Anda di halaman 1dari 60

UJI MUTU FISIK DAN UJI KHASIAT GRANUL EFFERVESCENT

EKSTRAK JAHE MERAH (Zingiber officinale Rosc.)

SEBAGAI PENURUN ASAM URAT PADA MENCIT (Mus Musculus)

KARYA TULIS ILMIAH

OLEH

GALIH ADI PRASETYAN

NIM 09.011

AKADEMI ANALIS FARMASI DAN MAKANAN

PUTRA INDONESIA MALANG

AGUSTUS 2012
UJI MUTU FISIK DAN UJI KHASIAT GRANUL EFFERVESCENT

EKSTRAK JAHE MERAH (Zingiber officinale Rosc.)

SEBAGAI PENURUN ASAM URAT PADA MENCIT (Mus Musculus)

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan Kepada
Akademi Analis Farmasi dan Makanan Putra Indonesia Malang
untuk memenuhi salah satu persyaratan
dalam menyelesaikan program D III
bidang Analis Farmasi dan Makanan

OLEH

GALIH ADI PRASETYAN

NIM 09.011

AKADEMI ANALIS FARMASI DAN MAKANAN

YAYASAN PUTRA INDONESIA MALANG

AGUSTUS 2012
LEMBAR PERSEMBAHAN

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Dengan Menyebut Nama Allah Swt Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang

“Dan jika kamu mengitung hitung nikmat ALLAH, niscaya kamu tak dapat

menentukan jumlahnya. Sesungguhnya ALLAH benar-benar maha

pengampun lagi Maha Penyayang” (QS.An-Nahl :18)

Karya Tulis ini aku persembahkan untuk orang-orang yang slalu ada di hati

 Untuk kedua orang tua ku yang slalu menyayangi, membimbing dan

merawat ku, pengorbanan kalian sepanjang masa............

 Someone like you, ku nanti engkau dalam sujud panjang untuk menjadi

makmum di hari-hari ku..........

 Teman teman keluarga besar AKAFARMA dan AKFAR , pengalaman

bersama kalian tiada mungkin terlupakan

 Sahabat sahabat ku terima kasih atas kebersamaan yang terjalin

Dan semua keluarga besar PIM


Semoga Allah SWT selalu mencurahkan Kasih dan Sayang-
Nyauntuk kita semua.

Padamu Negri Kami Berjanji..........Padamu Negri Kami Berbakti


Padamu Negri Kami Mengabdi........Bagimu Negri......Jiwa Raga Kami
ABSTRAK

Prasetyan, Galih Adi. 2012. Uji Mutu Fisik Dan Uji Khasiat Granul Effervescent
Ekstrak Jahe Merah (Zingiber officinale Rosc.) Sebagai Penurun Asam
Urat Pada Mencit (Mus Musculus). Karya Tulis Ilmiah. Akademi Analis
Farmasi dan Makanan Putera Indonesia Malang.
Pembimbing Ibu Misgiati, A.Md., M.Pd
Kata Kunci: Ekstrak Jahe merah, Granul Effervescent, Uji Mutu Fisik, Uji
Khasiat, Asam Urat

Tanaman jahe merah atau Zingiber officinale Rosc. secara empirik telah
digunakan dalam pengobatan asam urat oleh masyarakat. Beberapa penelitian
pendukung juga telah dilakukan. Akan tetapi penggunaanya hanya sebatas jamu
gendong atau serbuk.
Penelitian ini bertujuan untuk membuat formulasi granul effervescent dan
melihat seberapa besar potensi ekstrak jahe merah sebagai penurun asam urat
yang meliputi uji mutu fisi granul dan uji khasiat penurun asam urat.
Formulasi granul effervescent ekstrak jahe merah menggunakan metode
granulasi kering dengan bahan asam sitrat, asam tatrat, natrium bikarbonat,
manitol.
Uji mutu fisik meliputi waktu alir, waktu larut, pengentapan dan uji
volunter. Uji khasiat penurun asam urat dilakukan dengan cara sebanyak 9 ekor
tikus dibagi dalam 3 kelompok (tiap kelompok 3 ekor). Tiap kelompok mendapat
perlakuan sebagai berikut: Kelompok I: Kontrol positif (induksi allupurinol),
Kontrol negatif (hanya diberi pakan), Kelompok perlakuan (induksi larutan
effervescent ekstrak jahe merah 0,26 ml).
Hasil uji menunjukan potensi jahe merah sebagai penurun kadar asam urat
darah pada tikus dan uji mutu fisik granul effervescent ekstrak jahe merah
memenuhi persyaratan yang terdapat pada farmakope indonesia.

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan

rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis

Ilmiah yang berjudul “ Uji Mutu Fisik Dan Uji Khasiat Granul Effervescent

Ekstrak Jahe Merah (Zingiber officinale Rosc.) Sebagai Penurun Asam Urat Pada

Mencit (Mus Musculus)” ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan Karya Tulis Ilmiah ini adalah sebagai persyaratan untuk

menyelesaikan program Diploma III di Akademi Analis Farmasi dan Makanan

Putra Indonesia Malang.

Sehubungan dengan selesainya penulisan Karya Tulis Ilmiah ini, penulis

mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Hendy Krisna Dhani,S.Si selaku Direktur Akademi Analis Farmasi

dan Makanan Putra Indonesia Malang.

2. Ibu Misgiati, A.Md., M.Pd selaku Dosen Pembimbing

3. Bapak Hendy Krisna Dhani,S.Si. selaku Dosen Penguji I

4. Ibu Puji Astuti, S.Si., Apt. selaku Dosen Penguji II

5. Bapak dan Ibu Dosen Akademi Analis Farmasi dan Makanan serta semua

staff

6. Kedua orang tua yang memberikan do’a dan motivasi.

ii
7. Teman-teman mahasiswa, dan semua pihak yang telah memberikan

bimbingan, bantuan, serta arahan secara langsung maupun secara tidak

langsung.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih

mempunyai beberapa kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran akan sangat

diharapkan.

Semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat berguna dan bermanfaat.

Malang, Agustus 2012

Penulis

iii
DAFTAR ISI

ABSTRAK.................... ................................................................................ i

KATA PENGANTAR.................... .............................................................. ii

DAFTAR ISI ................................................................................................. iv

DAFTAR LAMPIRAN.................... ............................................................. vii

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ......................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah .................................................................... 3

1.3 Tujuan Penelitian ..................................................................... 4

1.4 Kegunaan Penelitian................................................................. 4

1.5 Asumsi Penelitian .................................................................... 4

1.6 Ruang Lingkup dan Ketebatasan Penelitian ............................ 4

1.7 Definisi Istilah .......................................................................... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Tanaman Jahe Merah ................................................ 7

2.2 Effervescent .............................................................................. 9

2.3 Asam Urat ................................................................................ 11

iv
2.4 Mencit ...................................................................................... 15

2.5 Uji Mutu Fisik dan Uji Khasiat ................................................ 18

2.8 Kerangka Teori........................................................................ 20

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian ............................................................... 22

3.2 Populasi dan Sampel ................................................................ 22

3.3 Definisi Operasional................................................................. 23

3.4 Lokasi dan Waktu Pelaksanaan ................................................ 24

3.5 Instrumen Penelitian................................................................. 24

3.6 Pengumpulan Data ................................................................... 24

3.7 Analisis Data ............................................................................ 28

BAB IV HASIL

4.1 Jahe Merah ................................................................................ 29

4.2 Jahe Merah ................................................................................ 29

4.3 Effervescent Jahe ....................................................................... 29

4.4 Hasil Uji Mutu Fisik ................................................................. 30

4.5 Hasil Uji Khasiat ....................................................................... 34

v
BAB V PEMBAHASAN

Pembahasan .................................................................................... 37

BAB VI PENUTUP

6.1 Kesimpulan .............................................................................. 41

6.2 Saran ......................................................................................... 41

DAFTAR RUJUKAN ................................................................................... 42

vi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Diagram Alir Pembuatan Serbuk Jahe Merah …………………. 44

Lampiran 2 Diagram Alir Ekstraksi Jahe Merah Serbuk …………................ 45

Lampiran 3 Diagram Alir Pembuatan Granul Effervescent ……….......…… 46

Lampiran 4 Uji Mutu Fisik Granul Effervescent ………...........…………… 47

Lampiran 5 Perhitungan Dosis Uji Khasiat ………...................…………… 48

Lampiran 6 Uji Khasiat Granul Effervescent ………...........….......………… 49

vii
viii
1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tanaman berkhasiat obat merupakan salah satu diantara obat tradisional

yang paling banyak digunakan secara empiris oleh masyarakat dalam rangka

menanggulangi masalah-masalah kesehatan yang dihadapinya, baik dengan

maksud pemeliharaan, pengobatan maupun pemulihan kesehatan. Meskipun

secara empiris obat tradisional mampu menyembuhkan berbagai macam penyakit,

tetapi khasiat dan keamananya belum terbukti secara klinis. Selain itu belum

banyak diketahui senyawa apa yang mempengaruhi khasiat obat tradisional

tersebut.

Obat tradisional masih banyak digunakan oleh masyarakat, bahkan dari

masa ke masa obat tradisional mengalami perkembangan yang semakin

meningkat, terlebih dengan munculnya isu kembali ke alam “back to nature”.

