Puji syukur kehadirat Allah SWT atas Karunia dan Rahmat-Nya yang telah dilimpahkan kepada
kami sehingga dapat terselesaikan buku petunjuk praktikum Pengantar Kimia Analisis.
Buku ini diharapkan dapat menunjang materi perkuliahan Pengantar Kimia Analisis di Jurusan
Kimia FMIPA Universitas Jember . Materi praktikum diambil dari beberapa sumber acuan seperti yang
tertera dalam daftar pustaka.
Kami mengucapkan terimakasih kepada berbagai pihak yang telah banyak membantu baik
langsung maupun tak langsung hingga selesainya buku ini. Kritik dan saran yang membangun guna
perbaikan buku ini sangat kami harapkan.
KATA PENGANTAR
Tata Tertib Praktikum
Daftar Isi
Penanganan dan pemeliharaan alat ……………………………………………………………… 5
Teknik Laboratorium ……………………………………………………………………………….. 15
1. PERCOBAAN I
Grafimetri ………………………………………………………………………………………… 21
2. PERCOBAAN II
Asidi Alkalimetri ………………………………………………………………………………… 24
3. PERCOBAAN III
Kompleksometri ……………………………………………………………………………….. 27
4. PERCOBAAN IV
Iodometri …………………………………………………………………………………………. 29
5. PERCOBAAN V
Argentometri …………………………………………………………………………………….. 31
6. PERCOBAAN VI
Analisa Kualitatif 1….………………………………………………………………………….. 34
7. PERCOBAAN VII
Analisa Kualitatif 2….………………………………………………………………………….. 37
1. Presensi
a). Mahasiswa diwajibkan hadir tepat pada waktunya serta mengisi daftar hadir sebelum acara
praktikum dimulai.
b). Peserta praktikum yang tidak dapat mengikuti acara praktikum karena sakit harus
memberikan surat keterangan sakit sebelum/sewaktu praktikum berlangsung,
c). Peserta praktikum yang terlambat 10 menit atau lebih, tanpa alasan yang sah dianggap
absen dan tidak diperkenankan mengikuti praktikum pada hari itu.
2. Pelaksanaan Praktikum
a). Peserta praktikum harus mengikuti test tentang materi praktikum yang dilaksanakan sebelum
praktikum.
b). Peserta praktikum wajib berpakaian rapi dan mengenakan jas praktikum selama berada di
dalam ruangan laboratorium.
c). Peserta praktikum wajib membersikan meja praktikum dan memeriksa semua peralatan
yang digunakan sebelum meninggalkan laboratorium.
3. Pengamatan praktikum
a). Semua pengamatan harus dicatat pada kertas pengamatan sebagai laporan sementara.
b). Semua data pengamatan harus disahkan terlebih dahulu oleh asisten yang ditunjuk.
.
4. Laporan Praktikum
a). Setiap percobaan yang dilakukan harus dibuat laporan pada kertas folio dan ditulis tanga
dengan rapi ( tidak diperkenankan menggunakan komputer).
b). Susunan laporan meliputi :
1). Judul percobaan
2). Tujuan percobaan
3). Teori/latar belakang percobaan
4). Bahan dan alat yang digunakan
5). Skema Kerja
6). Data percobaan dan perhitungan
7). Pembahasan dan Kesimpulan
8). Daftar pustaka
c). Laporan pendahuluan (poin 1 s/d 5) harus ditunjukkan sebelum praktikum dimulai.
6. Nilai dikeluarkan setelah semua praktikan menyerahkan semua tugasnya.
1. Botol Cuci
Botol cuci digunakan bilamana diperlukan aliran air yang terarah, seperti bila membilas dinding bejana kaca
sehingga dijamin tidak ada tetesan larutan contoh yang terikutkan dalam proses. Berbagai macam tipe botol cuci
dapat dilihat pada gambar 1.
2. Batang Pengaduk
Batang pengaduk digunakan untuk mengaduk larutan atau suspensi, biasanya dalam gelas kimia. Batang ini
dipotong dari batang kaca yang kokoh, umumnya berdiameter 3 atau 4 mm, sedemikian rupa sehingga 6 atau 8 cm
keluar dari bagian atas gelas kimia. Ujung-ujungnya hendaknya dipoles dengan nyala api. Disamping fungsinya
sebagai pengaduk, batang ini mempunyai maksud-maksud lain yang berguna. Misalnya dapat digunakan untuk
memindahkan larutan dari bejana yang satu ke bejana yang lain. Bila suatu larutan dituang dari bibir suatu bejana,
ada kecenderungan beberapa cairan mengalir sepanjang dinding luar kaca. Ini dicegah dengan menuang larutan
itu menuruni batang pengaduk, dengan batang itu dipegang agar bersentuhan dengan bibir bejana dan
mengarahkan cairan ke bejana penerima.
