Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dewasa ini masyarakat sudah tidak asing lagi mendengar kata

Hipertensi. Hipertensi merupakan salah satu penyakit yang umum dijumpai di

masyarakat, dan merupakan penyakit yang terkait dengan sistem

kardiovaskuler. Hipertensi memang bukan penyakit menular, namun kita juga

tidak bisa menganggapnya sepele,selayaknya kita harus senantiasa waspada.

Tekanan Darah tinggi atau Hipertesi dan arterosclerosis (pengerasan arteri)

adalah dua kondisi pokok yang mendasari banyak bentuk penyakit

kardiovaskuler. Lebih jauh, tidak jarang tekanan darah tinggi juga

menyebabkan gangguan ginjal. Sampai saat ini, usaha-usaha baik untuk

mencegah maupun mengobati penyakit hipertensi belum berhasil sepenuhnya,

hal ini dikarenakan banyak faktor penghambat yang mempengaruhi seperti

kurang pengetahuan tentang hipertensi (pengertian, klasifikasi, tanda dan

gejala, sebab akibat, komplikasi) dan juga perawatannya.

Saat ini, angka kematian karena hipertensi di Indonesia sangat tinggi.

Hipertensi merupakan penyebab kematian nomor 3 setelah stroke dan

tuberkulosis, yakni mencapai 6,7% dari populasi kematian pada semua umur

di Indonesia. Hipertensi merupakan gangguan sistem peredaran darah yang

menyebabkan kenaikan tekanan darah di atas normal, yaitu 140/90 mmHg.

Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Balitbangkes tahun 2007

1
menunjukan prevalensi hipertensi secara nasional mencapai 31,7%

(Kementerian Kesehatan Republik Indonesia).

Dari jumlah itu, 60% penderita hipertensi berakhir pada stroke.

Sedangkan sisanya pada jantung, gagal ginjal, dan kebutaan. Sementara di

dunia Barat, hipertensi justru banyak menimbulkan gagal ginjal, oleh karena

perlu diadakan upaya-upaya untuk menekan angka peyakit hipertensi terlebih

bagi penderita hipertensi perlu diberikan perawatan dan pengobatan yang

tepat agar tidak menimbukan komplikasi yang semakin parah. Selain itu

pentingnya pemberian asuhan keperawatan pada pasien hipertensi juga sangat

diperlukan untuk melakukan implementasi yang benar pada pasien hipertensi.

Diharapkan dengan dibuatnya makalah tentang asuhan keperawatan

klien dengan gangguan hipertensi ini dapat memberi asuhan keperawatan

yang tepat dan benar bagi penderita hipertensi dan dapat mengurangi angka

kesakitan serta kematian karena hipertensi dalam masyarakat.

B. Tujuan Penulisan

1. Tujuan umum

Mahasiswa mampu memahami konsep asuhan keperawatan pada pasien

hipertensi

2. Tujuan khusus

a. Memaparkan konsep penyakit hipertensi yang meliputi anatomi dan

fisiologi penyakit jantung, definisi, klasifikasi, etiologi, manifestasi

klinis, penatalaksaan, masalah yang muncul, pathway, komplikasi,

pemeriksaan penunjang, keperawatan dan diet.

2
b. Memahami asuhan keperawatan pada pasien hipertensi dengan

metodologi asuhan keperawatan yang benar.

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Anatomi dan Fisiologi Hipertensi

1. Anatomi

a. Jantung

Berukuran sekitar satu kepalan tangan dan terletak di dalam dada,

batas kanannya terdapat pada sternum kanan dan apeksnya pada ruang

intercosta kelima kiri pada lineamidclavikula.

Hubungan jantung adalah :

a) Atas : pembuluh darah besar

b) Bawah : diafragma

c) Setiap sisi : paru – paru

d) Belakang : aorta dessendens, oesopagus, columna vertebralis.

b. Arteri

Adalah tabung yang dilalui darah yang dialirkan pada jaringan dan

organ.Arteri terdiri dari lapisan dalam: lapisan yang licin, lapisan

tengah jaringan elastin/otot: aorta dan cabang-cabangnya besar

memiliki lapisan tengah yang terdiri dari jaringan elastin (untuk

menghantarkan darah untuk organ), arteri yang lebih kecil memiliki

lapisan tengah otot (mengatur jumlah darah yang disampaikan pada

suatu organ).

