Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PRAKTIKUM

TEKNOLOGI DAGING DAN IKAN


ACARA II FURIKAKE

KELOMPOK 8
Anggota Kelompok :
1. Rossa Ivana Sari (H0915072)
2. Santi Srirahma Medinah (H0915076)
3. Santy Maharani (H0915077)
4. Theresia Nadia A (H0915081)
5. Zahratul Jannah (H0915089)

PROGRAM STUDI ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
2017
ACARA III
FURIKAKE

A. TUJUAN
Tujuan dari praktikum Teknologi Daging dan Ikan Acara II Furikake
adalah :
a. Mahasiswa dapat memahami nilai gizi yang terdapat dalam furikake.
b. Memformulasikan furikake berbasis abon ikan yang disukai anak - anak.

B. TINJAUAN PUSTAKA
Ikan merupakan salah satu komoditas terbesar yang dihasilkan Indonesia
mengingat negara ini merupakan negara maritim. Ikan dan produk perikanan
dapat memenuhi kebutuhan protein hewani di berbagai negara. Lebih jauh lagi,
konsumsi ikan dipercaya dapat memberikan berbagai efek yang menunjang
kesehatan. Ikan laut merupakan salah satu sumber makan yang kaya akan asam
lemak tak jenuh. Senyawa ini telah banyak dibuktikan memberikan efek positif
bagi kesehatan, seperti menurunkan resiko penyakit jantung, kanker, arhitis dan
lain-lain. Minyak ikan memiliki asam lemak bebas yang beragam, mulai dari 12-
26 atom karbon dan 0 - 6 ikatan rangkap. Asam lemak yang terkandung
dalam ikan terdiri atas lemak asam lemak jenuh (15 - 25%), asam lemak tak
jenuh tunggal (35-60%) dan asam lemak tak jenuh majemuk (25 - 40%)
(Pratama dkk., 2011).
Ikan merupakan salah satu sumber protein hewani yang banyak
dikonsumsi masyarakat, mudah didapat, dan harganya murah. Namun ikan cepat
mengalami proses pembusukan. Oleh sebab itu perlu dilakukan pengolahan ikan
sehingga disimpulkan lebih lama dan awet. Ikan tenggiri memiliki kandungan air
76,5%, protein 21,4%, lemak 0,56%, karbohidrat 0,61% dan kadar abu 0,93%
(Ramasari dkk., 2012).
Abon ikan merupakan ikan olahan yang dibuat dari daging ikan dan
diproses secara tradisional melalu perebusan, pemberian bumbu dan
penggorengan. Abon merupakan produk kering, dimana penggorengan
merupakan salah satu tahap yang umumnya dilakukan dalam pengolahannya.
Pengolahan abon, baik abon daging maupun abon ikan, dilakukan dengan
menggoreng daging dan bumbu menggunakan pan frying. Pan frying merupakan
proses penggorengan bahan dengan menggunakan sedikit minyak dengan suhu
permukaan dapat mencapai lebih dari 100°C. Lama penggorengan dilakukan
antara 30-60 menit atau tergantung bahan yang digoreng. Proses pengolahan
dengan metode pan frying bertujuan untuk memperoleh bahan pangan agar
mempunyai aroma dan rasa yang menarik. Banyaknya minyak yang digunakan
lebih kurang 10 ml atau cukup untuk mengalasi alat penggorengan sehingga
bahan yang digoreng tidak melekat pada alatnya (Dewi dkk., 2011).
Menurut Afrianto dan Liviawaty (1989), secara garis besar pembuatan
abon ikan dapat dilakukan dalam beberapa tahap yaitu :
1. Tahap penyiangan ikan
