Pola aliran fault trellis merupakan pola ubahan dari pola pengaliran dasar
trellis. Pada daerah penelitian, terdapat sungai yang mengalir sepanjang jurus dari
lapisan dengan anak sungai yang tegak lurus terhadap sungai utama. Pola
pengaliran ini mengalir pada bedrock stream berupa batuan sedimen dan batuan
beku dengan bentuk lembah U - V serta dikontrol oleh tingkat kelerengan, litologi,
dan struktur geologi dimana pada daerah penelitian memiliki tingkat kelerengan
46
curam sampai miring dengan resistensi batuan sedang – tinggi dan dipengaruhi
struktur geologi berupa kekar dan sesar.
47
a) Morfostruktur aktif, berupa tenaga endogen seperti pengangkatan,
perlipatan, dan pensesaran. Bentuk lahan yang berkaitan erat dengan
hasil gaya endogen yang dinamis termasuk gunung api, tektonik
(lipatan dan sesar), seperti: gunung api, pegunungan antiklin, dan
gawir sesar.
b) Morfostruktur pasif, bentuk lahan yang diklasifikasikan berdasarkan
tipe batuan maupun struktur batuan yang berkaitan dengan denudasi
seperti messa, cuesta, hogback, dan kubah.
c) Morfodinamik, berupa tenaga eksogen yang berhubungan dengan
tenaga air, es, gerakan masa, dan kegunungapian. Bentuk lahan yang
berkaitan erat dengan hasil kerja gaya eksogen (air, es, angin, dan
gerakan tanah) seperti gumuk pasir, undak sungai, pematang pantai,
dan lahan kritis.
Berdasarkan pembagian satuan bentuk lahan di atas, maka daerah penelitian
dibagi menjadi 4 satuan bentuk lahan, antara lain Satuan Bentuk Lahan Tubuh
Sungai (F1), Lembah Homoklin (S1), Perbukitan Struktural (S2), dan Perbukitan
Lava (S1).
48
4.1.3. Satuan Bentuk Lahan Tubuh Sungai (F1)
Foto 4.1. Kenampakkan satuan bentuk lahan tubuh sungai. Foto diambil dari LP 20,
arah kamera N030OE
49
4.1.4. Satuan Bentuk Lahan Lembah Homoklin (S1)
Foto 4.2. Kenampakkan satuan bentuk lahan lembah homoklin. Foto diambil dari LP 140,
arah kamera N098OE
50
4.1.5. Satuan Bentuk Lahan Perbukitan Struktural (S2)
Foto 4.3. Kenampakkan satuan bentuk lahan perbukitan struktural. Foto diambil dari LP
140, arah kamera N002OE
Satuan bentuk lahan ini menempati luasan 75% dari seluruh daerah
penelitian. Satuan ini dicirikan dengan morfologi berupa perbukitan dengan
kemiringan lereng agak curam sampai curam (14% - 55%) berdasarkan klasifikasi
Van Zuidam, 1983 dan memiliki elevasi antara 150 – 443meter dengan bentuk
lembah U sampai V serta tingkat pelapukan dan pengerosian sedang sampai kuat.
Pola pengaliran yang berkembang berupa fault trellis. Morfostruktur pasif dengan
litologi berupa breksi dengan fragmen andesit.
51
4.1.6. Satuan Bentuk Lahan Perbukitan Lava (V1)
Foto 4.4. Kenampakkan satuan bentuk lahan perbukitan lava. Foto diambil dari LP 140,
arah kamera N098OE
Satuan bentuk lahan ini menempati luasan 10% dari seluruh daerah
penelitian. Satuan ini dicirikan dengan morfologi berupa perbukitan dengan
kemiringan lereng agak curam sampai curam (14% - 55%) berdasarkan klasifikasi
Van Zuidam, 1983 dan memiliki elevasi antara 175 – 375 meter dengan bentuk
lembah U sampai V serta tingkat pelapukan dan pengerosian sedang sampai kuat.
Pola pengaliran yang berkembang berupa fault trellis. Morfostruktur pasif dengan
litologi berupa lava andesit. Morfostruktur aktif atau aspek yang berhubungan
dengan struktur geologi pada satuan bentuk lahan ini berupa kekar.
52
Kondisi morfologi daerah penelitian cenderung dikontrol oleh resistensi
batuan dan struktur geologi berupa sesar dan kekar. Proses-proses yang
mempengaruhi tersebut menyebabkan morfologi pada daerah penelitian bervariasi.
Aktivitas erosi yang berlangsung diperlihatkan oleh adanya lembah sungai yang
berbentuk U sampai dengan V yang menunjukkan erosi sedang sampai kuat.
