Anda di halaman 1dari 12

TUGAS PERBAIKAN NILAI

KEGAWATDARURATAN SISTEM II

ASIDOSIS METABOLIK, ASIDOSIS RESPIRATORIK DAN MULTIPLE


TRAUMA

DI SUSUN OLEH :

INEAL VERASKIA

201501266

STIKES WIDYA NUSANTARA PALU

TAHUN AJARAN

2018
BAB 1

ASIDOSIS METABOLIK

A.DEFENISI
Diabetes berasal dari bahasa Yunani yang berarti “mengalirkan atau
mengalihkan” (spihon). Mellitus dari bahasa latin yang bermakna manis atau madu.
Diabetes melitus adalah penyakit hiperglikemia yang ditandai dengan ketiadaan
absolute insulin atau penurunan relatif insensitivitas sel terhadap insulin.(Corwin,
2009).
Diabetes melitus adalah gangguan metabolisme yang secara genetik dan klinis
termasuk heterogen dengan manifestasi berupa hilangnya toleransi karbonhidrat.
(Price dan Wilson, 2005).

B.ETIOLOGI

a. DM tipe I (IDDM / insulin Dependent Diabetes Melitus)


 Faktor genetik/herediter
Peningkatan kerentanan sel-sel beta dan perkembangan antibodi autoimun
terhadap penghancuran sel-sel beta.
 Faktor infeksi virus
Infeksi virus coxsakie pada individu yang peka secara genetik
 Faktor imunologi
Respon autoimun abnormal : antibodi menyerang jaringan normal yang
dianggap jaringan asing.
b. DM tipe II (NIDDM / Non- insulin Dependent Diabetes Melitus)
 Obesitas
V Obesitas menurunkan jumlah reseptor insulin dari sel target diseluruh
tubuh, insulin yang tersedia menjadi kurang efektif dalam meningkatkan efek
metabolik.
 Usia
Cenderung meningkat diatas usia 65 tahun.Umumnya manusia mengalami
penurunan fisiologis yang secara dramatis menurun dengan cepat pada usia
setelah 65 tahun. Penurunan ini yang akan beresiko pada penurunan fungsi
endokrin pankreas untuk memproduksi insulin.
 Riwayat keluarga
 Kelompok etnik
c. DM malnutrisi
Kekurangan protein kronik : menyebabkan hipofungsi pankreas
d. DM tipe lain
 Penyakit pankreas : pankreatitis, Ca pankreas,dll.
 Penyakit hormonal : Akromegali yang merangsang sekresi sel-sel beta
sehingga hiperaktif dan rusak.
 Obat-obatan :
 Aloxan, streptozokin : sitotoksin terhadap sel-sel beta.
 Devirat thiazide : menurunkan sekresi insulin.

C.GEJALA KLINIK

a. Gejala awal 3P yaitu :


1) Poliuria (Banyak kencing)
Karena sifatnya, kadar glukosa darah yang tinggi akan menyebabkan banyak
kencing. Kencing yang sering dan dalam jumlah banyak akan sangat
mengganggu penderita, terutama pada waktu malam hari.
2) Polidipsia (Banyak minum)
Rasa haus amat sering dialami penderita karena banyaknya cairan yang keluar
melalui kencing. Keadaan ini justru sering disalahkan tafsirkan. Dikiranya
sebab rasa haus ialah udara yang panas atau beban kerja yang berat. Untuk
menghilangkan rasa haus itu penderita banyak minum.
3) Polifagia (Banyak makan)
Rasa lapar yang semakin besar sering timbul pada penderita diabetes melitus
karena pasien mengalami keseimbangan kalori negatif, sehingga timbul rasa
lapar yang sangat besar. Untuk menghilangkan rasa lapar itu penderita banyak
makan.
b. Gejala lainnya
1) Penurunan berat badan dan rasa lelah
Penurunan berat badan yang berlangsung dalam relatif singkat harus
menimbulkan kecurigaaan. Rasa lemah yang hebat disebabkan glukosa dalam
darah tidak dapat masuk ke dalam sel, sehingga sel kekurangan bahan bakar
untuk menghasilkan tenaga. Untuk kelangsungan hidup, sumber tenaga
terpaksa diambil dari cadangan lain yaitu sel lemak dan otot. Akibatnya
penderita kehilangan jaringan lemak dan otot sehingga menjadi kurus.
2) Peningkatan angka infeksi akibat penurunan protein sebagai bahan
pembentukan antibodi, peningkatan konsentrasi glukosa disekresi mukus,
gangguan fungsi imun, dan penurunan aliran darah pada penderita diabetes
kronik.
3) Gangguan penglihatan yang berhubungan dengan keseimbangan air atau, pada
kasus yang lebih berat, kerusakan retina.
4) Parestesia atau abnormalitas sensasi berkaitan dengan komplikasi neuropati.
D.Pencegahan Primer, Sekunder dan Tersier
a. Pencegahan Primer
Tujuannya untuk mencegah terjadinya Diabetes Mellitus yang nantinya akan
menyebabkan Asidosis Metabolik. Berikut hal-hal yang harus dilakukan dalam
pencegahan primer:
1. Pola makan sehari-hari harus seimbang dan tidak berlebihan
2. Olahraga secara teratur dan tidak banyak berdiam diri
3. Usahakan berat badan dalam batas normal
4. Hindari obat-obatan yang dapat menimbulkan diabetes mellitus (diabetogenik)

b. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder tujuannya adalah mencegah agar penyakit diabetes mellitus
yang sudah timbul tidak menimbulkan komplikasi penyakit lain, menghilangkan
gejala, dan keluhan penyakit diabetes mellitus. Pencegahan sekunder meliputi
deteksi dini penderita diabetes mellitus, terutama bagi kelompok yang beresiko
tinggi terkena diabetes mellitus.Bagi yang dicurigai terkena diabetes mellitus, perlu
diteliti lebih lanjut untuk memperkuat dugaan adanya diabetes mellitus.
Berikut hal-hal yang harus dilakukan dalam pencegahan sekunder.
1. Diet sehari-hari harus seimbang dan sehat
2. Menjaga berat badan dalam batas normal
3. Usaha pengendalian gula darah agar tidak terjadi komplikasi diabetes mellitus
4. Olahraga teratur sesuai dengan kemampuan fisik dan umur

c. Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier bertujuan untuk mencegah kecacatan lebih lanjut dari
komplikasi penyakit yang sudah terjadi.Berikut pencegahan yang dimaksud.
 Mencegah terjadinya kebutaan jika menyerang pembuluh darah mata
 Mencegah gagal ginjal kronik jika menyerang pembuluh darah ginjal
 Mencegah stroke jika menyerang pembuluh darah otak
 Mencegah terjadinya gangrene jika terjadi luka
Oleh karena itu, diperlukan pemeriksaan secara rutin dan berkala terhadap
bagian organ tubuh yang rentan terhadap komplikasi dan kecacatan.
E.Komplikasi
1) Komplikasi akut diabetes mellitus :
a. Koma Hipoglikemia
Hipoglikemia (kadar glukosa darah yang abnormal rendah) terjadi kalau
kadar glukosa darah turun di bawah 50 hingga 60 mg/dl (2,7 hingga 3,3
mmol/L). Keadaan ini dapat terjadi akibat pemberian insulin atau preparat oral
yang berlebihan, konsumsi makanan yang terlalu sedikit atau karena aktivitas
fisik yang berat.Hipoglikemia dapat terjadi setiap saat pada siang atau malam
hari.Kejadian ini bisa dijumpai sebelum makan, khususnya jika waktu makan
tertunda atau bila pasien lupa makan camilan.(Smeltzer dan Bare, 2001).
Pengidap diabetes tipe I dapat mengalami komplikasi akibat hipoglikemia
setelah injuksi insulin.Gejala yang mungkin terjadi adalah hilang
kesadaran.Koma dapat terjadi pada hipoglikemia berat.Dan gejala-gejala
hipoglikemia disebabkan oleh pelepasan epinefrin (berkeringat, gemetar, sakit
kepala dan palpitasi).(Smeltzer dan Bare, 2001).
b. Ketoasidosis diabetik (DKA)
Diabetes ketoasidosis disebabkan oleh tidak adanya insulin atau tidak
cukupnya jumlah insulin yang nyata.Keadaan ini mengakibatkan gangguan
pada metabolisme karbonhidrat, protein dan lemak. Ada tiga gambaran klinis
yang penting pada diabetes ketoasidosis : dehidrasi, kehilangan elektrolit,
asidosis.
Apabila jumlah insulin berkurang, jumlah glukosa yang memasuki sel
akan berkurang pula. Di samping itu produksi glukosa oleh hati menjadi tidak
terkendali. Keadaan ini akan mengakibatkan hiperglikemia. (Smeltzer dan
Bare, 2001).
c. Sindrom HHNK (koma hiperglikemik hiperosmoler nonketotik atau HONK
{hiperosmoler nonkerotik})
HHNK adalah komplikasi metabolik akut lain dari diabetes yang sering
terjadi pada penderita diabetes tipe II yang lebih tua. Bukan Karena defisiensi
insulin absolut, namun relatif, hiperglikemia muncul tanpa ketosis.
Hiperglikemia berat dengan kadar glukosa serum lebih besar dari 600 mg/dl.
Hiperglikemia menyebabkan hiperosmolalitas, dieresis osmotik, dan dehidrasi
berat.Pasien menjadi tidak sadar dan meninggal bila keadaan ini tidak segera
ditangani.Pengobatan HHNK adalah rehidrasi, penggantian elektrolit dan
insulin regular.(Price dan Wilson, 2005).
2) Komplikasi kronik diabetes mellitus : (Mansjoer, 2001)
a. Makroangiopati/makrovaskuler : mengenai pembuluh darah besar; penyakit
jantung koroner (cerebrovaskuler, penyakit pembuluh darah kapiler).
b. Mikroangiopati/mikrovaskuler, mengenai pembuluh darah kecil; retinopati
diabetik, nefropati diabetik.
c. Neuropati diabetik.
BAB II

