Anda di halaman 1dari 11

TOKSIKOLOGI UDARA

NITROGEN DIOKSIDA (NO2)

DISUSUN OLEH:
SHALSABILLA TIARA FIRDAUSIA
S021702027

PROGRAM STUDI PASCASARJANA ILMU KESEHATAN


MASYARAKAT UNIVERSITAS SEELAS MARET SURAKARTA
2017
PENDAHULUAN
Perkembangan industri yang pesat ini tidak lain karena penerapan
kemajuan teknologi oleh manusia guna mendapatkan kualitas hidup yang lebih
baik. Semua kegiatan dalam bidang industri pada mulanya dimaksudkan untuk
meningkatkan kualitas hidup manusia, ternyata pada sisi lain dapat
menimbulkan dampak yang justru merugikan kelangsungan hidup manusia
(Hernawati, 2009).
Manusia dan makhluk hidup lainnya sering terpapar/terpajan (exposed)
banyak jenis bahan alami maupun bahan buatan manusia. Jenis bahan tersebut ada
yang bersifat racun ataupun aman. Keracunan berarti keadaan dimana tubuh
seseorang sedang mengalami gangguan diakibatkan suatu zat atau bahan kimia
yang tentunya bersifat racun atau tidak aman. Bahan atau zat yang beracun ini
disebut toksik, sedangkan ilmu yang mempelajari batas aman dari bahan kimia
adalah toksikologi (Hernawati, 2009).
Toksikologi lingkungan adalah ilmu yang mempelajari racun kimia dan
fisik yang dihasilkan dari suatu kegiatan dan menimbulkan pencemaran
lingkungan dan Ekotoksikologi adalah ilmu yang mempelajari racun kimia dan
fisik pada mahluk hidup, khususnya populasi dan komunitas termasuk ekosistem,
termasuk jalan masuknya agen dan interaksi dengan lingkungan. Toksikologi
lingkungan dibahas dalam kimia lingkungan karena berhubungan dengan adanya
perubahan lingkungan yang disebabkan oleh kehadiran zat kimia.
Kebutuhan akan toksikologi lingkungan diperlukan untuk mengetahui
macam-macam toksikologi lingkungan, sumber-sumber dari toksikologi
lingkungan dilihat dari sudut pandang substansi kimia, dan dampak yang
ditimbulkan baik bagi manusia, makhluk hidup maupun lingkungan tersebut
(Indartomo, 2009).
Toksikologi lingkungan dibahas dalam kimia lingkungan karena
berhubungan dengan adanya perubahan lingkungan yang disebabkan oleh
kehadiran zat kimia. Beberapa bahasan yang dibahas dalam toksikologi
lingkungan umumnya yang berhubungan dengan uji toksisitas, yaitu
menggunakan pengujian zat kimia terhadap makhluk hidup. Toksikologi
lingkungan juga membahas tentang cara dan mekanisme masuknya zat kimia dan
daya racunnya yang mempengaruhi makhluk hidup sehingga dihasilkan data
tentang pengaruh fisiologi dan biokimia terhadap makhluk hidup yang akan dapat
dipergunakan sebagai rujukan dan pembenaran ilmiah terhadap bagian-bagian
tubuh makhluk hidup yang dipengaruhi oleh daya racun suatu zat kimia
(Indartomo, 2009).