3. Desikator
Desikator digunakan untuk menyetimbangkan objek dengan udara yang dikendalikan. Karena desikator ini
biasanya terletak dalam ruang terbuka, maka temperatur udara uumnya mendekati temperatur kamar. Objek
seperti botol timbang, krus dan zat-zat kimia cenderung menarik kelembaban dari udara. Desikator itu memberi
kesempatan bagi bahan semacam itu untuk kesetimbangan dengan udara yang rendah dan terkendali
kelembabannya sehingga kesalahan yang disebabkan oleh kesetimbangan air bersama-sama dengan objek itu
dapat dihindarkan. Salah satu tipe yang lazim dari desikator ditunjukkan pada gambar 2.
Setelah reagensia atau objek seperti krus dikeringkan dalam oven, atau temperatur yang lebih tinggi lagi, biasanya
didinginkan ke tempertur kamar dalam desikator itu sebelum ditimbang. Ketika objek yang panas mendingin dalam
desikator akan tercipta kehampaan bagian, dan harus hati-hati dalam membuka bejana agar aliran udara yang
mendadak itu tidak meniup bahan keluar dari krus. Karena alasan ini dan karena kaca adalah pennghantar kalor
yang sangat jelek, objek yang panas itu harus didinginkan sampai mendekati temperatur kamar sebelum
dimasukkan dalam desikator. Setelah objek panas dalam desikator itu, sebaiknya menutup bejana sedemikian
rupa sehingga meninggalkan celah sempit pada salah satu sisi. Celah ini memungkinkan udara yang terusir oleh
objek hangat untuk masuk kembali ketika objek itu mengalami proses pendinginan dan karenanya meminimalkan
kecenderungan terbentuknya kehampaan. Desikator ini tertutup baik-baik selama tahap akhir pendinginan.
Gambar 4 (a) Gunakan corong kecil, bilaslah buret bersih dengan beberapa mL larutan. Biarkan buret mengalir. (b) Isi buret
sampai di atas tanda nol dengan larutan (c) Buka keran untuk menghilangkan gelembung udara pada ujung buret
(d) Isi kembali sampai sedikit di bawah titik nol (0 –1 mL). Lakukan pembacaan awal dengan pandangan mata
sejajar dengan permukaan meniskus.
Buret haruslah dibersihkan dengan seksama utuk memastikan larutan mengalir ke bawah dengan seragam pada
dinding-dinding buret. Dapat digunakan larutan detergen encer panas untuk maksud ini, terutama jika digunakan
bersama-sama dengan sikat buret bertangkai panjang. Larutan pembersih dapat juga digunakan, digunakan
panas-panas selama beberapa menit atau semalaman pada temperatur kamar. Bila tidak sedang digunakan, buret
hendaknya diisi air suling dan ditudungi untuk mencegah masuknya debu. Bukanlah praktek yang baik untuk
meninggalkan larutan dalam buret untuk waktu yang lama. Setiap kali habis dipakai, larutan dalam buret harus
dibuang dan buret dibilas dengan air suling dan disimpan seperti disarankan diatas.
Sebelum titrasi dimulai, haruslah dipastikan dalam paruh buret tidak ada gelembung udara. Gelembung itu akan
tercatat sebagai cairan yang diteteskan, jika gelembung itu lolos dari paruh selama titrasi dan karenanya
menimbulkan kesalahan. Bila larutan dikeluarkan dari buret dengan cepat, maka pada dinding dalam buret cairan
akan agak ketinggalan dalam mengalir turun. Setelah keran ditutup penting untuk menunggu beberapa detik
sebelum mengambil pembacaan, agar cairan pada dinding dalam turun selengkapnya.
Dalam melakukan titrasi, larutan yang akan dititrasi ditempatkan dalam labu titrasi atau erlemeyer, dikocok dengan
lembut sementara titrannya ditambahkan. Salah satu cara untuk melaksanakan hal ini adalah sementara tetap
mengendalikan keran dan memudahkan pembacaan buret sedemikian rupa sehingga kepala keran ada di sisi
kanan, dan menggerakkan dengan tangan kiri dari belakang buret, sementara mengocok larutan dengan tangan
kanan. Ibu jari dan telunjuk diselubungkan merangkul kepala keran untuk memutar keran, dan dilakukan tekanan
bahwa meskipun dapat dipanaskan dengan aman sampai sekitar 1200 oC, porselin tak mencapai temperatur ini
bila digunakan pembakar. Pada pembakar yang sama krus platina akan mencapai temperatur yang jauh lebih
tinggi. Seablikya dalam suatu tanur, porselin dan platina akan sampai pada temperatur yang sama.
