Anda di halaman 1dari 19

KEKERASAN TUMPUL AKIBAT PERKELAHIAN REMAJA

(CASE REPORT)

Oleh:

Annisa Mardhiyyah 1618012052


Tiffany Putri Alamanda 1618012048

Perceptor :

AKBP dr. Adang Azhar, Sp.F., DFM

dr. Muhammad Galih Irianto, Sp.F

KEPANITERAAN KLINIK FORENSIK DAN MEDIKOLEGAL


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. H. ABDUL MOELOEK
BANDAR LAMPUNG
2018
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kulit adalah organ tubuh paling luar, yang membatasi lingkungan luar tubuh, menutup

seluruh tubuh dan melindungi tubuh dari bahaya yang berasal dari luar. Kulit dibagi menjadi

3 yaitu epidermis, dermis, subkutan. Penganiayaan adalah Setiap perbuatan yang dilakukan

dengan sengaja untuk menimbulkan rasa sakit atau luka pada orang lain, dimana

penganiaayaan dapat menyebabkan luka. Pada penganiayaan dapat terjadi luka pada kulit,

dimana luka adalah suatu keadaan ketidaksinambungan jaringan tubuh akibat kekerasan.

Kekerasan dapat dibedakan berdasarkan sifatnya, yaitu mekanik (kekerasan oleh benda

tajam, kekerasan oleh benda tumpul, dan tembakan senjata api), fisika (suhu, listrik dan

petir, perubahan tekanan udara, akustik, dan radiasi), dan kimia (asam atau basa kuat).

1.2 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan laporan kasus ini adalah sebagai berikut :

1. Memenuhi tugas dalam menjalani kepaniteraan klinik SMF ilmu kesehatan forensik

RSUD Dr. H. Abdul Moeloek.

2. Melaporkan dan memahami kasus yang ditemukan pada kegiatan SMF ilmu kesehatan

forensik di RSUD Dr. H. Abdul Moeloek.


BAB II
LAPORAN KASUS

2.1 ILUSTRASI KASUS

No. Registrasi : 536983

Waktu Pemeriksaan : Senin, 5 Februari 2018

Pukul : 14.40 WIB

Identitas Korban

Nama : An. MA

Jenis Kelamin : Laki-laki

Usia : 15 tahun (22 Agustus 2003)

Status Perkawinan : Belum menikah

Pekerjaan : Pelajar

Kebangsaan : Indonesia

Agama : Islam

Alamat : Jl. Indrabangsawan No. 39 Kel. Rajabasa Kec. Rajabasa, Bandar

Lampung

Riwayat Medis

Anamnesis

Korban datang dengan kesadaran penuh dengan menggunakan baju kaos berwana abu-abu

dengan list merah pada lehernya dan celana dasar berwarna putih. Korban mengatakan dalam
keadaan sadar telah ditendang pada bagian kepala dan dada oleh orang yang dikenal bernama

An.X berusia sekitar 15 tahun (teman sekelas korban). Setelah itu terjadilah perkelahian.

Kejadian tersebut terjadi pada hari Senin, 5 Februari 2018, pukul 08.00 WIB. Kejadian

tersebut terjadi setelah korban upacara di SMPN 28 Bandar Lampung.

Pemeriksaan Fisik

 Kesadaran : Sadar penuh

 Keadaan : Baik

 Sikap : Kooperatif

 TD : 110/70 mmHg

 HR : 88x/menit

 RR : 24 x/menit

Status Lokalis Luka

1. Pada daun telinga kiri bagian depan dan belakang terdapat luka memar disertai

bengkak dengan bentuk tidak teratur, tepi tidak rata, batas tegas, berwarna merah

keunguan dengan ukuran 3x4 cm

2. Pada kepala sisi kiri, 12 cm dari GPD, 0,5 cm dari batas rambut, setinggi puncak

daun telinga, terdapat luka memar dengan bentuk tidak teratur, tepi tidak rata, batas

tegas, berwarna kemerahan dengan ukuran 3 x0,3 cm

3. Pada leher depan ke arah kiri, 10 cm dari GPD, 7 cm dari rahang bawah, terdapat

luka memar dengan bentuk tidak teratur, tepi tidak rata, batas tegas, berwarna

kemerahan ukuran 3x2 cm

4
4. Pada dada 3 cm dari GPD kearah kanan, setinggi tulang selangka, terdapat luka

memar dengan bentuk tidak teratur, tepi tidak rata, batas tegas, berwarna kemerahan

