Kebanyakan pasien sakit kritis yang membutuhkan nutrisi (85 sampai 90%) khusus dapat
diberi makan enteral melalui tabung lambung atau usus dan kemudian beralih ke diet oral
dengan suplemen. Namun, pada sekitar 10 sampai 15% dari pasien tersebut, nutrisi enteral
merupakan kontraindikasi. Lengkap nutrisi parenteral intravena menyediakan cairan,
dekstrosa, asam amino, emulsi lipid, elektrolit, vitamin, dan mineral. Insulin dan dipilih obat
juga dapat ditambahkan. Efek terapi nutrisi parenteral bertambah melalui penyediaan
gabungan energi (terutama sebagai dekstrosa dan lipid komponen), asam amino esensial dan
nonesensial, asam lemak esensial, vitamin, mineral, dan elektrolit.2Unsur-unsur ini
mendukung seluler dan organ fungsi vital, imunitas, memperbaiki jaringan, sintesis protein,
dan kapasitas skeletal, jantung, dan cles mus pernapasan.
Komposisi dari Adult Formulasi khas dari Central Venous nutrisi parenteral.*
Component Content
Electrolytes (mmol/liter)
Sodium 40–150
Potassium 30–50
Phosphorus 10–30
Magnesium 5–10
Calcium 1.5–2.5
Trace elements
Vitamins
Pada pasien sakit kritis, tingkat sirkulasi protein, seperti albumin dan prealbumin, sering
menurun karena peradangan, infeksi, atau overload cairan dan oleh karena itu tidak berguna
sebagai biomarker gizi protein.
Manifestasi Klinis Gizi Kekurangan.
Variable Dose†
Energy Resting energy expenditure in kcal/day × 1.0 to
1.2, or 20 to 25 kcal/kg/day‡
Dextrose Initial parenteral nutrition order with 60 to 70% of
non–amino acid calories as dextrose§
Lipid emulsion Initial parenteral nutrition order with 30 to 40% of
non–amino acid calories as lipid§
Essential and nonessential amino acids
(g/kg/day)
Normal renal and hepatic function 1.2–1.5¶
Hepatic failure (cholestasis) 0.6–1.2 (based on estimated function)
Encephalopathy 0.6 (may be temporarily discontinued)
Acute renal failure in patients not on 0.6–1.0 (based on renal function)
renal-replacement therapy
Renal failure in patients on renal- 1.2–1.5∥
replacement therapy
Komponen makronutrien utama nutrisi parenteral vena sentral meliputi asam amino, lipid,
dan dekstrosa. Rekomendasi umum untuk dosis asam amino berkisar 1,2-1,5 g per kilogram
per hari untuk sebagian besar pasien dengan fungsi ginjal dan hati normal, meskipun
beberapa pedoman merekomendasikan dosis yang lebih tinggi (2,0-2,5 g per kilogram per
hari) dalam kondisi tertentu. Sedangkan dosis maksimal infus emulsi lemak adalah sekitar
1,0-1,3 g per kilogram per hari. Biasanya, emulsi lipid diberikan sebagai infus terpisah,
meskipun dengan penggunaan mesin farmasi peracikan khusus, semua komponen nutrisi
parenteral dapat dicampur dalam tas infus yang sama. Dalam nutrisi parenteral vena sentral,
pedoman awal yang wajar adalah untuk menyediakan 60 sampai 70% dari kalori asam non-
amino sebagai dekstrosa dan 30 sampai 40% dari kalori asam non-amino sebagai emulsi
lemak.
Efek samping nutrisi pariental:
1. Komplikasi seperti pneumotoraks, perdarahan, dan pembentukan trombus dapat
terjadi karena insersi kateter vena sentral
2. Infeksi penggunaan jugularis-vena dalam atau kateter vena sentral femoralis-vena,
dan penggunaan port infus nondedicated untuk parenteral nutrisi
3. Overfeeding (administrasi kelebihan dekstrosa, lemak, atau kalori) dan sindrom
refeeding (makan cepat pasien yang sudah ada sebelumnya malnutrisi) dapat
menginduksi berbagai komplikasi metabolik selama nutrisi parenteral
4. Tingkat Penurunan elektrolit darah dapat menyebabkan aritmia jantung.
5. Efek metabolik lainnya dapat termasuk hiperkapnia, steatosis hati, disfungsi
neuromuskuler, dan cacat imunologi
Yang biasa dipakai di Indonesia adalah:
2.8.1 ASERING
Indikasi:
Dehidrasi (syok hipovolemik dan asidosis) pada kondisi: gastroenteritis akut, demam
berdarah dengue (DHF), luka bakar, syok hemoragik, dehidrasi berat, trauma.