Akan tetapi obat tradisional yang dikenal masyarakat hanya terbatas pada bentuk

jamu cair ataupun serbuk yang masih memiliki banyak kekurangan seperti

mudahnya tercemar mikroorganisme, kurang praktis, serta takaran dosis yang

kurang seragam.

Penggunaan obat tradisional dalam bentuk effevescent masih jarang

dijumpai, jika pun ada hanya terbatas pada produk produk obat kimia.

Effervescent merupakan salah satu bentuk sediaan yang dibuat dengan cara

pencampuran bahan-bahan aktif dengan campuran asam-asam organik, seperti

asam sitrat atau asam malat dan natrium karbonat. Jika dimasukkan dalam air,

1
2

mulai terjadi reaksi kimia antara asam dan natrium karbonat membentuk garam

natrium dari asam dan menghasilkan gas CO2 serta air. Effervescent juga

menghasilkan larutan yang jernih, menghasilkan rasa yang enak dan

menyegarkan, karena adanya karbonat yang membantu memperbaiki rasa pada

beberapa sediaan tertentu (Banker dan Anderson, 1994, dalam Ervina 2010).

Effervescent memiliki kelebihan dibanding dengan serbuk ataupun bentuk cair,

antara lain lebih praktis, tidak mudah tercemar mikroorganisme, lebih mudah

penggunaanya.

Salah satu tanaman yang berpotensi sebagai pengobatan adalah tanaman

jahe. Tanaman jahe merupakan salah satu tanaman asli Indonesia yang banyak

tersebar di pulau jawa. Jahe ditanam sebagai tanaman obat keluarga, tetapi pada

umumnya dibudidayakan. Di Indonesia, jahe cocok ditanam baik di daerah

daratan rendah maupun di dataran tinggi pada ketinggian 0-1250 meter di atas

permukaan laut. Jahe memiliki bentuk dan aroma yang khas, serta kandungan

kimia tanaman jahe merah meliputi oleoresin (gingerol, shogaol). Minyak atsiri

(sineol, linaloal limonene, zingiberol, zingiberen kamfena), caprylic acid,

capsaicin, chlorogenic acid, farnesal, farnesense, farnesol, dan unsur pati seperti

tepung kanji (Ervina, 2010). Selain itu jahe juga memiliki banyak manfaat, yaitu

sebagai penambah bumbu dapur, pengobatan darah tinggi, diabetes, asam urat dan

sebagai stimulan tubuh (Restiani, 2009). Menurut Sutrisno (2008) kandungan

oleoresin (gingerol, shogaol) pada jahe berpotensi menurunkan kadar asam urat

dalam tubuh dengan mekanisme menekan prostagladin dan menghambat enzim

siklo oksigenase sehingga purin dalam tubuh dapat dikeluarkan melalui keringat,

urin atau fases.


3

Asam urat merupakan substansi hasil pemecahan purin atau produk sisa

dalam tubuh yang merupakan hasil dari katabolisme purin yang dibantu oleh

enzim guanase dan xanthine oxidase. Asam urat ini dibawa ke ginjal melalui

aliran darah untuk dikeluarkan bersama urin, jika terjadi gangguan eliminasi asam

urat melalui ginjal yang disebabkan menurunnya sekresi asam urat kedalam tubuli

ginjal, sehingga akan terjadi peningkatan kadar asam urat dalam darah, hal ini

merupakan suatu kondisi yang disebut hiperurisemia. Hiperurisemia yang lanjut

dapat berkembang menjadi gout dan pirai, yaitu penyakit yang menyerang sendi

(Saputra, 2008).

Berdasarkan latar belakang diatas, akan dilakukan penelitian tentang uji

mutu fisik dan uji khasiat granul effervessent ekstrak jahe merah sebagai penurun

asam urat pada mencit. Pada penelitian ini akan dilakukan pembuatan granul

effervescent dengan metode granulasi kering. Setelah di dapat bentuk sediaan

granul maka akan diujikan pada mencit yang diperlakukan agar memiliki kadar

asam urat tinggi, sehingga dapat diukur khasiat ekstrak jahe dalam menurunkan

kadar asam urat.

1.2 Rumusan Masalah

Adapaun rumusan masalah sebagai berikut :

1.2.1 Bagaimana mutu fisik pada sediaan granul ekstrak jahe merah

effervescent?

1.2.2 Bagaimana khasiat jahe ekstrak merah effervescent sebagai penurun asam

urat pada mencit?


4

1.3 Tujuan

Adapun tujuan penelitian sebagai berikut :

1.3.1 Untuk mengetahui mutu fisik pada sediaan granul effervescent ekstrak jahe

yang telah dibuat.

1.3.2 Untuk mengtahui khasiat granul effervescent ekstrak jahe merah dalam

menurunkan asam urat mencit.

1.4 Kegunaan

Adapun kegunaan penelitian sebagai berikut :

1.4.1 Sebagai sarana untuk mengaplikasikan ilmu yang diperoleh dalam

perkuliahan terutama dibidang obat tradisional.

1.4.2 Sebagai reverensi untuk penelitian dan pengembangan sehingga jahe

memiliki nilai tambah dan berdaya guna dalam penurunan asam urat.

1.5 Asumsi Penelitian

Asumsi penelitian sebagai berikut :

1.5.1 Jahe merah memiliki khasiat sebagai penurun asam urat.

1.5.2 Pengujian pada mencit dapat merupakan metode yang dapat digunakan

untuk mengetahui khasiat jahe merah

1.6 Ruang Lingkup dan Keterbatasan Masalah

Ruang lingkup dalam penelitian ini meliputi pembuatan sediaan granul

effervescent, uji mutu fisik granul effervescent ekstrak jahe merah, uji khasiat

granul effervescent ekstrak jahe merah pada mencit dan perhitungan penurunan

kadar asam urat pada mencit.


5

Keterbatasan pada penelitian ini antara lain hanya menggunakan varietas

jahe merah, yang diperoleh di daerah malang dengan masa pemanenan 9-10 bulan.

Uji volunter dilakukan pada orang dewasa antara umur 30-50 tahun tanpa

membedakan gender.

1.7 Definisi Istilah

Definisi istilah dalam penelitian ini sebagai berikut :

1.7.1 Effervescent merupakan sediaan berbuih dibuat dengan cara kompresi

granul yang mengandung garam effervescent atau bahan-bahan lain yang

mampu melepaskan gas ketika bercampur dengan air.

1.7.2 Uji mutu fisik sediaan effervescent adalah pemeriksaan untuk mengetahui

mutu fisik atau kualitas fisik suatu produk effervescent berupa waktu alir,

pengetapan, waktu larut dan volunter.

1.7.3 Uji khasiat adalah uji pemeriksaan yang dilakukan pada hewan uji untuk

mengetahui khasiat suatu produk.

1.7.4 Asam Urat adalah asam urat merupakan hasil akhir metabolisme purin

dalam tubuh yang tidak memiliki fungsi fisiologis sehingga dianggap

produk buangan, dan dalam jumlah yang berlebih menyebabkan nyeri pada

persendian.

1.7.5 Mencit merupakan hewan pengerat yang sering digunakan dalam

penelitian praklinik, memiliki suhu badan normal 37,50C dan dapat hidup

hingga 1-1,5 tahun.

1.7.6 Standar Deviasi adalah pengukuran untuk penyimpangan standar yang

konsisten untuk semua distibusi normal.


6

1.7.7 Koevisien Variasi merupakan suatu ukuran variansi yang dapat digunakan

untuk membandingkan suatu distribusi data yang mempunyai satuan yang

berbeda.
7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Tanaman Jahe Merah

2.1.1 Klasifikasi Tanaman

Tanaman jahe merah (Zingiber officinale Rosc.) dalam sistematika

tumbuhan adalah:

Divisio : Spermatophyta
Sub divisio : Angiospermae
Kelas : Monocotyledoneae
Ordo : Zingiberales
Familia : Zingiberaceae
Genus : Zingiber
Spesies : Zingiber officinale Rosc.

2.1.2 Morfologi Tanaman Jahe Merah

Herba, tegak, tinggi sekitar 30-60 cm. Batang semu, beralur, berwarna

hijau. Daun tunggal, berwarna hijau tua. Helai daun berbentuk lanset, tepi rata,

ujung runcing, dan pangkalnya tumpul. Panjang daun lebih kurang 20-40 cm dan

lebarnya sekitar 2-4 cm. Bunga majemuk berbentuk bulir, tangkai perbungaan

panjangnya lebih kurang 25 cm, berwarna hijau merah. Kelopak berbentuk

tabung, bergigi tiga. Mahkota bunga berbentuk corong panjangnya. 2-2,5 cm,

berwarna ungu. Buah kotak berbentuk bulat sampai bulat panjang, berwarna

coklat. Biji bulat berwarna hitam. Akar serabut, berwarna putih kotor.

Rimpangnya bercabang-cabang, tebal dan agak melebar (tidak silindris), berwarna

kuning pucat. Bagian dalam rimpang berserat agak kasar, berwarna kuning muda

dengan ujung merah muda. Rimpang berbau khas, dan rasanya pedas

menyegarkan.
7
8

2.1.3 Khasiat Tanaman Jahe Merah

Produk utama tanaman jahe merah adalah rimpang jahe, yang

mengandung oleoresin (gingerol, shogaol). Minyak atsiri (sineol, linaloal

limonene, zingiberol, zingiberen kamfena), caprylic acid, capsaicin, chlorogenic

acid, farnesal, farnesense, farnesol, dan unsure pati seperti tepung kanji. Jahe

merah (Zingiber officinale Rosc) dapat digunakan sebagai obat antiemetik atau

obat antimuntah (Arifin, 2007 ,dalam ervina 2010).

