ABSTRAK
Pasien post operasi khususnya post operasi fraktur ekstremitas mengalami peningkatan ketergantungan
pemenuhan Activity of Daily Living (ADL). Ambulasi dini adalah salah satu cara untuk membantu
mengurangi ketergantungan dalam pemenuhan ADL. Fraktur adalah terputusnya kontuinitas tulang dan
ditentukan sesuai jenis dan luasnya. Operasi tulang untuk menyambung dua bagian tulang atau lebih dengan
menggunakan alat-alat fiksasi dalam seperti plate, screw, nail plate, wire/K-wire .Ambulasi dini adalah
tindakan keperawatan yang paling signifikan untuk mengurangi komplikasi post operasi. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui Pengaruh Ambulasi Dini terhadap Peningkatan Pemenuhan Activity of Daily
Living (ADL) pada Pasien Post Operasi Fraktur Ekstremitas Di RSUD Ambarawa. Desain penelitian ini
adalah one group pre dan post test design. Teknik sampling penelitian ini adalah purposive sampling
dengan jumlah sampel 30 responden. Hasil penelitian menunjukkan terdapat pengaruh ambulasi dini
terhadap peningkatan pemenuhan Activity of Daily Living (ADL) pada pasien post operasi fraktur
ekstremitas dengan nilai P sebesar 0,00 (<0.05). Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan
peneliti selanjutnya untuk dapat mengembangkan penelitian dengan memperhatikan faktor dukungan sosial
(keluarga) yang mempengaruhi keinginan untuk ambulasi dini.
ABSTRACT
Post-surgery patients, especially extremity fracture post-surgery ones, found their needs towards the
dependency of Activity of Daily Living (ADL) sufficiency increasing. Early ambulation is one of among
other ways to reduce the dependency of Activity of Daily Living (ADL) sufficiency. Fracture is the
disconnection of bone continuity characterized based on its type and width. Bone surgery is meant to re-
connect a piece of or more bones by applying internal fixation devices such as plate, screw, nail plate,
wire/K-wire. Early ambulation is the most significant nursing care to reduce post-surgery complication.
This study was designed to figure out the influence of early ambulation toward the increasing of the Activity
of Daily Living (ADL) sufficiency for extremity fracture post-surgery patients at District General Hospital
of Ambarawa. The design of this study wasone group pre dan post test design. The sampling method of this
study waspurposive samplingwith 30 respondents. The findings of the study show that there is an influence
of early ambulation toward the increasing of the Activity of Daily Living (ADL) sufficiency for extremity
fracture post-surgery patients with 0,000 P value (p<0.05). The result of this study can be used as a
reference for the future researchers to develop a study by considering the social support factor (family)
which influence the need of early ambulation.
16 Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan (JIKK), Vol. III No. 1, Juni 2017 1-53
Pendahuluan tempat tidur atau bangkit berdiri dari kursi juga
dapat menjadi masalah (Thomas, 2011, hlm
Fraktur adalah terputusnya kontuinitas tulang 42).
(Grace & Borley, 2006, hlm. 85). Sedangkan
menurut Broker (2009, hlm. 136) Fraktur Secara umum, sasaran rehabilitasi setelah
adalah rusaknya keutuhan tulang. Fraktur fraktur ekstremitas atas adalah mengembalikan
merupakan salah satu jenis cedera. Dalam Riset fungsi independen, mulai dari ADL dasar
Kesehatan Daerah (RISKESDA), tahun 2007 (Thomas, 2011, hlm.42). Sebelum dilakukan
cedera dibagi beberapa jenis yaitu benturan, rehabilitasi, sebaiknya klien paska operasi
luka lecet, luka terbuka, luka bakar, terkilir/ dilakukan ambulasi dini. Ambulasi dini
teregang, patah tulang, anggota gerak terputus, merupakan komponen penting dalam
keracunan dan lainnya. Hasil RISKEDA 2007 perawatan paska operasi karena jika klien
cedera transportasi darat sebesar 25,9 persen membatasi pergerakannya di tempat tidur dan
dan riskesda 2013 sebesar 47,7 persen. Apabila sama sekali tidak melakukan ambulasi klien
hasil RISKESDA 2007 dan 2013 dibandingkan, akan semakin sulit untuk mulai berjalan
maka dapat disimpulkan bahwa terjadi (Kozier et al., 2009, hlm.262). Dengan klien
peningkatan cedera karena transportasi darat berani bergerak diharapkan klien mau untuk
dari tahun 2007 sampai 2013 sebesar 21,8 melakukan aktivitas dasar dan tidak membatasi
persen. Menurut data RISKESDA 2007 pergerakannya di tempat tidur.
