OLEH
NIM 09.011
AGUSTUS 2012
UJI MUTU FISIK DAN UJI KHASIAT GRANUL EFFERVESCENT
Diajukan Kepada
Akademi Analis Farmasi dan Makanan Putra Indonesia Malang
untuk memenuhi salah satu persyaratan
dalam menyelesaikan program D III
bidang Analis Farmasi dan Makanan
OLEH
NIM 09.011
AGUSTUS 2012
LEMBAR PERSEMBAHAN
Dengan Menyebut Nama Allah Swt Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang
“Dan jika kamu mengitung hitung nikmat ALLAH, niscaya kamu tak dapat
Karya Tulis ini aku persembahkan untuk orang-orang yang slalu ada di hati
Someone like you, ku nanti engkau dalam sujud panjang untuk menjadi
Prasetyan, Galih Adi. 2012. Uji Mutu Fisik Dan Uji Khasiat Granul Effervescent
Ekstrak Jahe Merah (Zingiber officinale Rosc.) Sebagai Penurun Asam
Urat Pada Mencit (Mus Musculus). Karya Tulis Ilmiah. Akademi Analis
Farmasi dan Makanan Putera Indonesia Malang.
Pembimbing Ibu Misgiati, A.Md., M.Pd
Kata Kunci: Ekstrak Jahe merah, Granul Effervescent, Uji Mutu Fisik, Uji
Khasiat, Asam Urat
Tanaman jahe merah atau Zingiber officinale Rosc. secara empirik telah
digunakan dalam pengobatan asam urat oleh masyarakat. Beberapa penelitian
pendukung juga telah dilakukan. Akan tetapi penggunaanya hanya sebatas jamu
gendong atau serbuk.
Penelitian ini bertujuan untuk membuat formulasi granul effervescent dan
melihat seberapa besar potensi ekstrak jahe merah sebagai penurun asam urat
yang meliputi uji mutu fisi granul dan uji khasiat penurun asam urat.
Formulasi granul effervescent ekstrak jahe merah menggunakan metode
granulasi kering dengan bahan asam sitrat, asam tatrat, natrium bikarbonat,
manitol.
Uji mutu fisik meliputi waktu alir, waktu larut, pengentapan dan uji
volunter. Uji khasiat penurun asam urat dilakukan dengan cara sebanyak 9 ekor
tikus dibagi dalam 3 kelompok (tiap kelompok 3 ekor). Tiap kelompok mendapat
perlakuan sebagai berikut: Kelompok I: Kontrol positif (induksi allupurinol),
Kontrol negatif (hanya diberi pakan), Kelompok perlakuan (induksi larutan
effervescent ekstrak jahe merah 0,26 ml).
Hasil uji menunjukan potensi jahe merah sebagai penurun kadar asam urat
darah pada tikus dan uji mutu fisik granul effervescent ekstrak jahe merah
memenuhi persyaratan yang terdapat pada farmakope indonesia.
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
Ilmiah yang berjudul “ Uji Mutu Fisik Dan Uji Khasiat Granul Effervescent
Ekstrak Jahe Merah (Zingiber officinale Rosc.) Sebagai Penurun Asam Urat Pada
Adapun tujuan Karya Tulis Ilmiah ini adalah sebagai persyaratan untuk
5. Bapak dan Ibu Dosen Akademi Analis Farmasi dan Makanan serta semua
staff
ii
7. Teman-teman mahasiswa, dan semua pihak yang telah memberikan
langsung.
mempunyai beberapa kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran akan sangat
diharapkan.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
ABSTRAK.................... ................................................................................ i
BAB 1 PENDAHULUAN
iv
2.4 Mencit ...................................................................................... 15
BAB IV HASIL
v
BAB V PEMBAHASAN
Pembahasan .................................................................................... 37
BAB VI PENUTUP
vi
DAFTAR LAMPIRAN
vii
viii
1
BAB I
PENDAHULUAN
yang paling banyak digunakan secara empiris oleh masyarakat dalam rangka
tetapi khasiat dan keamananya belum terbukti secara klinis. Selain itu belum
tersebut.
Akan tetapi obat tradisional yang dikenal masyarakat hanya terbatas pada bentuk
jamu cair ataupun serbuk yang masih memiliki banyak kekurangan seperti
kurang seragam.
dijumpai, jika pun ada hanya terbatas pada produk produk obat kimia.