Dilihat dari bentukan topografi, tingkat kelerengan, struktur geologi yang
berkembang, dan tingkat erosi permukaan pada uraian diatas, penulis
menyimpulkan bahwa stadia geomorfik pada daerah penelitian adalah stadia muda
sampai dewasa.
53
Gambar 4.2. Kolom stratigrafi daerah penelitian
54
Hasil analisis sayatan tipis pada LP 135 (Foto 4.8.) didapatkan batuan beku
intermediet vulkanik, warna kuning kehitaman, indeks warna 25%, kristalinitas
hipokristalin, granularitas afanitik - fanerik sedang (< 0,1 – 5mm), bentuk kristal
anhedral – subhedral, ukuran kristal 2 - 3 mm; relasi inequigranular vitroferik;
disusun oleh : plagioklas 45%, mineral opak 25%, hornblende 15%, piroksen 10%,
kuarsa 5%. Berdasarkan klasifikasi Clan Williams (1954), batuan ini bernama
Andesit.
Foto 4.5. Kenampakan singkapan lava andesit memiliki struktur sheeting joint dengan
kedudukan N195OE/27O pada LP 135, arah kamera N225OE
55
Foto 4.6. A. Kenampakan singkapan lava andesit memiliki struktur autobreksia pada LP
137, arah kamera N345OE; B. Kenampakan singkapan lava Kaligesing memiliki struktur
vesikuler pada LP 139, arah kamera N110OE
Foto 4.7. Kenampakan singkapan lava andesit memiliki struktur masif pada LP 138,
arah kamera N110OE
56
Foto 4.8. Kenampakan sayatan lava andesit pada LP 134
4.2.2.3 Penyebaran
Satuan ini menempati sekitar 4 % dari luas wilayah penelitian dan hanya
terdapat di wilayah Desa Wadas. Satuan ini pada peta geologi diberi simbol warna
merah.
57
Gambar 4.3. Fasies gunung api beserta komposisi batuan penyusunnya (Bogie &
Mackenzie, 1998 dalam Bronto 2006), yang dalam kotak adalah fasies gunungapi daerah
penelitian
58
4.2.3. Satuan breksi-andesit Kaligesing
4.2.3.1 Dasar Penamaan
Penamaan dari satuan batuan ini mengacu pada Sandi Stratigrafi Indonesia
(SSI) tahun 1996 untuk penamaan satuan tidak resmi yang didasarkan atas ciri
litologi yang dominan. Kehadiran breksi bersifat monomik dengan fragmen andesit
yang dominan menjadi dasar penamaan satuan batuan. Berdasarkan ciri-ciri fisik
dan kimia batuan, didapatkan bahwa satuan ini memiliki karakteristik yang sama
dengan Formasi Kaligesing (berdasarkan stratigrafi Pegunungan Kulon Progo,
Pringgoprawiro dan Riyanto, 1988). Sehingga, satuan ini dinamakan Satuan breksi-
andesit Kaligesing.
59
fanerik sedang (< 0,1 – 5mm), bentuk kristal anhedral sampai subhedral, ukuran
kristal 0,2 - 3 mm, relasi inequigranular vitroverik, disusun oleh : plagioklas 35%,
hornblende 25%, piroksen 21%, mineral opak 7%, dan masa dasar gelas 12%.
Berdasarkan klasifikasi Williams (1954) fragmen breksi ini bernama Andesit.
Foto 4.9. A. Kenampakan singkapan breksi yang termasuk dalam Satuan breksi-andesit
Kaligesing pada LP 25, arah kamera N216OE; B. Inset foto fragmen breksi berupa andesit
60
Foto 4.11. A. Kenampakan singkapan breksi yang termasuk dalam Satuan breksi-andesit
Kaligesing pada LP 50 dengan struktur masif, arah kamera N111OE; B. Kenampakan
singkapan breksi andesit dengan struktur sedimen graded bedding pada LP 21, arah
kamera N005OE
Foto 4.12. Kenampakan sphaeroidal weathering pada singkapan breksi yang termasuk
dalam Satuan breksi-andesit Kaligesing pada LP 35 dan LP 115, arah kamera N054OE
61
Foto 4.13. Sayatan petrografis fragmen breksi Satuan breksi-andesit Kaligesing
62
4.2.3.3 Penyebaran
Satuan ini menempati sekitar 83 % dari luas wilayah penelitian meliputi
Desa Margoyoso, Desa Mayung Sari, Desa Sukowuwuh, Desa Kalijambe, Desa
Jati, Desa Kamijoro, Desa Medono, Desa Bleber, dan Desa Pekacangan. Satuan ini
pada peta geologi diberi simbol warna oranye.