Data statistik menunjukkan, dari tahun 2001 sampai 2008, jumlah


industri pengolahan semakin besar dan cenderung meningkat. Pada tahun 2001,
industri berjumlah 21.396 dan tahun 2008 menjadi 25.694. Hal yang sama juga
dialami oleh sektor transportasi. Pada tahun 2006 jumlah kendaraan bermotor di
Indonesia sebanyak 43.313.052 dan tahun 2010 meningkat menjadi 76.907.127
(BPS, 2011).
Menurut data BPLHD (2010), pencemaran NOx tertinggi di Jakarta
berasal dari sumber bergerak yaitu 27.079,72 ton pertahun. Pada tahun 2001
hingga 2008, jumlah kendaraan meningkat secara signifikan dari 3,5 juta di
tahun 2001, menjadi 9,6 juta pada tahun 2010. Jumlah kendaraan penumpang
roda empat adalah sebanyak 421.006, kendaraan bebas sebanyak 318.172,
kendaraan roda tiga sebanyak 13.250 dan kendaraan roda dua sebanyak
2.608.316. Berdasarkan data yang dihimpun, jumlah kendaraan hingga bulan
Desember 2014 mobil pribadi 3.226.009, bus 362.066, mobil barang 673.661,
sepeda motor 13.084.372, kendaraan khusus 137.859. Total jumlah kendaraan di
Jakarta sebanyak 17.523.967.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) DKI Jakarta menyebutkan bahwa
jumlah kendaraan yang terdaftar pada 2015 berjumlah 18,6 juta unit. Angka ini
meningkat dari tahun sebelumnya sebanyak 17,5 juta unit. Pertumbuhan
kendaraan bermotor selama lima tahun terakhir mencapai 8,75 persen per tahun.
Jika dirinci menurut jenis kendaraan, sepeda motor bertumbuh paling tinggi
sebesar 9,14 persen per tahun. Jika tidak didukung dengan sarana jalan yang
memadai maka dapat menyebabkan kemacetan yang selanjutnya akan
menimbulkan emisi gas buang yang lebih besar.
Dari aktivitas perekonomian tersebut, perlu disadari bahwa
pencemaran lingkungan menjadi hal yang tidak terelakkan lagi. Salah satu
pencemaran lingkungan yang sering dihadapi oleh kota-kota besar di
Indonesia ialah pencemaran udara. Salah satu bahan pencemar udara yang telah
terbukti dapat menyebabkan gangguan kesehatan ialah nitrogen dioksida.
Nitrogen dioksida merupakan salah satu komponen utama yang
mempengaruhi kualitas udara. Dengan kandungan udara yang terdiri dari 79%
gas nitrogen, 20% gas oksigen dan 1% gas-gas yang lain, maka pada proses
pembakaran pada kegiatan industri maupun pada kendaraan, akan terjadi
proses reaksi yang menghasilkan Nitrogen Dioksida (NO2) (Alamsyah, 2012).
Dampak udara yang tercemar oleh gas nitrogen dioksida tidak hanya
berbahaya bagi manusia dan hewan saja, tetapi juga berbahaya bagi
kehidupan tanaman. Pengaruh gas NO2 pada tanaman antara lain timbulnya
bintik-bintik pada permukaan daun. Pada konsentrasi lebih tinggi, gas tersebut
dapat menyebabkan nekrosis atau kerusakan pada jaringan daun, dalam keadaan
seperti ini daun tidak dapat berfungsi sempurna. Pencemaran udara oleh gas
NO2 juga dapat menyebabkan timbulnya Peroxy Acetil Nitrates yang disingkat
dengan PAN. PAN ini menyebabkan iritasi pada mata sehingga mata terasa pedih
dan berair (Saputra, 2009).
Dengan mengetahui dampak yang diakibatkan oleh pencemaran NO2,
seharusnya dilakukan pembangunan berkelanjutan dengan melakukan pengelolaan
lingkungan yang tepat. Dalam PP No. 41 tahun 1999 tentang Pengendalian
Pencemaran Udara yang merupakan pelaksana dari UU No. 32 tahun 2009 tentang
Pengelolaan Lingkungan Hidup, telah diatur mengenai baku mutu Nitrogen
Oksida di udara ambien. Nilai baku mutu udara ambien ini dapat digunakan
untuk mengetahui pencemaran udara telah melebihi batas atau tidak pada suatu
wilayah. Dan dapat digunakan sebagai dasar dalam menentukan program
pencegahan dan pengendalian pencemaran udara untuk selanjutnya (Saputra,
2009).
Dalam melakukan usaha pengendalian pencemaran udara tersebut,
pemerintah khususnya Kementerian Lingkungan Hidup membuat program
pemantauan kualitas udara ambien untuk parameter NO dan SO dengan
menggunakan metode pasif yang dilakukan di 450 kota dan kabupaten di
Indonesia. Pemantauan ini dilakukan agar tersedianya data yang dapat mewakili
kualitas udara ambien di Indonesia. Pemantauan kualitas udara dengan metode
pasif yang mencakup wilayah kota dan kabupaten baru pertama kali dilakukan
pada tahun 2011. Program ini dilaksanakan oleh Pusar pedal yang merupakan
pusat laboratorium rujukan nasional.