4
Meningkatnya tekanan darah di dalam arteri bisa terjadi melalui

beberapa cara:

a) Jantung memompa lebih kuat sehingga mengalirkan lebih banyak

cairan pada setiap detiknya.

b) Arteri besar kehilangan kelenturannya dan menjadi kaku, sehingga

mereka tidak dapat mengembang pada saat jantung memompa

darah melalui arteri tersebut. Karena itu darah pada setiap denyut

jantung dipaksa untuk melalui pembuluh yang sempit daripada

biasanya dan menyebabkan naiknya tekanan. Inilah yang terjadi

pada usia lanjut, dimana dinding arterinya telah menebal dan kaku

karena arterosklerosis. Dengan cara yang sama, tekanan darah juga

meningkat pada saat terjadi “vasokonstriksi”, yaitu jika arteri kecil

(arteriola) untuk sementara waktu mengkerut karena perangsangan

saraf atau hormon di dalam darah.

c) Bertambahnya cairan dalam sirkulasi bisa menyebabkan

meningkatnya tekanan darah. Hal ini terjadi jika terdapat kelainan

fungsi ginjal sehingga tidak mampu membuang sejumlah garam

dan air dari dalam tubuh. Volume darah dalam tubuh meningkat,

sehingga tekanan darah juga meningkat, Sebaliknya, jika:

a) Aktivitas memompa jantung berkurang

b) arteri mengalami pelebaran

c) banyak cairan keluar dari sirkulasi

Maka tekanan darah akan menurun atau menjadi lebih kecil.

5
Penyesuaian terhadap faktor-faktor tersebut dilaksanakan oleh

perubahan di dalam fungsi ginjal dan sistem saraf otonom (bagian

dari sistem saraf yang mengatur berbagai fungsi tubuh secara

otomatis).

c. Perubahan fungsi ginjal.

Ginjal mengendalikan tekanan darah melalui beberapa cara:

a) Jika tekanan darah meningkat, ginjal akan menambah pengeluaran

garam dan air, yang akan menyebabkan berkurangnya volume

darah dan mengembalikan tekanan darah ke normal.

b) Jika tekanan darah menurun, ginjal akan mengurangi pembuangan

garam dan air, sehingga volume darah bertambah dan tekanan

darah kembali ke normal.

c) Ginjal juga bisa meningkatkan tekanan darah dengan

menghasilkan enzim yang disebut renin, yang memicu

pembentukan hormon angiotensin, yang selanjutnya akan memicu

pelepasan hormon aldosteron.

Ginjal merupakan organ penting dalam mengendalikan tekanan

darah, karena itu berbagai penyakit dan kelainan pada ginjal bisa

menyebabkan terjadinya tekanan darah tinggi. Misalnya

penyempitan arteri yang menuju ke salah satu ginjal (stenosis

arteri renalis) bisa menyebabkan hipertensi. Peradangan dan cedera

pada salah satu atau kedua ginjal juga bisa menyebabkan naiknya

tekanan darah.

6
d. Arteriol

Adalah pembuluh darah dengan dinding otot polos yang relatif tebal.

Otot dinding arteriol dapat berkontraksi. Kontraksi menyebabkan

kontriksi diameter pembuluh darah. Bila kontriksi bersifat lokal, suplai

darah pada jaringan/organ berkurang. Bila terjadi kontraksi umum,

tekanan darah akan meningkat.

e. Pembuluh darah utama dan kapiler

Pembuluh darah utama adalah pembuluh berdinding tipis yang

berjalan langsung dari arteriol ke venul. Kapiler adalah jaringan

pembuluh darah kecil yang membuka pembuluh darah utama.

f. Sinusoid

Terdapat limpa, hepar, sumsum tulang dan kelenjar endokrin. Sinusoid

tiga sampai empat kali lebih besar dari pada kapiler dan sebagian

dilapisi dengan sel sistem retikulo-endotelial. Pada tempat adanya

sinusoid, darah mengalami kontak langsung dengan sel-sel dan

pertukaran tidak terjadi melalui ruang jaringan.

g. Vena dan Venul

Venul adalah vena kecil yang dibentuk gabungan kapiler. Vena

dibentuk oleh gabungan venul. Vena memiliki tiga dinding yang tidak

berbatasan secara sempurna satu sama lain.

