Anda di halaman 1dari 4

Sudjana (2007:116) setidaknya terdapat 6 perbedaan-perbedaan individual yang ada

pada peserta didik atau siswa, yaitu:

 Perkembangan intelektual, kemampuan belajar terutama memahami dan


menggali materi dan informasi masing-masing peserta didik tentu tidak sama,
ada siswa yang cepat belajar dan mampu memahami materi ada juga siswa
yang lambat dan perlu dibimbing secara bertahap dalam belajar.

 Kemampuan berbahasa, lebih tepatnya lagi komunikasi. Komunikasi atau


berbahasa disini bukan hanya hubungan interaksi antara guru dengan murid saja
namun juga komunikasi peserta didik dengan materi dan informasi pelajaran,
bahan ajar, media pembelajaran serta komponen-komponen pembelajaran yang
terlibat lainnya.

 Latar belakang pengalaman, siswa atau peserta didik yang pernah


mendapatkan informasi yang relevan terhadap suatu materi akan lebih cepat
memahaminya, bukan hanya dalam hal materi namun juga gaya belajar, metode
pengajaran serta hal-hal lain yang diperlukan dalam pembelajaran.

 Gaya belajar, peserta didik satu tentu memiliki gaya dan kebiasaan belajar
favorit dan mampu mempercepat pemahaman terhadap materi yang dipelajari.
Bukan hanya dalam kebiasaan namun juga dalam kondisi tertentu misalnya
seorang siswa lebih mampu belajar dalam keadaan yang tenang dan hening
sehingga mampu mempercepat pemahaman materi.

 Bakat dan minat, bakat dan minat ini berasal dalam diri masing-masing siswa
dan sangat penting untuk digali dan ditemukan sehingga mampu dioptimalkan
sebagai kemampuan yang dapat dikembangkan. Misal seorang siswa lebih
mampu untuk mempelajari pelajaran matematika ina adalah bakat, atau siswa
sangat menyukai pelajaran praktik fisika ini adalah minat.

 Kepribadian, merupakan reaksi atau tanggapan terhadap sikap dan cara-cara


mengajar yang dilakukan guru. Kepribadian ini juga sangat terkait dengan sifat
dasar masing-masing peserta didik, siswa yang pemalu misalnya biasanya akan
lebih pasif untuk terlibat dalam interaksi dengan komponen-komponen
pembelajaran terutama dengan guru.

 Kata orang, setiap siswa membawa sifat masing-masing. Kata-kata ini sepertinya
tak terlalu salah. Banyak memang sifat siswa yang sebaiknya diketahui para
guru. Dengan begitu, guru juga dapat mencari cara menghadapi siswa mereka.
Berikut ini sifat siswa yang perlu diketahui dan difasilitasi siswa.
 1. EGOIS
 Umumnya, siswa yang egois maunya menang sendiri. Dia tidak mau
mendengarkan orang lain dan harus dituruti semua keinginannya. Bila tidak,
segala jurus ancaman pun akan ia lontarkan, dari mogok perintah, mogok
belajar, mogok perhatian, dan tak mau belajar sampai berteriak-teriak di kelas
maupun di luar kelas.

Yang harus dilakukan:
 Jangan panik bila menghadapi siswa yang egois. GURU Tidak perlu marah,
hadapi dengan lembut dan sabar. Yang terpenting adalah memberikan
pengertian dan pengarahan.

2. PERAJUK
 Ciri siswa perajuk adalah suka ngambek dan cenderung cengeng. Hampir sama
dengan siswa egois, hanya saja siswa perajuk belum tentu keras kepala.

Yang harus dilakukan:
 Bila siswa gampang merajuk, cobalah untuk membujuknya. Jangan dengan
kekerasan, karena hal itu justru akan berdampak tak baik bagi perkembangan
jiwanya. Aapalagi, kekerasan dilarang undang-undang perlindungan anak lho.

3. PEMALAS
 Sifat siswa yang pemalas biasanya tidak mau mengerjakan pekerjaan atau tugas
yang diberikan padanya. Ia mengandalkan orang lain untuk mengerjakannya.

Yang harus dilakukan:
Beri siswa pengertian dan contoh. Misalnya, setelah duduk di bangku kelas,
tempat duduk harus dirapikan. Ajak ia untuk turut serta melakukan kegiatan
tersebut.
 4. NAKAL
 Sifat nakal atau bandel wajar dimiliki oleh siswa. Biasanya mereka cenderung
aktif, usil dan tak takut bahaya. Selain itu, siswa umumnya juga punya banyak
akal.

Yang harus dilakukan:
Jangan bosan menasihati dan membimbingnya. Arahkan anak agar menjadi
anak yang baik dan sopan. Yang penting, jangan dimarahi.
 5. PENDENDAM
Ciri siswa pendendam adalah “hobi” menyimpan rasa sakit hati dan berusaha
membalasnya di kemudian hari.
 Yang harus dilakukan:
Jangan biarkan sifat pendendam bersarang dalam diri siswa. Pasalnya, sifat ini
bisa merusak mental mereka. Berikan pengertian pada siswa bahwa “sifat
mendendam” itu tidak baik. Selain dilarang agama, nantinya juga akan membuat
mereka dijauhi oleh teman-teman mereka.
 6. PEMBERONTAK
Umumnya, siswa yang memiliki sifat pemberontak susah diatur, kemauannya
besar, dan merasa dirinya selalu benar. Yang lebih sering terjadi, mereka tidak
peduli dengan omongan orang lain.
 Yang harus dilakukan:
Pendekatan diri adalah jalan terbaik menghadapi anak pemberontak atau suka
membangkang. Sebagai orang tua, Anda harus pandai meredam emosi.
Berbicaralah dari hati ke hati.
 7. PEMALU
Menutup diri, tak banyak bicara, itulah sebagian ciri dari anak pemalu. Selain itu,
anak pemalu juga terkesan kuper alias kurang pergaulan.
 Yang harus dilakukan:
Mengikutsertakannya dalam kegiatan sekolah, seperti tari, karate ataupun vokal
grup.