Sifat khas jahe merah disebabkan adanya minyak atsiri dan oleoresin jahe.

Aroma harum jahe disebabkan oleh minyak atsiri, sedangkan oleoresinnya

menyebabkan rasa pedas. Minyak atsiri dapat diperoleh atau diisolasi dengan

destilasi uap dari rhizoma jahe kering. Minyak atsiri jahe merah berbentuk cairan

kental berwarna kehijauan sampai kuning, berbau harum tetapi tidak memiliki

komponen pembentuk rasa pedas. Kandungan minyak atsiri dalam jahe merah

kering sekitar 1 – 3 persen. Komponen utama minyak atsiri jahe merah yang

menyebabkan bau harum adalah zingiberen dan zingiberol, Sedangkan oleoresin

jahe merah diperoleh dengan metode ekstraksi. Oleoresin banyak mengandung

komponen pembentuk rasa pedas yang tidak menguap. Komponen dalam

oleoresin jahe merah terdiri atas gingerol dan zingiberen, shagaol, minyak atsiri

dan resin. Pemberi rasa pedas dalam jahe merah yang utama adalah zingiberol dan

komponen kimia yang berpotensi menurunkan asam urat adalah gingerol dan

shagaol, kedua zat aktif tersebut dapat mengurangi pembentukan senyawa xantin

dan membantu sekresi asam urat yang terbentuk melalui ginjal (Sutrisno,2008).

Oleoresin berasal dari kata ―oleo yang berarti minyak dan ―resin yang berarti

damar. Jadi oleoresin adalah minyak dan damar yang merupakan campuran
9

minyak atsiri sebagai pembawa aroma dan sejenis damar sebagai pembawa rasa.

Oleoresin merupakan suatu gugusan kimia yang cukup komplek susunan

kimianya. Oleoresin berupa minyak berwarna cokelat tua sampai hitam

(ramadhan, dkk. 2010).

2.2 Effervecsent

Effervescent merupakan sediaan tidak bersalut yang dibuat dengan cara

mencampur bahan-bahan aktif berupa sumber asam dan sumber basa (karbonat),

seperti asam sitrat atau asam tartrat dan natrium bikarbonat. Bila sediaan seperti

ini dimasukkan ke dalam air, mulailah terjadi reaksi kimia antara asam dan

natrium bikarbonat sehingga terbentuk garam natrium dari asam dan

menghasilkan CO2 serta air. Reaksinya cukup cepat dan biasanya selesai dalam

waktu satu menit atau kurang. Di samping menghasilkan larutan yang jernih,

granul juga menghasilkan rasa yang enak karena adanya karbonat yang membantu

memperbaiki rasa obat tertentu. Dalam pembuatan sediaan effervescent, hal yang

harus diperhatikan yaitu bagaimana menentukan formula yang tepat sehingga

sediaannya dapat menghasilkan pembuih yang efektif, sediaan yang stabil, dan

menghasilkan produk yang nyaman. Keuntungan sediaan effervescent sebagai

bentuk sediaan obat adalah kemungkinan penyiapan larutan dalam waktu seketika

yang mengandung dosis obat yang tepat (Banker dan Anderson, 1986, dalam

Ervina 2010)

2.2.1 Sumber Asam

Sumber asam yaitu bahan yang mengandung asam atau yang dapat

membuat suasana asam pada campuran effervescent. Sumber asam direaksikan

dengan air akan terhidrolisa kemudian melepaskan asam yang dalam proses
10

selanjutnya menghasilkan CO2 (Mohrle, 1989). Sumber asam yang umum

digunakan dalam pembuatan sediaan effervescent adalah asam sitrat dan asam

tartat. Asam sitrat mempunyai kelarutan yang tinggi dalam air dan mudah

diperoleh dalam bentuk granul (Ansel et al., 2005). Menurut (Mohrle, 1989),

keasaman sangat penting dalam proses reaksi effervescent, dan ini didapat dari

tiga sumber asam yang mengandung asam tersebut, yaitu:

1. Asam bebas

Asam bebas adalah asam yang mengandung asam atau bahan yang bisa

memberikan suasana asam pada campuran effervescent, seperti:Asam sitrat (citric

acid), Asam tartrat (tartaric acid), Asam malat (malic acid). Asam-asam seperti

halnya bahan pengasam sangatlah penting untuk pembuatan effervescent. Jika

direaksikan dengan air, bahan asam akan terhidrolisa kemudian akan melepaskan

asam yang dalam proses selanjutnya akan bereaksi dengan bahan-bahan karbonat

yang kemudian menjadi bagian dari proses effervescent

2. Asam anhidrat (acid anhydrides)

Asam anhidrat dapat digunakan sebagai sumber asam pada pembuatan

sediaan efervessent. Pada asam anhidrat ini tidak terdapat air kristal, contohnya

asam suksinat dan asam anhidrat.

3. Asam garam

Asam dalam bentuk garam lebih mudah larut dalam air, contohnya

natrium dehidrogen fosfat.

2.2.2 Sumber Karbonat

Bahan karbonat sebagai salah satu bahan yang digunakan untuk

menimbulkan gas karbondioksida pada sediaan effervescent. Sumber karbonat


11

yang biasa digunakan dalam pembuatan sediaan effervescent adalah natrium

karbonat dan natrium bikarbonat. Keduanya adalah paling reaktif. Dalam sediaan

effervescent natrium karbonat merupakan sumber karbon yang paling utama, yang

dapat larut sempurna, nonhigroskopis, murah, banyak tersedia secara komersial

mulai bentuk bubuk sampai granul, sehingga natrium karbonat lebih banyak

dipakai dalam pembuatan sediaan effervescent (Mohrle, 1989).

2.2.3 Bahan Tambahan Lain

Effervescent biasanya sering ditambahkan bahan pemanis, pewarna,

maupun perasa untuk memperbaiki penampilan sediaan akan tetapi yang

terpenting bahan tambahan tersebut mudah larut dalam air agar tidak

meninggalkan residu (Lindberg dkk, 1992). Garam effervescent merupakan granul

atau serbuk kasar sampai kasar sekali dan mengandung unsur obat dalam

campuran kering, biasanya terdiri dari natrium bikarbonat, asam sitrat dan asam

tartrat, bila ditambah dengan air, asam dan basanya bereaksi membebaskan

karbondioksida sehingga menghasilkan buih (Ansel, 1969).

2.3 Asam Urat

Cincin purin disusun dari berbagai prekursor, yaitu glutamin, glisin,


10
aspartat, metilantetrahidrofolat, N -formiltetrahidrofolat dan CO . Pada manusia,
2

asam urat berasal dari makanan yang mengandung purin dan dari sintesis

nukleotida purin. Sintesis purin de novo terjadi pada 5-phosphoribosyl-1-

pyrophosphate yang secara enzimatis diubah menjadi asam inosinat lalu diubah

lagi menjadi asam nukleat atau dipecah menjadi xantin yang akan membentuk

asam urat. Sintesis nukleotida purin berlangsung melalui bantuan enzim yang

disintesis oleh substrat basa purin. Asam urat didistribusikan ke dalam cairan
12

ekstraseluler sebagai sodium urat. Jumlah urat dalam darah tergantung pada

pemasukan purin, biosintesis purin dan laju ekskresi urat.

Manusia mengubah nukleosida purin utama, adenosin dan guanin menjadi

asam urat. Pertama-tama adenosin mengalami deaminasi menjadi inosin oleh

enzim adenosin deaminase. Fosforolisis ikatan N-glikosidat inosin dan guanosin,

yang dikatalisis oleh enzim nukleosida purin fosforilase, akan melepaskan

senyawa ribosa 1- fosfat dan basa purin. Selanjutnya hipoxantin dan guanin

membentuk xantin oleh reaksi yang masing-masing dikatalisis oleh enzim

oksidase dan guanase. Kemudian xantin teroksidasi menjadi asam urat dalam

reaksi kedua yang dikatalisis oleh enzim xantin oksidase (Fitria, 2008). Sebagian

kecil dari asam urat digunakan kembali untuk sintesis inti sel, sisanya dikeluarkan

lewat ginjal (70%) dan usus (30%) (Tjay dan Raharja, 2002).

Gambar 1. Pembentukan Asam Urat Dari Nukleotida Purin Melalui Basa Purin
Hipoxantin, Xantin dan Guanin (Rodwell et al., 2000 dalam Fitria
2008)
13

2.3.1 Pengobatan Asam Urat dengan Obat Sintetis

Penatalaksanaan dapat berupa diet rendah purin, menguruskan badan

apabila terlalu gemuk, menghindari konsumsi alkohol, memperbanyak minum air

putih.

Obat-obat yang digunakan sebagai terapi hiperurisemia antara yaitu :

1). Non Steroid Anti Inflammatory Drug (NSAID). NSAID digunakan untuk

pengobatan gout akut, contohnya Indometasin.

2). Kolkisin. Kolkisin digunakan untuk pengobatan gout akut yang bekerja dengan

cara menghambat kemotaksis dan respon inflamasi kristal urat.

3). Urikosurik. Urikosurik digunakan untuk gout akut yang frekuensi nyerinya

meningkat. Obat ini bekerja dengan cara mengahambat reabsorpsi tubular dari

penyaringan urat dan mencegah pembentukan tofi, contohnya Probenesid dan

Sulfinpirazon.