2. Fisiologi

Jantung mempunyai fungsi sebagai pemompa darah yang mengandung

oksigen dalam sistem arteri, yang dibawa ke sel dan seluruh tubuh untuk

7
mengumpulkan darah deoksigenasi (darah yang kadar oksigennya kurang)

dari sistem vena yang dikirim ke dalam paru-paru untuk reoksigenasi

(Black, 2010).

B. Definisi

Hipertensi adalah sebagai peningkatan tekanan darah sistolik


sedikitnya 140 mmHg atau tekanan diastolic sedikitnya 90 mmHg. Hipertensi
tidak hanya beresiko tinggi menderita penyakit jantung, tetapi juga menderita
lain seperti penyakit saraf, ginjal, dan pembuluh darah dan makin tinggi
tekanan darah, makin besar resikonya. (Sylvia A.price).
Hipertensi merupakan keadaan ketika tekanan darah sistolik lebih dari
120 m mHg dan tekanan diastolik lebih dari 80 mmHg. Hipertensi sering
menyebabkan perubahan pada pembuluh darah yang dapat mengakibatkan
semakin tingginya tekanan darah (Arif Muttaqin, 2009).
Menurut Bruner dan Suddarth (2001) hipertensi dapat didefinisikan
sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg
dan tekanan diastoliknya di atas 90 mmHg. Pada populasi manula, hipertensi
didefinisikan sebagai tekanan sistolik di atas 160 mmHg dan tekanan diastolik
di atas 90 mmHg.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa hipertensi adalah meningkatnya
tekanan sistolik sedikitnya 140 mmHg dan diastolik sedikitnya 90 mmHg.

C. Klasifikasi
Klasifikasi hipertensi

Hipertensi dapat diklasifikasikan berdasarkan etiologi yaitu dengan

penyebab yang tidak diketahui ( hipertensi esensial/ primer/ idiopatik ) atau

diketahui ( hipertensi sekunder). Sebagian besar kasus hipertensi

8
diklasifikasikan sebagai esensial, tetapi kemungkinan penyebab yang melatar

belakangi harus selalu ditentukan.

Hipertensi esensial

Hipertensi esensial/primer/idiopatik adalah hipertensi tanpa kelainan

dasar patologi yang jelas. Lebih dari 90% kasus merupakan hipertensi

esensial. Penyebabnya multifaktorial meliputi faktor genetik dan lingkungan.

Faktor genetik mempengaruhi kepekaan terhadap sodium, kepekaan terhadap

stress, reaktivitas pembuluh darah terhadap vasokonstriktor, resistensi insulin

dan lain-lain. Sedangkan yang termasuk faktor lingkungan antara lain diet,

kebiasaan merokok, stress emosi, obesitas dan lain-lain.

Klasifikasi tekanan darah pada orang dewasa menurut JNC VII

Klasifikasi TD Tekanan darah sistolik Tekanan darah diastolik


(mmHg) (mmHg)
Optimal <120 <80
Normal <130-139 85-89
Hipertensi stadium I 140-159 90-99
Hipertensi stadium II 160-179 100-109
Hipertensi stadium III >180 >110

faktor resiko penderita hipertensi Target organ yang dapat mengalami


kerusakan
1. Perokok 2. Penyakit jantung (angina,
gagal jantung, PTCA, bypass
).
3. Dislipedemia 2. stroke
4. Diabetes 3. nefropati
5. Usia >60 tahun 4. retinopati
6. Jenis kelamin : pria dan wanita 5. penyakit arteri perifer
pasca menopause
7. Riwayat penderita (yang

