Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari, korosi dapat kita jumpai terjadi pada berbagai
jenis logam. Bangunan-bangunan maupun peralatan elektronik yang memakai
komponen logam seperti seng, tembaga, besi-baja dan sebagainya semuanya dapat
terserang oleh korosi ini. Seng untuk atap dapat bocor karena termakan korosi.
Demikian juga besi untuk pagar tidak dapat terbebas dari masalah korosi. Jembatan
dari baja maupun badan mobil dapat menjadi rapuh karena peristiwa alamiah yang
disebut korosi.
Kerugian yang dapat ditimbulkan oleh korosi tidak hanya biaya langsung
seperti pergantian peralatan industri, perawatan jembatan, konstruksi dan
sebagainya, tetapi juga biaya tidak langsung seperti terganggunya proses
produksi dalam industri serta kelancaran transportasi yang umumnya lebih besar
dibandingkan biaya langsung.
Korosi atau secara awam lebih dikenal dengan istilah pengkaratan merupakan
fenomena kimia pada bahan-bahan logam di berbagai macam kondisi lingkungan.
Penyelidikan tentang sistim elektrokimia telah banyak membantu menjelaskan
mengenai korosi ini, yaitu reaksi kimia antara logam dengan zat-zat yang ada di
sekitarnya atau dengan partikel-partikel lain yang ada di dalam matrik logam itu
sendiri. Jadi dilihat dari sudut pandang kimia, korosi pada dasarnya merupakan
reaksi logam menjadi ion pada permukaan logam yang kontak langsung dengan
lingkungan berair dan oksigen.
Korosi merupakan masalah teknis dan ilmiah yang serius. Di negara-negara
maju sekalipun, masalah ini secara ilmiah belum tuntas terjawab hingga saat ini.
Selain merupakan masalah ilmu permukaan yang merupakan kajian dan perlu
ditangani para ahli kimia. Korosi juga menjadi masalah ekonomi karena
menyangkut umur, penyusutan dan efisiensi pemakaian suatu bahan maupun
peralatan dalam kegiatan secara fisika, korosi juga menyangkut kinetika reaksi
yang menjadi wilayah kajian
Dalam bahasa sehari-hari korosi dikenal dengan perkaratan yakni sesuatu yang
hampir dianggap sebagai musuh umum masyarakat. Karat adalah sebutan bagi
korosi pada besi, padahal korosi merupakan gejala destruktif yang mempengaruhi

1
hampir semua logam. Besi adalah salah satu dari banyak jenis logam yang
mengalami korosi, tidak perrlu diingkari bahwa logam itu paling awal
menimbulkan korosi serius. Karena itu tidak mengherankan bila istilah korosi dan
karat hampir dianggap sama. Korosi dikenal merugikan karena bersifat merusak
logam dan membahayakan. Oleh karena itu, dengan pentingnya mempelajari
pencegahan atau pengendalian korosi dalam menghambat terjadinya korosi.
Proses korosi tidak dapat dicegah, karena reaksi korosi merupakan reaksi yang
nilai perubahan entalpi reaksinya negatif. Menurut termodinamika, reaksi semacam
ini adalah reaksi yang berlangsung secara spontan. Oleh sebab itu, proses
terkorosinya logam oleh lingkungannya adalah proses yang spontan dan tidak dapat
dicegah terjadinya. Proses korosi bisa dikendalikan sehingga kecepatan reaksinya
tidak secepat jika tidak dilakukan upaya penanggulangan. Usaha-usaha pengendalian
korosi akan dibahas dalam makalah ini dengan judul “Pengendalian Korosi.”

B. Rumusan Masalah
Dengan adanya makalah ini, ada beberapa masalah yang akan dibahas antara
lain:
1. Bagaimana proses pengendalian korosi pada lingkungan?
2. Bagaimana cara mengendalikan korosi dengan inhibitor?
3. Bagaimana cara mengendalikan korosi dengan dengan perlindungan katodik
dan anodik?

C. Tujuan
Dari rumusan masalah dapat diketahui tujuan dari disusunnya makalah ini
yaitu:
1. Mengetahui proses pengendalian korosi pada lingkungan?
2. Mengetahui cara mengendalikan korosi dengan inhibitor?
3. Mengetahui cara mengendalikan korosi dengan dengan perlindungan
katodik dan anodik?

