A. Pengertian
Ruptur Tendon Achilles merupakan kondisi di mana tendon Achilles,tendon
tertebal terkuat pada badan manusia dan memiliki panjang sekitar 15
cm,mengalami cedera atau robekan karena suatu hal.
Tendon Achilles tendon kuat dan tebal di dalam tubuh dan melayani
beberapa fungsi utama dalam tubuh. Ini kira-kira sekitar 15 cm (5,9 inci) panjang
dan mulai dekat bagian tengah betis. Hal ini memainkan peran penting dalam
biomekanik dari ekstremitas bawah. kontraktor otot betis yang mengangkat tumit
oleh tendon yang menghasilkan tindakan kaki yang merupakan dasar untuk
berjalan, berlari, melompat, dll dapat menahan kekuatan besar, khususnya selama
latihan olahraga dan lebih khusus lagi gerakan yang melibatkan gerakan berputar.
Robek, pecah atau terputusnya tendon. Tendon Achiles merupakan jaringan
fibrosa di bagian belakang pergelangan kaki yang menghubungkan otot betis
dengan tulang tumit.
B. Etiologi
C. Faktor Resiko
Orang-orang yang biasa jatuh korban pecah Achilles atau robek termasuk
atlet rekreasi, orang-orang usia tua, air mata Achilles tendon sebelumnya atau
pecah, suntikan tendon sebelumnya atau penggunaan kuinolon, perubahan ekstrim
dalam intensitas pelatihan atau tingkat aktivitas, dan partisipasi dalam aktivitas
baru.
Sebagian besar kasus pecah Achilles tendon yang traumatis olahraga
cedera. Umur rata-rata pasien adalah 30-40 tahun dengan rasio laki-perempuan
hampir 20:1. antibiotik fluorokuinolon, seperti ciprofloxacin, dan glukokortikoid
telah dikaitkan dengan peningkatan risiko pecah Achilles tendon. Suntikan steroid
langsung ke tendon juga telah dikaitkan dengan pecah.
Kuinolon telah dikaitkan dengan Achilles tendinitis dan ruptur tendon
Achilles untuk beberapa waktu sekarang. Kuinolon adalah agen-agen antibakteri
yang bertindak pada tingkat DNA dengan DNA girase menghambat. DNA girase
merupakan enzim yang digunakan untuk bersantai DNA beruntai ganda yang
penting untuk Replikasi DNA. Kuinolon adalah khusus dalam fakta bahwa ia
dapat menyerang DNA bakteri dan mencegah mereka dari replikasi dengan proses
ini, dan sering diresepkan untuk lansia. Sekitar 2% sampai 6% dari semua orang
tua di atas usia 60 yang telah memiliki Achilles pecah dapat dikaitkan dengan
penggunaan kuinolon.
D. Klasifikasi
Tendon Achilles berasal dari gabungan tiga otot yaitu gastrocnemius, soleus, dan
otot plantaris. Pada manusia, letaknya tepat di bagian pergelangan kaki. Tendon
Achilles adalah tendon tertebal dan terkuat pada tubuh manusia. Panjangnya
sekitar 15 cm, dimulai dari pertengahan tungkai bawah. Kemudian strukturnya
kian mengumpul dan melekat pada bagian tengah-belakang tulang calcaneus.
E. Manifestasi Klinik
1. Rasa sakit mendadak yang berat dirasakan pada bagian belakang pergelangan
kaki atau betis seperti adanya rasa sakit pada tendon achilles sekitar 1-3 inci
di atas tulang tumit. daerah ini paling sedikit menerima supplai darah dan
mudah sekali mengalami cedera meskipun oleh sebab yang sederhana,
meskipun oleh sepatu yang menyebabkan iritasi.
2. Terlihat bengkak dan kaku serta tampak memar dan merasakan adanya
kelemahan yang luas pada serat-serat protein kolagen, yang mengakibatkan
robeknya sebagian serat atau seluruh serat tendon.
3. Terlihat depresi di tendon 3-5 cm diatas tulang tumit
4. Tumit tidak bisa digerakan turun naik
5. Sebuah kesenjangan atau depresi dapat dilihat di tendon sekitar 2 cm di atas
tulang tumit.
6. Biasanya, snap tiba-tiba atau pop dirasakan di bagian belakang pergelangan
kaki.
Pasien mungkin menggambarkan sensasi ditendang di bagian belakang kaki.
7. Nyeri bisa berat. nyeri yang datang secara tiba-tiba selama melakukan
kegiatan, khususnya saat mengubah arah lari atau pada saat lari mendaki.
Atlet mungkin merasakan adanya bagian yang lembek bila meraba daerah
sekitar tendon, hal ini dikarenakan adanya cairan peradangan yang berkumpul
dibawah selaput peritenon.
8. nyeri lokal, bengkak dengan gamblang kesenjangan sepanjang Achilles
tendon dekat lokasi penyisipan, dan kekuatan plantarflexion lemah aktif
semua sangat menyarankan diagnosis.
F. Patofisiologi
G. Prosedur Diagnosis
H. Penatalaksanaan
Ada tiga hal yang perlu diingat saat merehabilitasi sebuah Achilles pecah:
a. Rentang gerak
b. Kekuatan fungsional
c. Dan kadang-kadang dukungan orthotic.
Rentang gerak ini penting karena dibutuhkan ke dalam pikiran ketatnya tendon
diperbaiki. Ketika awal rehabilitasi pasien harus melakukan peregangan ringan
dan meningkatkan intensitas sebagai waktu mengizinkan dan nyeri. Puting stres
linier pada tendon ini penting karena merangsang perbaikan jaringan ikat, yang
dapat dicapai saat melakukan "peregangan pelari," (menempatkan jari-jari kaki
beberapa inci sampai dinding sementara tumit Anda ada di tanah). Melakukan
peregangan untuk mendapatkan kekuatan fungsional juga penting karena
meningkatkan penyembuhan pada tendon, yang pada gilirannya akan
menyebabkan kembali cepat untuk kegiatan. Peregangan ini harus lebih intens
dan harus melibatkan beberapa jenis berat bantalan, yang membantu reorientasi
dan memperkuat serat kolagen di pergelangan kaki terluka. Sebuah hamparan
populer digunakan untuk tahap rehabilitasi adalah menaikkan kaki pada
permukaan yang tinggi. Pasien adalah untuk mendorong ke jari kaki dan lebih
rendah nya diri sejauh mungkin ke bawah dan ulangi beberapa kali. Bagian lain
dari proses rehabilitasi adalah dukungan orthotic. Ini tidak ada hubungannya
dengan peregangan atau memperkuat tendon, melainkan di tempat untuk menjaga
pasien nyaman. Ini adalah menyisipkan dibuat custom yang sesuai ke dalam
sepatu pasien dan membantu dengan pronasi tepat kaki, yang merupakan yang
dapat menyebabkan masalah dengan Achilles.
1. Askep teori
a. Pengkajian
Pengkajian focus
Pada fase awal cidera, kaki terlihat bengkak dan timbul memar pada
area belakang bawah kak. Pada kondisi yang telah lama dan
pembengkakan telah berkurang, kondisi klinik tidak begitu jelas dan
hanya menyisakan suatu bekas trauma pada tendon Achilles walaupun
dengan melakukan pemeriksaan dapat mendeskripsikan kelainan pada
tendon Achilles. Pase kedua tinjau adanya keluhan nyeri tekan. Fase
ketiga tinjau ketidakmampuan dan nyeri hebat dalam melakukan
planterfleksi kaki.
Pemeriksaan Penunjang
Pergerakan otot dan tumit, jika pergerakan tersebut lemah atau tidak ada
maka dicurigai cedera tendon Achilles
Pemeriksaan dengan sinar-X
b. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan yang sering muncul pada klien rupture tendon
Achilles.
