PENDAHULUAN
Dewasa ini pertumbuhan ekonomi di Indonesia menjadi salah satu yang tercepat di
dunia. Indonesia menjadi kekuatan ekonomi baru di dunia khususnya di wilayah ASEAN.
Indonesia menempati urutan sepuluh dunia dalam daftar pertumbuhan ekonomi tercepat,
tergabung dalam daftar negara-negara maju lainnya, (Prihandoko, 2014). Bank Indonesia
memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia dapat mencapai 5,5 sampai 5,8 persen di
2015, dengan defisit neraca transaksi berjalan membaik, (Jannah, 2014). Hal ini merupakan
angka kelas konsumen dalam negeri. Masyarakat menengah Indonesia tumbuh tujuh juta
orang per tahun, (Hilda, 2015). Angka pertumbuhan yang relatif tinggi dari kelas menengah
atau kelas konsumen baru tersebut memberikan peluang usaha yang semakin terbuka bagi
memberikan dampak persaingan yang ketat kepada sesama pelaku usaha. Salah satu
tantangan besar bagi pelaku usaha adalah persaingan dengan pesaing dalam bisnis yang
serupa. Persaingan antar pelaku usaha memang akan selalu ada dan tak mungkin bisa
dihindari. Mau tidak mau pelaku usaha harus berkompetisi dengan kompetitor lain.
Kompetesi penting dilakukan dengan tujuan memberikan kepuasan dan pengalaman positif
kepada konsumen. Perlu digaris bawahi bahwasanya kepuasan pelanggan saja tidaklah cukup.
Apabila pelanggan menemukan bahwa ada penyedia produk atau jasa lain yang lebih bagus,
1
2
besar kemungkinan pelanggan tersebut akan beralih pada kompetitor. Jika demikian, kepuasan
Loyalitas pelanggan adalah perilaku pembelian ulang kepada suatu produk ataupun jasa.
Loyalitas pelanggan dibagi menjadi dua, yaitu loyalitas merek dan loyalitas inesia. Loyalitas
merek disebabkan oleh tingginya sensitivitas merek dari pelanggan. Kemudian, loyalitas inesia
adalah loyalitas yang disebabkan oleh lemahnya keterlibatan intesif dan ketidakbiasaan
konsumen dalam membedakan merek, (Odin, Odin, & Valette-Florence, 2000). Sheth &
Mittal (2004) menambahkan bahwa loyalitas pelanggan adalah suatu komitmen yang kuat dari
konsumen terhadap suatu merek, toko, atau pemasok, disertai dengan sikap yang positif dan
Pada hakikatnya, tujuan utama setiap bisnis adalah menciptakan dan mempertahankan
pelanggan, (Levitt & Nancy, 1987). Kesetiaan pelanggan atau loyalitas pelanggan
memberikan dampak yang baik bagi perkembangan dan keuntungan perusahaan. Kenaikan
30%-85%, (Reichheld & Schefter, 2006). Hal yang hampir sama ditambahkan melalui
penelitian yang dilakukan oleh Reicheld dan Sasser (1990) bahwa peningkatan retensi
pelanggan mampu menghasilkan peningkatan laba jangka panjang antara 25%-95% pada
sejumlah industri. Di samping itu, Guiltinan, J.P., Paul, G.W., dan Madden (1997) biaya yang
dibutuhkan perusahaan untuk menarik pelanggan baru cenderung lebih mahal lima kali lipat
dikarenakan dalam menarik dan menciptakan pelanggan baru dibutuhkan dana yang cukup
tinggi. Ironisnya, banyak pelaku usaha lebih mengutamakan akan penciptaan pelanggan baru
daripada retensi pelanggan yang sudah ada. Fokus hanya untuk menciptakan pelanggan baru
3
adalah sesuatu yang salah, karena hal itu hanya berorientasi pada jangka pendek, padahal
biaya yang dikeluarkan untuk mempertahankan seorang pelanggan hanya sebesar 25% dari
Penelitian tentang loyalitas pelanggan menjadi penting dalam suatu bidang usaha
apapun, dikarenakan dengan adanya loyalitas konsumen yang tinggi dapat mendukung sebuah
organisasi dalam bertahan di masa krisis sekalipun. Pelanggan adalah nyawa dalam sebuah
siklus usaha.
