Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam peraturan Menteri Pendidikan dan Budaya Nomor 65 Tahun
2013 tentang standart proses dinyatakan bahwa karakteristik pembelajaran
pada setiap satuan pendidikan terkait erat pada Standart Kompetensi
Lulusan Standart Isi. Standart Kompetensi Dasar memberikan kerangka
konseptual tentang sasaran pembelajaran yang harus dicapai. Swtandart isi
memberikan kerangka konseptual tentang kegiatan belajar dan
pembelajaran yang diturunkan dari tingkat kompetensi dan ruang lingkup
materi. Sasaran pembelajaran mencakup pengembangan ranah sikap,
pengetahuan, dan keterampilan yang dikolaborisakan untuk setiap satuan
pendidikan.
Untuk mendorong kemampuan peserta didik untuk menghasilkan
karya konseptual baik individual maupun kelompok muka sangat
disarankan menggunakan pendekatan pembelajaran yang menghasilkan
karya berbasis Research Based Learning.
Sehubungan dengan itu, maka perlu pemahaman tentang konsep
atau definisi model pembelajaran berbasis Reseacrh Based Learning ciri-
ciri atau karakteristik model pembelajaran berbasis Reseacrh Based
Learning, metode pembelajaran berbasis ini.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan desain pembelajaran research based
learning ?
2. Apa yang dimaksud pengertian pembelajaran research based learning ?
3. Apa saja karakteristik dari pembelajaran reseacrh based learning ?
4. Apa saja metode pembelajaran reseacrh based learning ?

C. Tujuan Penelitian

1
1. Mengetahui desain pembelajaran dari reseacrh based learning
2. Mengetahui pengertian reseacrh based learning
3. Mengetahui karakteristik dari pembelajaran reseacrh based
4. Mengetahui metode pembelajaran reseacrh based learning

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Desain pembelajaran
Desain pembelajaaran adalah proses yang sistematis dalam mencapai
tujuan intruksional secara efektif dan efisien melalaui pengidentifikasian
masalah pengembangan strategi, dan bahan instruksional, serta pengevaluasian
terhaadap strategi dan bahan instruksional tersebut untuk menentukan apa
yang harus direvisi (suparman 2001 dalam Wardoyo 2013). Dalam menyusun
desain pembelajaran hal-hal pokok yang harus diperhatikan adalah bahwa
tujuan dari pembuatan desain pembelajaran tersebut adalah untuk membuat
langkah kerja seorang guru lebih sistematis agar tujuan pembelajaran dapar
tercapai secara efektif dan efisien.
Desain pembelajaran berisi tentang persiapan-persiapan dalam empat
(4) elemen (komponen) dasar terkait dengan persiapan pelaksanaan proses
pembelajaran. Empat komponen dasar dalam pembelajaran tersebut meliputi
pembelajar, tujuan, metode, dan evaluasi. Dalam penyusunan desain
pembelajaran seorang guru harus mampu memahami dan menerapkan (konsep
maupun prosedur) keempat komponen dasar tersebut. Artinya bahwa
penyusunan desain pembelajaran harus saling terkait satu elemen dengan
elemen lainnya. Jangan sampai masing-masing elemen bertolak belakang satu
dengan lainnya.

B. Pengertian Riset (penelitian)


Riset atau penelitian (research) merupakan suatu pencarian, teori
pengujian, teori atau pemecahan masalah(Sevilla dkk, dalam Wardoyo
2013). Menurut Furchan(2007, dalam Wardoyo 2013) riset atau penelitian
merupakan penerapan pendekatan ilmiah pada pengkajian suatu masalah.
Artinya bahwa suatu pemasalahan dapat ditemukan jawaban maupun
solusinya melalui prosedur-prosedur yang ilmiah. Proses penelitian
menuntut adanya kegiatan atau usaha yang sistematis dan objektif untuk
menentukan pengetahuan yang dapat dipercaya.