SUMBER TOKSIN UDARA NITROGEN DIOKSIDA (NO2)


Beberapa nitrogen dioksida terbentuk secara alami di atmosfer oleh petir
dan beberapa dihasilkan oleh tanaman, tanah dan air. Namun, hanya sekitar 1%
dari jumlah total nitrogen dioksida yang ditemukan di udara kota-kota kita
dibentuk dengan cara ini. Nitrogen dioksida adalah polutan udara penting karena
berkontribusi pada pembentukan kabut fotokimia, yang dapat memiliki dampak
signifikan pada kesehatan manusia. Sumber utama nitrogen dioksida di Australia
adalah pembakaran bahan bakar fosil yaitu batu bara, minyak dan gas. Sebagian
besar nitrogen dioksida di kota-kota berasal dari knalpot kendaraan bermotor
(sekitar 80%). Sumber-sumber lain nitrogen dioksida bensin dan pemurnian
logam, pembangkit listrik dari pembangkit listrik tenaga batu bara, industri
pengolahan lainnya dan pengolahan makanan (Alamsyah, 2012).
Pencemaran gas NOx di udara terutama berasal dari gas buangan hasil
pembakaran yang keluar dari generator pembangkit listrik stasioner atau mesin-
mesin yang menggunakan bahan bakar gas alami, dari seluruh jumlah oksigen
nitrogen (NOx) yang dibebaskan ke udara, jumlah yang terbanyak adalah dalam
bentuk NO yang diproduksi oleh aktivitas bakteri. Akan tetapi pencemaran NO
dari sumber alami ini tidak merupakan masalah karena tersebar secara merata
sehingga jumlahnya menjadi kecil. Yang menjadi masalah adalah pencemaran NO
yang diproduksi oleh kegiatan manusia karena jumlahnya akan meningkat pada
tempat-tempat tertentu. Kadar NOx diudara perkotaan biasanya 10–100 kali lebih
tinggi dari pada di udara pedesaan. Kadar NOx di udara daerah perkotaan dapat
mencapai 0,5 ppm (500 ppb). Seperti halnya CO, emisi NOx dipengaruhi oleh
kepadatan penduduk karena sumber utama NOx yang diproduksi manusia adalah
dari pembakaran dan kebanyakan pembakaran disebabkan oleh kendaraan
bermotor, produksi energi dan pembuangan sampah. Sebagian besar emisi NOx
buatan manusia berasal dari pembakaran arang, minyak, gas, dan bensin.