Effervescent merupakan salah satu bentuk sediaan yang dibuat dengan cara
asam sitrat atau asam malat dan natrium karbonat. Jika dimasukkan dalam air,
1
2
mulai terjadi reaksi kimia antara asam dan natrium karbonat membentuk garam
natrium dari asam dan menghasilkan gas CO2 serta air. Effervescent juga
beberapa sediaan tertentu (Banker dan Anderson, 1994, dalam Ervina 2010).
antara lain lebih praktis, tidak mudah tercemar mikroorganisme, lebih mudah
penggunaanya.
jahe. Tanaman jahe merupakan salah satu tanaman asli Indonesia yang banyak
tersebar di pulau jawa. Jahe ditanam sebagai tanaman obat keluarga, tetapi pada
daratan rendah maupun di dataran tinggi pada ketinggian 0-1250 meter di atas
permukaan laut. Jahe memiliki bentuk dan aroma yang khas, serta kandungan
kimia tanaman jahe merah meliputi oleoresin (gingerol, shogaol). Minyak atsiri
capsaicin, chlorogenic acid, farnesal, farnesense, farnesol, dan unsur pati seperti
tepung kanji (Ervina, 2010). Selain itu jahe juga memiliki banyak manfaat, yaitu
sebagai penambah bumbu dapur, pengobatan darah tinggi, diabetes, asam urat dan
oleoresin (gingerol, shogaol) pada jahe berpotensi menurunkan kadar asam urat
siklo oksigenase sehingga purin dalam tubuh dapat dikeluarkan melalui keringat,
Asam urat merupakan substansi hasil pemecahan purin atau produk sisa
dalam tubuh yang merupakan hasil dari katabolisme purin yang dibantu oleh
enzim guanase dan xanthine oxidase. Asam urat ini dibawa ke ginjal melalui
aliran darah untuk dikeluarkan bersama urin, jika terjadi gangguan eliminasi asam
urat melalui ginjal yang disebabkan menurunnya sekresi asam urat kedalam tubuli
ginjal, sehingga akan terjadi peningkatan kadar asam urat dalam darah, hal ini
dapat berkembang menjadi gout dan pirai, yaitu penyakit yang menyerang sendi
(Saputra, 2008).
mutu fisik dan uji khasiat granul effervessent ekstrak jahe merah sebagai penurun
asam urat pada mencit. Pada penelitian ini akan dilakukan pembuatan granul
granul maka akan diujikan pada mencit yang diperlakukan agar memiliki kadar
asam urat tinggi, sehingga dapat diukur khasiat ekstrak jahe dalam menurunkan
1.2.1 Bagaimana mutu fisik pada sediaan granul ekstrak jahe merah
effervescent?
1.2.2 Bagaimana khasiat jahe ekstrak merah effervescent sebagai penurun asam
1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui mutu fisik pada sediaan granul effervescent ekstrak jahe
1.3.2 Untuk mengtahui khasiat granul effervescent ekstrak jahe merah dalam
1.4 Kegunaan
memiliki nilai tambah dan berdaya guna dalam penurunan asam urat.
1.5.2 Pengujian pada mencit dapat merupakan metode yang dapat digunakan
effervescent, uji mutu fisik granul effervescent ekstrak jahe merah, uji khasiat
granul effervescent ekstrak jahe merah pada mencit dan perhitungan penurunan
jahe merah, yang diperoleh di daerah malang dengan masa pemanenan 9-10 bulan.
Uji volunter dilakukan pada orang dewasa antara umur 30-50 tahun tanpa
membedakan gender.
1.7.2 Uji mutu fisik sediaan effervescent adalah pemeriksaan untuk mengetahui
mutu fisik atau kualitas fisik suatu produk effervescent berupa waktu alir,
1.7.3 Uji khasiat adalah uji pemeriksaan yang dilakukan pada hewan uji untuk
1.7.4 Asam Urat adalah asam urat merupakan hasil akhir metabolisme purin
produk buangan, dan dalam jumlah yang berlebih menyebabkan nyeri pada
persendian.
penelitian praklinik, memiliki suhu badan normal 37,50C dan dapat hidup
1.7.7 Koevisien Variasi merupakan suatu ukuran variansi yang dapat digunakan
berbeda.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
tumbuhan adalah:
Divisio : Spermatophyta
Sub divisio : Angiospermae
Kelas : Monocotyledoneae
Ordo : Zingiberales
Familia : Zingiberaceae
Genus : Zingiber
Spesies : Zingiber officinale Rosc.
Herba, tegak, tinggi sekitar 30-60 cm. Batang semu, beralur, berwarna
hijau. Daun tunggal, berwarna hijau tua. Helai daun berbentuk lanset, tepi rata,
ujung runcing, dan pangkalnya tumpul. Panjang daun lebih kurang 20-40 cm dan
lebarnya sekitar 2-4 cm. Bunga majemuk berbentuk bulir, tangkai perbungaan
tabung, bergigi tiga. Mahkota bunga berbentuk corong panjangnya. 2-2,5 cm,
berwarna ungu. Buah kotak berbentuk bulat sampai bulat panjang, berwarna
coklat. Biji bulat berwarna hitam. Akar serabut, berwarna putih kotor.
kuning pucat. Bagian dalam rimpang berserat agak kasar, berwarna kuning muda
dengan ujung merah muda. Rimpang berbau khas, dan rasanya pedas
menyegarkan.
