Anda di halaman 1dari 23

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Bulldozer

Bulldozer adalah traktor yang mempunyai traksi besar. Unit ini dapat
melakukan pekerjaan menggali, menggusur, meratakan, menarik dan dapat
dioperasikan pada medan yang berlumpur, berbatu, berbukit dan di daerah yang
berhutan. Pada saat pembukaan lahan pertambangan yang baru, maka unit
bulldozer inilah yang pertama kali dipakai Bulldozer mempunyai roda rantai
(track shoe) untuk pekerjaan serbaguna yang memiliki kemampuan traksi yang
tinggi. Mampu beroperasi di daerah yang lunak sampai daerah yang keras
sekalipun. Dengan swamp dozer untuk daerah yang sangat lunak, dan daerah yang
sangat keras perlu dibantu dengan ripper (alat garu), atau dengan blasting
(peledakan dengan tujuan pemecahan pada ukuran tertentu). Mampu beroperasi
pada daerah yang miring dengan sudut kemiringan tertentu, berbukit, apalagi
didaerah yang rata. Jarak dorong efisien berkisar antara 25-40 meter dan tidak
lebih dari 100 meter. Jarak mundur tidak boleh terlalu jauh, bila perlu gerakan
mendorong dilakukan secara estafet. Mendorong pada daerah turunan lebih efektif
dan produktif daripada di daerah tanjakan. Attachment yang biasanya
menyertainya antara lain: bermacam-macam blade, towing, winch, ripper, tree
pusher, harrow, disc plough, towed scraper, sheep foot roller, peralatan pipe
layer, dan lain-lain.
Pekerjaan yang dilakukan oleh unit bulldozer:
1. Smoothingoperation (perataan permukaan tanah).
2. Dapat merobohkan pohon saat melaksankan proses land clearing.
3. Pekerjaan dozing (mendorong) material tanah yang akan
dipindahkan.
4. Pekerjaan unit saat melakukan pemotongan tanah yang mempunyai
structure yang keras (cutting hard ground)
Kode Keterangan
D Bulldozer
37 Ukuran/Size
5 Torq flow driveTC+ Torqflow Transmission
Huruf yang menunjukkan bentuk dasar dari bulldozer
A
A : Angle Dozer / Straight Dozer
Angka yang menunjukkan berapa kali alat tersebut sudah dilakukan
5
modifikasi

2.2 Undercarriage
2.3.1 Pengertian

Undercarriage assembly (kerangka bawah) adalah sekumpulan komponen


yang digunakan untuk menompang beban unit. Salah satu fungsinya adalah untuk
menyalurkan torsi engine dan menghasilkan gaya cengkram untuk menjaga
kestabilan dari unit maju ataupun mundur. Disamping itu juga mampu menjaga
kestabilan dari unit.

2.3.2 Fungsi
Berikut beberapa fungsi dari undercarriage :
1. Untuk menopang dan meneruskan beban unit ke tanah.
2. Bersama-sama dengan sistem steering dan brake
mengarahkan unit untuk bergerak maju, mundur, belok ke
kanan dan ke kiri.
3. Sebagai pembawa dan pendukung unit.
2.3.3 Komponen

1. Track Frame, sebagai dudukan semua komponen


Undercarriage.

2. Recoil Spring, meredam kejutan dari front idler.

3. Idler, berfungsi membantu menegangkan atau


mengendorkan track, dan sebagai peredam kejut dari
depan, serta membantu track link menggulung agar unit
bisa bergerak.

4. Carrier Roller, menjaga agar track tidak melentur dan


menjaga agar gerakan track shoe ke idler tetap lurus.
5. Sproket, merubah putaran penggerak akhir menjadi
gulungan pada track agar unit dapat bergerak.

6. Final Drive, berfungsi sebagai penggerak track link agar


unit dapat bergerak.

7. Track Roller, Sebagai pembagi beban unit ke track.

8. Track Shoe, Merupakan alas gerak Dozer atau bisa di


katakan pencengkram agar unit tidak slip.