prevalensi fraktur di Indonesia sebanyak 4,5
persen dan RISKESDA 2013 sebanyak 5,8 Ambulasi dini dapat meningkatkan mobilisasi
persen. Tidak hanya pada prevalensi fraktur di klien dan mengurangi dampak imobilitas akibat
Indonesia yang mengalami peningkatan, Jawa fraktur. Mobilisasi adalah ide pokok dalam
Tengah juga mengalami peningkatan keperawatan ortopedik, dengan dilakukan
prevalensinya, hal ini dibuktikan dengan hasil mobilisasi, diharapkan klien dapat
Riskesda 2007 adalah 4,7 persen. Sedangkan mempertahankan kemandirian (Knelae & Peter,
menurut RISKESDA 2013, sebesar 6,2 persen. 2011, hlm. 41).
Menurut RISKESDA (2007, hlm.167)
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
prevalensi cedera menurut bagian tubuh terkena
pengaruh pengaruh dilakukannya ambulasi dini
di provinsi Jawa Tengah adalah kepala 11,6%,
pada klien post operasi fraktur ekstremitas
leher 1,0 %, dada 1,8 %, perut/punggung/
dalam peningkatan pemenuhan ADL di RSUD
panggul 5,9 %, bahu/lengan atas 7,6 %,
Ambarawa.
siku/lengan bawah 15,7 %, pergelangan tangan
25,2 %, lutut /tungkai bawah 34,5 % , bagian Metodologi Penelitian
tumit/kaki 27,1%. Menurut data diatas, cedera
yang paling sering terjadi adalah bagian Metode penelitian ini menggunakan one group
ekstremitas, baik ekstremitas atas maupun pre and post test design, dimana rancangan ini
ekstremitas bawah. tidak memakai kelompok kontrol, kemudian
dilakukan pretest pada kelompok tersebut,
Fraktur pada ekstremitas atas dan bawah dapat diikuti dengan intervensi pada masing-masing
menyebabkan perubahan pada pemenuhan kelompok dan diakhiri dengan melakukan post
aktivitas. Perubahan yang timbul diantaranya test pada masing-masing kelompok
adalah terbatasnya aktivitas, karena rasa nyeri (Notoatmodjo, 2010, hlm.58).
akibat tergeseknya saraf motorik dan sensorik,
pada luka fraktur (Smeltzer & Bare, 2013, hlm. Populasi adalah keseluruhan jumlah anggota
2306). Dalam keperawatan ortopedik juga dari suatu himpunan yang ingin diketahui
dijelaskan bahwa masalah yang terjadi akibat karakteristiknya berdasarkan inferensi atau
fraktur adalah penurunan mobilitas, penurunan generalisasi (Supardi, Sudibyo & Rustika,
rentang gerak, kehilangan kekuatan otot, dan 2013) Populasi pada penelitian ini adalah
nyeri (Kneale & Peter, 2011, hlm. 85-86). semua klien post operasi fraktur di Rumah
Sakit. Populasi klien operasi fraktur 2013-2014
Fraktur ekstremitas atas terutama yang terjadi di RSUD Ambarawa sebesar 258 klien dalam
pada sisi dominan, secara bermakna akan setahun.
menganggu kemampuan klien untuk
melakukan ADL dasar, yaitu berpindah dari
18 Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan (JIKK), Vol. III No. 1, Juni 2017 1-53
Tabel 3
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Tingkat Ketergantungan Pemenuhan ADL Sebelum Dilakukan
Ambulasi, Setelah Dilakukan Ambulasi Pertama, Kedua dan Ketiga Di RSUD Ambarawa Tahun 2015
Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa pemenuhan ADL sebanyak 26 orang sebesar
sebelum pelaksanaaan ambulasi dini, sebagian 86,7 %. Setelah dilakukan ambulasi dini ketiga,
besar responden mengalami gangguan berat tidak mengalami gangguan pemenuhan
pemenuhan ADL sebanyak 26 orang sebesar
86.7 % dan gangguan sedang dalam pemenuhan ADL sebanyak 30 orang sebesar 100%.