Ikan yang akan digunakan sebagai bahan baku dalam pembuatan
abon dikelompokkan berdasarkan jenis, ukuran dan tingkat kesegarannya.
Selanjutnya, ikan disiangi dengan cara membersihkan sisik (bila ada),
membuang bagian kepala, isi perut maupun sirip ikan agar tidak
mempengaruhi kualitas abon. Ikan kemudian dipotong menjadi bagian
yang lebih kecil dengan ukuran 4x3x3 cm dan dicuci dengan air bersih
yang mengalir, untuk menghilangkan darah, lendir maupun kotoran yang
masih menempel.
2. Tahap perebusan ikan
Ikan yang telah dipotong dan dicuci bersih direbus agar daging ikan
menjadi lunak dan mudah dihancurkan. Setelah 20-40 menit, daging ikan
ditiriskan dalam wadah khusus agar air rebusannya cepat hilang.
3. Tahap penghancuran
Pada tahap ini tulang, kulit dan sisik ikan dibuang. Agar lebih
mudah, sebaiknya pembuangan tulang, kulit dan sisik dilakukan pada saat
daging ikan masih dalam keadaan panas. Daging ikan kemudian dicabik-
cabik dan diremas dengan tangan hingga terbentuk serat daging yang halus
dan berukuran seragam.
4. Tahap pembuatan bumbu
Sebenarnya bumbu abon dapat disesuaikan dengan selera masing-
masing, apakah abon yang dibuat akan mengandung rasa pedas, manis atau
asin. Akan tetapi sebagai patokan dapat digunakan komposisi bumbu yaitu
untuk abon dengan bahan baku 100 kg ikan; campurkan dan lumatkan 2 kg
bawang merah; 1,6 kg bawang putih; 300 g ketumbar; 1,5 kg garam; 900 g
asam dan 15 kg gula. Setelah lumat tambahkan 100 g laos serta salam dan
sereh secukupnya. Tambahkan pula 750 cc santan yang diperoleh dari 400
g kelapa parut.
5. Tahap penggorengan
Masukkan bumbu ke dalam kuali dan panaskan di atas api yang
tidak terlalu besar sampai mendidih. Selanjutnya masukkan pula daging
ikan yang telah dihancurkan sedikit demi sedikit sambil terus diaduk
hingga rata. Setelah agak kering, tambahkan sedikit minyak goreng sambil
terus diaduk. Tahap penggorengan dianggap selesai bila abon benar-benar
telah kering.
6. Tahap pengepakan
Setelah penggorrengan selesai, abon dibiarkan beberapa saat di
tempat terbuka dan berangin hingga dingin. Abon kemudian dimasukkan
ke dalam kantong plastik dengan takaran sesuai dengan kebutuhan. Abon
siap untuk dipasarkan atau dikonsumsi sendiri
Bumbu campuran atau campuran bumbu adalah jenis bumbu yang terdiri
dari rempah-rempah dan herbal, tapi mempertahankan sifat fisik dan kimia
setelah melalui pengolahan. Secara umum, bumbu larut seperti bubuk kering,
cairan kental dan produk instan telah dikembangkan untuk industri makanan.
Bahan-bahan bumbu dan kondisi pengolahan seperti waktu, suhu, kelembaban,
dan proses produksi dapat mempengaruhi produk bumbu. Komposisi kimia yang
tepat, bebas kadar air, dan masa simpan adalah kriteria penting bumbu yang baik.
Dengan mempertahankan rasa khas bumbu, mikroba kontaminan dari bahan baku
tidak dapat dihilangkan sepenuhnya dan jumlah mikroba yang dapat diterima
yaitu lebih rendah dari 5 x 104 cfu / g (Phornphisutthimas, 2010).

C. METODE PENELITIAN
1. Alat
a. Baskom
b. Cobek
c. Kompor
d. Panci pengukus
e. Piring kertas
f. Pisau
g. Sendok
h. Sotel
i. Talenan
j. Wajan
2. Bahan
a. Bawang merah secukupnya
b. Bawang putih secukupnya
c. Daging ikan tongkol 200 gram
d. Garam secukupnya
e. Gula merah
f. Teri 20 gram
g. Kedelai 30 gram
h. Ketumbar
i. Lengkuas
j. Santan
k. Wijen 20 gram
3. Cara Kerja
Bumbu Ikan

Penghalusan Pengukusan 30 menit

Bumbu halus Penimbangan


Penumisan
200 gr

Penambahan Penyuiran

Santan Penambahan

Penggorengan dengan pengadukan


hingga kering

Wijen/
Penambahan
Kedelai/
Teri
Pendinginan

Pengemasan

Pengujian organoleptik 25 anak

Gambar 2.1 Diagram Alir Proses Pembuatan Furikake


D. HASIL DAN PEMBAHASAN
Sesuai DKBM (2007), ikan tongkol mengandung energi 100 kkal,
karbohidrat 8 %, lemak 1,5 %, dan protein 13,7 %. Wijen mengandung energi
568 kkal, karbohidrat 18,1 %, lemak 51,1 %, dan protein 19,3 %. Kacang kedelai
mengandung energi 381 kkal, karbohidrat 24,9 %, lemak 16,7 %, dan protein
40,4 %. ikan teri kering mengandung 170 kkal, karbohidrat 0 %, lemak 3 %, dan
protein 33,4 %.
Tabel 2.1 Hasil Perhitungan Nilai Gizi Berbagai Formulasi
Kode Energi Karbohidrat Lemak Protein
Sampel (kkal) (%) (%) (%)
333 142,545 8,918 6,009 14,210
556 136,653 10,352 3,482 15,426
228 106,364 7,273 1,637 15,491
Sumber : Laporan Sementara
Keterangan:
333= ikan tongkol 200 gr + 20 gr wijen
556= ikan tongkol 200 gr + 30 gr kacang kedelai
228= ikan tongkol 200 gr + 20 gr ikan teri
Berdasarkan Tabel 2.1 kode sampel 333 yang merupakan formulasi ikan
tongkol + wijen memiliki kandungan energi sebesar 142,545 kkal; karbohidrat
8,918 %; lemak 6,009%; dan protein 14,210%. Formulasi ikan tongkol + kacang
kedelai memiliki kandungan kandungan energi sebesar 136,653 kkal; karbohidrat
10,352%; lemak 3,482%; dan protein 15,426%. Sedangkan formulasi ikan
tongkol + ikan teri nasi kering memiliki kandungan kandungan energi sebesar
106,364 kkal; karbohidrat 7,273%; lemak 1,637%; dan protein 15,491%.
Standarisasi Nasional Indonesia (1995), mendefinisikan abon sebagai
suatu jenis makanan kering berbentuk khas yang terbuat dari daging ikan
yang direbus, disayat - sayat, dibumbui, digoreng dan dipress. Menurut
Suryani et al., (2007) dalam Hardoko dkk., (2015), abon ikan memiliki
karakteristik bentuk lembut, rasa enak, berbau khas, dan mempunyai daya
simpan yang relatif lama, yaitu sampai sekitar 60 hari, pembuatan yang relatif
mudah, dan siap dikonsumsi secara langsung. Abon ikan merupakan jenis
makanan olahan ikan, melalui kombinasi proses penggilingan, penggorengan,
pengeringan dengan cara menggoreng, serta penambahan bahan pembantu dan
bahan penyedap terhadap daging ikan.
Menurut Kusumayanti dkk., (2011), teknologi pembuatan abon adalah
sebagai berikut, ikan yang sudah dicuci bersih kemudian disiangi, dikukus dan
dicabik-cabik, setelah itu ikan dimasukkan ke dalam wajan, diberi bumbu,
santan, lalu digoreng hingga kering, abon yang sudah jadi kemudian
ditiriskan/dipress, diangin-anginkan dan siap untuk dikemas. Pada dasarnya,
prinsip membuat furikake adalah sama. Yang membedakan hanyalah inovasi
bahan tambahan yang ditambaha ke dalam furikake tersebut. Berdasarkan
praktikum, cara membuat furikake diawali dengan merebus ikan tongkol terlebih
dahulu. Setelah ikan tongkol direbus, ikan tongkol disayat-sayat atau disuir-suir
hingga menjadi serabut-serabut halus. Langkah yang selanjutnya adalah
menghaluskan bumbu-bumbu yang digunakan untuk membuat furikake. Bumbu-
bumbu yang digunakan, diantaranya adalah bawang merah, bawang putih, garam,