Komposisi:
Na 130 mEq
K 4 mEq
Cl 109 mEq
Ca 3 mEq
Asetat (garam) 28 mEq
Keunggulan:
1. Asetat dimetabolisme di otot, dan masih dapat ditolelir pada pasien yang
mengalami gangguan hati
2. Pada pemberian sebelum operasi sesar, RA mengatasi asidosis laktat lebih
baik dibanding RL pada neonatus
3. Pada kasus bedah, asetat dapat mempertahankan suhu tubuh sentral pada
anestesi dengan isofluran
4. Mempunyai efek vasodilator
5. Pada kasus stroke akut, penambahan MgSO4 20 % sebanyak 10 ml pada 1000
ml RA, dapat meningkatkan tonisitas larutan infus sehingga memperkecil
risiko memperburuk edema serebral
2.8.2 KA-EN 1B
Indikasi:
1. Sebagai larutan awal bila status elektrolit pasien belum diketahui, misal pada kasus
emergensi (dehidrasi karena asupan oral tidak memadai, demam)
2. < 24 jam pasca operasi
3. Dosis lazim 500-1000 ml untuk sekali pemberian secara IV. Kecepatan sebaiknya
300-500 ml/jam (dewasa) dan 50-100 ml/jam pada anak-anak
4. Bayi prematur atau bayi baru lahir, sebaiknya tidak diberikan lebih dari 100 ml/jam
Indikasi:
1. Larutan rumatan nasional untuk memenuhi kebutuhan harian air dan elektrolit dengan
kandungan kalium cukup untuk mengganti ekskresi harian, pada keadaan asupan oral
terbatas
2. Rumatan untuk kasus pasca operasi (> 24-48 jam)
3. Mensuplai kalium sebesar 10 mEq/L untuk KA-EN 3A
4. Mensuplai kalium sebesar 20 mEq/L untuk KA-EN 3B
Indikasi :
1. Larutan rumatan nasional untuk memenuhi kebutuhan harian air dan elektrolit dengan
kandungan kalium cukup untuk mengganti ekskresi harian, pada keadaan asupan oral
terbatas
2. Rumatan untuk kasus pasca operasi (> 24-48 jam)
3. Mensuplai kalium 20 mEq/L
4. Rumatan untuk kasus dimana suplemen NPC dibutuhkan 400 kcal/L
2.8.4 KA-EN 4A
Indikasi :
Na 30 mEq/L
K 0 mEq/L
Cl 20 mEq/L
Laktat 10 mEq/L
Glukosa 40 gr/L
2.8.5 KA-EN 4B
Indikasi:
1. Merupakan larutan infus rumatan untuk bayi dan anak usia kurang 3 tahun
2. Mensuplai 8 mEq/L kalium pada pasien sehingga meminimalkan risiko hipokalemia
3. Tepat digunakan untuk dehidrasi hipertonik
Komposisi:
o Na 30 mEq/L
o K 8 mEq/L
o Cl 28 mEq/L
o Laktat 10 mEq/L
o Glukosa 37,5 gr/L
2.8.6 Otsu-NS
Indikasi:
1. Untuk resusitasi
2. Kehilangan Na > Cl, misal diare
3. Sindrom yang berkaitan dengan kehilangan natrium (asidosis diabetikum, insufisiensi
adrenokortikal, luka bakar)
2.8.7 Otsu-RL
Indikasi:
1. Resusitasi
2. Suplai ion bikarbonat
3. Asidosis metabolik
2.8.8 MARTOS-10
Indikasi:
2.8.9 AMIPAREN
Indikasi:
2.8.10 AMINOVEL-600
Indikasi:
2.8.11 PAN-AMIN G
Indikasi:
1. Dr. Andry Hartono, SpGK. Terapi Gizi & Diet Rumah Sakit. Ed: 2,
EGC; 2006.
2. Rahardjo. E: Dukungan kombinasi Nutrisi parenteral, 2nd Symposium
life support & critical care on trauma & emergency patients, Surabaya.
2002.
3. David C. Sabiston. Jr., M.D, Buku Ajar Bedah. Ed : 1, Jakarta : EGC,
2007.
4. Thomas R. Ziegler, M.D. 2009. Parenteral Nutrition in the Critically Ill
Patient https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3064749/ diakses
tanggal 30 Maret 2017