ADL sebanyak 4 orang sebesar 13.3 persen. Berdasarkan data diatas hasil rata-rata
Setelah ambulasi pertama mengalami gangguan ketergantungan pemenuhan ADL sebelum
sedang dalam pemenuhan ADL sebesar 30 ambulasi sebesar 1.1333, setelah dilakukan
orang sebesar 100 %. Setelah dilakukan ambulasi pertama sebesar 2.000, kemudian
ambulasi kedua mengalami gangguan sedang setelah dilakukan ambulasi kedua sebesar
dalam pemenuhan ADL sebanyak 4 orang 2.8667, dan setelah dilakukan ambulasi ketiga
sebesar 13,3 % dan tidak mengalami gangguan sebesar 3.000.
2. Analisa Bivariat
Tabel 4
Pengaruh Ambulasi Dini terhadap Peningkatan Pemenuhan ADL Pada Pasien Post Operasi
Ekstremitas Di RSUD Ambarawa pada tanggal 9 Marert 2015 – 4 April 2015 (n=30)
Ambulasi Median Z P
(minimum- value
maksimum)
Pre Ambulasi 0.08 (0.70 – 0.78)
4.295 0.000
Post Ambulasi 1 0.12 (0.48 – 0.60)
4.842 0.000
Post Ambulasi 2 0.10 (0.60 – 0.70)
5.109 0.000
Post Ambulasi 3 0.08 (0.70 – 0.78)
Berdasarkan tabel hasil uji statistik pengaruh dibandingkan dengan ambulasi pertama adalah
ambulasi dini terhadap peningkatan pemenuhan 0,00. Ambulasi 1 dibandingkan dengan
ADL pada pasien post operasi fraktur ambulasi kedua adalah 0,00 dan ambulasi
ekstremitas di RSUD Ambarawa, pada kedua dibandingkan ambulasi ketiga adalah
penelitian ini didapatkan nilai p pre ambulasi 0,00. Nilai P < 0,05, hal ini berarti Ho ditolak
20 Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan (JIKK), Vol. III No. 1, Juni 2017 1-53
Health Organization (2002, hlm. 3), laki-laki ADL masih dibantu oleh orang lain. Setelah
menghabiskan lebih banyak waktu di operasi klien lebih sering berada di tempat tidur
kendaraan bermotor dari pada perempuan, dan dan takut bergerak, yang sering disebut dengan
di tempat ekonomi menengah, laki-laki lebih imobilisasi. Klien immobilisasi dapat menjadi
banyak memiliki mobil miliknya sendiri depresi karena perubahan dalam konsep diri
daripada perempuan. Laki-laki juga lebih dan kecemasan tentang kondisi kesehatannya,
banyak bekerja sebagai sopir dan mekanik, keuangan, masalah keluarga, serta faktor lain
yang mana menghabiskan beberapa hari dan seperti masalah menurunnya kemandirian dan
malam di dalam kendaraan bermotor. Hal ini otonomi dalam melakukan aktivitas sehari-hari
yang memungkinkan laki-laki lebih rentan (Activity Daily Living- ADL) (Asmadi, 2008,
mengalami kecelakaan di jalan. hlm. 128-129).