dan penyedap rasa. Setelah bumbu halus dan ikan selesai disuir-suir, bumbu yang
telah halus disangrai. Kemudian, setelah beberapa menit, ikan tongkol yang telah
disuir-suir dimasukkan ke dalam bumbu yang telah disangrai. Penggorengan ikan
tongkol dilakukan hingga ikan menjadi kering dan berwarna kecoklatan, serta
bumbu-bumbu masuk ke dalam ikan. Langkah yang terakhir adalah dilakukan
penambahan inovasi bahan, seperti wijen, kedelai, dan ikan teri.
Dalam praktikum furikake yang telah dilakukan, furikake yang dibuat
diberi penambahan berupa wijen, kacang kedelai, dan ikan teri asin. Fungsi dari
penambahan wijen adalah untuk inovasi dari produk furikake. Kacang kedelai
berfungsi untuk memberikan kesan rasa crispy pada furikake. Sehingga ketika
kita memakan furikake akan muncul rasa crispy atau kriuk-kriuk pada furikake.
Kacang kedelai merupakan bahan pangan yang banyak mengandung protein.
Dengan adanya penambahan kacang kedelai dapat menambah kandungan
protein pada abon ikan. Hal ini sesuai dengan pendapat Aminah (2000)
dalam Jannah dkk. (2016), bahwa penambahan tepung tempe dapat
meningkatkan protein pada produk tiwul dari protein tiwul 2,88% dengan adanya
penambahan tepung tempe dapat meningkat menjadi 16,28%. Hal ini
diungkapkan bahwa karena bahan baku tempe memiliki kandungan protein yang
lebih tinggi daripada tepung singkong. Abon nangka muda dengan adanya
penambahan tempe gembus juga dapat mengalami peningkatan kandungan
protein, hal ini dikarenakan tempe gembus juga masih terdapat kandungan
proteinnya.
Penambahan ikan teri sendiri adalah untuk menambah flavor pada
furikake. Sehingga ketika panelis memakan furikake yang diberi ikan teri asin,
akan ada rasa asin yang dirasakan dan dapat menambah daya tarik panelis akan
furikake tersebut, selain itu penambahan ikan teri juga berfungsi untuk
menambah gizi dan kandungan nutrisi pada abon ikan. Menurut Isnanto (2012),
ikan teri merupakan jenis ikan kecil yang memiliki nilai ekonomi tinggi seperti
jenis ikan laut lainnya. Ikan teri memiliki tubuh yang kecil sehingga semua
sumber gizi yang terkandung dalam tubuhnya dapat dimanfaatkan oleh manusia.
Ikan teri juga merupakan ikan berkadar lemak rendah dan tidak terlalu amis
karena kandungan ureanya tidak terlalu tinggi. Ikan teri memiliki kelebihan,
yaitu dapat dikonsumsi seluruh tubuhnya termasuk tulangnya. Oleh karena itu
ikan teri merupakan sumber zat kapur (Ca), selain kandungan gizinya yang
tinggi, harga ikan teri relatif murah dibandingkan dengan sumber protein
lainnya. Sehingga dapat terjangkau oleh masyarakat berpenghasilan rendah
(Perana, 2003). Kandungan gizi pada ikan teri segar yaitu energi 77 kkal, protein
16 gram, lemak 1 gram, kalsium 500 mg, fosfor 500 mg, besi 0,05 mg
(DepKes, 2005).
Berdasarkan data dari DKBM, dapat disimpulkan bahwa sampel 333
yaitu dengan penambahan wijen memiliki kandungan energi tertinggi dikuti
sampel 556 dengan penambahan kacang kedelai dan terakhir sampel 228 dengan
penambahan ikan teri. Dari segi kandungan karbohidratnya, sampel teritnggi
yaitu sampel 556 dengan penambahan kacang kedelai, diikuti sampel 333 dengan
penambahan wijen, dan yang terakhir sampel 228 dengan penambahan ikan teri.
Dari segi kandungan lemak, sampel tertinggi yaitu 333 dengan penambahan
wijen, dikuti sampel 556 dengan penambahan kacang kedelai, dan terakhir
sampel 228 dengan penambahan ikan teri. Sedangkan dari segi kandungan
protein, sampel teringgi yaitu sampel 228 dengan penambahan ikan teri, diikuti
556 dengan penambahan kacang kedelai, dan yang terakhir yaitu sampel 333
dengan penambahan wijen.
Tabel 2.2 Uji Kesukaan Furikake pada Panelis Anak-anak

