Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Akibat adanya perkembangan dan perubahan global dalam berbagai aspek
kehidupan yang datang begitu cepat, telah menjadi tantangan nasional dan
menuntut perhatian segera dan serius. Hal ini sangat beralasan karena fenomena
dalam era global khususnya yang berkaitan dengan dunia kerja selalu ditandai
oleh ketidakpastian, semakin cepat dan sering berubah, dan menuntut fleksibilitas
yang lebih besar. Perubahan ini secara mendasar tidak saja menuntut angkatan
kerja yang mempunyai kemampuan bekerja dalam bidangnya (hard
competencies) namun juga sangat penting untuk menguasai kemampuan
menghadapi perubahan serta memanfaatkan perubahan itu sendiri (soft
competence). Oleh karena itu menjadi tantangan pendidikan kejuruan untuk
mampu mengintegrasikan kedua macam komponen kompetensi tersebut
secara terpadu dalam menyiapkan peserta didik untuk memiliki kemampuan
bekerja dan berkembang di masa depan.
Salah satu upaya untuk mengantisipasi perubahan dan perkembangan global
tersebut adalah dengan mengembangkan kurikulum pendidikan khususnya pada
pendidikan kejuruan yang mampu memberikan keterampilan dan keahlian untuk
dapat bertahan hidup dan berkompetisi dalam perubahan, pertentangan,
ketidakmenentuan,ketidakpastian, dan kesulitan dalam kehidupan. Salah satu
langkah strategis untuk mengantisipasi permasalahan tersebut adalah dengan
diterapkannya Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK).
Lebih lanjut menurut Djemari Mardapi (2003), ada dua pertimbangan
perlunya menerapkan kurikulum berbasis kompetensi (KBK), pertama persaingan
yang terjadi diera global terletak pada kemampuan SDM hasil lembaga
pendidikan, dan kedua standar kompetensi yang jelas akan memudahkan lembaga
pendidikan dalam mengembangkan sistem penilaiannya. Berdasarkan dua
pertimbangan tersebut, sesungguhnya penerapanKBK bukan semata-mata sebagai
upaya perbaikan terhadap kurikulum sebelumnya, akan tetapi lebih disebabkan
oleh situasi dan kebutuhan masyarakat yang menuntut tersedianya SDM yang
unggul dan kompeten.

1.2 Rumusan Masalah


1) Apa pengertian Kurikulum Berbasis Kompetensi menurut para
ahli?
2) Apa saja prinsip-prinsip melandasi Kurikulum Berbasis
Kompetensi?
3) Apa saja karakteristik Kurikulum Berbasis Kompetensi?

1
4) Apa keuntungan menerapkan Kurikulum Berbasis Kompetensi?
5) Apa kerugian menerapkan Kurikulum Berbasis Kompetensi?
6) Bagaiamana contoh penerapan Kurikulum Berbasis Kompetensi di
sekolah?

1.3 Tujuan Penulisan


1) Untuk mengetahui pengertian Kurikulum Berbasis Kompetensi
menurut para ahli.
2) Untuk mengetahui apa saja prinsip-prinsip melandasi Kurikulum
Berbasis Kompetensi.
3) Untuk mengetahui karakteristik Kurikulum Berbasis Kompetensi.
4) Untuk mengetahui keuntungan menerapkan Kurikulum Berbasis
Kompetensi.
5) Untuk mengetahui kerugian menerapkan Kurikulum Berbasis
Kompetensi.
6) Untuk mengetahui contoh penerapan Kurikulum Berbasis
Kompetensi di sekolah.

