Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

Imunisasi telah terbukti merupakan intervensi pencegahan yang paling


efektif dalam menurunkan angka kematian dan kesakitan. Di Indonesia program
imunisasi telah berhasil membasmi penyakit cacar dan telah dinyatakan bebas
cacar pada tahun 1974. Dalam waktu dekat polio eradikasi dari negeri kita.
Penggunaan vaksin dalam imunisasi selain adanya alasan epidemiologi penyakit,
harus ada bukti bahwa vaksin tersebut efektif dan relatif aman digunakan. Risiko
penyakit yang dicegah harus lebih besar dari pada risiko prosedur imunisasi.1
Imunisasi ini sering disamaartikan dengan vaksinasi. Dimana proses
vaksinasi ini merupakan suatu tindakan yang sengaja diberikan pajanan dengan
antigen yang berasal dari suatu patogen. Antigen yang diberikan telah dibuat
demikian rupa sehingga tidak menimbulkan sakit namun mampu mengaktivasi
limfosit yang peka sebagai antibodi dan sel memori.2
Imunisasi merupakan usaha memberikan kekebalan pada bayi dan anak
dengan memasukkan vaksin ke dalam tubuh agar tubuh membuat zat anti untuk
mencegah terhadap penyakit tertentu dan meghilangkan penyakit tersebut pada
sekelompok masyarakat atau menghilangkannya dari dunia.2
Imunisasi pilihan adalah imunisasi lain yang tidak termasuk dalam
imunisasi wajib, namun penting diberikan pada bayi, anak, dan dewasa di
Indonesia mengingat beban penyakit dari masing-masing penyakit. Imunisasi MR
(measles, rubella) merupakan imunisasi yang digunakan dalam memberikan
kekebalan terhadap penyakit campak (measles), dan campak Jerman (rubella). 3

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Imunisasi
2.1.1 Definisi
Imunisasi adalah suatu cara meningkatkan kekebalan
seseorang secara aktif terhadap suatu antigen, sehingga bila kelak ia
terpajan pada antigen yang serupa tidak terjadi penyakit. Imunisasi
berasal dari kata immune yang berarti kebal atau resisten. Imunisasi
terhadap suatu penyakit hanya akan memberikan kekebalan atau
resistensi pada penyakit itu saja, sehingga untuk terhindar dari
penyakit yang lain diperlukan imunisasi lainnya.3
Imunisasi merupakan suatu proses transfer antibodi secara pasif
dengan memberikan imunoglobulin.
Vaksinasi, merupakan suatu tindakan yang dengan sengaja
memberikan paparan pada suatu antigen berasal dari suatu patogen.
Antigen yang diberikan telah dibuat demikian rupa sehingga tidak
menimbulkan sakit namun memproduksi limfosit yang peka, antibodi
dan sel memori. Cara ini menirukan infeksi alamiah yang tidak
menimbulkan sakit namun cukup memberikan kekebalan. Tujuannya
adalah memberikan “ infeksi ringan “ yang tidak berbahaya namun
cukup untuk menyiapkan respon imun sehingga apabila terjangkit
penyakit yang sesungguhnya dikemudian hari anak tidak menjadi sakit
karena tubuh dengan cepat membentuk antibodi dan mematikan
antigen / penyakit yang masuk tersebut.

2.1.2 Epidemiologi
Berdasarkan laporan WHO tahun 2002, setiap tahun terjadi
kematian sebanyak 2,5 juta balita, yang disebabkan penyakit yang
dapat dicegah melalui vaksinasi. Radang paru yang disebabkan oleh
pneumokokus menduduki peringkat utama (716.000 kematian), diikuti

2
penyakit campak (525.000 kematian), rotavirus (diare), Haemophilus
influenza tipe B, pertusis dan tetanus. Dari jumlah semua kematian
tersebut, 76% kematian balita terjadi dinegara-negara sedang
berkembang, khususnya Afrika dan Asia Tenggara (termasuk
Indonesia).1
WHO mengatakan bahwa penyakit infeksi yang dapat dicegah
melalui vaksinasi akan dapat diatasi bilamana sasaran imunisasi global
tercapai. Dalam hal ini bisa tercapai bila lebih dari > 90% populasi
telah mendapatkan vaksinasi terhadap penyakit tersebut.1

2.1.3 Tujuan
a. Untuk mencegah terjadinya penyakit tertentu pada seseorang, dan
menghilangkan penyakit tertentu pada sekelompok masyarakat atau
bahkan menghilangkan penyakit tertentu dari dunia.3
b. Sasaran dari pemberian imunisasi tidak hanya pada anak-anak,
tetapi juga mencakup wanita hamil (awal kehamilan – 8 bulan),
wanita usia subur (calon mempelai). Pada anak-anak, imunisasi
diberikan dimulai sejak bayi dibawah umur 1 tahun (0 – 11 bulan)
sampai anak sekolah dasar (kelas 1 – kelas 6).

2.1.4 Jenis-jenis imunisasi


Imunisasi telah dipersiapkan sedemikian rupa agar tidak
menimbulkan efek-efek yang merugikan. Imunisasi ada 2 macam,
yaitu:
a. Imunisasi aktif
Merupakan pemberian suatu bibit penyakit yang telah
dilemahakan (vaksin) agar nantinya sistem imun tubuh berespon
spesifik dan memberikan suatu ingatan terhadap antigen ini,
sehingga ketika terpapar lagi tubuh dapat mengenali dan
meresponnya. Contoh imunisasi aktif adalah imunisasi polio dan

3
campak. Dalam imunisasi aktif, terdapat beberapa unsur-unsur
vaksin, yaitu:
 Vaksin dapat berupa organisme yang secara keseluruhan
dimatikan, eksotoksin yang didetoksifikasi saja, atau
endotoksin yang terikat pada protein pembawa seperti
polisakarida, dan vaksin dapat juga berasal dari ekstrak
komponen-komponen organisme dari suatu antigen.
Dasarnya adalah antigen harus merupakan bagian dari
organisme yang dijadikan vaksin.
 Pengawet, stabilisator atau antibiotik. Merupakan zat yang
digunakan agar vaksin tetap dalam keadaan lemah atau
menstabilkan antigen dan mencegah tumbuhnya mikroba.
Bahan-bahan yang digunakan seperti air raksa dan antibiotik
yang biasa digunakan.
 Cairan pelarut dapat berupa air steril atau juga berupa cairan
kultur jaringan yang digunakan sebagai media tumbuh
antigen, misalnya antigen telur, protein serum, dan bahan
kultur sel.
 Adjuvan, terdiri dari garam alumunium yang berfungsi
meningkatkan sistem imun dari antigen. Ketika antigen
terpapar dengan antibodi tubuh, antigen dapat melakukan
perlawanan juga, dalam hal ini semakin tinggi perlawanan
maka semakin tinggi peningkatan antibodi tubuh.
b. Imunisasi pasif
Merupakan suatu proses meningkatkan kekebalan tubuh
dengan cara pemberian zat imunoglobulin, yaitu zat yang
dihasilkan melalui suatu proses infeksi yang dapat berasal dari
plasma manusia (kekebalan yang didapat bayi dari ibu melalui
plasenta) atau binatang (bisa ular) yang digunakan untuk
mengatasi mikroba yang sudah masuk dalam tubuh yang
terinfeksi.

4
Imunisasi pasif dapat terjadi secara alami saat ibu hamil
memberikan antibodi tertentu ke janinnya melalui plasenta,
terjadi di akhir trimester pertama kehamilan dan jenis antibodi
yang ditransfer melalui plasenta adalah immunoglobulin G
(LgG). Transfer imunitas alami dapat terjadi dari ibu ke bayi
melalui kolostrum (ASI), jenis yang ditransfer adalah
immunoglobulin A (LgA). Sedangkan transfer imunitas pasif
secara didapat terjadi saat seseorang menerima plasma atau
serum yang mengandung antibodi tertentu untuk menunjang
kekebalan tubuhnya.
Kekebalan yang diperoleh dengan imunisasi pasif tidak
berlangsung lama, sebab kadar zat-zat anti yang meningkat
dalam tubuh anak bukan sebagai hasil produksi tubuh sendiri,
melainkan secara pasif diperoleh karena pemberian dari
luartubuh.
Contoh imunisasi pasif adalah penyuntikan ATS (Anti
Tetanus Serum) pada orang yang mengalami luka kecelakaan,
dan Inmunoglobulin yang dapat mencegah anak dari penyakit
campak. Contoh lain adalah yang terdapat pada bayi yang baru
lahir dimana bayi tersebut menerima berbagai jenis antibodi dari
ibunya melalui darah plasenta selama masa kandungan,
misalnya antibodi terhadap campak.

2.2 Vaksin MR (Measles, dan Rubella)


Campak merupakan penyakit yang sangat mudah menular yang
disebabkan oleh virus dan ditularkan melalui batuk dan bersin. Gejala
penyakit campak adalah demam tinggi, bercak kemerahan pada kulit (rash)
disertai dengan batuk dan/atau pilek dan/atau konjungtivitis akan tetapi
sangat berbahaya apabila disertai dengan komplikasi pneumonia, diare,
meningitis dan bahkan dapat menyebabkan kematian. Penyakit ini sangat

5
berpotensi menjadi wabah apabila cakupan imunisasi rendah dan
kekebalan kelompok/herd immunity tidak terbentuk. Ketika seseorang
terkena campak, 90% orang yang berinteraksi erat dengan penderita dapat
tertular jika mereka belum kebal terhadap campak. Seseorang dapat kebal
jika telah diimunisasi atau terinfeksi virus campak.
Pada tahun 2000, lebih dari 562.000 anak per tahun meninggal di
seluruh dunia karena komplikasi penyakit campak. Dengan pemberian
imunisasi campak dan berbagai upaya yang telah dilakukan, maka pada
tahun 2014 kematian akibat campak menurun menjadi 115.000 per tahun,
dengan perkiraan 314 anak per hari atau 13 kematian setiap jamnya.
Rubella adalah penyakit akut dan ringan yang sering menginfeksi
anak dan dewasa muda yang rentan. Akan tetapi yang menjadi perhatian
dalam kesehatan masyarakat adalah efek teratogenik apabila rubella ini
menyerang pada wanita hamil pada trimester pertama. Infeksi rubella yang
terjadi sebelum konsepsi dan selama awal kehamilan dapat menyebabkan
abortus, kematian janin atau sindrom rubella kongenital (Congenital
Rubella Syndrome/CRS) pada bayi yang dilahirkan.
Sebelum dilakukan imunisasi rubella, insidens CRS bervariasi antara
0,1-0,2/1000 kelahiran hidup pada periode endemik dan antara 0,8-4/1000
kelahiran hidup selama periode epidemi rubella. Angka kejadian CRS pada
negara yang belum mengintroduksi vaksin rubella diperkirakan cukup
tinggi. Pada tahun 1996 diperkirakan sekitar 22.000 anak lahir dengan
CRS di regio Afrika, sekitar 46.000 di regio Asia Tenggara dan 12.634 di
regio Pasifik Barat. Insiden CRS pada regio yang telah mengintroduksi
vaksin rubella selama tahun 1996-2008 telah menurun.
Di Indonesia, rubella merupakah salah satu masalah kesehatan
masyarakat yang memerlukan upaya pencegahan efektif. Data surveilans
selama lima tahun terakhir menunjukan 70% kasus rubella terjadi pada
kelompok usia Sedangkan perhitungan modelling di Jawa Timur
diperkirakan 700 bayi dilahirkan dengan CRS setiap tahunnya.

6
Dalam Global Vaccine Action Plan (GVAP), campak dan rubella
ditargetkan untuk dapat dieliminasi di 5 regional WHO pada tahun 2020.
Sejalan dengan GVAP, The Global Measles & Rubella Strategic Plan
2012-2020 memetakan strategi yang diperlukan untuk mencapai target
dunia tanpa campak, rubella atau CRS. Satu diantara lima strategi adalah
mencapai dan mempertahankan tingkat kekebalan masyarakat yang tinggi
dengan memberikan dua dosis vaksin yang mengandung campak dan
rubella melalui imunisasi rutin dan tambahan dengan cakupan yang tinggi
(>95%) dan merata. Indonesia telah berkomitmen untuk mencapai
eliminasi campak dan pengendalian rubella/Congenital Rubella Syndrome
(CRS) pada tahun 2020.

Campak adalah penyakit yang di sebabkan oleh paramiksovirus genus


morbili. Virus campak dapat hidup dan berkembang biak pada selaput
lender tenggorok, hidung dan saluran pernafasan. Penularan penyakit
campak berlangsung sangat cepat melalui udara atau semburan ludah
(droplet) yang terhisap lewat hidung atau mulut. Penularan terjadi pada
masa fase kedua hingga 1-2 hari setelah bercak merah timbul. Penampilan
klinis campak dapat di bagi 4 tahap, sebagai berikut:4,5