ASIDOSIS RESPIRATORIK
A.DEFENISI
Asidosis respiratorik Asidosis Respiratorik adalah keasaman darah yang berlebihan
karena penumpukan CO2 dalam darah sebagai akibat dari fungsi paru-paru yang buruk atau
pernafasan yang lambat. Kedalaman dan kecepatan nafas mengendalikan jumlah CO2 dalam
darah. Dalam keadaan normal, jika terkumpulCO2, pH darah akan turun dan darah menjadi
asam. Tingginya kadar CO2 dalam darah merangsang otak yang mengatur pernafasan,
sehingga pernafasan menjadi lebih cepat dan lebih dalam.
.
B.ETIOLOGI
Asidosis respiratorik terjadi jika paru-paru tidak dapat mengeluarkan CO2 secara
adekuat. Hal ini dapat disebabkan oleh penyakit-penyakit berat yang mempengaruhi paru-
paru, seperti: Cronic Bronchitis, Pneumonia Berat, Emfisema, Edema pulmoner,
dan Asma. Asidosis respiratorik juga dapat terjadi apabila penyakit-penyakit dari saraf atau
otot dada menyebabkan gangguan terhadap mekanisme pernafasan. Selain itu,
ketergantungan terhadap narkotika dan obat tidur yang kuat juga bisa menyebabkan asidosis
respiratorik.

C.GEJALA KLINIS

. Asidosis respiratorik ditandai dengan sakit kepala dan rasa kantuk. Jika keadaanya
memburuk rasa mengantuk akan berlanjut menjadi stupor (penurunan kesadaran) dan koma.
Stupor dan koma dapat terjadi dalam beberapa saat jika pernapasan terhenti atau jika
pernapasan sangat terganggu atau setelah berjam-jam jika pernapasan tidak terlalu terganggu.
Ginjal berusaha untuk mengkompensasi asidosis dengan menahan bikarbonat, namun proses
ini memerlukan waktu beberapa jam bahkan beberapa hari.

