Anda di halaman 1dari 20

MODUL MAHASISWA PELATIHAN KETRAMPILAN KLINIK TERPADU

SPKKT DS 2

Tema:

Dental Anestesi Blok Rahang Bawah (Tehnik Fischer) dan

Ektraksi Gigi Tanpa Penyulit

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS PADJADJARAN BANDUNG
2017
Nama Blok : DS 2
Tema : Tehnik Blok Rahang Bawah (Tehnik Fischer) dan Ektraksi Gigi Tanpa Penyulit
Semester : 5 (lima)
Waktu Pelatihan : 1 kali pertemuan @3 jam (per kelompok)
Kompetensi Utama:
1. Melakukan pemeriksaan fisik secara umum dan sistem stomatognatik dengan mencatat informasi
klinis, laboratoris, radiologis, psikologis dan sosial guna mengevaluasi kondisi medis pasien.
2. Mampu menganalisis rencana perawatan yang didasarkan pada kondisi, kepentingan dan kemampuan
pasien.
Kompetensi Penunjang :
1. Mampu mengidentifikasikan keluhan utama penyakit atau gangguan sistem stomatognatik
2. Menerapkan pemeriksaan komprehensif sistem stomatognatik dengan memperhatikan kondisi umum
maupun kondisi intra oral
3. Menjelaskan tanggung jawab pasien, waktu, langkah perawatan dan resiko perawatan
4. Menentukan tindakan anestesi lokal kedokteran gigi yang tepat untuk pengelolaan nyeri pasien
5. Melakukan prosedur tehnik Fischer dengan benar
6. Melakukan ekstraksi gigi tanpa penyulit.
Bahan Kajian :
1. Identifikasi keluhan pasien /penegakan anamnesis
2. Pemeriksaan sistem stomatognatik
3. Evaluasi pra-anestesi
4. Urutan prosedur tehnik Fischer
5. Urutan prosedur ekstraksi gigi
Muatan pelatihan Keterampilan :
1. Pengumpulan dan penyusunan data pasien (komunikasi interpersonal)
2. Pemeriksaan Subyektif (anamnesis)
3. Pemeriksaan kondisi umum dan kondisi intra oral pasien untuk evaluasi pra-anestesi
4. Keterampilan menentukan tehnik anestesi kedokteran gigi yang tepat untuk pengelolaan rasa nyeri di
bidang kedokteran gigi.
5. Keterampilan prosedur tehnik Fischer
6. Keterampilan melakukan prosedur ekstraksi gigi tanpa penyulit
Tujuan Umum :
Setelah menyelesaikan pelatihan keterampilan klinik ini mahasiswa harus mampu melakukan tindakan tehnik
Fischer sebagai tindakan pengelolaan nyeri di bidang kedokteran gigi dan mampu melakukan prosedur ekstraksi
gigi tanpa penyulit.
Tujuan Khusus :
Setelah menyelesaikan pelatihan keterampilan klinik inimahasiswa harus:
1. Mampu melakukan tehnik evaluasi pra-anestesi
2. Mampu vmenentukan tehnik anestesi yang tepat pra tindakan penatalaksanaan di bidang kedokteran
gigi.
3. Mampu melakukan tindakan anestesi tehnik Fischer dengan benar dan berhasil.
4. Mampu melakukan ekstraksi gigi tanpa penyulit.

Penyusun Pemandu DPKKT


Drg Harry A Kaiin, MH. Kes
Drg Kirana Lina, M. Kes
Drg Tantry Maulina, M.Kes., Ph.D
Drg. Daisy Wulansari, M.Kes.
Drg. Abel Tasman Sp.BM
Drg. Indra Hadikrishna Sp.BM
Metode Pelatihan : Demonstrasi
Simulasi pada phantoom
Tempat Pelatihan :Laboratorium SPKKT Jatinangor
Peserta Pelatihan : Mahasiswa Program Studi Sarjana Kedokteran Gigi semester 5
Sistem Assessment : Rubrik Formatif
Sistem Evaluasi : Rubrik Somatif pada OSCE

Alat dan Bahan :

1. Baki dilapisi duk


2. Alat dasar (kaca mulut, sonde, pinset, probe)
3. Syringe spuit
4. Anestetikum anestetikum lidokain 2% + adrenalin 1:80.000
5. Kranium
6. Alat tulis, MODUL
7. Form evaluasi pre-anestesi
8. Alat-alat ekstraksi gigi
9. Tampon steril
10. Povidone iodine 10% & NaCl 0,9% yang disimpan dalam petridish / kom steril.
11. Disposable syringe 3 cc dan cairan anestetikum local.
12. Tempat sampah meja atau kidney dish (1 kelompok 1)
*tertulis merah disediakan mahasiswa per orang

