Anda di halaman 1dari 52

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan mental atau kesehatan jiwa merupakan aspek penting

dalam mewujudkan kesehatan secara menyeluruh. Kesehatan mental juga

penting diperhatikan selayaknya kesehatan fisik. There is no health

without mental health,1 sebagaimana definisi sehat yang dikemukakan

oleh World Health Organization (WHO) bahwa “health as a state of

complete physical, mental and social well-being and not merely the

absence of disease or infirmity.”1

Kesehatan mental merupakan komponen mendasar dari definisi

kesehatan. Kesehatan mental yang baik memungkinkan orang untuk

menyadari potensi mereka, mengatasi tekanan kehidupan yang normal,

bekerja secara produktif, dan berkontribusi pada komunitas mereka. Oleh

karena itu adanya gangguan kesehatan mental tidak bisa kita remehkan,

karena jumlah kasusnya saat ini masih cukup mengkhawatirkan.1

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2014 Pasal

3 tentang upaya kesehatan jiwa yang bertujuan untuk mencapai kualitas

hidup yang baik, menikmati kehiduoan kejiwaan yang sehat, bebas dari

tekanan, gangguan, serta dapat mengembangkan potensi kecerdasan

berdasarkan hak asasi manusia dengan cara memberikan pelayanan

1
kesehatan terintegrasi, komprehensif dan berkesinambungan melalui

upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif.2

Menurut data Riset Kesehatan Nasional (Riskesdas) tahun 2013

prevalensi gangguan jiwa berat pada penduduk Indonesia sekitar 1,7 per

mil. Gangguan jiwa terbanyak di Yogjakarta, Aceh, Sulawesi Selatan, Bali

dan Jawa tengah. Menurut data di Sulawesi Selatan didapatkan hasil 2,6

permil untuk gangguan jiwa berat dan sekitar 9,3 permil untuk gangguan

mental emosional.3 Berdasarkan data dari Puskesmas Toddopuli

dilaporkan ada 2 kasus gangguan psikotik akut pada bulan oktober, 4

kasus gangguan skizofrenia dengan gangguan psikotik kronik pada bulan

november 2018 dan 2 kasus kasus gangguan skizofrenia dengan gangguan

gangguan psikotik kronik, 1 kasus gangguan kesehatan jiwa anak dan 1

kasus gangguan kepribadian pada bulan desember 2018.

Gangguan jiwa berat dapat menyebabkan turunnya produktivitas

pasien dan akhirnya menimbulkan beban biaya besar yang dapat

membebani keluarga, masyarakat, serta pemerintah. Lebih jauh lagi

gangguan jiwa ini dapat berdampak pada penambahan beban negara dan

penurunan produktivitas manusia untuk jangka panjang. Kondisi

neuropsikiatrik menyumbang 13% dari total Disability Adjusted Life Years

(DALYs) yang hilang karena semua penyakit dan cedera di dunia dan

diperkirakan meningkat hingga 15% pada tahun 2020. Kasus depresi saja

menyumbang 4,3% dari beban penyakit dan merupakan salah satu yang

2
terbesar penyebab kecacatan di seluruh dunia, khususnya bagi

perempuan.1

Salah satu pemicu terjadinya berbagai masalah dalam kesehatan

jiwa adalah dampak modernisasi dimana tidak semua orang siap untuk

menghadapi cepatnya perubahan dan kemajuan teknologi baru,. Untuk itu

Kondisi mental yang sehat pada tiap individu tidaklah dapat

disamaratakan. Kondisi inilah yang semakin membuat urgensi

pembahasan kesehatan mental yang mengarah pada bagaimana

memberdayakan individu, keluarga, maupun komunitas untuk mampu

menemukan, menjaga, dan mengoptimalkan kondisi sehat mentalnya

dalam menghadapi kehidupan sehari-hari.1

Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka rumusan masalah

pada tutorial klinik ini adalah menganalisis masalah atau hambatan pada

wilayah kerja puskesmas toddopuli mengenai kasus gangguan kesehatan

jiwa.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Menganalisis masalah atau hambatan pada wilayah kerja Puskesmas

Toddopuli mengenai kasus gangguan kesehatan jiwa triwulan akhir

pada tahun 2018

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi kasus baru terkait gangguan kesehatan jiwa di

wilayah kerja Puskesmas Toddopuli.

3
b. Menganalisis faktor yang menyebabkan gangguan kesehatan jiwa

terhadap wilayah kerja Puskesmas Toddopuli.

c. Meningkatkan peran, kesadaran serta pemahaman masyarakat

melalui kegiatan kelompok yang ada baik di sekolah maupun di

masyarakat.

C. Manfaat

1. Bagi Institusi

Dapat memperkaya khasanah dunia kerja melalui informasi yang

diperoleh dari lapangan sehingga dapat melakukan penyesuaian materi

perkuliahan terhadap tuntutan dunia kerja yang pada akhirnya dapat

menghasilkan dokter-dokter yang lebih kompetitif..

2. Bagi puskesmas

Dapat memberikan informasi, bahan masukan yang bermanfaat dan sebagai

salah satu pertimbangan dalam pengambilan keputusan bagi program dalam

penanganan masalah kesehatan jiwa sehingga dapat menurunkan faktor

resiko tinggi terhadap kasus gangguan kesehatan jiwa.

3. Bagi Dokter Muda

Dokter muda dapat menambah pelajaran praktis klinis lapangan dan

membandingkan ilmu yang diperoleh dengan dunia kerja yang

sesungguhnya sehingga dapat mempersiapkan diri dalam menghadapi

kompetisi pasca pendidikan.

BAB II

4
TINJAUN PUSTAKA

A. Kesehatan Jiwa

1. Definisi Kesehatan Jiwa

WHO (2005) mendefinisikan kesehatan sebagai suatu

keadaan lengkap kesejahteraan fisik, mental dan sosial serta bukan

hanya tidak adanya penyakit atau kelemahan. Dari definisi

kesehatan tersebut, kesehatan mental atau jiwa sangat jelas

terintegrasi didalamnya. Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak ada

kesehatan tanpa kesehatan jiwa. Menurut UU RI no. 18 tahun 2014

tentang kesehatan jiwa, yang dimaksud dengan “Kesehatan jiwa

adalah kondisi dimana seorang individu dapat berkembang secara

fisik, mental, spiritual, dan sosial sehingga individu tersebut

mampu menyadari kemampuan sendiri, dapat mengatasi tekanan,

dapat bekerja secara produktif, dan mampu memberikan kontribusi

untuk komunitasnya” (Kemenkes RI, 2014).4

Tiga pemikiran utama untuk meningkatkan kesehatan yaitu,

kesehatan jiwa merupakan bagian integral dari kesehatan;

kesehatan jiwa adalah lebih dari tidak adanya penyakit mental; dan

kesehatan jiwa memiliki hubungan yang erat dengan kesehatan

fisik serta perilaku. Kesehatan jiwa merupakan pondasi untuk

kesejahteraan dan keefektifan fungsi kehidupan bagi individu dan

komunitas (WHO, 2005). 4

2. Karakteristik Jiwa Yang Sehat4

5
Kementrian Kesehatan RI (2012) menyebutkan individu dengan

jiwa yang sehat memiliki beberapa karakteristik, diantaranya :

a. Menerima dirinya apa adanya dengan kriteria mampu

mengatasi perasaan-perasaan negatif atau positif dengan baik,

memiliki harga diri yang normal, tidak merendahkan maupun

menyombongkan dirinya, dan dapat menerima kehidupannya

dengan baik.

b. Memiliki hubungan yang baik dengan orang lain dengan

kriteria dapat mencintai dan dicintai, tidak berbuat curang

maupun dicurangi oleh orang lain, memiliki rasa kepercayaan

terhadap orang lain, tidak meremehkan pendapat orang lain,

dan menjadi bagian dari kelompok.

c. Mampu menjalani kehidupannya secara terarah dengan kriteria

memiliki tujuan hidup yang realistis, dapat mengambil

keputusan, memiliki rasa tanggung jawab, dan menjalani

pekerjaannya dengan senang hati.