63
4.2.4 Intrusi Andesit
4.2.4.1 Dasar Penamaan
Berdasarkan temuan di lapangan, litologi ini berupa intrusi batuan beku
dengan struktur columnar joint dengan penamaan lapangan yaitu andesit. Maka
satuan ini disebut dengan intrusi andesit.
Foto 4.15. Kenampakan singkapan intrusi andesit memiliki struktur columnar joint, dan
kenampakkan xenolith berupa andesit pada LP 158, Arah kamera N296OE
64
Foto 4.16. Kenampakan sayatan intrusi andesit pada LP 158
Dari hasil analisis sayatan tipis (Foto 4.16.) didapatkan batuan beku
intermediet vulkanik, warna kuning kehitaman, indeks warna 30%, kristalinitas
hipokristalin, granularitas afanitik - fanerik sedang (< 0,1 – 5mm), bentuk kristal
anhedral sampai subhedral, ukuran kristal 0,1 – 0,3 m, relasi inequigranular
vitroferik, disusun oleh plagioklas 32%, piroksen 30%, masa dasar 28%, mineral
opaq 10%. Berdasarkan klasifikasi Williams (1954), batuan ini bernama Andesit.
4.2.4.3 Penyebaran
Satuan ini menempati sekitar 2 % dari luas wilayah penelitian dan berada di
Desa Bleber. Satuan ini pada peta geologi diberi simbol warna merah muda.
65
4.2.5. Satuan batugamping Sentolo
4.2.5.1 Dasar Penamaan
Penamaan dari satuan batuan ini mengacu pada Sandi Stratigrafi Indonesia
(SSI) tahun 1996 untuk penamaan satuan tidak resmi yang didasarkan atas ciri
litologi yang dominan. Kehadiran batugamping yang dominan menjadi dasar
penamaan satuan batuan ini. Berdasarkan ciri-ciri fisik dan kimia batuan,
didapatkan bahwa satuan ini memiliki karakteristik yang sama dengan Formasi
Sentolo (berdasarkan stratigrafi Pegunungan Kulon Progo, Pringgoprawiro dan
Riyanto 1988).
Foto 4.17.A. Kenampakan singkapan batugamping Formasi Sentolo pada LP 66, arah
kamera N275OE; B. Inset foto batugamping, arah kameraN275OE
66
Foto 4.18.A. Kenampakan singkapan batugamping berukuran renite Formasi Sentolo
pada LP 77 Desa Karang Sari, arah kamera N270OE; B. Kenampakan singkapan
batugamping berukuran renit Formasi Sentolo pada LP 80 Desa Karangsari, arah kamera
N256OE
67
Foto 4.20. Kenampakan sayatan batugamping Formasi Sentolo pada LP 63
4.2.5.3 Penyebaran
Satuan ini menempati sekitar 11 % dari luas wilayah penelitian meliputi
Desa Bener, Desa Karang Sari dan Desa Kaliboto. Satuan ini pada peta geologi
diberi simbol warna biru muda.
68
mikrofosil planktonik tersebut maka umur satuan ini yaitu Miosen Tengah sampai
Pliosen Awal (N14-N19).
69
4.3. Struktur Geologi Daerah Bener dan Sekitarnya
Pola kelurusan pada daerah penelitian diperoleh dari hasil penarikan
kelurusan punggungan dan lembah pada citra SRTM (Shuttle Radar Topography
Mission) yang dimasukkan ke dalam diagram roset untuk mengetahui arah umum
struktur. Struktur geologi pada daerah penelitian didapatkan berdasarkan data-data
lapangan yang berupa bidang sesar, plunge, bearing, rake, jurus, dan kemiringan
lapisan batuan.
Gambar 4.4. Hasil penarikan kelurusan punggungan dan lembah pada citra SRTM dan
dimasukkan kedalam diagram roset
Berdasarkan pola kelurusan tersebut diperoleh arah umum yaitu relatif NW-
SE dan NE - SW yang merupakan arah kelurusan struktur geologi yang berkaitan
dengan sesar pada daerah penelitian. Struktur geologi yang terdapat pada daerah
penelitian antara lain kekar dan sesar.