9. Track Link, Sebagai penghubung antara link agar dapat


bergerak, dan sebagai penumpu berat unit kelandasan.

10. Track Adjuster,berfungsi mengatur kekencangan dan


kekendoran track.

2.3 Program Pemeriksaan Undercarriage (P2U)

Pemeriksaan undercarriage adalah meneliti bagian dari komponen


undercarriage, sehingga dapat diketahui sudah berapa (%) keausan itu terjadi dan
masih berapa lama lagi komponen itu dapat dipakai. Dengan pemeriksaan ini pula
kita dapat menentukan apakah komponen undercarriage tersebut harus
diremajakan (rebuilding) atau diganti (replacement).

PPU pada bulldozer dilakukan setiap 500 hours meter.Prosedur pertama


sebelum dilakukan pengukuran adalah:
1. Bersihkan All Component Undercarriage.

2. Siapkan tools Measurement.


Semua prosedur sudah dilaksanakan, maka lakukan pengukuran pada
setiap komponen undercarriage sebagai berikut:

2.3.1 Pengukuran Carrier Roller


Pengukuran pada Carrier roller menggunakan outside caliper,
metodenya adalah tentukan titik tengahnya apabila sudah
mendapatkan titik tengahnya ukur bagian tengahnya menggunakan
vernier caliper.
Standart : 210.0 mm
Limit : 185.0 mm

Gambar.

2.3.2 Pengukuran Grousher


Pengukuran grousher menggunakan alat depth gauge, sebelumnya
bersihkan terlebih dahulu sebelum melakukan pengukuran kemudian
taruh depth gauge antara kedua grouser ambil di tengah shoe.
Kemudian ukur menggunakan vernier caliver.
Standart : 93.0 mm
Limit : 30.0 mm
Gambar.

2.3.3 Pengukuran Link High


Pengukuran ini menggunakan depth gauge, seperti biasa bersihkan
terlebih dahulu sebelum melakukan pengukuran kemudian taruh di
antara link dan ukur kembali menggunakan Vernier caliper.
Standart : 181.0 mm
Limit : 163.0 mm

Gambar.
2.3.4 Pengukuran Outer Bushing
Pengukuran Outer bushing menggunakan OutsideCaliper. bersihkan
terlebih dahulu kemudian ukur. dan ukur kembali menggunakan
vernier caliper.
Standart : 98.5 mm
Limit : 92.5 mm
Gambar.

2.3.5 Pengukuran Idler


Pengukuran ini dilakukan menggunakan depthgauge, bersihkan
lokasi yang akan di ukur kemudian ukur dan setelah di ukur gunakan
verniercaliper
Standart : 23.5 mm
Limit : 36.0 mm

Gambar.
2.3.6 Pengukuran Sprocket
Pengukuran pada komponen ini sedikit berbeda dengan komponen
lain. Pengukuranya mengguanakan wear gauge. Ambil tiga point
keausan pada gambar apabila sudah mencapai limitnya maka segera
diganti.
Standart : 0.0 mm
Limit : 8.0 mm
Gambar.

2.3.7 Pengukuran Link Pitch


Metode pengukuran linkpitch. Sebelum melakukan
pengukuran pastikan kebersihanya agar pengukuran maksimal dan
kencangkan track dengan mengganjal menggunakan pin agar
pengukuran lebih akurat.Pengukuran ini bertujuan untuk mengukur
panjang dari pada link pitch. Tarik meteran di 5 pin 4 shoe dan ukur
panjang keausanya.
Standart : 1121.2 mm
Limit : 1133.2 mm

Gambar.
2.3.8 Pengukuran Pada Track Roller
Pengukuran ada dua cara yaitu menggunakan Multi Scale dan
Outside Caliper. Untuk Multi Scalepenggunaannya tarik dari bawah
link sampai tengah track roller. Setelah menemukan hasilnya
gunakan rumus ini : (B - C) x 2 maka akan dapat diameter track roller.
Apabila menggunakan Outside Diameter prosesnya sama seperi
mengukur Carier Roller.
Standar : 270.0 mm
Limit : 200.0 mm

Gambar.

