Anda di halaman 1dari 6

KONSEP END OF PIPE DALAM PENGENDALIAN PENCEMARAN

AIR, TEPATKAH?

Ditulis oleh: Elda Riyana (H1E115202)

Belakangan ini, pencemaran air menjadi isu yang cukup hangan untuk dibcarakan.
Banyak kasus pencemaran air baik oleh sampah, akibat bencana alam, ataupun hasil dari
aliran limbah industri yang masuk ke badan air. Sedikit banyaknya, hal ini tentu sangat
berpengaruh terhadap kualitas air secara langsung. Katakanlah air yang trcemar ini berada di
badan air yang tidak hanya digunakan oleh industri atau pabrik tertentu untuk membuang
limbahnya, namun juga digunakan oleh masyarkat di sekitar badan ait tersebut. Tentu saja ini
berpengaruh dan mengancam kesehatan manusia. Sebenarnya seperti yang kita ketahui,
penyebab pencemaran yang terjadi baik di air, tanah maupun udara adalah hampir 98%
disebabkan oleh aktivitas manusia, dan sisanya adalah akibat dari bencana alam. Misalnya
saja seperti kasus pencemaran udara. Padatnya transportasi, penggunaan bahan bakar fossil,
memicu timbulnya polusi udara. Pembakaran dan aktivitas industri dengan membuang gas
buangannya menggunakan cerobong. Hal-hal ini pada dasarnya merupakan efek aktivitas
manusia dan segala kegiatan yang ia lakukan untuk mencukupi atau memenuhi kebutuhan
hidupnya. Pencemaran tanah juga demikian, tumpahan oli akibat kegiatan transportasi atau
kegiatan industri, penggunana bahan kimian pada perkebunan dan pertanian. Begitu pula
dengan pencemaran air.

Pencemaran air yang terjadi misalnya oleh sampah dan limbah, tentu awalnya bukan
sesuatu yang benar-benar diinginkan manusia ataupun industri dan pabrik yang terlibat. Satu
atau dua orang misalnya, membuang sampah minumannya ke badan air. Memang hanya oleh
setu botol air minum, sehingga oknum-oknum ini berpikiran bahwa itu baik-baik saja. Namun
ketika semua orang berpikiran sama, maka menumpuklah sampah di badan air ini. Begitu
juga air limbah industri yang dialirkan ke badan air. Meskipun pabrik atau badan industri
tersebut telah mengusahakan untuk meminimalisair konsentrasi limbah yang di buang agar
tidak berbahaya bagi lingkungan, namun jika hal ini dilakukan terus menerus sedangkan
badan air yang ada telah menurun kualitasnya oleh sampah, maka terjadailah pencemaran air.
Seperti kasus yang terjadi di Kali Bekasi. Dimana aliran air yang ada sudah tidak nampak
seperti aliran air sungai biasa namun seperti aliran air limbah akibat tercemar oleh lombah
domestik juga oleh limbah pabrik yang mengalirkan limbahnya ke Kali Bekasi. Namun
tentunya, kasus ini bukan satu-satunya kasus yang terjadi akibat pencemaran limbah.

Perlu tindak lanjut tertentu untuk kasus seperti ini. Pertama, kesadaran untuk menjaga
lingkungan perlu ditingkatkan. Pada kasus apa saja, baik kasus pencemaran air, pencemaran
tana, atau pun pencemaran udara, hal utama yang perlu diperbaiki adalah kesadaran manusia.
Pemberian sosialisasi atau edukasi oleh pemerintah aitaupun badan yang terkait juga menjadi
salah satu solusi. Besar atau kecil, tentu saja berpengaruh. Pemberian edukasi dini kepada
anak-anak juga sangat diperlukan. Anak-anak sebagai penerus bangsa, perlu diberikan
pengertian dan ilmu untuk membentuk kareakter yang peduli lingkungan. Sedangkan untuk
badan industri atau pabrik yang dalam kegiatannya berpotensi menghasilkan limbah yang
berbahaya bagi lingkungan, tentu peningkatan kesadaran saja belum cukup. Perlu dilakukan
pengelolaan terhadap limbah yang pabrik atau badan industri tersebut hasilkan. Banyak
metode pegendalian pencemaran air yang dikembangkan di pabrik atau industri dewasa ini.
Tentu saja metode-metode yang diterapkan merupakan metode yang cocok untuk karakter
limbah yang dihasilkan atau memang ekonomis bagi pabrik atau badan industri tersebut.