4). Allopurinol. Allopirinol digunakan untuk produksi asam urat yang berlebih,

pasien yang tidak mempunyai respon terhadap obat urikosurik dan pasien gout

disertai batu ginjal. Obat ini bekerja dengan cara menghambat xantin oksidase

(Tierney et al., 2003 dalam fitria 2008)

Tempat kerja obat-obat tersebut dapat dilihat pada Gambar 2


14

Allopurinol merupakan suatu analog hipoxantin dengan atom N dan C

pada posisi 7 dan 8 saling bertukar, digunakan secara luas untuk mengatasi

penyakit pirai. Mekanisme kerja allopurinol, awalnya bertindak sebagai substrat

kemudian sebagai inhibitor xantin oksidase. Oksidase ini akan menghidroksilasi

alopurinol menjadi aloxantin (oksipurinol). Sintesis urat dari hipoxantin dan

xantin segera menurun setelah pemberian allopurinol. Itu sebabnya konsentrasi

hipoxantin dan xantin serum meningkat, sedang kadar asam urat menurun (Styer,

2000 dalam fitria 2008).

Bila allopurinol memberikan efek-efek samping yang tidak dapat diterima,

barulah digunakan digunakan urikosurik (probenesid dan sulfinpirazon) yang

memperbanyak ekskresi urat. Obat-obat tersebut menormalisir kadar urat darah

tetapi kadar urat dalam kemih tetap tinggi (Tjay dan Raharja, 2002). Mekanisme

reaksi allopurinol dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Mekanisme Penghambatan Allopurinol Terhadap Enzim Xantin

Oksidase Pada Pembentukan Asam Urat (Tjay dan Raharja, 2002)


15

2.4 Mencit

Tabel 2.1. Data biologik mencit normal


- Konsumsi pakan per hari 5 g (umur 8 minggu)
- Konsumsi air minum per hari 6,7 ml (umur 8 minggu)
- Diet protein 20-25%
- Ekskresi urine per hari 0,5-1 ml
- lama hidup 1,5 tahun
- Bobot badan dewasa
- Jantan 25-40 g
- Betina 20-40 g
1-1,5 g
- Bobot lahir 28-49 hari
- Dewasa kelamin (jantan=betina) 4-5 hari (polyestrus)
- Siklus estrus (menstruasi) 21 hari
- Umur sapih 10 hari
- Mulai makan pakan kering 1 jantan – 3 betina
- Rasio kawin 40
- Jumlah kromosom 37,5oC
- Suhu rektal 163 x/mn
- Laju respirasi 310 – 840 x/mn
- Denyut jantung 7,7 ml/Kg
- Pengambilan darah maksimum 8,7 – 10,5 X 106 / μl
- Jumlah sel darah merah (Erytrocyt) 13,4 g/dl
- Kadar haemoglobin(Hb) 44%
- Pack Cell Volume (PCV) 8,4 X 103 /μl
- Jumlah sel darah putih (Leucocyte)

a) Cara penanganan

Untuk memegang mencit yang akan diperlakukan (baik pemberian obat

maupun pengambilan darah) maka diperlukan cara-cara yang khusus sehingga

mempermudah cara perlakuannya. Secara alamiah mencit denderung menggigit

bila mendapat sedikit perlakuan kasar. Pengambilan mencit dari kandang

dilakukan dengan mengambil ekornya kemudian mencit ditaruh pada kawat kasa

dan ekornya sedikit ditarik. Cubit kulit bagian belakang kepala dan jepit ekornya

(Lihat gambar 4)
16

Gambar 4. Cara menghandel mencit untuk pemberian obat baik injeksi maupun
peroral

Disamping itu secara komersial telah diproduksi sebuah alat untuk

menghandel hewan laboratoium (mencit/tikus) dengan berbagai ukuran, sehingga

memudahkan peneliti untuk mengambil darah atau perlakuan lainnya (gambar 5).

Gambar 5. Alat penghandel hewan laboratorium khusus hewan pengerat


(rodensia)

b) Penandaan (identifikasi) hewan laboratorium.

Beberapa cara penandaan hewan lab. Dilakukan untuk mengetahui

kelompok hewan yang diperlakukan berbeda dengan kelompok lain. Penandaan

ini dapat dilakukan secara permanen untuk penelitian jangka panjang (kronis),

sehingga tanda tersebut tidak mudah hilang. Yaitu : dengan ear tag (anting

bernomor), tatoo pada ekor, melubangi daun telinga dan elektronik transponder.
17

c) Pengambilan darah

Pada umumnya pengambilan darah terlalu banyak pada hewan kecil dapat

menyebabkan shok hipovolemik, stress dan bahkan dapat menyebabkan kematian.

Tetapi bila dilakukan pengambilan sedikit darah tetapi sering, juga dapat

menyebabkan anemia. Pada umumnya pengambilan darah dilakukan sekitar 10%

dari total volume darah dalam tubuh dan dalam selang waktu 2-4 minggu. Atau

sekitar 1% dengan interval 24 jam. Total darah yang diambil sekitar 7,5% dari

bobot badan. Diperkirakan pemberian darah tambahan (exsanguination) sekitar

setengah dari total volume darah. Contohnya: Bobot 25g, total volume darah

1,875 ml, maksimum pengambilan darah 0,1875 ml, maka pemberian

exsanguination 0,9375 ml.

Pengambilan darah dapat dilakukan pada lokasi tertentu dari tubuh, yaitu:

- vena lateral dari ekor

- sinus orbitalis mata

- vena saphena (kaki)

- langsung dari jantung.

Tabel 2.2. Tempat pengambilan injeksi, volume dan ukuran jarum

IV IP IM SC Oral

Lokasi Lateral ekor Tidak Belakang


direkomendasi leher
Volume 0,2 ml 2-3 ml 2-3 ml 5-10 ml/Kg
Ukuran <25 guage <21guage <20 Jarum tumpul
jarum guage 22-24 guage
18

d) Euthanasia:

Dengan beberapa cara yaitu euthanasia dengan CO2, injeksi barbiturat

over dosis (200mg/Kg) IP atau dengan dislokasi maupun dekapitasi. Yang

terakhir perlu keahlian khusus dan bergantung pada tujuan dilakukan euthanasia.

e) Hiperurisemia

Kadar asam urat normal pada mencit adalah 0,5-1,4 mg/dl, dan mencit

dikatakan mengalami hiperurisemia bila kadar asam uratnya 1,7-3,0 mg/dl.

2.5 Uji Mutu Fisik dan Uji Khasiat

a. Waktu alir

Waktu alir yaitu waktu yang diperlukan untuk mengalirkan sejumlah

granul atau serbuk pada alat yang dipakai. Pada campuran serbuk atau granul sifat

alirnya dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya rapat jenis, porositas, bentuk

partikel, ukuran partikel, kondisi percobaan dan kandungan lembab (Voigt, 1984).

Diameter corong (bagian atas dan bawah) juga mempengaruhi waktu alir granul.

Serbuk atau granul dikatakan mempunyai sifat alir yang baik jika 100 gram granul

atau serbuk yang diuji mempunyai waktu alir ≤ 10 detik atau mempunyai

kecepatan alir 10 g/detik (Fudholi, 1983).

b. Pengetapan

Pengetapan menunjukkan penerapan volume sejumlah granul, serbuk

akibat hentakan atau tap dan getaran (vibrating). Faktor-faktor yang berpengaruh

adalah bentuk, kerapatan dan ukuran partikel. Makin kecil indeks pengetapan

makin kecil sifat alirnya. Granul atau serbuk dengan indeks pengetapan diatas

20% menunjukkan kemampuan mengalir yang buruk (Fassihi dan Kanfer, 1986).
19

c. Waktu Larut

Waktu larut didefinisikan sebagai waktu yang diperlukan untuk hancurnya

sediaan dalam media yang sesuai. Waktu larut dari sediaan effervescent

dipengaruhi oleh suhu pelarut. Pengaruh suhu dapat dilihat dari perbandingan

waktu larut masing-masing tablet dalam formula. Kecepatan reaksi kimia dapat

dipengaruhi oleh kenaikan suhu, karena suhu dapat meningkatkan energi,

sehingga atom-atom penyusun partikel lebih aktif untuk bergerak, menjadikan

lebih cepat bereaksi (Gunawan et al., 2003). Sediaan effervescent yang baik

mempunyai waktu larut tidak lebih dari 2 menit (Mohrle, 1989).

d. Uji Volunter

Uji Volunter merupakan salah satu uji sifat fisik granul yang menentukan

keberhasilan suatu formula sediaan effervescent (Gunawan et al.,2003, dalam

anggorowati 2010)

e. Uji Khasiat

Hewan uji yang telah dikondisikan dengan lingkungan tempat uji diukur

kadar asam urat serumnya sebagai kadar awal (normal) pada hari ke-0. Kemudian

hewan uji dibuat hiperurikemia dengan memberikan bahan peningkat kadar asam

urat (campuran jus hati ayam ras mentah 25 ml/Kg BB 2 kali sehari dan melinjo 2

g/Kg BB perhari) dimulai hari ke-0 sampai hari ke-7. Kadar asam urat serumnya

diukur pada saat hiperurikemia (hari ke-3 dan ke-7). Pada hari ke-8 sampai hari

ke-18 dimulai pemberian sediaan uji peroral, hari ke-13 dan hari ke-18 dilakukan

pengambilan serum hewan uji melalui vena ekor (Purwatiningsih, 2008).