7
8
acid, farnesal, farnesense, farnesol, dan unsure pati seperti tepung kanji. Jahe
merah (Zingiber officinale Rosc) dapat digunakan sebagai obat antiemetik atau
Sifat khas jahe merah disebabkan adanya minyak atsiri dan oleoresin jahe.
menyebabkan rasa pedas. Minyak atsiri dapat diperoleh atau diisolasi dengan
destilasi uap dari rhizoma jahe kering. Minyak atsiri jahe merah berbentuk cairan
kental berwarna kehijauan sampai kuning, berbau harum tetapi tidak memiliki
komponen pembentuk rasa pedas. Kandungan minyak atsiri dalam jahe merah
kering sekitar 1 – 3 persen. Komponen utama minyak atsiri jahe merah yang
oleoresin jahe merah terdiri atas gingerol dan zingiberen, shagaol, minyak atsiri
dan resin. Pemberi rasa pedas dalam jahe merah yang utama adalah zingiberol dan
komponen kimia yang berpotensi menurunkan asam urat adalah gingerol dan
shagaol, kedua zat aktif tersebut dapat mengurangi pembentukan senyawa xantin
dan membantu sekresi asam urat yang terbentuk melalui ginjal (Sutrisno,2008).
Oleoresin berasal dari kata ―oleo yang berarti minyak dan ―resin yang berarti
damar. Jadi oleoresin adalah minyak dan damar yang merupakan campuran
9
minyak atsiri sebagai pembawa aroma dan sejenis damar sebagai pembawa rasa.
2.2 Effervecsent
mencampur bahan-bahan aktif berupa sumber asam dan sumber basa (karbonat),
seperti asam sitrat atau asam tartrat dan natrium bikarbonat. Bila sediaan seperti
ini dimasukkan ke dalam air, mulailah terjadi reaksi kimia antara asam dan
menghasilkan CO2 serta air. Reaksinya cukup cepat dan biasanya selesai dalam
waktu satu menit atau kurang. Di samping menghasilkan larutan yang jernih,
granul juga menghasilkan rasa yang enak karena adanya karbonat yang membantu
memperbaiki rasa obat tertentu. Dalam pembuatan sediaan effervescent, hal yang
sediaannya dapat menghasilkan pembuih yang efektif, sediaan yang stabil, dan
bentuk sediaan obat adalah kemungkinan penyiapan larutan dalam waktu seketika
yang mengandung dosis obat yang tepat (Banker dan Anderson, 1986, dalam
Ervina 2010)
Sumber asam yaitu bahan yang mengandung asam atau yang dapat
dengan air akan terhidrolisa kemudian melepaskan asam yang dalam proses
10
digunakan dalam pembuatan sediaan effervescent adalah asam sitrat dan asam
tartat. Asam sitrat mempunyai kelarutan yang tinggi dalam air dan mudah
diperoleh dalam bentuk granul (Ansel et al., 2005). Menurut (Mohrle, 1989),
keasaman sangat penting dalam proses reaksi effervescent, dan ini didapat dari
1. Asam bebas
Asam bebas adalah asam yang mengandung asam atau bahan yang bisa
acid), Asam tartrat (tartaric acid), Asam malat (malic acid). Asam-asam seperti
direaksikan dengan air, bahan asam akan terhidrolisa kemudian akan melepaskan
asam yang dalam proses selanjutnya akan bereaksi dengan bahan-bahan karbonat
sediaan efervessent. Pada asam anhidrat ini tidak terdapat air kristal, contohnya
3. Asam garam
Asam dalam bentuk garam lebih mudah larut dalam air, contohnya
karbonat dan natrium bikarbonat. Keduanya adalah paling reaktif. Dalam sediaan
effervescent natrium karbonat merupakan sumber karbon yang paling utama, yang
mulai bentuk bubuk sampai granul, sehingga natrium karbonat lebih banyak
terpenting bahan tambahan tersebut mudah larut dalam air agar tidak
atau serbuk kasar sampai kasar sekali dan mengandung unsur obat dalam
campuran kering, biasanya terdiri dari natrium bikarbonat, asam sitrat dan asam
tartrat, bila ditambah dengan air, asam dan basanya bereaksi membebaskan
asam urat berasal dari makanan yang mengandung purin dan dari sintesis
pyrophosphate yang secara enzimatis diubah menjadi asam inosinat lalu diubah
lagi menjadi asam nukleat atau dipecah menjadi xantin yang akan membentuk
asam urat. Sintesis nukleotida purin berlangsung melalui bantuan enzim yang
disintesis oleh substrat basa purin. Asam urat didistribusikan ke dalam cairan
12
ekstraseluler sebagai sodium urat. Jumlah urat dalam darah tergantung pada
senyawa ribosa 1- fosfat dan basa purin. Selanjutnya hipoxantin dan guanin
oksidase dan guanase. Kemudian xantin teroksidasi menjadi asam urat dalam
reaksi kedua yang dikatalisis oleh enzim xantin oksidase (Fitria, 2008). Sebagian
kecil dari asam urat digunakan kembali untuk sintesis inti sel, sisanya dikeluarkan
lewat ginjal (70%) dan usus (30%) (Tjay dan Raharja, 2002).
Gambar 1. Pembentukan Asam Urat Dari Nukleotida Purin Melalui Basa Purin
Hipoxantin, Xantin dan Guanin (Rodwell et al., 2000 dalam Fitria
2008)
13
putih.