11. pH meter
Suatu potensiometer biasa tidak dapat digunanakan bersama suatu elektroda kaca, karena tingginya tahanan 1
sampai dengan 100 mega , dari elektroda ini. Apa yang disebut pH meter adalah suatu piranti pengukur voltase
yang dirancang untuk digunakan dengan sel – sel bertahanan tinggi. Ada dua tipe yang biasa tersedia di pasaran,
potensiometrik dan pembacaan langsung yang pertama pada dasarnya suatu potensiometer, naum karena arus
ketakberimbangnya begitu kecil karena tinggi tahanan, arus itu digandakan secara elektronis sehingga akan
menggerakkan galvanometer atau mikroammeter. Instrumen pembacaan langsung adalah voltmeter elektronik
dengan tahanan masukan yang sangat tinggi, rangkaian itu ditata sedemikian sehingga pengukur yang berbanding
lurus dengan pH. Voltase pasangan elektroda kaca – pembanding dipaksakan melintasi tahanan yang sangat
tinggi sehingga rus yang terjadi sangatlah rendah, dengan orde 5x10-11 A. Karena tahanan dapat setinggi 108 , ini
berarti suatu penurunan potensial sebesar 0,005 V:
E = I x R = 5 x 10-11 x 108 = 0,005
Atau kesahan sebesar 0,5% pada 1,000 V
1. Membran elektroda
2. Larutan Penyangga
3. Diafragma
4. lubang tempat pengisi
larutan
5. larutan KCl 3 M sebagai
elektroda pembanding
Gelas kapur soda yang dibuat dengan memanaskan campuran soda Na2CO3, limestone (CaCO3), dan
silika (SiO2) melunak kira-kira pada temperatur 300–400 oC dalam nyala burner. Tabung
gelas ini mudah dilelehkan, tetapi karena koefisien ekspansi tinggi gelas jenis ini harus dipanaskan
dan didinginkan perlahan-lahan untuk menghindari retak atau pecah. Gelas yang demikian tidah harus
diletakkan pada permukaan dingin ketika dalam keadaan panas, karenabisa menimbulkan regangan dan
bisa menyebabkan pecah.
Gelas borosilikat seperti Pyrex atau Kimax) tidak meleleh jauh di bawah 700-800 oC. dan harus
dikerjakan dalam nyala gal alam-oksigen. Karena koefisien ekspansi temperatur rendah, eralatan gelas
yang dibuat dari bahan ini dapat tahan perubahan temperatur mendadak. Periksa semua peralatan gelas
terhadap retak dan gumpil. Labu atau beaker yang retak bisa pecah karena dipanaskan dan
menyebabkan luka.
Gumpilan kecil pada peralatan gelas borosilikat kadang-kadang dapat dihilangkan dengan polesan api,
sebaliknya peralatan gelas yang gumpil seharusnya dibuang karena dapat melukai kena bagian gelas
yang tajam.
Prosedur yang disarankan untuk pencucian peralatan gelas adalah mencuci secara hati-hati dengan sikat
dalam air padas yang berdetergen, kemudian membilas dengan air keran. Dan akkhirnya bilas sekali lagi
dengan sedikit air destilasi atau akuades. Selanjutnya biarkan mengering semalam di dalam loker. Jika
harus menggunakan sebagian perlatan gelas yang masih basah, bilas dengan larutan yng digunakan.
Kadang-kadang digunakan larutan pembersih (larutan Cr2O4 atau K2Cr2O7) dalam larutan asam sulfat
pekat. Larutan yng demikian seharusnya dilakukan di laboratorium kimia dasar hanya di bawah
pengawasan langsung instruktur, sebab pada kondisi tertentu penggunaan asam pekat dapat
menghasilkan gas berbahaya, membahayakan kamu dan orang di sekitar kamu.
Gambar 12. Cara pembacaan meniskus yang benar untuk menghindari kesalahan paralaks
Buret
Buret digunakan untuk pengukuran volume yang lebih teliti dan untuk titrasi. Jika buret bersih, ciran akan
meninggalkan film pecah ketika cairan dialirkan/dikeluarkan. Jika tetesan larutan menempel pada dinding
dalam buret, seharusnya dibersihkan dengan sikat, air panas dan detergen sampai mengalir dengan baik
(lihat gambar I-15). Kebersihan mutlak buret sangat penting karena buret dengan volume 25 atau 50 mL
biasanya dapat diperkirakan kesalah sampai terkecil 0,02 mL. Kesalahan yang disebabkan oleh tetesan
besar tunggal yang menempel pada dinding buret kira-kira 0,05 mL. Adanya beberapa tetes jelas
menghasilkan pengukuran yang jelek dari volume yang dipindahkan.
Ketika baru pengisian buret bersih dengan larutan, tambahkan terlebih 5 sampai 10 mL bagian
larutan. Usahakan keran tertutup dan miringkan dan putar putar sehingga larutan membilas dinding buret
secara sempurna. Ulangi prosedur ini dua kali atau lebih dengan larutan segar, kemudian isilah buret
dengan larutan sampai di atas tanda nol dan kepitlah (kelemlah) pada tiang statif. Selanjutnya bukalah
keran untuk menghilangkan gelembung udara antara keran dan ujung buret. Selanjutnya alirkan sampai
permukaan cairan di bawah tanda nol dan lakukan pembacaan awal dan hindari kesalhan paralaks.