PERJALANAN TOKSIN UDARA NITROGEN DIOKSIDA (NO2) MASUK


DALAM TUBUH
Paru-paru merupakan organ yang paling peka terhadap pencemaran gas
ini. Dalam konsentrasi tinggi NO2 dapat membahayakan, umumnya dalam jangka
waktu berada di tempat yang tidak terlindung hanya menyebabkan batuk-batuk,
kelelahan, dan mual-mual ringan. NO2 merupakan uap yang iritan yang
menyerang selaput lendir pernafasan bagian atas. Iritasi selaput lendir
menimbulkan sakit pada kelopak mata (conjunctiva) (Saputra, 2009).
Efek lokal gas ini adalah iritasi pada mata, dan iritasi pada membran
mukosa saluran pernapasan atas. Efek sistemik terjadi pada paru. Iritasi pada paru
yang hebat menyebabkan pulmonary edema. Kerusakan pada bronchioles yang
terjadi secara perlahan menyebabakan obstrusi pada saluran napas atas (Ismiyati,
2014).
Konsentrasi uap NO2 yang tinggi dapat membahayakan, rasa sakit dan
mencekik (choking), sewaktu-waktu terjadi refleks pernafasan dan kekejangan
katup pangkal tenggorok (glottis), pengerutan cabang paru-paru yang mendorong
terjadinya pingsan karena tidak bernafas. Kekejangan yang hebat atau edema
pangkal tenggorok dapat mengakibatkan kematian (Ismiyati, 2014).
Bila keracunan tidak fatal, masa kesembuhannya biasanya lambat
dansering mendapat komplikasi seperti kelemahan umum (asthenia), serangan
asma,bronchitis kronis yang kadang-kadang menjalar febrosis paru-paru dan
emphysema (sel-sel jaringan terisi udara) dan kerja jantung tidak teratur. Apabila
udara tercemar oleh gas NO2 dan bereaksi dengan uap air maka akan menjadi
korosif dan memberikan efek terhadap mata, paru dan kulit (Ismiyati, 2014).
Terhadap alat pernafasan, Iritasi terhadap paru akan menyebabkan edema
paru setelah terpapar oleh gas NO2 selama 48-72 jam, apabila terpapar dengan
dosis yang meningkat akan menjadi fatal. Terhadap mata, Iritasi mata dapat terjadi
apabila NO2 berupa uap yang pekat. Terhadap kulit, Iritasi terhadap kulit terjadi
apabila kulit kontak dengan uap air nitrogenakan menyebabkan luka bakar. Efek
lain (terhadap darah) Kadar nitrogen pada konsentrasi tertentu dapat bereaksi
dengan darah.