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengendalian Korosi Melalui Perubahan Lingkungan


Korosi adalah reaksi logam dan lingkungannya, karena itu upaya
pengubahan lingkungan yang menjadikannya kurang agresif akan bermanfaat
untuk membatasi serangan terhadap logam (Trethewey & Chamberlain, 1991:227).
1. Lingkungan berwujud gas. Biasanya yang dimaksudkan disini adakah udara
dengan rentang temperatur -100 0C hingga +300 0C. Beberapa metode yang
digunakan untuk mengurangi laju korosi di udara bebas adalah menurunkan
kelembaban relatif, menghilangkan komponen-komponen mudah menguap
yang dihasilkan oleh bahan-bahan sekitar, mengubah temperatur,
menghilangkan kotoran-kotoran (termasuk partikel-partikel padat yang
abrasif), endapan-endapanyang akan membentuk katoda (misalnya jelaga), dan
ion-ion agresif (Trethewey & Chamberlain, 1991:227).
2. Bahan terendam di air bebas yang cukup mengandung ion untuk
menjadikannya sebuah elektrolit. Beberapa metode yang digunakan untuk
mengurangi laju korosidi air adalah menurunkan konduktivitas ion,mengubah
pH, mengurangi kandungan oksigen, dan mengubah temperatur (Trethewey &
Chamberlain, 1991:227).
3. Logam terkubur dalam tanah dan mineral-mineral yang terlarut membentuk
elektrolit. Pengendalian biasanya melalui proses katodik atau pelapisan
permukaan,tetapi lingkungan tersebut dapat dibuat kurang agesif dengan
mengganti tanahurugan yang tidak menahan air, mengendalikan pH dan
mengubah konduktifitasnya (Trethewey & Chamberlain, 1991:227).

B. Pengendalian Korosi Melalui Inhibitor


Inhibitor adalah suatu zat kimia yang dapat menghambat atau
memperlambat suatu reaksi kimia. Inhibitor korosi adalah suatu zat kimia yang
bila ditambahkan ke dalam suatu lingkungan, dapat menurunkan laju penyerangan
korosi lingkungan itu terhadap suatu logam. Umumnya inhibitor berasal dari
senyawa-senyawa 3nodic3 dan anorganik yang mengandung gugus-gugus yang
memiliki pasangan 3nodic3e bebas, seperti nitrit, pospat, dan lain-lain (Anonim,
2012).
Bahan inhibitor menguntungkan untuk menangani logam-logam besi
karena dapat menghambat laju korosi. Inhibitor merupakan metoda perlindungan
3
yang fleksibel, yaitu mampu memberikan perlindungan dari lingkungan yang
kurang agresif sampai pada lingkungan yang tingkat korosifitasnya sangat tinggi,
mudah diaplikasikan (tinggal tetes), dan tingkat keefektifan biayanya paling tinggi
karena lapisan yang terbentuk sangat tipis sehingga dalam jumlah kecil mampu
memberikan perlindungan yang luas pada logam. Inhibitor yang saat ini biasa
digunakan adalah sodium nitrit, kromat, fosfat, dan garam seng. Sifat-sifat sebuah
elektrolit dapat diubah untuk membatasi agresifitas terhadap permukaan logam.
Ion-ion yang paling agresif yang dapat menyerang permukaan logam baja adalah
ion-ion sulfat, tiosulfat, tiosianat, dan klorida. Untuk menghambat ion-ion agresif
tersebut dapat ditambahkan inhibitor nitrit sehingga dapat mengurangi laju
korosi pada permukaan logam.
1. Berdasarkan Bahan Dasarnya :
a) Inhibitor Organik: Menghambat korosi dengan cara teradsorpsi kimiawi
pada permukaan logam, melalui ikatan logam-heteroatom. Inhibitor ini
terbuat dari bahan Anodic. Contohnya adalah gugus amine, tio, fosfo,
dan eter. Gugus amine biasa dipakai di anodic boiler.
b) Inhibitor Inorganik: Inhibitor yang terbuat dari bahan anorganik.
2. Berdasarkan reaksi yang dihambat, maka inhibitor dibedakan menjadi :
a) Inhibitor katodik adalah zat yang dapat menghambat terjadinya
reaksi di katoda (reduksi), karena pada daerah katodik terbentuk
logam hidroksida (MOH) yang sukar larut dan menempel kuat pada
permukaan logam sehingga menghambat laju korosi. Dengan
berkurangnya akses ion hidrogen yang menuju permukaan elektroda,
maka hydrogen overvoltage akan meningkat sehingga menghambat
reaksi evolusi hidrogen yang berakibat menurunkan laju korosi. Dan
karena adanya inhibitor katodik maka potensial korosi bergeser
4nodic4 negative. Inhibitor katodik merupakan kation yang bermigrasi
ke permukaan katodik dan diendapkan secara kimia atau elektrokimia
dan mengisolasi permukaan ini, sehingga menghalangi pembebasan gas
hydrogen di permukaan katodik. Reaksi yang terjadi pada lingkungan
netral adalah
2H2O + O2 + 4e → 4OH-
Pada reaksi ini, inhibitor bereaksi dengan ion hidroksil menghasilkan
senyawa yang mengendap di permukaan katoda, sehingga menyelimuti
katoda dari elektrolit dan mencegah masuknya oksigen. Inhibitor yang
4
banyak digunakan untuk tipe ini adalah larutan garam seng dan
magnesium yang membentuk hidroksida tidak larut, kalsium yang
menghasilkan karbonat dan polifosfat. Reaksi katodik di lingkungan
asam :
2H+ + 2e → H2
Pembentukan gas hidrogen dapat dikendalikan oleh peningkatan
sistem seperti yang ditunjukkan gambar di bawah ini.