BAB II

2
PEMBAHASAN

2.1 Kurikulum Berbasis Kompetensi

2.1.1 Pengertian Kurikulum Berbasis Kompetensi Menurut Para Ahli


Pengertian Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) menurut para ahli
adalah sebagai berikut.
1. Mulyasa (2004: 39), berpendapat bahwa KBK dapat diartikan
sebagai suatu konsep kurikulum yang menekankan pada pengembangan
kemampuan melakukan (kompetensi) tugas-tugas dengan standar
performansi tertentu, sehingga hasilnya dapat dirasakan oleh peserta didik
berupa penguasaan terhadap seperangkat kompetensi tertentu.
2. Nana Syaodih (2005: 16), berpendapat bahwa KBK adalah suatu
konsep yang menekankan pengembangan kompetensi anak didik agar
mempunyai profesionalisme dalam bidangnya, sehingga anak akan betul-
betul mempunyai kompetensi sesuai yang diharapkan.
3. MC Ashan (1981: 45) yang dikutip oleh Mulyasa, berpendapat
bahwa kompetensi diartikan sebagai pengetahuan, keterampilan dan
kemampuan yang dikuasai oleh seseorang yang telah menjadi bagian dari
dirinya, sehingga ia dapat melakukan perilaku-perilaku kognitif, afektif dan
psykomotorik dengan sebaik-baiknya (Mulyasa, 2002: 38).
4. Menurut Finch dan Crumkilton (1979 : 222) yang dikutip oleh
Mulyasa, mereka mengartikan kompetensi sebagai penguasaan terhadap
suatu tugas, ketrampilan, sikap dan apresiasi yang diperlukan untuk
menunjang keberhasilan” (Mulyasa, 2002 : 38).
Menurut Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP), KBK adalah
seperangkat rencana dan pengaturan tentang tujuan, isi dan bahan pelajaran yang
dapat mengantarkan peserta didik memiliki kompetensi dalam berbagai bidang
kehidupan dan cara penyampaiannya disesuaikan dengan keadaan dan
kemampuan daerah dan madrasah atau sekolah (Departemen Agama, 2005: 12).
Sedangkan Pusat kurikulum, Balitbang Depdiknas (2002:3), mendefinisikan
bahwa kurikulum berbasis kompetensi merupakan perangkat rencana dan
pengaturan tentang kompetensi dan hasil belajar yang harus dicapai siswa,
penilaian, kegiatan belajar mengajar, dan pemberdayaan sumber daya pendidikan
dalam pengembangan kurikulum sekolah. Kurikulum ini berorientasi pada hasil
dan dampak yang diharapkan muncul pada diri peserta didik melalui serangkaian
pengalaman belajar yang bermakna dan keberagaman yang dapat diwujudkan
sesuai dengan kebutuhannya. Penerapan KBK berorientasi pada pembelajaran
tuntas (mastery learning). Kurikulum berbasis kompetensi memuat standar
kompetensi dan kompetensi dasar pada setiap mata pelajaran. Standar kompetensi

3
diartikan sebagai kebulatan pengetahuan, keterampilari, sikap, dan tingkat
penguasaan yang diharapkan dicapai dalam mempelajari suatu matapelajaran.
Cakupan standar kompetensi standar isi (content standard) dan standar
penampilan (performance standard). Kompetensi dasar, merupakan jabaran dari
standar kompetensi, adalah pengetahuan, keterampilan dan sikap minimal yang
harus dikuasai dan dapat diperagakan oleh siswa pada masing-masing standar
kompetensi.
Materi pokok atau materi pembelajaran, yaitu pokok suatu bahan kajian
yang dapat berupa bidang ajar, isi, proses, keterampilam, serta konteks keilmuan
suatu mata pelajaran. Sedangkan indikator pencapaian dimaksudkan adalah
kemampuan-kemampuan yang lebih spesifik yang dapat dijadikan sebagai ukuran
untuk menilai ketuntasan belajar.
Kurikulum berbasis kompetensi menekankan pada mengeksplorasi
kemampuan/potensi peserta didik secara optimal, mengkonstruk apa yang
dipelajari dan mengupayakan penerapan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam
kurikulum berbasis kompetensi berupaya mengkondisikan setiap peserta didik
agar memiliki pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai-nilai yang diwujudkan
dalam kebiasaan berpikir dan bertindak sehingga proses penyampaiannya harus
bersifat kontekstual dengan mempertimbangkan faktor kemampuan, lingkungan,
sumber daya, norma, integrasi dan aplikasi berbagai kecakapan kinerja, dengan
kata lain KBK berorientasi pada pendekatan konstruktivisme.

2.1.2 Prinsip-prinsip Melandasi Kurikulum Berbasis Kompetensi


Prinsip-prinsip yang melandasi Kurikulum Berbasis Kompetensi, yaitu
sebagai berikut:
1. Keimanan, nilai dan Budi Pekerti Luhur
Keyakinan dan nilai-nilai yang dianut masyarakat berpengaruh pada sikap
dan arti kehidupannya. Keimanan, nilai-nilai dan budi pekerti luhur perlu
digali, dipahami, dan diamalkan oleh siswa.
2. Penguatan Identitas Nasional
Penguatan identitas nasional dicapai melalui pendidikan yang memberikan
pemahaman tentang kemajuan peradaban Bangsa Indonesia dalam tatanan
peradaban dunia yang multikultur dan multibahasa.
3. Mengembangkan Keterampilan Hidup
Kurikulum dan hasil belajar memasukkan unsur ketrampilan hidup agar
siswa memiliki ketrampilan, sikap dan perilaku adaptif, kooperatif dan
kompetitif dalam menghadapi tantangan dan tuntutan kehidupan sehari-hari
secara efektif.
4. Kesimbangan Etika, Logika dan Kinestika