berukuran 2x2 cm

5. Pada dada 6 cm dari GPD kearah kanan, setinggi 14 cm dibawah puncak bahu,

terdapat luka memar dengan bentuk tidak teratur, tepi tidak rata, batas tegas,

berwarna kemerahan berukuran 6x4 cm

6. Pada dada 8 cm dari GPD kearah kanan, setinggi 19 cm dibawah puncak bahu,

terdapat luka memar dengan bentuk tidak teratur, tepi tidak rata, batas tegas,

berwarna kemerahan berukuran 2x1 cm

7. Pada dada, 4 cm dari GPD kearah kiri, setinggi 17 cm dibawah puncak bahu

terdapat luka memar dengan bentuk tidak teratur, batas tegas, tepi tidak rata,

berwarna kemerahan dengan ukuran terbesar 2x0,4 cm dan ukuran terkecil

berbentuk titik dengan luas area 8x5 cm

8. Pada lengan kanan sisi depan, 19 cm diatas lipat siku, tepat pada garis pertengahan

lengan kearah dalam, terdapat luka memar dengan bentuk tidak teratur, batas tegas,

tepi tidak rata, berwarna kemerahan dengan ukuran 8x1,5 cm

9. Pada lengan kiri sisi belakang, 3 cm dibawah siku, 1 cm dari garis pertengahan

lengan kearah dalam, terdapat luka lecet dengan bentuk tidak teratur, batas tegas,

tepi tidak rata dan luka memar dengan bentuk tidak teratur, batas tegas, tepi tidak

rata berwarna merah kecoklatan dengan ukuran 2x1 cm

10. Pada lengan kanan sisi belakang, 1 cm dibawah siku, 1 cm dari garis pertengahan

lengan kearah adalam, terdapat luka yang telah kering disertai luka lecet dengan

5
bentuk tidak teratur, batas tegas, tepi tidak rata, berwarna kemerahan dengan ukuran

5x2 cm

6
7
Tindakan/Pengobatan

 Pembuatan Visum et Repertum.

Kesimpulan

Pada laki-laki berusia 15 tahun ini ditemukan luka memar, pembengkakan dan lecet akibat

kekerasan tumpul. Luka-luka tersebut tidak menimbulkan peyakit atau halangan dalam

menjalankan pekerjaan, jabatan, atau pencaharian.

8
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Anatomi Kulit

Kulit adalah lapisan atau jaringan yang menutup seluruh tubuh dan melindungi tubuh dari

bahaya yang berasal dari luar. Kulit merupakan salah satu dari sistem imun. Kulit dibagi

menjadi 3 lapisan yaitu epidermis, dermis, dan subkutan.

a) Epidermis : lapisan terluar dari kulit. Lapisan epidermis adalah epitel berkeratin yaitu

epitel dengan suatu lapisan superfisial keras, bertanduk yang membentuk permukaan

luar protektif diatas lapisan basal atau profunda berpigmen dan regeneratif.

Epidermis tidak memiliki pembuluh darah. Epidermis avaskular mendapat nutrisi

dari dermis yang memiliki vaskularisasi. Kulit juga disuplai ujung saraf aferen yang

sensitif terhadap sentuhan, nyeri, dan temperatur. Sebagian besar terminal saraf

berada pada dermis, tetapi beberapa ada yang menembus ke epidermis. Lapisan

epidermis terdiri atas stratum korneum, stratum lusidum, stratum granulosum,

stratum spinosum, dan stratum basale. Stratum korneum adalah lapisan kulit yang

paling luar dan terdiri atas beberapa lapisan sel-sel gepeng yang mati, tidak berinti,

dan telah berubah menjadi keratin (zat tanduk). Stratum lusidum terdapat langsung

di bawah lapisan korneum, merupakan lapisan sel-sel gepeng tanpa inti lapisan

tersebut tampak lebih jelas di telapak tangan dan kaki, selanjutnya ada stratum

granulosum, stratum spinosum, dan stratum basal (Moore et al, 2002 & Paulsen et al,

2013).
b) Dermis : suatu lapisan padat berisi jalinan serabut elastik dan kolagen. Terdiri dari

pars papilare adalah bagian yang menonjol ke epidermis, berisi ujung serabut saraf

dan pembuluh darah. Serabut tersebut memberi tonus kulit dan menyebabkan

kekuatan dan kekerasan pada kulit. Lapisan dalam dermis (pars retikulare)

mengandung folikel rambut, dengan otot polos arektor dan kelenjar sebasea.

Kontraksi otot polos arektor rambut (ligamentum musculi arektor pili) membuat

rambut berdiri pada saat merinding (Moore et al, 2002 & Paulsen et al, 2013).

c) Jaringan subkutan : sebagian besar terdiri dari jaringan penyambung longgar dan

simpanan lemak, dan mengandung kelenjar keringat, pembuluh darah superfisial,

pembuluh limfe. (Moore et al, 2002 & Paulsen et al, 2013).