Formula Nilai
Kesukaan
F1 2,76a
F2 3,12a
F3 3,16a
Sumber : Laporan Sementara
Keterangan :
Angka-angka pada kolom yang sama diikuti huruf superscript berbeda (a,b)
menunjukkan berbeda nyata (p<0,05)
Formula:
F1 = 333= ikan tongkol 200 gr + 20 gr wijen
F2 = 556= ikan tongkol 200 gr + 30 gr kacang kedelai
F3 = 228= ikan tongkol 200 gr + 20 gr ikan teri
Tingkat Kesukaan
1 = Tidak Suka
2 = Biasa
3 = Suka
4 = Sangat Suka
16

14

12

10
1 = Tidak Suka
8 2 = Biasa
3 = Suka
6
4 = Sangat Suka
4

0
F1 (333) F2 (556) F3 (228)

Gambar 2.2 Grafik Batang Tingkat Kesukaan Anak-Anak Terhadap Furikake


Berdasarkan Tabel 2.2 didapatkan hasil nilai uji kesukaan furikake pada
panelis anak –anak, sampel F1, F2, dan F3 berturut-turut adalah 2,76; 3,12; dan
3,12. Hasil menunjukkan bahwa nilai dari ketiga formulasi terdapat dalam satu
subset yang sama yang berarti tidak memiliki perbedaan yang nyata diantara
ketiga sampel formula. Menurut hasil dalam Tabel 2.2, urutan kode sampel
furikake dimulai dari yang paling disukai hingga yang paling tidak disukai adalah
formulasi 3 (F3) dengan kode sampel 228 yaitu furikake dengan penambahan
ikan teri dengan nilai 3,16 ; kemudian formulasi 2 (F2) dengan kode sampel 556
yaitu furikake dengan kacang kedelai dengan nilai 3,12 ; dan terakhir formulasi 1
(F1) dengan kode sampel 333 yaitu furikake dengan penambahan wijen memiliki
nilai yang sama yaitu 2,76.
Berdasarkan Gambar 2.2, dapat diketahui bahwa panelis yaitu anak-anak
secara keseluruhan menyukai furikake. Hal ini terlihat panelis yang memberikan
penilaian mereka mengenai rasa dari furikake yaitu tidak suka, biasa, suka, dan
sangat suka terhadap produk furikake. Pada kode sampel 333 jumlah penilaian
dari panelis anak – anak yang tidak suka ada 1 orang, biasa 3 orang, suka 12
orang, dan sangat suka 9 orang. Pada kode sampel 556 jumlah penilaian dari
panelis anak – anak yaitu tidak ada yang tidak suka, biasa 4 orang, suka 14
orang, sangat suka 7 orang. Pada kode sampel 228 jumlah penilaian dari panelis
anak – anak yang yang tidak suka ada 3 orang, biasa 5 orang, suka 12 orang, dan
sangat suka 5. Secara keseluruhan panelis yang memberikan penilaian mereka
mengenai rasa dari furikake yaitu biasa, suka, dan sangat suka terhadap produk
furikake adalah 12, 38, dan 21. Sedangkan penilaian tidak suka hanya sebanyak
3. Formulasi yang paling disukai oleh anak-anak secara berurutan adalah F3
dengan kode sampel 228 yaitu furikake dengan penambahan ikan teri, kemudian
F2 kode sampel 556 yaitu furikake dengan penambahan kacang kedelai, dan
selanjutnya F1 dengan kode sampel 333 yaitu furikake dengan penambahan
wijen.
Tingkat kesukaan panelis anak-anak terhadap produk furikake pada
percobaan ini kemungkinan dipengaruhi oleh rasa yang kuat di lidah yaitu rasa
abon, tekstur renyah pada tiap - tiap formulasi, aroma produk, dan kenampakan
produk yaitu warna produk yang menarik. Sedangkan faktor-faktor yang
mempengaruhi nilai gizi furikake diantaranya adalah pemilihan bahan baku,
komposisi bahan tambahan dan juga pemilihan bahan tambahan pada pembuatan
furikake. Nilai gizi pada bahan tambahan furikake dapat mempengaruhi nilai
gizi total furikake yang dihasilkan.
E. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil data yang diperoleh dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut :
a. Sampel 333 yaitu dengan penambahan 20 gram wijen memiliki kandungan
energi tertinggi diikuti sampel 556 yaitu dengan penambahan 30 gram
kedelai dan terakhir sampel 228 yaitu dengan penambahan 20 gram teri. Dari
segi kandungan karbohidratnya, sampel tertinggi yaitu sampel 556 diikuti
333 dan yang terakhir sampel 228. Dari segi kandungan lemak, sampel
tertinggi yaitu 333 diikuti sampel 556 dan terakhir sampel 228. Sedangkan
dari segi kandungan protein, sampel teringgi yaitu sampel 228 diikuti
sampel 556 dan yang terakhir yaitu sampel 333.
b. Formulasi yang paling disukai oleh anak-anak secara berurutan adalah F3
dengan kode sampel 228 yaitu furikake dengan penambahan ikan teri,
kemudian F2 kode sampel 556 yaitu furikake dengan penambahan kacang
kedelai, dan selanjutnya F1 dengan kode sampel 333 yaitu furikake dengan
penambahan wijen.
DAFTAR PUSTAKA

