Anda di halaman 1dari 5

IndonesianEnghishPortuguês

leaderboardQSilverPOmbak

INDONESIA NEGARA INDAH SEKALIGUS NEGARA RAWAN BENCANA ALAM

INDONESIA NEGARA INDAH SEKALIGUS NEGARA RAWAN BENCANA ALAM

Mengapa Indonesia dianggap sebagai negara rawan Gempa atau bencana?

Dalam undang-undang no 27 tahun 2007 tentang penanggulangan bencana di jelaskan bahwa wilayah
Negara kesatuan republik Indonesia memiliki kondisi geografis, biologis, hidrologis, dan demografis yang
memungkinkan terjadinya bencana, baik yang di sebabkan oleh faktor alam, faktor nonalam, maupun
faktor manusia yang menyebabkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian
harta benda, dan dampak psikologis yang dalam keadaan tertentu dapat menghambat pembangunan
nasional.

Follow Pemburu ombak at the Instagram

Artian Gempa bumi sendiri adalah getaran atau guncangan yang terjadi di permukaan bumi akibat
pelepasan energy dari dalam secara tiba-tiba yang menciptakan gelombang seismic. Gempa bumi biasa
di sebabkan oleh pergerakan lkerak bumi (lempeng bumi). Frekuensi suatu wilayah, mengacu pada jenis
dan ukuran gempa bumi yang di alami dalam preiode waktu. Gempa bumi di ukur dengan menggunakan
alat seismograf. Gempa bumi meliputi 3 tipe yajni gempa bumi vulkanik (gunung api), gempa bumi
tektonik, dan gempa bumi tumbukan.

Tahukah kamu mengapa bencana alam amat beresiko terjadi di Indonesia? Berikut alasan mengapa
Indonesia termasuk Negara rawan Gempa..
Posisi geografis Indonesia yang di apit oleh dua samudera besar dunia (samudra Hindia dan samudra
Pasifik).

Posisi geologis Indonesia pada pertemuan tiga lempeng utama dunia (lempeng Indo-Australia, lempeng
Eurasia, dan lempeng Pasifik).

Kondisi permukaan wilayah Indonesia (relief) yang sangat beragam.

Secara Georgafis, Indonesia merupakan Negara kepulauan yang terletak pada pertemuan empat
lempeng tektonik yaitu lempeng benua Asia, lempeng benua Australia, lempeng samudra Hindia, dan
lempeng samudra Pasifik.

Pada bagian selatan dan timur Indonesia terdapat sabuk vulkanik yang memanjang dari pulau Sumatera -
Jawa - Nusa tenggara - Sulawesi, yang sisinya berupa pegunungan vulkanik tua dan daratan rendah yang
sebagian di dominasi oleh rawa-rawa. Kondisi tersebut sangat berpotensi sekaligus rawan bencana
seperti letusan gunung berapi, gempa bumi, tsunami, banjir, dan tanah longsor.

Kebanyakan gempa bumi disebabkan dari pelepasan energi yang dihasilkan oleh tekanan yang dilakukan
oleh lempengan yang bergerak. Semakin lama tekanan itu kian membesar dan akhirnya mencapai pada
keadaan dimana tekanan tersebut tidak dapat ditahan lagi oleh pinggiran lempengan. Pada saat itulah
gempa bumi akan terjadi. Gempa bumi biasanya terjadi di perbatasan lempengan-lepengan tersebut dan
gempa bumi yang paling parah biasanya terjadi di perbatasan lempengan itu. Beberapa gempa bumi lain
juga dapat terjadi karena pergerakan magma magma di dalam gunung berapi. Gempa bumi seperti itu
dapat menjadi gejala akan terjadinya letusan gunung berapi.

Gempa bumi yang di sebabkan oleh interaksi lempeng tektonik dapat menimbulkan gelombang pasang
apabila terjadi di samudra. Dengan wilayah yang sangat di pengaruhi oleh penggerak lempeng tektonik
ini, Indonesia menjadi rawan Tsunami. Gempa bumi dengan skala besar yang sumbernya ada didasar laut
dapat memicu timbulnya tsunami. Indonesia termasuk daerah yang rawan terhadap tsunami. Coba ingat
kembali peristiwa tsunami di Nanggroe Aceh Darussalam yang trjadi pada akhir tahun2004! Beberapa
korban yang di timbulkan dari peristiwa tersebut? Maka dari itu penting untuk diketahui tentang
wilayah-wilayah di Indonesia yang rawan bencana tsunami sehungga mencegah hal-hal yang diinginkan.

Wilayah rawan bencana tsunami di Indonesia antara lain Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatra Utara,
Sumatra Barat, Bengkulu, Lampung, Banten, Jawa barat bagian tengah dan selatan, jawa timur bagian
selatan, Bali, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Maluku Utara,
Maluku Selatan, Biak Danyapen (papua/irian), Balikpapan dan Sekurau (Kalimantan timur), Palu
(Sulawesi tengah), Talaud (Sulawesi utara), serta Kendari (Sulawesi tenggara).

Untuk menambah pencerahan kalian, berikut kami lampirkan petikan wawancara antara media Nasional
Vivanews.co.id dengan Pakar gempa Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Danny Hilman.

Mengapa Indonesia dikenal sebagai negara rawan bencana? Apakah semata-mata karena menjadi titik
pertemuan antar lempeng tektonik atau karena ada faktor lain?