TOPIK 1 : Tehnik Anestesi Blok Rahang Bawah (Tehnik Fischer)


Waktu Pelatihan: 30 menit

Metode pelatihan:
1. Demonstrasi (15 menit) :DPKKT melakukan demonstrasi pada kranium rahang
bawah dengan alat dan bahan yang tersedia sesuai topik pelatihan yang terdapat pada
pemandu DPKKT
2. Simulasi pada kranium rahang bawah dengan alat dan bahan yang tersedia sesuai
topik pelatihan.

POKOK PELATIHAN KETERAMPILAN


Prosedur evaluasi pra pencabutan gigi dan anestesi lokal blok rahang bawah tehnik fischer.

CATATAN UNTUK DOSEN PELATIH KETERAMPILAN KLINIK TERPADU


(DPKKT)
1. DPKKT mengunakan sesi ini untuk mendemonstrasikan prosedur anestesi lokal
tehnik Fischer rahang bawah .
2. DPKKT menggunakan sesi ini untuk melatih mahasiswa melakukan prosedur
ekstraksi gigi dengan benar.

Topik 1 : Tehnik Anestesi Blok Rahang Bawah (Tehnik Fischer)

Tahap Persiapan
1. Persiapan operator :
- Operator siap menerima pasien dan memakai jas dokter.
- Operator melakukan Senyum, sapa dan salam
- Operator memanggil nama pasien
2. Persiapan pasien :
- Meminta pasien duduk di kursi konsultasi
- Mencatat identitas pasien di lembar rekam medik dan melakukan anamnesis
3. Melakukan evaluasi pre-anestesi.
4. Persiapan Alat dan bahan:
- Baki, alat dasar (kaca mulut, sonde, pinset, probe),
- Syringe spuit, anestetikum lidokain 2% + adrenalin 1:80.000 (ampul),
- Tampon, betadine,
- Kranium rahang bawah/model gigi,
- Alat tulis dan form evaluasi pre-anestesi.

Tahap persiapan anestetikum


1. Mematahkan tutup ampul menggunakan tampon.
2. Membuka kemasan syringe, lalu kencangkan jarum pada syringe, dan masukan
larutan anestetikum kedalam syringe sampai habis.
3. Melakukan aplikasi betadine ke daerah yang akan di anestesi.

Tahap Tehnik Fischer


- Posisi pertama
1. Jari telunjuk diletakan di belakang gigi terakhir, kemudian digeser ke lateral untuk
mencari linea obliqua eksterna, kemudian digeser ke median untuk mencari linea
obliqua interna (melalui trigonum retromolar).
2. Punggung jari harus menyentuh bucooklusal gigi yang terakhir, lalu jarum
dimasukan kira-kira pada pertengahan lengkung kuku dari sisi rahang yang tidak
dianestesi yaitu regio premolar sampai terasa kontak dengan tulang.

- Posisi kedua
1. Syringe digeser ke arah sisi yang akan dianestesi, harus sejajar dataran oklusal,
jarum ditusukan lebih lanjut sedalam kurang lebih 6 mm, kemudian lakukan
aspirasi.
2. Apabila aspirasi negatif, larutan anestetikum dikeluarkan ½ cc untuk
menganestesi N. Lingualis.

- Posisi ketiga
1. Syringe digeser lagi ke arah posisi pertama tetapi tidak penuh yaitu pada regio
caninus, jarum ditusukan lebih dalam menyusuri tulang kurang lebih 10-15 mm
sampai terasa kontak jarum dengan tulang terlepas.
2. Lakukan aspirasi lagi, apabila negatif maka keluarkan larutan anestetikum 1 cc
untuk menganestesi N. Alveolaris inferior.
3. Keluarkan jarum dari jaringan.
Gambar A. Posisi 1

Gambar B. Posisi 2
Gambar 3. Posisi 3

Gambar D. Daerah yang teranestesi

Tahap penyelesaian

1. Tutup jarum.
2. Kemudian bisa melanjutkan perawatan yang lain yaitu ekstraksi.
Topik 2: Ekstraksi gigi tanpa penyulit

Tahap Persiapan Ekstaksi

Posisi operator:

- Gigi RB posterior kanan, operator berada di sebelah kanan belakang pasien (jam 9-12).

Posisi pasien:
- posisi pasien untuk pencabutan rahang bawah ±110o terhadap lantai.

