Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

RESIKO BUNUH DIRI

DISUSUN OLEH :
DENI WAHYU AGUSTINA

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


STIKES NGUDI WALUYO
2016
LAPORAN PENDAHULUAN
RISIKO BUNUH DIRI

I. MASALAH UTAMA
Resiko bunuh diri

II. PROSES TERJADINYA MASALAH


1. Pengertian
Risiko bunuh diri adalah resiko untuk mencederai diri sendiri yang dapat mengancam
kehidupan. Bunuh diri merupakan kedaruratan psikiatri karena merupakan perilaku untuk
mengakhiri kehidupannya.Perilaku bunuh diri disebabkan karena stress yang tinggi dan
berkepanjangan dimana individu gagal dalam melakukan mekanisme koping yang
digunakan dalam mengatasi masalah. Beberapa alasanindividu mengakhiri kehidupan
adalah kegagalan untuk beradaptasi, sehingga tidak dapat menghadapi stress, perasaan
terisolasi, dapat terjadi karena kehilangan hubungan interpersonal/ gagal melakukan
hubungan yang berarti, perasaan marah/ bermusuhan, bunuh diri dapat merupakan
hukuman pada diri sendiri, cara untuk mengakhiri keputusasaan (Stuart, 2006). Ada tiga
macam perilaku bunuh diri, yaitu:
a. Isyarat bunuh diri
Isyarat bunuh diri ditunjukkan dengan berperilaku secara tidak langsung ingin
bunuh diri, misalnya dengan mengatakan: “Tolong jaga anak-anak karena saya akan
pergi jauh!” atau “Segala sesuatu akan lebih baik tanpa saya.” Pada kondisi ini pasien
mungkin sudah memiliki ide untuk mengakhiri hidupnya, namun tidak disertai
dengan ancaman dan percobaan bunuh diri. Pasien
umumnya mengungkapkan perasaan seperti rasa bersalah / sedih / marah / putus asa /
tidak berdaya. Pasien juga mengungkapkan hal-hal negatif tentang diri sendiri yang
menggambarkan harga diri rendah.
b. Ancaman bunuh diri
Ancaman bunuh diri umumnya diucapkan oleh pasien, berisi keinginan untuk
mati disertai dengan rencana untuk mengakhiri kehidupan dan persiapan alat untuk
melaksanakan rencana tersebut. Secara aktif pasien telah memikirkan rencana bunuh
diri, namun tidak disertai dengan percobaan bunuh diri. Walaupun dalam kondisi ini
pasien belum pernah mencoba bunuh diri, pengawasan ketat harus dilakukan.
Kesempatan sedikit saja dapat dimanfaatkan pasien untuk melaksanakan rencana
bunuh dirinya.
c. Percobaan bunuh diri
Percobaan bunuh diri adalah tindakan pasien mencederai atau melukai diri untuk
mengakhiri kehidupannya. Pada kondisi ini, pasien aktif mencoba bunuh diri dengan
cara gantung diri, minum racun, memotong urat nadi, atau menjatuhkan diri dari
tempat yang tinggi.

