Anda di halaman 1dari 11

“Teori-Teori Belajar”

NAMA KELOMPOK 1 (SATU):

1. MULIYANI KASIM (2015-43-002)


2. SELVINA (2015-43-006)
3. MILA WATI USMAN (2015-43-007)
4. DELFIONA KAINAMA (2015-43-011)
5. ROHANI SOAMOLE (2015-43- )

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PATTIMURA
AMBON
2017
TEORI-TEORI BELAJAR

a) Pengertian Teori Deskriptif dan Preskriptif

Untuk membedakan antara teori pembelajaran dengan teori belajar bisa dibedakan
dengan cara melihat dari posisional teorinya, apakah berbeda pada tataran teori daskriptif
atau preskriptif. Bruner (dalam Dageng,1989) menngemukakan bahwa teori pembelajaran
adalah preskriptif dan teori belajar adalah deskriptif. Preskriptif karena tijuan utama teori
pembelajaran adalah menetapkan metode pembelajaran yang optimal, sedangkan deskriptif
karena tujuan utama teori belajar adalah menjelaskan proses belajar. Teori belajar menaruh
perhatian pada hubungan diantara variabel-variabel yang menentukan hasil belajar.
Sedangkan teori pembelajaran sebaliknya, teori ini menaruh perhatian pada bagaimana
seseorang mempengaruhi orang lain agar terjadi proses belajar. Dengan kata lain, teori
pembelajaran berurusan dengan upaya mengontrol variabel-variabel yang dispesifikasi dalam
teori belajar agar dapat memudahkan belajar.
Asri Budiningsih (2004) dalam buku Belajar dan Pembelajaran menjelaskan bahwa
upaya dari Bruner untuk membedakan antara teori belajar yang deskripif dan teori
pembelajaran yang preskriptif dikembangakan lebih lanjut oleh Reigeluth dan kawan-kawan,
menyatakan bahwa Principles and theories of instructional design may be either a descrptive
form. Teori dan prinsip-prinsip pembelajaran yang deskriptif menempatkan variabel kondisi
dan metode pembelajaran sebagai givens, dan menempatkan hasil pembelajaran sebagai
variabel yang diamati. Dengan kata lain, kondisi dan metode pembelajaran sebagai variabel
bebas dari hasil pembelajaran sebagai variabel tergantung.
Lebih lanjut, Budiningsih (2004) menjelaskan bahwa teori-teori dan prinsip-prinsip
pembelajaran yang perskriptif, kondisi dan hasil pembelajaran ditempatkan sebagai givens,
dan metode yang optimal ditetapkan sebagai variabel yang diamati. Dengan demikian,
kondisi dari hasil pembelajaran sebagai variabel bebas, sedangkan metode pembelajaran
ditempatkan sebagai variabel tergantung. Hubungan antara variebel inilah yang menunjukkan
perbedaan antar teori pembelajaran antara yang deskriptif dan preskriptif.
Reigeluth (1983 dalam Dageng, 1990) mengemukakan bahwa teori preskriptif adalah
goal oriented, sedangkan teori deskriptif adalah goal free. Maksudnya adalah bahwa teori
pembelajaran preskriptif dimaksudkan untuk mencapai tujuan, sedangkan teori pembelajaran
deskriptif dimaksudkan untuk memberikan hasil. Itulah sebabnya variabel yang diamati
dalam mengembangkan teori-teori pembelajaran yang preskriptif adalah metode yang optimal
untuk mencapai tujuan. Sedangkan dalam pengembangan teori-teori pembelajaran yang
deskriptif, variabeal yang diamati adalah hasil belajar sebagai efek dari interaksi antara
metode dan kondisi.
Perbedaan teoritis di atas pada akhirnya mengarah kepada konsekuensi pada
pembedaan proposisi bagi teori deskriptif dan teori preskriptif, proposisi untik teori deskriptif
menggunakan struktur logis “Bila..., maka...”, sedangkan untuk teori preskriptif
menggunakan struktur “agar...., lakukan ini...”.(Landa, dalam Degeng, 1990). Landa
menjelaskan bahwa: the major difference between them (instructional theory and learning
theori) is that instructional theories.... deal with relationships between teachers-or teaching
actions as causes and students psychological and/or behavioral process as effecs (outcomes),
whereas learning theories.... deal with relationshps between learners’-or learning-actions as
causes and psychological or behavioral process as effects (outcomes).
Dengan kata lain teori pembelajaran mengungkapakan hubungan antara kegiatan
pembelajaran dengan proses-proses psikologis dalam diri siswa, sedangkan teori belajar
mengungkapkan hubungan antara kegitan siswa dengan proses-proses psikologi dalam diri
siswa, atau teori belajar mengungkapkan hubungan antara fenomena yang ada dalam diri
siswa.
Teori pembelajaran harus memasukan veriabel metode pembelajaran, bila tidak, maka
teori itu bukanlah teori pembelajaran. Hal ini penting sebab banyak terjadi apa yang dianggap
sebagai teori pembelajaran yang sebenarnya adalah teoribelajar. Teori pembelajaran selalu
menyebutkan metode pembelajaran, sedangkan teori belajar sama sekali tidak berurusan
dengan metode pembelajaran.
Contoh teori belajar deskriptif: jika membuat rangkuman tentang isi buku teks yang
dibaca, maka retensi terhadap isi buku teks itu akan lebih baik.
Contoh teori belajar preskriptif: agar dapat mengingat isi buku teks yang dibaca
secara lebih baik, maka bacalah isi buku tersebut berulang-ulang dan buatlah
rangkumannya.
b) Teori belajar Behavioristik