Indonesia menjadi daerah rawan bencana karena beberapa alasan. Pertama karena faktor alam itu.
Negeri kita ini berdiri di atas pertemuan lempeng-lempeng tektonik itu. Akibatnya negeri ini berada di
atas jalur gempa, patahan-patahan yang menyebabkan gempa. Negeri kita ini juga memiliki banyak
gunung berapi. Jumlahnya sekitar 140 gunung yang aktif. Iklim kita yang tropis juga menyebabkan banyak
tanah yang tidak stabil. Banyak tanah yang rusak. Iklim tropis dengan curah hujan yang cukup tinggi
memudahkan terjadi pelapukan. Bencana alam seperti longsor, misalnya, itu karena curah hujan di sini
cukup tinggi. Itu dari sisi alamnya. Kedua dari sisi non alam. Negeri kita berpenduduk padat, terutama di
Pulau Jawa dan Sumatera. Kalau kawasan timur Indonesia mungkin belum begitu banyak. Infrakstuktur
kita tidak didesain sesuai dengan kondisi alam itu. Bangunan rumah, juga bangunan besar seperti
gedung, belum banyak disesuaikan dengan kondisi alam ini. Tata ruang juga belum dikelola dengan
ramah bencana. Kebijakan kebencanaan kita juga masih baru. Undang-undang yang mengatur soal ini
juga baru terbit tahun 2007. Jadi pelajaran dalam menghadapi bencana, meski semenjak dahulu kala
sudah terjadi, kita sangat telat.

Wilayah bagian mana saja yang paling rawan gempa dan tsunami?

Hampir seluruh wilayah seperti Jawa, Sumatra, Bali bahkan wilayah-wilayah di Timur masuk kategori
rawan. Hanya mungkin Kalimantan Tengah dan Barat saja yang relatif bebas dari gempa dan tsunami.

Dari sejumlah pulau besar di Indonesia, seperti Sumatra, Jawa, bagian Timur Indonesia dan Bali, wilayah
mana yang paling rawan?
Mana yang paling rawan, tidak hanya ditentukan oleh kondisi alam, tapi juga ditentukan oleh populasi
manusia dan beberapa faktor lain. Di Timur Indonesia lebih banyak, tapi resikonya belum tentu besar
sebab populasi penduduk di sana belum begitu tinggi. Bangunan tidak sebanyak di Jawa dan Sumatera.
Saya tidak bisa memastikan mana yang lebih rawan. Kalau faktor alam, Sumatera lebih tinggi dari Jawa.
Tapi dari segi populasi penduduk jelas Pulau Jawa lebih tinggi. Bali juga termasuk rawan, karena potensi
gempanya ada dan padat penduduk. Untuk menentukan mana yang lebih rawan, memang diperlukan
analisis yang lebih kuantitatif. Jadi ada analisis resiko kuantitatif yang akurat untuk memperlihatkan
resiko dan kerawanan itu.

Jadi apa yang sebaiknya kita lakukan?

Kita harus membuat peta resiko nasional. Agar lebih jelas bagi kita semua mana daerah yang rawan,
mana yang kurang dan yang tidak rawan.

Gempa sudah terjadi semenjak puluhan bahkan ratusan tahun lampau. Jika dibandingkan dengan masa-
masa sebelumnya itu, apakah frekwensi gempa belakangan ini lebih sering atau tidak. Dan mengapa?

Untuk menjawab pertanyaan itu perlu data. Sayangnya informasi soal itu sangat minim. Saya tidak tahu
apakah gempa dan tsunami sebelum tahun 1900, sehebat yang terjadi sekarang ini. Kemungkinan
sebelum tahun 1900 itu lebih hebat. Sebab dalam satu periode, sebelum tahun 1800 misalnya, terjadi
begitu banyak bencana. Krakatau tahun 1883, Tambora 1815, Tsunami di Bali 1800-an di mana
mengakibatkan 15 ribu orang hilang. Tahun 1859 sekitar 3000 korban di Maluku. Dan juga ada gempa
besar yang terjadi pada tahun 1797, 1861,1833, yang skalanya di atas 8,5 SR. Jika batasannya adalah 100
tahun belakangan ini, dekade sekarang ini memang lebih gawat, khususnya dua tahun belakangan ini.

Anda pernah menyebutkan wilayah Indonesia, khususnya di pantai barat Sumatra masih menyimpan
potensi gempa besar, apa alasannya dan bagaimana penjelasannya?

Ini karena siklus alam. Alam itu bergerak begitu-begitu saja. Sejak ratusan tahun bahkan jutaan tahun
lampau. Dia hanya bergerak 5 cm per tahun, kemudian menabrak. Siklusnya ada tiga; ditekan,
dikumpulkan, dilepas. Selalu begitu dari dahulu kala. Nah, kebetulan pada dekade generasi kita ini,
kabagian pada fase pelepasan sehingga banyak sekali gempa. Nantinya, setelah magma itu lepas, ya
aman lagi. Lalu memasuki proses penekanan lagi, dan pengumpulan dan begitu seterusnya.

Bagaimana sebaiknya cara-cara yang perlu ditempuh pemerintah untuk menghadapi berbagai bencana
seperti gempa dan tsunami?

Pemerintah harus membuat program pemetaan daerah rawan bencana, peta analisis resiko secara
nasional dan dampak yang dihasilkan oleh suatu daerah rawan bencana. Sehingga masyarakat selalu
waspada dan tahu cara-cara menyelamatkan diri. Dengan begitu kita bisa mengurangi resiko.

Anda mungkin juga menyukai