Karakteristik jiwa yang sehat juga telah diriwayatkan dalam

beberapa hadist Rasulullah SAW. Beberapa indikasi seseorang

yang memiliki kesehatan dan kestabilan mental/ jiwa di antaranya

yaitu :

1) Adanya rasa aman

Rasulullah SAW bersabda,

“Siapa yang menyongsong pagi hari dengan perasaan aman


terhadap lingkungan sekitar, kondisi tubuh yang sehat, serta

6
adanya persediaan makanan untuk hari itu maka seakan-akan
dia telah memperoleh seluruh kenikmatan dunia.” (HR
Tirmidzi).

Hadist ini mrnunjukkan bahwa seseorang yang merasa aman,

atau tidak merasa curiga terhadap sekelilingnya

mengindikasikan seseorang yang memiliki jiwa yang sehat.

2) Tidak meminta-minta kepada orang lain/ merasa

berkecukupan Rasulullah SAW bersabda,

“Demi jiwaku yang berada dalam genggaman-Nya. Tindakan


kalian mengambil seutas tali lalu mencari kayu bakar
kemudian memikulnya di atas punggung adalah lebih baik
(mulia serta terhormat) ketimbang mendatangi seseorang lalu
meminta-minta kepadanya, baik ia kemudian diberi sedekah
atau tidak.” (HR Bukhari).

Hadist ini menunjukkan bahwa seseorang yang merasa

berkecukupan terhadap kehidupannya dan tidak meminta belas

kasihan orang lain, mengindikasikan jiwa yang sehat.

3) Percaya diri

Rasulullah SAW bersabda,

“Janganlah kalian menghinakan diri kalian sendiri.” Para


sahabat bertanya (dengan rasa heran), “Wahai Rasulullah
SAW bagaimana mungkin kami akan menjadikan diri kami
sendiri hina?” Rasulullah menjawab, “Seseorang mengetahui
bahwa ada sebuah perintah Allah yang wajib dia sampaikan
(kepada orang banyak), namun dia tidak menyampaikannya.”
Terhadap orang seperti ini, pada hari Kiamat kelak, Allah akan
bertanya, “Apa yang telah menyebabkanmu tidak
menyampaikan hal ini dan itu?” Ia menjawab,”Rasa takut
terhadap manusia.” Allah kemudian berkata, “Kepada-Kulah
engkau lebih pantas untuk takut.” (HR Ibnu Maajah).

Hadist ini menunjukkan bahwa seseorang yang merasa takut

kepada orang lain berarti tidak memiliki kepercayaan diri.

7
Seseorang yang percaya diri merupakan indikasi dari

seseorang yang memiliki jiwa yang sehat.

4) Tidak pernah merugikan hak orang lain

Rasulullah SAW bersabda,

“Haram hukumnya bagi seorang mukmin


merongrong harta, kehormatan, atau jiwa muslim yang lain.
Seseorang telah dicatat melakukan suatu kejahatan jika
menghina saudaranya sesama muslim.” (HR Abu Dawud)

Rasulullah SAW bersabda,

“Janganlah saling mendengki, menyiarkan aib orang lain,


membenci, dan saling membelakangi (bermusuh-musuhan).
Selain itu, janganlah seorang membeli (barang) yang telah
dibeli orang lain, tetapi jadilah kalian hamba Allah yang saling
bersaudara. Seorang muslim adalah saudara bagi muslim yang
lain. Oleh karena itu, dia tidak boleh menzaliminya,
merendahkannya, maupun menghinanya. Takwa itu berada di
sini (sambil menunjuk ke dada beliau tiga kali). Seorang
muslim sudah dipandang melakukan kejahatan jika dia
mengejek saudaranya sesama muslim. Seorang muslim
diharamkan meng-ganggu jiwa, harta, maupun kehormatan
muslim yang lain.” (HR Ahmad)

Hadist di atas menerangkan bahwa seseorang yang memiliki

jiwa yang sehat maka tidak akan merugikan hak orang

lain, misalnya seperti tidak mendzalimi, tidak

menghina, maupun menyakiti orang lain.

5) Memiliki rasa tanggung jawab

Abdullah bin Umar berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda,

“Setiap kalian adalah pemimpin dan setiap kalian bertanggung


jawab terhadap yang dipimpinnya. Seorang penguasa adalah
pemimpin dan bertanggung jawab terhadap rakyatnya.
Seorang ayah adalah pemimpin di rumah tangganya dan
bertanggung jawab terhadap yang dipimpinnya. Seorang istri
adalah pemimpin di rumah suaminya dan bertanggung jawab

8
terhadap yang dipimpinnya. Demikian juga, seorang pembantu
adalah pemimpin (penjaga) harta tuannya dan bertanggung
jawab terhadap yang dipimpinnya itu. Ketahuilah bahwa setiap
kalian adalah pemimpin dan setiap kalian bertanggung jawab
terhadap yang dipimpinnya.” (HR Bukhari)

Hadist di atas menerangkan bahwa setiap manusia memiliki

tanggung jawabnya masing-masing. Di mana manusia yang

memiliki jiwa yang sehat pasti akan bertanggung jawab

terhadap apa yang menjadi tanggungannya.

Hadis-hadist yang telah dipaparkan di atas, memperlihatkan

dengan jelas bahwa Rasulullah SAW sangat memahami tabiat

jiwa manusia dan mengetahui cara-cara yang harus ditempuh

oleh manusia agar memiliki kesehatan jiwa yang baik (Riyadh,

2007).

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesehatan Jiwa

Kesehatan jiwa atau psikologis tidak hanya dipengaruhi oleh

karakteristik individu saja, tetapi juga dipengaruhi oleh keadaan

sosial ekonomi serta lingkungan dimana orang tersebut berada.

Berikut ini penjabaran dari faktor-faktor yang berkontribusi

terhadap kesehatan jiwa dan kesejahteraan menurut WHO (2012) :

1) Karakteristik dan perilaku individu

Karakteristik dan perilaku individu berhubungan

dengan kecerdasan emosional dan kecerdasan sosial yang

dimilikinya, serta dipengaruhi oleh faktor genetiknya.

Kecerdasan emosional berhubungan dengan pembawaan

9
seseorang serta kemampuan belajar untuk menghadapi

perasaan dan pikiran serta mengelola dirinya dalam

kehidupan sehari-hari. Sedangkan kecerdasan sosial yaitu

kapasitas untuk menghadapi dunia sosial disekitarnya seperti

mengambil bagian dalam kegiatan sosial, bertanggung jawab

atau menghormati pendapat orang lain. Dan faktor genetik

yang mempengaruhi karakteristik dan perilaku individu yaitu

bawaan. individu semenjak lahir, seperti kelainan kromosom

misalnya down’s syndrome, atau cacat intelektual yang

disebabkan oleh paparan saat masih di kandungan serta

kekurangan oksigen ketika dilahirkan.

2) Keadaan sosial dan ekonomi

Kapasitas seorang individu untuk mengembangkan

resiko maalah kesehatan jiwa sangat dipengaruhi oleh

lingkungan sosial mereka sendiri, dimana lingkungan sosial

tersebut mengharuskan mereka untuk untuk terlibat secara

positif dengan anggota keluarga, teman, ataupun kolega, dan

mencari nafkah untuk diri mereka dan keluarga. Selain itu,

keadaan sosial ekonomi, seperti kesempatan yang terbatas

atau hilang untuk memperoleh pendidikan dan pendapatan,

serta stres pekerjaan dan pengangguran.