2.3.9 Adjust Tension Track

Metode mengencangkan atau mengendorkan tracklink,


sangat penting diketahui. Hal ini sangat berpengaruh pada tingkat
keausan idler. Karena apabila terlalu kencang tracklinkakan
menekan idler dan final drive berdampak pada keausan semakin
cepat. dan apabila terlalu kendor track linkakan membebani
komponen lain, dan gerakan track link bisa snaky(tidak lurus)
sehingga berdampak pada keausan lebih cepat untuk semua
komponen undercarriage menyebabkan line clearing tidak
maksimal.
Lakukan adjusttrack apabila track terlalu kencang atau
terlalu kendor. Apabila mengalami kekendoran. Travel unit maju
dan mundur di area datar kemudian jangan di brake, gunakan speed
rendah. Biarkan unit berhenti dengan sendirinya. Apabila sudah
berhenti, taruh pengaris panjang di antara carier roller depan
dengan idler. Masukan grease ke dalam greasefitting. Yang akan
mendorong idler ke depan dan ukur clearance antar mistar dan
grousher dengan verniercaliper di bagian tengah yang paling
kendor dengan standart clearance 20 – 30 mm. Apabila
kekencangan buka grease fitting kemudian biarkan grease keluar
sampai standart clearance yang sudah ditentukan. Setelah itu tutup
kembali.

Gambar.
Sumber.

Gambar.

2.4 Penyebab-penyebab keausan pada komponen Undercarriage


Keausan pada komponen undercarriage terbagi menjadi 2 yaitu normal limit
dan impact limit.
1. Normal limit adalah batas keausan pada saat alat dioperasikan di
daerah yang berpasir tanpa batu dan pada kondisi dimana tidak
terdapat kejutan-kejutan yang terlalu besar dan sering pada
undercarriage

2. Impact limit adalah batas keausan pada saat alat dioperasikan di


daerah yang berbatu dan pada kondisi dimana undercarriage banyak
sekali kejuatan.
Berikut adalah beberapa keausan yang terjadi pada Undercarriage :

2.4.1 Penyebab-penyebab keuasan pada link


1. Keausan merata pada link
Keausan pada link disebabkan beberapa factor, salah satunya
adalah kontak langsung link dengan Track Roller yang
menahan beban keseluruhan traktor. Keausan akan
disebabkan oleh pertikel-partikel tanah atau pasir keras yang
masuk di antara permukaan link dan permukaan roller.
Keausan seperti ini menyebabkan ukuran link high berkurang,
dan kerusakan pada pin boss. Hal ini disebabkan oleh adanya
gesekan secara langsung antara flange pada track roller
dengan pin boss.

Gambar.

2. Keausan karena bersinggungan dengan track roller


Untuk keausan pada Gambar 2.23.2 karena permukaan link
yang lebih sempit pada ujung mata link (link joints), bagian
bertanda “A” yang mendapat tekanan dari track roller lebih
besar pada bagian bertanda “B” sehingga akan cepat aus.
Gambar.

3. Keausan abnormal pada atas link


Untuk kasus selanjutnya keausan ini disebabkan karena
bersinggungan dengan front idler. Sebetulnya hanya bagian
tengah bertanda “C” dari link yang bersinggungan dengan
idler, dengan demikian, keausan juga muncul seiring dengan
waktu operasinya alat. Keausan seperti ini tidak akan
menimbulkan masalah pada undercarriage kecuali jika
keausannya sangat parah.

Gambar.

4. Keausan pada sisi permukaan link

Keausan ini terjadi akibat persinggungan permukaan link dengan permukaan sprocket
teeth, permukaan front idler, track&carrier roller, hal tersebut tidak dapat
dihindarkan. Jika di tenggarai bahwa terjadi keausan yang cepat, penyebabnya bisa
dianggap bahwa terjadi kondisi pengoperasian alat yang tidak sesuai. Akibatnya
adalah berkurangnya permukaan link, maka tekanan permukaan dari track rollerakan
meningkat sehingga keausan permukaan link akan semakin cepat. Umur pakai roller
jadi lebih pendek. Keausan yang terlalu memnyebabkan sulitnya link diremajakan.
Pencegahannya adalah

1. Melakukan penyetelan track dengan benar


2. Mengganti shoe yang lebih pendek

Gambar

5. Keausan track link


Penyebabnya karena keausan yang di sebabkan track link yang bergerak mengular
(Snaky Track).Tegangan Track yang kendor menyebabkan gerakan snaky
track.Flange pada Track Roller seharusnya berfungsi untuk menjaga kelurusan gerak
Track Link, maka jika mengalami kerusakan akan berakibat gerakan Snaky Track.

Gambar
2.4.2 Penyebab-penyebab keausan pada pin dan bushing
Keausan normal pada Pin dan Bushing, Bushing
bersinggungan dengan gigi Sprocket, sehingga keausan pada
diameter luar bushing harus diteliti dengan keadaan keausan
pada gigi Sprocket. Berrikut ini hal-hal yang dapat membantu
untuk menentukan penyebab keausan pada diameter luar
Bushing.

Gambar

Keausan ini terjadi akibat gesekan antara Bushing dan gigi Sprocket.
Gesekan.pada sisi arah gerak maju (F), pada bagian atas (V), pada sisi
arah gerak mundur (R). adapun pengertian keausan tersebut yaitu:

1. Keausan pada bagian luar pada arah sisi maju (External Wear
on forward drive Side) (F).Keausan ini terjadi akibat gesekan
antara Bushing dan gigi Sprocket. Gesekan seperti ini terjadi
pada saat Bushing meninggalkan gigi Sprocket, dengan kata
lain gesekan trjadi pada saat alat bergerak maju.

2. Keausan pada bagian atas (External Wear Of Root) (V).


Keausan ini terjadi akibat gesekan antara Bushing dan gigi
Sprocket pada saat Bushing bergerak sepanjang lintasan gigi
Sprocket untuk mengisi celah backlash antara Bushing dan
gigi Sprocket tersebut.

3. Keausan pada bagian luar pada arah sisi mundur (External


Wear on revers drive side) (R).Keausan ini terjadi akibat
gesekan antara Bushing dan gigi Sprocket. Gesekan seperti ini
terjadi pada saat Bushing bersinggungan dengan gigi Sprocket
pada saat Final Drive bergerak mundur.

Dampak dari keausan tersebut adalah ketebalan dinding


Bushingakan menyebabkan kemungkinan terjadinya keretakan
atau kerusakan pada Bushing tersebut.

Gambar.

Gambar.

2.4.3 Penyebab keausan idler


Idler berfungsi sebagai peredam kejutan pada saat ada impact dari
depan serta sebagai menegangkan dan mengendorkan track,dan
membantu menggulung track link agar unit dapat bergerak.

Gambar.
Keausan pada idler dikelompokan menjadi dua yaitu keausan normal
dan keausan abnormal.
1. Keausan normal
Keausan normal disebabkan gesekan antara idler dan track
link. Gesekan itu timbul karena adanya dua buah benda yang
bertemu. Setiap benda mempunyai koefisien gesekan yang
berbeda-beda. Garis singgung antara idler hanya pada track
link maka keausan hanya pada link high dan depth treadnya
saja. gesekantrack link dan idler akan mengakibatkan
keausan. Hal ini wajar terjadi karena idler membutuhkan
traksi yang besar untuk bergerak, Apabila koefisien geseknya
kecil maka idler akanslip.