3
Darmadi(2011, dalam Wardoyo 2013) menyatakan bahwa penelitian
(riset) atau research berasal dari kata “Re” dan “To” search, yang artinya
mencari kembali. Dari definisi tersebut terdapat tiga fungsi atau peran
penelitian yaitu pertama membantu manusia memperoleh pengetahuan baru,
kedua memperoleh jawaban atas suatu pertanyaan, dan ketiga memberi
pemecahan atas suatu masalah.
Dari beberapa rumusan pengertian terkait dengan definisi riset
(penelitian) maka dapat disimpulkan bahwa riset atau penelitian merupakan
“suatu aktivitas atau usaha yang dilakukan untuk menemukan,
mengembangkan, dan menguji kebenaran suatu pengetahuan dan
menyimpulkan temuan-temuan yang didapatkan. Usaha-usaha terkait dengan
pengolahan informasi tersebut dapat dilakukan secara baik dan benar sesuai
rambu-rambu penelitian.

C. Karakteristik pembelajaran berbasis riset


Pembelajaran berbasis riset merupakan pembelajaran yang di
dasarkan pada pendekatan penelitian (riset) sebagai langkah pelaksanaan
dalam prosesnya. Artinya bahwa proses pembelajaran yang berlangsung
merupakan implementasi perpaduan dari karakteristik tindakan penelitian
dan penbelajaran bermakna ( meaningful Learning). Pembelajaran berbasis
riset memiliki 7 karakteristik yang terlihat dalam proses pembelajarannya.
Karakteristik tersebut meliputi :
1. Sistematik
Sistematik merupakan karakteristik dalam pembelajaran
berbasis riset, artinya bahwa dalam kegiatan proses pembelajaran
berjalan secara tersistem dan terprogram sesuai dengan langkah-
langkah yang telah ditentukan. Karakter pembelajaran yang
tersusun secara sistematis memiliki gambaran bahwa aktivitas
siswa selalu bertujuan untuk mencapai target yang ditentukan.
Sistematis juga dapat berarti sebagai pelaksanaan pembelajaran
yang berlangsung secara sistematis. Artinya bahwa proses
pembelajaran yang berlangsung menggunakan langkah-langkah
yang bersifat logis.
2. Aktif

4
Dalam pembelajaran berbasis riset, keaktifan peserta didik
menjadi hal yang sangat penting peserta didik benar-benar dituntut
keaktifan dalam setiap pembelajaran. Tanpa adanya keaktifan
siswa maka pembelajaran berbasis riset akan terhambat karena
pendekatan ini merupakan pendekatan student centered learning.
3. Kreatif
Kreatif merupakan ekspresi gagasan dan perasaan serta
penggunaan berbagai macam cara untuk melakukan
(Beetlestone, 2011 dalam Wardoyo 2013). Dalam pembelajaran
siswa dituntut memiliki kreativitas yang tinggi. Kreativitas
didefinisikan sebagai aktivitas kognitif yang menghasilkan
suatu pandangan yang baru mengenai suatu bentuk
permasalahan dan tidak dibatasi pada hasil yang pragmatis
(selalu dipandang menurut kegunaannya) (Solso, dkk 2007
dalam Wardoyo 2013).
4. Inovatif
Inovatif memiliki makna bahwa dalam proses
pembelajaran akan menghasilkan sesuatu yang baru. Artinya
bahwa dalam proses pembelajaran menuntut siswa agar
menemukan hal baru untuk memecahkan masalah yang
dihadapinya. Tentunya hal baru yang dilakukan atau ditemukan
adalah jawaban dari permasalahan yang ada.
5. Efektif
Efektif artinya bahwa proses pembelajaran berbasis riset
yang dilaksanakan memiliki pengaruh positif bagi
perkembangan kompetensi siswa. Dalam hal ini guru
diharapkan mampu menerapkan pembelajaran berbasis riset
dengan mengoptimalkan proses pembelajaran secara tepat agar
membawa hasil seperti yang telah ditentukan.
6. Objektif
Objektif artinya bahwa keputusan yang diambil dalam
proses pembelajaran berbasis riset merupakan keadaan yang
sebenarnya tanpa dipengaruhi pendapat atau pandangan
pribadi. Jadi yang menjadi bahan pertimbangan dalam