9
memilki riwayat penyakit
jantung ). Wanita <65 th, pria
<55 th

D. Etiologi
Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi 2 golongan.
1. Hipertensi Primer (esensial)
Disebut juga hipertensi idiopatik karena tidak diketahui penyebabnya.
Faktor yang mempengaruhinya yaitu : genetik, lingkungan, hiperaktifitas
saraf simpatis sistem renin. Angiotensin dan peningkatan Na + Ca
intraseluler. Faktor-faktor yang meningkatkan resiko : obesitas, merokok,
alcohol dan polisitemia.
2. Hipertensi Sekumder
Penyebab yaitu : penggunaan estrogen , penyakit ginjal, sindrom cushing
dan hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan.

Hipertensi pada usia lanjut dibedakan atas :


1. Hipertensi dimana tekanan sistolik sama atau lebih besar dari 140 mmHg
dan / atau tekanan diastolik sama atau lebih besar dari 90 mmHg.
2. Hipertensi sistolik terisolasi dimana tekanan sistolik lebih besar dari 16
mmHg dan tekanan diastolik lebih rendah dari 90 mmHg.

Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia dengan adalah terjadi
perubahan-perubahan pada :
1. Elastisitas dinding aorta menurun
2. Katub jantung menebal dan menjadi kaku
3. Kemampuan jantung mmompa darah menurun 1% setiap setahun sesudah
berumur 20tahun kemampuan jantung memompa darah menurun
menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya.

10
4. Kehilangan elastisitas pembuluh darah, hal ini terjadi karena
kurangnyaefektifitas pembuluh darah perifer untuk iksigenasi
5. Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer.

11
E. Patofisiologi

Faktor predisposisi : usia, jenis kelamin, merokok,


stress, kurang olahraga, genetic, alcohol, konsentrasi, Aliran darah makin
garam, obesitas Beban kerja jantung ↑ cepat keseluruh tubuh
sedangkan nutrisi
dalam sek sudah
Kerusakan vaskuler pembuluh darah HIPERTENSI Tekanan sistemik darah ↑ mencukupi kebutuhan
Metode koping
Perubahan struktur Perubahan situasi Krisis situasional tidak efektif

Penyumbatan pembuluh darah Informasi yang minim Defisiensi pengetahuan ansietas


Ketidakefektifan
koping
Vasokontriksi Resistensi pembuluh darah otak ↑ Nyeri kepala

Resiko
Gangguan sirkulasi Otak Suplai O² ke otak ↓ ketidakefektifan
perfusi jaringan otak

Ginjal Retina Pembuluh darah

Vasokontriksi pemb. darah ginjal Spasme arteriol


sistemik Koroner
Blood flow darah ↓ Resiko cedera
Vasokonstriksi
Iskemia miokard
Respon RAA Penurunan curah jantung
Afterload ↑
Merangsang aldos teron Kelebihan volume cairan Nyeri
Fatigue
Retensi Na Edema 12
Intoleransi aktivitas
Secara klinis derajat hipertensi dapat dikelompokkan yaitu :
No Kategori Sistolik (mmHg) Diastoli (mmHg)
1. Optimal < 120 <180
2. Normal 120 – 129 80 – 84
3. High Normal 130 – 139 85 – 89
4. Hipertensi
Grade 1 (ringan) 140 – 159 90 – 99
Grade 2 (sedang) 160 – 179 100 – 109
Grade 3 (berat) 180 – 209 100 – 119
Grade 4 (sangat berat) > 120 >120

13
F. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala pada hiperensi dibedakan menjadi :
1. Tidak ada gejala
Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan
peningkatan tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter
yang memeriksa. Hal ini berarti hipertensi arterial tidak akan pernah
terdiagnosa jika tekanan arteri tidak terukur.
2. Gejala yang lazim
Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi meliputi
nyeri kepala dan kelelahan. Dalam kenyataan ini merupakan gejala terlazim
yang mengenai kebanyakan pasien yang mencari pertolongan medis.