2. Tanda Dan Gejala


a. Mempunyai ide unutk bunuh diri
b. Mengungkapkan keinginan untuk mati
c. Mengungkapkan rasa bersalah dan keputusasaan
d. Impulsif
e. Menunjukkan perilaku yang mencurigakan (menjadi sangat patuh)
f. Memiliki riwayat percobaan bunuh diri
g. Verbal terselubung (berbicara tentang kematian)
h. Menanyakan tentang obat dosis mematikan
i. Status emosional (harapan, penolakan, cemas meningkat, panik, marah, mengasingkan
diri)
j. Kesehatan mental (secara klinis klien terlihat sangat depresi, psikosis, dam
menyalahginakan alkohol)
k. Kesehatan fisik ( biasanya pada kliemn dengan penyakit kronis atau terminal)
l. Pengangguran
m. Kehilangan pekerjaan atau kegagagalan dalam karir
n. Umur 15- 19 tahun atau di atas 45 tahun
o. Status perkawinan ( mengalami kegagalan dalam perkawinan)
p. Pekerjaan
q. Konflik interpersonal
r. Latar belakang keluarga
s. Orientasi seksual
t. Sumber-sumber personal
u. Sumber-sumber sosial
v. Menjadi korban perilaku kekerasan saat kecil
w. Mandi / hygiene
3. Etiologi
Menurut Fitria, Nita, 2009. Dalam buku Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan
Laporan Pendahuluan dan Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP) untuk
7 Diagnosis Keperawatan Jiwa Berat bagi Program S - 1 Keperawatan), etiologi dari
resiko bunuh diri adalah :
a. Faktor Predisposisi
Lima factor predisposisi yang menunjang pada pemahaman perilaku destruktif-diri
sepanjang siklus kehidupan adalah sebagai berikut :
1) Diagnosis Psikiatrik
Lebih dari 90% orang dewasa yang mengakhiri hidupnya dengan cara bunuh diri
mempunyai riwayat gangguan jiwa. Tiga gangguan jiwa yang dapat membuat
individu berisiko untuk melakukan tindakan bunuh diri adalah gangguan afektif,
penyalahgunaan zat, dan skizofrenia.
2) Sifat Kepribadian
Tiga tipe kepribadian yang erat hubungannya dengan besarnya resiko bunuh diri
adalah antipati, impulsif, dan depresi.
3) Lingkungan Psikososial
Faktor predisposisi terjadinya perilaku bunuh diri, diantaranya adalah
pengalaman kehilangan, kehilangan dukungan sosial, kejadian-kejadian negatif
dalam hidup, penyakit krinis, perpisahan, atau bahkan perceraian. Kekuatan
dukungan social sangat penting dalam menciptakan intervensi yang terapeutik,
dengan terlebih dahulu mengetahui penyebab masalah, respons seseorang dalam
menghadapi masalah tersebut, dan lain-lain.
4) Riwayat Keluarga
Riwayat keluarga yang pernah melakukan bunuh diri merupakan factor penting
yang dapat menyebabkan seseorang melakukan tindakan bunuh diri.
5) Faktor Biokimia
Data menunjukkan bahwa pada klien dengan resiko bunuh diri terjadi
peningkatan zat-zat kimia yang terdapat di dalam otak sepeti serotonin, adrenalin,
dan dopamine. Peningkatan zat tersebut dapat dilihat melalui ekaman gelombang
otak Electro Encephalo Graph (EEG).
b. Faktor Presipitasi
Perilaku destruktif diri dapat ditimbulkan oleh stress berlebihan yang dialami
oleh individu. Pencetusnya sering kali berupa kejadian hidup yang memalukan.Faktor
lain yang dapat menjadi pencetus adalah melihat atau membaca melalui media
mengenai orang yang melakukan bunuh diri ataupun percobaan bunuh diri. Bagi
individu yang emosinya labil, hal tersebut menjadi sangat rentan.
c. Perilaku Koping
Klien dengan penyakit kronik atau penyakit yang mengancam kehidupan dapat
melakukan perilaku bunuh diri dan sering kali orang ini secara sadar memilih untuk
melakukan tindakan bunuh diri. Perilaku bunuh diri berhubungan dengan banyak
faktor, baik faktor social maupun budaya. Struktur social dan kehidupan bersosial
dapat menolong atau bahkan mendorong klien melakukan perilaku bunuh diri. Isolasi
social dapat menyebabkan kesepian dan meningkatkan keinginan seseorang untuk
melakukan bunuh diri. Seseorang yang aktif dalam kegiatan masyarakat lebih mampu
menoleransi stress dan menurunkan angka bunuh diri. Aktif dalam kegiatan
keagamaan juga dapat mencegah seseorang melakukan tindakan bunuh diri.

