MASYARAKAT UNIVERSITAS SEELAS MARET SURAKARTA 2017 PENDAHULUAN Perkembangan industri yang pesat ini tidak lain karena penerapan kemajuan teknologi oleh manusia guna mendapatkan kualitas hidup yang lebih baik. Semua kegiatan dalam bidang industri pada mulanya dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas hidup manusia, ternyata pada sisi lain dapat menimbulkan dampak yang justru merugikan kelangsungan hidup manusia (Hernawati, 2009). Manusia dan makhluk hidup lainnya sering terpapar/terpajan (exposed) banyak jenis bahan alami maupun bahan buatan manusia. Jenis bahan tersebut ada yang bersifat racun ataupun aman. Keracunan berarti keadaan dimana tubuh seseorang sedang mengalami gangguan diakibatkan suatu zat atau bahan kimia yang tentunya bersifat racun atau tidak aman. Bahan atau zat yang beracun ini disebut toksik, sedangkan ilmu yang mempelajari batas aman dari bahan kimia adalah toksikologi (Hernawati, 2009). Toksikologi lingkungan adalah ilmu yang mempelajari racun kimia dan fisik yang dihasilkan dari suatu kegiatan dan menimbulkan pencemaran lingkungan dan Ekotoksikologi adalah ilmu yang mempelajari racun kimia dan fisik pada mahluk hidup, khususnya populasi dan komunitas termasuk ekosistem, termasuk jalan masuknya agen dan interaksi dengan lingkungan. Toksikologi lingkungan dibahas dalam kimia lingkungan karena berhubungan dengan adanya perubahan lingkungan yang disebabkan oleh kehadiran zat kimia. Kebutuhan akan toksikologi lingkungan diperlukan untuk mengetahui macam-macam toksikologi lingkungan, sumber-sumber dari toksikologi lingkungan dilihat dari sudut pandang substansi kimia, dan dampak yang ditimbulkan baik bagi manusia, makhluk hidup maupun lingkungan tersebut (Indartomo, 2009). Toksikologi lingkungan dibahas dalam kimia lingkungan karena berhubungan dengan adanya perubahan lingkungan yang disebabkan oleh kehadiran zat kimia. Beberapa bahasan yang dibahas dalam toksikologi lingkungan umumnya yang berhubungan dengan uji toksisitas, yaitu menggunakan pengujian zat kimia terhadap makhluk hidup. Toksikologi lingkungan juga membahas tentang cara dan mekanisme masuknya zat kimia dan daya racunnya yang mempengaruhi makhluk hidup sehingga dihasilkan data tentang pengaruh fisiologi dan biokimia terhadap makhluk hidup yang akan dapat dipergunakan sebagai rujukan dan pembenaran ilmiah terhadap bagian-bagian tubuh makhluk hidup yang dipengaruhi oleh daya racun suatu zat kimia (Indartomo, 2009).
Data statistik menunjukkan, dari tahun 2001 sampai 2008, jumlah
industri pengolahan semakin besar dan cenderung meningkat. Pada tahun 2001, industri berjumlah 21.396 dan tahun 2008 menjadi 25.694. Hal yang sama juga dialami oleh sektor transportasi. Pada tahun 2006 jumlah kendaraan bermotor di Indonesia sebanyak 43.313.052 dan tahun 2010 meningkat menjadi 76.907.127 (BPS, 2011). Menurut data BPLHD (2010), pencemaran NOx tertinggi di Jakarta berasal dari sumber bergerak yaitu 27.079,72 ton pertahun. Pada tahun 2001 hingga 2008, jumlah kendaraan meningkat secara signifikan dari 3,5 juta di tahun 2001, menjadi 9,6 juta pada tahun 2010. Jumlah kendaraan penumpang roda empat adalah sebanyak 421.006, kendaraan bebas sebanyak 318.172, kendaraan roda tiga sebanyak 13.250 dan kendaraan roda dua sebanyak 2.608.316. Berdasarkan data yang dihimpun, jumlah kendaraan hingga