Anda di halaman 1dari 7

Nama : Muhammad Irfan

Nim :(150701064)

Mata kuliah: metodelogi studi islam


1. Jelaskan tujuan mempelajari Metodologi Study Islam!
2. Sebutkan dan jelaskan pendekatan-pendekatan dalam metodologi study Islam!
3. Jelaskan ilmu-ilmu yang harus dipelajari dalam memahami study Islam!
4. Sebutkan isi pokok kandungan al-Qur’an yang anda ketahui!
5. Seorang yang hendak berijtihad harus memenuhi beberapa syarat sehingga bisa menjadi seorang
mujtahid dan diperbolehkan mengali dan menetapkan suatu hukum. Jelaskan syarat-syarat tersebut!
6. Jelaskan tujuan mempelajari aqidah Islam!
7. Apa yang dimaksud dengan:
a. Metodologi Studi Islam d. Hadits
b. Ijtihad e. Sanad
c. Hadits Mutawatir f. Matan
Jawab:

1. Tujuan dan Manfaat Mempelajari MSI


Studi Islam, sebagai usaha untuk mempelajari secara mendalam tentang Islam dan segala seluk-beluk yang
berhubungan dengan agama Islam, sudah tentu mempunyai tujuan yang jelas, yang sekaligus menunjukan
kemana studi Islam tersebut diarahkan. Adapun arah dan tujuan Islam dapat dirumuskan sebagai berikut:
Untuk mempelajari secara mendalam tentang apa sebenarnya (hakikat) agama Islam itu.
Untuk mempelajari secara mendalam pokok-pokok isi ajaran agama islam yang asli.
Untuk mempelajari secara mendalam sumber dasar ajaran agama islam yang tetap abadi dan dinamis.
Untuk mempelajari secara mendalam prinsip-prinsip dan nilai-nilai dasar ajaran agama Islam.