Kemudian ditentukan kadar asam urat dengan test kit untuk mengetahui

penurunan kadar asam uratnya.


20

2.6 Kerangka Teori

Jahe merupakan tanaman rempah yang memiliki khasiat sebagai

antiemetik atau antimuntah, penghangat tubuh, stimulan, aromatik, antiseptik, dan

obat batuk. Penelitian ini menggunakan jahe merah segar dengan alasan untuk

mendapatkan nilai tambah dari jahe merah yang sebagian besar hanya digunakan

untuk bahan baku jamu gendong atau sekedar bumbu masak. Jahe mengandung

oleoresin (gingerol, shogaol). Minyak atsiri (sineol, linaloal limonene, zingiberol,

zingiberen kamfena), sehingga bisa digunakan untuk penurun asam urat dengan

mekanisme menekan prostagladin dan menghambat enzim siklo oksigenase

sehingga purin dalam tubuh dapat dikeluarkan melalui keringat, urin atau fases.

Jahe merah yang diperoleh dikondisikan dengan cara diangin-anginkan

untuk menghindari rusak atau hilangnya senyawa senyawa berkhasiat dalam jahe

karena pemanasan atau dijemur dibawah sinar matahari untuk mengurangi kadar

air dan mendapatkan jahe merah yang tingkat kekeringannya ralatif sama.

Ekstraksi jahe merah menggunakan metode sokhletasi dengan campuran

pelarut air dan etanol 70% , karena oleoresin jahe dapat tersari maksimal dengan

etanol, dan etanol juga berfungsi untuk mencegah pertumbuhan mikroorganisme.

Akan tetapi jahe rentan rusak dengan pemanasan langsung, sehingga digunakan

metode sokhletasi. Ekstraksi dengan sokhletasi menghasilkan ekstrak dengan

kandungan senyawa senyawa oleoresin yang larut dalam pelarut yang digunakan.

Ekstraksi dengan metode sokhletasi dilakukan selama dua jam atau hingga pelarut

dalam sirkulasi menjadi bening atau tidak bewarna.

Proses evaporasi menggunakan vaccum rotary evaporator yang bertujuan

untuk memisahkan ekstrak dengan etanol. Proses ini dilakukan pada suhu 80-90
21

o
C, sesuai dengan titik didih etanol. Pada saat proses evaporasi, etanol akan

menguap dan didinginkan di kondensor kemudian mengalir menuju wadah yang

disediakan. Proses evaporasi berakhir ketika sudah tidak ada lagi peristiwa

kondensasi pada kondensator. Setelah diperoleh ekstrak kental maka siap untuk

diformulasi dengan asam sitrat, natrium karbonat, asam tatrat, dan manitol dengan

metode granulasi kering. Granul yang sudah terbentuk diuji mutu granul dengan

parameter waktu alir, pengetapan, waktu larut dan uji volunter.

Setelah didapat granul yang memenuhi berbagai syarat dalam parameter

uji mutu, maka granul diuji khasiat penurun asam urat pada mencit dengan cara

granul dilarutkan dengan air dan diberikan peroral pada mencit dan dipantau kadar

asam uratnya dengan metode test kit. Dengan demikian kadar asam urat dalam

mencit dapat terpantau dengan mudah. Untuk metode test kit, diperlukan beberapa

pengamatan dan pembanding obat kimia untuk mengetahui tingkat penurunan

kadar asam urat pada mencit.


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian merupakan suatu proses dalam perencanaan

penelitian dan pelaksanaan penelitian. Hal ini dilakukan untuk mempermudah

dalam melaksanakan penelitian. Berdasarkan permasalahannya, penelitian ini

termasuk dalam penelitian deskriptif yang bertujuan untuk mengetahui mutu fisik

granul effervescent ekstrak jahe merah dan khasiat jahe merah dalam menurunkan

kadar asam urat mencit. Adapun tahapan-tahapan dalam penelitian ini meliputi

tahap persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap akhir.

3.1.1 Tahap Persiapan

Tahap persiapan dalam penelitian ini meliputi persiapan bahan, persiapan

alat, dan penyediaan hewan uji.

3.1.2 Tahap Pelaksanaan

Tahap ini meliputi sokhletasi jahe merah untuk memperoleh ekstrak, dan

pemanasan untuk memperoleh ekstrak kental. Selanjutnya dibuat sediaan granul

effervescent dan di uji mutu fisik dan uji khasiat sediaan effervescent pada mencit.

3.1.3 Tahap Akhir

Menganalisa data yang diperoleh dan menyimpulkannya.

3.2 Populasi dan Sampel

Populasi dan sampel dalam penelitian berikut adalah sediaan granul

effervescent jahe

22
23

3.3 Definisi Operasional Variable

Variabel penelitiannya penelitian ini terdapat dua variabel yaitu variabel

uji mutu fisik serbuk efferfescent jahe dan uji khasiat asam uratnya. Adapun

defenisi operasinal tertera pada tabel di bawah ini

Tabel 3.1 Definisi Operasional Variable

Variabel Sub Variabel Definisi Indikator Alat Ukur Skala Ukur


Uji mutu - Waktu alir Untuk Farmakope Stopwatch Nominal
fisik mengetahui Indonesia
granul sifat ailir (10gram/
detik)
granul

- Pengetapan Untuk Farmakope Gelas ukur Nominal


mengetahui Indonesia
penerapan (maks. 20%)
volume granul
akibat
hentakan
- Waktu Untuk Farmakope Stopwatch Nominal
larut mengetahui Indonesia
kecepatan (kurang dari
melarut granul 1 menit dan
tidak lebih
dari 2 menit)

- Uji Untuk Organoleptis Masyarakat Voluenter


Volunter mengetahui (warna, bau,
penerimaan rasa)
produk dari
masyarakat
Uji Untuk Adanya Test kit Kadar asam
khasiat mengetahui penurunan asam urat urat dalam
asam penurunan kadar asam darah (normal
urat kadar asam urat dalam 0,7-1,4 mg/dl,
granul urat pada darah mencit hiperurikmia
mencit sebelum dan 1,5-3,4 mg/dl)
sesudah
perlakuan
dengan
granul
effervescent
jahe merah
24

3.4 Lokasi dan Waktu Pelaksanaan

Pada proses pembuatan sediaan effervescent dan uji mutu dan uji khasiat

dilaksanakan di laboratorium Analisis Makanan dan Minuman serta labolatorium

Farmakognosi Akademi Analis Farmasi dan Makanan Yayasan Putra Indonesia

Malang. Waktu penelitian ini dilaksanakan mulai penyusunan proposal bulan

Desember 2011 sampai terselesaikannya karya tulis ilmiah ini.

3.5 Instrumen Penelitian

3.5.1 Alat

Adapun alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah gelas ukur 100ml

(kimax usa TD 200C), Corong glas (Herma), Stopwatch, Sokhlet (Pyrex),

Pemanas (Thermo Scientific), Tes kid ( Easy Touch GCU), Sonde (One Med

Disposabele Syringe), Ayakan mesh 12-14 (Restsch Germany), Oven (Wtc

Binder), Beaker glas (Pyrex)

3.5.2 Bahan (spesifikasi)

Adapun bahan yang digunakan dalam penelitian adalah Jahe merah,

Aquades, Mencit, Asam sitrat (food grade), Natrium karbonat (food grade),Etanol

70% , Manitol (food grade)

3.6 Pengumpulan data

Tahap-tahap yang dilakukan dalam pengumpulan data sebagai berikut:

3.6.1 Persiapan Bahan

Jahe merah kering yang diperoleh dikondisikan selama dua hari dengan

cara diangin-anginkan yang bertujuan untuk mengurangi kandungan air dan


25

mendapatkan jahe merah yang keringnya relatif sama antara satu rimpang dengan

rimpang yang lain. Selanjutnya dilakukan ekstraksi jahe merah kering.

3.6.2 Ekstraksi dengan Sokhletasi-Evaporasi

Proses dilakukan dengan cara : a)Menimbang jahe merah sebanyak 50

gram, b)Memasukkan dalam timbel dan isi labu dasar bulat dengan pelarut air dan

etanol 70%, c)Memanaskan pada suhu 900C, d)Melihat sirkulasi hingga bening

atau lima belas kali sirkulasi, e)Mengambil ekstrak yang didapatkan,

f)Memasukan ekstrak yang didapat dalam evaporator, g)Mengatur pada suhu

90oC, h)Mengevaporasi hingga didapatkan ekstrak kental

3.6.3 Pembuatan Granul Effervescent

Granul asam dan basa dibuat secara terpisah. Granul asam dibuat dengan

campuran ekstrak jahe merah, asam sitrat, asam tatrat, dan manitol. Granul basa

dibuat dengan campuran natrium bikarbonat, dan manitol. Granul asam dan granul

basa masing-masing dihomogenkan kemudian dikeringkan dalam oven (suhu ±

40C) selama 1 hari, lalu dihancurkan untuk mendapatkan granul dengan ukuran

tertentu (dengan menggunakan ayakan ukuran mesh 12). Granul asam dan basa

yang terbentuk dihomogenkan, lalu dikeringkan dalam oven (suhu ±40° C) hingga

granul kering.