Beberapa pasien yang menderita hipertensi yaitu :


a. Mengeluh sakit kepala, pusing
b. Lemas, kelelahan
c. Sesak nafas
d. Gelisah
e. Mual
f. Muntah
g. Epistaksis
h. Kesadaran menurun

Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium
 Hb/Ht : untuk mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume cairan
(viskositas) dan dapat menginikasikan faktor resiko seperti :
hipokoagulabilitas, anemia
 BUN/kreatinin : memberikan informasi tentang perfusi / fungsi ginjal.
 Glicosa : hiperglikemi (DM adalah pencetus hipertensi) dapat
diakibatkan oleh pengeluaran kadar ketokolamin.

14
 Urinalisa : darah, protein, glukosa, mengisyaratkan disfungsi ginjal dan
ada DM.
2. CTScan : mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati
3. EKG : dapat menunjukkan pola regangan, dimana luas, peninggian
gelombang padahal salah satu tanda dini penyakitjantung hipertensi
4. IUP : mengidentifikasikan penyebab hipertensi seperti : batu ginjal,
perbaikan ginjal
Phoo data : menunjukkan destruksi klasifikasi pada area katup, pembesaran
jantung.

15
Penatalaksanaan.

Modifikasi Gaya Hidup

Tak mencapai sasaran TD ( <140/90mmHg atau <130/80 mmHg

pada penderita DM atau penyakit ginjal kronik

Pilihan obat untuk terapi permulaan

Hipertensi tanpa Indikasi Khusus Hipertensi Indikasi Khusus

Hipertensi Derajat 1 Hipertensi Derajat 2 Obat-obatan untuk


(TD) sistolik 140-159 (TD sistolik ≥160 indikasi khusus
mmHg atau TD mmHg atau TD Obat anti hipertensi
diastolik 90-99 mmHg) diastolik > mmHg) lainnya (deuretik,
Umumnya diberikan Umumnya diberikan penghambat EKA,
diuretik gol Thaizide. kombinasi 2 macam penyekat ß, antagonis
Bisa dipertimbangkan obat (biasanya deuretik Ca) sesuai yang
pemberian penghambat gol. Tiazeda dan diperlukan
EKA, ARB, penyekat ß, penghambat EKA, atau
antagonis Ca atau ARB atau penyekat ß,
Kombinasi atau antagonis Ca

Sasaran tekanan darah tak tercapai

Optimalkan dosis atau penambahan jenis obat sampai target tekanan darah tercapai.

Pertimbangkan konsultasi dengan spealis hipertensi

16
G. Masalah yang Lazim Muncul
1. Penurunan curah jantung b.d peningkatan afterload, vasokonstriksi,
hipertrofi / rigiditas ventrikuler, iskemiamiokard
2. Nyeri akut b.d peningkatan tekanan vaskuler serebral dan iskemia
3. Kelebihan volume cairan
4. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan, ketidakseimbangan suplai dan
kebutuhan oksigen
5. Ketidakefektifan koping
6. Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak
7. Resiko cidera
8. Defisiensi pengetahuan
9. Ansietas
H. Discharge Planning
a) Berhenti merokok
b) Pertahankan gaya hidup sehat
c) Belajr untuk rilek dan mengendalikan stress
d) Batasi konsumsi alcohol
e) Penjelasan mengenai hipertensi
f) Jika sudah menggunakan obat hipertensi teruskan penggunaannya secara
rutin
g) Diet garam serta pengendalian berat badan
h) Periksa tekanan darah secara teratur