1. Nyeri b.d diskontiunitas jaringan tendon/ diskontiunitas jaringan
2. Resiko trauma b.d ketidak mampuan mengerakkan ekstremitas bawah dan
ketidaktahuan cara mobilisasi yang adekuat.
3. Resiko infeksi b.d port de entrée luka pasca-bedah.
4. Hambatan mobilitas fisik b.d kerusakan tendon Achilles
5. Ansietas b.d rencana pembedahan, kondisi fisik, perubahan peran
keluarga, kondisi status sosioekonomi.
c. Rencana keperawatan
RENCANA KEPERAWATAN
NO DIAGNOSA TUJUAN & KRITERIA INTERVENSI
HASIL
1 Nyeri b.d agen NOC: NIC:
injury(biologi, kimia, Pain Level Lakukan pengkajian nyeri secara
fisik, psikologis), Pain Control komprehensif termasuk lokasi,
kerusakan jaringan d.d Comfort Level karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas
Kriteria hasil: dan factor presipitasi
Mampu mengontrol nyeri Observasi reaksi nonverbal dari
Melaporkan bahwa nyeri ketidaknyamanan
berkurang dengan Bantu pasien dan keluarga untuk mencari
menggunakan manajemen dan menemukan dukungan
nyeri Control lingkungan yang dapat
Mampu mengenali mempengaruhi nyeri speerti suhu
nyeri(skala, intensitas, ruangan, pencahayaan dan kebisingan
frekuensi, dan tanda nyeri) Kaji tipe dan sumber nyeri untuk
menentukan
Ajarkan tentang teknik nonfarmakologi:
napas dalam, relaksasi, distraksi,
kompres hangat atau dingin
Berikan analgetik untuk mengurangi
nyeri
Tingkatkan istirahat
Berikan informasi tentang nyeri seperti
penyebab nyeri, berapa lama nyeri akan
berkurang dan antisipasi
ketidaknyamanan dari prosedur
Monitor vital sign sebelum dan sesudah
pemberian analgesic pertama kali
PENGKAJIAN
A. IDENTITAS DIRI
1. Klien
a. Nama : Tn“ I.”
b. Umur : 61 tahun
c. Jenis kelamin : Perempuan
d. Agama : Kristen advent
e. Pendidikan : SMP
f. Pekerjaan : Petani
g. Suku :Maluku
h. Status perkawinan : sudah menikah
i. Alamat :oma
j. Sumber informasi : pasien & anak kandung
k. Tanggal pengkajian : 1 agustus 2016
l. Tanggal masuk RS : 30 Juli 2016
m. Dx Medis : Ruptur Tendon Achilles
2. Penanggung Jawab
a. Nama : Ny.”J”
b. Umur : 35 tahun
c. Alamat : oma
d. Hubungan dengan pasien : Adik kandung
B. RIWAYAT KESEHATAN
1. Keluhan utama : nyeri pada luka dikaki kiri
2. Riwayat penyakit sekarang :
Pada tanggal 29 juli pasien mengalami kecelakaan tunggal terjatuh dari
sepeda motor, sehingga daerah pengelangan kaki kiri bagian bawah robek
yang mengakibatkan rupture tendon achilles, pada besok hari nya pasien
dibawakan ke RS Tulehu untuk mendapatkan penanganan pertama
Pada saat pengkajian tanggal 1 agustus 2016 ditemukan data terdapat nya
luka robek pada pergelangan kaki kiri sampai ke tumit, dengan luas P : 25
cm dan L : 8 cm, terdapatnya nyeri pada kaki kiri, nyeri bersifat hilang
timbul dan terasa seperti teriris, waktunya 5 menit, skala 5 (nyeri sedang),
Kaki kiri sulit digerakan dan diangkat,.