3) Keadaan lingkungan

10
Lingkungan sosial budaya dan geopolitik dimana

individu berada juga mempengaruhi diri mereka sendiri,

rumah tangga, serta status kesehatan mental dan

kesejahteraannya. Keadaan lingkungan yang dapat

mempengaruhi diantaranya yaitu tingkat akses ke kebutuhan

pokok dan jasa, misalnya air, pelayanan kesehatan esensial,

dan aturan hukum; paparan yang mendominasi keyakinan

sosial, budaya, sikap atau praktik; kebijakan ekonomi yang

dibentuk di tingkat nasional, misalnya sedang

berlangsungnya krisis keuanganan global.

WHO juga menjelaskan bahwa kesehatan mental dan

gangguan mental umum sebagian besar dibentuk oleh

lingkungan sosial, ekomomi, dan fisik tempat individu

tersebut menetap (WHO, 2014). Faktor-faktor di atas dapat

mempengaruhi kondisi kesehatan jiwa seseorang, sehingga

dapat menjadi stresor bagi individu. Individu dengan jiwa

yang sehat mampu mengontrol dirinya untuk menghadapi

stresor yang ada serta selalu memiliki pikiran yang positif

tanpa adanya tekanan fisik dan psikologis (Nasir & Muhith,

2011).

4. Gangguan Jiwa4

a. Definisi Gangguan Jiwa

11
Seseorang yang tidak mampu menghadapi atau mengatasi

stresor tersebut maka memiliki risiko yang tinggi untuk

mengalami masalah kejiwaan (Nurjanah, 2004). Menurut UU

RI no.18 tahun 2014 tentang kesehatan jiwa, menyatakan

bahwa “Orang dengan masalah kejiwaan yang selanjutnya

disingkat OMDK adalah orang yang mempunyai masalah fisik,

mental, sosial, pertumbuhan dan perkembangan, dan/ atau

kualitas hidup sehingga memiliki risiko mengalami gangguan

jiwa” (Kemenkes RI, 2014).

Kesehatan mental atau jiwa memiliki hubungan timbal

balik dengan penyakit tidak menular, dimana kesehatan mental

meningkatkan resiko terjadinya penyakit tidak menular, luka

dan kecelakaan, begitu juga sebaliknya penyakit tidak

menularkan, luka dan kecelakaan dapat menyebabkan stres

yang nantinya akan meningkatkan untuk terjadinya gangguan

kesehatan mental (Prince dkk dalam Isfandari & Lolong, 2014).

Seseorang yang mengalami masalah kejiwaan secara terus-

menerus sehingga menjadi menumpuk, maka dapat

menimbulkan gangguan kesehatan fisik maupun jiwa

(Kemenkes RI, 2013). Gangguan jiwa merupakan sekumpulan

gejala yang mengganggu pikiran, perasaan, dan perilaku yang

menyebabkan kehidupan seseorang menjadi terganggu dan

menderita sehingga tidak dapat melaksanakan fungsi sehari-

12
hari (Kemenkes RI, 2015).Gangguan jiwa secara langsung

tidak akan menyebabkan kematian, namun akan menyebabkan

penderitanya menjadi beban keluarga dan masyarakat

sekitarnya, serta membuat penderitanya menjadi tidak

produktif (Efendi & Makhfudli, 2009).

Gangguan kesehatan jiwa bukan merupakan penyakit

yang datangnya secara tiba-tiba, namun merupakan akibat dari

terakumulasinya permasalahan yang dimiliki individu. Dengan

demikian deteksi dini masalah kesehatan jiwa dapat dilakukan,

dimana dengan adanya deteksi dini tersebut dapat membantu

mencegah timbulnya masalah yang lebih berat (Adawiyah,

2012).

b. Faktor-Faktor Penyebab Gangguan Jiwa

1) Psikologis

Hubungan antara peristiwa hidup yang mengancam, seperti

peristiwa traumatik merupakan salah satu faktor penyebab

yang menjadi stresor seseorang untuk mengalami gangguan

jiwa. Psikologis akan terpengaruh dalam waktu yang

panjang, saat seseorang kesulitan untuk melupakan

pengalaman traumatik. Seseorang yang tidak mampu

menanggulangi stresor, maka akan berakibat pada

timbulnya gejala-gejala dalam aspek kejiwaan, berupa

13
gangguan jiwa ringan maupun berat (Yosep, Puspowati, &

Sriati, 2009).

2) Genetik

Penelitian yang dilakukan oleh Yanuar (2011) mengenai

analisis faktor yang berhubungan dengan kejadian

gangguan jiwa di Desa Paringan Kabupaten Ponorogo,

menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara

genetik dengan kejadian gangguan jiwa. Hasil penelitian

tersebut sesuai dengan pendapat Cloninger (1989) dalam

Yanuar (2011) yang mengatakan bahwa faktor genetik

memiliki kaitan yang erat terhadap gangguan jiwa terutama

gangguan persepsi sensori dan gangguan psikotik.

3) Lingkungan

Terdapat hubungan yang erat antara kondisi sosial dan

lingkungan sebagai stresor psikososial dengan timbulnya

gangguan jiwa (Efendi & Makhfudli, 2009).

4) Holistik elektik

Holistik elektik merupakan suatu konsep yang

memandang manusia sebagai satu kesatuan integral dari

unsur-unsur organobiologik, psikoedukatif, dan

sosiokultural. Dari ketiga unsur tersebut dapat

menyebabkan gangguan jiwa, yang berarti gangguan jiwa

memiliki penyebab yang multi-faktorial (holistik). Faktor-

14
faktor lain yang turut andil menjadi penyebab gangguan

jiwa merupakan faktor tambahan (Elektik) (Darmabrata &

Nurhidayat, 2003).

Konsep holistik elektik menggambarkan bahwa

gangguan jiwa dilandasi oleh faktor-faktor dasar atau

predisposisi yang biasanya merupakan faktor

organobiologik atau psikoedukatif, yang kemudian

dimanifestasikan dengan beberapa gejala karena dipicu oleh

faktor stresor sosial yang merupakan faktor presipitasi

(Darmabrata & Nurhidayat, 2003).

c. Jenis gangguan jiwa

Gangguan jiwa secara garis besar dapat digolongkan

menjadi dua bagian yaitu gangguan psikiatrik organik dan

gangguan fungsional. Gangguan psikiatrik organik terbagi

menjadi dua macam yaitu, gangguan organik seperti

karsinoma, gangguan endokrin, dan lain-lain, serta gangguan

penggunaan zat psikoaktif seperti penggunaan alkohol, obat-

obatan terlarang, dan lain-lain. Gangguan fungsional juga

terbagi menjadi dua macam yaitu, psikosis seperti skizofrenia,

gangguan mood, dan gangguan psikotik lainnya, serta neurosis

seperti gangguan obsesif kompulsif, fobia, dan sebagainya

(Puri, Laking, & Treasaden, 2012).

15
Maramis & Maramis (2009) membagi gangguan jiwa ke dalam

dua golongan, yaitu :

1) Gangguan jiwa berat / penyakit mental (Psikosis)

Psikosis merupakan gangguan jiwa serius yang dapat

ditimbulkan oleh penyebab organik maupun emosional.

Gejala yang ditunjukkan diantaranya gangguan kemampuan

berpikir, bereaksi secara emosional, berkomunikasi,

mengingat, menafsirkan kenyataan dan bertindak sesuai

dengan kenyataan itu, sedemikian rupa sehingga

kemampuan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari

menjadi sangat terganggu.