Faktor lain laki-laki lebih banyak mengalami Menurut penelitian Rismalia (2009) dengan
kecelakaan berdasarkan penelitian Harris & judul Gambaran Pengetahuan dan Perilaku
Jenkis (2006) dengan judul Differences in Risk Pasien Pasca Operasi Appendectomy Tentang
Assessment: Why do women Take fewer Risks Mobilisasi Dini Di RSUP Fatmawati bahwa
Than Men? Dijelaskan bahwa perempuan lebih ketakutan akan lepasnya atau robeknya jahitan
memilih hal yang aman dibandingkan pada operasi menyebabkan informan malas
mengambil resiko, dibanding perempuan, laki- untuk melakukan ambulasi dini. ditemukan
laki lebih suka mengambil resiko dalam juga bahwa pengetahuan informan yang kurang
berbagai hal tanpa memikirkan keuntungan. akan manfaat mobilisasi dini menjad sebab
Sehingga hal ini memungkinkan bahwa ketika enggan melakukan mobilisasi dini.
melakukan sesuatu, perempuan lebih berhati-
hati daripada laki-laki sehingga angka Seperti penjelasan diatas, klien perlu
kecelakaan yang menyebabakan fraktur pada mengetahui pentingnya ambulasi dini supaya
perempuan tidak lebih besar dari laki-laki. klien ada keinginan untuk melakukan ambulasi
dini sehinngga terjadi peningkatan ADL. Tidak
Hasil penelitian peneliti diketahui bahwa hanya klien yang perlu mengetahui pentingnya
sebelum pelaksanaaan ambulasi dini, sebagian ambulasi dini, tetapi juga keluarga dan orang
besar responden mengalami gangguan berat terdekat klien. Hal ini dikarenakan dukungan
pemenuhan ADL sebanyak 26 orang sebesar sosial keluarga dan orang terdekat sangat
86.7 % dan gangguan sedang dalam pemenuhan berpengaruh dalam pelaksaanaan ambulasi dini
ADL sebanyak 4 orang sebesar 13.3 persen. dan pemenuhan ADL pada klien. Menurut
Setelah ambulasi pertama mengalami gangguan penelitan Yanty (2009) dengan judul Analisa
sedang dalam pemenuhan ADL sebesar 30 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pelaksanaan
orang sebesar 100 %. Setelah dilakukan Ambulasi Dini Pasien Paska Operasi Fraktur
ambulasi kedua mengalami gangguan sedang Ekstremitas Bawah di Rindu B3 RSUP. H.
dalam pemenuhan ADL sebanyak 4 orang Adam Malik Medan bahwa terdapat pengaruh
sebesar 13,3 % dan tidak mengalami gangguan signifikan antara faktor kondisi kesehatan: Hb
pemenuhan ADL sebanyak 26 orang sebesar terhadap pelaksanaan ambulasi dini dimana
86,7 %. Setelah dilakukan ambulasi dini ketiga, (p=0,026 < 0,05) dan faktor dukungan sosial
tidak mengalami gangguan pemenuhan ADL terhadap pelaksanaan ambulasi dini di mana
sebanyak 30 orang sebesar 100%. Berdasarkan (p=0,029<0,05).
data diatas hasil rata-rata ketergantungan
pemenuhan ADL sebelum ambulasi sebesar Penelitian yang sesuai dengan pendapat di atas
1.1333, setelah dilakukan ambulasi pertama adalah penelitian Alavi, Safa & Abedzadeh-
sebesar 2.000, kemudian setelah dilakukan kalahroudi (2014) dengan judul depency in
ambulasi kedua sebesar 2.8667, dan setelah activities of daily living following limb trauma
dilakukan ambulasi ketiga sebesar 3.000. in elderly referred to shahid beheshti hospital,
kashan-iran in 2013 menunjukkan bahwa rata-
Pada hasil penelitian setelah hari kedua terdapat rata umur responden adalah 70.57 ± 9.05. di
4 orang yang masih mengalami gangguan dalam total, 80.5% lansia secara keseluruhan
sedang dalam pemenuhan ADL, hal ini mandiri di ISADL (indepency scale of activities
dikarenakan ketakutan dalam melakukan of daily living) sebelum trauma; kemandirian
gerakan tubuh sehingga dalam pemenuhan menururun hingga 13.5 % setelah satu bulan
22 Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan (JIKK), Vol. III No. 1, Juni 2017 1-53
ambulasi dini skor pemenuhan ADL akan Karakter orang jawa lainnya menurut Susantyo
bertambah. (2008, hlm. 54) adalah kerjasama (gotong
royong). Masyarakat jawa lebih mengutamakan
Ambulasi dini mempunyai beberapa kerjasama atau gotong royong. Dengan karakter
keuntungan, keuntungan dari pergerakan dan masyarakat jawa yang mengutamakan kerja
latihan termasuk meningkatkan kekuatan otot, sama, sehingga dapat disimpulkan bahwa
menurunnya stress oksidatif dan inflamasi, responden yang hampir semuanya orang jawa,
perubahan mood yang positif, berkurangnya dapat berkerjasama dengan baik saaat
kelelahan dan meningkatnya kemampuan untuk dilakukan ambulasi dini sesuai tahapan.