17
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pemeriksaan Fisik
Melakukan pengkajian :
1. Identitas pasien: nama, umur, jenis kelamin, suku, pekerjaan.
2. Riwayat
a. Riwayat kesehatan keluarga
b. Riwayat penyakit dahulu
c. Riwayat penyakit sekarang
d. Manifestasi klinis penyakit jantung seperti dyspnea, angina
e. Kebiasaan sehari-hari: nutrisi, istirahat, olah raga
f. Faktor psikologis dan lingkungan: stes emosional, budaya makan, dan
status ekonomi
g. Faktor resiko
h. Riwayat alergi
i. Riwayat pemakaian obat: pil KB, steroid, NSAID
3. Pemeriksaan fisik
a. Berat badan dan tinggi badan
b. Mata: pemeriksaan funduskopi untuk penyempitan retinal arteriol,
perdarahan, eksudat dan papill edema.
c. Leher: JVP, bising karotis dan pembesaran thyroid
d. Paru: pernapasan (irama, frekuensi, jenis suara napas)
e. Jantung: denyut jantung, suara jantung, bising jantung. Tekanan darah
diukur minimal 2 kali dengan tenggang waktu 2 menit dalam posisi
berbaring atau duduk, dan berdiri sekurangnya setelah 2 menit.
Pengukuran menggunakan yang sesuai, dan sebaiknya dilakukan pada

18
kedua sisi lengan, dan jika nilainya berbeda maka nilai yang tertinggi
yang diambil
f. Abdomen: bising, pembesaran ginjal
g. Ekstremitas: lemahnya atau hilangnya nadi parifer, edema
h. Neurologi: tanda thrombosis cerebral dan perdarahan
4. Pemeriksaan penunjang
a. EKG: adanya pembesaran ventrikel kiri, pembesaran atrium kiri,
adanya penyakit jantung koroner atau aritmia
b. Hemoglobin/hematokrit: bukan diagnostik tetapi mengkaji hubngan
dari sel-sel terhadap terhadap volume cairan(viskositas)dan dapat
mengindikasikan faktor-faktor risiko seperti hiperkogulabilitas,
anemia.
c. BUN/kreatinin: memberikan informasi tentang perfusi/fungsi ginjal
d. Glukosa: hiperglikemia (Diabetes Millitus adalah pencetus hipertensi)
dapat diakibatkan oleh peningkatan kadar katekolamin (meningkatkan
hipertensi)
e. Kalium serum: hipokalemia dapat mengindikasikan adanya aldosteron
utama (penyebab) atau menjadi efek samping terapi diuretic.
f. Kalsium serum: peningkatan kadar kalsium serum dapat meningkatkan
hipertensi
g. Kolesterol dan trigliserida serum: peningkatan kadar dapat
mengindikasikan pencetus untuk/adanya pembentukan plak
ateromatosa (efek kardiovaskuler).
h. Asamm urat: hiperurisemia telah menjadi implikasi sebagai faktor
risiko terjadinya hipertensi.
i. Foto rontgen: adanya pembesaran jantung, vaskularisasi atau aorta
yang melebar
j. Echocardiogram: tampak adanya penebalan dinding ventrikel kiri,
mungkin juga sudah terjadi dilatasi dan gangguan fungsi sistolik dan
diastolic. (Diklat PJT RSCM, 2008)

19
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan untuk klien hipertensi mencakup:
a. Penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan afterload,
vaskonstriksi, iskemia miokard, hipertropi ventricular.
b. Nyeri (sakit kepala) berhubungan dengan peningkatan tekanan vasculer
serebral.
c. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai
dan kebutuhan oksigen.
C. Intervensi dan Rasional Tindakan
Rencana asuhan keperawatan pada pasien dengan hipertensi adalah sebagai
berikut:
a. Penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan afterload,
vasokonstriksi, iskemia miokard, hipertropi ventrikelar.
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam
diharapkan masalah penurunan curah jantung dapat teratasi dengan
kriteria hasil:
1. Mempertahankan tekanan darah dalam rentang individu yang dapat
diterima
2. Berpartisipasi dalam aktivitas yang menurunkan tekanan darah atau
kerja jantung
3. Memperlihatkan irama dan frekuensi jantung stabil dalam rentang
normal pasien

INTERVENSI RASIONAL

Pantau tekanan darah. Ukur pada kedua tangan/paha untuk evaluasi


awal. Gunakan ukuran manset yang tepat dan teknik yang akurat.
Perbandingan dari tekanan memberikan gambaran yang lebih langkap
tentang keterlibatan/bidang masalah vaskuler. Hipertensi berat
diklasifikasikan pada orang dewasa sebagai peningkatan tekanan diastolik
sampai 130 mmHg, hasil pengukuran diastolik di atas 130 mmHg