Gangguan jiwa berat berupa gangguan psikotik dan

gangguan jiwa skizofrenia merupakan bentuk gangguan

fungsi pikiran berupa disorganisasi isi pikiran yang ditandai

dengan gejala gangguan pemahaman berupa delusi dan

waham, gangguan persepsi berupa halusinasi atau ilusi,

terganggunya daya nilai realitas yang dimanifestasikan

dengan perilaku bizzare atau aneh (Efendi & Makhfudli,

2009).

2) Gangguan jiwa ringan/ gangguan mental (Neurosis)

Neurosis merupakan penyesuaian diri yang salah secara

emosional karena tidak dapat diselesaikannya konflik tak

sadar.

16
Neurosis menurut gejalanya dibagi menjadi beberapa

jenis, yaitu neurosis cemas, neusrosis histerik, neurosis

fobik, neurosis obsesif kompulsif, neurosa depresif, neurosa

nerastenik, dan neurosa depersonalisasi .

Gangguan jiwa neurotik, yaitu gangguan kejiwaan

dimana penderitanya akan menunjukkan gejala mudah

lelah, kecemasan yang berlebih, insomnia, kelumpuhan,

depresi, dan gejala-gejala lainnya yang berhubungan

dengan tekanan jiwa (Nasir & Muhith, 2011).

Gangguan mental emosional juga merupakan bagian

dari gangguan jiwa yang bukan disesbabkan oleh kelainan

organik otak atau lebih didominasi oleh gangguan emosi

(Dictionary reference dalam Suyoko, 2012). Gangguan

mental emosional adalah gejala orang yang menderita

karena memiliki masalah mental atau jiwa, lalu jika kondisi

tersebut tidak segera ditangani maka akan menjadi

gangguan yang lebih serius (Idaiani, 2010). Selain itu,

gangguan mental emosional juga disebut dengan istilah

distres psikologik atau distres emosional (Idaiani, Suhardi,

& Kristanto, 2009). Pada keadaan tertentu gangguan ini

dapat diderita oleh semua orang namun dapat pulih kembali

seperti keadaan semula jika dapat diatasi oleh individu

tersebut atau berkunjung ke fasilitas pelayanan kesehatan

17
tetapi jika tidak dapat diatasi maka akan berlanjut menjadi

gangguan yang lebih serius (Kemenkes RI, 2013).

Gangguan mental emosional ditandai dnegan

menurunnya fungsi individu pada ranah keluarga, pekerjaan

atau pendidikan, dan masyarakat atau komunitas, selain itu

gangguan ini berasal dari konflik alam bawah sadar yang

menyebabkan kecemasan. Depresi dan gangguan

kecemasan merupakan jenis gangguan mental emosional

yang lazim ditemui di masyarakat. Sedangkan gangguan

jiwa berat yang lazim ditemui di masyarakat yaitu

skizofrenia dan gangguan psikosis. Skizofrenia merupakan

gangguan jiwa berat yang prevalensinya paling tinggi

dialami oleh msyarakat (Kurniawan & Sulistyarini, 2016).

d. Tanda dan Gejala Gangguan Jiwa

Seseorang yang mengalami gangguan jiwa berat ditandai

dengan hilangnya kontak dengan realita, menunjukkan perilaku

yang tidak lazim, serta munculnya waham dan halusinasi.

Seseorang yang mengalami gangguan mental emosional akan

mengalami penurunan fungsi pada ranah keluarga, pekerjaan,

pendidikan, komunitas, dan masyarakat (Kurniawan &

Sulistyarini, 2016).

Gejala yang berkontribusi pada terjadinya gangguan mental

emosional diantaranya yaitu, mempunyai pemikiran untuk

18
mengakhiri hidup, hilangnya kemampuan untuk melakukan

hal-hal yang bermanfaat didalam hidup, kesulitan dalam

menikmati kehidupan sehari-hari, merasa tidak berharga, dan

terganggunya pekerjaan sehari-hari (Surjaningrum, 2012).

Gangguan jiwa berat gangguan psikotik dan gangguan jiwa

skizofrenia memiliki beberapa gejala yang dimanifestasikan

dalam gejala gangguan pemahaman berupa delusi dan waham,

gangguan persepsi berupa halusinasi atau ilusi, serta

tergangguanya daya nilai realitas yang dimanifestasikan dengan

perilaku bizzare atau aneh (Efendi & Makhfudli, 2009).

Menurut Nasir dan Muhith (2011) beberapa tanda dan

gejala gangguan jiwa, yaitu sebagai berikut :

1) Gangguan kognitif

Kognitif merupakan proses mental di mana terdapat

hubungan yang disadari dan dipertahankan oleh individu

dengan lingkungannya. Proses kognitif meliputi sensasi dan

persepsi, perhatian, ingatan, asosiasi, pertimbangan,

pikiran, serta kesadaran.

2) Gangguan perhatian

Perhatian merupakan pemusatan dan konsentrasi energi.

3) Gangguan asosiasi.

19
Asosiasi merupakan kesan atau gambaran ingatan yang

ditimbulkan oleh suatu perasaan, kesan, atau gambaran

ingatan dalam suatu proses mental

4) Gangguan pertimbangan

Pertimbangan atau penilaian merupakan suatu proses

mental untuk memberikan pertimbangan atau penilaian

terhadap suatu maksud dan tujuan dari aktivitas.

5) Gangguan pikiran

Pikiran merupakan bagian dari pengetahuan seseorang.

6) Gangguan kesadaran

Kesadaran merupakan kemampuan seseorang untuk

mengadakan suatu hubungan maupun pembatasan antara

dirinya dengan lingkungan melalui pancaindra.

7) Gangguan kemauan

Kemampuan merupakan suatu proses keinginan yang

dilaksanakan untuk mencapai tujuan setelah dilakukan

pertimbangan dan kemudian diputuskan.

8) Gangguan emosi dan afek

Emosi merupakan pengalaman sadar dan berpengaruh

terhadap aktivitas tubuh yang menghasilkan sensasi kinetis

maupun organik. Afek merupakan kehidupan perasaan atau

nada perasaan emosional seseorang, menyenangkan atau

20
tidak, yang menyertai suatu pikiran, biasa berlangsung lama

dan jarang disertai komponen fisiologis.

9) Gangguan ingatan

Ingatan merupakan tanda-tanda kesadaran serta

kemampuan untuk menyimpan, mencatat, dan

memproduksi isi.

10) Gangguan psikomotor

Psikomotor merupakan gerakan tubuh yang dipengaruhi

oleh keadaan jiwa

21
BAB III

GAMBARAN UMUM PUSKESMAS TODDOPULI

A. Gambaran Demografi Puskesmas

Gambar A.1. Puskesmas Toddopuli

Puskesmas Toddupuli merupakan puskesmas baru yang merupakan

pengembangan dari Puskesmas Batua yang terletak di Jl. Toddupuli Raya

No.96 dan dipimpin oleh drg. Hj. Yayi Manggarsari, M.Kes. Dahulu

Puskesmas Toddupuli merupakan PUSTU (Puskesmas Pembantu) dari

Puskesmas Batua, dan akhirnya sekitar 6 November 2013 Pustu dari

Puskesmas Batua ini dijadikan puskesmas yang dinamakan Puskesmas

Toddopuli.

