Anda di halaman 1dari 44

EKOLOGI TUMBUHAN

ALIRAN ENERGI

Dosen Pembimbing: Dr. H. Elfis, M.Si

Disusun Oleh:

Wika Palhani
156511071

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS


KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS ISLAM RIAU

PEKANBARU

2017
BAB I
ALIRAN ENERGI DALAM EKOSISTEM TUMBUHAN

A. ALIRAN ENERGI
Aliran energi dalam ekosistem terjadi dalam peristiwa rantai makanan, jaring-
jaring makanan dan piramida ekologi. Interaksi antara organisme dengan
lingkungan dapat terjadi karena adanya aliran energi. Aliran energi adalah jalur
satu arah dari perubahan energi pada suatu ekosistem. Proses aliran energi
antarorganisme dapat terjadi karena adanya proses makan dan di makan. Proses
makan dan dimakan terjadi antara satu kelompok organisme dengan kelompok
organisme lainnya.
Dalam proses makan dan dimakan terjadi proses perpindahan ataupun aliran
energi. Pada awalnya energi matahari mengalir ke tumbuhan hijau dan digunakan
untuk pross fotosintesis. Hasil fotosintesis disimpan sebagai cadangan makanan,
dan dimakan oleh konsumen. Energi akan berpindah dari konsumen yang satu
dengan yang lainnya, jika konsumen puncak mati maka akan diuraikan oleh
bakteri dan jamur menjadi unsur-unsur mineral yang diserap oleh tumbuhan
tersebut kembali. Pada proses perpindahan energi dari satu trofik ketingkat trofik
lainnya selalu ada energi yang hilang.
Sehingga dapat dikatakan bahwa aliran energi merupakan rangkaian urutan
pemindahan bentuk energi satu ke bentuk energi yang lain dimulai dari sinar
matahari lalu ke produsen, konsumen, sampai ke pengurai di dalam tanah.
Organisme memerlukan energi untuk mendukung kelangsungan hidupnya, antara
lain untuk proses pertumbuhan dan perkembangan, reproduksi, bergerak, dan
metabolisme yang ada dalam tubuh.
Semua organisme memerlukan energi untuk tumbuh, berkembang biak,
bergerak dan melaksanakan fungsi-fungsi tubuhnya. Sebagian besar ekosistem
yang ada di dunia ini, energi yang digunakan sebagai motor penggerak ekosistem
adalah energi yang berasal dari cahaya matahari, yang nantinya akan mengalami
transformasi energi menjadi energi kimia (bahan-bahan organik) oleh proses
fotosintesis dalam tumbuhan hijau. Tumbuhan hijau ini disebut sebagai organisme
autotrof karena organisme ini dapat memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri tanpa
menggantungkan pada organisme lain. Kecuali itu justru organisme ini dapat
menyediakan makanan bagi organisme lain (heterotrof) termasuk juga rnanusia.
Energi cahaya matahari yang telah diubah menjadi bahan organic yang tersimpam
di dalam organ tanaman dan kemudian digunakan untuk pertumbuhan jaringan
baru dari tumbuhan, akan memasuki jaringan hara dalam bentuk yang tersedia
bagi organisme yang memerlukan hara organic. Semua organisme dalam suatu
ekosistem akan melakukan kegiatan bernafas, dan dalam bemafas memerlukan
energi, yang disediakan oleh tumbuhan dan akhirnya akan dilepaskan sebagai
panas yang sudah tidak dapat dimanfaatkan lagi yang disebut entropy. Hal ini
sesuai dengan apa yang dikemukakan dalam Hukum Termodinamika II yaitu
bahwa dalam perubahan bentuk energi dari satu bentuk ke bentuk yang lain kita
tidak akan mendapatkan efisiensi sebesar 100%. Ada sebagian energi yang hilang
sebagai panas yang sudah tidak dapat dimanfaatkan lagi yang disebut entropy.
Peningkatan kandungan energi suatu individu, suatu populasi atau suatu
komunitas per satuan waktu disebut produksi dan biasanya dinyatakan
berdasarkan nilai tahunan. Transformasi Energi dalam Ekologi Energi adalah
sesuatu yang digunakan untuk melakukan suatu kerja, tanpa energi kita tidak
dapat melakukan kerja. Untuk pertumbuhan dan pemeliharaan tubuh yang harus
dilakukan terus menerus merupakan suatu kerja dan ini membutuhkan energi yang
terus menerus. Dalam hidup menggunakan tiga macam energi, yaitu energi yang
berasal dari cahaya matahari, panas bumi dan energi nuklir yang berasal dari
reaksi nuklir dalam reaktor atom. Sebenarnya energi matahari juga berasal dari
reaksi nuklir yang terjadi dalam matahari, energi itu dipancarkan oleh matahari
dalam bentuk cahaya. Sampai sekarang energi yang banyak dipakai ialah energi
yang berasal dari cahaya matahari, terutama yang ditambat oleh tumbuhan hijau.
Penambatan energi ini terjadi dalam proses fotosintesis. Fotosintesis ialah
pemanfaatn energi cahaya matahari untuk membentuk molekul karbohidrat dari
sumber anorganik, yaitu karbon dioksida dan air di dalam kloroplas tumbuhan
hijau. Adapun reaksinya sebagai berikut
6 CO2 + 6 H2O + 2964 KJ ------------------------- C 6H 12O6 + 6O2

(Karbon Dioksida) (air) (energi chy matahari) (karbohidrat) (oksigen)

Masukan energi cahaya matahari ditentukan oleh termodinamika dari reaksi


reaksi yang menghasilkan glukosa. Tumbuhan hijau tidak menangkap semua
energi cahaya yang ada. Sebagian energi yang diserap digunakan untuk
menghasilkan karbohidrat yang lebih kompleks dan senyawa lain. Energi yang
diasimilasi dalam fotosintesis dikurangi oleh tumbuhan dan oleh heterotrof dalam
respirasi, adan energi yang dikeluarkan digunakan dalam proses kehidupan
tumbuhan tersebut. Oksigen dan glukosa digabungkan untuk menghasilkan air dan
karbon dioksida, serta energi dilepaskan sebagai panas.

Energi yang terkandung dalam tubuh tumbuhan itu menjadi sumber energi
mahkluk hidup yang lain. Beberapa contoh energi yang ada di alam :

1. Angin
yang sebenarnya merupakan udara yang bergerak juga mengandung energi.
Energi angin itu dapat digunakan untuk menggerakkan perahu layar dan kincir
angin. Kincir angin dapat digunakan untuk memutar mesin dan membangkitkan
listrik. Terjadinya angin disebabkan oleh perbedaan suhu di dua tempat karena
perbedaan penyinaran matahari atau perbedaan penyerapan cahaya matahari. Pada
siang hari suhu permukaan daratan lebih tingi dari suhu permukaan laut, karena
daratan lebih mudah dipanaskan oleh cahaya matahari daripada air. Sehingga pada
siang hari angin bergerak dari laut ke daratan, yang disebut angin laut yang
sebenarnya berasal dari energi cahaya matahari.
2. Air.
Air yang mengalir di sungai juga mengandung enrgi. Jika sungai dibendung,
energi aliran air itu dapat digunakan untuk memutar generator, membangkitkan
listrik. Air yang mengalir di sungai berasal dari air laut yang menguap karena
penyinaran matahari. Uap terhembus ke daratan, terbentuk awan. Awan berubah
menjadi hujan dan sebagian air hujan akan mengisi sungai ataupun perairan yang
lain. Jadi energi dalam air sungai berasal dari energi cahaya matahari. Dalam
ekologi dikenal adanya Hukum kekekalan energi yaitu Hukum Termodinamika I
dan II Hukum.
a. Termodinamika I mengatakan bahwa :
Energi yang ada di dunia ini tidak dapat diciptakan,tidak dapat dimusnahkan,
hilang ataupun dihancurkan. Yang ada bahwa energi dapat diubah dari satu bentuk
ke bentuk yang lain.
b. Hukum Termodinamika II mengatakan :
Dalam perubahan energi dari satu bentuk ke bentuk yang yang lain kita tidak
mendapatkan efisiensi sebesar 100%. Ada sebagian energi yang hilang dalam
bentuk papas yang sudah tidak dapat dimanfaatkan yang disebut entropy. Bahwa
sesungguhnya energi dapat diubah ubah. Semua energi yang memasuki jasad
hidup, populasi atau ekosistem dapat dianggap sebagai energi yang tersimpan atau
yang terlepaskan. Jadi dalam hal ini sistem kehidupan dapat dianggap sebagai
pengubah energi. Hal ini berarti pula akan dijumpai di dalamnya berbagai strategi
untuk mentransformasikan energi.
Oleh sebab itu sangatlah bermanfaat bagi manusia untuk mempunyai sistem
"pembukuan kalori" dari suatu sistem kehidupan Beberapa definisi yang perlu
diketahui : Produktivitas primer kotor, yaitu laju total dari fotosintesis termasuk
bahan organik yang habis digunakan di dalam respirasi selama waktu pengukuran.
Ini dikenal sebagai "fotosintesis total" atau "asimilasi total". Produktivitas primer
bersih adalah laju penyimpanan bahan organik di dalam jaringan tumbuhan
kelebihannya dari penggunaan respirasi oleh tumbuhan selama jangka waktu
pengukuran. Hal ini disebut juga sebagai "apparent fotosintesis" atau "asimilasi
bersih". Produktivitas komunitas bersih, adalah laju penyimpanan bahan organic
yang tidak digunakan oleh heterotrof selama jangka waktu yang bersangkutan,
biasanya musing pertumbuhan atau setahun. Produktivitas sekunder, adalah laku
penyimpanan energi pada tingkat konsumen.
B. Rantai Makanan
Dalam ekosistem terjadi proses makan dan dimakan secara berurutan yang
disebut dengan rantai makanan. Proses inilah yang menentukan bagaimana energi
mengalir dari satu organisme ke organisme yang lain dalam satu sistem. Tiap
tingkatan dari rantai makanan disebut taraf trofik/ tingkat trofik. Pada setiap
pemindahan energi, rata-rata 80%-90% energi dikeluarkan dalam bentuk panas.
Suatu rantai makanan terdapat tingkatan untuk mendapatkan sumber makanan
yang disebut dengan tingkat trofik, yaitu:
1. Produsen
Merupakan organisme yang dapat mengolah makanan sendiri melalui proses
fotosintetis.
2. Konsumen
Organisme yang tidak dapat mengolah sendiri makanannya disebut organisme
heterotrof konsumen. Konsumen dalam ekosistem dapat di golongkan beberapa
tingkat : konsumen tingkat I/primer (kelompok herbivora), konsumen tingkat
II/sekunder, konsumen tingkat III/tersier.
3. Dekomposer
Beberapa organisme mendapatkan energinya dengan cara memakan detritus
atau materi organik dari organisme lain. Detritivora yaitu organisme yang
memakan detritus. Organisme detritivora antara lain yaitu cacing tanah, kutu
kayu, kepiting, dan siput.
Rantai makanan dimulai dari produsen yang mengubah energi cahaya dari
matahari menjadi energi kimia. Energi kimia ini akan diteruskan pada konsumen
tingkat pertama atau primer, tingkat kedua atau sekunder, dan seterusnya sampai
kelompok organisme pengurai atau dekomposer.

