Anda di halaman 1dari 4

PENERAPAN METODE BALANCED SCORECARD SEBAGAI TOLAK UKUR

PENILAIAN KINERJA PADA ORGANISASI NIRLABA


(Studi Kasus pada Rumah Sakit Umum Daerah Kota Bekasi)

Latar Belakang
Untuk menghadapi persaingan bisnis yang sangat kompetitif, kinerja merupakan factor
penting yang harus diperhatikan oleh suatu organisasi. Kinerja dalam suatu periode tertenu dapat
dijadikan acuan untuk mengukur tingkat keberhasilan organisasi. Oleh karena itu, system kinerja
yang sesuai dam cocok untuk organisasi sangat diperlukan agar suatu organisasi mampu bersaing
dan berkembang.
Untuk meningkatkan kinerja organisasi, maka diperlukan suatu system berbasis kinerja.
Kinerja yang baik harus mempunyai system pengukuran kinerja yang andal dan berkualitas,
shingga diperlukan penggunaan ukuran kinerja yang tidak hanya mengandalkan aspek keuangan
saja tetapi juga memperhatikan aspek-aspek non keuangan. Hal ini mendorong Kaplan dan Norton
(2000) untuk merancang suatu system pengukuran kinerja yang lebih komprehensif yang disebut
dengan Balanced Scorecard. Konsep Balanced Scorecard yang dikembangkan oleh Kaplan dan
Norton (2000) merupakan salah satu metode pengukuran kinerja dangan memasukkan empat
aspek/perspektif didalamnya yaitu :

1. Financial perspective (perspektif keuangan)


2. Customer perspective (perspektif pelanggan)
3. Internal bisnis perspective (perpesktif proses bisnis internal)
4. Learning and growth perspective (perspektif pembelajaran dan pertumbuhan)

Balanced Scirecard merupakan strategi bisnis yang diterapkan agar dapat dilaksanakan dan
dapat mengukur keberhasilan organisasi. Dengan demikian Balanced Scorecard dapat digunakan
sebagai alat untuk megimplementasikan strategi. Lebih dari itu, Balanced Scorecard dapat
menyelesaikan berbagai fungsi (divisi, departemen, seksi) agar segala keputusan dan kegiatannya
di dalam masing-masing fungsi tersebut dapat dimobilisasikan utnuk mencapai tujuan suatu
organisasi.

Pada awalnya, Balanced Scorecard digunakan pada organisasi yang bersifat mencari laba,
namun kemudian berkembang dan diterapkan pada organisasi nirlaba. Terdapat perbedaan yang
signifikan terhadap penggunaan pada organisasi laba dengan organisasi nirlaba, diantaranya : pada
organisasi laba perspektif finansial adalah tujuan utama dari perspektif yang ada, sedangakan pada
organisasi nirlaba perspektif konsumen merupakan tuajan utama dari perspektif yang ada.
Persepktif finansial dalam organisasi laba adalah berupa keuntungan,sedangkan dalam organisasi
nirlaba perspektif finansial adalah pertanggungjawaban keuangan mengenai penggunaan sumber
daya yang efektif dan efisien dalam rangka memenuhi kebutuhan masyarakat.
Balanced Scorecard dinilai cocok untuk organisasi nirlaba karena Balanced Scorecard tidak
hanya menekankan pada aspek kuantitatif-finansial, tetapi juga aspek kualitatif dan nonfinansial.
Hal tersebut sesuai dengan jenis organisasi nirlaba yaitu menempatkan laba sebagai ukuran kinerja
utama, namun pelayanan yang bersifat kualitatif dan non keuangan.

Rumah sakit umum merupakan salah satu instansi pemerintah yang bergerak di bidang sector
public dalam bidang jasa kesehatan. Kegiatan usaha rumah sakit umum daerah bersifat social dan
ekonomi yang mengutamakan pelayanan kesehatan yang terbaik bagi masyarakat. Rumah sakit
umum sebagai salah satu instansi pemerintah harus mampu memberikan pertanggungjawaban baik
secara keuangan maupun non keuangan kepada pemerintah dan masyarakat sebagai pengguna jasa.
Oleh karena itu, perlu adanya suatu pengukuran kinerja yang mencakup semua aspek. Balanced
Scorecard merupakan pilihan yang tepat untuk melakukan pengukuran kinerja baik dari aspek
keuangan maupun non keuangan.

Rumah Sakit Umum Daerah Kota Bekasi merupakan salah satu rumah sakit pemerintah yang
selama ini pengukuran kinerja nya hanya menggunakan pengukuran kinerja secara tradisional,
yaitu membandingkan terget yang telah ditetapkan dengan realisasi pendapatan yang diterima oleh
rumah sakit, serta ukuran jasa standar pelayanan rumah sakit. Pengukuran tersebut dirasa kurang
memadai karena hanya menggunakan standar umum penilaian.

Berdasarkan uraian tersebut, maka penulis ingin menerapkan elemen-elemen yang dimiliki
Balanced Scorecard untuk mengukur kinerja organisasi melalui empat aspek yaitu aspek
keuangan, aspek pelanggan, aspek bisnis internal dan aspek pembelajaran dan pertumbuhan
berdasarkan visi, misi dan tujuan yang dijabarkan dalam stratgi organisasi dan nantinya setalah
aspek-aspek non finansial tersebut diukur, diharapkan dapat membuat pengukuran kinerja di
Rumah Sakit Umum Daerah Koata Bekasi menjadi lebih baik dari sekarang. Dengan latar belakang
diatas, maka penulis tertarik untuk membahas mengenai “Penerapan Metode Balanced
Scorecard Sebagai Tolak Ukur Penilaian Kinerja Pada Organisai Nirlaba (Studi Kasus pada
Rumah Sakit Umum Daerah Kota Bekasi”.