22
Batas-batas wilayah kerja Puskesmas Toddopuli sebagai berikut.

1. Sebelah Utara : Kelurahan Panaikang

2. Sebelah Barat : Kecamatan Pandang/Karampuang

3. Sebelah Timur : Kecamatan Tello Baru Batua

4. Sebelah Selatan : Kelurahan Pandang/Borong

Pada waktu itu Puskesmas Toddopuli hanya memberikan

pelayanan kepada pasien rawat jalan dengan pegawai berjumlah enam

orang, setelah dikembangkan jadi Puskesmas jumlahnya bertambah

menjadi 21 pegawai yang terdiri dari 21 orang PNS dan 5 orang pegawai

magang dengan luas wilayah kerja kelurahan Paropo 1.170.138 M3 atau

117.138 Ha. Selain itu, Puskesmas Toddopuli terdiri dari 10 RW dan 52

RT.

Kegiatan posyandu di wilayah kerja Puskesmas Toddopuli di

kelurahan Paropo ada 8 RW, 8 Posyandu Bayi dan Balita, 1 Posyandu

Lansia ditambah dengan 1 Posbindu dilaksanakan setiap bulan dari tanggal

01 sampai tanggal 26 bulan berjalan dengan melakukan kegiatan-kegiatan

diantaranya imunisasi, penyuluhan kesehatan, pemantauan tumbuh

kembang anak, pemeriksaan ibu hamil, pengobatan penyakit dan

pemberian makanan tambahan. Semua kegiatan tersebut dilakukan sesuai

dengan jadwal yang telah ditentukan untuk masing-masing penanggung

jawab kegiatan yang dilaksanakan oleh petugas Puskesmas Toddopuli.

Adapun visi, misi, dan motto dari Puskesmas Toddopuli, adalah sebagai

berikut.

23
1) Visi

Menjadi Sentra Pelayanan Kesehatan Prima Terdepan.

2) Misi

a. Mengembangkan sarana dan prasarana puskesmas.

b. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia

c. Meningkatkan mutu pelayanan Puskesmas, baik Upaya Kesehatan

Perorangan (UKP), Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM), dan

Manajerial.

d. Menggalang kemitraan dengan masyarakat dan lintas sektoral di

bidang kesehatan.

e. Mengembangkan program inovasi.

3) Motto

Tulus Melayani Profesional dan Peduli.

Gambar A.2. Visi, Misi dan Motto Puskesmas Toddopuli

4) Budaya Kerja

24
Ramah dan Sopan Santun

Bersikap ramah dan sopan santun terhadap pimpinan, staf, dan

pengunjung.

5) Tata Nilai

T : Tanggung Jawab

O : Optimis

D : Disiplin

D : Dedikasi

O : Objektif

P : Profesional

U : Ulet

L : Loyal

I : Inisiatif dan Inovatif

B. Keadaan Demografi

 Luas wilayah : 1.94 km2

 Jumlah KK : 3.618 KK

 Jumlah penduduk : 16.476 orang

a. Laki-laki : 7.944 orang

b. Perempuan : 8.327 orang

25
Gambar A.3. Demografi Puskesmas Toddopuli

C. Keadaan Sarana Wilayah Toddopuli

1. Jumlah Sarana Ibadah : 9, terdiri dari :

Mesjid : 6 buah

Gereja : 3 buah

2. Jumlah Sarana Pendidikan : 23, terdiri dari :

TK : 10 buah

SD/Sederajat : 8 buah

SMP/Sederajat : 3 buah

SMA/Sederaja : 2 buah

3. Jumlah Posyandu : 8, terdiri dari 8 Posyandu Bayi dan Balita serta 1

Posyandu Lansia dengan uraian sebagai berikut.

Posyandu Teratai I di Jl. Dirgantara

Posyandu Teratai II di Jl. BTN Paropo

Posyandu Teratai III di Jl.Paropo II

Posyandu Teratai IV di Jl. Paropo III

26
Posyandu Teratai V di Jl.Babussalam

Posyandu Teratai VI di Kompleks Paropo Indah

Posyandu Teratai VII A di Jl. Batua Raya VIII

Posyandu Teratai VII B di Jl. Batua Raya XII

Posyandu Teratai IX di Jl. Meranti

Termasuk di dalam Posyandu Bayi dan Balita adalah Posyandu I, II,

III, IV, V, VII A, VII B, dan Posyandu IX. Sedangkan Posyandu

Lansia berada di Posyandu VI.

4. Jumlah Posbindu :

Sesuai dengan jadwal posbindu di PKM Toddopuli

5. Jumlah Sarana Olahraga

Lapangan Bulutangkis lokasi BLKI

D. Struktur Organisasi Puskesmas Toddopuli

 Kepala Puskesmas : drg. Hj. Yayi Manggarsari, M,Kes.

 Kepala Sub. Bagian Tata Usaha : Hj. Kurniati M, S.Sos

a. Umum/Data : Rina Kasrini,AMK

b. Inventaris : Sumiati, AMK

c. Bendahara : Ariati, S.Kep, Ners

 Unit Pelayanan Teknis Fungsional :

 Upaya Kesehatan Masyarakat

1) Upaya Kesehatan Wajib : Zainuddin, SKM

a. Promosi Kesehatan : Yuliana, Amd. Keb & Syadriana

b. Kesehatan Lingkungan : Zainuddin, S.KM

27
c. KIA dan KB : Ratih Puspita Ratu, Amd, Keb

d. Upaya Per. Gizi Masyarakat : Nurhaedah, AMD

e. Upaya P2P : Nurmawati T, S.Kep.Ns

2) Upaya Kesehatan Pengembangan

a. Upaya Kesehatan UKS : Syadriana Djafar, AMKG

b. Upaya Kesehatan Indera : Sumiati. AMK

c. Pel. Prog. Kesehatan Jiwa : Nurmawati T,S.Kep,Ns

d. Upaya Ketrad /Pem.Batra : Kasmawati Anwar, S.Si, Apt

e. Upaya Kesehatan Usila : Syarifuddin, AMK

f. Upaya Kesehatan Kerja : Zainuddin, SKM

g. Perawatan Kesehatan Masy : Hadijah Hamid

 Upaya Kesehatan Perseorangan

Rawat Jalan

a) Kartu : Husniah

b) Poli Umum : dr. Hj. Adriani L,MM

dr. Syamsul Chandra

c) Poli TB dan Kusta : Nurmawati T, S.Kep.Ns

d) Poli Gigi : drg. Nursyamsi

e) Tindakan/UGD : Nurmawati T, S.Kep.Ns

f) Laboraturium : Nurlaila Tuanaya, SKM

g) Kamar Obat : Kasmawati Anwar, S.Si, Apt

Suartin Mar, S.Farm

 Jaringan Pelayanan Puskesmas

28
Unit Puskesmas Keliling : Syarifuddin, AMK

E. Sumber Daya Manusia (SDM) Puskesmas Toddopuli

Jumlah dan jenis pegawai di Puskesmas Toddupuli adalah:

a. Kepala Puskesmas : 1 orang

b. Dokter Umum : 2 orang

c. Dokter Gigi : 2 orang

d. Ka. Tata Usaha : 1 orang

e. Penyuluh Kes : 1 orang

f. Perawat : 7 orang

g. Apoteker : 1 orang

h. Farmasi : 1 orang

i. Sanitarian : 1 orang

j. Bidan : 3 orang

k. Perawat Gigi : 1 orang

l. Laboratorium : 1 orang

m. Gizi : 1 orang

F. Jenis-Jenis Pelayanan Pasien Rawat Jalan Puskesmas Toddopuli

Jenis pelayanan yang diberikan puskesmas Toddopuli adalah sebagai

berikut.