Gambar 1. Polarisasi Katodik

Inhibitor katodik dibedakan menjadi:


 Inhibitor racun: Contohnya As2O3, Sb2O3.
 menghambat penggabungan atom-atom Had menjadi molekul
gas H2 di permukaan logam
 dapat mengakibatkan perapuhan 5nodic5e pada baja kekuatan
tinggi
 Bersifat racun bagi lingkungan
 Inhibitor presipitasi katodik:
mengendapkan CaCO3, MgCO3, CaSO4, MgSO4 dari dalam air
Contohnya ZnSO4 + dispersan.
 Oxygen scavenger:
mengikat O2 terlarut
Contohnya N2H4 (Hydrazine) + O2 →N2 + 2 H2O
Hydrazine diinjeksikan di up stream Deaerator dalam 5nodic WHB
(Waste Heat Boiler) dan WHR (Waste Heat Recovery) di unit
pabrik Ammonia maupun Utilitas.
b) Inhibitor anodic adalah zat yang ditambahkan ke dalam elektrolit,

5
sehingga mampu menahan terjadinya reaksi anodic dioksida. Inhibitor
ini berakibat potensial korosi bergerak ke arah positif. Contoh:
kromat, nitrat, dan nitrit yang merupakan inhibitor anodic oksidator
(efektif tanpa oksigen), sedangkan inhibitor non oksidator (efektif
hanya dengan adanya oksigen terlarut) seperti boraks, fosfat, silikat.
Inhibitor anodic ini merupakan inhibitor yang sangat efektif dan secara
luas digunakan, tetapi jenis inhibitor ini mempunyai sifat yang tidak
diinginkan, yaitu bila kandungan atau konsentrasi inhibitor tidak cukup
melapisi semua permukaan 6nodic, sehingga mengakibatkan terjadinya
korosi sumuran (pitting). Dengan demikian, inhibitor 6nodic sering
ditunjuk sebagai inhibitor yang berbahaya. Pengaruh konsentrasi
inhibitor terhadap korosinya dapat ditunjukkan seperti gambar berikut.

Gambar 2. Pengaruh Konsentrasi Inhibitor Anodik

Inhibitor anodik adalah inhibitor yang menghambat reaksi oksidasi.


Fe + OH- FeOHad + e-
FeOHad + Fe + OH- FeOHad + FeOH+ + 2e-
Molekul anodic teradsorpsi di permukaan logam, sehingga katalis
FeOHad berkurang akibatnya laju korosi menurun. Contoh inhibitor
anodic adalah molibdat, silikat, fosfat, borat, kromat, nitrit, dan nitrat.
Inhibitor jenis ini sering dipakai / ditambahkan pada saat chemical
cleaning peralatan pabrik.
c) Inhibitor campuran: campuran dari inhibitor katodik dan anodic
Inhibitor campuran merupakan gabungan antara inhibitor anodic
dan inhibitor katodik. Biasanya dalam inhibitor campuran
mengandung salah satu bahan oksidator seperti kromat, nitrit, dan
6
bahan non oksidator. Contoh aplikasi dari inhibitor campuran adalah
senyawa kromat dan ortofosfat dalam air garam, senyawa kromat
dan polifosfat sebagai inhibitor anodic dan katodik.

