Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat, karunia
hidayah dan Ridho-Nya kepada penulis selama menyusun dan menyelesaikan makalah seminar ini
dengan judul : ”Analisa Laporan Arus Kas Sebagai Alat Pengukur Kemampuan Perusahaan Dalam
Memenuhi Kewajiban Jangka Pendek Dan Pengaruhnya Terhadap Kinerja Perusahaan Pada PDAM Tirta
Pakuan Kota Bogor”.
Penulisan makalah seminar ini disusun dengan maksud untuk melengkapi salah satu syarat guna
mengikuti mata kuliah Seminar Akuntansi pada Fakultas Ekonomi Universitas Pakuan, Bogor.
Terselesainya makalah seminar ini tidak lepas dari bantuan banyak pihak. Sehubungan dengan itu, pada
kesempatan ini penulis dengan penuh kerendahan hati menyampaikan ucapan terima kasih kepada :
Bapak Prof. Dr. Eddy Mulyadi Soepardi., MM., Ak., selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Pakuan,
Bogor.
Bapak Ketut Sunarta, MM., Drs., Ak., selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas
Pakuan, Bogor.
Ibu Ellyn Octavianty, MM., SE., selaku Sekretaris Jurusan Akuntansi Universitas Pakuan, Bogor.
Bapak Wahyu Eko Budisantoso, MBA., SE., Ak, selaku Dosen Penilai Seminar Jurusan Akuntansi fakultas
Ekonomi Universitas Pakuan, Bogor.
Bapak Yohanes Indrayono, MM., SE., Ak, selaku Dosen Penilai Seminar Jurusan Akuntansi fakultas
Ekonomi Universitas Pakuan, Bogor.
Ibu Siti Maemunah, MSi., SE., selaku Koordinator Seminar Akuntansi yang telah banyak membantu dan
memberikan pengarahan kepada penulis.
Staf Tata Usaha dan Perpustakaan Fakultas Ekonomi Universitas Pakuan, Bogor.
Pihak PDAM Tirta Pakuan Kota Bogor, yang telah mengizinkan penulis untuk riset serta memberikan
data-data dalam makalah seminar.
Orang tuaku yang telah memberikan dukungan dan doanya yang tak terhingga serta bantuan moral dan
materiil dalam penulisan makalah seminar ini. Adik dan kakakku (Yuli dan Pipit) terima kasih atas nasehat
dan supportnya.
Sahabat-sahabatku terdekat: Ane, Ita, Novi, dan Murni yang telah memberikan bantuan dalam
penyusunan makalah seminar ini
Teman-teman kosan 154, kita harus tetap kompak dan tetap semangat.
Teman-teman seperjuangan; Nandi, Ega, Winda, A Arif, dan A Pipik, serta pihak lain yang tidak bias
disebutkan satu per satu yang tentunya telah banyak membantu terselesaikannya makalah ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, dikarenakan keterbatasan
dan kemampuan penulis. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan yang
memerlukannya.
Penulis
1. Pengertian Luka
Terganggunya suatu kontinuitas dari suatu bagian tubuh yang bisa diakibatkan oleh berbagai
trauma, baik secara mekanik., panas, kimia, radiasi atau invasi dari mikroorganisme pathogen.
Tepi luka bisa menyatu kembali, permukan bersih, biasanya terjadi karena suatu insisi, tidak ada jaringan
yang hilang. Penyembuhan luka berlangsung dari bagian internal ke ekseternal.
Terdapat sebagian jaringan yang hilang, proses penyembuhan akan berlangsung mulai dari pembentukan
jaringan granulasi pada dasar luka dan sekitarnya.
Penyembuhan luka berlangsung lambat, biasanya sering disertai dengan infeksi, diperlukan penutupan
luka secara manual.
- usia
- nutrisi
- status immunologi
- pemakain obat-obatan (steroid dalam jangka waktu lama), menekan respon inflamasi,
meningkatkan resiko infeksi
3. Pengkajian Luka
b. Stadium luka
- stadium I : kulit berwarna merah, belum tampak adanya lap. Epidermis yang hilang
- stadium III : lesi terbuka, penetrasi dalam hingga otot atau tulang
- panjang luka
- lebar luka
e. Status vascular
f. Status neurologik
- fungsi motorik
- fungus sensorik
- fungsi autonom
4. Perencanaan
Balutan luka (wound dressings) secara khusus telah mengalami perkembangan yang sangat pesat selama
hampir dua dekade ini. Revolusi dalam perawatan luka ini dimulai dengan adanya hasil penelitian yang
dilakukan oleh Professor G.D Winter pada tahun 1962 yang dipublikasikan dalam jurnal Nature tentang
keadaan lingkungan yang optimal untuk penyembuhan luka. Menurut Gitarja (2002), adapun alasan dari
teori perawatan luka dengan suasana lembab ini antara lain:
1. Mempercepat fibrinolisis
Fibrin yang terbentuk pada luka kronis dapat dihilangkan lebih cepat oleh netrofil dan sel endotel dalam
suasana lembab.