bulan Desember 2014 mobil pribadi 3.226.009, bus 362.066, mobil barang 673.661, sepeda motor 13.084.372, kendaraan khusus 137.859. Total jumlah kendaraan di Jakarta sebanyak 17.523.967. Data Badan Pusat Statistik (BPS) DKI Jakarta menyebutkan bahwa jumlah kendaraan yang terdaftar pada 2015 berjumlah 18,6 juta unit. Angka ini meningkat dari tahun sebelumnya sebanyak 17,5 juta unit. Pertumbuhan kendaraan bermotor selama lima tahun terakhir mencapai 8,75 persen per tahun. Jika dirinci menurut jenis kendaraan, sepeda motor bertumbuh paling tinggi sebesar 9,14 persen per tahun. Jika tidak didukung dengan sarana jalan yang memadai maka dapat menyebabkan kemacetan yang selanjutnya akan menimbulkan emisi gas buang yang lebih besar. Dari aktivitas perekonomian tersebut, perlu disadari bahwa pencemaran lingkungan menjadi hal yang tidak terelakkan lagi. Salah satu pencemaran lingkungan yang sering dihadapi oleh kota-kota besar di Indonesia ialah pencemaran udara. Salah satu bahan pencemar udara yang telah terbukti dapat menyebabkan gangguan kesehatan ialah nitrogen dioksida. Nitrogen dioksida merupakan salah satu komponen utama yang mempengaruhi kualitas udara. Dengan kandungan udara yang terdiri dari 79% gas nitrogen, 20% gas oksigen dan 1% gas-gas yang lain, maka pada proses pembakaran pada kegiatan industri maupun pada kendaraan, akan terjadi proses reaksi yang menghasilkan Nitrogen Dioksida (NO2) (Alamsyah, 2012). Dampak udara yang tercemar oleh gas nitrogen dioksida tidak hanya berbahaya bagi manusia dan hewan saja, tetapi juga berbahaya bagi kehidupan tanaman. Pengaruh gas NO2 pada tanaman antara lain timbulnya bintik-bintik pada permukaan daun. Pada konsentrasi lebih tinggi, gas tersebut dapat menyebabkan nekrosis atau kerusakan pada jaringan daun, dalam keadaan seperti ini daun tidak dapat berfungsi sempurna. Pencemaran udara oleh gas NO2 juga dapat menyebabkan timbulnya Peroxy Acetil Nitrates yang disingkat dengan PAN. PAN ini menyebabkan iritasi pada mata sehingga mata terasa pedih dan berair (Saputra, 2009). Dengan mengetahui dampak yang diakibatkan oleh pencemaran NO2, seharusnya dilakukan pembangunan berkelanjutan dengan melakukan pengelolaan lingkungan yang tepat. Dalam PP No. 41 tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara yang merupakan pelaksana dari UU No. 32 tahun 2009 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, telah diatur mengenai baku mutu Nitrogen Oksida di udara ambien. Nilai baku mutu udara ambien ini dapat digunakan untuk mengetahui pencemaran udara telah melebihi batas atau tidak pada suatu wilayah. Dan dapat digunakan sebagai dasar dalam menentukan program pencegahan dan pengendalian pencemaran udara untuk selanjutnya (Saputra, 2009). Dalam melakukan usaha pengendalian pencemaran udara tersebut, pemerintah khususnya Kementerian Lingkungan Hidup membuat program pemantauan kualitas udara ambien untuk parameter NO dan SO dengan menggunakan metode pasif yang dilakukan di 450 kota dan kabupaten di Indonesia. Pemantauan ini dilakukan agar tersedianya data yang dapat mewakili kualitas udara ambien di Indonesia. Pemantauan kualitas udara dengan metode pasif yang mencakup wilayah kota dan kabupaten baru pertama kali dilakukan pada tahun 2011. Program ini dilaksanakan oleh Pusar pedal yang merupakan pusat laboratorium rujukan nasional.