70
4.3.1. Kekar
Pengumpulan data pengukuran kekar di lapangan berfungsi sebagai
penentuan pola tegasan yang membentuk kekar-kekar tersebut, yang terdiri dari
tegasan utama maksimum, tegasan utama menengah, dan tegasaan utama
minimum. Kekar juga berfungsi untuk mengetahui pengaruhnya terhadap tatanan
struktur geologi yang ada pada daerah penelitian. Hasil analisis kekar dengan
menggunakan diagram roset didapatkan arah tegasan umum pada daerah penelitian
yaitu relatif Barat laut – Tenggara.
71
Gambar 4.5. Hasil analisis kekar LP 10
72
Gambar 4.6. Hasil analisis kekar LP 21
73
Dari analisis stereografis shear joint berpasangan tersebut dapat diketahui
kedudukan release joint yaitu N173OE/88O serta extension joint yaitu N273OE/52O.
Kesimpulan yang didapat berupa arah tegasan utama yang bekerja pada daerah
penelitian yaitu berarah relatif Tenggara – Barat Laut pada 5O, N089OE (Gambar
4.7.).
74
Dari analisis stereografis shear joint berpasangan tersebut dapat diketahui
kedudukan release joint yaitu N355OE/86O serta extension joint yaitu N263OE/56O.
Kesimpulan yang didapat berupa arah tegasan utama yang bekerja pada daerah
penelitian yaitu berarah relatif Barat Daya – Timur Laut pada 10O, N256OE
(Gambar 4.8.).
75
183 49 148 56
195 50 132 52
174 61 144 45
76
210 59 310 36
242 76 304 46
200 49 315 60
210 64 335 58
275 32 345 62
285 52 210 55
225 64 340 55
77
Tabel 4.8. Data Pengukuran Kekar Gerus pada LP 134
Shear Joint 1 Shear Joint 2
Strike (N ...O E) Dip (...O ) Strike (N ...O E) Dip (...O )
150 69 39 83
111 71 25 79
136 69 30 79
132 41 37 61
125 66 45 76
132 66 41 65
112 61 38 80
150 66 42 66
134 70 42 86
78
4.3.2. Sesar
Struktur sesar yang terdapat di lapangan khususnya daerah penelitian
didasarkan pada ciri-ciri dari sesar seperti bidang sesar, gores garis, offset batuan
dan bukti pergerakan di lapangan. Penentuan sesar juga dapat dilakukan dengan
anomali topografi berupa kelurusan topografi dan anomali sungai berupa
pembelokan sungai secara tiba-tiba. Analisis sesar dilakukan pada daerah penelitian
dengan menggunakan data pengukuran bidang sesar, struktur garis (plunge,
bearing, rake) dan bukti pergerakan di lapangan. Kemudian dilakukan pengolahan
data dengan metode stereografis sedangkan penamaan menggunakan klasifikasi
Rickard,1972.
Struktur sesar di daerah penelitian berkembang secara sistematis dan
memiliki pola yang tertentu. Berdasarkan pola kelurusan lembah dan struktur sesar
berdasarkan interpretasi citra SRTM memperlihatkan arah-arah umum tertentu.
Berdasarkan arah umum tersebut, struktur sesar di daerah penelitian dapat
dikelompokkan menjadi 2 arah antara lain arah timur laut – barat daya dan barat
laut - tenggara.
4.3.2.1Sesar Ketosari
Sesar Ketosari ini berada di bagian barat daerah penelitian tepatnya di LP
16 dan berada di Kali Bogowonto, Dusun Kamijoro, Desa Kamijoro. Sesar ini
dijumpai pada Satuan breksi-andesit Kaligesing, persisnya ditemukan pada litologi
breksi.
Sesar Ketosari ini ditandai dengan adanya pembelokkan sungai ke arah
barat laut melalui kenampakan peta topografi. Indikasi sesar yang dijumpai di
daerah penelitian (Foto 4.22.) antara lain berupa bidang sesar dan gores garis.
Kedudukan bidang sesar yaitu N165°E/40°, netslip 8°, N333°E dan rake 15°
dengan arah pergerakan relatif ke kanan. Berdasarkan data lapangan dan hasil
analisis stereografis diperoleh nama sesar Lag Right Slip Fault (Rickard, 1972).
(Gambar 4.12.).
79
Foto 4.22. A. Kenampakan hanging wall dan foot wall pada lokasi penelitian, arah
kamera N130OE; B. Kenampakan foot wall dengan gores garis dengan arah pergerakan
relatif kanan, arah kamera N072OE
4.3.2.2Sesar Medono
Sesar Medono ini berada di bagian timur daerah penelitian tepatnya di LP
95 dan berada di cabang alur liar yang berlokasi di Dusun Medono, Desa Medono.
Sesar ini dijumpai pada Satuan breksi-andesit Kaligesing, persisnya ditemukan
pada litologi breksi.