4. Akibat
Akibat perilaku bunuh diri adalah cedera atau kematian. Jika perilaku bunuh diri
mengakibatkan kematian maka tindakan yang dilakukan adalah perawatan jenazah.
Cedera yang disebabkan oleh perilaku bunuh diri sangat dipengauhi oleh cara
seseorang melakukan percobaan bunuh diri, Jika perilaku bunuh diri dilakukan dengan
menggantung maka cedera yang terjadi adalah berupa jejas di leher. Jika minum racun
maka akan terjadi pencederaan di lambung dan saluran pencernaan. Untuk itu intervensi
yang dilakukan juga sangat tergantung dengan cedera yang terjadi.
Klien dengan resiko bunuh diri dapat melakukan tindakan-tindakan berbahaya atau
mencederai dirinya, orang lain maupun lingkungannya, seperti menyerang orang lain,
memecahkan perabot, membakar rumah, dll.
Tanda dan gejala:
a. Memperlihatkan permusuhan.
b. Keras dan menuntut.
c. Mendekati orang lain dengan ancaman.
d. Memberi kata-kata ancaman.
e. Menyentuh orang lain dengan cara menakutkan.
f. Rencana melukai diri sendiri dan orang lain

5. Pohon Masalah

effect bunuh diri

core problem risiko bunuh diri

causa isolasi sosial

harga diri rendah kronis


MASALAH KEPERAWATAN DAN DATA YANG PERLU DIKAJI

A. Masalah keperawatan
1. Gangguan konsep diri : harga diri rendah
2. Resiko bunuh diri
3. Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan
B. Data yang perlu dikaji
1. Resiko bunuh diri
DS : menyatakan ingin bunuh diri / ingin mati saja, tak ada gunanya hidup.
DO : ada isyarat bunuh diri, ada ide bunuh diri, pernah mencoba bunuhdiri.
2. Gangguan konsep diri : harga diri rendah
a. Data subjektif
1) Mengungkapkan ingin diakui jati dirinya
2) Mengungkapkan tidak ada lagi yang peduli
3) Mengungkapkan tidak bisa apa-apa
4) Mengungkapkan dirinya tidak berguna
5) Mengkritik diri sendiri
b. Data objektif
1) Merusak diri sendiri
2) Merusak orang lain
3) Menarik diri dari hubungan sosial
4) Tampak mudah tersinggung
5) Tidak mau makan dan tidak tidur
3. Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan
a. Data subyektif
Klien mengatakan marah dan jengkel kepada orang lain, ingin membunuh, ingin
membakar atau mengacak-acak lingkungannya.
b. Data obyektif
Klien mengamuk, merusak dan melempar barang-barang, melakukan tindakan
kekerasan pada orang-orang disekitarnya.

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Resiko bunuh diri
2. Gangguan konsep diri : harga diri rendah (HDR)

D. RENCANA TINDAKAN KEPERAWTAN


Diagnosa 1 : Resiko bunuh diri
Tujuan umum : Klien tidak melakukan percobaan bunuh diri
Tujuan khusus :
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya
Tindakan:
a. Perkenalkan diri dengan klien
b. Tanggapi pembicaraan klien dengan sabar dan tidak menyangkal.
c. Bicara dengan tegas, jelas, dan jujur.
d. Bersifat hangat dan bersahabat.
e. Temani klien saat keinginan mencederai diri meningkat.
2. Klien dapat terlindung dari perilaku bunuh diri
Tindakan :
a. Jauhkan klien dari benda benda yang dapat membahayakan (pisau, silet, gunting,
tali, kaca, dan lain lain).
b. Tempatkan klien di ruangan yang tenang dan selalu terlihat oleh perawat.
c. Awasi klien secara ketat setiap saat.
3. Klien dapat mengekspresikan perasaannya
Tindakan:
a. Dengarkan keluhan yang dirasakan.
b. Bersikap empati untuk meningkatkan ungkapan keraguan, ketakutan dan
keputusasaan.
c. Beri dorongan untuk mengungkapkan mengapa dan bagaimana harapannya.
d. Beri waktu dan kesempatan untuk menceritakan arti penderitaan, kematian, dan lain
lain.
e. Beri dukungan pada tindakan atau ucapan klien yang menunjukkan keinginan untuk
hidup.
4. Klien dapat meningkatkan harga diri
Tindakan:
a. Bantu untuk memahami bahwa klien dapat mengatasi keputusasaannya.
b. Kaji dan kerahkan sumber sumber internal individu.
c. Bantu mengidentifikasi sumber sumber harapan (misal: hubungan antar sesama,
keyakinan, hal hal untuk diselesaikan).
5. Klien dapat menggunakan koping yang adaptif
Tindakan:
a. Ajarkan untuk mengidentifikasi pengalaman pengalaman yang menyenangkan setiap
hari (misal : berjalan-jalan, membaca buku favorit, menulis surat dll.)
b. Bantu untuk mengenali hal hal yang ia cintai dan yang ia sayang, dan pentingnya
terhadap kehidupan orang lain, mengesampingkan tentang kegagalan dalam
kesehatan.
c. Beri dorongan untuk berbagi keprihatinan pada orang lain yang mempunyai suatu
masalah dan atau penyakit yang sama dan telah mempunyai pengalaman positif
dalam mengatasi masalah tersebut dengan koping yang efektif