1. Program Upaya Kesehatan Perorangan (UKP)

a. Poli Umum

b. Poli Gigi

c. Poli KIA dan KB

29
d. Poli TB, Kusta, dan Konseling HIV

e. Pemeriksaan IVA (Inspeksi Visual Asam Asetat)

f. Ruang Bersalin

g. Ruang Rawat Jalan Pasca Salin (One Day Care)

h. Imunisasi

i. Laboratorium

j. Apotek / Kamar Obat

k. Telemedicine EKG dan USG

l. UGD / Ruang Tindakan

m. Homecare 24 Jam

2. Program Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM)

a. Program UKM Esensial

1) Upaya Promosi Kesehatan

2) Upaya Kesehatan Lingkungan

3) Upaya Kesehatan Ibu, Anak, dan Keluarga Berencana

4) Upaya Kesehatan Gizi

5) Upaya Pencegahan dan Pengendalian Penyakit

b. Program UKM Pengembangan

1) Program UKGS / UKGM

2) Program Kesehatan Lansia

3) Program Kesehatan Jiwa

4) Program Kesehatan Tradisional

5) Program UKK

30
6) Program UKS dan Kesehatan PKPR

7) Program Kesehatan Indra

8) Program Kesehatan Olahraga

9) Perkesmas

3. Program Inovasi

a. Kawasan Tanpa Asap Merokok dengan Pojok UBM

b. Pemantauan Pengelolaan Makanan Lintas Sektor

4. Program Unggulan

a. Lorong Sehat

 Lorongan Mandengan Jalan Batua Raya RW 7 Kecamatan

Panakukang Kelurahan Paropo

 Jalan Babussalam Raya RW 5 RT 3 Kecamatan Panakukang

Kelurahan Paropo

 Jalan Ulin dan Walikukun RW 9 RT 3 Kecamatan Panakukang

Kelurahan Paropo.

5. Homecare

Sekelurahan Paropo Kecamatan Panakukang.

31
HASIL IV

HASIL SURVEI

A. Data jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas Toddopuli adalah

sebanyak 16.476 orang.

Jumlah penduduk laki-laki : 7.944 orang

Jumlah penduduk perempuan : 8.327 orang

B. Data penderita gangguan kesehatan jiwa pada triwulan akhir tahun 2018

(Oktober, November dan Desember 2018) adalah sebanyak 10 orang.

Berdasarkan kunjungan yang dilakukan didapatkan bahwa:

 1 penderita gangguan kesehatan jiwa disebabkan oleh faktor genetik,

lingkungan dan perilaku

 3 penderita gangguan kesehatan jiwa disebabkan oleh perilaku

 2 penderita gangguan kesehatan jiwa disebabkan oleh lingkungan

32
 2 penderita gangguan kesehatan jiwa disebabkan oleh pelayanan

kesehatan dan lingkungan

 2 penderita gangguan jiwa disebabkan oleh perilaku dan lingkungan.

C. Data Pasien

1. Penderita penderita gangguan kesehatan jiwa disebabkan oleh faktor

genetik, lingkungan dan perilaku

 Identitas pasien

Nama :M

Umur : 12 Tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Suku : Makassar

Alamat : Jalan Batua Raya

Diagnosis : F.84.0

 Alloanamnesis

Berdasarkan dari anamnesis dari keluarganya didapatkan pasien

tidak bisa duduk diam dirumah, keluhan ini dirasakan ibunya sejak

anak mulai bisa berjalan dan berlari. Anaknya sering mengoceh

sendiri dengan kata-kata yang sulit tuk dipahami, suka tersenyum

dan tertawa sendiri bila memandang sesuatu. Saat ini anaknya

belum pernah mengenyam pendidikan formal seperti anak

seusianya.

33
2. Penderita gangguan kesehatan jiwa disebabkan oleh perilaku

 Identitas pasien

Nama :N

Umur : 33 Tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Suku : Makassar

Alamat : Jalan Borong Raya

Diagnosis : F.32

 Anamnesis

Berdasarkan anamnesis didapatkan awalnya pasien sering

merasakan perasaan sedih disepanjang hari dialami kurang lebih 3

bulan yang lalu, kurang minat dengan hal yang biasa diminati,

pasien juga sering merasa bersalah pada dirinya dan akhir-akhir ini

pasien sering merasakan sulit tidur.

 Identitas pasien

Nama :I

Umur : 27 Tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Suku : Makassar

Alamat : Jalan Paropo II

Diagnosis : F.20

34
 Alloanamnesis/Anamnesis:

Berdasarkan hasil anamnesis didapatkan riwayat pernah terjatuh

dan kejang-kejang pada usia 11 bulan. Pasien pernah mengamuk

dan tampak berdiam diri. Penyakit pasien baru dapat diketahui

sewaku SD. Saat ini pasien tampak berbicara cepat dan tidak

terararah, minum obat teratur. Keluarganya menyampaikan pasien

pernah melihat objek lain yang tidak dapat dilihat orang lain.

 Identitas pasien

Nama : RS

Umur : 50 Tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Suku : Makassar

Alamat : Jalan Pejuang

Diagnosis : F.40

 Alloanamnesis

Berdasarkan hasil anamnesis dari keluarganya didapatkan bahwa

awalnya pasien sering merasakan keringat dingin dan jantung

berdebar, sulit tidur dan kehilangan nafsu makan, menurutnya

bahwa pasien tidak memiliki masalah didalam keluarga ataupun di

tetangganya.

3. Penderita gangguan kesehatan jiwa disebabkan oleh lingkungan

 Identitas pasien

35
Nama : AR

Umur : 63 Tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Suku : Bugis

Alamat : Jalan Pejuang raya

Diagnosis : F.20

 Alloanamnesis/Anamnesis

Berdasarkan hasil anamnesis didapatkan pasien kadang mengamuk

yang dialami sejak beberapa bulan yang lalu. Saat mengamuk

pasien sering melemparkan barang-barang yang ada didalam

rumahnya. Hal ini dilakukan karena pasien mendengarkan bisikan-

bisikan dari telinga . Pasien juga pernah melihat bayangan

berbentuk orang . selain itu menurut keluarganya keluhan ini mulai

muncul semenjak anaknya tak kunjung menemui pasien dari

perantauannya di luar kota

 Identitas pasien

Nama :L

Umur : 53 Tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Suku : Makassar

Alamat : Jalan Dirgantara

36
Diagnosis : F.29

 Alloanamnesis

Berdasarkan hasil anamnesis yang didapatkan dari keluarga pasien

didapatkan pasien sering mengamuk yang dialami sejak 1 tahun

yang lalu, menurutnya pasien sering marah tidak jelas dan sering

berteriak karena suaminya telah berselingkuh dengan orang

lain.Suami pasien pun meninggalkan pasien dan jarang pulang ke

rumah karena pasien selalu mengamuk.

4 Penderita gangguan kesehatan jiwa disebabkan oleh pelayanan

kesehatan dan lingkungan

 Identitas pasien

Nama :R

Umur : 47 Tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Suku : Makassar

Alamat : Jalan Borong Raya

Diagnosis : F.20

 Alloanamnesis

Berdasarkan anamnesis dari saudara pasien didapatkan pasien

sering menyendiri dan mendengarkan bisikan-bisikan ditelinganya

yang dialami sejak usia 17 tahun, pasien juga sering melihat

adanya makhluk gaib seperti pocong, hantu dll. Menurut

37
saudaranya pasien sering berbicara sendiri terkait cerita-cerita

masa lalu dan sering menceritakan orang-orang dahulu. Pernah

dirawat di Rs.Dadi dan pernah mendapatkan pengobatan dari

beberapa dokter serta dukun-dukun namun menurut keluarganya

tidak ada perubahan yang terjadi pada pasien sehingga

memutuskan untuk pasrah dan tidak melakukan pengobatan ke

pelayanan kesehatan.