2. Pendekatan-Pendekatan Dalam Metodologi Study Islam.


Pendekatan adalah cara pandang atau paradigma yang terdapat dalam suatu bidang ilmu yang selanjutnya
digunakan dalam memahami agama. Sedangkan metode dipahami lebih sempit dari pendekatan. Metode
memiliki arti cara atau jalan yang dipilih dalam upaya memahami sesuatu. Dalam hal ini, memahami ajaran
agama yang bersumber dari Alquran dan Hadits.
Berikut akan dijelaskan beberapa pendekatan studi Islam, yang umumnya meliputi:
(1) Pendekatan Teologis Normatif
2) Pendekatan Antropologis
(3) Pendekatan Sosiologis
(4) Pendekatan Filosofis
(5) Pendekatan Historis
(6) Pendekatan Psikologis
(7) Pendekatan Ideologis Komprehensif.
1). Pendekatan Teologis Normatif
Pendekatan teologis normatif dalam memahami agama secara harfiah dapat diartikan sebagai upaya
memahami agama dengan menggunakan kerangka Ilmu Ketuhanan yang bertolak dari suatu keyakinan
bahwa wujud empirik dari suatu keagamaan dianggap sebagai yang paling benar dibandingkan dengan
lainnya. Pendekatan normatif lebih melihat studi Islam dari apa yang tertera dalam Alquran dan Hadits.
Melalui pendekatan teologis normatif ini, seseorang memiliki sikap militansi dalam beragama, yakni
berpegang teguh dan diyakininya. Namun pendekatan ini biasa berkaitan dengan tauhid dan ushuluddin
semata.
2). Pendekatan Antropologis
Antropologi merupakan ilmu tentang masyarakat dengan bertitik tolak dari unsur-unsur tradisional,
mengenai aneka warna, bahasa-bahasa dan sejarah perkembangannya serta persebarannya, dan mengenai
dasar-dasar kebudayaan manusia dalam masyarakat. Memahami Islam secara antropologis memiliki makna
memahami Islam dengan mengungkap tentang asal-usul manusia yang berbeda dengan pandangan Teori
Evolusi (The Origin of Species) nya Charles Darwin. Bisa juga memahami misalnya, tentang kisah Ashabul
Kahfi yang tidur selama kurang lebih 309 tahun.
3). Pendekatan Sosiologis
Pendekatan Sosiologis merupakan sebuah kajian ilmu yang berkaitan dengan aspek hubungan sosial
manusia antara yang satu dengan yang lain, atau antara kelompok yang satu dengan yang lain. Pendekatan
Sosiologi merupakan sebuah pendekatan dalam memahami Islam dari kerangka ilmu sosial, atau yang
berkaitan dengan aspek hubungan sosial manusia antara yang satu dengan yang lain, atau antara kelompok
yang satu dengan yang lain.
4). Pendekatan Filosofis
Metode filosofis atau filsafat yaitu berusaha untuk sampai kepada kesimpulan-kesimpulan yang
universal dengan meneliti akar permasalahannya. Metode ini bersifat mendasar dengan cara radikal dan
integral, karena memperbincangkan sesuatu dari segi esensi (hakikat sesuatu). Harun Nasution (1979:36)
mengemukakan bahwa berfilsafat intinya adalah berfikir secara mendalam, seluas-luasnya dan sebebas-
bebasnya, tidak terikat kepada apapun, sehingga sampai kepada dasar segala dasar.
5). Pendekatan Historis
Historis merupakan gambaran pelaksanaan sebuah aturan, ajaran dan ideologi tertentu. Namun ia
tetaplah bersifat subjektif, artinya dia tidak bisa menjadi kaidah atau sumber hukum. Kecuali sejarah yang
diambil dengan riwayat shahih atau terpercaya dan sejarah tersebut bukan diambil dari pandangan orang
kafir dan orientalis. Jika hal ini dilanggar maka studi Islam akan menjadi sebuah studi yang bersifat ‘gosip’
dan ‘fitnah’ semata. Pendekatan historis mempergunakan analisa atas peristiwa-peristiwa dalam masa silam
untuk merumuskan prinsip-prinsip umum.
6). Pendekatan Psikologis
Pendekatan psikologis mempelajari tentang jiwa seseorang melalui gejala perilaku yang dapat diamati.
Dalam konteks studi agama, pendekatan Psikologis diartikan sebagai penerapan metode-metode dan data
psikologis ke dalam studi tentang keyakianan dan pemahaman keagamaan untuk menjelaskan gejala atau
sikap keagamaan seseorang, atau dengan kata lain, pendekatan psikologis merupakan pendekatan
keagamaan dengan menggunakan paradigma dan teori-teori psikologis dalan memahami agama dan sikap
keagamaan seseorang.
7). Pendekatan Ideologis Komprehensif
Pendekatan ini bermula dari realitas ajaran Islam itu sendiri secara objektif, tidak terpengaruh pandangan
subjektif keilmuan Barat. Islam adalah agama (ad-din) yang diturunkan Allah swt. kepada Nabi Muhammad
saw. untuk mengatur hubungan manusia dengan Allah, dengan dirinya sendiri dan dengan sesamanya. Islam
adalah ajaran yang meliputi akidah dan sistem (nizhâm). Akidah dalam konteks ini adalah keimanan kepada
Allah, Malaikat, Rasul, Kitab, Hari Kiamat serta Qadha’ dan Qadar, yang baik dan buruknya hanya dari
Allah swt semata. Sedangkan nizhâm atau syariah adalah kumpulan hukum syara’ yang mengatur seluruh
masalah manusia.