4
Kesimbangan pengalaman belajar siswa yang multi etika, logika, estetika
dan kinestika sangat dipertimbangkan dalam menyusun Kurikulum dan
Hasil Belajar.
5. Adaptasi Terhadap Abad Pengetahuan dan Teknologi
Kemampuan berpikir dan belajar mengakses, memilih dan menilai
pengetahuan untuk mengatasi situasi yang cepat berubah dan penuh dengan
ketidakpastian merupakan kompetensi penting dalam menghadapi abad ilmu
pengetahuan dan teknologi informasi. Pengembangan kurikulum dan hasil
belajar mengupayakan pencapaian kompotensi.
6. Berpusat Pada Anak dengan Penilaian yang Berkelanjutan dan
Komprehensif
Mengupayakan kemandirian siswa untuk belajar, bekerja sama dan menilai
diri sendiri agar siswa mampu membangun pemahaman dan
pengetahuannya. Penilaian berkelanjutan dan komprehensif menjadi sangat
penting dalam dunia pendidikan.
7. Kesamaan Memperoleh Kesempatan
Penyediaan kesempatan bagi semua siswa untuk memperoleh pengetahuan,
ketrampilan dan sikap diutamakan. Seluruh siswa dari berbagai kelompok
termasuk kelompok yang kurang beruntung secara ekonomi dan sosial yang
memerlukan bantuan khusus, berbakat dan unggul berhak menerima
pendidikan yang tepat sesuai dengan kemampuan dan kecepatannya.
8. Belajar Sepanjang Hayat
Pendidikan berlangsung sepanjang hidup manusia untuk mengembangkan,
menambah kesadaran dan selalu belajar memahami dunia yang selalu
berubah dalam berbagai bidang. Kurikulum dan hasil belajar memberikan
kemampuan belajar sepanjang hayat melalui pendidikan formal dan non
formal baik yang diselenggarakan pemerintah maupun non pemerintah.
9. Pendekatan Menyeluruh dan Kemitraan
Semua pengalaman belajar dirancang secara menyeluruh mulai dari TK
sampai dengan kelas 12. Pendekatan yang di guunakan mengakomodasi
kebutuhan siswa, sekolah dan masyarakat yang bervariasi. Keberhasilan
pelaksanaan Kurikulum dan Hasil Belajar menuntut pendekatan-pendekatan
kemitraan antara siswa, guru, sekolah, orang tua, perguruan tinggi, dunia
usaha, dan masyarakat dalam perencanaan dan tanggung jawab bersama
untuk mencapai hasil belajar siswa (Nurhadi, 2004).

2.1.3 Karakteristik Kurikulum BSM


Adapun karakteristik Kurikulum Berbasis Kompetensi menurut Depdiknas
(2002) yang dikutip oleh Mulyasa (2002) adalah sebagai berikut:
1. Menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa baik secara
individual maupun klasikal.

5
2. Berorientasi pada hasil belajar (learning outcomes) dan
keberagamaan.
3. Penyampaian dalam pembelajaran menggunakan pendekatan dan
metode yang bervariasi.
4. Sumber belajar bukan hanya guru, tetapi juga sumber belajar lain
yang memenuhi unsur edukatif.
5. Penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya
penguasaan atau pencapaian suatu kompetensi.
Berpijak dari karakteristik Kurikulum Berbasis Kompetensi di atas dapat
dijabarkan bahwa:
a. Dalam mencapai kompetensi siswa, guru bukan hanya menentukan
materi saja, namun harus bisa mencapai tercapainya kompetensi. Dan
diakhiri semester tak ada lagi guru mengeluh : “saya belum menuntaskan
materi”. Karena pada setiap proses pembelajaran mengenai suatu satuan
bahasan tertentu sudah diberikan informasi dan petunjuk pelaksanaan
terhadap peserta didik, bagaimana melakukannya, dan sumber belajar apa
yang harus digunakan.
b. Dari hasil belajar memungkinkan peserta didik mengalami
kemajuan belajar yang berbeda yakni sesuai dengan kemampuannya dalam
menyerap materi pelajaran, yaitu dalam upayanya belajar mengetahui
(learning how to know), belajar melakukan (learning how to do), belajar
menjadi diri sendiri (learning how to be) dan belajar hidup dalam
beragaman (learning how to live together) sehingga dengan kemampuan
yang berbeda maka dimungkinkan memperoleh kemajuan-kemajuan
berbeda pula.
c. Dalam pembelajaran Kurikulum Berbais Kompetensi harus
menggunakan pendekatan atau metode yang bervariasi sesuai dengan
kompetensi yang ingin dicapai, diantaranya sebagai berikut.
 Apersepsi: Guru memberi motivasi dengan tanya jawab agar
mereka benar-benar siap menerima proses pembelajaran yang
berlangsung.
 Ekplorasi: Guru mengajukan beberapa soal atau masalah yang
merupakan upaya agar siswa mencari jawaban/informasi dari berbagai
sumber (buku-buku, koran, majalah, lingkungan, nara sumber, percobaan
dan instansi terkait). Pendekatan semacam ini bisa secara individual atau
kelompok.
 Diskusi dan penjelasan konsep: Guru mengajak siswa untuk
membahas masalah-masalah yang didiskusikan oleh siswa dengan
memberi bimbingan dan penjelasan untuk memecahkan masalah,
mencoba mencari ide pemecahannya, dan menyelesaikannya, kemudian
memeriksa kembali atau meluruskan konsep siswa yang belum benar.