Diagnosa 2 : Gangguan konsep diri : harga diri rendah


Tujuan umum :
meningkatkan kepercayaan diri pasien
Tujuan khusus :
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya.
Tindakan:
a. Bina hubungan saling percaya : salam terapeutik, empati, sebut nama perawat dan
jelaskan tujuan interaksi.
b. Panggil klien dengan nama panggilan yang disukai.
c. Bicara dengan sikap tenang, rileks dan tidak menantang.
2. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki.
Tindakan:
a. Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
b. Hindari penilaian negatif detiap pertemuan klien
c. Utamakan pemberian pujian yang realitas
3. Klien mampu menilai kemampuan yang dapat digunakan untuk diri sendiri dan keluarga
Tindakan:
a. Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
b. Diskusikan pula kemampuan yang dapat dilanjutkan setelah pulang ke rumah
4. Klien dapat merencanakan kegiatan yang bermanfaat sesuai kemampuan yang dimiliki
Tindakan :
a. Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai kemampuan.
b. Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang klien lakukan.
c. Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien
5. Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi dan kemampuan
Tindakan :
a. Beri klien kesempatan mencoba kegiatan yang telah direncanakan
b. Beri pujian atas keberhasilan klien
c. Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah
6. Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada
Tindakan :
a. Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien
b. Bantu keluarga memberi dukungan selama klien dirawat
c. Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah
d. Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga
DAFTAR PUSTAKA
Stuart GW, Sundeen, Buku Saku Keperawatan Jiwa, Jakarta : EGC, 1995
Keliat Budi Ana, Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa, Edisi I, Jakarta : EGC, 1999
Aziz R, dkk, Pedoman Asuhan Keperawatan Jiwa Semarang : RSJD Dr. Amino Gonohutomo,
2003
Tim Direktorat Keswa, Standar Asuhan Keperawatan Jiwa, Edisi 1, Bandung, RSJP Bandung,
2000
Boyd MA, Hihart MA. Psychiatric nursing : contemporary practice. Philadelphia : Lipincott-
Raven Publisher. 1998
STRATEGI PELAKSANAAN

Masalah Utama : Resiko Bunuh Diri

A. PROSES PERAWATAN
Isyaratbunuhdiri
1. Kondisi Kien
Data subyektif
a. Klienmengatakan: “Tolong jaga anak-anak karena saya akan pergi jauh!” Klien
mengatakan “Segala sesuatu akan lebih baik tanpa saya.”
b. Klien mengatakan memiliki ide untuk mengakhiri hidupnya
c. Klien mengungkapkan perasaan seperti rasa bersalah / sedih / marah / putus asa / tidak
berdaya.
d. Klien mengungkapkan hal-hal negatif tentang diri sendiri yang menggambarkan harga
diri rendah
Data obyektif
a. Tampak murung
b. Sering menyendiri
c. Disforik
d. Tidak bersemangat
2. Diagnosa Perawatan : Resiko Bunuh Diri
3. Tujuan:
a. Pasien mendapat perlindungan dari lingkungannya
b. Pasien dapat mengungkapkan perasaanya
c. Pasien dapat meningkatkan harga dirinya
d. Pasien dapat menggunakan cara penyelesaian masalah yang baik