20
dipertimbangkan sebagai peningkatan pertama, kemudian maligna.
Hipertensi sistolit juga merupakan faktor risiko yang ditentukan untuk
penyakit serebrovaskular dan penyakit iskemi jantung bila tekanan
diastolic 90-115 Catat keberadaan, kualitas denyutan sentral dan parifer
Denyutan karotis,jugularis, radialis dan femoralis mungkin
teramati/terpalpasi. Denyut pada tungkai mungkin menurun,
mencerminkan efek dari vasokonstriksi (peningkatan SVR) dan kongesti
vena.

Auskultasi tonus jantung dan bunyi napas S4 umum terdengar pada


pasien hipertensi berat karena adanya hipertropi atrium (peningkatan
volume/tekanan atrium, perkembangan S3 menunjukkan hipertropi
ventrikel dan kerusakan fungsi. Adanya krakles, mengindikasikan
kongesti paru sekunder terhadap terjadinya atau gagal jantung kronik.
Amati warna kulit, kelembaban, suhu, dan masa pengisian kapiler Adanya
pucat, dingin, kulit lembab dan masa pengisian kapiler lambat mungkin
berkaitan dengan vasokonstriksi atau mencerminkan
dekompensasi/penurunan curah jantung. Catat edema umum / tertentu
dapat mengindikasi gagal jantung, kerusakan ginjal atau vascular. Berikan
lingkungan tenang, nyaman, kurangi aktivitas/keributan lingkungan.
Batasi jumlah pengunjung dan lamanya tinggal Membantu menurunkan
rangsang simpatis meningkatkan relaksasi.

Pertahankan pembatasan aktivitas, seperti: istirahat di tempat


tidur/kursi, jadwal periode istirahat tanpa gangguan, bantu pasien
melakukan aktivitas perawatan diri sesuai kebutuhan menurunkan stres
dan ketegangan yang mempengaruhi tekanan darah perjalanan penyakit
hipertensi. Lakukan tindakan – tindakan yang nyaman seperti: pijatan
punggung dan leher, meninggikan kepala tempat tidur, mengurangi
ketidaknyamanan dan dapat menurunkan rangsang simpatis,
anjurkan teknik relaksasi, panduan imajinasi, aktivitas pengalihan dapat

21
menurunkan rangsangan yang menimbulkan stres, membuat efek tenang,
sehingga akan menurunkan TD. Pantau respon terhadap obat untuk
mengontrol takanan darah Respon terhadap terapi obat “stepped” (yang
terdiri dari atas diuretik, inhibitor simpatis dan vasodilator) tergantung
pada individu dan efek sinergis obat. Karena efek samping tersebut, maka
penting untuk menggunakan obat dalam jumlah paling sedikit dan dosis
paling rendah.

Kolaborasi:
Berikan obat-obat sesuai indikasi, contoh:

Diuretic tiazin, misalnya: Diuretic tiazin, misalnya: kortikosteroid (diuri),


hidroklorotiazid (esidrix/hidroDIURIL), bendroflumentiazid (Naturetin)
Tiazid mungkin digunakan sendiri atau dicampur dengan obat lain untuk
menurunkan TD pada pasien dengan fungsi ginjal yang relative normal.
Diuretic ini memperkuan agen-agen antihipertensif lain dengan membatasi
retensi cairan.

Diuretic ini memperkuan agen-agen antihipertensif lain dengan membatasi


retensi cairan. Berikan pembatasan cairan dan diit natrium sesuai indikasi
Pembatasan ini dapat menangani retensi cairan respon hipertensif, dengan
demikian menurunkan kerja jantung.

b. Nyeri (sakit kepala) berhubungan dengan peningkatan tekan vasculer


serebral
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam
diharapkan masalah nyeri teratasi dengan kriteria hasil:
1. Melaporkan nyeri/ketidaknyamanan terkontrol
2. Mengikuti regimen farmakologi yang diresepkan
INTERVENSI RASIONAL
Mempertahankan tirah baring selama fase akut meminimalkan
stimulasi / meningkatkan relaksasi.