Pada umumnya, tipe rantai makanan dibedakan menjadi tiga macam, yaitu
sebagai berikut.
a. Rantai makanan perumput
Pada tipe ini, mata rantai makanannya berawal dari tumbuhan, maka tingkat
trofi 1 diduduki oleh tumbuhan hijau (produsen), tingkat trofi 2
diduduki oleh herbivora (konsumen 1), tingkat trofi 3 diduduki oleh
karnivora (konsumen 2), dan seterusnya.
Yang berfungsi sebagai produsen pada rantai makanan diatas adalah rumput.
Kemudian rumput ( produsen ) dimakan oleh belalang, belalang berfungsi sebagai
konsumen I (herbivora). Belalang dimakan oleh katak yang berfungsi sebagai
konsumen tingkat II (dua). Katak merupakan karnivora. Selanjutnya katak
dimakan oleh ular. Ular berfungsi sebagai konsumen III (Konsumen Puncak).
Ular mati dan diuraikan oleh jamur sebagai dekomposer (pengurai). Siklus rantai
makanan ini terjadi terus menerus.
b. Rantai Makanan Detritus
Mata rantai makanan pada tipe ini berawal dari organisme perombak. Ingat
kembali, detritus merupakan hancuran (fragmen) dari bahan-bahan sudah terurai
yang dikonsumsi hewan-hewan kecil seperti rayap, cacing tanah, tripang, dan
sebagainya. Rantai saprofit dimulai dari organisme mati ke jasad pengurai.
Misalnya jamur dan bakteri. Rantai-rantai di atas tidak berdiri sendiri tapi saling
berkaitan satu dengan lainnya sehingga membentuk jaring-jaring makanan.
Contohnya : Hancuran Daun ( seresah )-Cacing Tanah-Ayam-Musang.
Berdasarkan rantai makanan tersebut padi berperan sebagai produsen, tikus
berperan sebagai konsumen I, ular berperan sebagai konsumen II, dan elang
berperan sebagai konsumen III. Dari rantai makanan tersebut dapat kita
gambarkan peristiwa yang akan terjadi jika salah satu komponen dalam rantai
makanan tersebut tidak ada atau hilang. Misalkan pada rantai makanan di atas
konsumen I (tikus) tidak ada atau hilang, maka konsumen II (ular) akan terganggu
keseimbangannya karena tidak mendapatkan makanan. Sebaliknya produsen
(padi) akan melimpah karena tidak ada yang memakannya. Siklus dalam rantai
makanan dapat berjalan seimbang apabila semua komponen tersedia. Apabila
salah satu komponen, misalnya konsumen I tidak ada, maka akan terjadi
ketimpangan dalam urutan makan dan dimakan dalam rantai makanan tersebut.
Agar rantai makanan dapat berjalan terus menerut maka jumlah produsen harus
lebih banyak daripada konsumen I. Jumlah konsumen I harus lebih banyak
daripada jumlah konsumen II dan seterusnya. Kumpulan dari beberapa rantai
makanan akan membentuk jaring-jaring makanan.
Dalam suatu ekosistem umumnya tidak hanya terdiri dari satu rantai makanan,
akan tetapi banyak rantai makanan. Tumbuhan hijau tidak hanya dimakan oleh
satu organisme saja, tetapi dapat dimakan oleh berbagai konsumen primer.
Misalnya: bunga sepatu daunnya dimakan ulat, ulat juga makan daun sawi. Daun
sawi juga dimakan belalang, belalang dimakan katak dan burung pipit, burung
pipit juga makan ulat, burung pipit dimakan burung elang. Daun sawi juga
dimakan oleh tikus, tikus dimakan oleh burung elang. Akibatnya dalam suatu
ekosistem tidak hanya terdapat satu rantai makanan saja tetapi banyak bentuk
rantai makanan. Rantai-rantai makanan yang saling berhubungan antara satu
dengan yang lain disebut jaring-jaring makanan.
c. Rantai Makanan Parasit
Pada tipe rantai makanan parasit, terdapat organisme lebih kecil yang
memangsa organisme lebih besar.
Contohnya : Tanaman Mangga-Benalu-Ulat-Burung Pemakan Ulat

C. Jaring-jaring Makanan
Pada tiap-tiap tingkatan konsumen tampak seolah-olah setiap organisme hanya
memakan atau dimakan oleh satu macam organisme yang lain, tetapi
kenyataannya di dalam ekosistem keadaannya lebih kompleks.
Hal ini terjadi karena tiap-tiap organisme dapat memakan dalam satu tingkatan
konsumen atau dari tingkatan konsumen lain di dalam ekosistem yang dikenal
dengan rantai makanan dan antara rantairantai makanan itu saling berhubungan
satu dengan lainnya yang dikenal dengan jaring-jaring makanan.
Rangkaian peristiwa makan dan dimakan dalam suatu ekosistem tidak
sesederhana rantai makanan. Seperti tampak pada Gambar ternyata konsumen
tidak hanya tergantung pada satu jenis makanan, sebaliknya satu jenis makanan
dapat dimakan oleh lebih dari satu jenis konsumen.
III.3 Piramida makanan Komponen-komponen biotik pada rantai makanan
ekosistem menempati tingkatan trofi tertentu, seperti produsen menempati tingkat
trofi pertama, herbivora menempati tingkat trofi kedua, karnivora menempati
tingkat trofi ketiga, dan seterusnya. Ketika organisme autotrof (produsen)
dimakan oleh herbivora (konsumen I), maka energi yang tersimpan dalam
produsen (tumbuhan) berpindah ke tubuh konsumen I (pemakannya) dan
konsumen II akan mendapatkan energi dari memakan konsumen I, dan seterusnya.
Setiap tingkatan pada rantai makanan itu disebut taraf trofi. Ada beberapa
tingkatan taraf trofi pada rantai makan sebagai berikut.
a) Tingkat taraf trofi 1 : organisme dari golongan produsen (produsen primer)
b) Tingkat taraf trofi 2 : organisme dari golongan herbivora (konsumen primer)
c) Tingkat taraf trofi 3 : organisme dari golongan karnivora (konsumen sekunder)
d) Tingkat taraf trofi 3 : organisme dari golongan karnivora (konsumen predator)
Jika tumbuhan hijau dimakan organisme lain (konsumen primer), maka hanya
10% energi yang berasal dari tumbuhan hijau dimanfaatkan oleh organisme itu
untuk pertumbuhannya dan sisanya terdegradasi dalam bentuk panas terbuang ke
atmosfer.
Dengan demikian, energi yang tersedia untuk tingkat trofi pada rantai makanan
seperti berikut: semakin tinggi tingkat trofi, semakin sedikit sehingga membentuk
sebuah piramida yang disebut piramida ekologi, seperti pada Gambar. Selama
keadaan produsen dan konsumen. Tetap membentuk piramida, maka
keseimbangan alam dalam ekosistem akan terpelihara.

D. Piramida Ekologi
Telah diuraikan sebelumnya bahwa di dalam ekosistem alami, jumlah produser
yang berada di tingkat trofik I merupakan jumlah terbesar. Jumlah consumer yang
berada di tingkat trofik II lebih kecil, and demikian seterusnya sehingga jumlah
karnivor puncak merupakan jumlah terkecil. Jika digambarkan akan berbentuk
piramida dengan ujung yang semakin meruncing. Piramida itu disebut piramida
ekologi. Piramida ekologi dapat dibedakan menjadi piramida jumlah individu,
piramida biomassa, dan piramida energi.
1. Piramida Jumlah Individu Piramida jumlah menggambarkan jumlah individu
dalam populasi yang menempati tingkat trofik tertentu. Sebagaimana diuraikan
di atas, jumlah organisme yang menempati trofik I memiliki jumlah yang lebih
besar dibandingkan dengan organisme yang menempati tingkat trofik II.
Jumlah organisme yang menempati tingkat trofik II juga lebih besar
dibandingkan dengan jumlah organisme yang menempati tingkat trofik III,
demikian seterusnya. Jadi, di dalam ekosistem normal, jumlah produser lebih
banyak daripada konsumer I (herbivor), dan konsumer I lebih banyak daripada
konsumer II (karnivor). Individu yang menempati puncak piramida jumlahnya
paling sedikit. Dalam membuat piramida jumlah, kita menghitung jumlah
individu dalam populasi pada suatu waktu tertentu per m2.
2. Piramida Biomassa Biomassa adalah berat total komponen biotik suatu area
tertentu pada suatu waktu tertentu. Biomassa tumbuhan diukur dari berat akar,
batang, dan daun tumbuhan yang menempati areal tertentu. Biasanya dihitung
sebagai berat kering per m2 (g/m2). Piramida biomassa dibuat berdasarkan
berat total populasinya pada suatu waktu. Untuk mengukur biomassa
seluruhnya, dilakukan dengan teknik sampling (cuplikan) guna memperkirakan
keseluruhannya. Jadi, untuk menentukan biomassa hutan yang luas dapat
diambil sebagian areal sebagai sampel untuk memperkirakan biomassa
seluruhnya. Piramida biomassa lebih memberikan gambaran yang
sesungguhnya tentang aliran energi ekosistem. Kelemahannya, piramida
biomassa hanya menggambarkan keadaan ekosistem dalam waktu tertentu.
3. Piramida Energi Piramida biomassa hanya menggambarkan keadaan ekosistem
pada waktu tertentu. Untuk dapat menggambarkan keadaan ekosistem dalam
jangka waktu lebih lama, digunakan piramida energi. Piramida energi dapat
memberikan gambaran lebih akurat tentang aliran energi pada suatu ekosistem.
Di dalam ekosistem normal terjadi penurunan energi akibat pemborosan
energi.sebagaimana disinggung sebelumnya, hanya sekitar 10% energi dari
tingkat trofik sebelumnya yang termanfaatkan. Piramida energi
menggambarkan banyaknya energi yang tersimpan dalam bentuk senyawa
organik yang dapat digunakan sebagai bahan makanan. Energi yang tersimpan
itu dikenal sebagai energi primer. Energi itu disetarakan dengan mengubah
satuan berat kering ke satuan energi yang dinyatakan dalam kalori ayau Joule.
Dengan demikian, biomassa energi dinyatakan dalam kalori per m2 satuan
waktu (kal/m2/tahun).
BAB II
PERANAN TUMBUHAN SEBAGAI PRODUSEN DALAM ALIRAN
ENERGI