3. Ilmu-ilmu yang harus dipelajari dalam memahami study islam.


A. TASAWUF
Tasawuf (Tasawwuf) atau Sufisme (bahasa Arab: ‫ تصوف‬, ) adalah ilmu untuk mengetahui bagaimana cara
menyucikan jiwa, menjernihan akhlaq, membangun dhahir dan batin serta untuk memperoleh kebahagian
yang abadi.
B. Fiqih
Fiqih adalah salah satu bidang ilmu syariat islam yang secara khusus membahas persoalan hukum
yang mengatur berbagai aspek kehidupan manusia, baik kehidupan pribadi, bermasyarakat maupun
kehidupan manusia dengan tuhannya. Beberapa ulama fikih seperti imam abu hanifahmendefinisikan fikih
sebagai pengetahuan seorang muslim tentang kewajiban dan haknya sebagai hamba allah.
Fikih membahas tentang cara beribadah, prinsip rukun islam, dan hubungan antar manusia sesuai yang
tersurat dalam al-qur'an dan sunnah. Dalam islam, terdapat empat mazhab dari sunni yang mempelajari
tentang fikih. Seseorang yang sudah menguasai ilmu fikih disebut fakih.
Etimologi
Dalam bahasa arab, secara harfiah fikih berarti pemahaman yang mendalam terhadap suatu hal.
Beberapa ulama memberikan penguraian bahwa arti fikih secara terminologi yaitu merupakan ilmu yang
mendalami hukum islam yang diperoleh melalui dalil di al-qur'an dan sunnah. Selain itu fikih merupakan
ilmu yang juga membahas hukum syar'iyyah dan hubungannya dengan kehidupan manusia sehari-hari, baik
itu dalam ibadah maupun dalam muamalah dalam ungkapan lain, sebagaimana dijelaskan dalam sekian
banyak literatur, bahwa fiqh adalah "al-ilmu bil-ahkam asy-syar'iyyah al-amaliyyah al-muktasab min
adillatiha at-tafshiliyyah", ilmu tentang hukum-hukum syari'ah praktis yang digali dari dalil-dalilnya secara
terperinci". Terdapat sejumlah pengecualian terkait pendefinisian ini. Dari "asy-syar'iyyah" (bersifat
syari'at), dikecualikan ilmu tentang hukum-hukum selain syariat, seperti ilmu tentang hukum alam, seperti
gaya gravitasi bumi. Dari "al-amaliyyah" (bersifat praktis, diamalkan), ilmu tentang hukum-hukum syari'at
yang bersifat keyakinan atau akidah, ilmu tentang ini dikenal dengan ilmu kalam atau ilmu tauhid. Dari "at-
tafshiliyyah" (bersifat terperinci), ilmu tentang hukum-hukum syari'at yang didapat dari dalil-dalilnya yang
"ijmali" (global), misalkan tentang bahwasanya kalimat perintah mengandung muatan kewajiban, ilmu
tentang ini dikenal dengan ilmu ushul fiqh.
C. TAWADHU
Tawadhu’ adalah sifat yang amat mulia, namun sedikit orang yang memilikinya. Ketika orang sudah
memiliki gelar yang mentereng, berilmu tinggi, memiliki harta yang mulia, sedikit yang memiliki sifat
kerendahan hati, alias tawadhu’. Padahal kita seharusnya seperti ilmu padi, yaitu “kian berisi, kian
merunduk”.
D. AKIDAH DAN AKHLAK