Menurut teori belajar behavioristik atau aliran tingkah laku ,belajar diartikan sebagai
proses perubahan tingkah laku sebagai akibat dari interaksi antara stimulus dan respon.
Belajar menurut psikologi behavioristik adalah suatu kontrol istumental yang berasal dari
lingkungan. Belajar tidaknya seseorang bergantung pada faktor-faktor kondisional yang
diberikan lingkungan. Beberapa ilmuwam yang termasuk pendiri sekaligus penganut
behavioristik antara lain adalah Thorndike, Watson, Hull, Guthrie,dan Skinner.

1) Ivan P Pavlov
Mula –mula teori conditioning ini dikembangkan oleh Pavlov (1927) dengan melakukan
percobaan terhadap anjing. Pada saat seekor anjing diberi makanan dan lampu , keluarlah
respons anjing itu berupa keluarnya air liur. Demikian juga jika dalam pemberian makanan
tersebut disertai dengan bel, air liur anjing juga keluar.setelah berkali- kali dilakukan
perlakuan serupa, maka pada saat hanya bel atau lampu yang diberikan, anjing tersebut
juga mengeluarkan air liur . makanan yang diberikan oleh Pavlov disebut perangsang tak
bersyarat(unconditionet stimulus), sementara bel atau lampu yang menyertainya disebut
sebagai perangsang bersyarat (conditioned stimulus). Terhadap perangsang tak bersyarat
yang disertai dengan perangsang bersyarat tersebut, anjing memberikan respons berupa
keluarnya air liur (unconditioned response). Selanjutnya ketika perangsang bersyarat (bel/
lampu ) diberikan tanpa perangsang tak bersyarat (makanan) ternyata dapat menimpulkan
respons yang sama yaitu keluarnya air liur (conditioned response). karena itu teori Pavlov
dikenal dengan responded- conditioning atau teori clssical conditining menurut Pavlov,
pengkondisian yang dilakukan pada anjing tersebut, dapat juga berlaku pada manusia.
Teori kondisioning Pavlov dapat digambarkan sebagai berikut.
Makanan(US) +bel / lampu (CS) air liur (UR),dilakukan berulang
Bel / lampu (CS) air liur (CR)