6
Dengan pendekatan atau metode sebagaimana diatas maka kemungkinan
besar apa yang diharapkan akan berhasil, karena kegiatan proses tidak
monoton dan menjemukan.
d. Guru bukanlah satu-satunya sumber ilmu pengetahuan, yakni siswa
dapat belajar dari apa saja (berbagai macam buku pendidikan yang berkaitan
pelajaran tertentu), juga dengan mendayagunakan beraneka ragam sumber
belajar. Dengan demikian tidak ada anggapan bahwa kegiatan pembelajaran
adalah ceramah dari guru. Dan peserta didik bisa belajar dengan baik tanpa
didampingi oleh guru, dengan harapan siswa mampu dan mau menelusuri
aneka ragam sumber belajar yang diperlukan. Secara garis besar sumber
belajar yang ada dan mungkin dikembangkan dalam pembelajaran,
diantaranya sebagai berikut.
 Manusia yaitu orang yang secara langsung menyampaikan pesan,
seperti guru, konselor, administrator yang dipersiapan untuk kepentingan
belajar.
 Bahan, yaitu sesuatu yang mengandung pesan pembelajaran,
seperti film pendidikan, buku paket, peta, grafik dan sebagainya.
 Lingkungan, yaitu ruang dan tempat dimana sumber-sumber dapat
berinteraksi dengan para peserta didik. Misalnya : Ruang kelas,
perpustakaan, laboratorium, kebun binatang, candi, kebun raya, museum
dan sebagainya.
 Alat dan peralatan, yaitu sumber belajar untuk produksi dan
memainkan sumber-sumber lain. Alat dan peralatan untuk produksi
misalnya kamera untuk produksi foto dan tape recorder untu rekaman.
Sedang alat dan peralatan untuk memainkan sumber lain misalnya
proyektor film, pesawat TV, radio dan sebagainya.
 Aktivitas, yaitu sumber belajar yang biasanya merupakan
kombinasi dalam suatu tehnik sumber lain untuk memudahkan balajar,
misalnya pengajaran berprograma sebagai kombinasi antara tehnik
penyajian bahan dengan buku, simulasi, karyawisata dan sebagainya.
Pendayagunaan sumber belajar secara maksimal dimungkinkan orang yang
belajar menggali berbagai jenis ilmu pengetahuan yang sesuai dengan
bidangnya, sehingga pengetahuannya secara aktual dan mampu mengikuti
ekselerasi tehnologi dan seni yang senantiasa berubah.
e. Evaluasi atau penilaian adalah suatu kegiatan atau proses
penentuan nilai sesuatu, sehingga dapat diketahui mutu/hasilnya. Dengan
penilaian itu dapat dijadikan sebagai ukuran tertentu, pemberian angka suatu
atribut/karakter terhadap orang lain atau obyek tertentu baik itu bersifat
kuantitatif maupun kualitatif. Adapun prinsip dasar dalam evaluasi
pendidikan adalah sebagai berikut.