1. Tumbuhan hijau
Produsen adalah organisme yang memproduksi makanan untuk diri mereka
sendiri dan organisme lainnya. Mereka menggunakan energi dan molekul
anorganik sederhana untuk membuat senyawa organik. Stabilitas produsen sangat
penting untuk ekosistem karena semua organisme membutuhkan molekul organik.
Produsen juga disebut autotrof. Ada dua tipe dasar autotrof: fotoautotrof dan
kemoautotrof.
Fotoautotrof menggunakan energi dari sinar matahari untuk membuat makanan
melalui proses fotosintesis. Mereka termasuk tumbuhan, alga, dan bakteri tertentu
Berbagai jenis fotoautotrof penting dalam ekosistem yang berbeda.
Kemoautotrof menggunakan energi dari senyawa kimia untuk membuat makanan
dengan kemosintesis. Mereka termasuk beberapa bakteri dan archaea juga.
Archaea adalah mikroorganisme yang menyerupai bakteri.
Konsumen adalah organisme yang bergantung pada organisme lain untuk
makanan. Mereka mengambil molekul organik yang pada dasarnya “memakan”
makhluk hidup lainnya. Mereka mencakup semua hewan dan jamur. (Jamur tidak
benar-benar “makan”, mereka menyerap nutrisi dari organisme lain.) Mereka juga
termasuk banyak bakteri dan bahkan beberapa tanaman, seperti tanaman kantong
semar. Konsumen juga disebut heterotrof. Heterotrof diklasifikasikan berdasarkan
apa yang mereka makan:
Dalam suatu ekosistem tumbuhan memegang peranan penting. Tumbuhan
sebagai produsen merupakan penghasil energi yang sangat besar, umumnya terdiri
dari organisme autotrof. Beberapa jenis bakteri, algae dan semua tumbuhan hijau
yang berklorofil merupakan faktor yang menentukan keadaan keseimbangan dan
kestabilan suatu ekosistem sehingga produsen dipandang sebagai ekivalen-
ekivalen ekologi.
Dalam tubuh produsen tersimpan energi yang besar. Kandungan protoplasma
di dalamnya merupakan bahan dasar untuk membentuk senyawa organik lain
dalam tubuh. Bahan organik energi tinggi ini dikumpulkan dengan jalan
mengubah energi matahari menjadi energi kimia lewat proses fotosintesis, Proses
fotosintesis ini selain bergantung pada kadar karbon dioksidan (C02), air (H20),
klorofil dan sinar matahari (energi panas) juga dipengaruhi oleh berbagai macam
faktor lain seperti tersedianya unsur-unsur hara, temperatur, kelembaban dan
enzimenzim.
Menurut taksiran kira-kira hanya 8% energi matahari yang sampai ke
permukaan bumi. Sedangkan energi yang digunakan oleh tumbuhan untuk
melangsungkan fotosintesis di seluruh permukaan bumi baik di daratan maupun di
lautan hanya kira-kira 2% dari jumlah energi yang tersauia. Walaupun demikian
kecil energi yang digunakan, tumbuhan darat dan laut setiap tahunnya
djperkirakan memproduksi karbohidrat kirakira 200 miliar ton, serta 80% di
antaranya diproduksi dalam lautan yang belum banyak dijamah serta
dimanfaatkan. Jumlah produksi karbohidrat oleh tumbuhan darat lebih kurang 40
miliar ton setiap tahun, untuk digunakan oleh 5 miliar manusia ditambah
hewanhewan lain di permukaan bumi, sehingga krisis kurang makan akan tetap
menjadi masalah sepanjang tahun, terutama dalam waktu-waktu yang akan
datang.
Sebagai contoh harimau sering menangkap ternak penduduk di daerah
transmigrasi Sitiung di Sumatera Barat, kawanan gajah yang sering memasuki
kebun-kebun penduduk di Sumatera Selatan, burung dan tikus yag memakan
tanaman padi petani yang semakin sulit diatasi. Ini semua adalah merupakan
peristiwa biasa rebutan makan dari 40 miliar ton yang tersedia untuk semua
makhluk hidup sebagai pemiliknya. Kematian ribuan penduduk dan ribuan hewan
ternak akibat kekurangan makan di beberapa negara di Afrika dan Asia, ini
merupakan petunjuk bahwa jumlah karbohidrat yang 40 miliar ton di daratan
tersebut tidak merata tersedia, sehingga produk 160 miliar ton di lautan perlu
mendapat perhatian secepatnya. Semua contoh di atas merupakan peristiwa rantai
makanan yang kurang sempurna yang menuju kepada ekuivalen-ekuivalen
ecologi, sehingga sebagian manusia dan hewan mau tidak mau harus direlakan
untuk mati lebih cepat karena kurang amakan.
Di dalam produsen terjadi suatu proses penyusunan bahan organik atau
anabolisme (asimilasi) dengan mempergunakan input energi yang diperoleh dari
sumber cahaya dan bahan-bahan anorganik. Pada konsumen terjadi proses
sebaliknya, yaitu suatu pembongkaran atau katabolisme (disimilasi), energi yang
tersimpan tadi dibebaskan kembali untuk mendapatkan energi guna proses
kehidupan yang sehari-hari disebut peristiwa pernapasan atau pembakaran atau
respirasi dengan reaksi umum sebagai berikut : C6H1206 + 6 02
> 6 C02 + 6 H20 + energi kerja.
Energi yang tersedia digunakan melalui berbagai tingkat konsumen yaitu
konsumen tingkat I, konsumen tingkat II, konsumen tingkat III dan seterusnya. Di
samping itu masih ada konsumen lain yang tidak kalah penting yaitu parasit,
pembersih dan pengurai. Mereka berguna sebagai penunjang guna terbentuknya
sambungan yang sempurna dalam rantai makanan. Konsumen tingkat I ialah
semua organisme yang makanannya langsung tergantung dari produsen, meliputi
semua hewan pemakan tumbuhan (herbivora) seperti kerbau, kambing, tikus,
…kelinci dan sebagainya. Konsumen tingkat II adalah termasuk semua jenis
hewan yang makanannya tergantung pada konsumen tingkat I. Kelompok ini
terdiri dari binatang buas pemakan daging (karnivora) seperti kucing yang
memakan tikus, harimau yang memakan kambing, ular yang memakan tikus dan
sebagainya. Konsumen tingkat III ialah kelompok yang memperoleh makanannya
dari konsumen tingkat II, misalnya buying elang yang memangsa ular dan
sebagainya.
Konsumen tingkat I umumnya memakan lebih kurang sepertiga dari jumlah
energi yang tersedia oleh produsen, konsumen tingkat II memakan sepertiga dari
yang tersedia oleh konsumen tingkat I dan seterusnya. Dengan demikian tidak ada
kejadian yang merugikan berakibat fatal oleh konsumen tingkat tinggi terhadap
konsumen yang lebih rendah tingkatannya ataupun terhadap produsen se-hingga
sistem dapat berlangsung terus.
Selain seperti telah diuraikan di atas ada pula jenis binatang yang memakan
baik tumbuhan maupun hewan yang dinamakan omnivora. Beberapa jenis
organisme lain ada yang bersifat sebagai pembersih ialah organisme yang dapat
memanfaatkan sisa makhluk lain seperti kotoran dan bangkai binatang misalnya
kumbang tandung, kumbang kandang, serigala dan sebagainya. Kelopok
konsumen lain ialah pengurai, terdiri dari berbagai macam jamur dan mikroba
lainnya. Kelompok ini umumnya tidak memiliki alat pencernaan, hidup dari sisa-
sisa tumbuhan, hewan mati dan kotoran lainnya. Mereka dapat mengisap zat
organik (karbohidrat) dari sampah untuk kelangsungan hidupnya. Dalam peristiwa
penguraian ini terjadi proses pembusukan atau fermentasi substratnya. Beberapa
contoh di antaranya ialah Dynamoprexis pallas sejenis anggrek kecil di bawah
pohon bambu yang berperan untuk membusukkan daundaun bambu yang gugur,
Rosellina arquata sejenis cendawan untuk membusukkan pohon kayu yang telah
mati di hutan, Volvariella volvacea bacterium yang dapat menguraikan senyawa
organik di rawa sehingga terbentuk gas metan.
Incoming search terms:
a. Mengapa organisme berklorofil dikatakan sebagai produsen
b. Tumbuhan hijau dalam ekosistem memegang peranan sebagai
c. Peran tumbuhan hijau dalam rantai makanan
d. Mengapa semua tumbuhan hijau berklorofil disebut sebagai produsen
e. Tumbuhan hijau berkedudukan sebagai produsen dalam ekosistem karena
f. Mengapa tumbuhan disebut sebagai produsen
g. Contoh tumbuhan produsen
h. Mengapa tumbuhan hijau yang berklorofil disebut produsen
i. Peran tumbuhan hijau dlm rantai makanan
j. Peranan tumbuhan hijau dan dekomposer dalam suatu ekosistem
2. Tanaman Kantong semar.
Hampir semua tanaman adalah produsen. Tanaman Kantong semar ini adalah
pengecualian. Mengkonsumsi serangga. Memerangkap mereka dalam zat lengket
dalam “kendi.” Kemudian mengeluarkan enzim yang memecah serangga dan
melepaskan nutrisi. Apakah kantong semar termasuk tanaman jenis konsumen?
Herbivora mengkonsumsi produsen seperti tanaman atau ganggang. Mereka
adalah link yang diperlukan antara produsen dan konsumen lainnya. Contohnya
termasuk rusa, kelinci, dan tikus.
Karnivora mengkonsumsi hewan. Contohnya termasuk singa, beruang kutub,
elang, katak, salmon, dan laba-laba. Karnivora yang tidak mampu mencerna
tanaman dan harus makan hanya hewan disebut karnivora obligat. Karnivora
lainnya dapat mencerna tanaman tetapi tidak sering memakannya.
Omnivora mengkonsumsi tumbuhan dan hewan. Mereka termasuk manusia, babi,
beruang coklat, camar, gagak, dan beberapa jenis ikan.
Pengurai (Dekomposer) Ketika organisme mati, mereka meninggalkan energi
dan materi dalam jasad mereka. Pengurai memecah sisa-sisa dan limbah lainnya
dan melepaskan molekul anorganik sederhana kembali ke lingkungan. Produsen
kemudian dapat menggunakan molekul untuk membuat senyawa organik yang
baru. Stabilitas dekomposer sangat penting untuk setiap ekosistem. Pengurai
diklasifikasikan berdasarkan jenis bahan organik yang mereka pecah:
Pemulung mengkonsumsi jaringan lunak hewan mati. Contoh pemulung termasuk
burung pemakan bangkai, rakun, dan lalat.
Detritivor mengkonsumsi detritus – daun yang mati, kotoran hewan, dan
sampah organik lainnya yang berkumpul di tanah atau di bawah badan air. Di
darat, detritivor termasuk cacing tanah, kaki seribu, dan kumbang kotoran (lihat
Gambar di bawah). Dalam air, detritivor termasuk “pemakan bawah” seperti
teripang dan ikan lele. Saprotrof adalah langkah terakhir dalam dekomposisi.
Mereka memakan bahan organik yang tersisa setelah pengurai lain melakukan
pekerjaan mereka. Saprotrof termasuk jamur dan protozoa bersel tunggal. Jamur
adalah satu-satunya organisme yang dapat menguraikan kayu.
3. Tumbuhan padi
Berdasarkan rantai makanan tersebut padi berperan sebagai produsen, tikus
berperan sebagai konsumen I, ular berperan sebagai konsumen II, dan elang
berperan sebagai konsumen III. Dari rantai makanan tersebut dapat kita
gambarkan peristiwa yang akan terjadi jika salah satu komponen dalam rantai
makanan tersebut tidak ada atau hilang. Misalkan pada rantai makanan di atas
konsumen I (tikus) tidak ada atau hilang, maka konsumen II (ular) akan terganggu
keseimbangannya karena tidak mendapatkan makanan. Sebaliknya produsen
(padi) akan melimpah karena tidak ada yang memakannya. Siklus dalam rantai
makanan dapat berjalan seimbang apabila semua komponen tersedia. Apabila
salah satu komponen, misalnya konsumen I tidak ada, maka akan terjadi
ketimpangan dalam urutan makan dan dimakan dalam rantai makanan tersebut.
Agar rantai makanan dapat berjalan terus menerut maka jumlah produsen harus
lebih banyak daripada konsumen I. Jumlah konsumen I harus lebih banyak
daripada jumlah konsumen II dan seterusnya. Kumpulan dari beberapa rantai
makanan akan membentuk jaring-jaring makanan.
Dalam suatu ekosistem umumnya tidak hanya terdiri dari satu rantai makanan,
akan tetapi banyak rantai makanan. Tumbuhan hijau tidak hanya dimakan oleh
satu organisme saja, tetapi dapat dimakan oleh berbagai konsumen primer.
Misalnya: bunga sepatu daunnya dimakan ulat, ulat juga makan daun sawi. Daun
sawi juga dimakan belalang, belalang dimakan katak dan burung pipit, burung
pipit juga makan ulat, burung pipit dimakan burung elang. Daun sawi juga
dimakan oleh tikus, tikus dimakan oleh burung elang. Akibatnya dalam suatu