Pembagian skala terkecil pada buret biasanya 0,1 mL; perkiirakan volume sperlima terdekat dari
pembagia terkecil atau mendekati 0,02 mL.
Buret mempunyai keran yang terbuat dari kaca yang seharusnya dibersihkan secara periodik dan
dilumasi seperti ditunjukkan gambar 14. Keran Teflon (gambar 15) biasanya tidak memerlukan
pelumasan, tetapi keran ini harus dibersihkan jika mau dipakai atau diatur jika baut pengencang terlalu
kencang atau longgar.
Buret dikalibrasi untuk memindahkan (TD) ketelitiannya bisa mencapai kira-kira 0,02 mL bila
digunakan sangat hati-hati. Ujungnya seharusnya cukup kecil sehingga waktu alirnya kurang dari 90 detik
untuk isi larutan sebanyak 50 mL. Jika waktu alir lebih cepat, tunggu beberapa detik sebelum
pembacaan, sehingga buret bisa mengalir.
Gambar I-17 menggambarkan teknik yang disarankan untuk manipulasi keran buret. Tambahkan
larutan dari buret secara cepat hingga terbuka ujung buret, selanjutnya kurangi kecepatan alir hingga
tetesan-tetesan jatuh ke labu gelas. Ketika menambahkan beberapa tetes terkhir secara pelan,
goncangkan erlenmeyer untuk mendapatka n pencampuran sempurna.
Gambar 14 Tiga jenis keran A. keran gelas : untuk melumasi keran gelas, terlebih dahulu hilangkan pelumas lama dengan
larutan organik seperti sikloheksana, keringkan dan lumasilah dengan sedikit pelumas dengan ketebalan tipis B.
keran Teplon. Pelumas tidak digunakan dalam keran ini C. Buret berujung karet.
Tujuan
Penetapan Kalsium sebagai Kalsium Karbonat
Dasar teori
Gravimetri merupakan salah satu teknik analisis tertua dalam kimia analitik. Langkah pengukuran dalam
gravimetri adalah pengukuran berat. Analit dipisahkan dari semua komponen dalam sampel dengan
menggunakan pereaksi atau perlakuan yang lain. Hasil reaksi ini dapat berupa sisa bahan atau suatu gas
yang terjadi atau suatu endapan yang dibentuk bahan yang dianalisis.
Dalam cara pengendapan, analit direaksikan sehingga terjadi suatu endapan dan endapan itulah yang
ditimbang. Atas dasar pembentukan endapan, maka gravimetri dibedakan menjadi dua macam
(1) Endapan dibentuk dengan reaksi antara analit dengan suatu pereaksi. Baik kation maupun anion dari
analit mungkin diendapkan, bahan pengendapan bisa senyawa organik maupun anorganik. Cara ini
biasa disebut Gravimetri.
(2) Endapan dibentuk secara elektrokimia, dengan perkataan lain analit dielektrolisa, sehingga terjadi
logam sebagai endapan. Cara ini disebut Elektrogravimetri.
Secara umum tahap-tahap yang harus dilakukan dalam analisis gravimetri dengan pembentukan
endapan adalah :
1. preparasi sampel
2. presipitasi atau pengendapan
3. penuaan (digestion)
4. filtrasi (penyaringan)
5. pencucian endapan
6. pemanasan atau pembakaran endapan
7. penimbangan
8. perhitungan hasil analisis.
Preparasi sampel meliputi beberapa perlakuan pendahuluan terhadap sampel sehingga memungkinkan
diperoleh suatu kondisi sampel yang sesuai untuk proses pengendapan selanjutnya. Sebagai contoh
kondisi larutan sampel harus diatur sedemikian rupa sehingga dicapai kelarutan yang rendah dari
endapan dan untuk memperoleh bentuk yang baik untuk proses filtrasi.
Syarat pertama dari endapan adalah cukup tak terlarut sehingga jumlah yang hilang karena kelarutannya
dapat diabaikan, disamping itu endapan harus terdiri dari kristal-kristal yang cukup besar sehingga
mudah dalam proses filtrasi. Telah diketahui bahwa begitu pereaksi ditambahkan terjadi sederetan tahap
pembentukan endapan :
Supersaturasi, dimana larutan mengandung komponen terlarut yang lebih besar dari pada keadaan
setimbang, ini disebut dengan kondisi metastabil dan selanjutnya terjadi proses yang mengarah pada
kesetimbangan (prinsip Le Chatelier.)