7
 Komprehensif, yaitu penilaian secara menyeluruh (secara
berkelanjutan). Data nilai diambil dari berbagai sumber dan berbagai
cara, bukan hanya dari hasil test saja, sejak dari proses pembelajaran,
penampilan, kinerja dan hasil karya siswa.
 Kontinuitas, yaitu penilaian yang berkesinambungan sebagai
sistem pengujian dengan mengacu pada keberlangsungan proses, dari
penentuan indikator, penyusunan kisi-kisi soal, penyusunan soal ujian,
menilai dan menganalisa nilai hasil ujian. Dimana sistem penentuan
tehnik ujian didasarkan pada kemampuan dasar. Dan hasil ujian harus
dianalisa untuk menentukan tindakan perbaikan berupa Program
Remidial (bagi siswa yang belum menguasai suatu kemampuan dasar
dilakukan pengulangan proses pembelajaran, sedang siswa yang telah
menguasai diberi tugas untuk pengayaan).
 Obyektivitas, yaitu bentuk penilaian yang berdasarkan pada materi
yang ada. Dalam penyusunannya berdasarkan pada keutuhan kompetensi
yang mencakup ranah kognitif (melalui sejumlah tagihan), ranah
psikomotorik (melalui menirukan, mempraktekkan), ranah efektif
(melalui pengamatan, angket dan wawancara), dan asumsi pada
pencapaian belajar siswa terhadap minat belajar siswa.
Selanjutnya Mulyasa menjelaskan bahwa sedikitnya dapat diidentifikasi
enam karakteristik kurikulum berbasis kompetensi, yaitu:
1. Sistem Belajar dengan Modul
Modul adalah suatu proses pembelajaran mengenai suatu satuan
bahasan tertentu yang disusun secara sistematis, oprasional, dan terarah
untuk digunakan oleh peserta didik, disertai dengan pedoman
penggunaannya untuk para guru. Modul ini bertujuan untuk meningkatkan
efisiensi dan efektivitas pembelajaran disekolah, baik waktu, dana, fasilitas,
maupun tenaga guna mencapai tujuan secara optimal.
Modul pada umumnya terdiri dari beberapa komponen sebagai
berikut:
a. Lembar kegiatan peserta didik
b. Lembar kerja
c. Kunci lembar kerja
d. Lembar soal
e. Lembar jawaban
f. Kunci jawaban
Pembelajaran dengan sistim modul ini mempunyai beberapa
keunggulan, diantaranya:
a. Adanya kontrol terhadap hasil belajar melalui peggunaan standar
kompetensi dalam setiap modul yang harus dicapai oleh peserta didik.
b. Berfokus pada kemampuan individual peserta didik.

8
c. Relevansi kurikulum ditunjukkan dengan adanya tujuan dan cara
pencapaiannya, sehingga peserta didik dapat mengetahui keterkaitan
antara pembelajaran dan hasil yang akan diperolehnya.
2. Menggunakan keseluruhan sumber belajar
Dalam KBK seorang guru tidak lagi menjadi aktor utama dalam
proses pembelajaran, karena pembelajaran dapat dilakukan dengan
mendayagunakan aneka ragam sumber belajar. Sumber belajar dapat
mencakup manusia, bahan atau pesan pembelajaran, lingkungan, alat dan
peralatan, serta aktivitas.
3. Pengalaman lapangan
Pengalaman lapangan untuk lebih mengakrabkan hubungan antara
guru dan peserta didik lebih ditekankan dalam KBK ini. Keterlibatan guru
dalam pembelajaran disekolah memudahkan mereka untuk mengikuti
perkembangan yang terjadi selama peserta didik mengikuti pembelajaran.
4. Strategi belajar individual personal
Belajar individual adalah belajar berdasarkan tempo belajar peserta
didik, sedangkan belajar personal adalah interaksi edukatif berdasarkan
keunikan peserta didik; bakat, minat, dan kemampuan (personalisasi).
5. Kemudahan belajar
Kombinasi antara pembelajaran individual personal dengan
pengalaman lapangan, dan pembelajaran secara tim akan memberikan
kemudahan belajar dalam kurikulum berbasis kompetensi.
6. Belajar tuntas
Belajar tuntas merupakan strategi pembelajaran yang dapat
dilaksanakan di dalam kelas, dengan asumsi bahwa dimana kondisi yang
tepat semua peserta akan mampu belajar dengan baik dan memperoleh hasil
belajara secara maksimal tergadap seluruh bahan yang dipelajari.
Pembelajaran dalam hal ini harus dilaksanakan secara sistematis dan
terorganisir agar semua peserta didik dapat memperoleh hasil secara
maksimal.

2.1.4 Keuntungan Menerapkan Kurikulum Berbasis Kompetensi


Keuntungan menerapkan Kurikulum Berbasis Kompetensi adalah sebagai
berikut.
1. Mengembangkan kompetensi-kompetensi peserta didik pada setiap
aspek mata pelajaran dan bukan pada penekanan penguasaan konten mata
pelajaran itu sendiri.
2. Kurikulum berbasis kompetensi (KBK) boleh jadi mendasari
pengembangan kemampuan-kemampuan lain. Penguasaan ilmu
pengetahuan dan keahlian tertentu dalam suatu pekerjaan, kemampuan
memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari, serta aspek-aspek
kepribadian dapat dilakukan secara optimal berdasarkan standar kompetensi
tertentu.

