Paper Piromania
Paper Piromania
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Kata dasar piromania berasal dari bahasa Yunani: pyr, yang berarti api.
Piromania adalah pembakaran yang berulang dan disengaja dengan gambaran
yang terkait meliputi ketegangan atau kesadaran afektif sebelum melakukan
pembakaran; ketertarikan, rasa ingin tahu, atau keterpikatan terhadap api dan
aktivitas serta perlengkapan yang berhubungan dengan pemadam kebakaran; dan
kesenangan, kepuasan, atau kelegaan saat menyalakan api atau saat menyaksikan
atau berpartisipasi setelah melakukan pembakaran. Pasien mungkin melakukan
persiapan matang terlebih dahulu sebelum memulai pembakaran4.
Penderita piromania (atau biasa disebut pyromaniac) berbeda dengan para
arson, yaitu aktivitas pembakaran yang dilakukan dengan motif jelas: keuntungan
finansial, balas dendam, atau alasan lain dan direncanakan sebelumnya4.
Menurut Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, Fifth
Edition (DSM-5), piromania digolongkan ke dalam gangguan impuls-kontrol
yang tidak diklasifikasi di tempat lain bersama dengan Intermittent Explosive
Disorder (gangguan serangan/perusakan berselang), kleptomania (curi patologis),
judi patologis, trikotilomania (mania mencabut rambut), dan gangguan impuls-
kontrol lain yang tidak tergolongkan2. Selaras dengan DSM-5, menurut Pedoman
Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa edisi ke-3 (PPDGJ-III), piromania
digolongkan ke dalam gangguan kebiasaan dan impuls (F63), yaitu gangguan
perilaku tertentu yang ditandai dengan tindakan berulang yang tidak mempunyai
motivasi rasional yang jelas, serta yang umumnya merugikan kepentingan
penderita sendiri dan orang lain (maladaptif)5.
Impulsivitas adalah kegagalan untuk menahan dorongan, drive, atau
godaan yang berpotensi membahayakan diri sendiri (misalnya trikotilomania, judi
patologis) atau orang lain (misalnya IED, piromania, kleptomania) dan merupakan
masalah klinis umum serta gambaran inti tingkah laku manusia. Dorongan bersifat
gegabah dan tidak memiliki pertimbangan, bersifat tiba-tiba dan singkat, atau
3
peningkatan ketegangan yang mantap yang bisa mencapai klimaks dalam ekspresi
impuls yang eksplosif sehingga mengakibatkan tindakan ceroboh tanpa
memperhatikan konsekuensinya terhadap diri sendiri atau orang lain. Impulsif
dibuktikan sebagai perilaku yang diremehkan sebagai rasa bahaya, kecerobohan,
ekstroversi, ketidaksabaran, dan termasuk ketidakmampuan untuk menunda
kepuasan, dan kecenderungan mengambil risiko dan sensasi6.
2.2 Epidemiologi
Belum banyak informasi yang tersedia mengenai prevalensi piromania,
namun hanya sebagian kecil orang dewasa yang melakukan pembakaran yang
dapat digolongkan sebagai seorang yang piromania. Gangguan ini ditemukan jauh
lebih sering pada pria dibandingkan wanita dengan rasio sekitar 8:1. Lebih dari
40% arsonis yang tertangkap berusia di bawah 18 tahun4.
Berdasarkan suatu penelitian di Finlandia, dari 90 residivis pembakaran
yang diteliti, hanya tiga (3,3%) memenuhi kriteria DSM-5 untuk piromania.
Sembilan residivis pembakaran lainnya bisa saja memenuhi kriteria piromania
namun mereka memiliki riwayat mengonsumsi alkohol pada saat pembakaran,
sehingga gagal memenuhi kriteria E3.
2.3 Etiologi
Etiologi piromania sendiri masih belum jelas. Beberapa teori telah
dikemukakan dan beberapa penelitian tentang perilaku piromania juga telah
dilakukan. Dari segi psikososial, Freud melihat api sebagai simbol seksualitas.
Beliau percaya kehangatan yang dipancarkan oleh api membangkitkan sensasi
yang sama yang menyertai keadaan eksitasi seksual, dan bentuk serta gerakan api
megisyaratkan aktivitas penis. Psikoanalis lain mengaitkan piromania dengan
keinginan yang tidak normal akan kekuatan dan prestise sosial. Beberapa pasien
dengan piromania adalah petugas pemadam kebakaran sukarela yang menyalakan
api untuk membuktikan diri mereka berani, untuk memaksa petugas pemadam
lain melakukan tindakan, atau untuk menunjukkan kekuatan mereka untuk
memadamkan api. Tindakan pembakar adalah cara untuk melampiaskan
4
2.6 Tatalaksana
Literatur tentang pengobatan piromania masih sedikit, dan mengobatinya
sulit karena kurangnya motivasi. Tidak ada pengobatan tunggal yang terbukti
efektif sehingga segala modalitas, termasuk pendekatan perilaku, harus dicoba.
Oleh karena sifat berulang piromania, program perawatan apapun harus mencakup
pengawasan pasien untuk mencegah episode peringatan pengaturan kebakaran.
Penahanan (incarceration) merupakan satu-satunya cara untuk mencegah
kekambuhan. Terapi perilaku kemudian bisa diberikan di institusi. Piromania pada
anak-anak harus ditangani dengan sangat serius. Intervensi intensif harus
dilakukan bila memungkinkan, namun sebagai tindakan terapeutik dan
pencegahan, bukan sebagai hukuman. Dalam kasus anak-anak dan remaja,
pengobatan piromania harus mencakup terapi keluarga4.
7
2.7 Prognosis
Meskipun pembakaran sering dilakukan pada masa kanak-kanak, usia khas
onset piromania tidak diketahui. Saat onset di masa remaja atau dewasa,
pembakaran cenderung bersifat sengaja dan merusak. Pembakaran pada piromania
bersifat episodik dan frekuensinya mungkin naik-turun. Prognosis untuk
piromania pada anak-anak yang mendapatkan tatalaksana adalah baik, dan remisi
yang lengkap adalah tujuan yang realistis. Prognosis untuk orang dewasa terjaga,
karena mereka sering menyangkal tindakan mereka, menolak untuk bertanggung
jawab, bergantung pada alkohol, dan kurang memiliki wawasan4.
8
BAB III
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA