Anda di halaman 1dari 5

teori konflik.

KONFLIK

pada per

Penggagas teori-teori konflik menaruh minat lebih besar suatu isu

benturan kepentingan daripada dalam konsensus nilai-nilai,

yang sudah dibicarakan terdahulu yang memiliki status postulat dalam

formulasi tipe ideal (lihat, misalnya, Durkheim, 1961; Parsons, 1966)

Konflik kepentingan lebih penting meskipun dikatakan bahwa konsep

kepentingan juga melibatkan keuntungan bagi kelompok lain selain

kelompoknya sendiri. Di pihak lain, konsensus nilai yang

id

yang dipertahankan oleh

yang menanggulangi perbedaan-perbedaan nyata di kalan

menjadi

maupun Bagi

perhatian teoretis

bukanlah sistem yang

dimiliki bersama oleh ego dan alter

mereka untuk bekerja sama,

melainkan bal

berupaya untuk mencapai tujuan-tujuan bersama secar


ekskluME

Konfia atas tujuan dan kontradiksi nilai-nilai mendominasi h

integratif

hubungan mereka. pola dan ungsi fungsi dari Parsons tidak menggambarkan secara menonjol dal

ek

Abstraksi dari konflik dan kontradiksi sebagai objek fokus i

menghasilkan teori-teori konstruksi yang melahirkan gambaran mi

rakat yang sangat berbeda daripada yang dibangun berd

asarka

konsensus. Representasi kolektif Durkheim, aturan-aturan moral, dan

solidaritas mekanis digantikan oleh keyakinan keyakin

dai

dan kepentingan-kepentingan yang berkontradiksi yang menimbulkan

kebencian. Kekuasaan menjadi sangat penting sebagai alat rasional untuk

mencapai tujuan menggantikan otoritas dan persuasi sebagai teknik pe-


nyesuaian. Institusi dan organisasi formal, khususnya negara dan strati.

fikasi, dipandang dengan cara lain, struktur dan dinamikanya dijelaskan

sebagai konsekuensi perjuangan antarkelompok untuk memperoleh

kekuasaan, sumber daya materi, dan dominasi nilai-nilai tertentu

Konsensus dan kerja sama dalam kelompok dan organisasi diinterpretasi

sebagai faktor-faktor subordinat, yang secara ketat dijelaskan sebagai

cara berpartisipasi dalam konflik dengan kelompok-kelompok lain

walaupun diskusi mengenai konflik adalah historis, banyak rumusan

selama tiga puluh tabun terakhir yang bisa dianggap sebagai versi versi

teori konflik yang mengambil titik awal

postur kritis menuju asumsi

konsensus yang melandasi fungsionalisme. Dalam memandang mahaman

kritikal diri sendiri dari banyak teori konflik pada masa kini sebagai

atas fungsionalis

maka diskusi singkat ini disusun untuk


menekankan butir butir oposisi antara kedua kelompok teori tersebut

Kriteria

konsep untuk mengorganisasi gagasan-gagasan ini konsisten dengan

isu kontroversial tersebut

Titikawal logis bagi kita untuk membicarakan konflik adalah gagasan

relevan dari ahli filsafat Inggris Thomas Hobbes (1588-1679) karena

tokoh inilah yang dikritik Parsons karena mengajukan rumusan yang

iru mengenai ketertiban (order). Uraian

engenai konflik ini di

KONTEMPORER

WNTROPOLOGI

anjutkan dengan mengidentifikasi k

konsep

dan generalisasi dari

antara Parsons

dan Hobbes kemudian juga al. generalisasi yang tidak konsis-

dan model konflik sebagian model fungsion

dalam terjadi perhatikan ten Parsons Marx. Juga perlu kita

an antara Weber dan Marx mengenai ketertiban dan konflik. Kritik

ahrendorf terhadap teori Parsons melahirkan faktor-faktor lain dalam

kontroversi ini

dan upaya
Collins untuk membangun total

atas konflik, yang sangat tergantung pada Marx dan Weber.

Semua itu secara historis adalah upaya ilmiah para ahli untuk me

nyintesiskan konsep konsensus dan konflik sebagai landasan yang tepat

bagi mengkaji masyarakat dan kebudayaan.

Anda mungkin juga menyukai