9
3. KBK bersifat alamiah (konstekstual), karena berangkat berfokus
dan bermuara pada hakekat peserta didik untuk mengembangkan berbagai
kompetensi sesuai dengan potensinya masing-masing. Dalam hal ini peserta
didik merupakan subjek belajar dan proses belajar berlangsung secara
alamiah dalam bentuk bekerja dan mengalami berdasarkan standar
kompetensi tertentu, bukan transfer pengetahuan (transfer of knowledge).
4. Mengembangakan pembelajaran yang berpusat pada peserta
didik /siswa (student oriented). Peserta didik dapat bergerak aktif secara
fisik ketika belajar dengan memanfaatkan indra seoptimal mungkin dan
membuat seluruh tubuh serta pikiran terlibat dalam proses belajar. Dengan
demikian, peserta dapat belajar dengan bergerak dan berbuat, belajar dengan
berbicara dan mendengar, belajar dengan mengamati dan menggambarkan,
serta belajar dengan memecahkan masalah dan berpikir. Pengalaman-
pengalaman itu dapat diperoleh melalui kegiatan mengindra, mengingat,
berpikir, merasa, berimajinasi, menyimpulkan, dan menguraikan sesuatu.
Kegiatan tersebut dijabarkan melalui kegiatan mendengarkan, berbicara,
membaca, dan menulis.
5. Guru diberikan kewenangan untuk menyusun silabus yang
disesuaikan dengan situasi dan kondisi di sekolah/daerah masing-masing
sesuai mata pelajaran yang diajarkan.
6. Bentuk pelaporan hasil belajar yang memaparkan setiap aspek dari
suatu mata pelajaran memudahkan evaluasi dan perbaikan terhadap
kekurangan peserta didik dalam kegiatan pembelajaran.
7. Penilaian yang menekankan pada proses memungkinkan peserta
didik untuk mengeksplorasi kemampuannya secara optimal, dibandingkan
dengan penilaian yang terfokus pada konten.
8. Ada bidang-bidang studi atau mata pelajaran tertentu yang dalam
pengembangannya lebih tepat menggunakan pendekatan kompetensi,
terutama yang berkaitan dengan ketrampilan.

2.1.5 Kerugian Menerapkan Kurikulum Berbasis Kompetensi


Kerugian menerapkan Kurikulum Berbasis Kompetensi adalah sebagai
berikut.
1. Paradigma guru dalam pembelajaran KBK masih seperti
kurikulum-kurikulum sebelumnya yang lebih pada teacher oriented.
2. Memandang kompetensi sebagai sebuah entitas yang bersifat
tunggal, padahal kompetensi merupakan “a complex combination of
knowledge,attitudes, skills and values displayed in the context of task
performance” (Gonczi: 1990), sistem pengukuran perilaku yang
menggunakan paradigma behaviorisme ditengarai tidak mampu mengukur
sesuatu perilaku yang dihasilkan dari pembelajaran bermakna (significant

10
learning) (Barrie dan Pace: 1997), dan kendala yang dihadapi dalam
mengimplementasikan KBK adalah waktu, biaya dan tenaga yang banyak.
3. Dalam kurikulum dan hasil belajar indikator sudah disusun,
padahal indikator sebaiknya disusun oleh guru, karena guru yang paling
mengetahui tentang kondisi peserta didik dan lingkungan.
4. Konsep KBK sering mengalami perubahan termasuk pada urutan
standar kompetensi dan kompetensi dasar sehingga menyulitkan guru untuk
merancang pembelajaran secara berkelanjutan.

2.1.6 Contoh Penerapan Kurikulum Berbasis Kompetensi di Sekolah


Implementasi yang telah dilakukan tersebut meliputi beberapa prinsip yaitu
Kegiatan Belajar Mengajar (KBM), Penilaian Berbasis kelas, dan Pengelolaan
Kurikulum Berbasis Sekolah. Berikut ini adalah contoh penerapan Kurikulum
Berbasis Kompetensi di sekolah.
1. Penilaian Berbasis Kelas
Contoh penerapan penilaian berbasis kelas di sekolah, yaitu:
a. kumpulan kerja siswa (portofolio)
b. Hasil karya (product)
c. Penugasan (project)
d. Unjuk kerja (performance)
e. Tes tertulis (paper and pencil test).
Penilaian berbasis kelas merupakan suatu kegiatan pengumpulan
informasi tentang proses dan hasil belajar siswa yang dilakukan oleh guru
yang bersangkutan sehingga penilaian tersebut akan “mengukur apa yang
hendak diukur” dari siswa. Salah satu prinsip penilaian berbasis kelas yaitu,
penilaian dilakukan oleh guru dan siswa. Hal ini perlu dilakukan bersama
karena hanya guru yang bersangkutan yang paling tahu tingkat pencapaian
belajar siswa yang diajarnya. Selain itu siswa yang telah diberitahu oleh
guru tersebut bentuk/cara penilaiannya akan berusaha meningkatkan
prestasinya sesuai dengan kemampuannya. Penilaian berbasis kelas lainnya,
yaitu tidak terpisahkan dari KBM, menggunakan acuan patokan,
menggunakan berbagai cara penilaian (tes dan non tes), mencerminkan
kompetensi siswa secara komprehensif, berorientasi pada kompetensi, valid,
adil, terbuka, berkesinambungan, bermakna, dan mendidik.
Setelah melakukan serangkaian penilaian yang sesuai dengan prinsip-
prinsip di atas, maka orang tua siswa akan menerima laporannya secara
komunikatif dengan menitik beratkan pada kompetensi yang telah dicapai
oleh anaknya di sekolah.
2. Kegiatan Belajar Mengajar
Contoh penerapan kegiatan belajar mengajar berdasarkan prinsip
KBM di sekolah, yaitu:
a. Berpusat pada siswa