Rumusan Masalah
Permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana kinerja Rumah Sakit Umum Daerah Kota Bekasi dengan mengacu pada
penilaian kinerja secara tradisional?
2. Bagaimana kinerja Rumah Sakit Umum Daerah Kota Bekasi dengan mengacu pada
penilaian kinerja menggunakan Balanced Scorecard?
3. Bagaimana penilaian kinerja tradisional dibandingkan dengan pengukuran menggunakan
Balanced Scorecard pada Rumah Sakit Umum Daerah Kota Bekasi?
Telaah Literatur dan Pengembangan Hipotesis
Balanced Scorecard dan Implementasinya
Balanced Scorecard pertama kali dikenalkan oleh Kaplan dan Norton (1992) sebagai
seperangkat pengukuran kinerja yang memberikan manajemen puncak pandangan yang cepat dan
komprehensif tentang perusahaan. Balanced Scorecard memasukkan ukuran-ukuran finansial
yang memberikan hasil yang telah dilakukan dan melengkapinya dengan ukuran-ukuran
operasional didalamnya kepuasan pelanggan, proses internal dan inovasi perkembangan.

Perkembangan Balanced Scorecard dapat ditelusuri melalui tulisan-tulisan Kaplan dan Norton
(1992,1993,1996,2001) yang dimulai dari Balanced Scorecard sebagai pengukuran kinerja sampai
pada perkembangan Balanced Scorecard sebgai system manajemen strategi. Setelah itu, Kaplan
(2009) memberikan gambaran mengenai perkembangan Balanced Scorecard mulai dari akar
pemikiran munculnya Balanced Scorecard sampai menjadi system manajemen strategi. Ia merinci
bahwa Balanced Scorecard awalnya dibuat sebagai pengukuran kinerja yang komprehensif yang
memadukan ukuran finansial dan non finansial.

Balanced Scorecard memiliki karakteristik-karakteristik yang harus ada agar dapat dikatakan
Balanced Scorecard. Pertama, mngkombinasikan ukuran finansial dan nonfinansial (Kaplan dan
Norton 1992). Kedua, menyelaraskan ukuran -ukuran dengan strategi perusahaan (Kaplan dan
Noton 1996a dan 1996b). Ketiga, terdapat hubungan cause and effect antara ukuran-ukuran dalam
perspektif-perspektif Balanced Scorecard (Kaplan dan Norton 2001: Kaufmann dan Becker 2005)

Hasil survey Downing (2000) menunjukkan bahwa alasan organisai menerapkan Balanced
Scorecard adalah :

1. Menyelaraska organisasi dengan strategi (66%)


2. Alat untuk mensinergikan organisasi (61%)
3. Membangun manajemen system strategi (57%)
4. Menghubungkan antara strategi dengan perencanaan dan penganggaran (54%)
5. Menetapkan target strategi (51%)
6. Memperioritaskan inisiatif strategi (50%)
7. Menyelaraskan individu dengan strategi (47%)

Penerapan Balanced Scorecard juga sering diteliti kaitaannya dengan kinerja organisasi.
Davis dan Albirght (2004) menemukan bahwa divisi yang menggunakan Balanced Scorecard
memiliki kinerja yang meningkat dua tahun setelah penerapan Balanced Scorecard. Burney
dan Swanson (2010) menemukan bahwa penekanan manajer pada ukuran-ukuran pada
perspektif pelanggan dan perspefktif pembelajaran dan pertumbuhan pada saat mengambil
keputusan serta keterkaitan ukuran dengan strategi mempengaruhi kepuasan kerja manajer.
Pengembangan Hipotesis
Kaplan dan Norton (1992) menyatakan bahwa manajer seharusnya tidak memilih hanya salah
satu ukuran kinerja keuangan dan ukuran operasional tetapi seharunya menggunakan keduanya
dalam pengukuran kinerja. Balanced Scorecard terdiri atas ukuran yang multiperspektif (finansial,
pelanggan, proses bisnis internal dan pertumbuhan dan pembelajaran) yang menggambarkan visi
dan strategi unit bisnis tertentu (Kaplan dan Norton 1996a). konseskuensinya semua ukaran-
ukuran tersebut harus dipertimbangkan dalam pengukuran kinerja.

Pengukuran kinerja merupakan hal yang penting bagi suatu organisasi, diantarnya dapat
digunakan untuk menilai keberhasilan perusahaan dan juga dapat digunakan sebagai dasar untuk
menyusun system imbalan memiliki cakupan yan cukup luas, karena tidak hanya
mempertimbangkan aspek-aspek finansial tetapi juga nonfinansial.

Kelebihan penggunaan Balanced Scorecard adalah bahwa dengan pendekatan Balanced


Scorecard berusaha untuk menterjemahkan misi dan strategi perusahaan ke dalam tujuan-tujuan
dan pengukuran-pengukuran yang dilihat dari empat perspektif yaitu pelanggan, proses bisnis
intenal , pembelajaran dan pertumbuhan teresebut.

Beberapa penilitan tentang Balanced Scorecard telah dilakukan pada perusahaan untuk mengukur
kinerja perusahaan.

Anda mungkin juga menyukai