22
Berikan tindakan nonfarmakologi untuk menghilangkan sakit kepala,
misal: kompres dingin pada dahi, pijat punggung dan leher, tenang,
redupkan lampu kamar, teknik relaksasi (panduan imajinasi, distraksi) dan
aktivitas waktu senggang.
Hilangkan/minimalkan aktivitas vasokonstriksi yang dapat
meningkatkan sakit kepala, misalnya mengejan saat BAB, batuk panjang,
membungkuk. Aktivitas yang meningkatkan vasokonstriksi menyebabkan
sakit kepala pada adanya peningkatan tekanan vaskularserebral.
Bantu pasien dalam ambulasi sesuai kebutuhan Pusing dan penglihatan
kabur sering berhubungan dengan sakit kepala. Pasien juga dapat
mengalami episode hipotensi postural. Berikan cairan, makanan lunak,
perawatan mulut yang teratur bila terjadi perdarahan hidung atau kompres
hidung telah dilakukan untuk menghentikan perdarahan.
Kilaborasi:
Berikan sesuai indikasi: analgesik Menurunkan/mengontrol nyeri dan
menurunkan rangsang sistem saraf simpatis.
Antiansieta, missal lorazepam (ativan), diazepam (valium) dapat
mengurangi tegangan dan ketidaknyamanan diperberat oleh stress.
c. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai
dan kebutuhan oksigen.
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam
diharapkan masalah intoleransi aktivitas teratasi dengan kriteria hasil:
1. Peningkatan dalam toleransi aktivitas yang dapat diukur.
2. Menunjukkan penurunan dalam tanda-tanda intoleransi fisiologi.
3. Berpartisipasi dalam aktivitas yang diinginkan/diperlukan.

23
INTERVENSI RASIONAL

Kaji respons pasien terhadap aktivitas, perhatikan frekuensi nadi lebih


dari 20 kali permenit di atas frekuensi istirahat, peningkatan TD yang
nyata selama/sesudah aktivitas (tekanan sistolik meningkat 40 mmHg atau
tekanan diastolik meningkat 20 mmHg), dispnea atau nyeri dada,
keletihan dan kelemahan yang berlebihan, diaphoresis, pusing atau
pingsan.
Instruksikan pasien tentang teknik penghematan energi, misal:
menggunakan kursi saat mandi, duduk saat menyisir rambut atau menyikat
gigi, melakukan aktivitas dengan perlahan. Teknik menghemat energi
mengurangi penggunaan energi, juga membantu keseimbangan antara
suplai dan kebutuhan oksigen.
Berikan dorongan untuk melakukan aktivitas/perawatan diri terhadap
jika dapat ditoleransi. Berikan bantuan sesuai kebutuhan. Kemajuan
aktivitas bertahap mencegah peningkatan kerja jantung tiba-tiba.
Memberikan bantuan hanya sebatas kebutuhan akan mendorong
kemandirian dalam melakukan aktivitas.

24
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Hipertensi adalah meningkatnya tekanan sistolik sedikitnya 140
mmHg dan diastolik sedikitnya 90 mmHg. Hipertensi dipengaruhi oleh
beberapa faktor, yaitu: Faktor genetik, Usia, keadaan emosi seseorang,
konsumsi Na terlalu tinggi, Obat, Hormonal, Neurologik ,dll.
Orang yang sudah terkena hipertensi dapat juga mengalami banyak
komplikasi yang diderita, diantaranya Stroke, kebutaan, angina pectoris, CHF,
gagal ginjal, infark miokard, dll.
B. Saran
Untuk menghindari terjadinya hipertensi, maka sebaiknya kita selaku
petugas medis sebaiknya memberi contoh masyarakat untuk menerapkan
perilaku hidup bersih dan sehat, dan juga tidak mengkonsumsi makanan
sembarangan yang belum teruji kesehatannya.

25

Anda mungkin juga menyukai