61
Keterangan :
: Laki-Laki : Garis keluarga
Penjelasan:
3. Pola Eliminasi
Keterangan Sebelum Sakit Saat Sakit
BAB
a. Keluhan Tidak ada Tidak ada
b. Frekuensi 2x/hari 1x/hari
c. Konsistensi Padat padat
d. Warna Kuning kuning
e. Menggunakan alat Tidak ada Tidak ada
bantu
BAK
a. Keluhan Tidak ada Tidak ada
b. Frekuensi 5-6x/hari 4-5x/hari
c. Jumlah ± 1000-1200 cc ± 800-1000 cc
d. Konsistensi Cair Cair
e. Warna Kuning Kuning
f. Menggunakan alat Tidak ada Menggunakan pispot
bantu
1. Pola perceptual
a. Penglihatan :pasien bisa membedakan suara hewan,suara anak dan
keluarganya bisa mendengar suara bisikan dengan jarak 2 meter
b. Pendengcapan: pasien dapat membedakan rasa seperti manis pahit
asam asam dan asin
c. Penglihatan : pasien dapat melihat dengan baik dan respon terhadap
cahaya baik
d. Penciuman : pasien dapat membedakan bau parfum dan minya
kayuputi
e. Sensasi : pasien Nampak ceria meskipun sakit.
D. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan Umum : saat pengkajian : ekspresi wajah meringis
2. Kesadaran : Composmentis
GCS : 15
E = 4 ( membuka mata spontan )
V = 5 ( respon verbal / bicara baik, dapat menjawab dengan kalimat
yang baik dan tahu siapa dirinya dan dimana dirinya berada
M = 6 ( respon motoric / gerakan menuruti perintah)
3. Tanda vital :
TD = 120/80 mmhg
N = 80 x / menit
RR = 20 x / menit
S = 36,8˚c
4. Kepala
5. Mata
12. Jantung
15. Ektremitas
5 4 5 4 Aktif Akif
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
F. PROGRAM TERAPI
a. IVFD RL : 20 tetes/menit
b. Cetorolac 3x30 mg/IV
c. Ceftriaxone 2x1 gr/IV
d. Tramadole 3x1 ampl (500 mg) /drip
e. Transamine 3 x 500 mg/IV
f. Diazepam 1ampl (2 mg) /IV
A. KLASIFIKASI DATA
PRIORITAS MASALAH
1. Nyeri Akut berhubungan dengan terputusnya kontiunitas jaringan yang di tandai dengan
Luas luka P : 25 cm L : 8 cm
2. Hambatan Mobilitas Fisik ber-hubungan dengan keterbatasan pergerakan yang
ditandai dengan
DS : Pasien mengatakan
DO : Pasien nampak
DO : Pasien nampak:
Luas luka P : 25 cm L : 8 cm
III. INTERVENSI KEPERAWATAN
1 Nyeri Akut berhubungan dengan Setelah melakukan tindakan 1. Lakukan observasi nyeri secara 1. Dapat mengetahui lokasi, durasi,
terputusnya kontiunitas jaringan keperawatan selama 3x24 kompherensif. frekuensi dan kualitas nyeri.
yang di tandai dengan jam di harapkan nyeri dapat 2. Kurangi factor presipitasi nyeri 2. Untuk Menurunkan tingkat nyeri
teratasi dengan kriteria hasil 3. Control lingkungan yang dapat 3. Lingkungan dapat mempengaruhi tingkat
DS: pasien mengatakan DS: : mempengaruhi nyeri. nyeri seperti suhu ruangan dan
pasien mengatakan: Ekpresi wajah ceria pencahayaan.
Nyeri pada luka di kaki Nyeri terkontrol 4. Tingkatkan istirahat pada pasien. 4. Istirahat dapat menenagkan pasien dan
kiri Skala nyeri 0/1 mengurangi intensitas nyeri.
Nyeri seperti ditusuk- 5. Monitor tanda-tanda vital sebelum 5. Sebagai control untuk melakukan
tusuk dan sesudah pemberian analgesic. tindakan pemberian anagesik.