3. Berdasarkan Mekanisme (Cara Kerja) Inhibisi


a) Inhibitor Pasivator: menghambat korosi dengan cara menghambat
reaksi 7nodic melalui pembentukan lapisan pasif, sehingga merupakan
inhibitor berbahaya, bila jumlah yang ditambahkan tidak mencukupi.
Inhibitor Pasivator terdiri dari: Inhibitor Pasivator Oksidator, misalnya,
Cr2O72-, , CrO42-, ClO3-, ClO4-. Cr2O72- mempasivasi baja dengan
peningkatan reaksi katodik dari Cr2O72- menjadi Cr2O3, dan
menghasilkan lapisan pasif Cr2O3 dan FeOOH. Inhibitor Pasivator non
oksidator, contohnya ion metalat (7nodic7e, ortovanadat,
metavanadat), NO2-. Inhibitor vanadium dipakai di Unit CO 2 Removal
Pabrik Ammonia, karena larutan Benfield yang bersifat korosif.
Molybdat (MoO42-) menginhibisi dengan cara membentuk lapisan
pelindung yang terdiri dari senyawa ferro-molybdat.
b) Inhibitor Presipitasi: Membentuk kompleks tak larut dengan logam atau
lingkungan sehingga menutup permukaan logam dan menghambat
reaksi 7nodic dan katodik. Contoh: Na3PO4, Na2HPO4.
c) Inhibitor Adsorpsi: Agar teradsorpsi harus ada gugus aktif (gugus
heteroatom). Gugus ini akan teradsorpsi di permukaan logam. Contoh:
Senyawa asetilen, senyawa sulfur, senyawa amine dan senyawa aldehid.
d) Inhibitor Aman dan Inhibitor Berbahaya: Inhibitor aman (tidak
berbahaya) adalah inhibitor yang bila ditambahkan dalam jumlah yang
kurang (terlalu sedikit) dari konsentrasi kritisnya, tetap akan

7
mengurangi laju korosi. Inhibitor aman ini umumnya adalah inhibitor
katodik, contohnya adalah garam-garam seng dan magnesium, calcium,
dan polifosfat. Inhibitor berbahaya adalah inhibitor apabila
ditambahkan di bawah harga kritis akan mengurangi daerah anodic,
namun luas daerah katodik tidak terpengaruh. Sehingga kebutuhan arus
dari anoda yang masih aktif bertambah hingga mencapai harga
maksimum sedikit di bawah konsentrasi kritis. Laju korosi di anoda-
anoda yang aktif itu meningkat dan memperhebat serangan korosi
sumuran. Yang termasuk inhibitor berbahaya adalah inhibitor anodic,
contohnya adalah molibdat, silikat, fosfat, borat, kromat, nitrit, dan
nitrat.
 Mekanisme Kerja Inhibitor Korosi
Suatu inhibitor kimia adalah suatu zat kimia yang dapat
menghambat atau memperlambat suatu reaksi kimia. Secara khusus,
inhibitor korosi merupakan suatu zat kimia yang bila ditambahkan
kedalam suatu lingkungan tertentu, dapat menurunkan laju
penyerangan lingkungan itu terhadap suatu logam. Pada
prakteknya, jumlah yang di tambahkan adalah sedikit, baik secara
kontinu maupun periodik menurut suatu selang waktu tertentu.
Menurut Indra Surya Dalimunte membedakan mekanisme kerja
inhibitor korosi sebagai berikut:
 Inhibitor teradsorpsi pada permukaan logam, dan membentuk
suatu lapisan tipis dengan ketebalan beberapa molekul
inhibitor. Lapisan ini tidak dapat dilihat oleh mata biasa, namun
dapat menghambat penyerangan lingkungan terhadap logamnya.
 Melalui pengaruh lingkungan (misal pH) menyebabkan
inhibitor dapat mengendap dan selanjutnya teradsopsi pada
permukaan logam serta melidunginya terhadap korosi. Endapan
yang terjadi cukup banyak, sehingga lapisan yang terjadi dapat
teramati oleh mata.
 Inhibitor lebih dulu mengkorosi logamnya, dan menghasilkan
suatu zat kimia yang kemudian melalui peristiwa adsorpsi dari