3.2 Traumatologi

Traumatologi adalah bagian ilmu kedokteran forensik yang mempelajari derajat keparahan

luka/cedera, hubungan luka/cedera dengan kekerasan penyebabnya serta kaitannya dengan

hukum. Sementara luka adalah suatu keadaan ketidaksinambungan jaringan tubuh akibat

kekerasan. Kekerasan dapat dibedakan berdasarkan sifatnya, yaitu mekanik (kekerasan oleh

benda tajam, kekerasan oleh benda tumpul, dan tembakan senjata api), fisika (suhu, listrik

dan petir, perubahan tekanan udara, akustik, dan radiasi), dan kimia (asam atau basa kuat)

(James et al, 2011).

10
Luka akibat kekerasan benda tumpul

Luka jenis ini disebabkan benda yang memiliki permukaan tumpul.

a. Memar

Memar adalah suatu perdarahan pada jaringan bawah kulit karena pecahnya kapiler

dan vena. Faktor yang mempegaruhi letak, bentuk, dan luas luka memar yaitu

besarnya kekerasan, jenis benda penyebab, kondisi dan jenis jaringan, usia, jenis

kelamin, corak dan warna kulit, kerapuhan pembuluh darah, dan penyakit.

Perubahan warna pada luka memar dapat secara kasar digunakan untuk

memperkirakan usianya. Saat timbul,memar berwarna merah, kemudian berubah

menjadi ungu atau hitam, setelah 4 sampai 5 hari akan berwarna hijau kemudian

berubah menjadi kuning dalam 7 sampai 10 hari, dan menghilang dalam 14 sampai

15 hari (Budiyanto et al, 1997).

b. Luka lecet

Luka lecet terjadi akibat cedera pada epidermis yang bersentuhan dengan benda

yang memiliki permukaan kasar atau runcing. Sering terjadi pada kecelakaan lalu

lintas, tubuh terbentul aspal, atau benda tersebut yang bergerak dan menyentuh kulit.

Luka lecet diklasifikasikan sebagai berikut:

 Luka lecet gores : luka lecet ini disebabkan oleh benda runcing yang menggeser

lapisan permukaan kulit di depannya, sehingga lapisan terangkat.

11
 Luka lecet serut : luka lecet ini merupakan variasi luka lecet gores dengan daerah

persentuhan dengan permukaan kulit lebih lebar. Letak tumpukan epitel

menunjukkan arah kekerasan.

 Luka lecet tekan : luka lecet ini disebabkan penjejakan benda tumpul pada kulit,

sehingga sering digunakan utuk megidentifikasi benda penyebab luka yang khas

karena bentuk luka menyerupai, seperti gigitan, kisi-kisi radiator mobil, dan lain

sebagainya. Luka ini berwarna lebih gelap dari jaringan sekitar.

 Luka lecet geser : luka lecet ini disebabkan tekanan linier pada kulit disertai gerakan

bergeser, seperti pada kasus gantung atau jerat (Budiyanto et al, 1997).

c. Luka robek

Luka robek merupakan luka terbuka akibat trauma benda tumpul yang menyebabkan

kulit teregang ke satu arah dan batas elastisitas kulit terlampaui. Ciri luka ini

umumnya tidak beraturan, tepi atau dinding tidak rata, tampak jembatan jaringan

antara kedua tepi luka, bentuk dasar luka tidak beraturan, sering tampak luka lecet

atau luka memar di sisi luka (Budiyanto et al, 1997).

3.3 Penganiayaan

Untuk mengetahui peyebab luka/sakit dan derajat parahnya luka atau sakit pada korban

hidup maka diperlukan pemeriksaan kedokteran forensik. Hal ini dimaksudkan utuk

memenuhi rumusan delik dalam KUHP, Oleh karena itu catatan medik pada setiap pasien

harus lengkap hasil pemeriksaannya, terutama korban yang diduga tindak pidaa. Hal ini

diperlukan untuk pembuatan visum et repertum. Korban dengan luka ringan dapat

12
merupakan hasil dari tindak pidana penganiayaan ringan, seperti yang tertuang dalam Pasal

352 KUHP yang berbunyi:

(1) Kecuali yang tersebut dalam pasal 353 dan 356, maka penganiayaan yang tidak

menimbulkan penyakit atau halangan untuk menjalankan pekerjaan jabatan atau

pencarian, diancam sebagai penganiayaan ringan, dengan pidana penjara paling lama

tiga bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah. Pidana dapat

ditambah sepertiga bagi orang yang melakukan kejahatan itu terhadap orang yang

bekerja padanya atau menjadi bawahannya.