Kalsium diendapkan sebagai kalsium oksalat CaC 2O4.H2O dengan mengolah suatu larutannya dengan
asam klorida panas dengan amonium oksalat dan perlahan-lahan menetralkan ini dengan larutan air
amonia.
Ca2+ + C2O42- + H2O CaC2O4.H2O
Endapan dicuci dengan larutan amonium oksalat encer dan kemudian ditimbang dalam salah satu bentuk
berikut :
a. Sebagai CaC2O4.H2O dengan memanaskan pada 100-105oC selama 1-2 jam. Metode ini tidak
dianjurkan untuk pekerjaan teliti, antara lain disebabkan oleh sifat higroskopik dari oksalat dan sulitnya
menghilangkan amonium oksalat yang berkopresipitasi pada suhu yang rendah ini. Hasil-hasilnya
biasanya 0,5-1 persen terlalu tinggi.
b. Sebagai CaCO3 dengan memanaskan pada 475-525oC dalam tanur setengah silinder (mufel) listrik.
Ini merupakan metoda yang paling memuaskan, karena kalsium karbonat tak higroskopik. CaC2O4
CaCO3 + CO
c. Sebagai CaO dengan memijarkan pada 1200oC. Metoda ini banyak digunakan, tetapi kalsium oksida
yang dihasilkan mempunyai bobot molekul yang relatif kecil dan higroskopik.
CaCO3 CaO + CO2
Prosedur kerja
Preparasi Sampel dan Pengendapan
a. Timbang sampel dengan cermat sehingga masing-masing mengandung 0,1 gram kalsium ke dalam 3
gelas piala 250 mL yang ditutup dengan kaca arloji dan dilengkapi dengan batang pengaduk.
b. Masing-masing ditambah 7,5 mL HCl encer (1:1)
c. Panaskan campuran sampai zat padat itu larut dan didihkan perlahan-lahan selama beberapa menit
untuk mengusir CO2.
d. Bilas dinding piala dan kaca arloji dan encerkan menjadi 100 mL, tambahkan 2 tetes indikator merah
metil
e. Panaskan larutan sampai mendidih dan tambahkan dengan sangat perlahan larutan dari 0,1 gram
amonium oksalat dalam 25 mL air.
Tujuan
Mengetahui dan mempelajari prinsip dari asidi dan alkalimertri
Dasar teori
14
12
10
Equivalence point:
50.0 mL titrant
pH 8 pH = 7.0
Initial pH
=1,0 20 40 60 80
Volume of titrant (mL)
Ka =
H OAc
HOAc
Untuk memperoleh kurva perubahan pH sebagai hasil reaksi asam lemah dan basa kuat dapat dihitung
sbb :
a. Asam sebelum ditambah NaOH
[H+] = [OAc-]
[H+] = Ka [HOAc]
b. Setelah penambahan basa, tetapi sebelum mencapai titik ekivalen
Dalam hal ini terjadi pengaruh ion senama, larutan merupakan campuran antara asam, basa dan
garamnya
pH = pKa - log
asam
basa
c. Pada titik ekivalen
Disini terbentuk garam NaOAc yang mengalami hidrolisa. Nilai pH tergantung dari konsentrasi garam
tersebut dengan persamaan :
[OH-] =
Kv
Ko
OAc
pH = 14 + log [OH-]
d. Setelah titik ekivalen
Disini terdapat ion hidroksida berlebihan, ion hidroksida berlebihan akan menekan hidrolisa, sehingga
konsentrasi ion hidroksida dihitung dari basa yang berlebihan.
Setiap indikator mempunyai nilai pKa yang berbeda-beda, sehingga perubahan warna setiap
indikator terjadi pada pH tertentu yang berbeda untuk setiap indikator, misalnya indikator
phenolphtalin(PP) perubahan warnanya terjadi pada pH 9 dan bromtimolblue (BTB) pada pH 6
sedangkan metil jingga (MJ) pada pH 4. Untuk kepentingan titrasi maka indikator yang dapat
digunakan adalah indikator yang warna berubah disekitar titik ekivalen. Titik ekivalen ditandai
dengan adanya kelebihan ion H atau OH sehingga dapat menyebabkan perubahan kesetimbangan
pada indikator.
PROSEDUR KERJA
1. Timbang 0,4 gr kristal NaOH, masukkan ke dalam beaker gelas 50 mL, larutkan dengan air suling
(aquades) sebanyak 20 mL. Masukkan ke dalam labu takar 100 mL, bilas beaker gelas dan
tambahkan ke dalam labu takar. Kemudian tambahkan aquades sampai tanda batas labu takar.
2. Kemudian masukkan larutan NaOH yang akan ditentukan normalitasnya ke dalam buret 50 mL
sampai batas tanda.
3. Pipet 10 mL asam oksalat yang diketahui konsentrasinya ke dalam erlenmeyer.
4. Tambahkan 2 – 3 tetes indikator PP (phenolphtalen) ke dalam larutan asam oksalat. Kemudian
dititrasi dengan larutan NaOH sampai tercapai titik ekivalen. Hitung berapa NaOH diperlukan. Berapa
Normalitas NaOH?