8
produk korosi tersebut membentuk suatu lapisan pasif pada
permukaan logam.
 Inhibitor menghilangkan kontituen yang agresif dari
lingkungannya.
Berdasarkan sifat korosi logam secara elektrokimia, inhibitor dapat
mempengaruhi polarisasi anodik dan katodik. Bila suatu sel korosi
dapat dianggap terdiri dari empat komponen yaitu: anoda, katoda,
elektrolit dan penghantar elektronik, maka inhibitor korosi
memberikan kemungkinan menaikkan polarisasi anodik, atau
menaikkan polasisasi katodik atau menaikkan tahanan listrik dari
rangkaian melalui pembentukan endapan tipis pada permukaan logam.
Mekanisme ini dapat diamati melalui suatu kurva polarisasi yang
diperoleh secara eksperimentil. Perlindungan elektrokimia dilakukan
untuk mencegah terjadinya korosi elektrolik (reaksi elektrokimia yang
mengoksidasi logam). Perlindungan tersebut disebut juga perlindungan
katode (proteksi katodik) atau perlindungan anode.
 Bahan Alam sebagai Alternatif Inhibitor Koros
Umumnya, inhibitor korosi berasal dari senyawa-senyawa
organik dan anorganik yang mengandung gugus-gugus yang
memiliki pasangan elektron bebas, seperti nitrit, kromat, fospat,
urea, fenilalanin, imidazolin, dan senyawa-senyawa amina. Namun
demikian, pada kenyataannya bahwa bahan kimia sintesis ini
merupakan bahan kimia yang berbahaya, harganya lumayan mahal,
dan tidak ramah lingkungan, maka sering industri-industri kecil dan
menengah jarang menggunakan inhibitor pada sistem pendingin,
sistem pemipaan, dan sistem pengolahan air produksi mereka,
untuk melindungi besi/baja dari serangan korosi.
Untuk itu penggunaan inhibitor yang aman, mudah
didapatkan, bersifat biodegradable, biaya murah, dan ramah
lingkungan sangatlah diperlukan. Salah satu alternatifnya adalah
ekstrak bahan alam khususnya senyawa yang mengandung atom N,
O, P, S, dan atom-atom yang memiliki pasangan elektron bebas.
Unsur-unsur yang mengandung pasangan elektron bebas ini
9
nantinya dapat berfungsi sebagai ligan yang akan membentuk
senyawa kompleks dengan logam.
Dari beberapa hasil penelitian seperti Fraunhofer (1996),
diketahui bahwa ekstrak daun tembakau, teh dan kopi dapat efektif
sebagai inhibitor pada sampel logam besi, tembaga, dan alumunium
dalam medium larutan garam. Keefektifan ini diduga karena
ekstrak daun tembakau, teh, dan kopi memiliki unsur nitrogen yang
berfungsi sebagai pendonor elektron terhadap logam Fe2+ untuk
membentuk senyawa kompleks. Sudrajat dan Ilim (2006) juga
mengemukakan bahwa ekstrak daun tembakau, lidah buaya, daun
pepaya, daun teh, dan kopi dapat efektif menurunkan laju
korosimild steel dalam medium air laut buatan yang jenuh CO2.
Efektivitas ekstrak bahan alam sebagai inhibitor korosi tidak
terlepas dari kandungan nitrogen yang terdapat dalam senyawaan
kimianya seperti daun tembakau yang mengandung senyawa-
senyawa kimia antara lain nikotin, hidrazin, alanin, quinolin, anilin,
piridin, amina, dan lain-lain (Reynolds, 1994). Lidah buaya
mengandung aloin, aloenin, aloesin dan asam amino. Daun pepaya
mengandung N-asetil-glukosaminida, benzil isotiosianat, asam
amino (Andrade et al., 1943). Sedangkan daun teh dan kopi
banyak mengandung senyawa kafein dimana kafein dari daun teh
lebih banyak dibandingkan kopi.
 Mekanisme Proteksi Ekstrak Bahan Alam
Mekanisme proteksi ekstrak bahan alam terhadap besi/baja
dari serangan korosi diperkirakan hampir sama dengan mekanisme
proteksi oleh inhibitor organik. Reaksi yang terjadi antara logam
Fe2+ dengan medium korosif seperti CO2diperkirakan menghasilkan
FeCO3, oksidasi lanjutan menghasilkan Fe2(CO3)3 dan reaksi antara
Fe2+ dengan inhibitor ekstrak bahan alam menghasilkan senyawa
kompleks. Inhibitor ekstrak bahan alam yang mengandung nitrogen
mendonorkan sepasang elektronnya pada permukaan logam mild
steel ketika ion Fe2+ terdifusi ke dalam larutan elektrolit, reaksinya

10
adalah Fe -> Fe2+ + 2e- (melepaskan elektron) dan Fe2+ + 2e- -> Fe
(menerima elektron).

Produk yang terbentuk di atas mempunyai kestabilan yang


tinggi dibanding dengan Fe saja, sehingga sampel besi/baja yang
diberikan inhibitor ekstrak bahan alam akan lebih tahan (ter-proteksi)
terhadap korosi. Contoh lainnya, dapat juga dilihat dari struktur
senyawa nikotin dan kafein yang terdapat dalam ekstrak daun
tembakau, teh, dan kopi, dimana kafein dan nikotin yang
mengandung gugus atom nitrogen akan menyumbangkan pasangan
elektron bebasnya untuk mendonorkan elektron pada logam Fe2+
sehingga terbentuk senyawa kompleks dengan mekanisme yang
sama seperti diatas.