َ -‫ َي ْعقِد‬-‫ع ْقد‬
Menurut bahasa, kata aqidah berasal dari bahasa Arab yaitu [َ‫عقَد‬ َ ] artinya adalah mengikat atau
mengadakan perjanjian. Sedangkan Aqidah menurut istilah adalah urusan-urusan yang harus dibenarkan
oleh hati dan diterima dengan rasa puas serta terhujam kuat dalam lubuk jiwa yang tidak dapat
digoncangkan oleh badai subhat (keragu-raguan). Dalam definisi yang lain disebutkan bahwa aqidah adalah
sesuatu yang mengharapkan hati membenarkannya, yang membuat jiwa tenang tentram kepadanya dan
yang menjadi kepercayaan yang bersih dari kebimbangan dan keraguan. Berdasarkan pengertian-
pengertian di atas dapat dirumuskan bahwa aqidah adalah dasar-dasar pokok kepercayaan atau keyakinan
hati seorang muslim yang bersumber dari ajaran Islam yang wajib dipegangi oleh setiap muslim sebagai
sumber keyakinan yang mengikat.
Sementara kata “akhlak” juga berasal dari bahasa Arab, yaitu [‫ ]خلق‬jamaknya [‫ ]أخالق‬yang artinya
tingkah laku, perangai tabi’at, watak, moral atau budi pekerti. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia,
akhlak dapat diartikan budi pekerti, kelakuan. Jadi, akhlak merupakan sikap yang telah melekat pada diri
seseorang dan secara spontan diwujudkan dalam tingkah laku atau perbuatan. Jika tindakan spontan itu baik
menurut pandangan akal dan agama, maka disebut akhlak yang baik atau akhlaqul karimah, atau akhlak
mahmudah. Akan tetapi apabila tindakan spontan itu berupa perbuatan-perbuatan yang jelek, maka disebut
akhlak tercela atau akhlakul madzmumah.
4. Isi pokok kandungan Al-Qur’an
a. Akidah
b. Ibadah dan muamalah.
c. Hukum
d. Sejarah / kisah umat masa lalu.
e. Dasar-dasar ilmu pengetahuan saints dan teknologi

5. Beberapa syarat sehingga bisa menjadi seorang mujtahid dan diperbolehkan menggali dan
menetapkan suatu hukum. Jelaskan syarat-syarat tersebut

Kenapa seseorang itu harus pandai karana seseorang itu jikalau ingin menjadi seorang mujtahid
dia harus bias melewati 6 syarat ini.

1. Harus mampu menguasai bahasa arab sedalam-dalamnya seperti ilmu nahwu, syaraf, bayan,
balaghah,’urudh,dan qawafi. Karana setiap mujtahid itu dasar hukumnya mengambil langsung dari
Alqur’an yang berbahasa arab untuk bias mengetahui apa yang terkandung di dalam kalamullah
tsb. Dan mustahil bagi seseorang bisa menguasai ilmu tersebut jika tiada cerdas otaknya.

Sebagai contoh
‫ط الَّذِينَ أ َ ْن َع ْمتَ َعلَ ْي ِه ْم‬
َ ‫ص َرا‬
ِ

Jalan orang-orang yang telah engkau beri nikmat kepada mereka (alfatihah:7) tetapi jika
an’amta َ‫أَ ْن َع ْمت‬di baca jadi an’amtu ‫ أ َ ْنعَ ْمت‬, maka berubah makna jalan orang-orang yang aku beri
nikmat kepada mereka, maka rusaklah kemurnian alqur’an tersebut.

2. Harus mampu memilah-memilahkan ayat alquran dan mahir dalam menentukan yang mana
diantara ayat-ayat tersebut yang umum sifatnya,yang khusus,yang mujmal, yang mubayyan,yang
mutlak,yang muqayyat,yang zahir, yang nash, yang mansukh, yang nasikh,yang muhakkam, yang
mutasyabihah dan yang lain-lainnya.kalau dia tiada cerdas dan pintar.

3. Harus mampu ketika berijtihat terbayang tentang isi kandungan 30juz dari alquran, yang mana
di dalam alquran tersebut ada perintah larangan, berita, dan hukum. Karna jika dia tiada tau bahwa
itu adalah mengandung cerita tapi di buatnya menjadi sebuah hukum hancurlah seluruh prilaku
sendi-sendi kehidupan manusia.