5. Ulangi langkah diatas sebanyak 3 kali.
Standarisasi HCl
1. Pipet 10 ml HCl yang akan ditentukan normalitasnya dengan menggunakan pipet volum (mengapa ?
) ditambah 2 tetes indikator phenolphtalin.
2. Kemudian titrasi dengan NaOH yang telah distandarisasi sehingga tercapai titik ekivalen yang
ditandai dengan perubahan warna indikator.
3. Ulangi titrasi ini 3 x dengan jumlah HCl yang sama, hitung berapa konsentrasi HCl dan hitung rata-
rata dan simpangannya dari tiga kali titrasi.
Tujuan
Mengetahui prinsip dasar reaksi kompleksometri dan aplikasinya pada penentuan kesadahan air.
Dasar teori
Kompleksometri adalah jenis titrasi dimana titran dan titrat saling mengkompleks. Jadi membentuk hasil
berupa kompleks. Senyawa komplek adalah suatu satuan baru yang tebentuk dari satuan-satuan yang
dapat berdiri sendiri tetapi membentuk suatu ikatan baru dalam kompleks itu misalnya CuSO 4 anhidrid
yang bergabung dengan H2O membentuk CuSO4.5H2O. Suatu kompleks itu selalu terjadi dari sebuah ion
logam yang dinamakan Ion sentral atau inti dan komponen-komponen lain yang berupa ion negatif atau
molekul yang dinamakan ligand. Jumlah ligand dalam suatu komlpeks berbeda-beda dari dua sampai
delapan ligand yang sering disebut sebagai bilangan koordinasi. Ligand-ligand yang mempunyai satu
atom donor pasangan elektron disebut Ligand monodentat atau unidentat . Sedang yang mempunyai
atom donor lebih dari satu disebut ligand polidentat atau multidentat. Ligan yang terdekat dan yang
mempunyai donor yang lebih banyak lagi bila mengkompleks dengan suatu ion logam akan membentuk
lingkaran kelat lebih dari satu. Dalam analisa kimia, pengkelat yang sering banyak dipakai adalah EDTA,
singkatan dari Etilendiamin Tetraacetat acid, dengan rumus kimia sbb :
HOOCCH2 CH2COOH
N-CH2-CH2-N
HOOCCH2 CH2COOH
EDTA dan garam natriumnya membentuk kompleks ketat yang larut jika ditambahkan larutan yang
mengandung kation logam tertentu, jika sedikit pewarna seperti Eriokrom Black T atau Camalgit
ditambahkan pada suatu larutan yang mengandung ion kalsium dan magnesium telah membentuk larutan
akan kembali dari merah menjadi biru yang dapat digunakan sebagai tanda titik akhir titrasi. Ion
magnesium harus ada dalam larutan untuk menghasilkan titik akhir yang baik. Untuk keperluan ini garam
magnesium dapat ditambahkan pada buffer sehingga dalam titrasi diperlukan blank koreksi. Ketajaman
dari titik akhir akan meningkat dengan meningkatnya pH akan tetapi pH tidak dapat ditingkatkan
sembarangan karena dapat menyebabkan mengendapnya kalsium karbonat atau magnesium hidroksida
dan juga zat pewarna akan berubah pada nilai pH yang tinggi.
Prosedur kerja
TUJUAN
Untuk menentukan konsentrasi asam askorbat dalam vitacimin
DASAR TEORI
Banyak metode volumeri yang berprinsipkan pada transfer elektron. Pemisahan oksidasi reduksi menjadi
komponen-komponennya, yaitu reduksi separuhnya adalah cara untuk masing-masing spesies yanng
kehilangan elektron. Reaksi reduksi oksidasi berlangsung dengan transfer elektron dari donor ke
akseptor. Berbagai reaksi redok dapat digunakan untuk titrasi volumetri asalkan kesetimbangan yang
tercapai pada saat penambahan titran dapat berlangsung dengan cepat. Banyak titrasi redoks dilakukan
menggunakan dengan indikator warna.
Tri Iodida (I3-), adalah zat pengoksidasi yang banyak digunakan dalam titrasi oksidasi /reduksi. Tri iodide
disiapkan dengan mencampur kalium iodida (KI) dan potassium iodide (KIO3) dalam larutan asam yang
mengikuti persamaan reaksi secara stoikiometri sebagai berikut :
Dalam preparasi tri iodide, kelebihan KI digunakan, jadi konsentrasi dari I3- ditentukan oleh jumlah KIO3
yang ditambahkan ke dalam larutan. tri iodide bereaksi dengan asam askorbat membentuk
dehidroaskorbat dan ion tri iodide mengikuti reaksi berikut :
Perhatikan bahwa satu mol iodin bereaksi dengan setiap mol asam askorbat. Dalam percobaan ini,
saudara akan menentukan jumlah asam askorbat dalam vitacimin dengan menggunakan reaksi tri iodida
dalam "titrasi balik". Setelah mengekstraksi asam askorbat dari vitacimin dengan asam, saudara akan
mengubahnya menjadi dehydroascorbat dengan menggunakan kelebihan tri iodida yang diketahui.