ekosistem tidak hanya terdapat satu rantai makanan saja tetapi banyak bentuk
rantai makanan. Rantai-rantai makanan yang saling berhubungan antara satu
dengan yang lain disebut jaring-jaring makanan.
4. Tumbuuhan manggrove
Materi anorganik yang masuk ke lingkungan mangrove akan dimanfaatkan
oleh produsen dalam hal ini adalah tumbuhan mangrove untuk kebutuhan
fotosintesis. Nutrien tersebut berupa Karbon organik, Nitrogen, dan Posfat dan
bentuk nutrien yang lainnya. Mangrove akan menghasilkan serasah berupa bunga,
ranting dan daun mangrove yang jatuh ke perairan sebagian akan tenggelam atau
terapung di perairan tersebut dan sebagian lagi akan terbawa oleh arus laut ke
daerah lain. Serasah yang dihasilkan oleh pohon-pohon mangrove merupakan
landasan penting bagi produksi ikan di muara sungai dan daerah pantai.
Mata rantai makanan yang terdapat pada ekosistem mangrove ini tidak
terputus. Pada dasarnya rantai makanan pada ekosistem mangrove ini terbagi atas
dua jenis yaitu rantai makanan secara langsung dan rantai makanan secara tidak
langsung ( rantai detritus ). Zat organik yang berasal dari penguraian serasah
hutan mangrove ikut menentukan kehidupan ikan dan invertebrata di sekitarnya
dalam rantai makanan.
a. Ranatai makan langsung.
Pada rantai makanan langsung yang bertindak sebagai produsen adalah
tumbuhan mangrove. Tumbuhan mangrove ini akan menghasilkan serasah
yang berbentuk daun, ranting, dan bunga yang jatuh ke perairan. Selanjutnya
sebagai konsumen tingkat satu adalah ikan-ikan kecil dan udang yang langsung
memakan serasah mangrove yang jatuh tersebut. Untuk konsumen tingkat dua
adalah organisme karnivora yang memakan ikan-ikan kecil dan udang
tersebut. Selanjutnya untuk konsumen tingkat tiga terdiri atas ikan-ikan besar
maupun burung – burung pemakan ikan. Pada akhirnya konsumen tingkat tiga
ini akan mati dan diuraikan oleh detritus sehingga akan menghasilkan senyawa
organic yang bisa dimanfaatkan oleh tumbuhan mangrove tersebut.
b. Pada rantai makanan tidak langsung atau rantai detritus
ini melibatkan lebih banyak organisme. Bertindak sebagai produsen adalah
mangrove yang akan menghasilkan serasah yang berbentuk daun, ranting, dan
bunga yang jatuh ke perairan. Selanjutnya serasah ini akan terurai oleh detrivor
/ pengurai. Detritus yang mengandung senyawa organic kemudian akan
dimakan oleh Crustacea, bacteria, alga, dan mollusca yang bertindak sebagai
konsumen tingkat satu. Khusus untuk bacteri dan alga akan dimakan protozoa
sebagai konsumen tingkat dua. Protozoa ini kemudian akan dimakan oleh
amphipoda sebagai konsumen tingkat tiga. Lalu, baik crustacea ataupun
amphipoda ini dimakan oleh ikan kecil (Konsumen Tingkat 4) dan kemudian
akan dimakan oleh ikan besar (konsumen 5). Selanjutnya untuk konsumen
tingkat enam terdiri atas ikan-ikan besar maupun burung – burung pemakan
ikan dan pada akhirnya konsumen tingkat enam ini akan mati dan diuraikan
oleh detritus sehingga akan menghasilkan senyawa yang bisa dimanfaatkan
oleh tumbuhan mangrove tersebut.
5. Plankton
Istilah plankton berasal dari kata Yunani yang berarti pengembara Plankton
adalah organisme (tumbuhan atau hewan) yang hidupnya bebas melayang-
layang, hanyut terapung didalam air yang kemampuan geraknya terbatas
sehingga mudah terbawa arus air (Yudhi, 2008:12). Plankton memiliki ukuran
yang sangat kecil kurang lebih 0,45mm yang tak nampak oleh matatelanjang
Plankton dibagi dalam dua golongan besar yaitu fitoplankton/plankton
tumbuhan atau nabati dan zooplankton/plankton hewani. plankton adalah
organisme baik hewan maupun tumbuhan yang hidup melayang diperairan,
kemampuan geraknya sangat terbatas sehingga organisme tersebut selalu
terbawa arus. Plankton adalah organisme yang mengapung diperairan dan
pergerakanya kurang lebih tergantung pada arus, secara keseluruhan plankton
tidak dapat bergerak melawan arus. Sedangkan menurut.
Plankton adalah jasad-jasad renik yang hidup melayang dalam air, tidak
bergerak atau bergerak sedikit dan pergerakannya dipengaruhi oleh arus.
Mengatakan bahwa plankton dapat dibedakan menjadi dua golongan besar
yaitu Fitoplankton (plankton nabati) dan Zooplankton (plankton hewani).
Dalam perairan Fitoplankton merupakan produsen primer (produsen utama dan
pertama) sehingga keberadaan fitoplankton dalam perairan mutlak adanya. Pen.
Bahwa fitoplankton merupakan organisme berklorofil yang pertama ada di
dunia dan merupakan sumber makanan bagi zooplankton sebagai konsumen
primer, maupun organisme aquatik lainnya sehingga populasi zooplankton
maupun populasi konsumer dengan tingkat tropik yang lebih tinggi secara
umum mengikuti dinamika populasi plankton. Fitoplankton adalah organisme
yang hidup melayang-layang di dalam air, relatif tidak memiliki daya gerak,
sehingga eksistensinya sangat dipengaruhi oleh gerakan air seperti arus, dan
lain-lain. Fitoplankton yang hidup di air tawar terdiri dari tujuh kelompok besar
filum antara lain Cyanophyta (alga biru), Cryptophyta, Chlorophyta (alga
hijau), Chrysophyta, Pyrhophyta (dinoflagellates), Raphydophyta, dan
Euglenophyta. Setiap spesies fitoplankton yang berbeda dalam kelompok filum
tersebut mempunyai respon
yang berbeda-beda pula terhadap kondisi habitat perairannya, sehingga
mempunyai komposisi spesies fitoplankton bervariasi pula dari satu tempat ke
tempat lainnya. Plankton air tawar dibedakan menjadi 2 jenis yaitu menjadi
limnoplankton dan rheoplankton. Limnoplankton adalah plankton yang hidup di
perairan tergenang, sedangkan rheoplankton adalah plankton yang 13 hidup di
perairan mengalir. Keberadaan plankton di perairan mengalir dipengaruhi oleh
lingkungan sungai yang seringkali komposisinya berubah yang berkaitan dengan
pergerakan air, kekeruhan, suhu, dan nutrient. Fitoplankton termasuk dalam
komponen autotrof plankton. Autotrof adalah organisme yang mampu
menyediakan atau mensintesis makanan sendiri yang berupa bahan organik dari
bahan anorganik dengan bantuan energi seperti matahari dan bahan-bahan kimia.
Fitoplankton sebagai organisme autotrof memperoleh energi melalui proses
yang dinamakan fotosintesis sehingga mereka harus berada pada bagian
permukaan permukaan yang biasa disebut sebagai zona euphotik. Dalam
ekosistem air, hasil dari fotosintesis yang dilakukan oleh fitoplankton bersama
dengan tumbuhan air lainnya disebut sebagai produktifitas primer. Melalui proses
fotosintesis, fitoplankton menghasilkan banyak oksigen yang memenuhi atmosfer
bumi. Kemampuan mereka untuk mensintesis sendiri bahan organiknya
menjadikan mereka sebagai dasar dari sebagian besar rantai makanan di ekosistem
lautan dan di ekosistem air tawar. Fitoplankton selain dari hasil fotosintesis juga
membutuhkan nutrisi untuk pertumbuhannya. Setiap spesies fitoplankton
mempunyai respon yang berbeda-beda terhadap perbandingan nutrien yang
terlarut dalam badan air. Nutrisi - nutrisi ini terutama berupa makronutrisi seperti
nitrat, fosfat atau asam silikat, yang ketersediaannya diatur oleh keseimbangan
antara mekanisme yang disebut pompa biologis dan upwelling pada air bernutrisi
14 tinggi dan dalam. Selain makronutrisi fitoplankton juga dipengaruhi oleh
adanya ketersediaan mikronutrisi besi yang terkadung pada badan air.
Oleh karena itu, untuk mempertahankan kehidupannya fitoplankton melakukan
proses fotosintesis dan respirasi yang dipengaruhi oleh kondisi lingkungan
sekitarnya, sehingga mempengaruhi kelimpahan fitoplankton dalam badan air.
Beberapa faktor yang mempengaruhi distribusi kelimpahan fitoplankton dalam
suatu perairan adalah arus, kandungan unsur hara, predator, suhu, kecerahan,
kekeruhan, pH, gas-gas terlarut, maupun kompetitor. Kelimpahan fitoplankton di
suatu perairan berkaitan dengan pemanfaatan unsur hara dan radiasi sinar
matahari. Selain itu, kelimpahan fitoplankton juga dipengaruhi.
6. Zooplankton
Zooplankton adalah heterotrof dan mereka mengkonsumsi organisme lain.
Beberapa pakan hampir secara eksklusif pada fitoplankton dan zooplankton
herbivora. Lainnya pakan pada anggota lain zooplankton dan karnivora.
Zooplankton uniselular atau protozoa tumbuh dengan cepat, kadang-kadang
secepat fitoplankton karena mereka juga berkembang biak dengan pembelahan
sel.
Kelompok zooplankton yang banyak terdapat di ekosistem air adalah dari jenis
Crustaceae (Copepoda dan Cladocera) serta Rotifera. Rotifera umumnya
mempunyai ukuran tubuh yang terkecil, ditandai dengan terdapatnya organ
cyliatoris yang disebut corona pada bagian anterior tubuh. Cladocera mempunyai
ukuran yang lebih besar dibandingkan dengan Rotifera dan dapat mencapai
ukuran maksimal 1-2 mm, sehingga dapat dilihat dengan mata telanjang pada
sampel air. Copepoda juga merupakan kelompo zooplankton yang mempunyai
ukuran tubuh yang mirip dengan Cladocera.
Pada plankton hewani (zooplankton), kelimpahan marga Copepoda (misalnya:
Calanus sp., Eucalanus sp.), dan jenis-jenis lain dari marga Rotatoria serta
Chaetognata dijadikan patokan untuk menilai produktivitas perairan mengingat
kelompok zooplankton tersebut mampu berperan dalam penyediaan energi bagi
perikanan. Peranan lain dari zooplankton adalah dapat mempengaruhi daya tahan
tubuh beberapa hewan laut besar seperti zooplankton jenis Euphasia superba
(marga Euphasida) yang dilaporkan mengandung substansi mirip antibiotik
bakteri Gram Positif (+) yang merupakan menu utama bagi burung-burung
pinguin yang hidup di kutub selatan (Antartika) sehingga pinguin terhindar dari
kemungkinan infeksi bakteri Gram (+) (Wibisono, 2005).
Zooplankton tidak dapat memproduksi zat-zat organik dari zat-zat anorganik,
oleh karena itu mereka harus mendapat tambahan-tambahan organik dari
makanannya. Hal ini dapat mereka peroleh baik secara langsung ataupun tidak
langsung dari tumbuh-tumbuhan. Zooplankton yang bersifat herbivora akan
memakan fitoplankton secara langsung, sedangkan golongan yang karnivora
memanfaatkan yang tidak langsung dengan memakan golongan herbivora atau
karnivora yang lain.
Sebagian besar zooplanktn adalah organisme multiseluler kecil. Mereka
memakan fitoplankton dan partikel organik lain tersuspensi dan mereka umumnya
memiliki adaptasi yang menyebabkan pergerakan air dan makanan mereka dari
penyaringan air.
Pengaruh kecepatan arus terhadap zooplankton jauh lebih kuat dibandingkan
pada fitoplankton. Oleh karena itu umumnya zooplankton banyak ditemukan pada
perairan yang mempunyai kecepatan arus yang rendah serta kekeruhan air yang
sedikit. Di samping itu temperatur yang relatif hangat mendukung keberadaan
fitoplankton.
Di laut terbuka banyak zooplankton yang dapat melakukan gerakan turun naik
secara berkala atau dikenal dengan migrasi vertikal. Pada malam hari zooplankton
naik ke atas menuju permukaan sedangkan pada siang hari turun ke lapisan
bawah. Penelitian yang pernah dilakukan di laut Banda membuktikan pula adanya
kenyataan itu. Pada siang hari zooplankton menghindari sinar surya yang
terlampau kuat di permukaan dan karenanya mereka menyusup ke perairan yang
lebih dalam, baru pada malam hari mereka kembali ke atas.
Sebagian besar zooplankton menggantungkan sumber nutrisinya pada materi
organik, baik berupa fitoplankton maupun detritus. Berhubung karena bentuk dan
ukuran tubuh yang bervariasi, maka terdapat berbagai tipe makan zooplankton
dalam memanfaatkan materi organik tersebu
BAB III
PERBANDINGAN ALIRAN ENERGI PADA 5 JENIS EKOSISTEM
TUMBUHAN