3.6.4 Uji Mutu Fisik Granul Effervescent

1. Waktu Alir

Proses dilakukan dengan cara : a)Menimbang 100 gram granul,

b)Memasukan dalam corong glas yang ditutup ujungnya, c)Melepas penyumbat

ujung corong glas, d)Mencatat waktu saat granul telah habis selesai mengalir
26

2. Pengetapan

Proses dilakukan dengan cara : a)Menimbang 100 gram granul,

b)Memasukan gelas ukur dan dicatat volumenya, c)Memampatkan 500 kali

ketukan, d)Mencatat volume dan amati granul setelah dimampatkan

3. Waktu Larut

Proses dilakukan dengan cara : a)Menimbang 5 gram granul, b)Melarutkan

dengan 100 ml aquades, c)Menghitung waktu mulai granul melarut hingga larut

sempurna

4. Uji Volunter

Proses dilakukan dengan cara : a)Menimbang 5 gram granul, b)Melarutkan

dengan 100 ml aquades, c)Menguji rasa pada 20 orang hasil sampling

3.6.5 Pengkondisian Asam Urat

- Untuk kontrol positif proses dilakukan dengan cara : a)Memuasakan

mencit selama 1 hari pada tempat uji, b)Mengukur kadar asam urat normal

mencit, c)Memberi bahan pengikat asam urat( campuran jus hati ayam mentah 25

ml/kg BB 2 hari sekali, dan melinjo 2g/kg BB perhari) dimulai hari ke-0 hingga

hari ke 7, d)Mengukur Kadar asam urat pada hari ke 3 dan 7 untuk mengetahui

tingkat hiperurikmia mencit, e)Memberi obat kimia allopurinol pada hari ke-8

hingga ke-18, f)Mengukur penurunan asam urat pada hari ke-19.

- Untuk kontrol negatif proses dilakukan dengan cara : a)Memuasakan

mencit selama 1 hari pada tempat uji, b)Mengukur kadar asam urat normal

mencit, c)Memberi bahan pengikat asam urat( campuran jus hati ayam mentah 25
27

ml/kg BB 2 hari sekali, dan melinjo 2g/kg BB perhari) dimulai hari ke-0 hingga

hari ke 7, d)Mengukur Kadar asam urat pada hari ke 3 dan 7 untuk mengetahui

tingkat hiperurikmia mencit.

- Untuk perlakuan proses dilakukan dengan cara : a)Memuasakan

mencit selama 1 hari pada tempat uji, b)Mengukur kadar asam urat normal

mencit, c)Memberi bahan pengikat asam urat( campuran jus hati ayam mentah 25

ml/kg BB 2 hari sekali, dan melinjo 2g/kg BB perhari) dimulai hari ke-0 hingga

hari ke 7, d)Mengukur Kadar asam urat pada hari ke 3 dan 7 untuk mengetahui

tingkat hiperurikmia mencit, e)Memberi larutan granul effervescent jahe merah

pada hari ke-8 hingga ke-18, f)Mengukur penurunan asam urat pada hari ke-19

3.6.6 Perhitungan Dosis

Tabel 3.2 dosis formulasi granul effervescent

Bahan Jumlah (miligram)


Ekstrak 63,3
Asam sitrat 535
Asam tatrat 1.065
Natrium bikarbonat 2.400
Manitol 937
TOTAL 5.000

3.6.7 Uji Khasiat Granul Effervescent

a. Timbang 5gram granul dan larutkan dengan 100ml aquades

b. Mengambil 0,26 ml larutan

c. Minumkan pada mencit dengan bantuan sonde

d. Dilakukan 4x sehari, tiap pagi, siang, sore, dan malam

e. Amati tiap 5 hari sekali kadar asam urat dengan alat test kit asam urat
28

3.7 Analisis Data

Tabel 3.3 Penentuan Uji Mutu Granul Effervescent

Uji Mutu Granul Hasil


Waktu Alir
Pengetapan
Waktu Larut
Uji Volunter Warna :
Bau :
Rasa :

Tabel 3.4 Penentuan Uji Khasiat Granul Evervessent

Hari 0 3 7 13 18 19
Kadar
Asam
Urat

3.7.1 Dihitung standar deviasi dan koefisien variasi

Untuk melihat ketelitian masing-masing pengamatan dihitung standar deviasi

(SD) dan koefisien variasi (Kv) dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

SD =  n = jumlah sampel

KV= x 100% X1 = kadar sampel

Keterangan : x = kadar rata-rata sampel

SD = standar deviasi Kv = koefisien variasi


BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Jahe Merah

Jahe merah yang diperoleh merupakan jahe merah basah yang harus

dikondisikan dengan cara diangin-anginkan untuk menghindari rusak atau

hilangnya zat aktif karena pemanasan, atau dijemur dibawah sinar matahari untuk

mengurangi kadar air dan mendapatkan jahe merah yang tingkat kekeringannya

relatif sama serta agar jahe merah yang diperoleh lebih tahan lama dalam

penyimpanan. Setelah diperoleh jahe merah kering, maka jahe merah dihaluskan

dengan blender untuk memperluas permukaan, sehingga mempermudah saat

proses penyarian

4.2 Ekstrak Jahe Merah

Ekstrak kental yang dihasilkan dari ekstraksi jahe merah (Zingiber

officinale Rosc) menggunakan metode ekstraksi soxhletasi adalah sebanyak 95

gram dari 500 gram jahe merah kering. Soxhletasi dilakukan sebanyak 10 kali

dengan masing-masing ekstrak yang didapat sebanyak 9,5 g tiap ekstraksi.

4.3 Effervescent Jahe

Effervescent jahe menggunakan metode granulasi kering dengan

mencampur granul asam dan granul basa dalam campurannya. Dengan formulasi

yang ditunjukkan pada tabel 4.1.

29
30

Tabel 4.1 Formulasi Effervesen

Bahan Konsentrasi (%) Massa bahan (g)


Ekstrak jahe merah 1,26 1,890
Manitol 18,74 28,110
Natrium bikarbonat 48 72,0
Asam sitrat 10,7 16,05
Asam tartat 21,3 31,95
Berdasarkan formulasi tersebut dihasilkan granul effervescent sebanyak 150g

dengan tiap 5g mengandung 1,26% ekstrak jahe merah.

4.4 Hasil Uji Mutu Fisik Jahe Merah Effervescent

4.4.1 Hasil dari Pemeriksaan Mutu Fisik granul effervescent ekstrak jahe merah

terhadap Uji Waktu Alir

Tabel 4.2 Hasil Uji Waktu Alir


Pengamatan Hasil Uji

1 9,32 detik

2 9,35 detik

3 9,35 detik

= 9,34

= 0,0001
31

KV = x100 %

= 0,0934%

Uji waktu alir granul effervescent ekstrak jahe merah rata-rata 9,34 detik,

R-I 9,32 detik , R-II 9,35 detik, R-III 9,35 detik. Persyaratan waktu alir yang baik

adalah kurang dari 10 detik. Dari hasil penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa

pengamatan I, II, III memenuhi persyaratan.

4.4.2 Hasil dari Pemeriksaan Mutu Fisik granul effervescent ekstrak jahe merah

terhadap Uji Waktu larut

Tabel 4.3 Hasil Uji Waktu Larut

Pengamatan Hasil Uji

1 40,09 detik

2 40,54 detik

3 40,28 detik
32

SD =

= 0,034

KV = 100 %

= X 100 % =0,084 %

Hasil uji waktu larut granul effervescent ekstrak jahe merah rata-rata 40,30

detik, R-I 40,09 detik, R-II 40,54 detik, R-III 42,28. Sedangkan dalam persyaratan

untuk melarutkan 1 sachet dibutuhkan waktu < 1 menit, sehingga dapat diketahui

bahwa granul mempunyai waktu larut yang baik dan memenuhi standart.

4.4.3 Hasil dari Pemeriksaan Mutu Fisik granul effervescent ekstrak jahe merah

terhadap Uji Pengentapan

Indeks = Volume awal – volume akhir x 100 %

Indeks 1 = 100 ml – 85 ml x 100 % = 15 %

Indeks 2 = 100 ml – 84 ml x 100 % = 16 %

Indeks 3 = 100 ml – 82 ml x 100 % = 18 %

X= = = 16,33 %
33

Hasil uji pengentapan granul effervescent ekstrak jahe merah rata-rata 12,33 % ,

R-I 15%, R-II 16%, R-III 18%. Sedangkan dalam persyaratan indeks pengetapan

yang baik adalah < 20 %, sehingga dapat diketahui bahwa granul mempunyai

indeks pengentapan yang baik dan memenuhi standart.

4.4.4 Hasil dari Pemeriksaan Mutu Fisik granul effervescent ekstrak jahe merah

terhadap Uji Tanggapan Rasa

Tabel 4.4 Hasil Uji Organoleptis

No / Uji Warna Bau Rasa


1 90 70 50
2 75 75 50
3 60 50 50
4 60 65 50
5 60 60 50
6 80 70 50
7 70 75 50
8 75 75 50
9 75 70 50
10 80 75 50
11 75 80 50
12 80 80 50
13 90 90 50
14 75 80 50
15 80 75 50
16 85 90 50
17 80 80 50
18 75 85 50
19 80 85 50
20 85 90 50
total 1530 1525 1000

Warna = 1530 / 20 = 76,5

Bau = 1495 / 20 = 76,25

Rasa = 1000 / 20 = 50
34

Keterangan nilai

Tidak disukai = 50 – 62,5

Kurang disukai = 62,6- 75,1

Disukai = 75,2- 87,7

Sangat disukai = 87,8- 100

Hasil uji tanggapan rasa granul effervescent ekstrak jahe merah meliputi warna,

bau, dan rasa memiliki nilai 76,5, 76,25 dan 50. Sehingga dapat dikatakan bahwa

untuk uji warna dan bau disukai, sedangkan untuk rasa tidak disukai.