2) Edwin Guthrie
Teori conditioning Pavlov kemudian dikembangkan oleh Guthrie (1935- 1942). Ia
berpendapat bahwa tingkah laku manusia itu dapat diubah, tingkah laku baik dapat diubah
menjadi buruk dan sebaliknya, tingkah laku buruk dapat diubah menjadi baik. Teori
Guthrie berdasarkan atas model penggantian stimulus satu ke stimulus yang lain. Respons
atas suatu situasi cenderung diulang, bilamana individu menghadapi sitiuasiyang sama.
Inilah yangdisebut asosiasi. Menurut Guthrie, stimulus tidak harus berbentuk kebutuhan
biologis, karena hubungan antara stimulus dan respons cenderung bersifat sementara.
Karena itu, diperlukan pemberian stimulus yang sering ,agar hubungan itu menjadi lebih
langgeng. Suatu respons akan lebih kuat dan menjadi kebiasaan bila respons tersebut
berhubungan dengan berbagi stimulus. Setiap situasi belajar merupakan gabungan
berbagai stimulus dan respons. Dalam situasi tertentu, banyak stimulus yang berasosiasi
dengan banyak respons. Asosiasi tersebut bisa jadi benar,namun dapat juga salah .
Guthrie termasuk mempercayai bahwa hukuman memegang peran penting dalam proses
belajar, sebab jika dapat pada saat yang tepat akan mampu merubah kebiasaan seseorang.
Tiga metode pengubahan tingkah laku yang dikemukakannya adalah sebagai berikut.
a. Metode respons bertentangan . misalnya saja , jika anak takut terhadap sesuatu,
misalnyakucing,maka letakkan permainan yang disukai anak dekat dengan kucing.
dengan mendekatkan kucing dengan permainan anak ,lambat laun anak akan tidak
takut lagi pada kucing namun hal ini harus dilakukan berulang-ulang.
b. Metode membosankan. Misalnya seseorang anak mencoba-coba mengisap rokok,
mintakepadanya untuk merokok terus sampai bosan; setelah bosan, ia akan berhenti
merokok dengan sendirinya.
c. Metode mengubah lingkungan. Jika anak bosan belajar, ubahlah lingkungan
belajarnya dengan suasana lain yang lebih nyaman dan menyenangkan sehingga
membuat ia menjadi betah belajar.

3) Watson
Teori conditioning ini lebih lanjut dikembangkan oleh Watson ( 1970) setelah
mengadakan serangkaian ekperimen, ia menyimpulkan , bahwa pengubah tingkah laku
dapat dilakukan melalui latihan/ membiasakan mereaksi terhadap stimulus- stimulus yang
diterima . menurut watson, stimulus dan respons tersebut harus berbentuk tingkah laku
yang dapat diamati ( observable). Watson mengabaikan berbagai perubahan mental yang
mungkin terjadi dalam belajar dan menganggapnya sebagai faktor yang tak perlu
diketahui. Sebab menurut watson , faktor-faktor yang tidak teramati tersebutt tidak dapat
menjelaskan apakah proses belajar sudah trjadi atau belum. Ia lebih memilih untuk tidak
memikirkan hal-hal yang tidak bisa diukur,meskipun tetap mengakui bahwa semua hal itu
penting. Denga hal yang dapat diamati , menurut watson akandapat meramalkan
perubahan apa yang akan terjadi pada siswa, dan hanya dengan cara demikianlah
pshikologi dan ilmu tentang belajar dapat disejajarkan dengan ilmu-ilmu lain,seperti fisika
atau biologi yang sangat berorientasi pada pengalaman emprik.