MEKANISME TERJADINYA TOKSIN UDARA NITROGEN OKSIDA


(NOX)
Nitrogen Dioksida (NO2) merupakan reaksi antara nitrogen dan oksigen
diudara sehingga membentuk NO, yang bereaksi lebih lanjut dengan lebih banyak
oksigen membentuk NO2. Udara terdiri dari 80% Volume nitrogen dan 20%
Volume oksigen. Pada suhu kamar, hanya sedikit kecendrungan nitrogen dan
oksigen untuk bereaksi satu sama lainnya. Pada suhu yang lebih tinggi (diatas
1210°C) keduanya dapat bereaksi membentuk NO dalam jumlah banyak sehingga
mengakibatkan pencemaran udara. Dalam proses pembakaran, suhu yang
digunakan biasanya mencapai 1210 – 1.765 °C, oleh karena itu reaksi ini
merupakan sumber NO yang penting (Alamsyah, 2012).
Jadi reaksi pembentukan NO merupakan hasil samping dari proses
pembakaran.Pada suhu tinggi, N2O memiliki perilaku oksidator sekuat oksigen,
sehingga dipakai dalam pembakaran roket dan motor balap untuk meningkatkan
tenaga yang dikeluarkan mesin. Gas ini juga menjadi penanda bagi peledak atau
lainnya yang gagal atau belum meledak. N2O termasuk gas yang berbahaya
karena memiliki 298 kali pengaruh yang lebih kuat per satuan berat daripada CO2
dalam rentang waktu 100 tahun. Di udara, N2O bereaksi dengan atom oksigen
membentuk NO, dan NO kemudian akan memecah ozon (Alamsyah, 2012).
DAMPAK TOKSIN UDARA NITROGEN DIOKSIDA (NO2) PADA
MANUSIA
Adanya NO2 di atmosfer akan mengakibatkan kerusakan tanaman, tetapi
sukar ditentukan apakah kerusakan tersebut disebabkan langsung oleh NO2 atau
karena polutan sekunder yang diproduksi dalam siklus fotolitik NO2. Beberapa
polutan sekunder diketahui bersifat sangat merusak tanaman. Percobaan dengan
cara fumigasi tanam-tanaman dengan NO2 menunjukkan terjadinya bintik-bintik
pada daun jika digunakan konsentrasi 1 ppm, sedangkan dengan konsentrasi yang
lebih tinggi (3,5 ppm atau lebih) terjadi nekrosis atau kerusakan tenunan
daun. Dalam keadaan seperti ini, daun tidak dapat berfungsi sempurna sebagai
tempat terbentuknya karbohidrat melalui proses fotosintesis. Akibatnya tanaman
tidak dapat berproduksi seperti yang diharapkan. Konsentrasi NO2 sebanyak
10 ppm sudah dapat menurunkan kemampuan fotosintesis daun sampai sekitar
60% hingga 70% (Ismiyati, 2014).
Sifat racun (toksisitas) gas NO2 (Nitrogen Dioksida) empat kali lebih
kuat daripada toksisitas gas NOX (Nitrogen Oksida). Organ tubuh yang paling
peka terhadap pencemaran gas NO2 adalah paru-paru. Paru-paru yang
terkontaminasi oleh gas NO2 akan membengkak sehingga penderita sulit bernafas
yang dapat mengakibatkan kematiannya. Udara yang mengandung gas NOx
dalam batas normal relatif aman dan tidak berbahaya, kecuali bila gas NOx
berada dalam konsentrasi tinggi. Konsentrasi gas NOx yang tinggi dapat
menyebabkan gangguan pada sistem syaraf yang mengakibatkan kejang-
kejang. Bila keracunan ini terus berkelanjut akan dapat menyebabkan
kelumpuhan. Gas NOx akan menjadi lebih berbahaya apabila gas itu teroksidasi
oleh oksigen sehingga menjadi gas NO2 (Saputra, 2009).
Frekuensi pajanan NO2 konsentrasi tinggi dapat menurunkan fungsi paru-
paru khususnya pada anak-anak. Hal ini dapat menurunkan pertahanan terhadap
penyakit paru-paru, agen bronchocon strictive dan penyebab iritasi lainnya. NO2
juga meningkatkan resiko untuk gangguan kelahiran, termasuk berat lahir rendah,
prematuritas, gangguan pertumbuhan intra- uterus, cacat lahir, dan kelahiran
mati.
PENATALAKSANAAN BILA TERJADI TOKSIN UDARA NITROGEN
DIOKSIDA (NO2)
PENCEGAHAN
1. Merawat mesin kendaraan bermotor agar tetap baik.
2. Melakukan pengujian emisi dan KIR kendaraan secara berkala.
3. Memasang filter pada knalpot.
4. Mengganti peralatan yang rusak.
5. Memasang scruber pada cerobong asap.
6. Memodifikasi pada proses pembakaran.
Apabila kadar NO2 dalam udara ambien telah melebihi baku mutu (150
mg/Nm3 dengan waktu pengukur 24 jam) maka untuk mencegah dampak
kesehatan dilakukan upaya-upaya menggunakan alat pelindung diri, seperti
masker gas, Mengurangi aktifitas di luar rumah.
PENANGGULANGAN
Usaha Preventif (sebelum pencemaran)
1. Mengembangkan energi alternatif dan teknologi yang ramah lingkungan.
2. Mensosialisasikan pelajaran lingkungan hidup (PLH) di sekolah dan
masyarakat.
3. Mewajibkan dilakukannya AMDAL (Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan) bagi industri atau usaha yang menghasilkan limbah.
4. Tidak membakar sampah di pekarangan rumah.
5. Tidak menggunakan kulkas yang memakai CFC dan membatasi penggunaan
AC dalam kehidupan sehari-hari.
6. Tidak merokok di dalam ruangan.
7. Menanam tanaman hias di pekarangan atau di pot-pot.
8. Ikut berpartisipasi dalam kegiatan penghijauan.i. Ikut memelihara taman kota
dan pohon pelindung.
9. Tidak melakukan penebangan hutan, pohon dan tumbuhan liar secara
sembarangan.
10. Mengurangi penggunaan zat aerosol dalam penyemprotan ruang.
11. Menghentikan penggunaan busa plastik yang mengandung CFC.
12. Mendaur ulang freon dari mobil yang ber-AC.
13. Mengurangi atau menghentikan semua penggunaan CFC.
14. Mengatur pertukaran udara di dalam ruang, seperti mengunakan exhaust-fan.