5
melakukan penarikan kesimpulan adalah semata-mata
didasarkan pada data-data yang terkumpul dengan
menggunakan analisis data yang baik dan benar.
7. Ilmiah
Dalam pembelajaran berbasis riset, aktivitas siswa yang
dilakukan dalam mencari jawaban atas permasalahan yang
dihadapi adalah menggunakan cara ilmiah. Artinya bahwa
kegiatan pembelajaran berdasarkan pada ciri-ciri keilmuan,
yaitu rasional, empiris, dan sistematis. Ilmiah memiliki
gambaran bahwa aktivitas yang dilakukan dalam proses
pembelajaran berbasis riset yaitu berdasarkan teori atau
berpatokan pada kaidah-kaidah keilmuan dengan menguji
validitas data yang ada.
D. Metode Pembelajaran
1. Inquiri Learning
a. Pengertian Inquiri Learning
Inquiry learning adalah metode pembelajaran yang
menuntut siswa untuk dapat menemukan sendiri pengetahuan,
sikap, dan keterampilan sebagai wujud adanya perubahan perilaku
(Hanafiah, 2010 dalam Wardoyo 2013). Oleh karena itu proses
pembelajaran yang menggunakan metode Inquiry learning
menuntut keterlibatan secara maksimal seluruh kemampuan peserta
didik untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, dan
logis terhadap sebuah fenomena sehingga dapat menemukan apa
yang diinginkan.
b. Landasan teoretis
Metode Inquiry learning didasarkan pada teori kognitif
yang diusung oleh Piaget. Teori belajar yang diusung oleh Piaget
terkenal dengan tiga tahapan dalam belajar yaitu asimilasi,
akomodasi, dan ekuilibrasi (penyeimbangan). Proses asimilasi
(assimilation) merupakan proses merespons lingkungan sesuai
dengan struktur kognitif seseorang. Selanjutnya proses asimilasi
dilanjutkan ke tahap yang disebut proses akomodasi
(accommodation), yaitu proses memodifikasi struktur kognitif.

6
Adapun proses selanjutnya yang ketiga adalah proses ekuilibrasi
(equilibration) yaitu tendensi bawaan untuk mengorganisasikan
pengalaman agar mendapatkan adaptasi yang maksimal.
c. Ciri-ciri Inquiry Learning
Metode Inquiry Learning memiliki ciri-ciri sebagai
berikut :
(1) Penekanan kegiatan pada siswa (self-directed) yang
melibatkan kegiatan untuk meneliti sesuatu dan
pemikiran kritis dan analistis.
(2) Penggunaan berbagai macam informasi sebagai
pendukung penelitian.
(3) Berakhir dengan kesimpulan sebagai produk akhir dari
kegiatan penemuan tersebut.
d. Sintaks Inquiry Learning
Weinbaum et al. (2004:3) menyatakan bahwa “the steps
of the inquiry process might be presented as a straight line that
progresses from identifying question through gathering and
analyzing data to generating new teaching approaches the
questions and generate others”. (Langkah-langkah dari proses
inkuiri bisa dipresentasikan sebagai garis lurus yang dimulai
dari mengidentifikasi masalah melalui pengumpulan dan
penganalisisan data untuk membuat pendekatan mengajar baru
yang yang diarahkan untuk membuat orang lain bertanya dan
membuat pendekatan lainnya).
Menurut Fathurrohman dan Sutikno (2007:31) langkah-langkah
pembelajaran Inquiry Learning meliputi :
(1) Simulation, guru bertanya dengan mengajukan persoalan.
(2) Problem statement, siswa diberi kesempatan
mengidentifikasi berbagai permasalahan.
(3) Data collection, siswa diberi kesempatan mengumpulkan
berbagai informasi yang relevan, membaca literatur,
mengamati objek, wawancaradengan narasumber, dan
melakukan uji coba sendiri.

7
(4) Data processing, semua data yang diperoleh siswa diolah,
diacak, diklasifikasikan, ditabulasi, serta ditafsirkan pada
tingkat kepercayaan tertentu.
(5) Verification, dari hasil tafsiran atau pengolahan yang telah
dilakukan, kemudian pertanyaan dan hipotesis yang telah
dirumuskan terdahulu dicek apakah terjawab atau tidak,
atau terbukti atau tidak.
(6) Generalization, berdasarkan hasil verifikasi tadi, siswa
belajar untuk menarik kesimpulan.