Jumlah triiodida yang tersisa setelah reaksi (persamaan 2) akan ditentukan dengan titrasi triiodida
dengan larutan tiosulfat standar. Catatan bahwa titrasi ini bukan titrasi analit langsung, tetapi titrasi dari
kelebihan reagen yang ditambahkan. Ini disebut dengan titrasi balik.
2 mol thiosulfate bereaksi dengan setiap mol triiodida yang ada. Titik akhir ditentukan dengan
menggunakan indikator amilum. Campuran amilum dan triiodida memiliki warna violet tua, namun saat
triiodida direaksikan, larutan menjadi tidak berwarna. Seiring waktu, kompleks amilum-triiodida dapat
stabil, dan menjadi sulit untuk mengurangi semua triiodida. Oleh karena itu lebih baik menambahkan
amilum sesaat sebelum titik akhir. Untungnya larutan triiodida itu sendiri memiliki warna kuning sampai
coklat, tergantung konsentrasi. Bila larutannya berubah kuning pucat, berarti sebagian besar tri iodida
telah bereaksi, dan berarti mendekati titik akhir. Maka saudara bisa menambahkan indikator amilum.
Saudara mengetahui berapa banyak I3- yang ditambahkan ke sampel vitacimin, dan dengan hasil titrasi
saudara dapat menentukan berapa yang tersisa setelah oksidasi askorbat. Perbedaan antara jumlah tri
ALAT - ALAT
Buret Indikator amilum
Erlenmeyer 250 mL KI padat
Gelas ukur H2SO4 3 M
Pipe volume Na2S2O3 0,04 M
Pipet tetes KIO3 0,01 M
Pemanas
PROSEDUR KERJA
Standarisasi KIO3
Menganalisis Vitamin C
1. Timbang sejumlah besar tablet vitamin sehingga kira-kira 500 mg asam askorbat. Haluskan tablet
dengan lumping dan alu
2. Transfer massa bubuk yang diketahui ke labu volumetrik 250 mL.
3. Tambahkan 100 mL asam sulfat 0,3 M. Stirer selama sekitar 10 menit, lalu biarkan selama beberapa
menit. Stirer lagi, lalu encerkan dengan tanda 0,3 M asam sulfat sapai tanda batas.
4. Masukkan 25.00 mL larutan vitamin C ke labu Erlenmeyer.
5. Tambahkan 1 g KI padat dan 25.00 mL KIO3 standar ke dalam labu.
6. Titrasikan tri iodida yang tersisa dengan larutan tiosulfat standar seperti di atas, dengan hati-hati
menambahkan larutan kanji sesaat sebelum titik akhir.
7. Ulangi titrasi ini dua kali untuk total tiga penentuan yang tepat.
8. Hitung massa rata-rata vitamin C di setiap tablet!
Tujuan
Mempelajari salah satu bentuk titrasi pengendapan dan aplikasinya dalam menentukan kadar NaCl.
Dasar Teori
Pembentukan endapan dapat digunakan sebagai dasar dari suatu titrasi. Didasarkan pada suatu cara
yang cocok untuk penentuan, sejumlah stoikiometris titran ditambahkan. Juga sangat penting untuk
mengetahui kesetimbangan secepatnya setelah penambahan titran. Walupun telah banyak
dikembangkan metode titrasi pengendapan tetapi titirasi ion halida dengan perak(I) dan sulfat dengan
barium(II) adalah yang paling penting.
Salah satu metode titrasi pengendapan yang telah lama ada dan masih sering digunakan adalah titrasi
penentuan ion halida dalam larutan. Titrasi ini didasarkan pada pembentukan endapan yang sukar larut
antara ion halida dengan ion perak (Ag+). Endapan tersebut merupakan garamnya (AgX). Metode
penentuan ion halida dengan metode argentometri ada tiga metode yaitu : Metode Mohr, Volhard dan
dengan indikator absorpsi.
Metode Mohr adalah metode paling lama untuk penentuan ion halida dalam larutan. Ion halida dititrasi
dengan suatu larutan standart perak nitrat, dan ditambhakan suatu larutan garam kromat yang larut
dalam air sebagai indikator. Kalau pengendapan halida telah sempurna, kelebihan perak (I) akan
bereaksi dengan kromat membentuk endapan merah perak kromat.