1. Aliran Energi Dalam Ekosistem Mangrove


Energi yang mempunyai berbagai macam bentuk, dibutuhkan oleh setiap
makhluk hidup agar bisa beraktivitas. Energi tersebut tidaklah diciptakan oleh
makhluk hidup. Makhluk hidup memperoleh energi dengan cara mengubah
bentuk energi yang sudah ada di alam. Dalam sebuah ekosistem, setiap makhluk
hidup atau organisme pasti saling berinteraksi dengan yang sesama organisme
maupun dengan lingkungannya.
Interaksi tersebut menyebabkan terjadinya perpindahan energi dari satu
organisme kepada organisme lain. Proses perpindahan energi tersebut dikenal
dengan istilah aliran energi dalam ekosistem. Terjadinya aliran energi berbeda-
beda menurut ekosistemnya (baca : Keanekaragaman ekosistem). Berikut adalah
penjelasan mengenai aliran energi dalam ekosistem mangrove.
a. Tingkat Trofik Ekosistem Mangrove

Tingkatan dari suatu kelompok organisme yang mempunyai sumber


makanan tertentu disebut dengan istilah tingkat trofik. Jumlah tingkat trofik
dari suatu ekosistem berbeda dengan ekosistem lainnya, tergantung dari
banyaknya organisme yang mendiami ekosistem tersebut. Akan tetapi, secara
umum tingkat trofik dikategorikan menjadi 3 yaitu produsen, konsumen dan
dekomposer.

1. Produsen

Organisme yang berperan sebagai produsen yaitu semua organisme yang


memiliki klorofil dan dapat melakukan fotosintesis sehingga dapat
menghasilkan makanannya sendiri. Karena menghasilkan makanan sendiri,
maka disebut dengan organisme autotrof. Contoh organisme autotrof dalam
ekosistem hutan mangrove ialah pohon bakau.

2. Konsumen

Konsumen yaitu setiap organisme yang tidak dapat menghasilkan


makanannya sendiri. Konsumen dikelompokkan menjadi bebe rapa tingkat,
yakni konsumen tingkat I, konsumen tingkat II dan konsumen tingkat III.
Dalam ekosistem hutan mangrove, yang bertindak sebagai konsumen tingkat I
adalah semua organisme herbivora yang memakan pohon bakau, misalnya
udang dan ikan- ikan kecil. Konsumen tingkat II dan III adalah setiap
organisme pemakan daging (omnivora), contohnya ikan- ikan pesar dan burung
pemakan ikan.

3. Dekomposer

Dekomposer disebut juga dengan istilah detrivor. Detrivor berfungsi sebagai


pengurai. Organisme tersebut mendapatkan energi dari materi organik
organisme lain yang telah mati yang disebut detritus. Contoh dekomposer
dalam ekosistem mangrove yang berdekatan dengan ekosistem air bakteri dan
kepiting.

b. Proses Aliran Energi

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa aliran energi berbeda


menurut ekosistemnya. Hal ini dikarenakan setiap ekosistem mempunyai
berbagai jenis organisme yang berbeda dari organisme dalam ekosistem
lainnya. Misalnya organisme dalam ekosistem padang rumput berbeda dengan
organisme yang mendiami ekosistem gurun. Dalam ekosistem mangrove,
tahapan proses aliran energinya meliputi :

Pertama, energi yang berasal dari cahaya matahari masuk ke dalam


lingkungan hutan mangrove. Selain cahaya matahari, materi organik lain yang
masuk ke dalam ekosistem adalah nitrogen, fosfat dan karbon organik.
Berikutnya, setengah dari energi cahaya matahari tersebut digunakan oleh
pohon bakau untuk proses fotosintesis. Setelah pohon bakau berfotosintesis
maka akan menghasilkan energi kimia yang didapatkan dari perubahan energi
cahaya. Energi kimia tersebut kemudian disimpan di dalam pohon bakau yang
berperan sebagai produsen. Selanjutnya, serasah pohon bakau seperti bunga,
ranting dan daun bakau akan jatuh ke air . Partikel- partikel kecil dari serasah
tersebut dimakan oleh udang atau organisme herbivora lain sehingga energi
berpindah dari produsen ke konsumen I atau konsumen primer. Energi yang
disimpan konsumen tingkat I hanya berkisar 10 persen dari energi produsen.
Kemudian udang dimakan ikan atau organisme karnivora lainnya. Dengan
demikian, energi konsumen I berpindah ke tubuh konsumen tingkat II. Energi
yang disimpan konsumen II juga berjumlah 10 persen dari energi konsumen
tingkat

Jika pohon bakau tidak dimakan oleh konsumen tingkat I, maka energi akan
diteruskan ke detrivor atau dikeluarkan dari ekosistem mangrove sebagai
materi organik. Karena ekosistem bersifat terbuka, maka materi organik bisa
saja keluar ke ekosistem lain, misalnya ekosistem air laut.

Seperti pada tumbuhan yang berklorofil lainnya, mangrove juga dapat


mengadakan fotosintesis dengan bantuan cahaya matahari. Dalam fotosintesis
tersebut zat anorganik diubah menjadi zat organik. Zat organik ini sangat
berguna bagi perkembangan dan pertumbuhan biomassa tumbuhan. Sebagian
biomassa berupa daun, ranting, bunga, buah, kulit kayu dan lain-lainnya akan
gugur dan jatuh ke dalam perairan. Zat organik ini akan diurai oleh
mikroorganisme menjadi zat organik yang sangat berguna bagi organisme
perairan. Oleh karena itu mangrove merupakan salah satu penyumbang zat
organik yang besar bagi perairan di sekitarnya. Mangrove dapat memberikan
sumbangan zat organik yang banyak kepada konsumen karena produktifitas
yang tinggi. Nilai produktifitas mangrove ini diperkirakan sebesar 20 kali dari
produktifitas laut bebas dan 5 kali dari produktifitas perairan pantai. Secara
umum besarnya produktifitas itu berkisar antara 2500 - 3600 gram bahan
organik kering per m2 per tahun.
( Sumber : Soeroyo, 1987 )

