INSTITUT AKUNTAN PUBLIK INDONESIA
Indonesian Institute of Certified Public Accountants
Nomor:2017/XW/Int-APU/2018 Jakarta, 9 November 2018
Kepada Yth:
Bapak/lbu
Pemimpin Kantor Akuntan Publik
Di tempat
Hal : Pembatalan/Penghentian Sistem Rekanan KAP pada Bank
Dengan hormat,
Sehubungan dengan praktik sistem/daftar rekanan bank yang mengharuskan
debitur bank hanya diaudit laporan keuangannya oleh Kantor Akuntan Publik
(KAP) yang terdaftar dalam daftar rekanan bank tersebut serta menindaklanjuti
surat Dewan Pengurus Institut Akuntan Publik Indonesia _(IAPI)
Nomor:1342/X/Int-1AP1/2018 tanggal 10 Oktober 2018 perihal tindak lanjut hasil
Rapat Umum Anggota (RUA) tanggal 19 September 2018, Dewan Pengurus
telah melakukan analisis dan diskusi mendalam dengan berbagai_pihak,
termasuk para akuntan publik, pejabat bank, regulator dan Dewan Pengawas
IAPI. Berkaitan dengan hal tersebut, berikut disampaikan kepada Bapak/lbu
Pemimpin KAP hal-hal pokok yang relevan dengan sistem rekanan tersebut,
yaitu sebagai berikut:
1. Praktik sistem rekanan KAP pada bank umumnya dilakukan berdasarkan
dokumen pernyataan kepatuhan yang ditandatangani oleh Pemimpin KAP
terhadap Ketentuan Umum rekanan yang diterbitkan oleh bank
(selanjutnya dalam surat ini disebut sebagai ‘Dokumen Rekanan KAP").
Setelah ditandatangani olen Pemimpin KAP, Dokumen Rekanan KAP.
tersebut diserahkan kepada pihak bank untuk kemudian bank
menerbitkan surat persetujuan KAP sebagai rekanan bank, sehingga KAP
tersebut dapat melakukan audit atas laporan keuangan debitur/calon
debitur bank tersebut. Berdasarkan analisis dan kajian, terdapat
kelemahan-kelemahan dalam praktik tersebut, antara lain:
a, Ruang lingkup dan tanggung jawab Akuntan Publik yang tidak jelas,
‘cenderung memberatkan pihak Akuntan Publik, yaitu diantaranya
Attunjukkan pada hat-hal erkut ii
Tidak mengatur peran dan tanggung jawab masing-masing pihak
antara pihak bank, debitur, dan Akuntan Publik dalam kaitannya
dengan laporan keuangan debitur.
ii, Tanggung jawab pelaporan keuangan oleh direksi perusahaan
tidak diatur secara jelas. Sebagaimana diketahui bahwa
berbagai peraturan perundang-undangan (termasuk Undang-
Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas)
mengatur bahwa Laporan Keuangan adalah tanggung jawab
Direksi/Pimpinan Perusahaan, termasuk tanggung jawab untuk
menyusun laporan keuangan lengkap dan benar sesuai standar
akuntansi keuangan dan pengendalian internal perusahaan yang
terkait dengan laporan keuangan tersebut.
Office & Building 120 floor, Unit 12 T- 12 3, Sudieman Central Business District (SCBD) Lot 28
21. Senopati Raya No. 8, Jakarta 12190, INDONESIA
Telp, (021) 29333151, 72795445 - 46 (Hunting), 08111707261 - 65
Fax : (021) 29333154 - $5, 72795441, 72795449 Website : wrnwiapi.orid Email: info@iapl.oldvi.
Vii.
Jenis pelaporan keuangan yang menjadi obyek dalam Dokumen
Rekanan KAP tidak dinyatakan secara jelas apakah laporan
keuangan bertujuan umum bagi sebagian besar pengguna
laporan keuangan ataukah merupakan laporan khusus yang
hanya ditujukan kepada pihak bank. Dalam praktik di lapangan,
yang menjadi obyek relasi tersebut temyata adalah laporan
keuangan bertujuan umum yang ditujukan bagi sebagian besar
pengguna, yang pengaturannya sudah diatur secara spesifik
dalam Standar Akuntansi Keuangan (SAK). Namun adakalanya
pihak bank meminta laporan keuangan yang sesuai kebutuhan
bank yang dalam beberapa hal berbeda dengan SAK.
Tidak mengatur batas tanggung jawab masing-masing pihak
baik bank, KAP dan debitur dalam hal debitur lalai atau sengaja
melakukan perbuatan yang mengakibatkan salah saji material
dan/atau melakukan manipulasi laporan keuangan.
tidak mengatur keterkaitan hubungan bank dengan KAP dalam
kaitannya dengan tanggung jawab penunjukan Akuntan Publik
oleh Rapat Umum Pemegang Saham (atau pihak yang
mendapatkan delegasi untuk melakukan penunjukan) untuk
melakukan audit atas laporan keuangan. Sesuai dengan
ketentuan yang berlaku, Kontrak perikatan audit adalah antara
Direksi/Dewan Komisaris dan KAP untuk melakukan audit
laporan keuangan yang disusun Direksi, Dalam hal ini KAP
adalah pihak yang harus independen dari Direksi.
