpress.com/2009/.../keterampilan-pengambilan-
keputusan.pd...

https://yuharariskiyah.wordpress.com/2013/11/26/ketrampilan-ketrampilan-
manajerial/
https://drmasda.wordpress.com/2009/06/23/contoh-kedua/

Anda mungkin juga menyukai