Pada korban dengan luka sedang, dapat pula merupakan hasil dari tindak penganiayaan,

seperti yang disebutkan pada Pasal 351 KUHP ayat (1) yang berbunyi “Penganiayaan

diancam dengan pidana penjara paling lama dua tahun delapan bulan atau pidana denda

paling banyak 4500 rupiah” dan Pasal 353 KUHP ayat (1) yaitu: “Penganiayaan

dengan rencana lebih dahulu, diancam dengan pidana pejara palig lama 4 tahun.”

Terdapat 3 kualifikasi luka pada korban hidup, yaitu:

 Luka ringan / luka derajat I/ luka golongan C

Luka derajat I adalah apabila luka tersebut tidak menimbulkan penyakit atau

tidak menghalangi pekerjaan korban. Hukuman bagi pelakunya menurut

KUHP pasal 352 ayat 1.

 Luka sedang / luka derajat II / luka golongan B

Luka derajat II adalah apabila luka tersebut menyebabkan penyakit atau

13
menghalangi pekerjaan korban untuk sementara waktu. Hukuman bagi

pelakunya menurut KUHP pasal 351 ayat 1.

 Luka berat / luka derajat III / luka golongan A

Korban dengan luka berat seperti yang disebutkan pada pasal 90 KUHP adalah sebagai

berikut:

Luka berat berarti:

1) Jatuh sakit atau mendapat luka yang tidak member harapan akan sembuh sama

sekali, atau yang menimbulkan bahaya maut;

2) Tidak mampu terus-menerus untuk menjalankan tugas jabatan atau pekerjaan

pencarian;

3) Kehilangan salah satu pancaindra;

4) Mendapat cacat berat;

5) Menderita sakit lumpuh;

6) Terganggunya daya piker selama empat minggu lebih;

7) Gugur atau matinya kandungan seorang perempuan.

Hasil dari tindak penganiayaan tersebut dengan akibat luka berat diatur dalam pasal

351 ayat (2) yang berbunyi: “Jika perbuatan mengakibatkan luka-luka berat, yang

bersalah diancam dengan pidana pejara paling lama 5 tahun” atau Pasal 353 ayat (2)

yaitu “Jika perbuatan mengakibatkan luka-luka berat, yang bersalah dikarenakan

pidana pejara palig lama tujuh tahun”. Sementara, jika korban dengan luka berat

merupakan akibat penganiayaan berat, undang-undang mengaturnya dalam Pasal 354

14
ayat (1) yang berbunyi “Barang siapa dengan sengaja melukai berat orang lain,

diancam, karena melakukan penganiayaan berat, dengan pidana penjara paling lama

delapan tahun” atau Pasal 355 ayat (1) yaitu “Penganiayaan berat yang dilakukan

dengan rencaa lebih dahulu, diancam degan pidana penjara paling lama dua belas

tahun.”

Sementara dalam KUHP, yang dimaksud penganiayaan ringan adalah penganiayaan

yang tidak menimbulkan penyakit atau halangan untuk menjalankan jabatan atau

halangan pekerjaan, seperti bunyi Pasal 352 KUHP. Umumnya, korban datang tanpa

luka, atau dengan luka lecet atau memar kecil di lokasi yang tidak berbahaya atau tidak

menurunkan fungsi alat tubuh tertentu.Luka-luka ini dimasukkan ke kategori luka

ringan atau luka derajat satu.

Penentuan derajat luka ini penting utuk membuat visum et repertum, sehingga dokter

harus memeriksa dengan teliti korban yang datang. Uraian yang dibuat meliputi

keadaan umum sewaktu datang, letak, jenis dan sifat luka serta ukuran, pemeriksaan

khusus/penunjang, tindakan medik yang dilakukan, riwayat perjalanan penyakit, dan

keadaan akhir saat perawatan.Secara objektif, dapat dimasukkan gejala yang

ditemukan pada korban.

15
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Pemeriksaan Korban

Korban datang dengan kesadaran penuh dengan menggunakan baju kaos berwana abu-abu

dengan list merah pada lehernya dan celana dasar berwarna putih. Korban mengatakan dalam

keadaan sadar telah ditendang pada bagian kepala dan dada oleh orang yang dikenal bernama

An.X berusia sekitar 15 tahun (teman sekelas korban). Setelah itu terjadilah perkelahian.

Kejadian tersebut terjadi pada hari Senin, 5 Februari 2018, pukul 08.00 WIB. Kejadian

tersebut terjadi setelah korban upacara di SMPN 28 Bandar Lampung. Pada pemeriksaan

fisik didapatkan kesadaran sadar penuh, keadaan umum baik. Sikap kooperatif.