Usaha kuratif (sesudah pencemaran)

1. Bila terjadi korban keracunan, maka berikan pengobatan atau pernafasaan


buatan.· Kirim segera ke Rumah Sakit atau Puskesmas terdekat.
2. Menggalang dana untuk mengobati dan merawat korban pencemaran
lingkungan.
3. Kerja bakti rutin di tingkat RT/RW atau instansi, untuk membersihkan
lingkungan dari polutan.
4. Melokalisasi tempat pembuangan sampah akhir (TPA) sebagai tempat/ pabrik
daur ulang.
5. Menggunakan penyaring pada cerobong kilang minyak atau pabrik yang
menghasilkan asap penyebab pencemaran udara.

Penatalaksanaan medis: Resusitasi dan Stabilisasi


1. Penatalaksanaan jalan napas, yaitu membebaskan jalan napas untuk menjamin
pertukaran udara.
2. Penatalaksanaan fungsi pernapasan untuk memperbaiki fungsi ventilasi
dengan cara memberikan pernapasan buatan untuk menjamin cukupnya
kebutuhan oksigen dan pengeluaran karbon dioksida.
3. Penatalaksanaan sirkulasi, bertujuan mengembalikan fungsi sirkulasi darah.
PUSTAKA
Cooper dalam BPLHD Jabar. 2009. Pencemaran Udara dari Sektor Transportasi.
[terhubung berkala] http://industri17tjandra.blog.mercubuana.ac.id/tag/
pencemaran-udara/ (Diakses tanggal 02 April 2017)
Hernawati, H. 2009. Pencemaran Lingkungan.[terhubung berkala]. http://hend-
learning.blogspot.com/2009/04/pencemaran-lingkungan.html (Diakses
tanggal 02 April 2017)
Indartomo Y.S., dkk. 2009. Energi dan Lingkungan Sebuah Keterkaitan yang
Erat. Prosiding Seminar Nasional 4 – 5 Maret 2009 Dies Emas ITB,
Bandung.
Kementrian Negara Lingkungan hidup (KLH). 2007. Memprakirakan Dampak
Lingkungan : Kualitas Udara. Jakarta. (Diakses tanggal 02 April 2017)
Saputra. 2009. Dampak Pencemaran Nitrogen Oksida (NOx) dan Pengaruhnya
terhadap Kesehatan. [terhubung berkala] http://www.chem-is-
try.org/artikel_kimia/kimia_lingkungan/dampak-pencemaran-nitrogen-
oksida-nox-dan-pengaruhnya-terhadap-kesehatan/ (Diakses tanggal 02 April
2017).
Alamsyah, T. 2012. Wireless Measurement Gas, Karbon Monoksida (CO),
Nitrogen Dioksida (NO2) dan Ozon (O3). Jurnal Politeknologi, Vol. 10 No. 2,
Hal. 159
Ismiyati. 2014. Pencemaran Udara Akibat Emisi Gas Buang Kendaraan
Bermotor. Jurnal Manajemen Transportasi & Logistik (JMTransLog), Vol.
01, No. 03, Hal. 243-246.

Anda mungkin juga menyukai