Gambar.
2. Keausan abnormal
Critical point pada idler biasanya terjadi pada Shaft dan
Bushingnya. beban yang paling besar pada komponen idler
adalah pada shaft yang berfungsi sebagai tumpuan atau
poros putarannya.Gaya gesekan selalu terjadi antara
permukaan benda padat yang bersentuhan, sekalipun benda
tersebut sangat licin. Permukaan benda yang sangat licin pun
sebenarnya sangat kasar dalam skala mikroskopis. Ketika kita
mencoba menggerakan sebuah benda, tonjolan-tonjolan
miskroskopis ini mengganggu gerak tersebut. Sebagai
tambahan, pada tingkat atom (ingat bahwa semua materi
tersusun dari atom-atom), sebuah tonjolan pada permukaan
menyebabkan atom-atom sangat dekat dengan permukaan
lainnya, Jika permukaan suatu benda bergesekan dengan
permukaan benda lain, masing-masing benda tersebut
melakukan gaya gesekan antara satu dengan yang lain. Gaya
gesekan pada benda yang bergerak selalu berlawanan arah
dengan arah gerakan benda tersebut. selain menghambat
gerak benda, gesekan dapat menimbulkan aus dan
kerusakan. semakin kasar bidang lintasan, maka gaya yang
dibutuhkan semakin besar. sebaliknya semakin licin bidang
tersebut maka gaya yang dibutuhkan semakin kecil. Gesekan
itu timbul karena adanya dua buah benda yang bertemu.
Setiap benda mempunyai koefisien gesekan yang berbeda-
beda. dibutuhkan pelumas yang tepat untuk melumasi shaft
danbushing idler agar gesekan antara kedua komponen
tersebut dapat perkecil. padaidlerD375-5, di pasangkan
Floating sheal agar mencegah kebocoran oli dan masuknya
debu.
Beban yang besar di tambah lagi kecepatan unit tinggi akan
menambah gesekan antara shaft dan bushing. Gesekan yang
berlebihan menghasilkan panas, jika oli tidak pernah diganti,
maka zat-zat additive pada oli akan berkurang dan viscositas
oli semakin rendah.salah satu fungsi oli adalah cooling,
apabila Viscositas oli rendah di tambah lagi kontaminasi
akibat gesekan antara shaft dan bushing, maka pelumasan
tidak akan maksimal. Gesekan kedua komponen yang
menghasilkan panas berlebih karena pelumasan yang buruk,
akan menyerang komponen yang lebih lunak seperti floating
seal berbahan dasar karet yang tidak tahan panas. O-ringakan
memuai dan oli akan bocor keluar system. gesekan tanpa ada
pelumasan akan memperbesar clearance antara shaft dan
bushing, kotoran serta material abrasive lainnya akan masuk
dan semakin menambah keausan. antara kedua komponen
tersebut, dampakya adalah idler akan rusak, track link akan
kendor dan mempercepat keausan komponen undercarriage
lain.

2.5 Stastistika dan Statistik


2.5.1 Stastistika

2.5.2 Statistik

2.6 Pemusatan data


Sebagian besar set data kecenderungan yang berbeda untuk groub sekitar
titik pusat. Ketika orang berbicara tentang “nilai rata-rata” atau “nilai
tengah” atau “nilai yang paling sering,” mereka berbicara secara informal
tentang mean, median dan modus

2.6.1 Mean
Mean atau rata-rata hitung adalah nilai yang diperoleh dari jumlah
sekelompok data dibagi dengan banyaknya data. Rata-rata
disimbolkan dengan x.
∑𝑛𝑖=1 𝑥𝑖
𝑥̅ =
𝑛
Keterangan :
𝑥̅ = mean
𝑛 = banyaknya data
𝑥𝑖 = nilai data ke-i
∑𝑛𝑖=1 𝑋1 𝑋1 = penjumlahan semua nilai 𝑥𝑖 dalam sample

2.6.2 Median
Median adalah nilai data yang terletak di tengah setelah data
diurutkan. Dengan demikian, median membagi data menjadi dua
bagian yang sama besar. Median (nilai tengah) disimbolkan dengan
Me.
a. Untuk data genap
𝑛+1
𝑀𝑒 =
2
Keterangan :
𝑛 = banyaknya data
𝑀𝑒 = Median

b. Untuk data ganjil


Langsung mencari nilai tengah dari data yang ada, dengan
catatan harus mengurutkan data dari yang terkecil sampai
yang terbesar.