SUMBER TOKSIN UDARA NITROGEN DIOKSIDA (NO2)
Beberapa nitrogen dioksida terbentuk secara alami di atmosfer oleh petir dan beberapa dihasilkan oleh tanaman, tanah dan air. Namun, hanya sekitar 1% dari jumlah total nitrogen dioksida yang ditemukan di udara kota-kota kita dibentuk dengan cara ini. Nitrogen dioksida adalah polutan udara penting karena berkontribusi pada pembentukan kabut fotokimia, yang dapat memiliki dampak signifikan pada kesehatan manusia. Sumber utama nitrogen dioksida di Australia adalah pembakaran bahan bakar fosil yaitu batu bara, minyak dan gas. Sebagian besar nitrogen dioksida di kota-kota berasal dari knalpot kendaraan bermotor (sekitar 80%). Sumber-sumber lain nitrogen dioksida bensin dan pemurnian logam, pembangkit listrik dari pembangkit listrik tenaga batu bara, industri pengolahan lainnya dan pengolahan makanan (Alamsyah, 2012). Pencemaran gas NOx di udara terutama berasal dari gas buangan hasil pembakaran yang keluar dari generator pembangkit listrik stasioner atau mesin- mesin yang menggunakan bahan bakar gas alami, dari seluruh jumlah oksigen nitrogen (NOx) yang dibebaskan ke udara, jumlah yang terbanyak adalah dalam bentuk NO yang diproduksi oleh aktivitas bakteri. Akan tetapi pencemaran NO dari sumber alami ini tidak merupakan masalah karena tersebar secara merata sehingga jumlahnya menjadi kecil. Yang menjadi masalah adalah pencemaran NO yang diproduksi oleh kegiatan manusia karena jumlahnya akan meningkat pada tempat-tempat tertentu. Kadar NOx diudara perkotaan biasanya 10–100 kali lebih tinggi dari pada di udara pedesaan. Kadar NOx di udara daerah perkotaan dapat mencapai 0,5 ppm (500 ppb). Seperti halnya CO, emisi NOx dipengaruhi oleh kepadatan penduduk karena sumber utama NOx yang diproduksi manusia adalah dari pembakaran dan kebanyakan pembakaran disebabkan oleh kendaraan bermotor, produksi energi dan pembuangan sampah. Sebagian besar emisi NOx buatan manusia berasal dari pembakaran arang, minyak, gas, dan bensin.
PERJALANAN TOKSIN UDARA NITROGEN DIOKSIDA (NO2) MASUK
DALAM TUBUH Paru-paru merupakan organ yang paling peka terhadap pencemaran gas ini. Dalam konsentrasi tinggi NO2 dapat membahayakan, umumnya dalam jangka waktu berada di tempat yang tidak terlindung hanya menyebabkan batuk-batuk, kelelahan, dan mual-mual ringan. NO2 merupakan uap yang iritan yang menyerang selaput lendir pernafasan bagian atas. Iritasi selaput lendir menimbulkan sakit pada kelopak mata (conjunctiva) (Saputra, 2009). Efek lokal gas ini adalah iritasi pada mata, dan iritasi pada membran mukosa saluran pernapasan atas. Efek sistemik terjadi pada paru. Iritasi pada paru yang hebat menyebabkan pulmonary edema. Kerusakan pada bronchioles yang terjadi secara perlahan menyebabakan obstrusi pada saluran napas atas (Ismiyati, 2014). Konsentrasi uap NO2 yang tinggi dapat membahayakan, rasa sakit dan mencekik (choking), sewaktu-waktu terjadi refleks pernafasan dan kekejangan katup pangkal tenggorok (glottis), pengerutan cabang paru-paru yang mendorong terjadinya pingsan karena tidak bernafas. Kekejangan yang hebat atau edema pangkal tenggorok dapat mengakibatkan kematian (Ismiyati, 2014). Bila keracunan tidak fatal, masa kesembuhannya biasanya lambat dansering mendapat komplikasi seperti kelemahan umum (asthenia), serangan asma,bronchitis kronis yang kadang-kadang menjalar febrosis paru-paru dan emphysema (sel-sel jaringan terisi udara) dan kerja jantung tidak teratur. Apabila udara tercemar oleh gas NO2 dan bereaksi dengan uap air maka akan menjadi korosif dan memberikan efek terhadap mata, paru dan kulit (Ismiyati, 2014). Terhadap alat pernafasan, Iritasi terhadap paru akan menyebabkan edema paru setelah terpapar oleh gas NO2 selama 48-72 jam, apabila terpapar dengan dosis yang meningkat akan menjadi fatal. Terhadap mata, Iritasi mata dapat terjadi apabila NO2 berupa uap yang pekat. Terhadap kulit, Iritasi terhadap kulit terjadi apabila kulit kontak dengan uap air nitrogenakan menyebabkan luka bakar. Efek lain (terhadap darah) Kadar nitrogen pada konsentrasi tertentu dapat bereaksi dengan darah.