2. Mempercepat angiogenesis
Dalam keadaan hipoksia pada perawatan luka tertutup akan merangsang lebih pembentukan pembuluh
darah dengan lebih cepat.
Growth factor berperan pada proses penyembuhan luka untuk membentuk stratum corneum dan
angiogenesis, dimana produksi komponen tersebut lebih cepat terbentuk dalam lingkungan yang
lembab.
Pada keadaan lembab, invasi netrofil yang diikuti oleh makrofag, monosit dan limfosit ke daerah luka
berfungsi lebih dini.
Pada dasarnya prinsip pemilihan balutan yang akan digunakan untuk membalut luka harus memenuhi
kaidah-kaidah berikut ini:
1. Kapasitas balutan untuk dapat menyerap cairan yang dikeluarkan oleh luka (absorbing)
2. Kemampuan balutan untuk mengangkat jaringan nekrotik dan mengurangi resiko terjadinya
kontaminasi mikroorganisme (non viable tissue removal)
5. Kemampuan atau potensi sebagai sarana pengangkut atau pendistribusian antibiotic ke seluruh bagian
luka (Hartmann, 1999; Ovington, 1999)
1. Film Dressing
· Semi-permeable primary atau secondary dressings
2. Hydrocolloid
· Waterproof
3. Alginate
· Polyurethane
· Highly absorptive
· Semi-permeable
· Jenis bervariasi
5. Terapi alternatif
· Madu (Honey)
· Hyperbaric Oxygen
5. Implementasi
· Balutan yang dipakai antara lain: hydrogels, hydrocolloids, alginates dan hydrofibre dressings
B. Luka Nekrotik
· Bertujuan untuk melunakan dan mengangkat jaringan nekrotik (eschar)
C. Luka terinfeksi
· Hydrogel, hydrofibre, alginate, metronidazole gel (0,75%), carbon dressings, silver dressings
D. Luka Granulasi
· Bertujuan untuk meningkatkan proses granulasi, melindungi jaringan yang baru, jaga kelembaban luka
· Treatment overgranulasi
E. Luka epitelisasi
F. Balutan kombinasi
Tujuan
Tindakan
Rehidrasi
Hydrogel + film
Debridement (deslough)
Hydrogel + film/foam
s.d berat
· Photography
· Frekuensi pengkajian
· Plan of care
7. Dokumentasi Perawatan Luka
- Potential masalah
- Continuity of care
B. Mengganti Balutan
Melakukan perawatan pada luka dengan cara mamantau keadaan luka, melakukan
penggatian balutan (ganti verban) dan mencegah terjadinya infeksi,yiatu dengan cara mengganti balutan
yang kotor dengan balutan yang bersih.
2. Tujuan
1. Meningkatkan penyembuhan luka dengan mengabsorbsi cairan dan dapat menjaga kebersihan
luka
3. Indikadi
4. Kontra Indikasi
1. Pembalut dapat menimbulkan situasi gelap, hangat dan lembab sehingga mikroorganisme dapat
hidup
2. Pembalut dapat menyebabkan iritasi pada luka melalui gesekan – gesekan pembalut.
Sodium klorida adalah larutan fisiologis yang ada di seluruh tubuh karena antikseptik ini ini tidak ada
reaksi hipersensitivitas dari sodium klorida. Normal saline aman digunakan muntuk kondisi apapun
(Lilley & Aucker, 1999). Sodium klorida atau natrium klorida mempunyai Na dan Cl yang sama seperti
plasma. Larutan ini tidak mempengaruhi sel darah merah (Handerson, 1992). Sodium klorida tersedia
dalam beberapa konsentrasi, yang paling sering adalah sodium klorida 0,9 %. Ini adalah konsentrasi
normal dari sodium klorida dan untuk antiseptik ini sodium klorida disebut juga normal saline (Lilley &
Aucker, 1999). Merupakan larutan isotonis aman untuk tubuh, tidak iritan, melindungi granulasi jaringan
dari kondisi kering, menjaga kelembaban sekitar luka dan membantu luka menjalani proses
penyembuhan serta mudah didapat dan harga antiseptik lebih murah
b. Larutan povodine-iodine.