2.6.3 Modus
Modus adalah data yang paling sering muncul atau memiliki
frekuensi tertinggi. Modus dilambangkan dengan Mo.

2.6.4 Range
Range (rentang) adalah sample ukuran deskriptif numberic dari
variasi dalam satu set data. Jarak sama dengan nilai terbesar
dikurangi nilai terkecil.
𝑅𝑎𝑛𝑔𝑒 = 𝑋𝑙𝑎𝑟𝑔𝑒𝑠𝑡 − 𝑋𝑠𝑚𝑎𝑙𝑙𝑒𝑠𝑡

2.7 Varians dan Standar Deviasi

Meskipun jangkauan dan rentang interkuartil adalah ukuran variasi,


mareka tidak mempertimbangkan bagaimana mendistribusikan nilai-nilai
ekstrim. Dua langkah umun yang digunakan untuk memperhitungkan variasi
adalah varian dan standar deviasi. Statistik ini mengukur rata-rata pencar
disekitar nilai yang lebih besar berfluktuasi di atas dan nilai-nilai kecil
dibawah. Salah satu langkah variasi yang berbeda dari data set ke kumpulan
data perbedaan antara perbedaan antara setiap nilai dan rata-rata dan jumlah
ini perbedaan kuadrat. Dalam statistic, jumlah ini disebut jumlah kuadrat
(atau SS). Jumlah ini jumlah ini dibagi dengan jumlah minus 1 (untuk
kemudian dibagi dengan jumlah nilai minus 1 (untuk data sampel) untuk
mendapatkan variasi sampel (𝑆 2 ). Akar kuadrat dari variasi sampel adalah
deviasi standar sampel (S).
Karena jumlah perbedaan kuadrat bawah dengan aturan aritmatika
akan selalu non-negatif, tidak varians atau deviasi standar tidak dapat pernah
menjadi negative. Untuk hamper semua data varians dan standar deviasi akan
menjadi nilai positif.
Untuk sampel yang mengandung n nilai-nilai, 𝑋1 , 𝑋2 , 𝑋3 , … , 𝑋𝑛
sampel varians (disimbolkan dengan symbol 𝑆 2
(𝑋1 − 𝑋̅)2 + (𝑋2 − 𝑋̅)2 + … + (𝑋𝑛 + 𝑋̅)2
𝑆2 =
𝑛−1
∑𝑖=1(𝑋1 − 𝑋̅)2
𝑛
𝑆2 =
𝑛−1

∑𝑛𝑖=1(𝑋1 − 𝑋̅)2
𝑆= √
𝑛−1
Dimana :
𝑆2 = Sample Varians
𝑆 = Standar Deviasi
𝑋̅ = mean
𝑛 = sample size
𝑋𝑖 = ith nilai dari variabel X
∑𝑛𝑖=1(𝑋1 − 𝑋̅) = ringkasan semua perbedaan kuadrat antara nilai
𝑋1dan 𝑋̅

2.8 Standar Error of Mean


Standard error yang ditampilkan sebagai output Excel (dalam menu
descriptive statistics) adalah standard eror dari rata-rata (Standard Error of
Mean). Ini adalah pengukuran untuk mengukur seberapa jauh nilai rata-rata
bervariasi dari satu sampel ke sampel lainnya yang diambil dari distribusi
yang sama. Rumus untuk mencari standard error of mean adalah sebagai
berikut :
𝑆
𝑆𝑀 =
√𝑛
Keterangan :
𝑆𝑀 = Standar Error of Mean
𝑆 = Standar Deviasi
𝑛 = Sample Size