7
1. Fase pertama di sebut masa inkubasi yang berlangsung sekitar 10-12
hari, pada tahap ini anak yang sakit belum memperlihatkan gejala dan
tanda sakit.
2. Pada fase kedua (fase prodromal) baru lah timbul gejala yang mirip
penyakit flu, seperti batuk, pilek, dan demam tinggi dapat mencapai
38ºc-40ºc, mata merah berair, mulut muncul bintik putih (bercak
Koplik) dan kadang di sertai mencret.
3. Fase ketiga di tandai dengan keluarnya bercak merah seiring dengan
demam tinggi yang terjadi. Namun bercak tak langsung muncul di
seluruh tubuh, melainkan bertahap dan melambat. Bermula dari
belakang telinga, leher, dada, muka, tangan dan kaki. Warnanya pun
khas, merah dengan ukuran yang tidak terlalu besar tapi juga tidak
terlalu kecil. Biasanya, bercak memenuhi seluruh tubuh dalam waktu
sekitar satu minggu dan jika bercak merahnya sudah keluar, demam
akan turun dengan sendirinya.
4. Stadium Konvalesensi dimana erupsi berkurang meninggalkan bekas
yang berwarna lebih tua (hiperpigmentasi) yang lama-kelamaan akan
hilang sendiri.

Biasanya komplikasi terjadi pada anak-anak di bawah usia 5 tahun dan


anak-anak dengan gizi buruk. Komplikasi dapat terjadi berupa radang
telinga tengah, radang paru (pneumonia) atau radang otak (ensefalitas).4,5
Virus rubela menimbulkan kemerahan kulit, nyeri sendi (terutama
pada wanita) dan demam ringan. Bila seorang wanita sedang hamil muda
terinfeksi rubela akan terjadi keguguran atau dapat melahirkan bayi
dengan kelainan lahir yang berat (tuli, hidrosefalus, kelainan saraf, dan
kelainan jantung). Penyakit ini ditularkan melalui udara dari orang ke
orang lain. Anda dapat dengan mudah terjangkit hanya dengan berada di
sekitar orang yang terinfeksi.4
Vaksin Measles, Rubella : Vaksin MR bertujuan untuk mencegah
Measles (campak), dan Rubella merupakan vaksin kering yang

8
mengandung virus hidup, harus disimpan pada suhu 2–8ºC atau lebih
dingin dan terlindung dari cahaya. Vaksin harus digunakan dalam waktu 1
(satu) jam setelah dicampur dengan pelarutnya, tetap sejuk dan terhindar
dari cahaya, karena setelah dicampur vaksin sangat tidak stabil dan cepat
kehilangan potensinya pada temperatur kamar.3
2.2.1 Epidemiologi Campak dan Rubella
Penyakit campak dikenal juga sebagai morbili atau measles,
merupakan penyakit yang sangat menular (infeksius) yang disebabkan
oleh virus. Manusia diperkirakan satu-satunya reservoir, walaupun monyet
dapat terinfeksi tetapi tidak berperan dalam penularan. Pada tahun 1980,
sebelum imunisasi dilakukan secara luas, diperkirakan lebih 20 juta orang
di dunia terkena campak dengan 2,6 juta adalah anak-anak di bawah usia
lima tahun. Sejak tahun 2000, lebih dari satu miliar anak di negara-negara
berisiko tinggi telah divaksinasi melalui program imunisasi, sehingga pada
tahun 2012 kematian akibat campak telah mengalami penurunan sebesar
78% secara global.

Dari gambaran diatas menunjukkan Indonesia merupakan salah satu


dari negara-negara dengan kasus campak terbanyak di dunia.
Penyebab rubella adalah togavirus jenis rubivirus dan termasuk
golongan virus RNA. Virus rubella cepat mati oleh sinar ultra violet,
bahan kimia, bahan asam dan pemanasan. Virus tersebut dapat melalui