Bertolak dari berbagai pendapat mengenai sintaks metode


Inquiry Learning tersebut, maka bisa disimpulkan bahwa proses
pembelajaran menggunakan metode Inquiry Learning memiliki
tahapan sebagai berikut:

1) Eksplorasi
Siswa memulai kegiatan dengan menggali berbagai
macam informasi yang berkaitan dengan konsep dan isu yang
akan dipelajari. Dalam hal ini informasi tersebut digunakan
sebagai acuan bagi siswa untuk mengidentifikasi berbagai
permasalahan yang akan menjadi topik pembahasan.
2) Identifikasi masalah
Setelah mendapatkan pengetahun awal ditahapan
eksplorasi, siswa melakukan kegiatan pengidentifikasian
masalah berdasarkan informasi yang mereka dapatkan. Setelah
mendalami konsep, siswa akan bisa mendapatkan berbagai
permasalahan yang timbul berdasarkan keadaan ideal yang
diharapkan oleh siswa dengan kenyataan yang ada. Dari
kesenjangan itu siswa akan merumuskan permasalahan untk
diteliti.
3) Pengajuan hipotesis
Tahapan ini adalah tahapan dimana siswa mengajukan
sebuah hipotesis. Hipotesis adalah dugaaan sementara yang
berlaku sebagai sebuah alternatif jawaban mengenai
permasalahan yang sudah dirumuskan diawal kegiatan.

8
4) Pengumpulan dan analisis data
Tahapan ini adalah tahapan pengujian hipotesis. Siswa
memulai kegiatan untuk menguji hipotesis mereka dengan
mengumpulkan sebagai macam informasi dan data dari
berbagai macam sumber. Setelah data terkumpul, maka
selanjutnya data dianalisis untuk diambil kesimpulannya.
5) Refleksi
Tahapan ini adalah tahapan dimana siswa melakukan
kegiatan merefleksi kembali terhadap proses pembelajaran
mereka. Kegiatan refleksi dalakukan dengan pendapingan dari
fasilitator (guru).hal yang dibahas meliputi perkembangan
proses pembelajaran mereka, hal apa saja yang didapatkan dan
juga pengalaman belajar apa saja yang didapatkan siswa.
2. Problem Based Learning
a. Pengertian problem based learning
Adalah sebuah pendekatan yang membentuk kurikulum
yang mempertentangkan siswa dengan permasalahan dan
praktiknya yang didalamnya terdapat stimulus untuk
belajar.Definisi problem based learning lain dinyatakan oleh
Harrison (2007), menyatakan bahwa sebuah pengembangan
kurikulum dan metode intruksional yang menempatkan siswa
dalam peranannya yang aktif sebagai pemecah masalah ketika
dihadapkan dalam problem yang kurang terstruktur dalam real
world. Dengan demikian problem based learning dapat
didefinisikan sebagai metode yang menempatkan siswa untuk
berperan sebagai pemecah masalah yang tidak terstruktur
dalam real world sebagai kegiatan belajar mereka.
Permasalahan yang digunakan sebagai dasar untuk
belajar mereka merupakan kata kunci dalam metode ini.
Berdasarkan permasalahan tersebut, siswa dituntut untuk
mencari solusinya. Selanjutnya bersamaan dengan proses
pencarian solusi untuk masalah ini, siswa akan mengalami
proses belajar. Siswa tidak diberikan materi juga berbagai
macam informasi untuk mereka pelajari, akan tetapi lebih jauh

9
dari itu siswa akan memahami bahwa mereka lebih banyak
mempelajari cara belajar dengan membangun kemampuan
mereka dalam menarik sebuah kesimpulan dari permasalahan
yang dihadapi, juga belajar untuk berkomunikasi dengan
efektif.
Problem based learning adalah sebuah metode
pembelajaran yang mendorong pembelajaran siswa dengan
menciptakan kebutuhan untuk mencari solusi dari sebuah
permasalahn ontentik. Selama proses pemecahan masalah ini,
siswa mengkontruksi pengetahuan dan mengembangkan
ketrampilan memecahkan masalah dan ketrampilan untuk
belajar secara self-directed pada saat mencari solusi
permasalahan tersebut. Dalam hal ini Hung menekankan proses
pembelajaran yang melibatkan peran aktif siswa dalam belajar
setelah adanya “kebutuhan” untuk menyelesaikan
permasalahan yang dihadapi tersebut. Hal ini sangat relevan
dengan apa yang dinyatakan oleh Harison (2007).
Berdasar pendapat-pendapat tersebut diatas dapat
diambil beberapa hal penting terkait dengan problem based
learning yaitu :
1) Penyebutan problem based learning sebaga metode
pembelajaran.
2) Adanya permasalahan otentik dalam dunia nyata yang
menjadi sarana untuk belajar.
3) Peranan siswa yang aktif sebagai pencari solusi
permasalahan tersebut.
a) Landasan Teoritis
Pernyataan Bruner menggambarkan bahwa pembelajaran
yang bermakna adalah pembelajaran yang didapatkan dari proses
penemuan, diskusi dan pemecahan masalah yang dihadapi. Proses
pembelajaran tidak terjadi semata-mata karena siswa dimodelkan
mengenai konsep tertentu, akan tetapi cenderung kepada
pembangunan konsep berdasarkan apa yang mereka temukan
dalam proses penemuan jawaban tersebut. Pembangunan konsep