Nyeri sedang (skala 5) 6. Kolaborasi dengan dokter ttg 6. Untuk penanganan agar pasien tidak
- pemberian obat analgesik terlalu menahan nyeri yang
DO: pasien nampak : berkepanjangan.
Ekspresi wajah meringis
Terdapatnya luka robek
dipergelangan kaki kiri
sampai ke tumit.
Luas luka P : 25 cm L : 8
cm
2 Hambatan Mobilitas Fisik ber- Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji kemampuan pasien dalam 1. Mengetahui dan memantau perkembangan
hubungan dengan keterbatasan keperawatan selama 3x24 mobilisasi kekuatan motoric pasien.
pergerakan yang ditandai dengan jam Hambatan Mobilitas 2. Monitoring vital sign
Fisik dapat teratasi dengan sebelum/sesudah latihan dan lihat 2. Untuk mengetahui perkembangan pasien.
DS : Pasien mengatakan kriteria : respon pasien saat latihan
Kaki kiri bisa digerakan tapi Dapat melakukan 3. Bantu klien untuk menggunakan 3. Dapat meminimalisir terhadap cedera
masih nyeri aktivitas dan latihan tongkat saat berjalan
DO : Pasien nampak secara mandiri
Pola aktivitas dan latihan 4. Ajarkan pasien atau tenaga kesehatan
dibantu lain tentang teknik ambulasi 4. Menstransformasikan pengetahuan
sehingga pasien lebih bisa mandiri
Tonus otot pada ekstremitas 5. Dampingi dan Bantu pasien saat
kiri bagian bawah skala 4 mobilisasi dan bantu penuhi
Kekuatan motoric pada kebutuhan ADLs pasien. 5. Dapat Mengurangi beban pasien dalam
ekstremitas kiri bagian bawah Ajarkan pasien bagaimana merubah melakukan aktivitas.
skala 4 posisi dan berikan bantuan jika Dapat menghindari terjadinya kekakuan
Rentang gerak ekstremitas diperlukan otot dan luka dekobitus.
bagian kiri bawah aktif 6. Konsultasikan dengan terapi fisik 6. Agar menghindari kekakuan otot pada
tentang rencana ambulasi sesuai pasien
dengan kebutuhan
3 Risiko Infeksi berhubungan Setelah melakukan tindakan 1. Bersihkan lingkungan setelah dipakai 1. Menghindari penyebaran kuman ke pasien
dengan Kerusakan jaringan yang keperawatan selama 3x24 pasien lain yang baru
ditandai dengan : jam Risiko infeksi dapat 2. Instruksikan pada pengunjung untuk 2. Mengurangi kontaminasi kuman
DO : Pasien nampak teratasi dengan kriteria hasil mencuci tangan saat berkunjung dan
Terdapatnya luka robek : setelah berkunjung meninggalkan 3.
dipergelangan kaki kiri Tidak terjadi infeksi pasien
sampai ke tumit. Tidak ada tanda-tanda 3. Kaji respon verbal dan non verbal
infeksi 4. Cuci tangan setiap sebelum dan 4. Untuk menjaga keamana tenaga kesehatan
Luas luka P : 25 cm L : 8 cm sesudah tindakan keperawatan dan juga pasien
5. Monitor kondisi luka dan melakukan 5. Mengetahui proses penyembuhan
perawatan luka 6. Agar pasien dan keluarga bisa lebih
6. Ajarkan pasien dan keluarga tanda berhati-hati terhadap infeksi
dan gejala infeksi 7. Mempercepat penyembuhan luka dan
7. Kolaborasi pemberian antibiotic menghindari dari infeksi
IV. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
2 Senin ,
8/08/2016 1. Mengkaji kemampuan pasien 1. Pasien belum mampu
09.50 dalam mobilisasi melakukan aktivitas secara
mandiri dan pergerakan
ekstremitas bawah sebelah kiri
terbatas.