C. Pengendalian Korosi Melalui Proteksi Katodik Anodik


1. Prinsip Dasar Sistem Proteksi Katodik Anodik
Korosi pada dasarnya merupakan sifat alamiah dari logam untuk
kembali ke bentuk semula. Dengan demikian sebenarnya korosi tidak dapat
dihilangkan sama sekali. Akan tetapi dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi, proses korosi dapat dikendalikan sampai pada titik minimum yang
dilakukan berdasarkan proses terjadinya. Salah satu metode pengendalian
korosi untuk system perpipaan adalah proteksi katodik. Proteksi katodik untuk
pertama kalinya diperkenalkan oleh Sir Humphrey Davy pada tahun 1820-an
sebagai sarana control korosi utama pada alat pengiriman naval di Inggris.
Kemudian lebih dikenal dan banyak dipakai pada tahun 1930-an di Gulf Coast
Amerika dalam mengendalikan korosi pada pipa yang membawa hidrokarbon

11
(gas bumi dan produk minyak) bertekanan tinggi. Di Indonesia metode ini
dipergunakan secara lebih luas sejak tahun 1970-an.
Pada dasarnya proteksi katodik merupakan control korosi secara
elektrokimia dimana reaksi oksida pada sel galvanis dipusatkan di daerah
anoda dan menekan proses korosi pada daerah katoda dalam sel yang sama.
Dengan demikian, teknologi ini sebenarnya merupakan gabungan yang
terbentuk dari unsur-unsur elektrokimia, listrik dan pengetahuan tentang bahan.
Unsur elektrokimia mencakup dasar-dasar proses terjadinya reaksi korosi,
sedangkan unsur kelistrikan mencakup konsep dasar perilaku obyek yang
diproteksi dan lingkungannya jika arus listrik dialirkan. Untuk mendapatkan
gambaran konsep dasar tentang proses korosi dan aplikasi proteksi katodik
secara teoritis dapat dilihat pada Gambar 1. Pada gambar 1(a) menunjukan ada
dua buah logam besi dan zinc yang terpisah dan di celupkan ke dalam suatu
elektrolit. Kedua logam tersebut akan terkorosi dan kedua reaksi korosi
(oksidasi) diseimbangkan dengan reaksi reduksi yang sama, dimana pada
kedua kasus tersebut terjadi pembebasan gas hydrogen.
Kejadian akan berbeda jika kedua logam tersebut dihubungkan satu
sama lain secara elektris seperti terlihat pada Gambar 1(b). disini reaksi korosi
dipusatkan pada elektroda zinc (anode) dan hampir semua reaksi reduksi
dipusatkan pada elektroda besi (katoda). Reaksi anoda zinc pada rangkaian
Gambar 1(b) akan lebih cepat dari pada rangkaian (a). Pada waktu yang
bersamaan, korosi pada besi akan berhenti. Dengan kata lain anoda zinc telah
dikorbankan untuk memproteksi besi.

Pada aplikasi dilapangan ,


struktur yang dilindungi akan
diusahakan menjadi lebih katoda dibandingkan dengan bahan lain yang
dikorbankan untuk terkorosi. Proses ini dilakukan dengan cara mengalirkan
arus searah dari sumber lain melalui elektrolit ke permukaan pipa dan

12
menghindari adanya arus yang meninggalkan pipa. Jika jumlah arus yang
dialirkan diatur dengan baik, maka akan mencegah mengalirnya arus korosi
yang keluar dari daerah anoda dipermukaan pipa dan arus akan mengalir dalam
pipa pada daerah tersebut. Sehingga permukaan pipa tersebut akan menjadi
bersifat katodik, dengan demikian maka proteksi menjadi lengkap. Untuk
jelasnya, prinsip kerja proteksi katodik dapat dilihat pada gambar 2.

Pada gambar tersebut


tampak bahwa arus mengalir ke
pipa pada daerah dimana sebelumnya sebagai anoda. Driving voltagesystem
proteksi katodik harus lebih besar dari pada driving voltage sel korosi yang
sedang berlangsung. Supaya system proteksi katodik bekerja, harus ada arus
yang mengalir dari groundbed. Selama terjadinya aliran arus ketanah, maka
material groundbed akan menjadi subjek korosi. Oleh karena kegunaan
groundbed untuk mengeluarkan arus, maka sebaiknya menggunakan bahan
yang laju konsumsinya lebih rendah dari pada pipanya itu sendiri. Atau secara
termodinamika, potensial pipa/struktur yang diproteksi dibuat menjadi imun
yaitu pada -850 mV (CSE).