10
tersebut menurut Savin-Baden (2003) dinyatakan sebagai fokus
dari konstruktivisme. Menurutnya kontruktivisme terfokus pada
keyakinan bahwa sebuah realitas dapat dipahami jika dibentuk
melalui pengkontruksian yang didasarkan pada pengalaman atau
interaksi sosial.
Pendapat Bruner menguatkan teori pembelajaran
kontruktivisme, yang menyatakan bahwa pengetahuan memiliki
sifat tidak mutlak, akan tetapi dipandang sebagai hasil dari
pengkontruksian oleh pembelajar dengan mendasarkan pada
pengetahuan awalmereka dan keseluruhan pandangan mereka
terhadap dunia (Savin-Baden dan Major, 2004).
Teori kontruktivisme menganggap bahwa seseorang paling
baik jika belajar dalam lingkungan yang tidak dipandu (atau
dengan panduan tapi dengan batas minimal) oleh orang lain.
Implikasinya adalah pengetahuan akan didapatkan dari penemuan
atau kontruksi dari berbagai informasi yang mereka temukan
sendiri (Kirschner, 2006).
b) Ciri-ciri Problem Based Learning
Hal ini relevan dengan pendapat yang dinyatakan oleh
Walker dan Leary (2009) yang menyatakan bahwa problem based
learning dikarakteristikkan sebagai pendekatan dalam
pembelajaran di mana siswa diberikan lebih banyak kontrol
terhadap pembelajaran. Maksudnya dalam pembelajaran
menggunakan metode problem based learning siswa lebih banyak
melakukan tindakan secara aktif dengan inisiatifnya untuk mencari
jawaban atas permasalahan yang dihadapinya. Siswa diminta
bekerja sama dalam kelompok dan yag lebih penting lagi
diharuskan untuk mendapatkan pengalaman baru dari langkah
pemecahan masalah yang merepresentasikan dalam praktik
profesionalny.
Pendapat lain mengenai karakteristik problem based
learning yang lebih rinci dinyatakan oleh Hug et al. (2008) dan
Kolmos et al. (2007) menyatakan karakteristik problem based
learning sebagai berikut:

11
1) Problem focused, yaitu siswa yang belajar berdasarkan
permasalahan.
2) It is student centered, yaitu proses pembelajaran yang berpusat
pada siswa.
3) Self-directed learning, yaitu siswa yang mengendalikan proses
pembelajaran yang sudah ditentukan.
4) Self-reflective yaitu siswa membuat refleksi dalam proses dan
hasil pembelajaran mereka.
5) Tutors are facilitators yaitu guru yang hanya bertindak sebagai
fasilitator dalam proses pembelajaran bukan sebagai pemberi
konsep.

Berdasarkan berbagai pendapat mengenai karakteristik


problem based learning tersebut dapat disimpulkan bahwa
karakteristik dari problem based learning adalah sebagai
berikut:

a) Adanya permasalahan yang mendasari proses belajar


siswa.
b) Proses pembelajaran yang berpusat pada siswa.
c) Proses pembelajaran yang dikendalikan oleh siswa.
d) Refleksi terhadap proses pembelajaran dan hasil
pembelajaran yang dilakukan sendiri oleh siswa.
1. Sintaks Problem Based Learning
Problem based learning merupakan pembelajaran yang
memfokuskan pada pemecahan masalah oleh siswa itu sendiri.
Dengan demikian persyaratan awal yang harus ada dalam problem
based learning adalah adanya masalah. Selanjutnya guru bisa
memberikan berbagai macam perlakuan terhadap masalah agar
siswa bisa belajar dari masalah tersebut.
Boud dan Feletti (2001) memaparkan siklus dalam problem
based learning adalah sebagai berikut:
1) Siswa diberikan sebuah permasalahan dan membuat sebuah
kelompok untuk bersama-sama mencari solusi dari
permasalahan tersebut.