9
sawar plasenta sehingga menginfeksi janin dan dapat mengakibatkan
abortus atau congenital rubella syndrome (CRS).
Penyakit rubella ditularkan melalui saluran pernapasan saat batuk atau
bersin. Virus dapat berkembang biak di nasofaring dan kelenjar getah
bening regional, dan viremia terjadi pada 4 – 7 hari setelah virus masuk
tubuh. Masa penularan diperkirakan terjadi pada 7 hari sebelum hingga 7
hari setelah rash.
Masa inkubasi rubella berkisar antara 14 – 21 hari. Gejala dan tanda
rubella ditandai dengan demam ringan (37,2°C) dan bercak merah/rash
makulopapuler disertai pembesaran kelenjar limfe di belakang telinga,
leher belakang dan sub occipital.
Konfirmasi laboratorium dilakukan untuk diagnosis pasti rubella
dengan melakukan pemeriksaan serologis atau virologis. IgM rubella
biasanya mulai muncul pada 4 hari setelah rash dan setelah 8 minggu akan
menurun dan tidak terdeteksi lagi, dan IgG mulai muncul dalam 14-18 hari
setelah infeksi dan puncaknya pada 4 minggu kemudian dan umumnya
menetap seumur hidup. Virus rubella dapat diisolasi dari sampel darah,
mukosa hidung, swab tenggorok, urin atau cairan serebrospinal. Virus di
faring dapat diisolasi mulai 1 minggu sebelum hingga 2 minggu setelah
rash.
Rubella pada anak sering hanya menimbulkan gejala demam ringan
atau bahkan tanpa gejala sehingga sering tidak terlaporkan. Sedangkan
rubella pada wanita dewasa sering menimbulkan arthritis atau arthralgia.
Rubella pada wanita hamil terutama pada kehamilan trimester 1 dapat
mengakibatkan abortus atau bayi lahir dengan CRS
Bentuk kelainan pada CRS :
1. Kelainan jantung :
- Patent ductus arteriosus
- Defek septum atrial
- Defek septum ventrikel
- Stenosis katup pulmonal

10
2. Kelainan pada mata :
- Katarak kongenital
- Glaukoma kongenital
- Pigmentary Retinopati
3. Kelainan pendengaran
4. Kelainan pada sistim saraf pusat :
- Retardasi mental
- Mikrocephalia
- Meningoensefalitis
5. Kelainan lain :
- Purpura
- Splenomegali
- Ikterik yang muncul dalam 24 jam setelah lahir
- Radioluscent bone
2.2.2 Pengenalan Vaksin MR
Vaksin Measles Rubella (MR) adalah vaksin hidup yang
dilemahkan (live attenuated) berupa serbuk kering dengan
pelarut. Kemasan vaksin adalah 10 dosis per vial.
Setiap dosis vaksin MR mengandung:
- 1000 CCID50 virus campak
- 1000 CCID50 virus rubella

11
Dengan pemberian imunisasi campak dan rubella dapat
melindungi anak dari kecacatan dan kematian akibat pneumonia,
diare, kerusakan otak, ketulian, kebutaan dan penyakit jantung
bawaan.
Vaksin MR diberikan secara subkutan dengan dosis 0,5 ml.
Vaksin hanya boleh dilarutkan dengan pelarut yang disediakan
dari produsen yang sama. Vaksin yang telah dilarutkan harus
segera digunakan paling lambat sampai 6 jam setelah dilarutkan.
Pada tutup vial vaksin terdapat indikator paparan suhu
panas berupa Vaccine Vial Monitor (VVM). Vaksin yang boleh
digunakan hanyalah vaksin dengan kondisi VVM A atau B.
Kontraindikasi:
- Individu yang sedang dalam terapi kortikosteroid,
imunosupresan dan radioterapi
- Wanita hamil
- Leukemia, anemia berat dan kelainan darah lainnya
- Kelainan fungsi ginjal berat
- Decompensatio cordis
- Setelah pemberian gamma globulin atau transfusi darah
- Riwayat alergi terhadap komponen vaksin (neomicyn)
Pemberian imunisasi ditunda pada keadaan sebagai berikut:
- Demam
- Batuk pilek
- Diare
2.2.3 Karakteristik Vaksin MR

Vaksin MR merupakan vaksin yang berisi virus campak dan


rubella hidup yang telah dilemahkan dan berbentuk serbuk kering
berwarna putih kekuningan. Dalam penggunaannya, vaksin ini
membutuhkan pelarut atau pengencer. Vaksin ini tersedia dalam
kemasan 1 dosis per vial, 2 dosis per vial, 5 dosis per vial dan 10

12
dosis per vial. Di Indonesia, untuk pelaksanaan introduksi
imunisasi rutin akan menggunakan vaksin MR kemasan 10 dosis
per vial.