D.PENATALAKSANAAN
Pengobatan asidosis respiratorik bertujuan untuk meningkatkan fungsi dari paru-paru.
Obat-obatan untuk memperbaiki pernafasan bisa diberikan kepada penderita penyakit paru-
paru seperti asma dan emfisema. Pada penderita yang mengalami gangguan pernafasan yang
berat, mungkin perlu diberikan pernafasan buatan dengan bantuan ventilator mekanik.
BAB III
MULTIPLE TRAUMA

A. Definisi Trauma Murni atau Multipel


Multi trauma adalah keadaan yang di sebabkan oleh luka atau cedera definisi ini
memberikaan gambaran superficial dari respon fisik terhadap cedera, trauma juga
mempunyai dampak psikologis dan sosial. Pada kenyataannya trauma adalah kejadian
yang bersifat holistic dan dapat menyebabkan hilangnya produktif seseorang. Informasi
tentang pola atau mekanisme terjadinya cedera seringkali akan sangat terbantu dalam
mendiagnosa kemungkinan gangguan yang diakibatkan. Trauma tumpul terjadi pada
kecelakaan kendaraan bermotor ( KKB) dan jatuh, sedangkan trauma tusuk (penetrasi)
seringkali diakibatkan oleh luka tembak atau luka tikam. Umumnya, makin besar
kecepatan yang terlibat dalam suatu kecelakaan, akan makin besar cedera yang terjadi,
misalnya : KKB kecelakaan tinggi, peluru dengan kecepatan tinggi, jatuh dari tempat yang
sangat tinggi (Hudak,carolyn 1996).
Trauma multipel atau politrauma adalah apabila terdapat 2 atau lebih kecederaan
secara fisikal pada regio atau organ tertentu, dimana salah satunya bisa menyebabkan
kematian dan memberi impak pada fisikal, kognitif, psikologik atau kelainan psikososial
dan disabilitas fungsional. Trauma kepala paling banyak dicatat pada pasien politrauma
dengan kombinasi dari kondisi yang cacat seperti amputasi, kelainan pendengaran dan
penglihatan, post-traumatic stress syndrome dan kondisi kelainan jiwa yang lain (Veterans
Health Administration Transmittal Sheet).

B. Etiologi
Trauma dapat disebabkan oleh benda tajam, benda tumpul, atau peluru. Luka tusuk
dan luka tembak pada suatu rongga dapat di kelompokan dalam kategori luka tembus.
Untuk mengetahui bagian tubuh yang terkena,organ apa yang cedera ,dan bagaimana
derajat kerusakannya, perlu diketahui biomekanik terutama cedera pada trauma dapat
terjadi akibat tenaga dari luar berupa benturan, perlambatan (deselerasi), dan kompresi,
baik oleh benda tajam , benda tumpul, peluru, ledakan, panas, maupun zat kimia . Akibat
cedera ini dapat menyebabkan cedera muskuloskeletal dan kerusakan organ.

C. Macam-macam Trauma Multiple


1. Trauma servikal, batang otak dan tulang belakang
Trauma yang diakibatkan kecelakaan lalu lintas, jatuh dari tempat yang tinggi serta
pada aktivitas olahraga yang berbahaya boleh menyebabkan cedera pada beberapa bagian
ini. Antara kemungkinan kecederaan yang bisa timbul adalah seperti berikut:
• Kerusakan pada tulang servikal C1-C7; cedera pada C3 bisa menyebabkan pasien apnu.
Cedera dari C4-C6 bisa menyebabkan pasien kuadriplegi, paralisis hipotonus tungkai atas
dan bawah serta syok batang otak.
• Fraktur Hangman terjadi apabila terdapat fraktur hiperekstensi yang bilateral pada tapak
tulang servikal C2.
• Tulang belakang torak dan lumbar bisa diakibatkan oleh cedera kompresi dan cedera
dislokasi.
• Spondilosis servikal juga dapat terjadi.
• Cedera ekstensi yaitu cedera ‘Whiplash’ terjadi apabila berlaku ekstensi pada tulang
servikal.
2. Trauma toraks
Trauma toraks bisa terbagi kepada dua yaitu cedera dinding toraks dan cedera paru.
a) Cedera dinding torak seperti berikut:
• Patah tulang rusuk.
• Cedera pada sternum atau ‘steering wheel’.
• Flail chest.
• Open ‘sucking’ pneumothorax.
b) Cedera pada paru adalah seperti berikut:
• Pneumotoraks.
• hematorak.
• Subcutaneous(SQ) dan mediastinal emphysema.
• Kontusio pulmonal.
• Hematom pulmonal.
• Emboli paru.
3. Trauma abdominal
Trauma abdominal terjadi apabila berlaku cedera pada bagian organ dalam dan
bagian luar abdominal yaitu seperti berikut:
• Kecederaan yang bisa berlaku pada kuadran kanan abdomen adalah seperti cedera pada
organ hati, pundi empedu, traktus biliar, duodenum dan ginjal kanan.
• Kecederaan yang bisa berlaku pada kuadran kiri abdomen adalah seperti cedera pada
organ limpa, lambung dan ginjal kiri.
• Kecederaan pada kuadran bawah abdomen adalah cedera pada salur ureter, salur uretral
anterior dan posterior, kolon dan rektum.
• Kecederaan juga bisa terjadi pada organ genital yang terbagi dua yaitu cedera penis dan
skrotum.
4. Tungkai atas
Trauma tungkai atas adalah apabila berlaku benturan hingga menyebabkan cedera
dan putus ekstrimitas. Cedera bisa terjadi dari tulang bahu, lengan atas, siku, lengan
bawah, pergelangan tangan, jari-jari tangan serta ibu jari.
5. Tungkai bawah
Kecederaan yang paling sering adalah fraktur tulang pelvik. Cedera pada bagian lain
ekstrimitas bawah seperti patah tulang femur, lutut atau patella, ke arah distal lagi yaitu
fraktur tibia, fraktur fibula, tumit dan telapak kaki (James, Corry dan Perry, 2000).