Ada 2 Jenis Sistem Proteksi Katodik


1. Sistem Anoda Korban (Sacrificial Anode)
System ini dikenal juga dengan galvanic anode, dimana cara kerja dan
sumber arus yang digunakan berasal hanya dari reaksi galvanis anoda itu
sendiri. Prinsip dasar dari system anoda korban adalah hanya dengan cara
menciptakan sel elektrokimia galvanic dimana dua logam yang berbeda
dihubungkan secara elektris dan ditanam dalam elektrolit alam (tanah atau
air). Dalam sel logam yang berbeda tersebut, logam yang lebih tinggi
dalam seri elektromitive-Emf series (lebih aktif) akan menjadi anodic
terhadap logam yang kurang aktif dan terkonsumsi selama reaksi
elektrokimia. Logam yang kurang aktif menerima proteksi katodik pada
permukaannya karena adanya aliran arus melalui elektrolit dari logam
13
yang anodic. Gambar system proteksi katodik dengan anoda korban dapat
dilihat pada Gambar 3.System anoda korban secara umum digunakan
untuk melindungi struktur dimana kebutuhan arus proteksinya kecil dan
resistivitas tanah rendah. Disamping itu system ini juga digunakan untuk
keperluan dan kondisi yang lebih spesifik seperti :
a. Untuk memproteksi struktur dimana sumber listrik tidak tersedia.
b. Memproteksi struktur yang kebutuhan arusnya relative kecil, yang jika
ditinjau dari segi ekonomi akan lebih menguntungkan dibandingkan
dengan system atus tanding.
c. Memproteksi pada daerah hot spot yang tidak dicoating, misalnya pada
daerah dimana ada indikasi aktifitas korosi yang cukup tinggi.
d. Untuk mensuplemen system arus tanding, jika dipandang arus proteksi
yang ada kurang memadai. Ini biasanya terjadi pada daerah yang
resistivitas tanahnya rendah seperti daerah rawa.
e. Untuk mengurangi efek interferensi yang disebabkan oleh system arus
tanding atau sumber arus searah lainnya.
f. Untuk memproteksi pipa yang dicoating dengan baik, sehingga
kebutuhan arus proteksi relative kecil.
g. Untuk memperoteksi sementara selama kontruksi pipa hingga system
arus tanding terpasang.
h. Untuk memperoteksi pipa bawah laut, yang biasanya menggunakan
bracelet anode dengan cara ditempelkan pada pipa yang dicoating.

Gambar. Sistem
Proteksi Katodik
Sistem Anoda
Korban
Ada beberapa keuntungan yang diperolah jika menggunakan system anoda
korban diantaranya :
a. Tidak memerlukan arus tambahan dari luar, karena arus proteksi berasal
dari anodanya itu sendiri.
b. Pemasangan dilapangan relative lebih sederhana

14
c. Perawatannya mudah
d. Ditinjau dari segi biaya, system ini lebih murah dibanding system arus
tanding.
e. Kemungkinan menimbulkan efek interferensi kecil.
f. Kebutuhan material untuk sitem anoda korban relative sedikit yaitu
anoda, kabel dan test box.
Kelemahan proteksi katodik dengan anoda korban dibandingkan dengan
system arus tanding adalah :
a. Driving voltage dari system ini relative rendah karena arus proteksi
hanya terjadi dari reaksi galvanis material itu sendiri sehingga system
ini hanya dapat digunakan untuk memproteksi struktur yang arus
proteksinya relative kecil dan resistivitas lingkungan rendah. Karena
kondisi yang demikian itu, system ini akan menjadi kurang ekonomis
jika dipakai untuk keperluan memproteksi struktur yang relatif besar.
b. Kemempuan untuk mengontrol variable efek arus sesat terhadap
struktur yang diproteksi relative kecil.
2. Sistem Arus Tanding (Impressed Current)
Berbeda dengan system anoda korban, sumber arus pada system arus
tanding berasal dari luar, biasanya berasal dari DC dan AC yang dilengkapi
dengan penyearah arus (rectifier), dimana kutub negative dihubungkan ke
struktur yang dilindungi dan kutub positif dihubungkan ke anoda. Arus
mengalir dari anoda melalui elektrolit ke permukaan struktur, kemudian
mengalir sepanjang struktur dan kembali ke rectifier melalui konduktor
elektris. Karena struktur menerima arus dari elektrolit, maka struktur
menjadi terproteksi. Keluaran (output) arus rectifier diatur untuk
mengalirkan arus yang cukup sehingga dapat mencegah arus korosi yang
akan meninggalkan daerah anoda pada struktur yang dilindungi. Dengan
keluaran arus dari anoda ini maka anoda tersebut terkonsumsi. Untuk itu
maka sebaiknya menggunakan bahan yang laju konsumsinya lebih rendah
dari magnesium, zinc dan alumunium yang biasa dipakai untuk system
tersebut, umumnya digunakan paduan kombinasi bahan yang khusus.
System arus tanding digunakan untuk melindungi struktur yang besar atau
yang membutuhkan arus proteksi yang lebih besar dan dipandang kurang
ekonomis jika menggunakan anoda korban. System ini dapat dipakai untuk
melindungi struktur baik yang tidak dicoating, kondisi coating yang