2.9 Convidence Internal


a. Interval Lower Limit
Interval Lower Limit

𝑋̅ − (𝑡𝐶𝐿 )(𝑆𝑀 )

b. Interval Upper Limit


Interval Upper Limit

𝑋̅ + (𝑡𝐶𝐿 )(𝑆𝑀 )
Keterangan :
𝑋̅ = mean
𝑡𝐶𝐿 = tingkat kepercayaan yang digunakan
𝑆𝑀 = standard erroe of mean

Catatan : untuk 𝑡𝐶𝐿 digunakan 95% dan nilainya mejadi 1,96. Dapat
ditemukan menggunakan kalkulator distribusi normal.

2.10 Analisis data dengan SPSS


2.10.1 Uji Normalitas
Uji normalitas data dimaksudkan untuk memperlihatkan bahwa data
sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Ada beberapa teknik
yang dapat digunakan untuk menguji normalitas data, antara lain uji chi-
kuadrat, uji lilliefors, dan uji kolmogorov-smirnov.Untuk menguji normalitas
data dengan SPSS, lakukan langkah-langkah berikut ini.
 Entry data atau buka file data yang akan dianalisis
 Pilih menu berikut ini :
Analzy – Desriptives Statistics – Explore

Menu SPSS akan tampak seperti gambar berikut :

Gambar.

Setelah menu dipilih akan tampak kotak dialog uji normalitas, seperti
gambar di bawah ini :
Gambar.

Selanjutnya :

 Pilih y sebagai dependent list


 Pilih x sebagai factor list, apabila ada lebih dari 1 kelompok data
 Klik tombol Plots
 Pilih normality test with Plots, seperti tampak pada gambar di
bawah ini
 Klik contonue, lalu klik OK

Gambar.

Uji normalitas menghasilkan 3 (tiga) jenis keluaran, yaitu


Processing Summary, Descriptives, Tes of Normality, dan Q-Q Plots.
Untuk keperluan penelitian umumnya hanya diperlukan keluaran
berupa Test of Normality, yaitu keluaran yang berbentuk seperti
gambar 1-3.Keluaran lainnya dapat dihapus, dengan cara klik sekali
padaobjek yang akan dihapus lalu tekan Delete.

2.10.2 Menafsirkan Hasil Uji Normalitas

Gambar.
Keluaran pada gambar di atas menunjukkan uji normalitas
data y, yang sudah diuji sebelumnya secara manual dengan uji
Lilliefors dan Kolmogorov-Smirnov. Pengujian dengan SPSS
berdasarkan pada uji Kolmogorov–Smirnov dan ShapiroWilk. Pilih
salah satu saja misalnya Kolmogorov–Smirnov.Hipotesis yang diuji
adalah:
H0 : Sample berasal dari populasi berdistribusi normal
H1 : Sample tidak berasal dari populasi berdistribusi normal

Dengan demikian, normalitas dipenuhi jika hasil uji tidak


signifikan untuk suatu taraf signifikasi (α) tertentu (Biasanya α= 0.05
atau 0.01). Sebaliknya, jika hasil uji signifikan maka normalitas tidak
terpenuhi. Cara mengetahui signifikan atau tidak signifikan hasil uji
normalitas adalahdengan memperhatikan bilangan pada kolom
signifikansi (Sig.). Untuk menetapkan kenormalan, kriteria yang
berlaku adalah sebagai berikut.
 Tetapkan tarapsignifikansi uji misalnya 𝛼 = 0.05
 Bandingkan p dengan tara signifikansi yang
diperoleh
 Jika signifikansi yang diperoleh > 𝛼, maka sample
berasal dari populasi yangberdistribusi normal
2.11 Pengertian Analisis Varian (Anova)

Anda mungkin juga menyukai