4. Harus mengetahui asbabul nuzul ayat, karna setiap ayat turun itu mempunyai kejadian yang
terjadi di masa rasul, bukan di turunkan sekaligus 30juz, karna turunnya ayat untuk menjawab
situasi yang terjadi di sekeliling rasul,maka jika seseorang tiada mengetahui asbabul nujul tersebut
mustahil dia bisa berfatwa dengan benar, seumpamanya

‫سنوا‬ َ ْ‫ت ث َّم اتَّقَ ْوا َوآ َمنوا ث َّم اتَّقَ ْوا َوأَح‬ َ ‫ت جنَا ٌح فِي َما‬
َّ ‫ط ِعموا إِذَا َما اتَّقَ ْوا َوآ َمنوا َو َع ِملوا ال‬
ِ ‫صا ِل َحا‬ َّ ‫ْس َعلَى الَّذِينَ آ َمنوا َو َع ِملوا ال‬
ِ ‫صا ِل َحا‬ َ ‫لَي‬
َ‫َّللا ي ِحبُّ ْالمحْ سِ نِين‬َّ ‫َو‬

Tidak ada dosa bagi orang-orang yang beriman dan mengerjakan amalan yang saleh Karena
memakan makanan yang Telah mereka makan dahulu, apabila mereka bertakwa serta beriman,
dan mengerjakan amalan-amalan yang saleh, Kemudian mereka tetap bertakwa dan beriman,
Kemudian mereka (tetap juga) bertakwa dan berbuat kebajikan. dan Allah menyukai orang-orang
yang berbuat kebajikan.(almaidah:93)

Jika mereka tiada mengetahu asbabul nujul ayat ini mereka akan berpendapat bahwa arak itu
halal, padahal ayat ini tiada kesana pengertiannya

Ketika umat islam belum di larang meminum-minum arak banyak lah mereka itu meminum
arak, maka turun lah surat albaqarah ayat 219yang menuruh unth tiada meminum arak lagi, lalu
umat islam yang telah banyak minum arakbertanya kepada rasul, bagaimana dengan kami yang
telah banyak meminum arak, maka turunlah surat almaidah ayat 93ini

5. Harus menguasai kitabussittah sekurang-kurangnya.yaitu shahih bukhari,muslim,turmizhi,


sunan nasai, sunan abi daun, dan sunan ibnu majjah, selain itu juga masih banyak lagi hadis-hadis
yang lain seperti musnad ibnu hambal, daraqudni,ibnu hibban. Thabrani dllnya.
6. Harus bisa mengetahui pangkat setiap hadis-hadis yang terdapat di berbagai kitab-kitab hadis
yang ada , mana hadis yang palsu yang di buat oleh musuh islam, atau mana yang shahih, yang
dhaif, dllnya.

7. Harus mengetahui mana saja hukum yang telah sepakat para ulama. Karna jika telah sepakat
para ulama dalam satu masa maka telah meluaslah paham-paham mereka dan telah banyak di
terbitkan kitab-kitab mereka jika berlainan maka bisa terjadi kekacauan.

6. Tujuan mempelajari aqidah islam.

1. Menuntun dan mengembangkan dasar ketuhanan yang telah ada sejak lahir.

keyakinan adanya Dzat Tuhan Yang Maha Kuasa itu sebenarnya bagi setiap orang itu telah ada sejak
lahir ke dunia.

Alloh SWT berfirman yang artinya :


" Dan ingatlah ketika tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi (punggung) mereka
dan Alloh mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman ) " Bukankah aku ini tuhanmu? "
mereka menjawab " Benar ( Engkau Tuhan Kami ) kami menjadi saksi ".(kami lakukan yang demikian itu
supaya dihari kiamat kamu tidak mengatakan : sesungguhnya kami (bani adam) adalah orang-orang yang
lengah terhadap ini ( wujud serta Keesaan Tuhan )". atau agar kamu tidak menyatakan " sesungguhnya
orang-orang tua kami telah mempersekutukan Tuhan sejak dulu, sedangkan kami adalah anak-anak
keturunan yang ( datang ) sesudah mereka. maka apakah engkau akan membinasakan kami, karena
perbuatan orang-orang yang sesat dahulu". Dan demikian kami menjelaskan ayat-ayat itu agr mereka-
mereka kembali (kepada kebenaran) ". ( Q.S. Al-a'raf : 172 - 174 ).