1). Non Steroid Anti Inflammatory Drug (NSAID). NSAID digunakan untuk
2). Kolkisin. Kolkisin digunakan untuk pengobatan gout akut yang bekerja dengan
3). Urikosurik. Urikosurik digunakan untuk gout akut yang frekuensi nyerinya
meningkat. Obat ini bekerja dengan cara mengahambat reabsorpsi tubular dari
Sulfinpirazon.
4). Allopurinol. Allopirinol digunakan untuk produksi asam urat yang berlebih,
pasien yang tidak mempunyai respon terhadap obat urikosurik dan pasien gout
disertai batu ginjal. Obat ini bekerja dengan cara menghambat xantin oksidase
pada posisi 7 dan 8 saling bertukar, digunakan secara luas untuk mengatasi
hipoxantin dan xantin serum meningkat, sedang kadar asam urat menurun (Styer,
tetapi kadar urat dalam kemih tetap tinggi (Tjay dan Raharja, 2002). Mekanisme
2.4 Mencit
a) Cara penanganan
dilakukan dengan mengambil ekornya kemudian mencit ditaruh pada kawat kasa
dan ekornya sedikit ditarik. Cubit kulit bagian belakang kepala dan jepit ekornya
(Lihat gambar 4)
16
Gambar 4. Cara menghandel mencit untuk pemberian obat baik injeksi maupun
peroral
memudahkan peneliti untuk mengambil darah atau perlakuan lainnya (gambar 5).
ini dapat dilakukan secara permanen untuk penelitian jangka panjang (kronis),
sehingga tanda tersebut tidak mudah hilang. Yaitu : dengan ear tag (anting
bernomor), tatoo pada ekor, melubangi daun telinga dan elektronik transponder.
17
c) Pengambilan darah
Pada umumnya pengambilan darah terlalu banyak pada hewan kecil dapat
Tetapi bila dilakukan pengambilan sedikit darah tetapi sering, juga dapat
dari total volume darah dalam tubuh dan dalam selang waktu 2-4 minggu. Atau
sekitar 1% dengan interval 24 jam. Total darah yang diambil sekitar 7,5% dari
setengah dari total volume darah. Contohnya: Bobot 25g, total volume darah
Pengambilan darah dapat dilakukan pada lokasi tertentu dari tubuh, yaitu:
IV IP IM SC Oral
d) Euthanasia:
terakhir perlu keahlian khusus dan bergantung pada tujuan dilakukan euthanasia.
e) Hiperurisemia
Kadar asam urat normal pada mencit adalah 0,5-1,4 mg/dl, dan mencit
a. Waktu alir
granul atau serbuk pada alat yang dipakai. Pada campuran serbuk atau granul sifat
alirnya dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya rapat jenis, porositas, bentuk
partikel, ukuran partikel, kondisi percobaan dan kandungan lembab (Voigt, 1984).
Diameter corong (bagian atas dan bawah) juga mempengaruhi waktu alir granul.
Serbuk atau granul dikatakan mempunyai sifat alir yang baik jika 100 gram granul
atau serbuk yang diuji mempunyai waktu alir ≤ 10 detik atau mempunyai
b. Pengetapan
akibat hentakan atau tap dan getaran (vibrating). Faktor-faktor yang berpengaruh
adalah bentuk, kerapatan dan ukuran partikel. Makin kecil indeks pengetapan
makin kecil sifat alirnya. Granul atau serbuk dengan indeks pengetapan diatas
20% menunjukkan kemampuan mengalir yang buruk (Fassihi dan Kanfer, 1986).
19
c. Waktu Larut
sediaan dalam media yang sesuai. Waktu larut dari sediaan effervescent
dipengaruhi oleh suhu pelarut. Pengaruh suhu dapat dilihat dari perbandingan
waktu larut masing-masing tablet dalam formula. Kecepatan reaksi kimia dapat
lebih cepat bereaksi (Gunawan et al., 2003). Sediaan effervescent yang baik
d. Uji Volunter
Uji Volunter merupakan salah satu uji sifat fisik granul yang menentukan
anggorowati 2010)
e. Uji Khasiat
Hewan uji yang telah dikondisikan dengan lingkungan tempat uji diukur
kadar asam urat serumnya sebagai kadar awal (normal) pada hari ke-0. Kemudian
hewan uji dibuat hiperurikemia dengan memberikan bahan peningkat kadar asam
urat (campuran jus hati ayam ras mentah 25 ml/Kg BB 2 kali sehari dan melinjo 2
g/Kg BB perhari) dimulai hari ke-0 sampai hari ke-7. Kadar asam urat serumnya
diukur pada saat hiperurikemia (hari ke-3 dan ke-7). Pada hari ke-8 sampai hari
ke-18 dimulai pemberian sediaan uji peroral, hari ke-13 dan hari ke-18 dilakukan
Kemudian ditentukan kadar asam urat dengan test kit untuk mengetahui
obat batuk. Penelitian ini menggunakan jahe merah segar dengan alasan untuk
mendapatkan nilai tambah dari jahe merah yang sebagian besar hanya digunakan
untuk bahan baku jamu gendong atau sekedar bumbu masak. Jahe mengandung
zingiberen kamfena), sehingga bisa digunakan untuk penurun asam urat dengan
sehingga purin dalam tubuh dapat dikeluarkan melalui keringat, urin atau fases.