Berbagai upaya letah dilakukan oleh pemerintah sebagai strategi dalam pengelolaan
dan peningkatan serta perbaikan lingkungan hidup. Misalnya saja adanya dasar hukum dalam
pengelolaan lingkungan seperti peraturan pemerintah dan undang-undang. Dibentuknya
badan atau dinas lingkungan hidup, serta mengadakan kegiata-kegiatan peduli lingkungan
lainnya. Pada dasarnya ada tiga strategi pengelolaan lingkungan hidup dalam pengendalian
pencemar yang dibagi menjadi 3 , yaitu sebagai berikut:

1. Pendekatan dalam kapasitas dan daya dukung.


2. Konsep end-of-pipe.
3. Produksi atau teknologi bersih.

Lingkungan kita tentu memiliki kapasitas dan kemampuan daya dukung tersendiri
untuk mendukung aktifitas makhluk hidup, terutama manusia. Daya dukung lingkungan dapat
ditentukan dengan cara mencari tahu bagaimanakapasitas yang ada di alam atau lingkungan
dan sumber daya yang tersedia untuk dapat memenuhi dan mendukung aktivitas manusia dan
makhluk hidup lainnya. Ruang dan sumber daya yang dibutuhkan manusia harus disesuaikan
dengan kemampuan lingkungan bukan dengan kemauan manusia. Sehingga, kemampuan atau
kapasitas lingkungan menjadi pebatas dalam kegiatan pemanfaatan lingkungan atau sumber
daya itu sendiri
Kapasitas dan daya dukung oleh lingkungan dapat dibagi menjadi dua aspek atau
komponen. Pertama kapasitas dalam penyediaan sumber daya atau ruang. Sumber daya
alam yang ada sangat memepengaruhi lama, dan besarnya daya dukung yang tersedia
terutama terhadap besar cilnya kemampuan yang ada di lahan. Kedua kapsitas dan daya
tampung untuk limbah. Selain memanfaatkan sumber daya yang ada, tentu aktivitas manusia.
Karenanya, daya dukung yang harus diperhatikan tidak hanya mengenai apa yang manusia
perlukan atau butuhkan, namun hasil samping dari kegiatan manusia juga perlu dijadikan
pertimbangan. Setelah memahami mengenai daya dukung lingkungan untuk menunjang
aktivitas manusia, perlu diperhatikan bagaimana tindak lanjut terhadap hasil samping dari
aktivitas manusia. Limbah dari hasil produksi yang mencemari perairan misalnya.

Terdapat konsep end-of-pipe yang diterapka oleh beberapa industri sebagai jalan
keluar mengatasi limbah yang ia hasilkan. Konsep end of pipe ini memfokuskan terhadap
pengolahan dan juga pembuangan dari limbah yang dihasilkan. Nilai positif dari konsep ini
sebernarnya adalah sebagai pemacu terhadap pembuatan teknologi pengolahan limbah seperti
peralatan yang digunakan pada unit proses pengolahan limbah sesua dengan fasa limbah yang
dihasilkan sampai dengan pertumbuhan pada bidang konsultan teknik untuk mengatasi
permaslahan lingkungan berkaitan penanggulangan limbah ini.

Konsep end of pipe ini pada prinsipnya merupakan proses yang merubah fasa dari
limbah yang dihasilkan ke fasa lain yang dinilai lebih aman untuk dibuang ke lingkungan.
Seperti pegolahan limbah cair dengan metode pengendapan dimana, limbah cair yang
dihasilkan diendapkan dalam wadah atau tempat tertentu dama kurun waktu tertentu sebelum
dibuang dilingkungan. Nantinya, setelah melewati proses dan waktu tertentu, cairan atas akan
di alirkan ke lingkungan dengan konsentrasi pencemar yang telah berkurang dibanding
dengan sebelum treatment. Namun hal ini tentu tidak serta-merta mengatasi persoalan yang
ada. Justru masalah timbul dari hasil endapan yang ada. Kemudian jika dilakukan
pengolahan, misal lumpur ini dipadatkan dan kemudian di incenerasi, maka juga akan
menimbulkan maslah emisi. Hal ini menjadikan lingkaran limbah tiada akhir jika diterapkan.

Jika dipandang dari segi ekonomi, pengolahan limbah tentu kurang mendatangkan
keuntungan, justru badan industri harus mengeluarkan biaya investasi untuk pelaksanannya.
Semakin baik dan lengkap proses yang dilakukan, maka semakin besar pula biaya yang
diperlukan. Pada beberapa kasus, justru investasi untuk pengolahan dan pengendalian limbah
malah lebih besar dari pada biaya produksi industri itu sendiri, misalnya pada industri kecil
dan menengah. Perlu disimak bahwa biaya ini justru bukan biaya yang memberikan
keuntungan finansial balik kepada badan industri. Ini hanya biaya yang digunakan untuk
waste. Sedangkan seperti yang telah disebutkan diatas, pengolahan limbah tidak hanya
dengan satu metode, meskibun bisa, tentu masik akan menimbulkan masalah lainnya.

Meskipun konsep ini banyak diterapkan dibeberapa industri, namun sebenarnya


konsep ini belum dapat secara sepenuhnya membantu dalam memecahkan masalah
lingkungan, melainkan hanya dapat mengurangi dalam aspek yang berbeda. Sehingga,
meskipun telah banyak diterapkan, namun maslah lingkungan seperti pencemaran masih tetap
ada. Pada pelaksanaannya, konsep ini memiliki beberapa kendala. Baik dari segi ekonomi,
efektivitas, dan fleksibilitas serta lain-lain.