B. Tindakan keperawatan
Untuk melindungi pasien yang mengancam atau mencoba bunuh diri, maka saudara dapat
melakukan tindakan berikut:
1. Menemani pasien terus-menerus sampai dia dapat dipindahkan ketempat yang aman
2. Menjauhkan semua benda yang berbahaya (misalnya pisau, silet, gelas, tali pinggang)
3. Memeriksa apakah pasien benar-benar telah meminum obatnya, jika pasien mendapatkan
obat
4. Dengan lembut menjelaskan pada pasien bahwa saudara akan melindungi pasien sampai
tidak ada keinginan bunuh diri

STRATEGI PELAKSANAAN RESIKO BUNUH DIRI

1. Kondisi Klien
Ds : Pasien mengatakan bingung, marah dan ingin memukul dirinya sendiri
Do : Pasien tampak berbicara sendiri, tatapan mata tajam, tangan mengepal, gigi menggigit

2. Diagnosa keperawatan
Resiko mencederai diri : isyarat bunuh diri

3. Tujuan
a. Klien dapat meningkatkan harga dirinya
b. Klien dapat melakukan kegiatan sehari-hari
c. Klien mendapat perlindungan dari lingkungannya.
3. Tindakan keperawatan: Melindungi pasien
Tindakan yang dilakukan perawat saat melindungi pasien dengan risiko bunuh diri
ialah
a. Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal
b. Perkenalkan diri dengan sopan
c. Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai klien
d. Jelaskan tujuan pertemuan
e. Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya
f. Perawat harus menemani pasien terus-menerus sampai pasien dapat dipindahkan ke
tempat yang lebih aman.
g. Perawat menjauhkan semua benda berbahaya (misalnya gnting, garpu, pisau, silet, tali
pinggang, dan gelas)
h. Perawat memastikan pasien telah meminum obatnya.
i. Perawat menjelaskan pada pasien bahwa saudara akan melindungi pasien sampai tidak
ada keinginan untuk bunuh diri.

SP 1 Percakapan untuk melindungi pasien dari isyarat bunuh diri


Fase orientasi
Salam terapeutik : Selamat pagi mbak, Apakah benar ini Nn. D. Ohh, senang
dipanggil apa ? Ohh Nn. D, Baiklah Nn.D, perkenalkan nama saya
adalah Deni Wahyu Agustina, saya biasa dipanggil Deni, saya
bertugas pada shift pagi mulai pukul 08.00-14.00.
Evaluasi dan validasi : Bagaimana perasaan Nn. D hari ini? Saya akan selalu menemani
Nn. D disini mulai dari pukul 08.00-14.00, nanti akan ada perawat
yang menggantikan saya untuk menemani Nn. D selama dirawat di
rumah sakit ini.
Kontrak : Bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang apa yang mbak
rasakan selama ini, saya siap mendengarkan sesuatu yang ingin
mbak sampaikan. Bagaimana kalau kita lakukan disini saja? Jam
berapa kita akan berbincang – bincang? Bagaimana kalau jam
13.00 setelah makan siang mbak?
Fase Kerja :
Bagaimana perasaan Nn. D setelah bencana itu terjadi? Apakah dengan bencana tersebut Nn. D
merasa paling menderita di dunia ini? Apakah Nn. D kehilangan kepercayaan diri? Apakah Nn.
D merasa tidak berharga dan lebih rendah dari pada orang lain? Apakah Nn. D sering
mengalami kesulitan untuk berkonsentrasi? Apakah Nn. D berniat untuk menyakiti diri sendiri
seperti ingin bunuh diri atau berharap Nn. D mati? Apakah Nn. D mencoba untuk bunuh diri?
Apa sebabnya?
Jika klien telah menyampaikan ide bunuh diri, segera memberikan tindakan untuk melindungi
klien.
Baiklah tampaknya Nn. D memerlukan bantuan untuk menghilangkan keinginan untuk bunuh
diri. Saya perlu memeriksa seluruh kamar Yuki untuk memastikan tidak ada benda-benda yang
membahayakan Nn. D.
Nah, karena Nn. D tampaknya masih memiliki keinginan yang kuat untuk mengakhiri hidup Nn.
D, maka saya tidak akan membiarkan Nn. D sendiri.
Apakah yang akan Nn. D lakukan kalau keinginan bunuh diri muncul? Ya, saya setuju. Nn. D
harus memaggil perawat yang bertugas di tempat ini untuk membantu Nn. D. Saya percaya Nn.
D dapat melakukannya.
Fase terminasi :
Bagaimana perasaan Nn. D setelah kita bincang – bincang selama ini ?
Coba ibu sebutkan cara tersebut ?
Nn. D, untuk pertemuan selanjutnya kita membicarakan tentang meningkatkan harga diri pasien
isyarat bunuh diri. Jam berapa Nn. D bersedia bercakap-cakap lagi? mau berapa lama?
Nn. D, mau dimana tempatnya?