12
2) Siswa membuat pertanyaan yang disebut learning issue
yang menggambarkan aspek masalah yang tidak mereka
ketahui. Isu inilah yang menjadi fokus pembelajaran
mereka.
3) Siswa mendiskusikan sumber apa saja yang digunakan
untuk meneliti learning issue dan dimana mereka bisa
menemukannya.
4) Pada saat siswa berkumpul kembali, mereka
mengeksplorasi learning issue terdahulu mengumpulkan
pengetahuan baru mereka dalam konteks permasalahan
yang ada. Siswa merangkum pengetahuan mereka dan
menghubungkan dengan konsep baru dengan konsep lama
mereka.

Harrison (2007) menyatakan beberapa langkah dalam


mengaplikasikan problem based learning yaitu:

1. Ideas
Ideas adalah fase dimana siswa melakukan
brainstorming, membuat kelompok dan mengumpulkan
seluruh ide terhadap permasalahan yang akan mereka
cari solusinya. Kegiatan curah pendapat (brainstorming)
ini akan membuat siswa memunculkan berbagai ide
yang akan menjadi bekal awal sebelum menulis.
2. Known facts
Known facts adalah tahap di mana siswa
berusaha untuk mengidentifikasi apa yang mereka
ketahui tentang permasalahan tersebut dan berusaha
untuk mencari tahu tentang kompleksitas isu tersebut.
Siswa mencoba menggali pemahamannya terhadap
permasalahan yang ada dengan bekal seperangkat
pengetauan yang telah dimilikinya.
3. Learning issue
Learning issue adalah tahapan di mana siswa
mencari jawaban dari permasalahan apa saja yang harus

13
mereka ketahui untuk menyelesaikan permasalahan
tersebut, menyaring ide dan mencari fakta ataupun
menyeleksi ide yang tidak relevan. Siswa pada tahapan
ini mencoba menemukan jawaban dari permasalahan
yang ada dengan mengoptimalkan ide yang ada dan
menyaringnya sesuai kebutuhan dalam menyelesaikan
permasalahan.
4. Action plan
Action plan adalah tahapan dimana siswa
berusaha menembangkan rencana berdasarkan pada
fakta, learning issue dan kesimpulan yang menurut
mereka bisa dijadikan sebagai penyelesaian masalah
tersebut. Siswa melakukan pengembangan terhadap
rencana yang telah ada untuk menyelesaikan
permasalahan yang ada.
5. Evaluate product and process
Evaluate product and process adalah tahapan
dimana produk dan proses pembelajaran dievaluasi.
Semua hasil produk yang diciptakan oleh siswa dan
proses pembelajaran dievaluasi untuk mendapatkan
kejelasan sampai dimana kemampuan siswa dalam
pembelajaran yang telah dilakukan.
b. Contextual Teaching and Learning (CTL)
1) Pengertian Contextual Teaching and Learning (CTL)
Merupakan pembelajaran yang didasarkan pada
pendekatan kontruktivisme. Proses pembelajaran CTL ini
menitikberatkan pada tiga konsep dalam pembelajaran yaitu
pertama menitikberatkan kepada keterlibatan siswa secara aktif,
kedua mendorong kepada siswa untuk dapat menemukan
hubungan antara materi yang dipelajarinya dengan situasi
kehidupan nyata yang ada dan ketiga mendorong kepada siswa
untuk menerapkan kemampuan yang dimilikinya dalam
kehidupan sehari-hari (Sanjaya,2008).