4.2 Status Lokalis Luka

1. Terdapat luka memar pada daun telinga kiri dan bengkak berwarna merah keunguan

dengan ukuran 3x4 cm

2. Pada kepala sisi kiri, 12 cm GPD setinggi puncak daun telinga, terdapat luka memar

berwarna kemerahan dengan ukuran 3x0,3 cm

3. Pada leher sisi kiri , 10 cm GPD setinggi 4 cm dibawah puncak bahu, terdapat memar

berwarna kemerahan ukuran 3x2 cm

4. Pada dada sisi kanan, 3 cm GPD setinggi tulang selangka, terdapat luka memar

berwarna kemerahan berukuran 2x2 cm

5. Pada dada sisi kanan, 6 cm GPD setinggi 14 cm dibawah puncak bahu, terdapat luka

memar berwarna kemerahan berukuran 6x4 cm


6. Pada dada sisi kanan, 8 cm GPD setinggi 19 cm dibawah puncak bahu, terdapat luka

memar berwarna kemerahan berukuran 2x1 cm

7. Pada dada sisi kiri, 4 cm GPD setinggi 17 cm dbawah puncak bahu terdapat luka

memar berwarna kemerahan dengan ukuran terbesar 2x0,4 cm dan ukuran terkecil

berbentuk titik dengan luas area 8x5 cm

8. Pada lengan kanan sisi depan, 19 cm diatas lipat, terdapat memar berwarna

kemerahan dengan ukuran 8x1,5 cm

9. Pada lengan kiri bawah sisi belakang, 3 cm dibawah siku terdapat luka lecet dan

memar berwarna merah kecoklatan dengan ukuran 2x1 cm

10. Pada lengan bawah kanan sisi dalam 1 cm dibawah lipat, terdapat luka yang telah

kering disertai luka lecet berwarna kemerahan dengan ukuran 5x2 cm

Berdasarkan pemeriksaan pada korban, luka-luka yang didapat dapat digolongkan sebagai

luka ringan (luka derajat satu) karena tidak menimbulkan penyakit atau halangan dalam

menjalankan pekerjaan, jabatan, atau pencaharian.

4.3 Aspek Medikolegal

Pada kasus ini, terdapat bukti kekerasan tumpul berupa luka lecet tekan berwarna kemerahan

disertai memar di sekitar luka. Walaupun demikian, korban mengaku tidak mengalami

hambatan apa pun dalam melaksanakan kegiatan sehari-hari, termasuk bekerja dan

beraktivitas.

17
Sesuai dengan pasal KUHP pasal 352 ayat (1) yang berbunyi: “Penganiayaan yang tidak

menimbulkan penyakit atau halangan untuk menjalankan pekerjaan jabatan atau pencarian,

diancam, sebagai penganiayaan ringan, dengan pidana penjara paling lama tiga bulan atau

pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah. Pidana dapat ditambah sepertiga

bagi orang yang melakukan kejahatan itu terhadap orang yang bekerja padanya, atau menjadi

bawahannya”, maka pada kasus ini, penganiayaan yang terjadi merupakan penganiayaan

ringan karena luka yang didapat merupakan luka ringan yang tidak memerlukan perawatan

khusus serta tidak mengganggu pekerjaan. Hukuman bagi pelaku sesuai pasal ini adalah

penjara paling lama tiga bulan atau denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah.

4.4 Kesimpulan

Pada pemeriksaan laki-laki berusia 15 tahun mengalami luka-luka lecet tekan disertai

memar disekitar luka. Luka-luka tersebut tidak menimbulkan penyakit atau halangan dalam

menjalankan pekerjaan, jabatan, atau pencaharian. Berdasarkan KUHP pasal 352 ayat (1),

pelaku diancam pidana penjara paling lama tiga bulan atau denda paling banyak empat ribu

lima ratus rupiah.

18
DAFTAR PUSTAKA

Budiyanto A, et al. Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta : Bagian Kedokteran Forensik FKUI;
1997.

James JP, Jones R, Karch SB, Manlove J. 2011. Simpson’s Forensic Medicine. 13th ed.
London: The English Language Book Society adn Edward Arnold

Paulsen F & J. Waschke. 2013. Sobotta Atlas Anatomi Manusia: anatomi umum dan
muskuloskeletal. Jakarta: EGC

Peraturan Perundang-undangan Bidang Kedokteran. Jakarta : Bagian Kedokteran Forensik


FKUI; 1994.

19

Anda mungkin juga menyukai