4) Skinner
Selanjutnya, skinner mengembangkan teori conditioning dengan menggunakan
tikus sebagai percobaan. Menurutnya, suatu respons sesungguhnya juga menghasilkan
sejumlah konsekuensi yang nantinya akan mempengaruhi tingkah laku manusia. Untuk
memahami tingkah laku siswa secara tuntas menurut skinner perlu memahami hubungan
antara satu stimulus dengan stimulus lainnya, memahami respon itu sendiri, dan berbagai
konsekuensi yang diakibatkan oleh respon tersebut (lihat Bell-Gredler, 1986). Skinner
juga mengemukan bahwa menggunakan perubahan-perubahan mental sebagai alat untuk
menjelaskan tingkah laku hanya akan membuat segala sesuatunya menjadi bertambah
rumit, sebab alat itu akhirnya juga harus dijelaskan lagi. Dari hasil percobaannya, skinner
membedakan respons menjadi dua yaitu: (1) renspons yang timbul dari stimulus tertentu
dan (2) operant (instrumental) response, yang timbul dan berkembang karena diikuti oleh
perangsang tertentu, teori skinner dikenal dengan 6 konsepnya, yaitu sebagai berikut:
a. Penguatan positif dan negatif
b. Shapping, proses pembentukan tingkah laku yang makin mendekati tingkah laku yang
diharapkan
c. Pendekatan suksesif, proses pembentukan tingkah laku yang menggunakan
penguatan pada saat yang tepat, hingga respons pun sesuai dengan yang diisyaratkan
d. Extinction, proses penghentian kegiatan sebagai akibat dari ditiadakannya penguatan.
e. Chaining of response, respons dan stimulus yang berangkaian satu sama lain.
f. Jadwal penguatan, variasi pemberiam penguatan: rasio tetap dan bervariasi, interval
tetap dan bervariasi.

Skinner lebih percaya pada “penguat negatif’(negative reinforcement), yang tidak


sama dengan hukuman. Bedanya dengan hukuman adalah, bila hukuman harus diberikan
(sebagai stimulus) harus dikurangi agar respons yang sama menjadi kuat. Misalnya
seorang siswa perlu dihukum untuk suatu kesalahan yang dibuatnya, jika ia masih bandel,
maka hukuman harus ditambah. Tetapi bila siswa membuatkesalahan dan dilakukan
pengurangan terhadap sesuatu yang mengenakkan baginya (bukan malah ditambah),
maka pengurangan ini mendorong siswa untuk memperbaiki kesalahannya. Inilah yang
disebut”penguat negatif”.
5) Thorndike
Thorndike mengemukakan bahwa belajar adalah proses interaksi atara stimulasi (yang
mungkin berupa pikiran, perasaan, atau gerakan) dan respons (yang juga bisa berbentuk
pikiran, perasaan, atau gerakan). Dari pengertian ini, wujud tingkah laku tersebut bisa saja
dapat diamati ataupun tidak dapat diamati. Teori belajar Thorndike, belajar dapat dilakukan
dengan mencoba-coba (trial and error). Mencoba-coba dilakukan bila seseorang tidak tahu
bagaimana harus memberikan respons yang tepat berkaitan dengan masalah yang
dihadapinya.
Karakteristik belajar “trial and error” adalah sebagai berikut.
a. Adanya motif pada diri seseorang yang mendorong untuk melakukan sesuatu.
b. Seseorang berusaha melakukan berbagai macam respons dalam rangka memenuhi
motif;motifnya.
c. Respons-respons yang dirasakan tidak bersesuaian dengan motifnya dihilangkan.
d. Akhirnya seseorang mendapatkan jenis respons yang paling tepat.

Thorndike juga mengemukakan beberapa hukum tentang belajar sebagai berikut.


a. Hukum kesiapan (law of readiniss): jika seseorang siap melakukaan sesuatu, ketika ia
melakukannya maka ia puas. Sebaliknya. Bila ia tidak jadi melakukannya, maka ia tidak
puas
Contoh: siswa yang siap ujian, ketika dilakukan ujian, maka ia akan puas, tetapi jika
ujiannya ditunda, ia menjadi tidak puas.
b. Hukum latihan (law of exercise): jika respons terhadap stimulus diulang-ulang, maka
akan memperkuat hubungan antara respons dengan stimulus. Sebaliknya, jika respons
tidak digunakan, hubungan dengan stimulus semakin lemah.
Contoh: siswa yang belajar bahasa inggris,semakin sering digunakan bahasa inggrisnya,
maka akan semakin terampil dalam berkomunikasi dengan menggunakan bahasa inggris.
Tetapi jika tidak digunakan, maka ia tidak akan terampil berkomunikasi denganbahasa
inggris.
c. Hukum akibat (law of effekt): bila hubungan antara respons dan stimulus menimbulkan
kepuasan, maka tingkatan penguatannya semakin besar. Sebaliknya, bila hubungan
respons dan stimulus menimbulkan ketidakpuasan, maka tingkatan penguatan semakin
lemah.
Contoh: siswa yang mendapt nilai tinggi akan semakin menyukai pelajaran, namun jika
perolehan nilainya rendah, maka siswa akan semakin malas belajar atau malah
menghindari pelajaran tersebut.