 Identitas pasien

Nama : DD

Umur : 60 Tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Suku : Makassar

Alamat : Jalan Borong Raya

Diagnosis : F.60.0

 Alloanamnesis

Berdasarkan hasil anamnesis dari keluarganya didapatkan pasien

sering berbicara sendiri, dan selalu merasakan iri hati dan

berprasangka buruk kepada tetangga sekitarnya, menurutnya

keluhan ini terjadi ketika pasien telah pensiun menjadi guru.

Riwayat pengobatan tidak pernah karena menurutnya gejela ini

lumrah terjadi pada usia lanjut.

5. Penderita gangguan jiwa disebabkan oleh perilaku dan lingkungan

38
 Identitas pasien

Nama :M

Umur : 71Tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Suku : Makassar

Alamat : Jalan Toddopuli

Diagnosis : F.29

 Alloanamnesis

Berdasarkan hasil anamnesis dari keluargaa pasien didapatkan

pasien yang selalu merasa suah tidur, gelisah, mondar-mandir

tanpa alasan yang jelas.Menurut keluarganya terkadang pasien juga

sering melihat hal-hal yang tidak dapat dilihat orang lain, sehingga

pada malam harinya pasien bangun sendiri dan duduk-duduk

diruang tamu. Terkadang kelurga juga merasakan ketakutan ketika

sering didapatkan pasien bangun tengah malam sambil berbicara

sendiri dan tersenyum.

 Identitas pasien

Nama :R

Umur : 61 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Suku : Bugis

39
Alamat : Jl. Pandang No.4

Diagnosa : F29

 Alloanamnesis

Berdasarkan hasil wawancara dengan keluarga pasien telah

didapatkan pasien sering mendapatkan bisikan dari telinganya

bahwa dirinya sering dibicarakan oleh orang lain. Setiap kali ada

tetangga yang kumpul dikiranya bahwa pasien sering dicerita,

karena keluhan yang sering dirasakannya ini sehingga tetangga

rumah juga enggan tuk bersosialisasi dengan pasien, sesekali

pasien juga sering mengamuk.

40
BAB IV

ANALISIS KASUS / MASALAH

Untuk tahap analisis kasus/masalah, terdapat beberapa tahapan untuk

mengetahui adanya masalah atau hambatan pada Puskesmas Toddopuli mengenai

kasus gangguan kesehatan jiwa di wilayah kerja Puskesmas Toddopuli. Untuk

penyelesaiannya yaitu

Kriteria

 Kriteria A : Besar masalah (nilai 0-10)

 Kriteria B : Kegawatan masalah (nilai 1-5)

 Kriteria C : Kemudahan penanggulangan (nilai 1-5)

 Kriteria D : PEARL factor (nilai 0 atau 1)

A. Besar Masalah

1. Identifikasi Masalah

Proses Identifikasi masalah dilakukan berdasarkan laporan triwulan

akhir Puskesmas Toddopuli tahun 2018 dan wawancara dengan kepala

dan penanggung jawab program-program di Puskesmas serta kunjungan

ke beberapa pasien yang mengalami gangguan kesehatan jiwa. Beberapa

masalah kasus gangguan kesehatan jiwa di wilayah kerja Puskesmas

Toddopuli yang ditemui antara lain :

No Masalah Sasaran Cakupan Selisih (%)


Penemuan kasus
10 penderita 4 penderita
1 baru gangguan 40%
(100%) (40%)
kesehatan jiwa
Tingkat 10 penderita 6 penderita
2 60%
kesadaran (100%) (60%)

41
masyarakat
terhadap
pentingnya
pengobatan
Peran pelayanan
kesehatan 10 penderita 6 penderita
3 60%
terhadap edukasi (100%) (60%)
dan konseling

2. Besar Masalah

Penilaian besar masalah dengan menggunakan interval rumus sebagai

berikut:

 Kelas N = 1 + 3,3 log n

= 1 + 3,3 log 3

= 1 + 3,3 (0,47)

= 1 + 1.55

= 2.55

=3

𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑇𝑒𝑟𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖−𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑡𝑒𝑟𝑒𝑛𝑑𝑎ℎ


 Interval =
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ𝐾𝑒𝑙𝑎𝑠

60−40
=
3

= 6.6

Besar Masalah Terhadap


Pencapaian Program

NO MASALAH Interval NILAI


40- 46.7- 53.4- 60-
46.6 53.3 59.9 66.6

42
Nilai
3.33 6.66 13.3 26.6
Penemuan kasus baru 3.33
1 X
gangguan kesehatan jiwa
Tingkat kesadaran masyarakat
2 terhadap pentingnya X 26.6

pengobatan
Peran pelayanan kesehatan
3 X 26.6
terhadap edukasi dan
konseling

B. Kegawatan Masalah

Merupakan hasil rata-rata pengambilan suara dari 7 anggota kelompok

mengenai 3 faktor tingkat kegawatan dengan bobot nilai :

Keganasan Skor Urgensi Skor Biaya Skor

Sangat ganas 5 Sangat mendesak 5 Sangat murah 5

Ganas 4 Mendesak 4 Murah 4

Cukup 3
3 Cukup mendesak 3 Cukup murah
berpengaruh

Kurang ganas 2 Kurang mendesak 2 Mahal 2

Cukup ganas 1 Tidak mendesak 1 Sangat mahal 1

1. Keganasan Masalah

No MASALAH Keganasan Jumlah

43
Penemuan kasus baru (3+3+3+3+3+3+3)
1 3
gangguan kesehatan jiwa 7
Tingkat kesadaran
(4+4+4+4+4+4+4)
2 masyarakat terhadap 4
7
pentingnya pengobatan
Peran pelayanan
(4+4+4+4+4+4+4)
3 kesehatan terhadap 4
7
edukasi dan konseling

2. Urgensi Masalah

MASALAH Urgensi Jumlah

Penemuan kasus baru gangguan (3+3+3+3+4+4+5)


3.5
kesehatan jiwa 7
Tingkat kesadaran masyarakat (4+4+4+4+4+5+5)
4.2
terhadap pentingnya pengobatan 7
Peran pelayanan kesehatan (5+5+5+5+5+5+5)
5
terhadap edukasi dan konseling 7

3. Biaya

No MASALAH Biaya Jumlah

Penemuan kasus baru (3+3+3+3+4+4+4)


1 3.4
gangguan kesehatan jiwa 7
Tingkat kesadaran
(3+3+3+3+4+4+4)
2 masyarakat terhadap 3.4
7
pentingnya pengobatan
Peran pelayanan kesehatan
(3+3+3+4+4+4+5)
3 terhadap edukasi dan 3.7
7
konseling

Dari hasil diatas, didapatkan:

No MASALAH Keganasan Urgensi Biaya Total

44
Penemuan kasus baru
1 gangguan kesehatan jiwa 3 3.5 3.4 9.9

Tingkat kesadaran
2 masyarakat terhadap 3 4.2 3.4 10.6
pentingnya pengobatan

Peran pelayanan
3 kesehatan terhadap 4 5 3.7 12.7
edukasi dan konseling

C. Kemudahan Penanggulangan

KEMUDAHAN
No MASALAH Jumlah
PENANGGULANGAN
Penemuan kasus baru gangguan (4+4+4+4+4+4+4)
1 4
kesehatan jiwa 7
Tingkat kesadaran masyarakat (3+3+3+3+3+3+3)
2 3
terhadap pentingnya pengobatan 7
Peran pelayanan kesehatan terhadap (4+4+4+4+4+4+4)
3 4
edukasi dan konseling 7

D. PEARL Factor

Terdiri dari beberapa faktor yang saling menetukan yaitu :