Afrianto, Eddy dan Evi Liviawaty. 1989. Pengawetan dan Pengolahan Ikan.
Kanisius. Yogyakarta.
Dewi, Eko Nurcahya., Ratna Ibrahim., dan Nuzulia Yuaniva. 2011. Daya Simpan
Abon Ikan Nila Merah (Oreochromis niloticus Trewavas) yang Diproses
dengan Metode Penggorengan Berbeda. Jurnal Saintek Perikanan, Vol. 6, No.
1, Hal : 6-12
Direktorat Gizi Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2005. Daftar Komposisi
Bahan Makanan. Bharata, Jakarta.
DKBM (Daftar Komposisi Bahan Makanan). 2007. Departemen Kesehatan RI.
Jakarta.
Hardoko, Putri Yurida Sari dan Yunita Eka Puspitasari. 2015. Substitusi Jantung
Pisang dalam Pembuatan Abon dari Pindang Ikan Tongkol. Jurnal Perikanan
dan Kelautan Vol. 20 (1) Juni 2015. ISSN 0853-7607.
Isnanto, T. 2012. Pembuatan Opak Dengan Penambahan Ikan Teri (Stolephorus spp)
Kaya Protein. Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
Jannah, Ulfa Qurrota A’yuni Nur., Darimiyya Hidayati., dan Abdul Aziz Jakfar.
2016. Karakteristik Sensoris dan Kimia pada Abon Nangka Muda (Artocarpus
heterophyllus LMK) dengan Penambahan Tempe. Agrointek Volume 10, No. 1
Maret 2016.
Kusumayanti, Heny Widi Astuti dan RTD. Wisnu Broto. 2011. Inovasi Pembuatan
Abon Ikan Sebagai Salah Satu Teknologi Pengawetan Ikan. Gema Teknologi
Vol. 16 No. 3 Periode April-Oktober 2011.
Perana, A. 2003. Penambahan Ikan Teri (Stolephorus sp) Sebagai Sumber Protein
Dalam Pembuatan Tortilla Chips. IPB, Bogor.
Phornphisutthimas, Somkiat. 2010. Pilot-scale Development of Dried Seasoning with
Tom Yam Flavour Using Mushroom as Adsorbent. Asian Journal of Food and
Agro-Industry, Vol. 3, No. 3, hal : 335 – 342,
Pratama, Rusky I., M. Yusuf Awaluddin., dan Safri Ishmayana. 2011. Komposisi
Asam Lemak Ikan Tongkol, Layur, dan Tenggiri dari Pameuungpeuk, Garut.
Jurnal Akuatika, Vol.2, No. 2.
Ramasari, Egi Lukiasa., Widodo Farid Ma’ruf., dan Putut Har Riyadi. 2012. Aplikasi
Karagenan sebagai Emulsifier di Dalam Pembuatan Sosis Ikan Tenggiri
(Scomberomorus guttatus) pada Penyimpanan Suhu Ruang. Jurnal Perikanan,
Vol. 1, No. 2.
Standar Nasional Indonesia (SNI). 1995. Abon. Nomor 01-3707-1995. Dewan
Standarisasi Nasional. Jakarta.
LAMPIRAN PERHITUNGAN

A. Perhitungan Jumlah Zat Gizi Furikake


𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑓𝑜𝑟𝑚𝑢𝑙𝑎𝑠𝑖
Jumlah Zat Gizi Furikake = 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑓𝑢𝑟𝑖𝑘𝑎𝑘𝑒 𝑥 𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑍𝑎𝑡 𝐺𝑖𝑧𝑖 𝐷𝐾𝐵𝑀