Hal-hal penting yang perlu diingat adalah:

1. Vaksin MR merupakan vaksin yang sensitif panas, harus


disimpan pada suhu 2 - 8o C dan terlindung dari cahaya
matahari.
2. Vaksin MR yang sudah dilarutkan dapat digunakan hingga 6
jam, setelah itu sisa vaksin harus dibuang.
3. Vaksin MR dapat bertahan (masih tetap poten) selama 24
bulan apabila disimpan dalam lemari es pada suhu 2 - 8 o C dan
terlindung dari cahaya matahari.
4. Jumlah pelarut yang tersedia harus sama jumlahnya dengan
vaksin MR
2.2.4 Jadwal Pemberian Vaksin MR
 Pada program imunisasi rutin, vaksin MR diberikan pada anak
usia 9 bulan untuk imunisasi dasar, 18 bulan pada imunisasi
lanjutan, dan anak kelas 1 SD/MI/sederajat pada BIAS.
 Vaksin MR dapat diberikan secara bersamaan dengan vaksin
lainnya seperti DPT-HB-Hib, TT, Td, DT, BCG, OPV dan IPV

13
2.2.5 Cara Pemberian Vaksin MR
Vaksin MR diberikan secara subkutan dengan dosis 0,5 ml
di lengan kiri bagian luar.
A. Pelarutan Vaksin MR
1. Vaksin hanya boleh dilarutkan ketika sasaran sudah datang
untuk imunisasi.
2. Pelarut harus berasal dari produsen yang sama dengan vaksin
yang digunakan.
3. Pastikan vaksin dan pelarutnya belum kadaluarsa dan VVM
masih dalam kondisi A atau B.
4. Vaksin dan pelarut harus mempunyai suhu yang sama (2 sd 8
o
C). Oleh karena itu pelarut sudah harus dimasukkan ke dalam
lemari es sehari sebelum digunakan.
5. Melarutkan vaksin dengan menggunakan ADS 5 ml. Satu ADS
5 ml digunakan untuk melarutkan satu vial vaksin. Jangan
menyentuh jarum ADS dengan jari.
6. Memastikan 5 ml cairan pelarut vaksin terhisap dalam ADS
kemudian baru melakukan pelarutan vaksin MR
7. Masukan pelarut secara perlahan ke dalam botol vaksin agar
tidak terjadi gelembung/busa.
8. Kocok campuran vaksin dengan pelarut secara perlahan
sampai tercampur rata, hal ini untuk mencegah terjadinya
abses dingin.
9. Vaksin yang sudah dilarutkan hanya boleh digunakan dalam
waktu 6 jam. Catat jam pelarutan vaksin pada label vaksin.

14
10. Pelarutan vaksin berikutnya boleh dilakukan jika vaksin yang
sudah dilarutkan terpakai habis atau sudah melewati masa
pakai (lebih dari 6 jam).
11. Memperhatikan prosedur aseptik.
Vaksin yang sudah dilarutkan harus segera dibuang jika:
- Ada kecurigaan vial vaksin yang terbuka telah terkontaminasi
seperti ada sesuatu yang kotor dalam vial, vial jatuh ke tanah,
rubber cap tidak sengaja tersentuh, dan kontak dengan air.
- VVM C dan D
- Waktu pelarutan sudah melebihi 6 jam 4
Cara Penyuntikan Vaksin MR Langkah-langkah dalam
melakukan penyuntikan vaksin MR
- Imunisasi dilakukan dengan menggunakan alat suntik sekali
pakai (Autodisable syringe/ADS) 0,5 ml. Penggunaan alat
suntik tersebut dimaksudkan untuk menghindari pemakaian
berulang jarum sehingga dapat mencegah penularan penyakit
HIV/ AIDS, Hepatitis B dan C.
- Pengambilan vaksin yang telah dilarutkan dengan cara
memasukkan jarum ke dalam vial vaksin dan pastikan ujung
jarum selalu berada di bawah permukaan larutan vaksin
sehingga tidak ada udara yang masuk ke dalam semprit.
- Tarik torak perlahan-lahan agar larutan vaksin masuk ke dalam
spuit dan keluarkan udara yang tersisa dengan cara mengetuk
alat suntik dan mendorong torak sampai pada skala 0,5 cc,
kemudian cabut jarum dari vial.
- Bersihkan kulit tempat pemberian suntikan dengan kapas kering
sekali pakai atau kapas yang dibasahi dengan air matang, tunggu
hingga kering. Apabila lengan anak tampak kotor diminta untuk
dibersihkan terlebih dahulu.
- Penyuntikan dilakukan pada otot deltoid di lengan kiri atas.

15
- Dosis pemberian adalah 0,5 ml diberikan secara subkutan (sudut
kemiringan penyuntikan 45o .
- Setelah vaksin disuntikkan, jarum ditarik keluar, kemudian
ambil kapas kering baru lalu ditekan pada bekas suntikan, jika
ada perdarahan kapas tetap ditekan pada lokasi suntikan hingga
darah berhenti.