D. Patofisiologi
Respon metabolik pada trauma dapat dibagi dalam tiga fase :
1. Fase pertama berlangsung beberapa jam setelah terjadinya trauma. Dalam fase ini akan
terjadi kembalinya volume sirkulasi, perfusi jaringan, dan hiperglikemia.
2. Pada fase kedua terjadi katabolisme menyeluruh, dengan imbang nitrogen yang
negative, hiperglikemia, dan produksi panas. Fase ini yang terjadi setelah tercapainya
perfusi jaringan dengan baik dapat berlangsung dari beberapa hari sampai beberapa
minggu, tergantung beratnya trauma, keadaan kesehatan sebelum terjadi trauma, dan
tindakan pertolongan medisnya.
3. Pada fase ketiga terjadi anabolisme yaitu penumpukan kembali protein dan lemak
badan yang terjadi setelah kekurangan cairan dan infeksi teratasi. Rasa nyeri hilang
dan oksigenasi jaringan secar keseluruhan sudah teratasi. Fase ini merupakan proses
yang lama tetapi progresif dan biasanya lebih lama dari fase katabolisme karena
isintesis protein hanya bisa mencapai 35 gr /hari.
E. Manifestasi klinis
1. Laserasi, memar,ekimosis
2. Hipotensi
3. Tidak adanya bising usus
4. Hemoperitoneum
5. Mual dan muntah
6. Adanya tanda “Bruit” (bunyi abnormal pd auskultasi pembuluh darah, biasanya pada
arteri karotis)
7. Nyeri
8. Pendarahan
9. Penurunan kesadaran
10. Sesak
11. Tanda Kehrs adalah nyeri di sebelah kiri yang disebabkan oleh perdarahan limfa.
Tanda ini ada saat pasien dalam posisi recumbent.
12. Tanda Cullen adalah ekimosis periumbulikal pada perdarahan peritoneal
13. Tanda Grey-Turner adalah ekimosis pada sisi tubuh ( pinggang ) pada perdarahan
retroperitoneal
14. Tanda Coopernail adalah ekimosis pada perineum,skrotum atau labia pada fraktur
pelvis
15. Tanda Balance adalah daerah suara tumpul yang menetap pada kuadran kiri atas
ketika dilakukan perkusi pada hematoma limfe
(Scheets, 2002 : 277-278)

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirannya Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayahnya kepada kami sehingga kami dapat menyusun makalah ini dengan tepat pada
waktunya. Shalawat serta salam tercurahkan kepada junjungan nabi kita Muhammad SAW
beserta para sahabatnya.
Makalah ini di buat untuk memenuhi tugas mata kuliah Kegawatdruratan sistem II
dimana makalah ini berisi tentang asidosis metabolik.
Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dari pihak lain maka penulis tidak akan dapat
menyelesaikan makalah ini. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan
terima kasih yang tulus kepada semua pihak yang telah membantu menyelesaikan makalah
ini.

Penulis

Palu ,Desember 2018

Anda mungkin juga menyukai