Setiap individu peserta didik merupakan pribadi yang unik. Dibutuhkan pendekatan
khusus untuk meningkatkan menggali, memoles potensi dan kompetensi setiap
individu. Seorang guru profesional yang dibekali kemampuan kompetensi pedagogic
yang mumpuni diharapkan mampu mengatasi masalah perbedaan dan keberagaman
peserta didik.

Pengelolaan kelas merupakan salah satu langkah bijak dalam mengatasi masalah yang
muncul karena perbedaan karakter peserta didik. pengelolaan kelas meliputi
keseimbangan luas dan fasilitas ruang kelas dengan jumlah penghuni atau pengguna
ruang kelas. Semakin besar jumlah pengguna kelas, berarti semakin tinggi pula
tantangan dan beban kerja pendidik. Penempatan posisi tempat duduk peserta didik
berdasarkan kelebihan dan kekurangan dari segi fisik, juga akan membatu pendidik
mengatasi masalah perbedaan dan keragaman peserta didik.

Langkah berikutnya pada pengelolaan kelas adalah pengelompokan peserta didik di


setiap kelas berdasarkan kemiripan karakter. Hal ini akan mempermudah kalangan
pendidik dalam menentukan metode dan model pembelajaran yang digunakan pada
setiap kegiatan belajar mengajar. Setiap model pembelajaran memiliki kelebihan dan
kekurangannya masing-masing. Model pembelajaran yang baik adalah model yang
mampu meningkatkan potensi yang dimiliki oleh peserta didik. Hal tersebut baru dapat
dicapai bila model pembelajaran terpilih sesuai dengan gaya dan keinginan peserta
didik, selain tentunya harus sesuai dengan tuntutan materi pelajaran.

Penyeragaman pendekatan dan model pembelajaran pada kegiatan pembelajaran yang


peserta didiknya dibekali dengan bentuk kecerdasan yang berbeda hanya akan menuai
kegagalan. Ukuran kecerdasan peninggalan Binet, dalam hal IQ sudah sangat layak
dipertimbangkan oleh kalangan pendidik. Kecerdasan majemuk yang digagas oleh
Howard Gardner, sepertinya lebih tepat dalam menyikapi keberagaman peserta didik.
Kecerdasan majemuk memandang setiap individu memiliki minimal satu bentuk
kecerdasan dari Sembilan kecerdasan yang ada.
Model pembelajaran diskusi yang membutuhkan keterampilan berbicara sudah pasti
sangat tidak mengenakkan bagi peserta didik yang memiliki kecerdasan intrapersonal
yang cenderung pendiam dan suka merenung. Model pembelajaran ceramah tentu
kurang tepat bagi peserta didik yang memiliki kecerdasan kinestetis. Peserta didik yang
suka bergerak termasuk didalamnya. Yang demikian inilah yang suka bikin gaduh,
hiperaktif di dalam kelas.

Perbedaan bentuk kecerdasan harus disikapi dengan bijak oleh kalangan pendidik
dengan perlakuan yang berbeda pada setiap bentuk kecerdasan. Bila tidak, maka label
‘nakal’, dan LOL (lambat loading), akan senantiasa ada pada setiap ruang kelas. Guru
profesional adalah mereka yang mampu menggali dan meningkatkan potensi peserta
didiknya. Bila label negative yang muncul, sama saja dengan mengubur potensi dan
bakat-bakat alami yang kita punya. Sejatinya setiap lembaga pendidikan adalah
bengkel, maka guru atau montirnya adalah para profesional yang gagal. gagal dalam
memperbaiki kerusakan barang yang dititipkan pelanggannya.

Butuh kesabaran dan kerjasama yang baik antara guru dan orang tua dalam menyikapi
keberagaman peserta didik dalam ruang-ruang belajar. Orang tua seharusnya
bersinergi dengan sekolah, dalam hal ini menyampaikan karakter dan gaya belajar
anaknya pada pihak sekolah. Hal tersebut tentunya sangat membantu sekolah dalam
menyiapkan bentuk dan strategi dalam kegiatan pembelajaran, serta model
pengelolaan kelas yang dibutuhkan untuk memuliakan setiap peserta didik.

Guru profesional adalah mereka yang menjadi inspirator dan motivator untuk setiap
potensi yang dimiliki peserta didik. Di mata guru profesional, semua peserta didik
adalah mutiara yang butuh sentuhan dan polesan. Setiap mutiara membutuhkan
sentuhan yang berbeda, tergantung dari batuan induk mana Ia berasal. Guru
profesional tak alergi dengan mereka yang dicap nakal. Karena mereka tahu bahwa
peserta didik yang nakal adalah individu pemberani yang siap dengan segala risiko.
Berani menanggung risiko adalah sikap dan karakter yang harusnya dibudayakan pada
peserta didik kita.

Bukti tak terbantahkan terhadap mereka yang nakal sudah sangat banyak. Banyak
pengusaha besar Indonesia dan dunia saat ini, adalah mereka yang dikeluarkan atau
keluar sendiri dari lembaga pendidikan karena merasa tak ada tantangan.Mari
mengubah cara pandang tentang anak didik yang biasa kita anggap ‘nakal’. Mari
memuliakan seluruh anak didik kita, termasuk mereka-mereka yang dianggap LOL,
karena Tuhan pasti menitipkan padanya satu keahlian atau keterampilan, yang kelak
menjadi bekal hidupnya.

Anda mungkin juga menyukai