SP 2 Percakapan untuk meningkatkan harga diri pasien isyarat bunuh diri


Fase orientasi :
Selamat pagi Nn. D, masih ingat dengan saya? Ya betul sekali. Bagaimana perasaan Nn. D saat
ini? Masih adakah dorongan mengakhiri kehidupan? Baik, sesuai janji kita kemarin sekarang kita
akan membahas tentang rasa syukur atas pemberian Tuhan yang masih Nn. D miliki. Mau berapa
lama? Dimana?
Fase kerja :
Apa saja dalam hidup Nn. D yang perlu disyukuri, siapa saja kira-kira yang sedih dan rugi kalau
Nn. D meninggal. Coba Nn. D ceritakan hal-hal yang baik dalam kehidupan Nn. D. Keadaan
yang bagaimana yang membuat Nn. D merasa puas? Bagus. Ternyata kehidupan Nn. D masih
ada yang baik yang patut Nn. D syukuri. Coba Nn. D sebutkan kegiatan apa yang masih dapat
Nn. D lakukan selama ini. Bagaimana kalau Nn. D mencoba melakukan kegiatan tersebut, Mari
kita latih.
Fase terminasi :
Bagaimana perasaan Nn. D setelah kita bercakap-cakap? Bisa sebutkan kembali apa-apa saja
yang Nn. D patut syukuri dalam hidup Nn. D? Ingat dan ucapkan hal-hal yang baik dalam
kehidupan Nn. D jika terjadi dorongan mengakhiri kehidupan. Bagus Nn. D. Coba Nn. D ingat
lagi hal-hal lain yang masih Nn. D miliki dan perlu di syukuri! Nanti jam 2 siang kita bahas
tentang cara mengatasi masalah dengan baik. Tempatnya dimana? Baiklah, tetapi kalau ada
perasaan-perasaan yang tidak terkendali segera hubungi saya ya!

SP 3 Percakapan untuk meningkatkan kemampuan dalam menyelesaikan masalah pada


pasien isyarat bunuh diri
Fase orientasi :
Selamat pagi Yuki.
Bagaimana perasaan Nn. D hari ini? Masihkah ada keinginan bunuh diri? Apalagi hal-hal positif
yang perlu disyukuri? Bagus!
Sekarang kita akan berdiskusi tentang bagaimana cara mengatasi masalah Nn. D selama ini. Mau
berapa lama Nn. D? Mau disini saja?
Fase kerja :
Coba ceritakan situasi yang membuat Nn. D ingin bunuh diri. Selain bunuh diri apalagi kira-kira
jalan keluarnya. Wow, banyak juga ya Nn. D. Nah, sekarang coba kita diskusikan tindakan yang
menguntungan dan merugikan dari seluruh cara tersebut. Mari kita pilih cara mengatasi masalah
yang paling menguntungkan! Menurut Nn. D cara yang mana? Ya saya juga setuju dengan
pilihan Nn. D . Sekarang kita buat rencana kegiatan untuk mengatasi perasaan Nn. D ketika mau
bunuh diri dengan cara tersebut.
Fase Terminasi :
Evaluasi subjektif: Bagaimana perasaan Nn. D, setelah kita bercakap-cakap?
Evaluasi objektif: Apa cara mengatasi masalah yang Nn. D gunakan. Coba Nn. D melatih cara
yang Nn. D pilih tadi.
Kontrak yang akan datang: Besok di jam yang sama kita akan bertemu lagi untuk membahas
pengalaman Nn. D menggunakan cara yang Nn. D pilih.

Anda mungkin juga menyukai