4.5 Hasil Potensi Granul Effervescent Ekstrak Jahe Merah sebagai


Penurun Asam Urat

Tabel 4.5.1 Hasil Pengukuran Kadar Asam Urat Kontrol positif

(mencit +allopurinol)
Pengamatan
Awal Induksi konsentrat Induksi Allopurinol penurunan

Hari ke-0 Hari ke-3 Hari ke-7 Hari ke-13 Hari ke-18 Hari ke-19

1 1,1 mg/dl 5,1 mg/dl 11,5 mg/dl 10 mg/dl 9,2 mg/dl 2,3 mg/dl
2 1 mg/dl 5 mg/dl 11,3 mg/dl 9,7 mg/dl 8,8 mg/dl 2,5 mg/dl
3 1,2mg/dl 5,3 mg/dl 11,7 mg/dl 10,3 mg/dl 9,4 mg/dl 2,3 mg/dl

Tabel 4.5.2 Hasil Pengukuran Kadar Asam Urat Kontrol negatif

(mencit +konsentrat)
Pengamatan
Awal Induksi konsentrat Tanpa Perlakuan penurunan

Hari ke-0 Hari ke-3 Hari ke-7 Hari ke-13 Hari ke-18 Hari ke-19

1 1 mg/dl 5,7 mg/dl 12,3 mg/dl 12,7 mg/dl 13,3 mg/dl -


2 1,1 mg/dl 6,0 mg/dl 12,4 mg/dl 13,0 mg/dl 13,5 mg/dl -
3 1,3 mg/dl 5,9 mg/dl 12,3 mg/dl 12,9 mg/dl 13,7 mg/dl -
35

Tabel 4.5.3 Hasil Pengukuran Kadar Asam Urat Perlakuan


(mencit +larutan granul effervescent)
Pengamatan
Awal Induksi konsentrat Induksi Lar. Granul penurunan
Effvescent

Hari ke-0 Hari ke-3 Hari ke-7 Hari ke-13 Hari ke-18 Hari ke-19

1 1,2 mg/dl 5,1 mg/dl 11,7 mg/dl 11,0 mg/dl 9,5 mg/dl 2,2 mg/dl
2 1 mg/dl 4,9 mg/dl 11,5 mg/dl 10,7 mg/dl 9,1 mg/dl 2,4 mg/dl
3 1,1mg/dl 5,3 mg/dl 11,3 mg/dl 10,7 mg/dl 9,3 mg/dl 2 mg/dl

Keterangan :
Kontrol positif `: pemberian mencit dengan obat kimia.
Kontrol negatif : perlakuan mencit tanpa obat kimia ataupun granul effervescent.
Perlakuan : pemberian mencit dengan larutan granul effervescent.
Hari ke-0 : pengukuran kadar asam urat mencit setelah dipuasakan 1hari
atau sebelum mencit diberi perlakuan .
Hari ke-3 : pengukuran kadar asam urat mencit setelah diberi perlakuan
dengan pemberian konsentrat peninggi asam urat.
Hari ke-7 : pengukuran kadar asam urat mencit setelah diberi perlakuan
dengan pemberian konsentrat peninggi asam urat
Hari ke-13 : pengukuran kadar asam urat mencit setelah diberi perlakuan
dengan pemberian allopurinol atau larutan granul effervescent.
Hari ke-18 : pengukuran kadar asam urat mencit setelah diberi perlakuan
dengan pemberian allopurinol atau larutan granul effervescent.
Hari ke-19 : pengukuran penurunan kadar asam urat mencit.

X=

= 2,2
36

SD =

=0,02

KV = 100 %

= 0,9

Hasil uji khasiat granul effervescent ekstrak jahe merah rata-rata 2,2 mg/dl , R-I

2,2 mg/dl, R-II 2,4 mg/dl, R-III 2 mg/dl. Sehingga dapat diketahui bahwa granul

effervescent ekstrak jahe merah dapat menurunkan kadar asam urat mencit.
BAB V

PEMBAHASAN

Jahe merupakan tanaman rempah yang memiliki khasiat sebagai

antiemetik atau antimuntah, penghangat tubuh, stimulan, aromatik, antiseptik, dan

obat batuk. Pada penelitian ini digunakan jahe merah segar dengan alasan untuk

mendapatkan nilai tambah dari jahe merah yang sebagian besar hanya digunakan

untuk bahan baku jamu gendong atau sekedar bumbu masak.

Jahe mengandung oleoresin (gingerol, shogaol). Minyak atsiri (sineol,

linaloal limonene, zingiberol, zingiberen kamfena), sehingga bisa digunakan

untuk penurun asam urat dengan mekanisme menekan prostagladin dan

menghambat enzim siklo oksigenase sehingga purin dalam tubuh dapat

dikeluarkan melalui keringat, urin atau fases (Sutrisno,2008). Jahe merah basah

yang diperoleh dikondisikan dengan cara diangin-anginkan untuk menghindari

rusak atau hilangnya senyawa aktif karena pemanasan atau dijemur dibawah sinar

matahari untuk mengurangi kadar air dan mendapatkan jahe merah yang tingkat

kekeringannya relatif sama.

Ekstraksi jahe merah menggunakan metode sokhletasi dengan campuran

pelarut air dan etanol 70% , karena oleoresin jahe dapat tersari maksimal dengan

etanol, dan etanol juga berfungsi untuk mencegah pertumbuhan mikroorganisme.

Ekstraksi dengan sokhletasi menghasilkan ekstrak dengan kandungan senyawa

senyawa oleoresin yang larut dalam pelarut yang digunakan. Ekstraksi dengan

metode sokhletasi dilakukan selama dua hingga empat jam atau hingga pelarut

37
38

dalam sirkulasi menjadi bening atau tidak bewarna. Setelah proses sokhletasi

dilakukan proses evaporasi menggunakan vaccum rotary evaporator yang

bertujuan untuk memisahkan ekstrak dengan etanol. Proses ini dilakukan pada

suhu 85oC, sesuai dengan titik didih etanol. Pada saat proses evaporasi, etanol

akan menguap dan didinginkan di kondensor kemudian mengalir menuju wadah

yang disediakan. Proses evaporasi berakhir ketika sudah tidak ada lagi peristiwa

kondensasi pada kondensator. Setelah diperoleh ekstrak kental maka siap untuk

diformulasi dengan asam sitrat, natrium karbonat, asam tatrat,dan manitol dengan

metode granulasi kering, yaitu memisahkan antara granul asam (campuran asam

sitrat, asam tatrat, ekstrak, dan manitol) dan granul basa (natrium bikarbonat dan

manitol), setelah granul asam dan granul basa dibentuk pada ayakan 12 mesh lalu

dioven pada suhu 30-40 derajat selama 24 jam dan bila benar benar telah kering

maka granul asam dan basa dicampurkan dan diayak pada ayakan 14 mesh dan

dioven pada suhu 30-40 derajat selama 6 jam.

Setelah semua telah dipersiapkan, kemudian dilakukan uji mutu fisik

dengan berbagai macam uji, di antaranya yaitu uji waktu alir, uji pengatapan, uji

kelarutan, uji tanggapan rasa, dan uji khasiat.

Pada uji waktu alir granul effervescent ekstrak jahe merah dari

pengamatan 1,2, dan 3 rata –ratanya memenuhi standart,yaitu dengan rata – rata

9,34 detik , karena pada literatur untuk mengalirkan 100 g serbuk dibutuhkan

waktu < 10 detik sehingga serbuk tersebut dapat dikatakan memiliki waktu alir

yang baik. Uji waktu alir yang baik memiliki pengaruh pada beberapa faktor

diantaranya rapat jenis, porositas, bentuk partikel, ukuran partikel, kondisi

percobaan dan kandungan lembab (Voigt, 1984), sehingga sangat penting

38
39

memperhatikan hal tersebut selama proses pembuatan agar didapatkan granul

dengan waktu alir yang baik.

Pada uji waktu larut granul effervescent ekstrak jahe merah, rata-rata yang

didapat adalah 40,30 detik, itu berarti rata – ratanya memenuhi standart, karena

waktu yang diperoleh kurang dari 1 menit. sehingga dapat diketahui bahwa

granul mempunyai waktu larut yang baik. Waktu larut dipengaruhi oleh besar

kecil ukuran partikel dari zat terlarut serta komposisi asam basa dalam formula.

Semakin kecil zat terlarut maka semakin cepat zat terlarut tersebut larut dalam

pelarutnya sedangkan komposisi asam basa dalam formula juga berpean penting

dalam proses waktu larut, karena bila komposisi tidak tepat akan meninggalkan

sisa asam atau basa yang dapat berpengaruh terhadap kelarutan sediaan.

Pada uji pengetapan granul effervescent ekstrak jahe merah , rata rata yang

didapat adalah 16,33 %, yang masih memenuhi indeks pengentapan yang baik

dan memenuhi standart, indeks pengetapan yang baik adalah < 20 %. Proses

pengetapan juga turut mendukung waktu alir karena uji pengetapan dipengaruhi

rapat jenis, porositas, bentuk partikel, ukuran partikel, kondisi percobaan dan

kandungan lembab. Sehingga uji pengetapan dan waktu alir saling mendukung.