Ag+ + X- AgX (s) reaksi titrasi
2 Ag + CrO4 Ag2CrO4 reaksi titik akhir
Titran yang ditambahkan menjelang titik ekivalen titrasi menyebabkan kelebihan Ag+ yang menghasilkan
warna merah, tetapi titik akhir yang benar adalah perubahan warna kuning dari kromat menjadi lebih
gelap yang permanen. Titik akhir titrasi tidak setajam yang diharapkan, dibutuhkan perak nitrat yang
berlebih untuk membentuk perak kromat yang cukup terlihat diatas warna putih endapan dan larutan
kromat yang kuning.
Metode Volhard adalah suatu prosedur untuk titrasi perak (I) dengan standar kalium thiosianat secara tidak
langsung , metode ini digunakan untuk penentuan halida, atau anion yang mengendap secara kuantitatif dengan
perak nitrat, tetapi yang paling penting adalah untuk menentukan ion-ion halida .
Persamaan reaksi titrasi metode Volhard :
SCN + Ag+ AgSC(s) reaksi titrasi
SCN + Fe3+ Fe(SCN)2+ reaksi titik akhir
Titrasi dengan thiosianat dilakukan pada suasana asam, jika perak(I) telah terendapkan sebagai perak
thiosianat yang berwarna putih , kelebihan titran dan indikator besi (III) akan bereaksi membentuk
Metode indikator adsorbsi, pada metode ini reaksi titik akhir terjadi pada permukaan endapan perak
halid., Stoikiometri reaksi titrasi adalah reaksi pengendapan perak halida, sedangkan reaksi titik akhir
titirasi adalah antara perak(I) dengan suatu anion indikator berwarna seperti dikloroflouresin.
Ag+ + X- Ag X(s) reaksi titrasi
Ag + Ag X(s) + In Ag X1 Ag
+ - + reaksi titik akhir
Mekanisme yang terjadi pada metode ini adalah berdasarkan adsorpsi kopresipitasi. Sebelum titik
ekivalen tercapai, ion halida yang berlebih akan teradopsi pada permukaan endapan sehingga anion
indikator tidak tertarik pada permukaan endapan, tetapi yang tertarik adalh kationdari analit. Ketika titik
ekivalen tercapai dan sedikit kelebihan ion perak (I) didalam sistim, maka ion perak akan teradopsi pada
permukaan endapan sebagai ion utama yang teradopsi. Karena permukaan endapan bermuatan
positif,maka anion indikator akan teradopsi pada permukaan endapan sebagai ion penyeimbang
membentuk warna.
A. Metode Mohr
Standarisasi
1. Timbang 0,585 g NaCl (Pa) dan larutkan menjadi 100 mL
2. Pipet 10 mL larutan dan tambahkan dengan 3 tetes indikator kromat
3. Tritasi dengan larutan AgNO3 sampai warna merah tercapai
4. Lakukan 3 kali ulangan
5. Hitung kosentrasi AgNO3
Penentuan kadar NaCl
1. Larutkan sampel garam dapur menjadi 100 mL
2. Pipet 10 mL dan tambahkan dengan 3 tetes indikator kromat
3. Titrasi dengan larutan AgNO3 yang telah distandarisasi sampai diperoleh warna merah
4. Lakukan 3 kali ulangan
5. Tentukan kadar NaCl dalam sampel
B . Metode Volhard
Standarisasi
1. Pipet 10 mL larutan NaCl
2. Tambahakan dengan 20 ml larutan AgNO3 dan 2 mL larutan nitrobenzene
3. Kocok dan tambahkan dengan indikator Fe(III)
Tujuan
Mempelajari teknik analisa kualitatif dalam menentukan jenis kation / anion dalam sampel.
Teori
Sesuai dengan teori yang telah didiskusikan di kelas
Tujuan
Mempelajari teknik analisa kualitatif mengidentifikasi Kation Golongan IIIA dan IIIB.
Teori
Sesuai dengan teori yang telah didiskusikan di kelas
(Tabel Identifikasi Gol IIIA dan IIIB)
Prosedur Kerja
1. Sampel terdiri dari masing-masing kation yang ada pada Golongan IIIA dan IIIB.
2. Ambil 1 mL untuk masing-masing sampel, tambahkan ke dalam tabung reaksi reagen yang sama
setetes demi tetes reagen
3. amati perubahan yang terjadi
4. Foto hasilnya.
5. Isikan dalam tabel yang tersedia.
6. Lakukan cara di atas terhadap reagen lain yang tersedia.
7. Analisa dan bandingkan hasilnya.
Vogel, Textbook of Macro and Semimicro Qualitative Inorganic Analysis, Longman Group
Limited, London, 1979
Pudjaatmaka, Aloysius Hadyana, Ph.D( alih bahasa), Analisis Kimia Kualitaif, Erlangga;
Jakarta, 1999
Christian, Gary D, Analytical Chemistry, John Wiley & Sons Inc; Canada, 1986