11
b. Mengembangkan kreativitas siswa
c. Menciptakan kondisi menyenangkan dan menantang
d. Mengembangkan beragam kemampuan yang bermuatan nilai
e. Menyediakan pengalaman belajar yang beragam dan belajar
melalui berbuat.
Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) merupakan proses aktif bagi siswa
dan guru untuk mengembangkan potensi siswa sehingga mereka akan
“tahu” terhadap pengetahuan dan pada akhirnya “mampu” untuk melakukan
sesuatu.
Prinsip dasar KBM adalah memberdayakan semua potensi yang
dimiliki siswa sehingga mereka akan mampu meningkatkan pemahamannya
terhadap fakta/konsep/prinsip dalam kajian ilmu yang dipelajarinya yang
akan terlihat dalam kemampuannya untuk berpikir logis, kritis, dan kreatif.
Prinsip KBM di atas akan mencapai hasil yang maksimal dengan
memadukan berbagai metode dan teknik yang memungkinkan semua indera
digunakan sesuai dengan karakteristik masing-masing pelajaran.
3. Pengelolaan Kurikulum Berbasis Sekolah
Contoh penerapan pengelolaan kurikulum berbasis sekolah di sekolah,
yaitu:
a. kesatuan dalam kebijaksanaan ditandai dengan sekolah-sekolah
menggunakan perangkat dokumen KBK yang “sama” dikeluarkan oleh
Departemen Pendidikan Nasional
b. Keberagaman dalam pelaksanaan ditandai dengan keberagaman
silabus yang akan dikembangkan oleh sekolah masing-masing sesuai
dengan karakteristik sekolahnya.
Salah satu prinsip implementasi KBK adalah Pengelolaan Kurikulum
Berbasis Sekolah. Prinsip ini perlu diimplementasi untuk memberdayakan
daerah dan sekolah dalam merencanakan, melaksanakan, dan mengelola
serta menilai pembelajaran sesuai dengan kondisi dan aspirasi mereka.
Dengan adanya Pengelolaan Kurikulum Berbasis Sekolah ini maka
banyak pihak/instansi yang akan berperanan dan bertanggung jawab dalam
melaksanakannya, misalnya: sekolah, kepala sekolah, guru, dinas
pendidikan kebupaten atau kota, dinas pendidikan propinsi dan
DEPDIKNAS.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

12
Pengertian Kurikulum Berbasis Kompetensi menurut menurut Mulyasa
(2004: 39), KBK dapat diartikan sebagai suatu konsep kurikulum yang
menekankan pada pengembangan kemampuan melakukan (kompetensi) tugas-
tugas dengan standar performansi tertentu, sehingga hasilnya dapat dirasakan oleh
peserta didik berupa penguasaan terhadap seperangkat kompetensi tertentu.
Prinsip-prinsip yang melandasi Kurikulum Berbasis Kompetensi, yaitu
keimanan, nilai dan budi pekerti luhur, penguatan identitas nasional,
mengembangkan keterampilan hidup, kesimbangan etika, logika dan kinestika,
adaptasi terhadap abad pengetahuan dan teknologi, berpusat pada anak dengan
penilaian yang berkelanjutan dan komprehensif, kesamaan memperoleh
kesempatan, belajar sepanjang hayat, pendekatan menyeluruh dan kemitraan.
Adapun beberapa karakteristik Kurikulum Berbasis Kompetensi yaitu
menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa baik secara individual maupun
klasikal, berorientasi pada hasil belajar (learning outcomes) dan keberagamaan,
dan penyampaian dalam pembelajaran menggunakan pendekatan dan metode
yang bervariasi.
Salah satu keuntungan menerapkan Kurikulum Berbasis Kompetensi adalah
mengembangkan kompetensi-kompetensi peserta didik pada setiap aspek mata
pelajaran dan salah satu kerugian menerapkan Kurikulum Berbasis Kompetensi
yaitu dalam kurikulum dan hasil belajar indikator sudah disusun, padahal
indikator sebaiknya disusun oleh guru.
Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi yang telah dilakukan
meliputi beberapa prinsip, yaitu yang pertama penilaian berbasis kelas, contohnya
kumpulan kerja siswa (portofolio), hasil karya (product), penugasan (project),
unjuk kerja (performance) dan tes tertulis (paper and pencil test), yang kedua
kegiatan belajar mengajar, contohnya berpusat pada siswa, mengembangkan
kreativitas siswa, menciptakan kondisi menyenangkan dan menantang,
mengembangkan beragam kemampuan yang bermuatan nilai dan menyediakan
pengalaman belajar yang beragam dan belajar melalui berbuat, dan yang ketiga
pengelolaan kurikulum berbasis sekolah, contohnya kesatuan dalam
kebijaksanaan ditandai dengan sekolah-sekolah menggunakan perangkat dokumen
KBK yang “sama” dikeluarkan oleh Departemen Pendidikan Nasional dan
keberagaman dalam pelaksanaan ditandai dengan keberagaman silabus yang akan
dikembangkan oleh sekolah masing-masing sesuai dengan karakteristik
sekolahnya.
3.2 Saran
Sebagai mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan di mana kita
disiapkan untuk menjadi guru, melalui mata kuliah Pengembangan Program
Pengajaran Biologi ini hendaknya kita mempelajari kurikulum dan jenis-jenisnya
untuk menambah pengetahuan dan wawasan tentang Kurikulum di Indonesia