MEKANISME TERJADINYA TOKSIN UDARA NITROGEN OKSIDA
(NOX) Nitrogen Dioksida (NO2) merupakan reaksi antara nitrogen dan oksigen diudara sehingga membentuk NO, yang bereaksi lebih lanjut dengan lebih banyak oksigen membentuk NO2. Udara terdiri dari 80% Volume nitrogen dan 20% Volume oksigen. Pada suhu kamar, hanya sedikit kecendrungan nitrogen dan oksigen untuk bereaksi satu sama lainnya. Pada suhu yang lebih tinggi (diatas 1210°C) keduanya dapat bereaksi membentuk NO dalam jumlah banyak sehingga mengakibatkan pencemaran udara. Dalam proses pembakaran, suhu yang digunakan biasanya mencapai 1210 – 1.765 °C, oleh karena itu reaksi ini merupakan sumber NO yang penting (Alamsyah, 2012). Jadi reaksi pembentukan NO merupakan hasil samping dari proses pembakaran.Pada suhu tinggi, N2O memiliki perilaku oksidator sekuat oksigen, sehingga dipakai dalam pembakaran roket dan motor balap untuk meningkatkan tenaga yang dikeluarkan mesin. Gas ini juga menjadi penanda bagi peledak atau lainnya yang gagal atau belum meledak. N2O termasuk gas yang berbahaya karena memiliki 298 kali pengaruh yang lebih kuat per satuan berat daripada CO2 dalam rentang waktu 100 tahun. Di udara, N2O bereaksi dengan atom oksigen membentuk NO, dan NO kemudian akan memecah ozon (Alamsyah, 2012). DAMPAK TOKSIN UDARA NITROGEN DIOKSIDA (NO2) PADA MANUSIA Adanya NO2 di atmosfer akan mengakibatkan kerusakan tanaman, tetapi sukar ditentukan apakah kerusakan tersebut disebabkan langsung oleh NO2 atau karena polutan sekunder yang diproduksi dalam siklus fotolitik NO2. Beberapa polutan sekunder diketahui bersifat sangat merusak tanaman. Percobaan dengan cara fumigasi tanam-tanaman dengan NO2 menunjukkan terjadinya bintik-bintik pada daun jika digunakan konsentrasi 1 ppm, sedangkan dengan konsentrasi yang lebih tinggi (3,5 ppm atau lebih) terjadi nekrosis atau kerusakan tenunan daun. Dalam keadaan seperti ini, daun tidak dapat berfungsi sempurna sebagai tempat terbentuknya karbohidrat melalui proses fotosintesis. Akibatnya tanaman tidak dapat berproduksi seperti yang diharapkan. Konsentrasi NO2 sebanyak 10 ppm sudah dapat menurunkan kemampuan fotosintesis daun sampai sekitar 60% hingga 70% (Ismiyati, 2014). Sifat racun (toksisitas) gas NO2 (Nitrogen Dioksida) empat kali lebih kuat daripada toksisitas gas NOX (Nitrogen Oksida). Organ tubuh yang paling peka terhadap pencemaran gas NO2 adalah paru-paru. Paru-paru yang terkontaminasi oleh gas NO2 akan membengkak sehingga penderita sulit bernafas yang dapat mengakibatkan kematiannya. Udara yang mengandung gas NOx dalam batas normal relatif aman dan tidak berbahaya, kecuali bila gas NOx berada dalam konsentrasi tinggi. Konsentrasi gas NOx yang tinggi dapat menyebabkan gangguan pada sistem syaraf yang mengakibatkan kejang- kejang. Bila keracunan ini terus berkelanjut akan dapat menyebabkan kelumpuhan. Gas NOx akan menjadi lebih berbahaya apabila gas itu teroksidasi oleh oksigen sehingga menjadi gas NO2 (Saputra, 2009). Frekuensi pajanan NO2 konsentrasi tinggi dapat menurunkan fungsi paru- paru khususnya pada anak-anak. Hal ini dapat menurunkan pertahanan terhadap penyakit paru-paru, agen bronchocon strictive dan penyebab iritasi lainnya. NO2 juga meningkatkan resiko untuk gangguan kelahiran, termasuk berat lahir rendah, prematuritas, gangguan pertumbuhan intra- uterus, cacat lahir, dan kelahiran mati. PENATALAKSANAAN BILA TERJADI TOKSIN UDARA NITROGEN DIOKSIDA (NO2) PENCEGAHAN 1. Merawat mesin kendaraan bermotor agar tetap baik. 2. Melakukan pengujian emisi dan KIR kendaraan secara berkala. 3. Memasang filter pada knalpot. 4. Mengganti peralatan yang rusak. 