6) Clark Hull
Hull sangat terpengaruh oleh teori evolusinya charles darwin. Semua fungsi
tingkah laku bermanfaat, terutama untuk menjaga kelangsungan hidup. Karena itu,
kebutuhan biologis dan pemuasan biologis menempati posis sentral. Stimulus ala Hull
selalu dikaitkan dengan kebutuhan biologis., meskipun respom mungkin akan
bermacam-macam bentuknya. Implikasi praktisnya adalah guru harus merencanakan
kegiatan belajar berdasarkan pengamatan yang dilakukan terhadap motivasi belajar yang
terdapat pada siswa. Dengan adanya motivasi, maka belajar merupakan penguatan.
Makin banyak belajar, makin banyak reinformencement, makin besar motivasi
memberikan respons yang menuju keberhasilan belajar.
Teori behavioristik ini dalam perkembangannys mendapat kritik dari para teoritis dan
praktis pendididkan.menurut para pengeritik teori behavioristik ini tidak mampu
menjelaskan situasi belajar yang kompleks, sebabbanyak hal di dunia pendidikan yang
tidak dapat diubah menjadi sekedar hubungan stimulus respons. Tidal selalu stimulus
mampu mempertahankan motivasi belajar seseorang. Kritik juga diarahkan pada
kelemahan teori ini yang mengarahkan berpikir linier, konvergen dan kurang
kreatif,termasuk masalah shaping (pembentukan) yang cenderung membatasi
keleluasaan untuk berfikir dan berimajinasi. Misalnya ,seorang siswa mau belajar giat
setelah diberi stimulus tertentu, tapi karna satu dan lain hal dia tidak mau belajar pada hal
kepadanya sudah diberikan stimulus yang sama atau lebih baik dari itu. Hal-hal semacam
inilah yang dianggap tidak mampu dijelaskan, alasan-alasan yang mengacaukan
hubungan antarastimulus dan respons, atau mengganti stimulus denganstimulus lain
sampai kita mendapatkan respons yang diinginkan, belumtentu dapat menjawab
pertanyaan yang sebenarnya.
c). Teori Belajar sibernetik

Teori belajar sibernetik merupakan teori belajar yang relatif baru dibandingkan
dengan teori-teori yang sudah dibahas sebelumnya. Menurut teori ini, belajar adalah
pengolahan informasi. Proses belajar memeang penting dalam teori ini, namun yang lebih
penting adalah sisyem informasi yang diproses yang akan dipelajarai siswa. Asumsi lain
bahwa tidak ada satu proses belajar pun yang idela untuk segala situasi, dan yang cocok
untuk semua siswa. Sebab cara belajar sangat ditentukan oleh sistem informasi.
Implementasi teori sibernetik dalam kegiatan pembelajaran telah dikembangkan oleh
beberapa tokoh dengan beberapa teorinya, diantaranya:

1. Teori pemrosesan informasi


Pada teori ini, komponen pemrosesan informasi dibagi menjadi tiga berdasarkan
perbedaan fingsi, kapasitas, bentuk informasi, serta proses terjadinya ketiga komponen itu
adalah:
a. Sensory Receptor (SR)
SR merupakan sel tempat pertama kalinya informasi diterima dari luar
b. Working Memory (WM)
WM diasumsikan dapat menangkap informasi yang diberi perhatian oleh individu.
Karakteristik WM adalah:
1) Memiliki kapasitas yang terbatas, kurang dari 7 slot. Informasi yang didapat
hanya mampu bertahan kurang lebih 5 detik apabila tanpa adanya upaya
pengulangan (rehearsal).
2) Informasi dapat disandi dalam bentuk yang berbeda dari stimulus aslinya baik
dalam bentuk verbal, visual ataupun sementic, yang dipengaruhi oleh peran proses
kontrol dan seseorang dapat dengan sadar mengendalikannya.
c. Long Term Memory (LTM)
LTM diasumsikan:
1) Berisi semua pengetahuan yang telah dimiliki oleh individu.
2) Mempunyai kapasitas tidak terbatas
3) Sekali informasi disimpan didalam LTM ia tidak akan pernah terhapus atau
hilang. Persoalan “lupa” hanya disebabkan oleh kesulitan atau kegagalan
memunculkan kembali informasi yang diperlukan.
Asumsi yang mendasari teori pemrosesan informasi ini adalah bahwa
pembelajaran merupakan faktor yang sangat penting dalam perkembangan.
Perkembangan merupakan hasil kumulatif dari pembelajaran. Menurut Gagne
bahwa dalam pembelajaran terjadi proses penerimaan informasi, untuk kemudian
diolah sehingga menghasilkan keluaran dalam bentuk hasil belajar. Dalam
pemrosesan informasi terjadi adanya interaksi antara kondisi-kondisi internal dan
kondisi-kondisi eksternal individu. Kondidi internal yaitu keadaan dalam diri
individu yang diperlukan untuk mencapai hasil belajar dan proses kognitif yang
terjadi dalam individu. Sedangkan kondisi eksternal adalah rangsangan dari
lingkungan yang mempengaruhi individu dalam proses pembelajaran.
Menurut Gagne tahapan proses pembelajaran meliputi delapan fase yaitu,
1) motivasi, 2) pemahaman, 3) pemerolehan, 4) penyimpanan, 5) ingatan kembali,
6)generalisasi, 7) perlakuan dan 8) umpan balik

2. Teori belajar menurut Landa


Dalam teori ini Landa membedakan ada dua macam prose berpikir, yaitu:
a. Prose berpikir algoritmik
Proses berpikir yang sistematik, tahap demi tahap, linier, konvergen, lurus,
menuju ke satu target tujuan tertentu.
b. Proses berpikir heuristik
Yaitu cara berpikir devergen yang menuju ke beberapa target tujuan sekaligus.
Menurut landa proses belajar akan berjalan dengan baik jika materi pelajaran yang
hendak dipelajari atau masalah yang hendak dipecahkan diketahui ciri-cirinya.
Materi pelajaran tertentu akan lebih tepat disajikan dalam urutan yang teratur,
sedangkan materi pelajaran lainnya akan lebih tepat bila disajikan dalam bentuk
“terbuka” dalam memberi kebebasan kepada siswa untuk berimajinasi dan
berpikir.

3. Teori belajar menurut Pask and Scott


Menurut Pask and Scott ada dua macam cara berpikir, yaitu:
a. Cara berpikir serialis
Cara berpikir ini hampir sama dengan berpikir algoritmik. Yaitu berpikir
menggunakan cara setahap demi setahap atau linier
b. Cara berpikir menyeluruh atau wholist
Cara berpikir yang cenderung melompat ke depan, langsung ke gambaran lengkap
sebuah sistem informasi atau mempelajari sesuatu dari yang paling umum menuju ke
hal yang lebih khusus.
Teori belajar pengolahan informasi termasuk teori kognitif yang mengemukakan
belajar adalah proses internal yang tidak dapat diamati secara langsung dan
merupakan perubahan kemampuan yang terikat pada situasi tertentu. Namun memori
kerja manusia memiliki kapasitas yang terbatas. Menurut Gagne, untuk mengurangi
muatan memori kerja tersebut dapat diatur sesuai dengan:
a. Kapasitas belajar
b. Peristiwa pembelajaran
c. Pengorganisasian atau urutan pembelajaran
Tahap sibernetik sebagai teori belajar sering kali dikritik karena lebih menekankan
pada sistem pembelajaran yang akan dipelajari, sementara itu bagaimana proses
belajar berlangsung dalam diri individu sangat ditentukan oleh sistem informasi yang
dipelajari. Teori ini memandang manusia sebagai pengolah informasi, pemikir dan
pencipta. Berdasarkan itu maka diasumsikan bahwa manusia merupakan
makhlukyang mampu mengolah, menyimpan dan mengorganisasikan informasi.

Anda mungkin juga menyukai