untuk menghindari rusak atau hilangnya senyawa senyawa berkhasiat dalam jahe
karena pemanasan atau dijemur dibawah sinar matahari untuk mengurangi kadar
air dan mendapatkan jahe merah yang tingkat kekeringannya ralatif sama.
pelarut air dan etanol 70% , karena oleoresin jahe dapat tersari maksimal dengan
Akan tetapi jahe rentan rusak dengan pemanasan langsung, sehingga digunakan
kandungan senyawa senyawa oleoresin yang larut dalam pelarut yang digunakan.
Ekstraksi dengan metode sokhletasi dilakukan selama dua jam atau hingga pelarut
untuk memisahkan ekstrak dengan etanol. Proses ini dilakukan pada suhu 80-90
21
o
C, sesuai dengan titik didih etanol. Pada saat proses evaporasi, etanol akan
disediakan. Proses evaporasi berakhir ketika sudah tidak ada lagi peristiwa
kondensasi pada kondensator. Setelah diperoleh ekstrak kental maka siap untuk
diformulasi dengan asam sitrat, natrium karbonat, asam tatrat, dan manitol dengan
metode granulasi kering. Granul yang sudah terbentuk diuji mutu granul dengan
uji mutu, maka granul diuji khasiat penurun asam urat pada mencit dengan cara
granul dilarutkan dengan air dan diberikan peroral pada mencit dan dipantau kadar
asam uratnya dengan metode test kit. Dengan demikian kadar asam urat dalam
mencit dapat terpantau dengan mudah. Untuk metode test kit, diperlukan beberapa
METODOLOGI PENELITIAN
termasuk dalam penelitian deskriptif yang bertujuan untuk mengetahui mutu fisik
granul effervescent ekstrak jahe merah dan khasiat jahe merah dalam menurunkan
kadar asam urat mencit. Adapun tahapan-tahapan dalam penelitian ini meliputi
Tahap ini meliputi sokhletasi jahe merah untuk memperoleh ekstrak, dan
effervescent dan di uji mutu fisik dan uji khasiat sediaan effervescent pada mencit.
effervescent jahe
22
23
uji mutu fisik serbuk efferfescent jahe dan uji khasiat asam uratnya. Adapun
Pada proses pembuatan sediaan effervescent dan uji mutu dan uji khasiat
3.5.1 Alat
Adapun alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah gelas ukur 100ml
Pemanas (Thermo Scientific), Tes kid ( Easy Touch GCU), Sonde (One Med
Aquades, Mencit, Asam sitrat (food grade), Natrium karbonat (food grade),Etanol
Jahe merah kering yang diperoleh dikondisikan selama dua hari dengan
mendapatkan jahe merah yang keringnya relatif sama antara satu rimpang dengan
gram, b)Memasukkan dalam timbel dan isi labu dasar bulat dengan pelarut air dan
etanol 70%, c)Memanaskan pada suhu 900C, d)Melihat sirkulasi hingga bening
Granul asam dan basa dibuat secara terpisah. Granul asam dibuat dengan
campuran ekstrak jahe merah, asam sitrat, asam tatrat, dan manitol. Granul basa
dibuat dengan campuran natrium bikarbonat, dan manitol. Granul asam dan granul
40C) selama 1 hari, lalu dihancurkan untuk mendapatkan granul dengan ukuran
tertentu (dengan menggunakan ayakan ukuran mesh 12). Granul asam dan basa
yang terbentuk dihomogenkan, lalu dikeringkan dalam oven (suhu ±40° C) hingga
granul kering.