5. Memasang scruber pada cerobong asap. 6. Memodifikasi pada proses pembakaran. Apabila kadar NO2 dalam udara ambien telah melebihi baku mutu (150 mg/Nm3 dengan waktu pengukur 24 jam) maka untuk mencegah dampak kesehatan dilakukan upaya-upaya menggunakan alat pelindung diri, seperti masker gas, Mengurangi aktifitas di luar rumah. PENANGGULANGAN Usaha Preventif (sebelum pencemaran) 1. Mengembangkan energi alternatif dan teknologi yang ramah lingkungan. 2. Mensosialisasikan pelajaran lingkungan hidup (PLH) di sekolah dan masyarakat. 3. Mewajibkan dilakukannya AMDAL (Analisis Mengenai Dampak Lingkungan) bagi industri atau usaha yang menghasilkan limbah. 4. Tidak membakar sampah di pekarangan rumah. 5. Tidak menggunakan kulkas yang memakai CFC dan membatasi penggunaan AC dalam kehidupan sehari-hari. 6. Tidak merokok di dalam ruangan. 7. Menanam tanaman hias di pekarangan atau di pot-pot. 8. Ikut berpartisipasi dalam kegiatan penghijauan.i. Ikut memelihara taman kota dan pohon pelindung. 9. Tidak melakukan penebangan hutan, pohon dan tumbuhan liar secara sembarangan. 10. Mengurangi penggunaan zat aerosol dalam penyemprotan ruang. 11. Menghentikan penggunaan busa plastik yang mengandung CFC. 12. Mendaur ulang freon dari mobil yang ber-AC. 13. Mengurangi atau menghentikan semua penggunaan CFC. 14. Mengatur pertukaran udara di dalam ruang, seperti mengunakan exhaust-fan.
Usaha kuratif (sesudah pencemaran)
1. Bila terjadi korban keracunan, maka berikan pengobatan atau pernafasaan
buatan.· Kirim segera ke Rumah Sakit atau Puskesmas terdekat. 2. Menggalang dana untuk mengobati dan merawat korban pencemaran lingkungan. 3. Kerja bakti rutin di tingkat RT/RW atau instansi, untuk membersihkan lingkungan dari polutan. 4. Melokalisasi tempat pembuangan sampah akhir (TPA) sebagai tempat/ pabrik daur ulang. 5. Menggunakan penyaring pada cerobong kilang minyak atau pabrik yang menghasilkan asap penyebab pencemaran udara.
Penatalaksanaan medis: Resusitasi dan Stabilisasi
1. Penatalaksanaan jalan napas, yaitu membebaskan jalan napas untuk menjamin pertukaran udara. 2. Penatalaksanaan fungsi pernapasan untuk memperbaiki fungsi ventilasi dengan cara memberikan pernapasan buatan untuk menjamin cukupnya kebutuhan oksigen dan pengeluaran karbon dioksida. 3. Penatalaksanaan sirkulasi, bertujuan mengembalikan fungsi sirkulasi darah. PUSTAKA Cooper dalam BPLHD Jabar. 2009. Pencemaran Udara dari Sektor Transportasi. [terhubung berkala] http://industri17tjandra.blog.mercubuana.ac.id/tag/ pencemaran-udara/ (Diakses tanggal 02 April 2017) Hernawati, H. 2009. Pencemaran Lingkungan.[terhubung berkala]. http://hend- learning.blogspot.com/2009/04/pencemaran-lingkungan.html (Diakses tanggal 02 April 2017) Indartomo Y.S., dkk. 2009. Energi dan Lingkungan Sebuah Keterkaitan yang Erat. Prosiding Seminar Nasional 4 – 5 Maret 2009 Dies Emas ITB, Bandung. Kementrian Negara Lingkungan hidup (KLH). 2007. Memprakirakan Dampak Lingkungan : Kualitas Udara. Jakarta. (Diakses tanggal 02 April 2017) Saputra. 2009. Dampak Pencemaran Nitrogen Oksida (NOx) dan Pengaruhnya terhadap Kesehatan. [terhubung berkala] http://www.chem-is- try.org/artikel_kimia/kimia_lingkungan/dampak-pencemaran-nitrogen- oksida-nox-dan-pengaruhnya-terhadap-kesehatan/ (Diakses tanggal 02 April 2017). Alamsyah, T. 2012. Wireless Measurement Gas, Karbon Monoksida (CO), Nitrogen Dioksida (NO2) dan Ozon (O3). Jurnal Politeknologi, Vol. 10 No. 2, Hal. 159 Ismiyati. 2014. Pencemaran Udara Akibat Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor. Jurnal Manajemen Transportasi & Logistik (JMTransLog), Vol. 01, No. 03, Hal. 243-246.