Dewasa ini kegiatan usaha yang mengalami perkembangan yang cukup pesat ialah
coffeeshop. Coffeeshop yang dalam bahasa Indonesia diartikan sebagai kedai kopi mulai
merambah di berbagai kota di Indonesia. Baru-baru ini tercatat pertumbuhan kedai kopi dalam
beberapa tahun tumbuh sebesar 10%. Pertumbuhan ini dipengaruhi juga oleh meningkatnya
jumlah konsumsi kopi oleh masyarakat dunia khususnya Indonesia. Sejak 2008 penjualan kopi
meningkat di seluruh dunia, dengan peminum kopi terbanyak berasal dari kelompok usia 24-
45 tahun. Dalam 4 tahun terakhir saja, konsumsi kopi di dalam negeri mengalami kenaikan
dari 600 gram per orang menjadi 1,3 kilogram (kg) per orang. (www.liputan6.com).
Sri Mahyuni (2013) menjelaskan bahwa dari catatan sejarah sendiri kedai kopi sudah
ada sejak abad ke 15, walaupun biji kopi ditemukan oleh bangsa Ethiopia jauh sebelum itu,
yaitu sekitar 2000 tahun sebelum masehi. Kedai kopi pertama di dunia dibuka di kota Mekkah.
Tren kopi ini semakin meluaskan diakibatkan oleh meluasnya perdagangan antar bangsa di era
itu. Hingga pada akhirnya kedai kopi menjadi primadona masyarakat Indonesia. Masyarakat
Indonesia mulanya mengenal warung kopi sebagai tempat yang relatif sepadan dibandingkan
kafe yang merupakan definisi masyarakat barat. Seiring dengan perkembangan zaman,
teknologi informasi, dan tentunya asimilisasi budaya barat serta lokal. Mulailah bermunculan
4
kafe baru atau kedai-kedai kopi berkonsep modern, yang menggunakan konsep terpusat
ataupun waralaba/franchise.
Melalui pangsa pasar yang besar dengan prospek bisnis yang masih terbuka luas, serta
tren kopi yang terus berlanjut, tentunya bisnis kedai kopi merupakan sesuatu yang
menjanjikan. Salah satu kedai kopi yang sedang berkembang dan sudah memiliki nama di
daerah Yogyakarta ialah Kedai Kopi Caraka yang berlokasi di daerah Demangan Baru,
Yogyakarta. Kedai kopi yang telah berdiri sejak 2014 ini awalnya didirikan oleh enam
sekawan. Memiliki tempat yang cukup luas dan nyaman dengan rerata pengunjung perhari 15
hingga 20 orang. Kedai kopi Caraka lebih berkonsentrasi menjual kopi nusantara dengan cara
penyajian yang bermacam-macam. Beberapa prestasi juga sudah di dapat oleh barista kedai
kopi Caraka dalam beberapa kompetisi antar barista. Namun melalui hasil wawancara didapati
bahwa pelanggan cenderung tidak loyal. Sesuai penuturan subjek dari hasil wawancara
berikut:
“Ehm sering ke situ sih mas, tapi ya pindah-pindah juga. Misal itu ke Hestek
Tentunya hal ini bukanlah sesuatu yang diharapkan oleh managemen Kedai Kopi
Caraka. Padahal beberapa strategi sudah dilakukan managemen guna menciptakan dan
mempertahankan pelanggan mereka, seperti hasil wawancara dengan subjek wawancara yang
“Kalau masalah itu sudah lumayan banyak yos. Misal waktu jaman film
Filosopi Kopi tayang, kami ngasi diskon untuk mereka yang datang ke Caraka
bawa tiket Filkopnya. Jadi yang sudah nonton filmnya, datang ke Caraka bawa
5
tiketnya ntar dapat diskon. Trus ada lagi gratitude diskon, itu semacam Caraka
ngasi diskon buat mereka yang baru saja wisuda. Datang dengan bukti foto
atau apapun yang buktiin dia sudah wisuda pada waktu2 itu, ntar dapat
Namun pada kenyataannya hal ini kurang berpengaruh terhadap tumbuhnya loyalitas
pada kedai kopi Caraka. Tentunya hal ini bukanlah sesuatu yang diharapkan oleh managemen
“Ya bisa di bilang belum terlalu. Yang kelompok satu mereka datang tapi ndak
pasti, bisa jadi mereka juga datang ke tempat lain juga.” (W1S3, baris 28-29).