15
kurang baik maupun yang kondisi coatingnya baik. Kelebihan system arus
tanding adalah dapat didesain untuk aplikasi dengan tingkat fleksibilitas
yang tinggi karena mempunyai rentang kapasitas output arus yang luas.
Artinya kebutuhan arus dapat diatur baik secara manual maupun secara
otomatis dengan merubah tegangan output sesuai dengan kebutuhan.
Kelebihan lain dari system ini, dengan hanya memasang system di salah
satu tempat dapat memproteksi struktur yang cukup besar. Kekurangan
dari system ini yaitu memerlukan perawatan yang lebih banyak dibanding
system anoda korban sehingga biaya operasional akan bertambah. System
ini juga mempunyai ketergantungan terhadap kehandalan pemasok energy
(rectifier) sehingga kerusakan pada system ini akan berakibat fatal
terhadap kinerja system proteksi. Kekurangan yang lain system arus
tanding adalah cenderung lebih mahal karena peralatan dan bahan yang
digunakan lebih banyak. Disamping itu ada kemungkinan dapat
menimbulkan masalah efek interferensi arus terhadap struktur
disekitarnya.

Gambar . Gambar
Proteksi Katodik
Sistem Arus Tanding

16
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Korosi adalah kerusakan atau degradasi logam akibat reaksi dengan lingkungan
yang korosif. Korosi dapat juga diartikan sebagai serangan yang merusak logam
karena logam bereaksi secara kimia atau elektrokimia dengan lingkungan.
Korosi adalah peristiwa rusaknya logam karena reaksi dengan lingkungannya.
Proses korosi tidak dapat dicegah, karena reaksi korosi merupakan reaksi yang
nilai perubahan entalpi reaksinya negatif. Menurut termodinamika, reaksi semacam ini
adalah reaksi yang berlangsung secara spontan. Oleh sebab itu, proses terkorosinya
logam oleh lingkungannya adalah proses yang spontan dan tidak dapat dicegah
terjadinya. Proses korosi bisa dikendalikan sehingga kecepatan reaksinya tidak secepat
jika tidak dilakukan upaya penanggulangan. Usaha-usaha pengendalian korosi yaitu
melalui pengendalian dengan perubahan lingkungan, pengendalian dengan inhibitor,
dan perlindungan anodic dan katodik.

B. Saran
1. Sebaiknya kita mengetahui bahan suatu benda sebelum melakukan pencegahan
korosi agar tepat guna.
2. Mengetahui penyebab korosi yang terjadi dahulu agar apa yang akan kita
lakukan tidak berakibat merugikan.
3. Sebaiknya melakukan pencegahan korosi terlebih dahulu karena korosi sangat
merugikan apabila sudah menyerang suatu benda yang bermanfaat.
4. Saran dalam pengendalian korosi ini yaitu janganlah menunggu suatu
komponen/ material terkorosi tetapi cegahlah sebelum korosi tersebut terjadi
sehingga dapat menghambat laju korosi.

17
DAFTAR PUSTAKA

Marcus P., and Oudar J., 1995. Corrosion Mechanisms in Theory and Practice, Marcel
Dekker Inc.
http://aprilina05.wordpress.com/2010/01/18/korosi-dan-pencegahannya-
dalam-kehidupan-sehari-hari/
http://masokftlicon.blogspot.com/2009/11/ejemplos-de-metales ferrosos.html
http://mcnugraha.wordpress.com/category/jenis-korosi/
http://mcnugraha.wordpress.com/2011/05/02/jenis-jenis-korosi-2/
http://sam-belajarblog.blogspot.com/2011/08/pengujian-laju-korosi.html

18

Anda mungkin juga menyukai