16
2.2.6 Rekomendasi :
a. Vaksin MR harus diberikan sekalipun ada riwayat infeksi campak, dan
rubella atau sudah mendapatkan imunisasi campak.
b. Anak dengan penyakit kronis seperti kistik fibrosis, kelainan jantung
bawaan, kelainan ginjal bawaan, gagal tumbuh, sindrom Down.
c. Anak berusia ≥ 1 tahun yang berada di day care centre,family day care
dan playgroups.
d. Anak yang tinggal di lembaga cacat mental.7

2.2.7 Kontra Indikasi :


a. Anak dengan penyakit keganasan yang tidak diobati atau dengan
gangguan imunitas, yang mendapat pengobatan dengan imunosupresif
atau terapi sinar atau mendapat steroid dosis tinggi (ekuivalen dengan
2mg/kgBB/hari prednisolon)
b. Anak dengan alergi berat (pembengkakan pada mulut atau
tenggorokan, sulit bernapas, hipotensi dan syok) terhadap gelatin atau
neomisin
c. Pemberian MR harus ditunda pada anak dengan demam akut, sampai
penyakit ini sembuh
d. Anak yang mendapat vaksin hidup yang lain (termasuk BCG dan
aksin virus hidup) dalam waktu 4 minggu. Pada keadaan ini imunisasi
MR ditunda lebih kurang 1 bulan setelah imunisasi yang terakhir.
Individu dengan tuberkulin positif akan menjadi negatif setelah
pemberian vaksin.
e. Wanita hamil tidak dianjurkan mendapat imunisasi MR (karena
komponen rubela) dan dianjurkan untuk tidak hamil selama 3 bulan
setelah mendapat suntikan MR.
f. Vaksin MR tidak boleh diberikan dalam waktu 3 bulan setelah
pemberian imunoglobulin atau transfusi darah yang mengandung
imunoglobulin (whole blood, plasma). Dengan alasan yang sama

17
imunoglobulin tidak boleh diberikan dalam waktu 2 minggu setelah
vaksinasi.
g. Defisiensi imun bawaan dan didapat (termasuk infeksi HIV).
Sebenarnya HIV bukan kontra indikasi, tetapi pada kasus tertentu,
dianjurkan untuk meminta petunjuk pada dokter spesialis anak
(konsultan).3

2.2.8 Efek Samping


1) Vaksin MR adalah vaksin yang sangat amat aman, namun seperti sifat
setiap obat memiliki reaksi simpang. Reaksi simpang yang mungkin
terjadi adalah reaksi lokal seperti nyeri, bengkak dan kemerahan di lokasi
suntikan dan reaksi sistemik berupa ruam atau rash, demam, dan malaise
dan reaksi simpang tersebut akan sembuh dengan sendirinya. Reaksi
alergi berat seperti reaksi anafilaksis dapat terjadi pada setiap orang
terhadap setiap obat, kemungkinan tersebut dapat juga terjadi pada
pemberian vaksin MR.
Berikut ini reaksi yang sering terjadi pada saat imunisasi MR:

18
2.2.9 HERD Imunnity
Kekebalan kelompok adalah cara yang efektif untuk mencegah
penularan. Dengan memvaksinasi suatu populasi untuk memberikan
perlindungan tambahan terhadap kekebalan yang tidak divaksinasi,
kekebalan kelompok dapat tercapai. Dengan kekebalan kelompok, menjadi
lebih sulit bagi penularan untuk mempertahankan rantai infeksi (mis.
Tingkat penularan menurun). Mengikuti praktik imunisasi ini akhirnya
dapat mengarah pada pemberantasan suatu penyakit. Ketika jumlah orang
yang divaksinasi meningkat, kemungkinan seseorang yang rentan akan
bersentuhan dengan individu terinfeksi atau kontak menurun secara
signifikan. Jika sebagian besar populasi di diimunisasi, penyakit akhirnya
mungkin tidak ada lagi, seperti yang ditunjukkan oleh pemberantasan
cacar sebagai akibat dari vaksinasi massal global. Agar metode ini
menghasilkan hasil positif untuk mengurangi penularan, sekitar 75%
hingga 80% populasi harus diimunisasi. Dengan persentase ini, virus akan
mengalami kesulitan mencapai yang tidak divaksinasi, sehingga mencegah
penularan dari orang ke orang dan menurunkan tingkat infeksi dalam
populasi. 13
Kekebalan kelompok adalah pilihan yang sangat layak untuk
mengurangi penyebaran penyakit ke yang tidak diimunisasi, tetapi
sebagian kecil dari populasi dapat dibiarkan tidak divaksinasi. Bagian ini
umumnya disediakan bagi mereka yang tidak dapat dengan aman
menerima vaksin karena masalah mendasar seperti kondisi medis. Orang
dengan defisiensi imun kronis atau mereka yang menunggu transplantasi
organ tidak dapat menerima vaksin, dan karena itu dapat sangat
diuntungkan dari kekebalan kelompok. Vaksinasi 75% hingga 80% dari
masyarakat umum membentuk "selimut" kekebalan yang melindungi
mereka yang mungkin rentan terhadap virus. 13