Hal ini menjadi menarik untuk dikaji bahwa managemen Caraka telah memberikan
yang terbaik melalui strategi yang mereka upayakan yang dirasa telah mencukupi, namun
strategi apa yang digunakan pihak managemen Caraka, pada esensinya penelitian mengenai
loyalitas pelanggan menjadi sesuatu yang penting dalam dinamika pertumbuhan sebuah usaha
Hal ini layak dan patut diteliti karena loyalitas memberikan banyak manfaat positif
kepada organisasi khususnya yang menjadikan jasa dan produk sebagai komoditas utama
layaknya Kedai Kopi Caraka. Tjiptono (2014) menyatakan loyalitas pelanggan memiliki peran
besar terhadap peningkatan produktivitas organisasi yang bersumber pada efisiensi biaya
dalam melayani repeat customers, adanya kesediaan pelanggan untuk membayar harga
premium, dan adanya komitmen pelanggan yang bisa membantu perusahaan bangkit kembali
di masa krisis. Kemudian, manfaat lain dari adanya loyalitas pelanggan adalah pertumbuhan
pendapatan perusahaan yang ditandai melalui adanya komunikasi gethok ular positif yaitu
suatu konsep yang dikemukakan (Raphel & Raphel, 1995) bahwa pelanggan yang puas dan
6
loyal terhadap suatu produk atau jasa menjadi sesuatu yang sangat berharga serta bisa menjadi
semacam duta besar yang berpotensi untuk menyebarluaskan pengalaman positif mereka
kepada orang lain. Dalam hal ini artinya pelanggan yang loyal pada Kedai Kopi Caraka akan
adalah kepuasan pelanggan, kualitas pelayanan, citra produk, dan kualitas pelayanan. Pada
setting penelitian ini, kedai kopi merupakan contoh dari perpaduan dari faktor-faktor di atas,
dimana kolaborasi antara produk dan pelayanan terjadi. Melalui hal tersebut persepsi kualitas
pelayanan dari pelanggan merupakan sebuah komponen yang menyatu dari kepuasaan
pelanggan, sehingga dapat dikatakan bahwa kedua faktor tersebut berpengaruh terhadap
Berdasarkan penjabaran di atas, maka penulis hendak mengetahui seberapa besar peran
kepuasan pelanggan dan kualitas pelayanan dapat berkontribusi terhadap loyalitas pelanggan,
B. Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui apakah kepuasaan pelanggan dan
kualitas layanan dapat memiliki kontribusi terhadap loyalitas pelanggan pada kedai kopi
Caraka dan kemudian seberapa besar peran kepuasaan pelanggan dan kualitas layanan mampu
C. Manfaat Penelitian
Secara garis besar penelitian ini diharapkan akan memberi manfaat dalam dua hal, yaitu
1. Manfaat Teoritis
topik loyalitas pelanggan yang sedang berkembang pesat saat ini. Kemudian, penelitian
ini juga diharapkan dapat menjadi model untuk penelitian-penelitian selanjutnya dalam
2. Manfaat Praktis
Menyediakan informasi yang berguna bagi kedai kopi Caraka serta bidang usaha
sejenis dengan karakteristik yang serupa. Adapun temuan-temuan dari penelitian ini