Beberapa hal mengenai konsep end of pipe yang perlu diketahui diantaranya adalah
sebagi berikut:

1. Sifat pendekatan konsep ini adalah reaktif. Artinya penaggulangan terhadap


pencemaran dilakukan setelah limbah dihasilkan atau terbentuk.
2. Belum efektif dalam membantu pemecahan maslah lignkungan yang ada. Hal ini
dikarenakan pengolahan terhadap limbah caik yang padat, gas, maupun cair memiliki
potensi risiko dimana limbah yang dihasilkan tidak hanya mencemari satu media
namun juga dapat lebih dari itu, misalnya limbah cair yang tidak hanya mencemari
badan air, namun juga mencemari tanah.
3. Tidak ekonomis karena memerlukan biaya pada operasional dan investasi yang tinggi.
Pada industri, pengolahan limbah guna dalam pengendalian pencemaran tentu
memerlukan tambahan biaya, yang awalnya hanya digunakan untuk menunjang
produksi. Pada akhirnya, berakhibat pada biaya atau harga dari produk yang
dihasilkan. Hal ini juga menjadi alsan terhadap industri yang masih enggan
melakukan pegolahan terhadap limbah yang dihasilkan.
4. Tergolong rumit, dikarenakan dalam pelaksanaannya, pendekatan untuk
mengendalikan pencemaran yang terjadi tentu memerlukan seperangkat peraturan,
memerlukan biaya yang tidak terbilang kecil, sumber daya manusia yang memang
mempuni dan handal dalam bidang tersebut dengan jumlah tertentu untuk mencukupi
dalam melakukan tindakan ataupun pemantauan.
Jika konsep ini diterapkan untuk pengendalian pencemaran air, sedikit banyaknya
memang akan mengurangi pencemaran limbah itu sendiri, namun sayangnya belum cukup
untuk mengatasi persoalan pencemaran air secara keseluruhan. Hal-hal yang telah disebutkan
diatas merupakan kendala yang terdapat dalam pelaksanan konsep end of pipe. Meskipun
demikian, konsep konvensional ini, telah menjadi pilihan dalam pengendalian pencemar.
Sedangkan, dewasa ini diperlukan konsep yang lebbih efektif, efisien dan matang dalam
pengendalian pencemar yang ada misalnya dengan penerapan produksi bersih atau teknologi
bersih. Pada konsep ini pengolahan dan penaggulangan limbah dilakukan bahkan dari awal
proses produksi. Dari pemilihan dan penggunaan bahan baku yang tepat, adanya daur ulang
pada proses prosuksi, sampai akhirnyam limbah yang dihasilkan dapat berkurang dan
dimanfaatkan untuk keperluan lainatau pun mencapai zero waste (tidak ada limbah yang
dihasilkan).

Dari sini , kita dapat menilai, apakah pengendalian pencemaran air dengan
menggunakan konsep enf of pipe yang masih konvensional sudah tepat untuk digunakan pada
era ini dan mas yang akan datang? Namun, secanggih apapun teknologi, atau konsep yang
diterapkan dan di tetapkan oleh pemerintah pada industri atau pabrik dalam pengolahan
limbahnya, tetap akan sulit dalam memecahkan permasalahan lingkungan jika masyarakatnya
sendiri bersikap acuh dan tidak perduli terhadap kelangsungan dan daya dukung lingkungan.
DAFTAR PUSTAKA

Gurusinga, J. (2015). Makalah Produksi Bersih "Strategi Pengelolaan Lingkungan Hidup".


Jurusan Teknik Lingkungan Fakultas Sains Terapan Institut Sains & Teknologi Akprind
Yogyakarta

Paramitadevi, Y. V., Nofriana, R., & Yulisa, A. (2017). Penerapan Produksi Bersih Dalam
Upaya Penurunan Timbulan Limbah Cair Di Pabrik Gula Tebu. Jurnal Presipitasi,
14(2), 54–61.

Setiadi, T. (2016). Prinsip Pengendalian Pencemaran Badan Air dan Teknologi Pengolahan
Air Diktat Kuliah Sub Proyek Que-Batch III. Departemen Teknik Kimia Institut
Teknologi Bandung.

Suhardi, B., Widyo Laksono, P., & Nur Fadhilah, N. (2017). Analisis Penerapan Produksi
Bersih Pada Batik Printing Ikm Batik Puspa Kencana Laweyan Surakarta. Jurnal
Teknologi Industri Pertanian, 27(2), 182–191.

Wibisana, A. G. (2018). Pengelolaan Lingkungan Melalui Izin Terintegrasi Dan Berantai:


Sebuah Perbandingan Atas Perizinan Lingkungan Di Berbagai Negara. Jurnal Hukum
Dan Pembangunan, 48(2), 222–255.

Anda mungkin juga menyukai