PENDAHULUAN
Prevalensi sirosis hati sulit untuk dinilai karena stadium awalnya bersifat
asimtomatis. Namun, sirosis tercatat sebagai penyakit kematian ke-14 tersering
pada dewasa didunia, dengan angka kematian sekitar 1,04 juta jiwa pertahun.
Sirosis juga menjadi indikasi utama untuk 5.000 kasus transplantasi hepar
pertahun di Negara maju (Buku IPD).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
D. PATOGENESIS
Sirosis hati kini dikenal sebagai proses yang dinamis dan pada kondisi
tertentu bersifat reversibel. Transisi dari penyakit hati kronis menjadi sirosis
melibatkan proses yang kompleks antara reaksi inflamasi, aktivasi sel stelata
(penghasil kolagen), angiogenesis, dan oklusi pembuluh darah yang
berdampak pada perluasan lesi parenkim hati.
Patogenesis utama dari proses dan sirosis hati ialah aktivasi sel stelata
(disebut juga sel perisinusoidal). Sel stelata normalnya bersifat “diam” dan
berperan dalam penyimapanan retinoid (vitamin A). namun, adanya stimulus
jejas dan reaksi inflamasi akan mengaktivasi sel stelata sehingga sel tersebut
berploriferasi, memproduksi matriks ekstraseluler (kolagen tipe II dan III,
proteoglikn sulfat dan glikoprotein), serta menjadi sel miofibroblas yang
mampu berkontraksi. (kapita selekta)
E. PATOFISIOLOGI PORTA DAN KONDISI HIPERDINAMIK
Secara garis besar, komlikasi sirosis hati terjadi akibat : (1) hipertensi
portal dan kondisi hiperdinamis, serta (2) insufisiensi hati. Selain itu, sirosis
hati (bersama dengan etiologinya) dapat menimbulkan perubahan materi
genetik pada hepatosit sehingga berpotensi menjadi karsinoma hepatoseluler
(KHS).
1. Hipertensi porta didefinisikan sebagai peningkatan gradient tekanan vena
hepatik >5 mmHg. Hipertensi porta terjadi akibat peningkatan resistensi
terhadap aliran darah porta dan peningkatan aliran masuk ke vena porta.
Peningkatan resistensi tersebut disebabkan oleh perubahan struktur parenkim
hati (deposisi jaringan fibrosis dan regenerasi nodular), serta mekanisme
vasokontriksi pembuluh darah sinusoid hati (utamanya akibat defisiensinitrit
oksida).
Adanya hipertensi porta akan berdampak pada :
a. Pembesaran limpa dan sekuestrasi trombosit (pada tahap lanjut dapat
menjadi hipersplenisme);
b. Terjadi aliran darah balik dan terbentuk pirau (shunt) dari sistem
porta ke pembuluh darah sistemik(portosistemik). Aliran portosistemik
akan menurunkan metabolisme hati (first pass effect), fungsi
retikuloendotelial dan mengakibatkan hiperamonia. Kendati demikian
kolateral portosistemik tetap tidak adekuat dalam mengurangi tekanan
vena porta.
c. Aktivasi sistem rennin-angiotensin-aldosteron, akibat vasodilatasi
splanknikus dan vasodilatasi sistemik. Pada tahap lanjut kondisi ini
mengakibatkan komlikasi pada jantung, paru, dan renal.
Secara klinis hipertensi porta dan pembentukan kolateral portosistemik
akan mengakibatkan komlikasi berikut :
Varises gastro-esofagus dan perdarahan varises tersebut;
Asites, selain hipertensi porta, risiko kejadian asites juga semakin
meningkat akibat hipoalbunemia;
Sindrom hepatorenal, akibat vasokontriksi arteri renalis sebagai akibat
dari hiperamonemia.
2. Insufisiensi hati. Perubahan struktur histologis hati akan diiringi oleh
penurunan fungsi hati, antara lain :
a. Gangguan fungsi sintesis : hipoalbuminemia dan malnutrisi
b. Gangguan fungsi eksresi : kolestasis dan ikterus, hiperamonemia dan
ensefalopati;
c. Gangguan fungsi metabolisme : gangguan homeostasis glukosa (dapat
menjadi diabetes melitus), malabsorbsi vitamin D dan kalsium. (kapita
selekta)
F. MANIFESTASI KLINIS
Sirosis hati merupakan kondisi histopatologi yang bersifat asimtomatis
pada stadium awal. Secara klinis sirosis dapat dibedakan menjadi sirosis
kompensata (gejala klinis belum ada atau minimal) dan sirosis dekompensata
(gejala dan tanda klinis jelas).
I.