19
BAB III
PENUTUP

20
Imunisasi merupakan usaha memberikan kekebalan pada bayi dan anak
dengan memasukkan vaksin ke dalam tubuh agar tubuh membuat zat anti untuk
mencegah terhadap penyakit tertentu dan meghilangkan penyakit tersebut pada
sekelompok masyarakat atau menghilangkannya dari dunia.
Dalam hal ini maka harus terus digalakkan program imunisasi kepada
masyarakat luas sehingga masyarakat menyadari pentingnya imunisasi dan mau
membawa anaknya untuk melakukan imunisasi, khususnya imunisasi yang
diwajibkan. Jika imunitas pada masyarakat tinggi, maka risiko terjadinya
penularan dan wabah juga akan berkurang.

Vaksin Measles, Rubella : Vaksin MR bertujuan untuk mencegah Measles


(campak), dan Rubella merupakan vaksin kering yang mengandung virus hidup,
harus disimpan pada suhu 2–8ºC atau lebih dingin dan terlindung dari cahaya.
Vaksin harus digunakan dalam waktu 1 (satu) jam setelah dicampur dengan
pelarutnya, tetap sejuk dan terhindar dari cahaya, karena setelah dicampur vaksin
sangat tidak stabil dan cepat kehilangan potensinya pada temperatur kamar.

DAFTAR PUSTAKA

21
1. Souvrianty E, Hadinegoro SRS. Hubungan Vaksin Measles,Mumps,
Rubella (MMR) dengan Kejadian Autisme. Sari Pediatri.6(1); 2004
2. Ranuh IGN, dkk. Pedoman Imunisasi di Indonesia. Satgas munisasi IDAI.
Jakarta; 2011
3. Menteri Kesehatan RI. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 42 Tahun 2013 Tentang Penyelenggaraan Imunisasi;2013
4. Tampengan TH, Laurent IR. Penyakit Infeksi Tropik Pada Anak. EGC.
Jakarta; 2007.
5. Widagdo. Masalah Dan Tatalaksana Penyakit Infeksi Pada Anak. Sagung
Seto. Jakarta; 2002.
6. Soedarmo SSP, Garna H, Hadinegoro SRS, Satari HI. Buku ajar infeksi &
pediatrik tropis. Edisi 2. IDAI. Jakarta; 2008.
7. WHO. Observed Rate of Vaccine Raection : Mumps, Measles, and
Rubella Vaccine; 2014
8. Pradipta B, Sungkar S. Penggunaan Vaksin Human Papiloma Virus dalam
Pencegahan Kanker Serviks. Majalah Kedokteran Indonesia.57(11); 2007
9. Suharjo, JB. Vaksinasi cara ampuh cegah penyakit infeksi. Kanisius : 2010
10. Sri, Rezeki S Hadinegoro. Prof. Dr. dr. SpA(K), dkk. Pedoman imunisasi di
Indonesia. Ikatan Dokter Indonesia. Edisi ke-2. Jakarta 2005
11. Ranuh IGN, Suyitno H, Hadinegoro SRS, Kartasasmita CB, penyunting.
Pedoman Imunisasi di Indonesia. Edisi ketiga. Jakarta: Satgas Imunisasi Ikatan
Dokter Anak Indonesia; 2008.
12. Kemenkes, 2017, PETUNJUK TEKNIS KAMPANYE IMUNISASI MEASLES
RUBELLA(MR), DIREKTORAT JENDERAL PENCEGAHAN DAN
PENGENDALIAN PENYAKIT KEMENTERIAN KESEHATAN RI From :
http://www.searo.who.int/indonesia/topics/immunization/petunjuk_teknis_kampa
nye_dan_introduksi_mr.pdf?ua=1

22

Anda mungkin juga menyukai