melanjutkan aktivitas pemenuhan kebutuhan
sehari-hari (Vollman, 2010, ¶7). Konsep yang ada mengatakan bahwa ambulasi
dini dapat membantu peningkatan mobilitas
Penjelasan mengenai keuntungan ambulasi dini dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari,
pada beberapa aspek dan juga berpengaruh dalam penelitian Lavanya Pashikanti dan Diane
pada pemenuhan ADL dapat menjadi Von Ah (2012) dengan judul Impact of early
pertimbangan untuk perawat untuk melakukan Mobilization Protocol on the Medical-Surgical
ambulasi dini secepat mungkin dengan Inpatient Population, dalam penelitian ini
pertimbangan kondisi klinis klien. Dari segi menunjukkan bahwa mobilisasi dini
klien sendiri, yang menjadi pertanyaan bagi (khususnya ambulasi dini) pada populasi klien
peneliti adalah faktor-faktor yang dengan tindakan pembedahan mengalami
menyebabkan klien kooperatif dan mau peningkatan dalam hasil yang diharapkan pada
melakukan ambulasi dini. Salah satu faktor klien. Dalam penelitian ini yang mengalami
yang menyebabkan klien kooperatif melakukan peningkatan adalah intake makanan secara oral
ambulasi dini adalah karakteristik responden dan waktu defekasi terjadi lebih awal pada
yang melalukan ambulasi dini. Peneliti populasi yang dilakukan ambulasi dini,
melakukan penelitian di daerah Jawa Tengah, ditemukan bahwa jarak ketika latihan berjalan
sehingga rata-rata responden adalah suku jawa. diantara 600- 12.000 m pada kelompok
Karakteristik karakter orang Jawa yang ambulasi dan pada kelompok yang dilakukan
menonjol menurut Wijayanti dan Nurwianti bed-rest rata-rata hanya 66 m. Dalam penelitian
(2010. Hlm. 119) adalah sifat kegigihan dan ini juga ditemukan bahwa terjadi peningkatan
rasa ingin tau. Karakterikter ini menunjukkan nilai yang signifikan pada jumlah score
bahwa orang jawa memiliki karakter pantang pemenuhan ADL pada kelompok yang
menyerah, sehingga ketika sakit pun, orang dilakukan ambulasi dini dibandingkan dengan
jawa akan gigih melawan penyakitnya. kelompok yang tidak dilakukan ambulasi dini.
Karakter ini juga ditemukan peneliti, saat
melatih ambulasi dini, kebanyakan responden Hasil penelitian peneliti, konsep yang ada
mau melakukan semua yang disarankan dokter dilihat dari keperawatan dan psikologi serta
dan perawat. Responden tidak takut mesti hasil penelitian lain menunjukkan bahwa
merasa sakit karena reponden mengakatan terdapat pengaruh ambulasi dini terhadap
bahwa hal yang terpenting adalah cepet peningkatan pemenuhan Activity of Daily
sembuh, cepat bekerja dan tidak ingin Living (ADL).
bergantung dengan orang lain serta merasa
malu bergantung pada orang lain. Rasa Simpulan
keingintahuan orang jawa juga cukup tinggi,
saat dilakukan penelitian, banyak responden 1. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan
yang menanyakan apa itu ambulasi dini, cara di RSUD Ambarawa didapatkan 30
melakukan dan manfaat. Rata-rata responden responden yang mengalami fraktur
tidak mau melakukan jika belum paham berdasarkan usia, remaja akhir sebanyak 6
mengenai ambulasi dini. Ketika responden orang, dewasa awal sebanyak 22 orang dan
paham, maka responden akan melakukan dewasa akhir sebanyak 2 orang. Responden
ambulasi dini dengan senang hati, karna yang mengalami fraktur berdasarkan jenis
menurut responden, hal tersebut dapat kelamin, laki-laki sebanyak 25 orang dan
mempercepat kesembuhannya. perempuan sebanyak 5 orang.