Indikasi sesar yang dijumpai di daerah penelitian (Foto 4.23.) antara lain
berupa bidang sesar, offset, dan gores garis. Kedudukan bidang sesar yaitu N030°E
/ 85°, netslip 5°, N032°E dan rake 19°, dengan arah pergerakan relatif ke kiri.
80
Berdasarkan data lapangan dan hasil analisis stereografis diperoleh nama sesar
Normal Left Slip Fault (Rickard, 1972). (Gambar 4.13.).
Foto 4.23. A. Kenampakan hanging wall dan foot wall pada lokasi penelitian, arah
kamera N232OE; B. Kenampakan hanging wall dengan gores garis dengan arah
pergerakan relatif kiri, arah kamera N230OE; C. close up kenamapakan gores garis, arah
kamera N235OE
81
4.3.2.3Sesar Kamijoro
Sesar Kamijoro ini berada di bagian timur daerah penelitian tepatnya di LP
105 dan berada di cabang alur liar yang berlokasi di Dusun Kamijoro, Desa
Kamijoro. Sesar ini dijumpai pada Satuan breksi-andesit Kaligesing, persisnya
ditemukan pada litologi breksi.
Indikasi sesar yang dijumpai di daerah penelitian (Foto 4.24.) antara lain
berupa bidang sesar, offset, dan gores garis. Kedudukan bidang sesar yaitu N022°E
/ 78°, netslip 20°, N026°E dan rake 18°, dengan arah pererakan relatif ke kiri.
Berdasarkan data lapangan dan hasil analisis stereografis diperoleh nama sesar
Normal Left Slip Fault (Rickard, 1972). (Gambar 4.14.).
Foto 4.24. A. Kenampakan hanging wall dan foot wall pada lokasi penelitian, arah
kamera N045OE; B. Kenampakan hanging wall dengan gores garis dengan arah
pergerakan relatif kiri, arah kamera N030OE
82
4.3.2.4Sesar Bleber
Sesar Bleber ini berada di bagian tenggara daerah penelitian tepatnya di LP
132 dan berada di cabang alur liar yang berlokasi di Dusun Bleber, Desa Bleber.
Sesar ini dijumpai pada Satuan breksi-andesit Kaligesing, persisnya ditemukan
pada litologi breksi.
Indikasi sesar yang dijumpai di daerah penelitian (Foto 4.25.) antara lain
berupa bidang sesar, offset, dan gores garis. Kedudukan bidang sesar yaitu N 170°E
/ 74°, netslip 63°, N176°E dan rake 8°, dengan arah pergerakan relatif ke kanan.
Berdasarkan data lapangan dan hasil analisis stereografis diperoleh nama sesar
Right Slip Fault (Rickard, 1972). (Gambar 4.15.).
Foto 4.25. A. Kenampakan hanging wall dan foot wall pada lokasi penelitian, arah
kamera N0220OE; B. Kenampakan hanging wall dengan gores garis dengan arah
pergerakan relatif kanan, arah kamera N075OE
83
4.4. Sejarah Geologi
Sejarah geologi diawali pada Kala Oligosen Akhir hingga Miosen Awal,
daerah Kulon Progo merupakan suatu dataran yang terdapat gugusan gunung api
yang menghasilkan kegiatan vulkanisme yang aktif sehingga menghasilkan
material berupa lava dan piroklastik yang menjadi sumber pasokan sedimentasi
vulkanik dan mengisi daerah rendahan sekitar. Pada saat material lava mulai
membeku di bagian tenggara daerah penelitian, terbentuklah breksi andesit di
bagian utara daerah penelitian sehingga breksi andesit dan lava berselang seling dan
terbentuk pada umur yang sama. Pada waktu yang sama terdapat juga secara
setempat intrusi andesit.
84
Kegiatan dari vulkanisme berakhir kemudian diiringi terjadinya proses
pengangkatan sehingga proses eksogen berupa erosi dan denudasi berkembang dan
mengambil peran. Pada Kala Miosen Tengah terjadilah proses genang laut yang
ditandai dengan proses terbentuknya reef karena adanya faktor faktor pendukung
pertumbuhan reef pada lingkungan laut dangkal yang baik, tetapi akibat arus yang
kuat menyebabkan reef tersebut terkikis dan mengalami rombakan sehingga
terbentuklah batugamping Sentolo yang secara tidak selaras terendapkan diatas
Satuan breksi-andesit Kaligesing.
85
Gambar 4.18. Diagram blok sejarah geologi daerah penelitian
pada Kala Pliosen
86