14
Ada tujuh asas dalam metode Contextual Teaching and
Learning yaitu :
1) Kontruktivisme
Paham kontruktivisme yang digagas oleh Mark
Baldawin dan dikembangkan oleh Jean piaget
merupakan paham yang menyatakan bahwa proses
penyusunan pengetahuan batru dalam dalam kognitif
siswa didasarkan pada pengalaman yang dimiliki oleh
siswa. Dari konsep tersebut kesimpulan dari paham
kontruktivisme adalah bahwa pengetahuan dipengaruhi
oleh dua faktor penting yaitu objek materi yang menjadi
bahan masukan dan kemampuan subjek dalam
menginpretasi objek tersebut.
2) Inkuiri
Asas metode Contextual Teaching and Learning
selanjutnya inkuiri. Artinya bahwa pembelajaran
menggunakan metode CTL didasarkan pada aktivitas
siswa untuk melakukan pencarian dengan tujuan akhir
siswa mampu menemukan sesuatu yang diharapkandari
prose pembelajaran. Tentunya aktivitas pencarian dan
penemuan yang dilakukan oleh siswa bukan semata-
mata dilakukan tanpa dasar, namun aktivitas tersebut
didasarkan pada proses berpikir secara sistematis, kritis,
dan analitis.
3) Bertanya ( questioning)
Kegiatan dalam pembelajaran menggunakan
metode CTL menuntut keaktifan siswa dalam proses
pembelajaran. Keaktifan pembelajaran siswa ini dapat
dilihat dari pertanyaan yang diajukan siswa dan
jawaban-jawaban yang dipaparkan secara siswa. Dalam
proses pembelajaran guru harus mampumembangkitkan
keinginan siswa terhadap materi yang ada.
4) Masyarakat Belajar (Learning Community)

15
Masyarakat belajar dalam CTL memiliki arti
bahwa dalam proses pembelajaran yang dilaksanakan
tercipta suatu masyarakat belajar yang saling bekerja
sama. Hal tersebut dapat dimaknai bahwa hasil
pembelajaran yang diperoleh merupakan proses dan
wujud nyata dari kerja sama yang terjalin antar siswa.
5) Pemodelan ( modeling)
Modeling adalah proses pembelajaran dengan
memperagakan suatu sebagai contoh yang dapat dituri
oleh siswa. Dalam aktivitas pembelajaran guru harus
mampu menjadi model yang baik agar siswa secara
seksama meniru aktivitas apa yang dicontohkan oleh
model.
6) Refleksi (refleksion)
Refleksi adalah proses pengendapan pengalaman
yang telah dipelajari yang dilakukan dengan cara
mengurut kan kembali pengalaman-pengalaman yang
telah dilaluinya dalam pembelajaran.
7) Penilaian nyata (authentic assesment)
Penilai nyata adalah proses yang dilakukan guru
untuk mengumpulkan informasi tentang perkembangan
belajar yang dilakukan siswa.

1. Ciri-ciri Contextual Teaching and Learning


Menurut sanjaya (2008) ciri-ciri CTL meliputi :
1) pembelajaran menekankan pada aktivitas siswa secara penuh,
baik fisik maupun mental.
2) belajar merupakan proses berpengalaman dalam kehidupan
nyata.
3) terciptanya kelas yang mengekplorasi temuan-temuan yang ada.
4) materi yang diterima meupakan temuan-temuan yang baru
ditemukan oleh siswa.
Sedangkan menurut Hanafian dan Suhana (2010) ciri-ciri dari CTL
yaitu : (1) kerjasama antarpeserta didik dan guru.

16
(2) adanya kegiatan saling membantu antarpeserta didik dan guru.
(3) proses pembelajaran berjalan secara aktif dan bergairah.
(4) pembelajaran terintegrasi secara kontektual.
(5) siswa belajar secara aktif.
(6) ada interaksi yang hangat antarsiswa dalam berbagi
pengetahuan.
(7) terciptanya siswa yang kritis dan guru yang kreatif.
(8) produk yang dihasilkan siswa dipampang secara menarik dan
penilaian dilakukan secara menyeluruh sesuai dengan yang ada.