2. Membina ke arah keyakinan yang benar kepada Alloh SWT.


Tanpa petunjuk dari agama,manusia akan berusaha dengan ikhtiarnya sendiri untuk mencari Tuhan.
dengan kemampuan akal dan ilmu yang berbeda-beda,besar kemungkinan manusia tidak akan sampai
mengenal Alloh dengan baik dan mereka akan tergelincir menjadi penyembah makhluk. sebagai
contoh,kisah Nabi Ibrahim mencari Tuhan,akhirnya setelah melihat bintang-bintang itu tenggelam maka ia
berfikir tidak mungkin Tuhan itu hilang dan timbul.
Kemudian setelah hari berikutnya ia melihat bulan kelihatannya lebih besar dari bintang-bintang, inilah
Tuhan kata ibrahim. tatkala melihat bulan itu juga hilang dan tenggelam dia juga mengatakan itu bukan
Tuhan.besoknya terbit matahari dengan sinarnya yang lebih terang ke seluruh alam, ia menduga inilah
Tuhan,tetapi tatkala matahari terbenam di waktu sore ia juga berkesimpulan itu juga bukan Tuhan.

3. Menjaga kemusyrikan.
Tanpa tuntunan yang jelas tentang keyakinan terhadap Dzat yang Maha Kuasa,besar kemungkinan di
sadari atau tidak di sadari manusia akan tersesat kepada kemusyrikan, baik syirik yang terang-terangan atau
syirik yang sembunyi-sembunyi di dalam hati. dengan mempelajari aqidah, akan terhindar kemungkinan-
kemungkinan terjerumus ke dalam kesesatan,yaitu menyekutukan tuhan.

4. Menghindarkan diri dari pengaruh kehidupan yang sesat.


Mempelajari aqidah islam dengan baik juga bertujuan supaya kita dapat menjaga diri jangan tersesat
mengikuti faha-faham yang hanya semata-mata bersumber kepada pendapat akal yang saat ini banyak faha-
faham yang menyimpang dari alqur'an dan hadist yang menyesatkan dan menjauhkan kita dari ajaran Alloh
SWT.
Alloh berfirman yang artinya :" Katakanlah bahwa kamu (benar-benar) mencintai Alloh, ikutilah
Aku,niscaya Alloh mengasihanimu dan mengampuni dosa-dosamu Alloh Maha Pengampun dan Maha
Penyayang. ( Q.S. Ali Imron : 31.

7 . pengertian dari:
a. metodelogi studi islam ialah ilmu cara-cara dan langkah-langkah yang tepat (untuk menganalisa
sesuatu) penjelasan serta menerapkan cara dalam islam.
b. Ijtihad adalah sebuah usaha yang sungguh-sungguh, yang sebenarnya bisa dilaksanakan oleh siapa
saja yang sudah berusaha mencari ilmu untuk memutuskan suatu perkara yang tidak dibahas dalam
Al Quran maupun hadis dengan syarat menggunakan akal sehat dan pertimbangan matang.
c. Hadits mutawatir yaitu iaitu hadis yang memiliki banyak sanad dan mustahil perawinya berdusta
atas Nabi Muhammad saw, sebab hadis itu diriwayatkan oleh banyak orang dan disampaikan
kepada banyak orang.
d. Hadits adalah perkataan (sabda), perbuatan, ketetapan dan persetujuan dari Nabi Muhammad yang
dijadikan landasan syariat Islam.
e. sanad adalah rangkaian rawi yang mengantarkan matan hingga kepada Nabi Muhammad saw.
f. Matan adalah teks hadist yang mengandung makna dan terletak di penghujung sanad.

Anda mungkin juga menyukai