1. Waktu Alir
ujung corong glas, d)Mencatat waktu saat granul telah habis selesai mengalir
26
2. Pengetapan
3. Waktu Larut
dengan 100 ml aquades, c)Menghitung waktu mulai granul melarut hingga larut
sempurna
4. Uji Volunter
mencit selama 1 hari pada tempat uji, b)Mengukur kadar asam urat normal
mencit, c)Memberi bahan pengikat asam urat( campuran jus hati ayam mentah 25
ml/kg BB 2 hari sekali, dan melinjo 2g/kg BB perhari) dimulai hari ke-0 hingga
hari ke 7, d)Mengukur Kadar asam urat pada hari ke 3 dan 7 untuk mengetahui
tingkat hiperurikmia mencit, e)Memberi obat kimia allopurinol pada hari ke-8
mencit selama 1 hari pada tempat uji, b)Mengukur kadar asam urat normal
mencit, c)Memberi bahan pengikat asam urat( campuran jus hati ayam mentah 25
27
ml/kg BB 2 hari sekali, dan melinjo 2g/kg BB perhari) dimulai hari ke-0 hingga
hari ke 7, d)Mengukur Kadar asam urat pada hari ke 3 dan 7 untuk mengetahui
mencit selama 1 hari pada tempat uji, b)Mengukur kadar asam urat normal
mencit, c)Memberi bahan pengikat asam urat( campuran jus hati ayam mentah 25
ml/kg BB 2 hari sekali, dan melinjo 2g/kg BB perhari) dimulai hari ke-0 hingga
hari ke 7, d)Mengukur Kadar asam urat pada hari ke 3 dan 7 untuk mengetahui
pada hari ke-8 hingga ke-18, f)Mengukur penurunan asam urat pada hari ke-19
e. Amati tiap 5 hari sekali kadar asam urat dengan alat test kit asam urat
28
Hari 0 3 7 13 18 19
Kadar
Asam
Urat
(SD) dan koefisien variasi (Kv) dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
SD = n = jumlah sampel
HASIL PENELITIAN
Jahe merah yang diperoleh merupakan jahe merah basah yang harus
hilangnya zat aktif karena pemanasan, atau dijemur dibawah sinar matahari untuk
mengurangi kadar air dan mendapatkan jahe merah yang tingkat kekeringannya
relatif sama serta agar jahe merah yang diperoleh lebih tahan lama dalam
penyimpanan. Setelah diperoleh jahe merah kering, maka jahe merah dihaluskan
proses penyarian
gram dari 500 gram jahe merah kering. Soxhletasi dilakukan sebanyak 10 kali
mencampur granul asam dan granul basa dalam campurannya. Dengan formulasi
29
30
4.4.1 Hasil dari Pemeriksaan Mutu Fisik granul effervescent ekstrak jahe merah
1 9,32 detik
2 9,35 detik
3 9,35 detik
= 9,34
= 0,0001
31
KV = x100 %
= 0,0934%
Uji waktu alir granul effervescent ekstrak jahe merah rata-rata 9,34 detik,
R-I 9,32 detik , R-II 9,35 detik, R-III 9,35 detik. Persyaratan waktu alir yang baik
adalah kurang dari 10 detik. Dari hasil penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa
4.4.2 Hasil dari Pemeriksaan Mutu Fisik granul effervescent ekstrak jahe merah
1 40,09 detik
2 40,54 detik
3 40,28 detik
32
SD =
= 0,034
KV = 100 %
= X 100 % =0,084 %
Hasil uji waktu larut granul effervescent ekstrak jahe merah rata-rata 40,30
detik, R-I 40,09 detik, R-II 40,54 detik, R-III 42,28. Sedangkan dalam persyaratan
untuk melarutkan 1 sachet dibutuhkan waktu < 1 menit, sehingga dapat diketahui
bahwa granul mempunyai waktu larut yang baik dan memenuhi standart.
4.4.3 Hasil dari Pemeriksaan Mutu Fisik granul effervescent ekstrak jahe merah
X= = = 16,33 %
33
Hasil uji pengentapan granul effervescent ekstrak jahe merah rata-rata 12,33 % ,
R-I 15%, R-II 16%, R-III 18%. Sedangkan dalam persyaratan indeks pengetapan
yang baik adalah < 20 %, sehingga dapat diketahui bahwa granul mempunyai
4.4.4 Hasil dari Pemeriksaan Mutu Fisik granul effervescent ekstrak jahe merah
Rasa = 1000 / 20 = 50
34
Keterangan nilai
Hasil uji tanggapan rasa granul effervescent ekstrak jahe merah meliputi warna,
bau, dan rasa memiliki nilai 76,5, 76,25 dan 50. Sehingga dapat dikatakan bahwa
untuk uji warna dan bau disukai, sedangkan untuk rasa tidak disukai.
(mencit +allopurinol)
Pengamatan
Awal Induksi konsentrat Induksi Allopurinol penurunan
Hari ke-0 Hari ke-3 Hari ke-7 Hari ke-13 Hari ke-18 Hari ke-19
1 1,1 mg/dl 5,1 mg/dl 11,5 mg/dl 10 mg/dl 9,2 mg/dl 2,3 mg/dl
2 1 mg/dl 5 mg/dl 11,3 mg/dl 9,7 mg/dl 8,8 mg/dl 2,5 mg/dl
3 1,2mg/dl 5,3 mg/dl 11,7 mg/dl 10,3 mg/dl 9,4 mg/dl 2,3 mg/dl
(mencit +konsentrat)
Pengamatan
Awal Induksi konsentrat Tanpa Perlakuan penurunan
Hari ke-0 Hari ke-3 Hari ke-7 Hari ke-13 Hari ke-18 Hari ke-19
Hari ke-0 Hari ke-3 Hari ke-7 Hari ke-13 Hari ke-18 Hari ke-19
1 1,2 mg/dl 5,1 mg/dl 11,7 mg/dl 11,0 mg/dl 9,5 mg/dl 2,2 mg/dl
2 1 mg/dl 4,9 mg/dl 11,5 mg/dl 10,7 mg/dl 9,1 mg/dl 2,4 mg/dl
3 1,1mg/dl 5,3 mg/dl 11,3 mg/dl 10,7 mg/dl 9,3 mg/dl 2 mg/dl
Keterangan :
Kontrol positif `: pemberian mencit dengan obat kimia.
