Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Kemarin adalah hari yang cerah, matahari dan awan tengah bersahabat.
Dalam lamunku tiba-tiba terselip keinginan untuk pergi ke Perpustakan Kota. Aku
berfikir untuk mengajak sahabatku Raina, dan aku mengajaknya melalui via Wats
App dan kebetulan, ia juga ingin pergi ke sana.
Setelah beberapa saat terdengar klakson mobil dari depan rumahku.Aku
pergi keluar dengan membawa tasku dan mnemui Raina. “Hai Rai.....” sapaku
kepada Raina. “Hai San.....” balasnya kepadaku sambil melambaikan
tangan.”Cepat naik san, aku udah nggak sabar nih pengen pergi ke Perpustakaan
Kota.” Ujar Raina. Aku lengsung masuk mobil Raina, dan kami langsung
berangkat ke sana.
“Santi.”
“ Hem..”
“Tumben kamu mau pergi ke Perpustakaan Kota. Biasanya, aku paksa aja
kamu nggak mau.” Ujar Raina di dalam mobil.
”Iya, ya , aku juga nggah tau nih, kenapa ya?” Jawabku bingung.
“Eeemmmm.... entahlah” balas Raina.
Setelah kami sampai di sana,aku turun dari mobil dan menunggu Raina
memarkir mobilnya. Selesai Raina memarkir mobil, kami masuk ke Perpustakan
Kota bersama.”Santi, aku lihat-lihat buku di sana dulu ya?” kata Raina
“ Oke Rai, aku mau mencari buku di sini dulu ya, nanti aku tunggu kamu
di meja itu.” Balasku sambil menunjuk meja yang ku maksud
“ Baiklah.” Balasnya kembali kepadaku. Kemudian Raina pergi, dan aku
mulai mencari buku yang ku inginkan.
5 menit kemudian aku telah menemukan buku yang ku cari. Aku pergi ke
meja yang ku tunjukkan pada Raina tadi, kemudian aku duduk dan membaca
bukuku di sana.tak lama kemudian pandanganku tiba-tiba tertuju pada seorang
anak perempuan berwajah manis dan berbaju kumal, dengan membawa sebuah
kotak kecil berisi serangkaian alat semir sepatu. Ia berdiri di depan perpustakaan
sambil memandangi tempat in. Kulihat sepertinya ia sangat menginginkan masuk
ke sini. Tetapi, sepertinya dia sedikit takut dan malu.
Entah apa yang dipikirkannya, kemudian ia pergi menemui penjaga
perpustakaan, dan aku lihat mereka berbincang sedikit. Setelah itu ia masuk ke
sini dengan tersenyum manis dan wajah berseri-seri.. ia langsung mencari-cari
buku di atas rak yang tersusun rapi. Beberapa saat kemudian Raina datang dan
duduk di samping ku.
“ Santi, kamu mau kemana?” kata Raina saat aku beranjak dari tempat
duduk ku.
“ Aku mau ke sana sebentar. Gak lama kok.” Jawabku. Aku menemui
anak yang dari tadi membuat pandanganku tertuju padanya dan mengajaknya
duduk di tempat yang ku duduki.
“Dik, yuk ikut kakak duduk di meja itu. Kamu pilih buku aja dulu nanti
kita bca bareng di sana.” Ujarku sambil menatap matanya, dia mengangguk dan
kemudian kami duduk di tempat yang ku duduki tadi.
“ San, kenapa kamu ajak dia ke sini?” ujar Raina .
“ Aku ingin menanyakan banyak sesuatu kepadanya.” Jawabku.
Sepertinya Raina bingung dan tidak mengerti apa maksudku.
“ Dik, nama kamu siapa?” tanayaku
“ A.....aku....aku Kaila kak.”
“Kamu nggak usah takut, nama kakak Santi, dan ini teman kakak,
namanya Raina. Tadi.......kakak lihat kamu kayaknya pengen banget baca buku di
sini ya?”
“ Iya kak.”
“ Kamu sekolah di mana?”
“ Aku.....nggak sekolah kak.”
“ Loh, kenapa kamu nggak sekolah? Terus kamu bisa baca?” ujar Raina.
Tiba-tiba wajah Kaila menjadi muram
“ sebenarnya, aku pengen banget kak sekolah kayak orang-orang. Tapi,
aku nggak bisa kak, Ibuku bekerja sebagai pemulung kardus yang hanya
berpenghasilan sepuluh ribu per hari. Dan aku membantunya dengan menyemir
sepatu, kadang-kadang aku mendapat lima belas ribu rupiah per hari, tetapi
kadang tidak sama sekali. Biasanya kami makan sebungkus nasi berdua dalan
sehari. Tak jarang ibuku juga rela berpuasa tidak makan seharian asalkan aku
tidak kelaparan.” Cerita Kaila dengan wajah mendung suram seakan meneteskan
air hujan.
“ Ayah kamu kemana?” tanya Raina lagi.
“Ayah sudah lama pergi entah kemana, ibu bilang ayah pergi mencari
uang, tetapi tidak pernah melihatnya sejak kecil.” Jawab Kaila dengan tetesan
tetesan air mata.
“Terus kok kamu bisa baca?” ujarku kepadanya.
“Aku beruntung kak, walaupun aku tidak sekolah tetapi, ibuku telah
mengajariku membaca dan menulis sejak aku kacil. Sering kali ibuku
membawakanku buku bekas sepulangnya dari memulung. Sejak dari dulu aku
pengen banget ke sini. tapi ibu selalu melarang, ibuku bilang aku tidak pantas ada
di sini dan ibu takut orang –orang di sini mengejekku karena aku anak jalanan.
Aku ingin membaca semua buku di sini. Ibu bilang semakin banyak buku yang
aku baca maka aku semakin pandai. Aku harap ada orang yang mau membariku
beasiswa karena kepandaianku. Sehingga aku akan menjadi orang hebat dan bisa
membahagiakan ibuku di masa tuanya nanti.”
Mendengar keinginan dan cita-cita mulia taersebut, aku tidak sadar bahwa
mataku telah berlinang air mata. Tetes demi tetes air mataku jatuh membasahi
hijabku. Betapa malunya diriku, orang tuaku telah memberiku pendidikan hingga
kuliah. Tetapi, sejak dulu tidak jarang diriku malas untuk belajar atau membaca
buku. Aku bahkan tidak pernah memikirkan sekalipun cita-cita seperti Kaila. Di
saat aku membutuhkan sebuah buku, aku bisa langsung membelinya. Sedangkan
Kaila, ia harus menunggu ibunya membawakan buku bekas sepulamgnya dari
memulung.
Baru ku sadari mengapa kemarin pagi aku tiba-tiba ingin pergi ke
Perpustakaan Kota. Ternyata, Allah sedang menuntunku dengan memberiku
petunjuk melalui sebuah kisah dari seorang anak jalanan yang ingin mendapatkan
pedidikan. Tetapi, ia tidak mendapatkannya karena kakurangan. Betapa kurang
bersyukurnya diriku. Aku masih diberikan Allah kenikmatan dalam menuntut
ilmu. Tidak seperti orang di luar sana yang harus bersusah payah hanya demi
mendapatkan satu ilmu saja.
Struktur Teks