Mangrove mengangkut nutrien dan detritus ke perairan pantai sehingga


produksi primer perairan di sekitar mangrove cukup tinggi dan penting bagi
kesuburan perairan. Dedaunan, ranting, bunga, dan buah dari tanaman mangrove
yang mati dimanfaatkan oleh makrofauna, kemudian didekomposisi oleh berbagai
jenis mikroba yang melekat di dasar mangrove dan secara bersama-sama
membentuk rantai makanan. Mata rantai makanan yang terdapat pada ekosistem
mangrove ini tidak terputus. Bunga, ranting dan daun mangrove yang jatuh ke
perairan sebagian akan tenggelam dan terapung di perairan tersebut dan sebagian
lagi akan terbawa oleh arus ke daerah lain. Serasah yang dihasilkan oleh pohon-
pohon mangrove merupakan landasan penting bagi produksi ikan di muara sungai
dan daerah pantai karena zat organik yang berasal dari penguraian serasah hutan
mangrove ikut menentukan kehidupan ikan dan invertebrata di sekitar daerah
tersebut.
Dalam lingkungan mangrove yang menjadi produser tidak hanya
mangrove itu sendiri, tetapi juga meliputi epifit yang terdapat di akar-akar dan
batang mangrove, permukaan tanah serta fitoplankton yang terdapat dalam
perairan. Semua produsen ini menyumbangkan materi organik atau reruntuhan
tumbuhan. Materi organik ini merupakan bahan makanan dasar yang tersedia bagi
konsumen yang hidup di dalam lingkungan mangrove. Bagian terbesar dari
reruntuhan merupakan bahan yang pokok bagi berkumpulnya bakteri dan jamur.
Kemudian bahan-bahan tersebut mengalami penguraian yang merupakan rantai
makanan dari hewan-hewan laut.
Bagian-bagian partikel daun yang kaya akan protein ini akan dirombak
oleh koloni-koloni bakteri dan seterusnya akan dimakan oleh ikan-ikan kecil.
Perombakan partikel daun ini akan berlanjut terus sampai menjadi partikel-
partikel yang berukuran sangat kecil (detritus) dan selanjutnya akan dimakan oleh
hewan-hewan pemakan detritus, seperti moluska dan krustecea kecil. Selama
perombakan ini substansi organik terlarut yang berasal dari reruntuhan mangrove
sebagian akan dilepas sebagai materi yang berguna bagi fitoplankton dan sebagian
lagi akan diabsorbsi oleh partikel sedimen yang menyokong rantai makanan

( Sumber : Soeroyo, 1987 )


c. Proses Aliran Energi dalam Jaring-Jaring makanan
Dalam suatu interaksi terjadi proses pengaliran energi. Aliran energi
terjadi karena adanya makan-memakan membentuk suatu rantai makanan.
Rantai makanan saling terkait membentuk jaring-jaring makanan. Komponen
biotik dan abiotik saling berinteraksi dalam ekosistem dan berperan dalam
proses aliran energi. Aliran energi adalah proses perpindahan energi dari satu
organisme ke organisme yang lain. dalam ekosistem aliran energi dapat berupa
rantai makanan maupun jaring-jaring makanan.
Energi dapat berada dalam berbagai bentuk. Misalnya energi kimia, energi
potensial, energi kinetik, energi panas, energi listrik, dan lain-lain. Namun,
semua bentuk energi tersebut berasal dari satu sumber yaitu matahari.
Perubahan bentuk energi ke bentuk energi lain ini dinamakan transformasi
energi. Sedangkan perpindahan energi dari satu tempat ke tempat lain disebut
transfer energi atau aliran energi.
Dalam suatu ekosistem, energi matahari diubah oleh produsen menjadi
makanan bagi konsumen primer. Oleh konsumen primer, makanan yang
diperoleh diubah kembali menjadi energi. Konsumen sekunder juga melakukan
hal yang sama setelah memakan konsumen primer. Namun, tidak semua
makanan yang dikonsumsi diubah menjadi energi. Perhatikan gambar dibawah
ini yang menggambarkan pembagian energi.
Selama proses transfer energi, selalu terjadi pengurangan jumlah energi
setiap melewati suatu tingkat trofik. Selama terjadi aliran energi dalam suatu
rantai makanan, terjadi pula aliran materi. Materi berupa unsur- unsur dalam
bentuk senyawa kimia yang merupakan materi dasar makhluk hidup dan tak
hidup.
Gambar . Aliran energi dari satu organisme ke organisme lain (kkal/m2/tahun).
Wibesite: htp://goegle.com
Pergerakan energi dan materi melalui ekosistem saling berhubungan karena
keduanya berlangsung melalui transfer zat-zat di dalam rantai makanan. Dari
200 J energi yang dikonsumsi oleh ulat, misalnya, hanya sekitar 33 J yang
digunakan untuk pertumbuhannya, sedangkan sisanya dibuang sebagai feses atau
digunakan untuk respirasi seluler. Tentunya, energi yang yang terkandung dalam
feses tersebut tidak hilang dari ekosistem karena masih dapat dikonsumsi oleh
detritivora. Akan tetapi, energi yang digunakan untuk respirasi hilang dari
ekosistem. Dengan demikian, jika radiasi cahaya matahari merupakan sumber
utama energi untuk sebagian ekosistem, maka kehilangan panas pada respirasi
adalah tempat pembuangan energi. Hal inilah yang menyebabkan energi
dikatakan mengalir melalui ekosistem dan bukan didaur di dalam ekosistem
2. Pada ekosistem sawah
Pada ekosistem sawah ini terdapat keanekaragaman jenis mahkluk hidupnya
yaitu, terdapat tumbuh-tumbuhan(rerumputan dan padi), pengurai(cacing, bakteri,
dan jamur), konsumen(belalang, tikus, katak, burung, dan ular). Suatu organisme
hidup akan selalu membutuhkan organisme lain dan lingkungan hidupnya.
Hubungan yang terjadi antara individu dengan lingkungannya sangat kompleks,
bervariatif, dan bersifat saling mempengaruhi atau timbal balik. Hubungan timbal
balik antara unsur-unsur hayati dengan nonhayati membentuk sistem ekologi yang
disebut ekosistem(dalam hal ini ekosistem sawah). Di dalam ekosistem sawah
sendiri terjadi rantai makanan dan aliran energi yang keduanya merupakan hasil
dari adanya keterkaitan fungsi ekosistem sawah.
Rantai makanan sendiri merupakan pengalihan energi dari sumbernya dalam
tumbuhan yaitu dengan melalui sederetan organisme yang makan dan yang
dimakan.
Apabila salah satu anasir tersebut rusak, maka akan mengganggu yang lainnya.
Ini sendiri merupakan bukti bahwa adanya keterkaitan antara anasir satu dengan
yang lainnya. Kemudian mengenai aliran energi yang terjadi didalam suatu
ekosistem yang ada, sumber asal dari sebuah energi adalah matahari. Tumbuhan
yang menghasilkan gula lewat proses fotosintesis hanya memakai energi matahari
dan CO2 dari udara. Matahari dan CO2 menjadi energi yang paling penting
dalam setiap proses yang ada. Fotosintesis yang di lakukan padi maupun
rerumputan merupakan awal dari adanya kehidupan itu. Suatu sistem yang baik
tentunya membutuhkan energi yang cukup untuk melakukan sebuah proses.
Dari hal tersebut, terlihat jelas bahwa hubungan antara anasir satu dengan
lainnya menunjukan suatu siklus atau proses yang kompleks sebelum terjadinya
atau terbentuk ekosistem sawah. Selain itu, ekosistem sawah juga menjadi salah
satu penopang bagi kehidupan manusia, bukan justru menghalangi kehidupan
manusia.