Pengenaan sanksi bagi KAP yang dianggap tidak melaksanakan
kewajibannya sesuai Dokumen Rekanan KAP yang ditetapkan
oleh bank yang berlaku untuk internal bank dan debitur.
Mekanisme tersebut tidak diatur secara jelas dan berimbang,
sanksi pada umumnya ditetapkan oleh bank secara sepihak.
Meskipun sanksi tersebut berlaku hanya untuk kalangan intemal
bank, namun karena melibatkan debitur sehingga pada akhimya
sanksi dari bank tersebut berdampak luas hingga sampai kepada
pengguna.
Tidak mengatur hak dan tanggung jawab hukum bagi Akuntan
Publik ketika terdapat masalah hukum terkait laporan keuangan
debitur. Ketika terjadi kerugian bank menyangkut laporan
keuangan debitur, adakalanya terdapat Klausul bahwa Akuntan
Publik diharuskan untuk memberikan ganti kerugian.
Kondisi bahwa pejabat bank memiliki latar belakang pendidikan
beragam, adakalanya pejabat yang latar belakang pendidikannya
bukan akuntansi juga menangani pelaporan keuangan debitur yang
basisnya adalah praktik kebiasaan dengan basis ruang lingkup
Dokumen Rekanan KAP yang tidak jelas tersebut.
Posisi tawar KAP dengan pihak bank tidak setara, mengingat
Dokumen Rekanan KAP tersebut bersifat pemyataan kepatuhan
secara sepihak dari KAP terhadap Ketentuan Umum yang diterbitkan
oleh bank. Bank juga tidak pernah mendiskusikan perihal KetentuanUmum tersebut kepada IAPI selaku Asosiasi Profesi Akuntan Publik
yang mewadahi para Akuntan Publik di seluruh Indonesia.
Ketidakjelasan ruang lingkup dan pengenaan sanksi sepihak tersebut
juga mendorong posisi tawar KAP rendah.
2. Akibat yang timbul dari adanya kelemahan-kelemahan pada relasi KAP
dengan bank terkait dengan Dokumen Rekanan KAP tersebut antara lain
berupa hal-hal berikut
a. Perbedaan persepsi dan pemahaman antara Akuntan Publik dengan
pihak pejabat bank terkait dengan dokumen laporan keuangan.
Sesuai ketentuan yang berlaku, dan merupakan pemahaman
bersama Akuntan Publik, bahwa laporan keuangan adalah laporan
keuangan bertujuan umum yang sepenuhnya disusun, disetujui dan
diterbitkan oleh perusahaan, tanggung jawab Akuntan Publik sebatas
pada opini yang diterbitkan. Pemahaman tersebut adakalanya
berbeda dengan persepsi dan pemahaman pejabat bank. Pada
beberapa kasus menunjukkan bahwa pejabat bank seringkali
mempunyai pemahaman bahwa laporan keuangan yang diaudit oleh
Akuntan Publik tersebut hanya ditujukan untuk kepentingan bank,
laporan keuangan tersebut dibuat dan diterbitkan oleh Akuntan Publik,
dan oleh Karena itu laporan keuangan tersebut sepenuhnya menjadi
tanggung jawab KAP. Apalagi praktik terdahulu pada umumnya
laporan keuangan diterbitkan dengan menggunakan identitas KAP
dan tanpa tandatangan oleh direksi perusahaan. Kondisi tersebut
menimbulkan persepsi bahwa laporan keuangan adalah milik dan
tanggung jawab KAP, meskipun dalam laporan ditegaskan oleh KAP
bahwa laporan keuangan merupakan tanggung jawab manajemen.
Hal inilah yang menjadi salah satu alasan mengapa bank perlu
menyusun daftar rekanan KAP, dalam hal ini Akuntan Publik
disetarakan posisinya dengan pejabat Notaris yang menyusun akta
Perjanjian kredit atau Penilai Publik yang menerbitkan laporan
penilaian suatu aset.
b. Posisi tawar KAP yang rendah dan kurangnya pemahaman yang tepat
terkait dengan pelaporan keuangan mendorong terjadinya potensi
ancaman terhadap independensi dan obyektivitas ketika berhadapan
dengan kepentingan bank untuk menjaga kinerja kualitas kredit
debitur. Pejabat bank adakalanya memahami banwa ketika sudah
menjadi rekanan, maka KAP terikat dengan dan menjadi bagian dari
“bank” untuk mengawasi status debitur. Pengaturan peran dan
tanggung jawab debitur, Akuntan Publik dan bank terkait dengan
laporan keuangan debitur yang tidak diatur secara jelas mendorong
terjadinya kondisi tersebut.
¢. Adanya sistem rekanan cenderung menyebabkan_terjadinya
pembatasan kesempatan berusaha bagi KAP, tidak memberikan
kesempatan yang sama. Adakalanya bank membatasi jumlah KAP
yang terdaftar, KAP yang baru mendaftar ditolak dengan alasan sudah