Kontrol negatif : perlakuan mencit tanpa obat kimia ataupun granul effervescent.
Perlakuan : pemberian mencit dengan larutan granul effervescent.
Hari ke-0 : pengukuran kadar asam urat mencit setelah dipuasakan 1hari
atau sebelum mencit diberi perlakuan .
Hari ke-3 : pengukuran kadar asam urat mencit setelah diberi perlakuan
dengan pemberian konsentrat peninggi asam urat.
Hari ke-7 : pengukuran kadar asam urat mencit setelah diberi perlakuan
dengan pemberian konsentrat peninggi asam urat
Hari ke-13 : pengukuran kadar asam urat mencit setelah diberi perlakuan
dengan pemberian allopurinol atau larutan granul effervescent.
Hari ke-18 : pengukuran kadar asam urat mencit setelah diberi perlakuan
dengan pemberian allopurinol atau larutan granul effervescent.
Hari ke-19 : pengukuran penurunan kadar asam urat mencit.
X=
= 2,2
36
SD =
=0,02
KV = 100 %
= 0,9
Hasil uji khasiat granul effervescent ekstrak jahe merah rata-rata 2,2 mg/dl , R-I
2,2 mg/dl, R-II 2,4 mg/dl, R-III 2 mg/dl. Sehingga dapat diketahui bahwa granul
effervescent ekstrak jahe merah dapat menurunkan kadar asam urat mencit.
BAB V
PEMBAHASAN
obat batuk. Pada penelitian ini digunakan jahe merah segar dengan alasan untuk
mendapatkan nilai tambah dari jahe merah yang sebagian besar hanya digunakan
dikeluarkan melalui keringat, urin atau fases (Sutrisno,2008). Jahe merah basah
rusak atau hilangnya senyawa aktif karena pemanasan atau dijemur dibawah sinar
matahari untuk mengurangi kadar air dan mendapatkan jahe merah yang tingkat
pelarut air dan etanol 70% , karena oleoresin jahe dapat tersari maksimal dengan
senyawa oleoresin yang larut dalam pelarut yang digunakan. Ekstraksi dengan
metode sokhletasi dilakukan selama dua hingga empat jam atau hingga pelarut
37
38
dalam sirkulasi menjadi bening atau tidak bewarna. Setelah proses sokhletasi
bertujuan untuk memisahkan ekstrak dengan etanol. Proses ini dilakukan pada
suhu 85oC, sesuai dengan titik didih etanol. Pada saat proses evaporasi, etanol
yang disediakan. Proses evaporasi berakhir ketika sudah tidak ada lagi peristiwa
kondensasi pada kondensator. Setelah diperoleh ekstrak kental maka siap untuk
diformulasi dengan asam sitrat, natrium karbonat, asam tatrat,dan manitol dengan
metode granulasi kering, yaitu memisahkan antara granul asam (campuran asam
sitrat, asam tatrat, ekstrak, dan manitol) dan granul basa (natrium bikarbonat dan
manitol), setelah granul asam dan granul basa dibentuk pada ayakan 12 mesh lalu
dioven pada suhu 30-40 derajat selama 24 jam dan bila benar benar telah kering
maka granul asam dan basa dicampurkan dan diayak pada ayakan 14 mesh dan
dengan berbagai macam uji, di antaranya yaitu uji waktu alir, uji pengatapan, uji
Pada uji waktu alir granul effervescent ekstrak jahe merah dari
pengamatan 1,2, dan 3 rata –ratanya memenuhi standart,yaitu dengan rata – rata
9,34 detik , karena pada literatur untuk mengalirkan 100 g serbuk dibutuhkan
waktu < 10 detik sehingga serbuk tersebut dapat dikatakan memiliki waktu alir
yang baik. Uji waktu alir yang baik memiliki pengaruh pada beberapa faktor
38
39
Pada uji waktu larut granul effervescent ekstrak jahe merah, rata-rata yang
didapat adalah 40,30 detik, itu berarti rata – ratanya memenuhi standart, karena
waktu yang diperoleh kurang dari 1 menit. sehingga dapat diketahui bahwa
granul mempunyai waktu larut yang baik. Waktu larut dipengaruhi oleh besar
kecil ukuran partikel dari zat terlarut serta komposisi asam basa dalam formula.
Semakin kecil zat terlarut maka semakin cepat zat terlarut tersebut larut dalam
pelarutnya sedangkan komposisi asam basa dalam formula juga berpean penting
dalam proses waktu larut, karena bila komposisi tidak tepat akan meninggalkan
sisa asam atau basa yang dapat berpengaruh terhadap kelarutan sediaan.
Pada uji pengetapan granul effervescent ekstrak jahe merah , rata rata yang
didapat adalah 16,33 %, yang masih memenuhi indeks pengentapan yang baik
dan memenuhi standart, indeks pengetapan yang baik adalah < 20 %. Proses
pengetapan juga turut mendukung waktu alir karena uji pengetapan dipengaruhi
rapat jenis, porositas, bentuk partikel, ukuran partikel, kondisi percobaan dan
kandungan lembab. Sehingga uji pengetapan dan waktu alir saling mendukung.