24 Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan (JIKK), Vol. III No. 1, Juni 2017 1-53
Fifth Edition. Lippincott Williams & Recovery and Activity of Daily Living.
Wilkins : USA. 51(3). 252-255
Departemen Kesehatan RI. (2009) Kategori Miller, Ronald D. (2010). Miller’s Anesthesia
Umur. Seventh Edition. Elsevier : Philadelphia.
http://arfkomunika.blogspot.com/2014/0
1/kategori-umur-menurut-depkes-ri- Notoatmodjo, Soekidjo. (2010). Metodologi
Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka
2009.html diperoleh tanggal 8 April
Cipta
2015
_______. (2005). Metodologi Penelitian
Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi . Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta
(2012). Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Bidang Ketenagakerjaan dan Pashikanti, L.,& Ah, Diane V. (2012). Impact
Ketransmigrasian Tahun 2010-2025. of Early Mobilization Protocol on the
http://jdih.depnakertrans.go.id/data_puu/ Medical-Surgical Inpatient Population.
12_TAHUN_2012.pdf diperoleh tanggal http://unmhospitalist.pbworks.com/w/fil
12 Mei 2015 e/fetch/66026941/Impact%20of%20Earl
y%20Mobilization%20Protocol%20on
Harris, Christine R., & Jenkins, M. (2006). %20the%20Medical-
Differences in Risk Assessment: Why do Surgical%20Inpatient%20Population.pd
women Take fewer Risks Than Men? . f diperoleh tanggal 5 Mei 2015
1(1). 48-63
Pillai, S.A. (2014). Surgeons And Anesthesia.
Kairupan, C., Monoarfa, A. & Ngantung, J. Jaypee Brothers Medical Publishers :
(2014). Angka Kejadian Penderita India.
Fraktur Tulang Fasial Di SMF Bedah
BLU RSU Prof. R.D. Kandou Periode Potter, Patricia A., & Perry, Anne G. (2010).
Januari 2012-Desember 2012. 2(2). Fundamental Keperawatan. Edisi 7.
Buku 3. Alih bahasa Diah Nur Fitriani,
Kneale, Julia D., & Peter S, Davis. (2011). Onny Tampubolon, Farah Diba. Jakarta :
Keperawatan Ortopedik & Trauma. Salemba Medika.
Jakarta: EGC.
Riskesda. (2007). Riset Kesehatan Dasar 2007.
Kozier, Barbara.,Erb, glenora., Berman, https://www.k4health.org/sites/default/fi
Audrey., Snyder, Shirlee J.(2010). Buku les/laporanNasional%20Riskesdas%202
ajar fundamental keperawatan : Konsep, 007.pdf, diperoleh tanggal 10 April 2014
Proses, & Praktek. edisi 7. Volume 1.
Alih Bahasa Esty wahyuningsih, devi _______. (2013). Riset Kesehatan Dasar 2013.
yulianti, yuyun yuningsih, ana lusyana . http://www.depkes.go.id/resources/dow
Jakarta : EGC nload/general/Hasil%20Riskesdas%202
013.pdf diperoleh tanggal 22 November
Kozier, B., Berman, A., Snyder, S., & Erb, g. 2014
(2009). Buku Ajar Praktik Keperawatan
Klinis Kozier & Erb. Edisi 5. Alih bahasa Rismalia, Rizka. (2009). Gambaran
Eny Meiliya, Esty Wahyuningsih, Devi Pengetahuan dan Perilaku Pasca
Yulianti. Jakarta: EGC. Operasi Appendectomy tentang
Mobilisasi Dini Di RSUP Fatmawati.
Lin, P., &Wang, R. (2005). Effectiveness of http://www.academia.edu/9283200/GA
Early Ambulation on Postoperative MBARAN_PENGETAHUAN_DAN_P
ERILAKU_PASIEN_PASCA_OPERA
26 Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan (JIKK), Vol. III No. 1, Juni 2017 1-53