Gambar: aliran energi pada ekosistem sawah


Sumber: http:// geogle.com.
3. EKOSISTEM HUTAN

Satuan pokok ekologi adalah ekosistem atau sistem ekologi yakni satuan
kehidupan yang terdiri atas suatu komunitas makhluk hidup (dari berbagai jenis)
dengan berbagai benda mati berimteraksi membentuk suatu sistem. Ekosisitem
dicirikan dengan pertukaran materi dan transpormasi energi yang sepenuhnya
berlangsung di antara berbagai komponen dalam sisitem itu sendiri atau dengan
sistem lain diluarnya.
Ekosistem adalah ungkapan pendek untuk sistem ekologi. Bagi beberapa
orang, “sistem ekologi merupakan sinonim untuk sistem lingkungan. Aliran
energi menghasilkan jaringan-jaringan transfortasi energi yang khas, interaksi
umpan balik, dan daur ulang. Jaring-jaring tersebut membentuk hirarki dari
transformasi energi yang khas, interaksi umpan balik dan daur ulang. Suatu sitem
lingkungan adalag suatu jaringan bagian-bagian komponen dan proses-proses
komponen pada skala lingkungan contohnya hutan, sawah , danau , laut, daerah
pertanian. Semua areal tersebut biasanya tersusun atas organisme hidup, siklus
kimia, aliran air, komponen bumi dan seterusnya.
Suatu ekosistem tersusun dari organisme hidup di dalam suatu area ditambah
dengan keadaan fisik yang mana saling berinteraksi. Karena tidak ada perbedaan
yang tegas antara ekosistem, maka objek pengkajian harus dibatasi atas daerah
dan unsur penyusun. Kegunaan dari pemikiran dalam ekosistem adalah saling
keterkaitan antara satu hal dengan hal yang lain, saling ketergantungan, dan
hubungan sebab akibat yang kesemuanya itu membentuk suatu rantai kehidupan
yang berkesinambungan.
Suatu ekosistem tidak pernah terisolir dari suatu sistem lainnya. Ekosistem
bersifat kompleks dan dinamis. Ekosistem terintegrasi oleh arus energi dan benda-
benda diantara organisme dan lingkungannya. Ekosistem dengan piramida biomas
terbalik harus didukung oleh turnover time secara cepat pada tingkat trofik yang
rendah. Sebuah ekosistem memperoleh energi dari suatu sumber, energi tersebut
dapat disimpan atau dirubah ke dalam bentuk kerja.
Ekosistem hutan adalah sistem ekologi yang saling terkait antara lingkungan
dengan makhluk hidup yang menempati hutan. Menjadi tatanan kesatuan utuh
yang tidak terpisahkan atas berbagai unsur kehidupan organisme dan
anorganiasme. Organisme berkembang dalam komunitas dan terjalin dalam
sebuah sistem dengan lingkungan fisik untuk keperluan kehidupan. Spesies
binatang dan tumbuhan dalam suatu ekosistem sangat ditentukan oleh pengaruh
potensi sumber daya alam dan faktor kimiawi-fisis yang sesuai dengan kebutuhan
hidup spesies tersebut. Kawasan hutan ditumbuhi oleh lebatnya pohon dan
tumbuhan. Menjadi bentuk kehidupan yang tersebar di dunia, baik di daerah
tropis, iklim dingin, pegunungan, di dataran rendah, di pulau terkecil atau di suatu
benua. Ekosistem hutan memiliki fungsi untuk menampung karbondioksida,
menjadi tempat hidup hewan dan tumbuhan, pelestari utama tanah, modulator
hidrologi dan fungsi biosfer penting untuk menjaga keberlansungan kehidupan di
muka bumi ini.
Konsep ekosistem merupakan konsep yang luas, fungsi utamanya di dalam
pemikiran atau pandangan ekologi merupakan penekanan hubungan wajib
ketergantungan, dan sebab musabab, yakni perangkaian komponen-komponen
untuk membentuk satuan-satuan fungsional. Akibat hal tersebut adalah bagian-
bagian itu cara bekerjanya tidak dapat dipisahkan dari keseluruhan, sehingga
ekosistem merupakan tingkat organisasi biologi yang paling baik untuk teknik
analisa system.
Di dalam ekosistem hutan juga terjadi daur materi dan daur energi. Energi
utama dari ekosistem hutan berasal dari sinar matahari yabg ditangkap oleh
produsen yang diteruskan kekonsumen – konsumen berikutnya sampai
keperombak. Kehidupan disini mempunyai kesinambungan masukan energi dan
materi karena keluar energi (Panas) dan materi berhubungan juga selalu mengalir
dari dalam tubuh. Keseimbangan masukan serta keluaran tergantung pada daur
materi dan aliran energi. Daur energi tida sesederhana ini, karena dalam ekosistem
hutan tidak hanya rantai makanan saja yang akhirnya membuat semakin komplek
daur-daur yang ada dalam ekosistem tersebut.
Dari sekema yang ada dapat diketahui bahwa arus energy berbeda dengan daur
materi. Arus energi adalah perpindahan atau transfer tenaga yang dimulai dari
sinar matahari melalui organisme-organisme dalam ekosistem melalui peristiwa
makan dan dimakan. Sedangkan daur materi adalah perputaran substansi atau
materi melalui peristiwa makan dan dimakan. Arus energi bersifat non siklik
sedangkan daur materi bersifat siklik.
Secara umum, arus energi yan ada di Hutan Wanagama dimulai dari
panangkapan energi oleh tanaman (produsen) dari matahari melalui proses
fotosintesis. Produsen jumlahnya sangatlah banyak. Kemudian beralih kepada
konsumen. Konsumen merupakan kelompok organisme yang heterotrof, yaitu
tidak dapat mensintesis makanannya sendiri. Maka dari itu mereka mendapatkan
makannnya dengan cara memakan organisme lain. Bermula dari konsumen
tingkat pertama. Konsumen tingkat ini biasanya berkembang biak dengan cepat
sehingga populasinya sangat banyak, namun tidak lebih banyak dari produsen.
Konsumen tingkat pertama ini biasanya merupakan herbivora (pemakan
tumbuhan). Dalam ekosistem hutan ini, konsumen pertamanya adalah belelang
yang jumlahnya cukup banyak.
Berlanjut kepada konsumen tingkat kedua, ketiga dan seterusnya. Konsumen
ini juga merupakan organisme heterotrof. Namun bedanya, organisme di sini
adalah golongan karnivora (pemakan daging/hewan) dan omnivora. Populasi yang
mereka miliki lebih kecil daripada hewan herbivora (konsumen tingkat 1) karena
kemampuan berkembangbiaknya rendah. Dalam ekosistem hutan ini, konsumen
tingkat kedua ditempati oleh katak ataupun burung pemakan serangga. Dan
konsumen tingkat ketiga ditempati oleh ular. Produsen menempati tempat teratas
dengan populasi terbanyak, lalu konsumen tingkat akhir menduduki peringkat
paling buncit dengan populasi paling sedikit. Demikian terjadi karena produsen
ataupun sumber makanan yang berada 1 tingkat diatas konsumen, harus mampu
memenuhi semua kebutuhan makanan dan energi konsumen tersebut. Maka dari
itu, jumlah populasi produsen atau sumber makanan di atasnya tidak boleh kurang
dari jumlah populasi konsumen di bawahnya. Supaya tidak terjadi kekurangan
pangan di dalam ekosistem tersebut. Kemudian dilanjutkan dengan pengurai yang
sangat berperan dalam ekosistem hutan adalah cacing. Perannya tidak hanya
menguraikan jasad konsumen, tetapi juga dapat menguraikan produsen yang mati.
Pada daur materi, apa yang dihasailkan oleh produsen akan kembali lagi
kepada produsen. Sumber materi utama dalam ekosistem Hutan Wanagama
adalah tanah dan udara yang ada di bumi.Materi yang ada di bumi (air dan CO2)
akan diubah menjadi karbohidrat oleh tanaman. Secara berturut-turut zat tersebut
akan berpindah dari tubuh organisme satu ke organisme lain, maka suatu ketika
akan kembali ke bumi sehingga dapat dimanfaatkan kembali oleh
tumbuhan.
Daur materi dan arus energi erat kaitannya dengan komponen-komponen yang
ada pada ekosistem yang bersangkutan (dalam hal ini adalah ekosistem hutan).
Secara umum ada dua jenis komponen yang menyusun keberadaan ekosistem
hutan. Keduanya adalah komponen biotik dan juga komponen abiotik. Komponen
biotik adalah penyusun suatu ekosistem yang terdiri dari organisme-organisme
yang masih hidup. Komponen biotik juga masih bisa dibagi lagi menjadi dua
bagian yaitu organisme autotrof (mampu menghasilkan makanan sendiri) dan
organisme heterotrof (tidak mampu menghasilkan makanan sendiri). Sedangkan
komponen abiotik merupakan penyusun ekosistem yang terdiri dari benda-benda
yang tidak hidup atau bisa juga dikatakan lingkungan dalam arti fisiknya.
Dalam ekosistem Hutan Wanagama I , penyusun komponen abiotik adalah
batu, sampah plastik, udara, daun kering, suhu, genangan air, dan sebagainya.
Penyusun komponen biotik autotrof adalah pohon mahoni, pohon jati, rumput,
putri malu, pohon pornis, dan pohon kayu putih. Sedangkan penyusun komponen
biotik heterotrof adalah semut, belalang, laba-laba, kupu-kupu, bekicot, lebah,
nyamuk, katak, ular, burung, dan anjing. Selain kedua komponen di atas, masih
ada satu komponen lagi, yaitu dekomposer. Dekomposer adalah organisme yang
menguraikan bahan organik yang berasal dari organisme mati. Decomposer tidak
berperan dalam arus energy tetapi hanya berperan dalam daur materi. Ini karena
decomposer tidak meneruskan energy yang diperoleh dari organisme yang mati
kepada tanaman dalam bentuk unsur hara. Tetapi, decomposer mamapu
meneruskan materi dari organisme mati (biasanya dalam bentuk mineral organik)
kepada tanaman. Yang bertindak sebagai dekomposer dalam ekosistem hutan ini
adalah cacing dan beberapa mikroorganisme lain yang mungkin tidak dapat
terlihat secara kasat mata. Komponen-komponen tersebut saling berinteraksi
membentuk suatu sistem yang kompleks dengan tujuan untuk menciptakan
keadaan yang seimbang (homeostasis), artinya suatu keadaan yang menunjukkan
bahwa sistem tersebut mempunyai kecenderungan untuk melawan perubahan dan
memelihara keseimbangan.
Matahari merupakan sumber energi utama yang memberikan kehidupan di
bumi. Akan tetapi, energi matahari tidak dapat dimanfatkan secara langsung oleh
semua organisme yang ada di bumi. Hanya organisme autotrof yang dapat
memenfaatkan cahaya matahari secara langsung melalui proses fotosintesis yang
dapat menghasilkan makanan bagi organisme autotrof tersebut maupun organisme
heterotrof yang memakan organisme autotrof.Dalam ekosistem hutan, matahari
merupakan sumber energi yang utama. Tak hanya memberi energi kepada
tanaman untuk menghasilkan makanan, matahari juga memiliki pengaruh yang
cukup besar bagi sebagian komponen abiotik dalam ekosistem hutan. Seperti
suhu, angin, kelembabaan dan lain-lain. Suhu, air dan kelembaban memiliki
peranan dalam menentukan organisme yang sesuai untuk tinggal di daerah
tersebut. Hutan Wanagama beriklim tropis (iklim makro di daerah Indonesia)
sehingga tanaman yang banyak tumbuh adalah jenis pepohonan tahunan yang
relatif memiliki ukuran yang besar. Pepohonan besar yang ada adalah pohon
mahoni, pohon jati, pohon pornis, dan pohon kayu putih. Tidak hanya berperan
sebagai organisme autorof yang mampu menciptakan makanan sendiri. Lebih dari
itu, ada banyaknya pohon-pohon besar seperti itu juga berperan dalam mengubah
iklim mikro yang ada di daerah Hutan Wanagama terebut.
Iklim mikro di Hutan Wanagama yang berbeda dengan iklim tropis pada
umumnya adalah suhu, kelembaban, dan banyaknya cahaya matahari yang sampai
di permukaan tanah. Iklim mikro yang merupakan komponen abiotik tentunya
berpengaruh terhadap komponen biotik (organisme) yang berada di Hutan
Wanagama.
Sedikitnya cahaya matahari yang mencapai permukaan tanah membuat suhu di
daerah tersebut relatif agak rendah dan kelembaban udara yang terdapat pada
Hutan Wanagama juga sedikit lebih tinggi. Suhu rendah dengan tingkat
kelembaban yang tinggi sangat cocok untuk berbagai jenis rumput dan putri malu
tumbuh dengan subur. Adanya banyak rerumputan membuat banyak serangga
kecil banyak dijumpai di Hutan Wanagama tersebut. Selain menjadi tempat
tinggal bagi semut, dan laba-laba, rerumputan juga berperan dalam menyediakan
makanan bagi belalang dan bekicot, serta bunga dari rerumputan tersebut juga
menyediakan nektar yang merupakan makanan bagi lebah dan kupu-kupu.
Genangan air ditambah dengan tempat yang sedikit gelap (cahaya matahari sedikit
yang mencapai tanah) membuat banyak nyamuk yang berhabitat di tempat
tersebut. Selain itu, karakteristik daerah seperti itu juga menjadi habitat yang
cocok untuk katak. Pohon-pohon yang besar menjadikan tempat tersebut juga
menjadi tempat yang cocok untuk pertumbuhan dan perkembangan burung (baik
pemakan biji, maupun pemakan serangga).
Setelah iklim mikro berpengaruh kepada vegetasi penutup tanah pada suatu
wilayah (Hutan Wanagama), maka vegetasi akan berpengaruh terhadap binatang
yang menghuni wilayah tersebut, khususnya berpengaruh pada binatang yang
berperan sebagi konsumen tingkat I dan sebagian kecil konsumen tingkat II.
Konsumen tingkat III dan seterusnya yang ada di ekosistem hutan lebih
dipengaruhi oleh adanya konsumen tingkat I dan II daripada oleh iklim mikro
yang ada. Sebagai contoh, mungkin katak ( konsumen II) hanya akan dapat hidup
pada daerah yang lembab dengan minimal ada sedikit genangan air (masih
dipengaruhi oleh iklim mikro). Sedangkan ular (konsumen III) dapat tinggal di
lingkungan apa saja asal ada makanan,dalam hal ini adalah katak. Untuk contoh
lain, burung pemakan serangga yang merupakan konsumen tingkat II mungkin
juga dapat hidup di banyak lingkungan berbeda (tidak hanya hutan), tetapi karena
iklim mikro hutan cocok untuk serangga dapat berkembang biak, maka di hutan
pun banyak serangga dan burung pemakan serangga pun banyak yang menghuni
hutan.
4. Aliran Energi dan Siklus Materi Ekosistem Rawa Gambut

Aliran energi merupakan rangkaian urutan pemindahan bentuk energi satu ke


bentuk energi yang lain dimulai dari sinar matahari lalu ke produsen, konsumen,
sampai ke pengurai di dalam tanah. Organisme memerlukan energi untuk
mendukung kelangsungan hidupnya, antara lain untuk proses pertumbuhan dan
perkembangan, reproduksi, bergerak, dan metabolisme yang ada dalam tubuh
(http://www.sentra-edukasi.com/2010/04/pengertian-manfaat-aliran-energi-
dalam.html) Energi dapat diartikan sebagai kemampuan kerja. Energi diperoleh
organisme dari makanan yang dikonsumsinya. Cahaya matahari merupakan
sumber energi utama kehidupan. Tumbuhan berklorofil memanfaatkan cahaya
matahari untuk berfotosintesis. Organisme yang menggunakan cahaya untuk
mengubah zat anorganik menjadi zat organik disebut organisme fotoautotrof.
Organisme yang menggunakan energi yang didapat dari reaksi kimia untuk
membuat makanan disebut organisme kemoautotrof.