Berat Furikake 333 = ikan tongkol + Wijen


= (200 + 20) gr
= 220 gr
 Energi
200
Abon (Ikan) = 220 𝑥 100 𝑘𝑘𝑎𝑙

= 90,909 kkal
20
Wijen = 220 𝑥 568 𝑘𝑘𝑎𝑙

= 51,636 kkal
Energi Total = 90,909 + 51,636
= 142,545 kkal
 Karbohidrat
200
Abon (Ikan) = 220 𝑥 8%

= 7,273%
20
Wijen = 220 𝑥 18,1%

= 1,645%
Karbohidrat Total = (7,273 + 1,645)%
= 8,918%
 Lemak
200
Abon (Ikan) = 220 𝑥 1,5%

= 1,364%
20
Wijen = 220 𝑥 51,1%

= 4,645%
Lemak Total = (1,364 + 4,645)%
= 6,009%
 Protein
200
Abon (Ikan) = 220 𝑥 13,7%

= 12,455%
20
Wijen = 220 𝑥 19,3%

= 1,755%
Lemak Total = (12,455 + 1,755)%
= 14,210%
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑓𝑜𝑟𝑚𝑢𝑙𝑎𝑠𝑖
Jumlah Zat Gizi Furikake = 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑓𝑢𝑟𝑖𝑘𝑎𝑘𝑒 𝑥 𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑍𝑎𝑡 𝐺𝑖𝑧𝑖 𝐷𝐾𝐵𝑀

Berat Furikake 556 = ikan tongkol + Kedelai


= (200 + 30) gr
= 230 gr
 Energi
200
Abon (Ikan) = 230 𝑥 100 𝑘𝑘𝑎𝑙

= 86,957 kkal
30
Kedelai = 230 𝑥 381 𝑘𝑘𝑎𝑙

= 49,696 kkal
Energi Total = 86,957 + 49,696
= 136,653 kkal
 Karbohidrat
200
Abon (Ikan) = 230 𝑥 8%

= 6,957%
30
Kedelai = 230 𝑥 24,9%

= 3,395%
Karbohidrat Total = (6,957 + 3,395)%
= 10,352%
 Lemak
200
Abon (Ikan) = 230 𝑥 1,5%

= 1,304%
30
Kedelai = 230 𝑥 16,7%

= 2,178%
Lemak Total = (1,304 + 2,178)%
= 3,482%
 Protein
200
Abon (Ikan) = 230 𝑥 13,7%

= 11,913%
30
Kedelai = 230 𝑥 40,4%

= 3,513%
Lemak Total = (11,913 + 3,513)%
= 15,426%
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑓𝑜𝑟𝑚𝑢𝑙𝑎𝑠𝑖
Jumlah Zat Gizi Furikake = 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑓𝑢𝑟𝑖𝑘𝑎𝑘𝑒 𝑥 𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑍𝑎𝑡 𝐺𝑖𝑧𝑖 𝐷𝐾𝐵𝑀

Berat Furikake 228 = ikan tongkol + Teri


= (200 + 20) gr
= 220 gr
 Energi
200
Abon (Ikan) = 220 𝑥 100 𝑘𝑘𝑎𝑙

= 90,909 kkal
20
Teri = 220 𝑥 170 𝑘𝑘𝑎𝑙

= 15,455 kkal
Energi Total = 93,75 + 10,625
= 106,364 kkal
 Karbohidrat
200
Abon (Ikan) = 220 𝑥 8%

= 7,273%
20
Teri = 220 𝑥 0%

= 0%
Karbohidrat Total = (7,5 + 0)%
= 7,273%
 Lemak
200
Abon (Ikan) = 220 𝑥 1,5%

= 1,364%
20
Teri = 220 𝑥 3%

= 0,273%
Lemak Total = (1,364 + 0,273)%
= 1,637%
 Protein
200
Abon (Ikan) = 220 𝑥 13,7%

= 12,455%
20
Teri = 220 𝑥 33,4%

= 3,036%
Lemak Total = (12,455 + 3,036)%
= 15,491%
LAMPIRAN DOKUMENTASI

Gambar 2.3 Perebusan Ikan Gambar 2.4 Penimbangan Ikan

Gambar 2.5 Persiapan Bumbu – Bumbu Gambar 2.6 Penyuiran Ikan

Gambar 2.7 Sampel Furikake

Anda mungkin juga menyukai