Pada uji tanggapan rasa diketahui nilai penerimaan warna 76,5, aroma

76,25, dan rasa 50, yang dapat dikatakan bahwa volunter kurang menyukai warna

dan bau, dan tidak menyukai rasa. Hal ini dikarenakan pada pembuatan granul

effervescent tidak menggunakan pewarna, perasa dan aroma tambahan. Rasa jahe

tertutup rasa asam tatrat yang terlalu banyak dalam formula, sehingga larutan

effervescent terasa asin agak asam. Begitu juga dengan warna dan aroma granul

yang dihasilkan kurang menarik dan kurang tercium aroma jahe merahnya.

39
40

Pada uji khasiat diketahui rata rata nilai penurunan kadar asam urat mencit

perlakuan dalam 10 hari adalah 2,2 mg/dl dari pengamatan 1 (2,2 mg/dl), 2 (2,4

mg/dl), 3 (2 mg/dl). Sedangkan untuk kontrol negatif mengalami kenaikan yang

dikarenakan faktor makanan yang mengandung purin, untuk kontrol positif

dengan penambahan allopurnol penurunan yang terjadi dari pengamatan 1

(2,3mg/dl), 2 (2,5mg/dl), 3 (2,3mg/dl) Hal ini dapat dikatakan bahwa ekstrak jahe

merah memiliki potensi sebagai obat penurun asam urat.

40
BAB VI

PENUTUP

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa :

a) Hasil evaluasi mutu fisik sediaan granul effervescent ekstrak jahe merah

memiliki hasil rata – rata uji waktu alir 9,34 detik, hasil rata - rata uji waktu

larut 40,30 detik, hasil rata - rata uji pengentapan 16,33 %, hasil uji tanggapan

rasa granul effervescent untuk warna dan bau kurang disukai dengan nilai 76,5

dan 76,25, serta rasa yang tidak disukai dengan nilai 50. Berdasarkan hasil

evaluasi mutu fisik, granul effervescent jahe merah memenuhi syarat yang

terdapat pada Farmakope Indonesia, akan tetapi rasa pada granul effervescent

tidak disukai.

b) Hasil uji khasiat granul effervescent ekstrak jahe merah dapat menurunkan

kadar asam urat mencit hingga 2,2 mg/dl. Dan dapat dikatakan bahwa jahe merah

mampu digunakan untuk pengobatan asam urat.

6.2 Saran

Dilakukan penelitian lanjutan guna mendapatkan formula yang lebih tepat

untuk membuat produk granul yang lebih baik. baik dalam segi penampilan, rasa,

mutu fisik maupun khasiat yang lebih baik, terutama pada rasa sediaan.

41
42

DAFTAR RUJUKAN

Anief, M., 1987, Ilmu Meracik Obat Teori dan Praktek, Penerbit Universitas
Gadjah Mada,Yogyakarta.
Anonim. 1974. Ekstra Farmakope Indonesia. Jakarta: Departemen Kesehatan
Republik Indonesia.
Anonim, 1979, Farmakope Indonesia, Edisi III, Departemen Kesehatan Republik
Indonesia, Jakarta.
Anonim, 1995, Farmakope Indonesia, Edisi IV, 45, 649, Departemen Republik
Indonesia, Jakarta.
Anonim. 1989. Material Medika Indonesia Jilid VI. Jakarta: Departemen
Kesehatan Republik Indonesia.
Ansel, H. C., 1989, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, Edisi IV, 605-607,
diterjemahkan oleh Farida Ibrahim, Universitas Indonesia Press, Jakarta.
Anshory, Hady, dkk. Formulasi Tablet Efervessent dari Ekstrak Ginseng Jawa
(Talinum paniculatum) Dengan Variasi Pemanis Aspartam. Universitas
Islam Indonesia
Dewoto, Hedi R. 2007. Pengembangan Obat Tradisional Indonesia Menjadi
Fitofarmaka. Departemen Farmakologi, Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia, Jakarta
Dwiyanti, Siska. Efek Anti Asam Urat Hasil Fraksinasi Dari Ekstrak Daun
Kembang Sungsang (Gloriosa Superba Linn.) Terhadap Tikus Putih
Diabetes. Fakultas Farmasi UHAMKA. Jakarta
Ervina, Aan Tri. 2010. Formulasi Tablet Effervescent Ekstrak Jahe Merah
(Zingiber officinale Rosc) Dengan Kombinasi Asam Sitrat Dan Asam Malat
Sebagai Sumber Asam Dan Natrium Karbonat Sebagai Sumber Basa.
Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Lestari, agatha budi susiana. 2010. Pengaruh asam fumarat-natrium bikarbonat
terhadap kualitas granul effervescent teh hijau secara granulasi kering.
Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Majalah Farmasi
Indonesia, 21(4), 231 – 237, 2010
Purwatiningsih, Arif. Efek Hipourekimia Ekstrak Daun Kepel [Stelechocarpus
burahol (Bl.) Hook.f.& Th.] Terhadap Allopurinol Secara In Vivo. Fakultas
Farmasi Universitas Gajah Mada Yogyakarta.
43

Rahayu, Fitri. 2010. Formulasi Sediaan Cheweable Lozenges Yang Mengandung


Ekstrak Jahe Merah (Zingiber officinale Rosc.Var.Rubrum). Fakultas
Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta
Ramadhan, Ahmad Eka dan Haries. 2010. Pengaruh Konsentrasi Etanol, Suhu dan
Jumlah Stage pada Ekstraksi Oleoresin Jahe (Zingiber officinale Rosc)
Secara Batch. Fakultas Teknik Universitas Diponegoro Semarang
Restiani, Kusumaning Dyah. 2009. Uji Efek Sediaan Serbuk Instan Rimpang Jahe
(Zingiber officinale Roscoe) Sebagai Tonikum Terhadap Mencit Jantan
Galur Swiss Webster. Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah
Surakarta.
Tjay, T.H. dan Rahardja, K., 2002, Obat-obat Penting: Khasiat, Penggunaan dan
Efek-efek Sampingnya, Edisi IV, 295-296, PT Elex Media Komputindo,
Jakarta.
Voigt, Rudolf, 1984, Teknologi Farmasi, Diterjemahkan oleh Soendari Noerono
Soewandhi, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta
http://asamurat.org/2009/12/definisi-asam-urat.html (diakses pada 16 desember
2011)
Koswara, Sutrisno. Jahe, Rimpang Dengan Sejuta Khasiat. Ebookpangan.com
(diakses pada 16 desember 2011)
Widita, Prima Widya. Jahe (Zingiber officinale). http://fpk.unair.ac.id (diakses
pada 12 desember 2011)
44

Lampiran 1. Diagram Alir Pembuatan Serbuk Jahe Merah

Jahe merah
basah

Dicuci

Dirajang atau dipotong tipis


tipis

Diangin anginkan atau


dipanaskan hingga kering

Diahaluskan

Serbuk Jahe Merah


45

Lampiran 2. Diagram Alir Ekstraksi Jahe Merah Serbuk

500 gram serbuk jahe


merah sokhlet selama 4 jam atau hingga
bening

dievaporator dengan suhu 85-105 ekstrak jahe merah


cair

ekstrak jahe merah


kental
46

Lampiran 3. Diagram Alir Pembuatan Granul Effervescent

asam sitrat asam tatrat manitol natrium manitol


bikarbonat

ekstak kental

oven suhu 30-40C(24


jam)

granul asam granul basa

oven suhu 30-40C(6 jam)

granul effevescent
47

Lampiran 4. Uji Mutu Fisik Granul Effervescent

waktu alir

100gram granul
dihitung kecepatan
mengalir / detik

pengetapan

100 ml granul dihitung persen


penyusutan

500x hentakan

Waktu larut

5 gram granul 100 ml air dihitung kecepatan


larut / detik
48

Lampiran 5. Perhitungan Dosis Uji Khasiat

Dosis empiris = 10 gram jahe basah

Jahe yang digunakan = 1500 gram jahe basah

Berat ekstrak yang dihasilkan = 95 gram ekstrak kental

Faktor konversi mencit = 0,0026

Dosis 1x pakai untuk manusia =

= ekstrak

Dosis 1x pakai untuk mencit = 63,3 x 0,0026 = 0,16458 mg ekstrak

Dosis pemberian larutan granul effervescent

Dosis untuk manusia x faktor konversi mencit = α mencit

63,3 x 0,0026 = 0,16458

Larutan

Dosis allupurinol

Dosis untuk manusia = 150 mg

Dosis untuk mencit = 150 mg x 0,0026 =0,39 mg

Stok larutan allopurinol 1% b/v

= 1 g/100 ml = 1000 mg/100 ml

Volume pemberian parasetamol= dosis untuk mencit / konsentrasi allopurinol

= 0,39 / (1000/100ml) = 0,039 ml


49

Lampiran 6. Uji Khasiat Granul Effervescent

adaptasi 24 jam

I induksi melinjo
dan jus hati ayam

cek asam urat

Induksi Tanpa
Induksi
larutan induksi apapun
larutan
allopurinol
effervescent

cek asam urat


Dihitung
penurunan yang
terjadi

Anda mungkin juga menyukai