Pada uji tanggapan rasa diketahui nilai penerimaan warna 76,5, aroma
76,25, dan rasa 50, yang dapat dikatakan bahwa volunter kurang menyukai warna
dan bau, dan tidak menyukai rasa. Hal ini dikarenakan pada pembuatan granul
effervescent tidak menggunakan pewarna, perasa dan aroma tambahan. Rasa jahe
tertutup rasa asam tatrat yang terlalu banyak dalam formula, sehingga larutan
effervescent terasa asin agak asam. Begitu juga dengan warna dan aroma granul
yang dihasilkan kurang menarik dan kurang tercium aroma jahe merahnya.
39
40
Pada uji khasiat diketahui rata rata nilai penurunan kadar asam urat mencit
perlakuan dalam 10 hari adalah 2,2 mg/dl dari pengamatan 1 (2,2 mg/dl), 2 (2,4
(2,3mg/dl), 2 (2,5mg/dl), 3 (2,3mg/dl) Hal ini dapat dikatakan bahwa ekstrak jahe
40
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
a) Hasil evaluasi mutu fisik sediaan granul effervescent ekstrak jahe merah
memiliki hasil rata – rata uji waktu alir 9,34 detik, hasil rata - rata uji waktu
larut 40,30 detik, hasil rata - rata uji pengentapan 16,33 %, hasil uji tanggapan
rasa granul effervescent untuk warna dan bau kurang disukai dengan nilai 76,5
dan 76,25, serta rasa yang tidak disukai dengan nilai 50. Berdasarkan hasil
evaluasi mutu fisik, granul effervescent jahe merah memenuhi syarat yang
terdapat pada Farmakope Indonesia, akan tetapi rasa pada granul effervescent
tidak disukai.
b) Hasil uji khasiat granul effervescent ekstrak jahe merah dapat menurunkan
kadar asam urat mencit hingga 2,2 mg/dl. Dan dapat dikatakan bahwa jahe merah
6.2 Saran
untuk membuat produk granul yang lebih baik. baik dalam segi penampilan, rasa,
mutu fisik maupun khasiat yang lebih baik, terutama pada rasa sediaan.
41
42
DAFTAR RUJUKAN
Anief, M., 1987, Ilmu Meracik Obat Teori dan Praktek, Penerbit Universitas
Gadjah Mada,Yogyakarta.
Anonim. 1974. Ekstra Farmakope Indonesia. Jakarta: Departemen Kesehatan
Republik Indonesia.
Anonim, 1979, Farmakope Indonesia, Edisi III, Departemen Kesehatan Republik
Indonesia, Jakarta.
Anonim, 1995, Farmakope Indonesia, Edisi IV, 45, 649, Departemen Republik
Indonesia, Jakarta.
Anonim. 1989. Material Medika Indonesia Jilid VI. Jakarta: Departemen
Kesehatan Republik Indonesia.
Ansel, H. C., 1989, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, Edisi IV, 605-607,
diterjemahkan oleh Farida Ibrahim, Universitas Indonesia Press, Jakarta.
Anshory, Hady, dkk. Formulasi Tablet Efervessent dari Ekstrak Ginseng Jawa
(Talinum paniculatum) Dengan Variasi Pemanis Aspartam. Universitas
Islam Indonesia
Dewoto, Hedi R. 2007. Pengembangan Obat Tradisional Indonesia Menjadi
Fitofarmaka. Departemen Farmakologi, Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia, Jakarta
Dwiyanti, Siska. Efek Anti Asam Urat Hasil Fraksinasi Dari Ekstrak Daun
Kembang Sungsang (Gloriosa Superba Linn.) Terhadap Tikus Putih
Diabetes. Fakultas Farmasi UHAMKA. Jakarta
Ervina, Aan Tri. 2010. Formulasi Tablet Effervescent Ekstrak Jahe Merah
(Zingiber officinale Rosc) Dengan Kombinasi Asam Sitrat Dan Asam Malat
Sebagai Sumber Asam Dan Natrium Karbonat Sebagai Sumber Basa.
Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Lestari, agatha budi susiana. 2010. Pengaruh asam fumarat-natrium bikarbonat
terhadap kualitas granul effervescent teh hijau secara granulasi kering.
Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Majalah Farmasi
Indonesia, 21(4), 231 – 237, 2010
Purwatiningsih, Arif. Efek Hipourekimia Ekstrak Daun Kepel [Stelechocarpus
burahol (Bl.) Hook.f.& Th.] Terhadap Allopurinol Secara In Vivo. Fakultas
Farmasi Universitas Gajah Mada Yogyakarta.
43
Jahe merah
basah
Dicuci
Diahaluskan
ekstak kental
granul effevescent
47
waktu alir
100gram granul
dihitung kecepatan
mengalir / detik
pengetapan
500x hentakan
Waktu larut
= ekstrak
Larutan
Dosis allupurinol
adaptasi 24 jam
I induksi melinjo
dan jus hati ayam
Induksi Tanpa
Induksi
larutan induksi apapun
larutan
allopurinol
effervescent