Keterkaitan Antar Komponen Ekosistem Keberadaan komponen Abiotik yang


khas membentuk suatu karakter sendiri pada hutan rawa gambut yang membuat
hutan ini berbeda dengan hutan yang lainnya. Keberadaan lahan salin yang
dirembesi air asin membuat mangrove dapat hidup pada lahan salin Hutan Rawa
Gambut. Sedangkan air yang mendominasi ekosistem ini dan pori tanah yang
cukup besar membuat tumbuhan rotan dan tumbuhan lain dapat hidup pada
ekosisitem jenis hutan rawa gambut. Begitu juga manusia sebagai salah satu
komponen biotic pada hutan rawa gambut memiliki ketergantungan tersendiri
terhadap kawasan ini.

Sebagaimana beberapa penduduk wilayah setempat tergantung hidup dari


mengolah rotan atau kayu yang berasal dari hutan. Siklus saling ketergantungan
inilah yang menciptakan keseimbangan pada ekosisitem rawa gambut ini. Ketika
satu rantai keseimbangan pada hutan rawa gambut dirusak, akan menyebabkan
kerusakan pada rantai-rantai lain yang saling tergantung. Contohnya ketika
manusia terlalu rakus mengeksploitasi rotan dan kayu dihutan, maka akan tercipta
penggundulan hutan gambut di titik tertentu hingga aliran air yang ada akan
menglirkan unsure hara dan bermuara di sungai atau laut. Hal ini akan menjadikan
lahan kering dan rusak hingga fungsinya sebagai pengikat karbon terganggu dan
akan menciptakan perubahan iklim global serta bencana banjir. Demikian ketika
satu rantai dirusak akan menrusak rantai lain yang ada dalam ekosisitem tersebut
termasuk pada hutan rawa gambut.
5. Padang lamun

Padang lamun merupakan tumbuhan yang hidup terbenam di perairan dangkal


yang agak berpasir. Secara ekologis padang lamun memiliki beberapa fungsi
penting bagi daerah pesisir yaitu ; sumber utama produktivitas primer, sumber
makanan penting bagi organisme, dengan sistem perakaran yang rapat
menstabilkan dasar perairan yang lunak, tempat berlindung organisme, tempat
pembesaran bagi beberapa spesies, sebagai peredam arus gelombang dan sebagai
tudung pelindung panas matahari. Kehidupan padang lamun sangat dipengaruhi
oleh kondisi kecerahan air laut, temperatur air laut, salinitas, substrat dan
kecepatan arus. Padang lamun sering dijumpai berdampingan atau tumpang tindih
dengan ekosistem mangrove dan terumbu karang. Bahkan, terdapat interkoneksi
antarketiganya. Berikut bagan yang menggambarkan interaksinya :

Keberadaan padang lamun di wilayah pantai selatan jawa khususnya di daerah


Karang Bolong jumlahnya sedikit, selain karena permasalahan yang diungkapkan
di atas tadi, hal ini juga dikarenakan kondisi tofografi pesisir selatan yang curam
dan tidak selandai pesisir di pantai utara Jawa. Padang lamun dapat terdiri dari
vegetasi lamun jenis tunggal ataupun jenis campuran. Padang lamun merupakan
tempat berbagai jenis ikan berlindung, mencari makan, bertelur, dan
membesarkan anaknya. Ikan baronang, misalnya, adalah salah satu jenis ikan
yang hidup di padang lamun.

Amat banyak jenis biota laut lainnya hidup berasosiasi dengan lamun, seperti
teripang, bintang laut, bulu babi, kerang, udang, dan kepiting. Duyung (Dugong
dugon) adalah mamalia laut yang hidupnya amat bergantung pada makanannya
berupa lamun. Penyu hijau (Chelonia mydas) juga dikenal sebagai pemakan
lamun yang penting. Karena itu, rusak atau hilangnya habitat padang lamun akan
menimbulkan dampak lingkungan yang luas.
Dalam ekosistem lamun ,rantai makanan tersusun dari tingkat-tingkat trofik
yang mencakup proses dan pengangkutan detritus organik dari ekosistem lamun
ke konsumen yang agak rumit. Sumber bahan orfganik berasal dari produk lamun
itu sendiri, di samping tambahan dari epifit dan alga makrobentos, fitoplankton
dan tanaman darat. Zat organik di makan fauna melalui perumputan (grazing) atau
pemanfaatan detritus. Gambar di bawan ini menunjukkan rantai makanan dan
energy pada kosistem lamun.

Pada bagan di atas, sumber energy utama adalah cahaya matahari yang
digunakan organism autotrop seperti lamun dan fitoplankton sebagai produsen
untuk berfotosintesis. selanjutnya rantai makanan terbagi ke dalam dua, yaitu
rantai makanan detritus dan rantai makanan merumput. Pada rantai makanan
detritus, guguran daun adalah sumber nutrient yang diurai oleh bakteri (detrivor).
yang kemudian detritus tersebut dimakan oleh cacing, kepiting dan meiofauna
lainnya sebagai konsumen tingkat pertama. kemudian konsumen tingkat pertama
ini dimakan oleh ikan sedang sebagai konsumen tingkat kedua, dan konsumen
tingkat kedua dimakan oleh ikan besar sebagai konsumen tingkat ketiga dan oleh
burung laut sebagai predator. kemudian konsumen tingkat tiga dimakan oleh ikan
hiu sebagai predator yang menduduki tingkatan tropok paling tinggi. Ketika
predator tersebut mati maka jasadnya diurai oleh bakteri sebagai detrivor yang
menguraikan materi dari bangkai tersebut supaya dapat digunakan lagi oleh
konsumen tingkat pertama.

Sedangkan pada rantai makanan merumput, sumber nutriennya secara langsung


adalah tumbuhan lamun itu sendiri yang daunnya dimakan oleh konsumen tingkat
pertama yaitu dugong, penyu, ikan beronang dan bulu babi. kemudian konsumen
tingkat pertama ini dimakan oleh predator kecuali bulu babi, ia dimakan oleh ikan
buntal sebagai konsumen kedua. Adapun guguran daun tidak seluruhnya menjadi
detritus, tetapi ada juga yang menjadi bahan organic terlarut yang kemudian
dimanfaatkan oleh fitoplankton. peran fitoplankton disini sebagai produsen.
kemudian fitoplankton tersebut dimakan oleh zooplankton sebagai konsumen
tingkat pertama yang selanjutnya dimakan oleh ikan anakan kecil sebagai
konsumen kedua. ikan kecin ini akan kembali dimakan oleh ikan sedang dan pada
akhirnya transport energy dan materi akan masuk ke dalam rantai makanan
detritus. pasokan bahan organic tidak seluruhnya berasal dari dalam ekosistem
tetapi ada juga yang dari luar ekosistem seperti dari ekosistem mangrove, terumbu
karang, dan dari aliran sungai.

Kerusakan pada tingkatan trofik ataupun produsen akan memutus rantai


makanan dan menyebabkan keseimbangan terganggu dan pada akhirnya
kerusakan tersebut diakibatkan oleh aktivitas manusia yang tidak
bertanggungjawab terhadap lingkungan.
DAFTAR PUSTAKA

Margalita, Shella. September 2015, “MISCONCEPTION ANALYZING


ECOLOGICAL MATERIALS ON TENTH GRADE STUDENT”: Surabaya.
journal. Vol. 4. No. 3

ZAMRON, YULIADI, SUCI ROHYANI, IMMY. September 2008. Produksi


Serasah Hutan Mangrove di Perairan Pantai Teluk Sepi: Lombok Barat.
Journal. Vol. 9, Nomor 4. Hal. 284-287.

Noer,Abd,Hamid. Desember 2009. MODEL DINAMIK RANTAI MAKANAN


PADA EKOSISTEM MANGROVE: DI LAGUNA TASILAHA. Journal. Vol 2.
No. 2. Hal 110-120.

Affandi, M. dan Ni'matuzahroh. 2000. Perubahan suksesif biota dekomposer


dalam proses dekomposisi serasah mangrove. Jurnal Penelitian Medika
Eksakta 1 (1): 33-44.

Sri Astuty, Sunarto, dan Hamdani, Herman. Pebruari 2004. EFISIENSI


PEMANFAATAN ENERGI CAHAYA MATAHARI OLEH FITIPLANKTON
DALAM PROSES FOTOSINTESIS. Lampung. Jurnal Akuatika Vol 2. No. 2.

Purwanti, Sri. Hariyati, Riche dan Wiryani, Erry. 2011. Komunitas Plankton pada
saat Pasang dan Surut di Perairan Muara Sungai
Demaan. Kabupaten Jepara. Jurnal.

Widianingsih. 2007, Kelimpahan dan Sebaran Horizontal Fitoplankton di Perairan


Pantai Timur Pulau Belitung. Jurnal Ilmu Kelautan UNDIP Vol.12 (1):6-11.

Ramadhania, Sinta, Maresi, Putri , Priyanti, dan Yunita, Etyn. 2014. Fitoplankton
Sebagai Bioindikator Saprobitas Perairan Di Situ Bulakan Kota Tangerang.
Journal Volume 8 Nomor 2
Dew, pratiwi, hesti. 2015. Hubungan Kelimpahan Plankton Terhadap Kualitas
Air Di Perairan. Bintan. Hal 123.

Madinawati. 2010. Kelimpahan Dan Keanekaragaman Plankton Di Perairan


Laguna Desa Tolongano Kecamatan Banawa Selatan
Jurnal.VOLIII(2):119123. Universitas Tadulako(UT): Sulawesi Tenggara.

Madinawati. 2010. Kelimpahan Dan Keanekaragaman Plankton Di Perairan


Laguna Desa Tolongano Kecamatan Banawa Selatan
Jurnal.VOLIII(2):119123. Universitas Tadulako(UT): Sulawesi Tenggara.

Tambaru, R., E.M. Adiwilaga, dan R.F. Kaswadji. 2003. Hubungan Antara
Produktivitas Primer
Fitoplankton dan Intensitas Cahaya di Perairan Teluk Hurun. Jurnal Torani,
Ilmu Kelautan Unhas No. 4 Vol. 14, Makassar.

Soeroyo. 2003. Pengamatan gugur serasah di hutan mangrove Sembilang Sumatra


Selatan. P3O-LIPI: 38-44

Affandi, M. dan Ni'matuzahroh. 2000. Perubahan suksesif biota dekomposer


dalam proses dekomposisi serasah mangrove. Jurnal Penelitian Medika
Eksakta 1 (1): 33-44.

Anda mungkin juga menyukai