 Properti : Kesesuaian dengan program daerah/nasional/dunia

 Economy : Memenuhi syarat ekonomi untuk melaksanakannya

 Acceptability : Dapat diterima oleh petugas, masyarakat, dan lembaga

terkait

 Resources : Tersedianya sumber daya

 Legality : Tidak melanggar hukum dan etika

Skor yang digunakan diambil melalui 7 vooting anggota kelompok

45
1 = Setuju

0 = Tidak Setuju

No MASALAH P E A R L

1 Genetik 1 1 1 1 1

2 Lingkungan 1 1 1 1 1

3 Perilaku 1 1 1 1 1

4 Pelayanan Kesehatan 1 1 1 1 1

5 Sikap Keluarga Terhadap Penderita 1 1 1 1 1

Penilaian Prioritas Masalah

Setelah Kriteria A, B, C, dan D ditetapkan, nilai tersebut dimasukkan ke

dalam rumus :

 Nilai Proritas Dasar (NPD) = (A+B) x C

 Nilai Proritas Total (NPT) = (A+B) x C x D

Jadi, adapun Besar Proritas Masalah :


NPD = NPT =
No MASALAH A B C D
(A+B)xC (A+B)xCxD
Penemuan kasus
baru gangguan (3.33+9.9) (3.33+9.9)x
1 3.33 9.9 4 `1
kesehatan jiwa x4 = 52.92 4x1= 52.92

Tingkat kesadaran
(26.6+10.6)
masyarakat (26.6+10.6
2 26.6 10.6 3 1 x3x1 =
terhadap )x3= 111.6
111.6
pentingnya

46
pengobatan

Peran pelayanan
kesehatan terhadap (26.6+12.7 (26.6+12.7)
3 26.6 12.7 4 1
edukasi dan )x4= 157.2 x4x1= 157.2
konseling

Dari hasil tabel sebelumnya, didapatkan urutan dari proritas masalah adalah

sebagai berikut.

1. Peran pelayanan kesehatan terhadap edukasi dan konseling

2. Tingkat kesadaran masyarakat terhadap pentingnya pengobatan

3. Penemuan kasus baru gangguan kesehatan jiwa

Nilai Masalah tertinggi di Puskesmas Toddopuli adalah Peran pelayanan

kesehatan terhadap edukasi dan konseling. Maka dengan dasar inilah, Peran

pelayanan kesehatan terhadap edukasi dan konseling akan menjadi prioritas untuk

pencarian solusi dari masalah ini.

Identifikasi Penyebab Masalah dengan Analisis Pendekatan Sistem

KOMPONEN KEMUNGKINAN PENYEBAB MASALAH

Kurangnya pengetahuan dan pemahaman


MAN
masyarakat mengenai kesehatan jiwa

MONEY Tidak ada masalah

INPUT Kurangnya media seperti brosur, pamflet yang


MATERIAL
menjelaskan mengenai kesehatan jiwa

Edukasi dan penyuluhan terhadap gangguan


METODE
kesehatan jiwa kepada masyarakat masih minim

47
Identifikasi kasus baru dan konseling kepada
MARKETING masyarakat

 Tempat tinggal penderita merupakan


kawasan padat penduduk
LINGKUNGAN  Gangguan kesehatan jiwa masih dianggap
tabuh oleh masyarakat dan dianggap sebagai
sesuatu hal yang memalukan.

PROSES P1 Tidak ada masalah.

Keterlambatan deteksi penderita gangguan


P2
kesehatan jiwa sebelum menjalani pengobatan.

P3 Tidak ada masalah.

Jadi, dapat disimpulkan adapun penyebab masalah berdasarkan hasil identifikasi


kelompok kami, diantaranya sebagai berikut.
a. Kurangnya pengetahuan dan pemahaman masyarakat mengenai kesehatan
jiwa.
b. Kurangnya media seperti brosur dan pamflet yang menjelaskan mengenai
kesehatan jiwa.
c. Tempat tinggal pasien yang mengalami gangguan kesehatan jiwa
merupakan kawasan padat penduduk
d. Gangguan kesehatan jiwa masih dianggap tabuh oleh masyarakat dan

dianggap sebagai sesuatu hal yang memalukan.

e. Keterlambatan deteksi penderita gangguan kesehatan jiwa sebelum

menjalani pengobatan

48
Tabel Paired Comparison

A B c d e Total

a B a a e 2

b b b e 2

c d e 0

d e 1

e 0

Total
0 1 0 0 4
Vertikal

Total
2 2 0 1 0
Horizontal

Total 2 3 0 1 4 10

Tabel Kumulatif

e 4 4/10 X 100 % 40 % 60 %

b 3 3/10 X 100 % 30 % 70 %

a 2 2/10 X 100 % 20 % 80 %

d 1 1/10 X 100 % 10 % 90 %

c 0 0/10 X 100 % 0% 100 %

TOTAL 10 100%

Berdasarkan nilai kumulatif untuk menyelesaikan suatu masalah yang berupa


rendahnya cakupan belum mencapai 80%, diantaranya adalah:
a. Kurangnya pengetahuan dan pemahaman masyarakat mengenai kesehatan
jiwa.

49
b. Kurangnya media seperti brosur dan pamflet yang menjelaskan
mengenai kesehatan jiwa.
c. Tempat tinggal pasien yang mengalami gangguan kesehatan jiwa merupakan
kawasan padat penduduk
d. Gangguan kesehatan jiwa masih dianggap tabuh oleh masyarakat dan

dianggap sebagai sesuatu hal yang memalukan.

e. Keterlambatan deteksi penderita gangguan kesehatan jiwa sebelum

menjalani pengobatan.

Rencana Kegiatan :

 Sosialisasi atau penyuluhan (pamflet/poster/brosur) yang disampaikan petugas

pelayanan kesehatan terhadap masyarakat mengenai kesehatan jiwa.

 Konseling gangguan kesehatan jiwa melalui program UKM pengembangan

 Identifikasi kasus baru terkait gangguan kesehatan jiwa ditiap RW di wilayah

kerja Puskesmas Toddopuli.

50
BAB V

KESIMPULAN

Selama kami menjalani kepanitraan klinik bagian Ilmu Kesehatan

Masyarakat di Puskesmas Toddopuli Makassar, kami telah mengikuti beberapa

kegiatan di puskesmas

Dari hasil analisis masalah didapatkan masalah gangguan kesehatan jiwa

hal ini dapat disebabkan karena:

 Terdapatnya penemuan kasus baru gangguan kesehatan jiwa yang cukup

tinggi di wilayah kerja Puskesmas Toddopuli

 Kurangnya tingkat kesadaran masyarakat terhadap pentingnya pengobatan

 Peran pelayanan kesehatan terhadap edukasi dan konseling yang masih minim

Sehingga dari penyebab tersebut didapatkan Planning of Actionnya adalah:

 Sosialisasi atau penyuluhan (pamflet/poster/brosur) yang disampaikan petugas

pelayanan kesehatan terhadap masyarakat mengenai kesehatan jiwa.

 Konseling gangguan kesehatan jiwa melalui program unit kerja perorangan

(UKP)

 Identifikasi kasus baru terkait gangguan kesehatan jiwa ditiap RW di wilayah

kerja Puskesmas Toddopuli.

51
DAFTAR PUSTAKA

1. Ayuningtyas, Dumila dkk. Jurnal Analisis Status Kesehatan Mental pada

Masyarakat di Indonesia dan Strategi Penanggulannya. Universitas Indonesia

dan Sriwijaya : 2018.

2. Undang-undang Republik Indonesia No.18 Tahun 2014 Tentang Kesehatan

Jiwa.

3. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI

2013.Riset Kesehatan Dasar 20013.Jakarta: 2013

4. www.repository.umy.ac.id akses tanggal 10 Desember 2018

52

Anda mungkin juga menyukai