09.55
2. Mengajarkan pasien atau 2. mengerti dan mau
tenaga kesehatan lain tentang mengaplikasikan apa yang
10.10 teknik ambulasi dipelajari.
3. Mendampingi dan Bantu 3. Pasien akan terlihat lebih
pasien saat mobilisasi dan mudah untuk melakukan
12.30 bantu penuhi kebutuhan aktivitas tersebut bila dibantu
ADLs pasien. oleh perawat.
4. Ajarkan pasien bagaimana 4. Pasien dapat mengerti dan
merubah posisi dan berikan paham
bantuan jika diperlukan
5. Melakukan tindakan
5. Pasien di anjurkan melakukan
kolaborasi dengan terapi fisik terapi pasif
tentang rencana ambulasi
sesuai dengan kebutuhan
V. EVALUASI
P:
Lanjutkan intervensi
1. Lakukan observasi nyeri secara kompherensif.
2. Kurangi factor presipitasi nyeri
3. Control lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri.
4. Tingkatkan istirahat pada pasien.
5. Monitor tanda-tanda vital sebelum dan sesudah
pemberian analgesic.
6. Berikan analgesk tepat waktu terutama saat nyeri
hebat
3 Senin S: -
08/08/2016 O:
13.15 a. Terdapatnya luka robek dipergelangan kaki kiri
sampai ke tum
b. Luas luka P : 25 cm L : 8 cm
A : Masalah Keperawatan resiko infeksi belum teraasi
P : Lanjutkan intervensi
1. Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien lain
2. Instruksikan pada pengunjung untuk mencuci tangan
saat berkunjung dan setelah berkunjung meninggalkan
pasien
3. Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan
keperawatan
4. Monitor kondisi luka
5. Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan gejala infeksi
6. Kolaborasi pemberian antibiotic
VI. CATATAN PERKEMBANGAN
2 Selasa ,
9/08/2016 1. Mengkaji kemampuan 1. Pasien belum mampu
09.50 pasien dalam mobilisasi melakukan aktivitas secara
2. Mengajarkan pasien atau mandiri dan pergerakan
tenaga kesehatan lain ekstremitas bawah sebelah kiri
tentang teknik ambulas terbatas.
09.55 2. mengerti dan mau
3. Mendampingi dan Bantu mengaplikasikan apa yang
pasien saat mobilisasi dan dipelajari.
10.10 bantu penuhi kebutuhan 3. Pasien akan terlihat lebih
ADLs pasien. mudah untuk melakukan
4. Ajarkan pasien bagaimana aktivitas tersebut bila dibantu
12.30 merubah posisi dan berikan oleh perawat.
bantuan jika diperlukan 4. Pasien dapat mengerti dan
5. Melakukan tindakan paham
kolaborasi dengan terapi 5. Pasien di anjurkan melakukan
fisik tentang rencana terapi pasif
ambulasi sesuai dengan
kebutuhan
VII. EVALUASI
P:
Lanjutkan intervensi
7. Lakukan observasi nyeri secara kompherensif.
8. Kurangi factor presipitasi nyeri
9. Control lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri.
10. Tingkatkan istirahat pada pasien.
11. Monitor tanda-tanda vital sebelum dan sesudah
pemberian analgesic.
12. Berikan analgesk tepat waktu terutama saat nyeri
hebat
3 Selasa S: -
02/08/2016 O:
13.15 c. Terdapatnya luka robek dipergelangan kaki kiri
sampai ke tum
d. Luas luka P : 25 cm L : 8 cm
A : Masalah Keperawatan resiko infeksi belum teraasi
P : Lanjutkan intervensi
7. Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien lain
8. Instruksikan pada pengunjung untuk mencuci tangan
saat berkunjung dan setelah berkunjung meninggalkan
pasien
9. Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan
keperawatan
10. Monitor kondisi luka
11. Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan gejala infeksi
12. Kolaborasi pemberian antibiotic