2. Sintaks Contextual Teaching and Learning


Memahami CTL adalah memahami pembelajaran yang
didasarkan pada konsep pembelajaran kontruktivisme. Artinya
bahwa proses pembelajaran yang dilakukan, ditekankan
keterlibatan siswa secara aktif, aktivitas siswa agar mampu
menemukan hubungan antara materi yang dipelajarinyadengan
situasi kehidupan nyata yang ada dan mendorong siswa untuk
menerapkan kemampuan yang dimilikinya dalam kehidupan
sehari-hari. Dari konsep tersebut maka pebelajaran dengan metode
CTL dapat dilakukan dengan 6 tahapan pembelajaran sebagai
berikut :
1) Tahap pengenalan
Pada tahap ini seorang guru dalam proses
pembelajaran melakukan pengenalan kepada siswa
terkait materi yang akan diberikan dan tujuan dari
pembelajaran yang akan dilaksanakan. Harapan dari
tahapan ini adalah bahwa siswa memiliki kesiapan
belajar yang baik agar proses pembelajaran dapat
berjalan dengan optimal.
2) Tahap pengaitan
Pada tahapan ini siswa diminta untuk
mengaitkan antara pemahaman yang dimiliki dengan
pengetahuan baru yang diajarkan. Pada tahap ini siswa
diminta untuk mengekplorasi apa yang ada dalam

17
dirinya dan kemudian mengolaborasikan dengan
pengetahuan yang baru.
3) Tahap penafsiran
Tahap penafsiran merupakan tahapan dimana
didalam proses pembelajaran siswa diminta untuk
menemukan dan menyimpulkan pengetahuan baru yang
diperolehnya dengan ide dan pemikiran yang didasarkan
pada logika berpikir, pengalaman belajar, dan
pemodelan yang diberikan dalam proses pembelajaran.
4) Tahap implementasi
Pada tahap ini siswa mengimplementasikan
pengetahuan baru yang dimilikinya dalam konteks
permasalahan yang dihadapi baik dalam proses
pembelajaran maupun dalam kehidupan sehari-hari.
5) Tahap refleksi
Tahapan refleksi merupakan tahapan dimana
siswa melakukan aktivitas reflektif untuk
mengendapkan pengalaman-pengalaman yang telah
dialami agar pengetahuan yang telah dimiliki dapat
terekam dalam struktur kognitif mereka.
6) Tahap evaluasi
Tahap terakhir dari langkah penerapan metode
CTL adalah tahap evaluasi. Pada tahap ini siswa
mendapatkan penilaian secara menyeluruh, secara
otentik meliputi penilaian proses maupun penilaian
hasil.

18
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Proses pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran berbais riset adalah


pembelajaran yang menuntut peserta didik untuk mampu menemukan,
mengeksplorasi (mengambangkan pengetahuan) untuk menyelesaikan masalah yang
dihadapi dan kemudian menguji kebenaran pengetahuan tersebut adapun interaksi
pembelajaran peserta didik dengan pendidik adalah interaksi yang bersifat aktif.
Pendidik berperan sebagai fasilitator, dan mediator dalam rangka membawa peserta
didik untuk mencapai kompetensi yang diharapkan.

Dengan penerapan pendekatan pembelajaran berbasis riset, diharapkan krakter


yang berbentuk dalam diri peserta didik adalah jwa seorang saintist (ilmuwan). Sikap
tersebut ditandai dengan sikap rasa ingin tahu yang tinggi, mampu menyelesaikan
setiap permasalahan, dengan sikap berfikir secara sistematis, objektif, dan memiliki
dasar pengetahuan yang kuat.

B. Saran
Sebagai peserta didik yang menganut pembelajaran ini sebaiknya mampu
berpartisipasi dan lebih memperkuat lagi ilmu dalam model pembelajaran ini untuk
mencetak lulusan-lulusan yang memiliki karakter, keterampilan dan pengetahuan
yang terkait.

19
DAFTAR PUSTAKA

Darmadi, Hamid. 2011. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Fathurrohman, Pupuh, dan Sobry Sutikno. 2007. Strategi Belajar Mengajar:


Strategi Mewujudkan Pembelajaran Bermakna Melalui Penanaman Konsep Umum
dan Konsep Islami. Bandung: PT Refika Aditama.

Furchan, Arief. 2007. Pengantar Penelitian dalam Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka


Pelajar

Harrison, Bob. 2007. What is Problem Based Learning. California: Sierra Training
Associates Inc.

Wardoyo, Sigit Mangun. 2013. Pembelajaran Berbasis Riset. Jakarta Barat:


Akademia Permata

20

Anda mungkin juga menyukai