13
dalam kaitannya dengan pembelajaran terhadap siswa, khususnya Kurikulum
Berbasis Kompetensi di mana kurikulum ini sangat mengutamakan
pengembangan kemampuan kompetensi yang dimiliki peserta didik.

Daftar Pustaka

Ashan, MC. (1981). Competency Based Education and Behavioral Objectives


Education Technology. New Jersey: Publicaion INC Eagle Wood cip.

14
Barrie, J. dan R.W. Pace. (1997). Competence, Efficiency, and Organizational
Learning”. Human Resource Development Quarterly. Vol. 8 No. 4. Winter.
Departemen Agama RI. (2005). Al-Qur’an dan Terjemahnya. Jakarta: PT Syaamil
Cipta Media
Depdiknas. (2002). Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta: Depdiknas.
Depdiknas. (2003). Pelayanan Profesional Kurikulum 2004: Kurikulum Berbasis
Kompetensi. [Online], tersedia https://tatagyes.files.wordpress.com/2007/10
/01-kurikulum-berbasis-kompetensi.pdf. Diakses pada 20 September 2018.
Dewa. (2012). Prinsip-prinsip Kurikulum Berbasis Kompetensi. [Online], tersedia
https://dewasastra.wordpress.com/2012/03/23/prinsip-prinsip-kbk/. Diakses
pada 20 September 2018.
Eka, Noor. (2012). Kelemahan dan Kelebihan Kurikulum Berbasis Kompetensi.
http://noor-ekha.blogspot.com/2012/07/kelemahan-dan-kelebihan-kbk-dan-
ktsp.html. Diakses pada 20 September 2018.
Finch, C.R & Crunkilton, J.R. (1979). Curriculum Development in Vocational and
Technical Education: Planning,Content, and implementation. Boston: Allyn
and Bacon, Inc.
Gonczi, A. (1990). Establishing Competencybased Standards in the Professions.
Canberra: Department of Employment, Education and Training.
Jack. (2015). Pengertian Kurikulum Berbasis Kompetensi. [Online], tersedia
http://dominique122.blogspot.com/2015/04/pengertian-kurikulumberbasis.
html. Diakses pada 20 September 2018.
Makplus. (2015). Pengertian Kurikulum Basis Kompetensi. [Online], tersedia
http://www.definisi-pengertian.com/2015/05/pengertian-kurikulum-basis-
kompetensi.html. Diakses pada 20 September 2018.
Mardapi, Djemari. (2003). Desain dan Penilaian Pembelajaran Mahasiswa.
Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.
Mulyasa. (2002). Manajemen Berbasis Sekolah, Konsep Strategi dan
Implemestasi. Bandung: Remaja Rosda Karya.
Mulyasa. (2004). Kurikulum Berbasis Kompetensi; Konsep Karakteristik, dan
Implementasi. Bandung: Rodya Karya.
Rahdiyanta, Dwi. (2003). Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). [Online],
tersedia http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/penelitian/dr-dwi-rahdiyanta-
mpd/19-kurikulum-berbasis-kompetensi-kbk-pengertian-dan-konsep-
kbk.pdf. Diakses pada 20 September 2018.
Sherly. (2016). Makalah Kurikulum Berbasis Kompetensi. [Online], tersedia
http://w1sudacepat.blogspot.com/2016/03/normal-0-false-false-false-in-x-
none-x.html. Diakses pada 20 September 2018.
Syaodih, Nana. (2005). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja Rosda
Karya.

15
16

Anda mungkin juga menyukai