Iodine adalah element non metalik yang tersedia dalam bentuk garam yang dikombinasi dengan bahan
lain Walaupun iodine bahan non metalik iodine berwarna hitam kebiru-biruan, kilau metalik dan bau
yang khas. Iodine hanya larut sedikit di air, tetapi dapat larut secara keseluruhan dalam antiseptik dan
larutan sodium iodide encer. Iodide antiseptik dan solution keduanya aktif melawan spora tergantung
konsentrasi dan waktu pelaksanaan (Lilley & Aucker, 1999).
Larutan ini akan melepaskan iodium anorganik bila kontak dengan kulit atau selaput Antiseptik sehingga
cocok untuk luka kotor dan terinfeksi bakteri gram positif dan antiseptik, spora, jamur, dan protozoa.
Bahan ini agak iritan dan antiseptik serta meninggalkan residu (Sodikin, 2002). Studi menunjukan bahwa
antiseptic seperti povodine iodine toxic terhadap sel (Thompson. J, 2000). Iodine dengan konsentrasi > 3
% dapat memberi rasa panas pada kulit. Rasa terbakar akan nampak dengan iodine ketika daerah yang
dirawat ditutup dengan balutan oklusif kulit dapat ternoda dan menyebabkan iritasi dan nyeri pada sisi
luka. (Lilley & Aucker, 1999).
6. Persiapan Alat
1. Alat-alat steril
g. korentang/forcep
b. Plester
c. Pengalas
e. Nierbeken 2 buah
f. Kapas alcohol
g. Aceton/bensin
i. NaCl 9 %
l. Masker
7. Pelaksanaan
9. Buka balutan lama (hati-hati jangan sampai menyentuh luka) dengan menggunakan pinset anatomi,
buang balutan bekas kedalam nierbeken.
Jika menggunakan plester lepaskan plester dengan cara melepaskan ujungnya dan menahan kulit
dibawahnya, setelah itu tarik secara perlahan sejajar dengan kulit dan kearah balutan. ( Bila masih
terdapat sisa perekat dikulit, dapat dihilangkan dengan aceton/ bensin )
10. Bila balutan melekat pada jaringan dibawah, jangan dibasahi, tapi angkat balutan dengan berlahan
11. Letakkan balutan kotor ke neirbeken lalu buang kekantong plastic, hindari kontaminasi dengan
permukaan luar wadah
12. Kaji lokasi, tipe, jumlah jahitan atau bau dari luka
13. Membuka set balutan steril dan menyiapkan larutan pencuci luka dan obat luka dengan
memperhatikan tehnik aseptic
16. Memberikan obat atau antikbiotik pada area luka (disesuaikan dengan terapi)
a. Balutan kering
1. lapisan pertama kassa kering steril u/ menutupi daerah insisi dan bagian sekeliling kulit
1. lapisan pertama kassa steril yang telah diberi cairan steril atau untuk menutupi area luka
2. lapisan kedua kasa steril yang lebab yang sifatnya menyerap
1. lapisan pertama kassa steril yang telah diberi dengan cairan fisiologik u/ menutupi luka
3. lapisan ketiga (paling luar) kassa steril yang sudah dilembabkan dengan cairan fisiologik
24. Rapikan peralatan dan kembalikan ketempatnya dalam keadaan bersih, kering dan rapi
a. Membalut harus rata, jangan terlalu longgar dan jangan terlalu erat, hal ini untuk mencegah
terjadinya pembendungan. Contoh pada kaki dan tangan
b. Pembalut harus sesuai dengan tujuan, contoh : untuk menjaga agar luka jangan terkontaminasi, untuk
merapatnya luka, atau untuk menghentikan perdarahan
d. Pembalut yang kotor/ basah segera diganti. Pada luka operasi tanpa drain sampai angkat jahitan
( minimal 5 hari ), pembalut yang tepat berada di atas luka tidak boleh diganti. Jadi bila pembalut kotor/
basah hanya bagian atasnya saja yang diganti, atau pembalut diganti sesuai dengan instruksi dokter
e. Memperhatikan apakah ada perdarahan, atau kotoran – kotoran yang lain untuk menetukan kapan
drain dapat diangkat