Tahap Ekstaksi Gigi

Fiksasi alveolar
Operator memposisikan tangan di sekitar area yang akan diekstraksi, untuk:

- Gigi RB posterior kanan, jari telunjuk berada di bukal, ibu jari berada di lingual dan tiga
jari lainnya di area dagu.

Prosedur ekstraksi :

1. Melonggarkan gigi dari jaringan periodontal dengan menggunakan elevator/luxator


2. Melakukan lebih banyak gerakan luksasi & sedikit rotasi pada gigi berakar jamak (RA:
M1, M2, M3; RB : M1, M2, M3).
3. Setelah gigi mengalami kegoyangan, maka operator melakukan gerakan ekstraksi untuk
mengeluarkan gigi dari soket.
Evaluasi pasca ekstraksi
1. Pemeriksaan kelengkapan gigi yang telah di ekstraksi apakah gigi yang dicabut utuh atau
tidak atau terdapat kelainan di periapikal..
2. Pemeriksaan socket pasca ekstrasksi apakah socket pasca pencabutan halus atau terdapat
tulang yang tajam, debris atau sisa gigi, jaringan patologis.
3. Pembersihan socket dari jaringan granulasi, serpihan gigi dan serpihan tulang, dan gusi
yang mengalami laserasi
4. Melakukan kuretase dan spooling (bila perlu)
Melakukan pemijatan pada daerah ekstraksi untuk mengembalikan tulang alveolar yang
rusak pasca ekstraksi.

Tahap Penyelesaian

Instruksi pasca pencabutan


1. Gigit tampon selam 30 menit
2. Jangan memainkan luka bekas pencabutan
3. Jangan banyak berkumur dan meludah
4. Jangan makan yang panas selama 24 jam
5. Jangan merokok selama 3 x24 jam
6. Kompres dingin pasca pencabutan 5 menit setiap jam, sebanyak 4 sampai 5 kali
7. Pembuatan resep sesuai diagnose dan indikasi pencabutan
8. Meginstruksikan pasien untuk minum obat sesuai anjuran
9. Kontrol bila ada keluhan
Alat-alat ekstraksi

Gambar 1. Set ekstrasi sederhana

1) Tang (forceps)
Tang ekstraksi digunakan untuk memegang gigi dan kemudian untuk
menggerakannya sehungga perlekatan dengan ligament periodontal terputus.Tang
terdiri dari tiga bagian, yaitu paruh (beak), leheratau engsel (hinge), dan pegangan
(handle) (gambar. 2). Permukaan dalam kedua paruh berbentuk cekung sementara
permukaan luarnya berbentuk cembung. Paruh didesain untuk beradaptasi pada
permukaan akar gigi. Tang dapat diklasifikasikan menjadi tang untuk anak-anak
dan dewasa. Keduanya dapat dibedakan lagi menjadi tang rahang atas dan rahang
bawah. Menurut kegunaannya tang dapat dibagimenjadi tang untuk gigi yang
bermahkota dan tang untuk sisa akar. Tang untuk gigi bermahkota memiliki paruh
yang terbuka, sedangkan tang sisa akar memiliki paruh yang tertutup dan
meruncing.
Gambar 2. Anatomi tang (forceps)

a. Tang rahang bawah


Tang rahang bawah memiliki ciri berupa paruh yang bersudut antara 45 o-90o
terhadap pegangannya. Ujung paruh rahang bawah memiliki arah yang sama
dengan pegangannya. Tang rahang bawah umumnya memiliki bentuk seperti
huruf L.

Gambar 3. Tang rahang bawah dengan pendekatan dari samping

Khusus untuk tang ekstraksi gigi geraham rahang bawah dibedakan menjadi
dua, yaitu tang yang digunakan dari arah samping (gambar 3) dan tang yang
digunakan dari arah depan pasien gambar 4). Keuntungan tang yang
digunakan dari arah depan adalah untuk melakukan pencabutan pada
pembukaan mulut yang sempit atau terbatas. Kerugian dari penggunaan tang
ini adalah tenaga yang dikeluarkan operator lebih besar.
Gambar 4. Tang rahang bawah (molar I, II, III)

a. Tang rahang atas


Tang rahang atas memiliki ciri khas yaitu paruh dan pegangannya hamper
dalam satu garis lurus atau sejajar. Sudut antara paruh dan pegangan kira-
kira150o- 180o. Kedua ujung paruh tang pada umumnya berlawanan arah
dengan pegangan tang. Tang rahang atas umumnya berbentuk huruf S, I, dan
Z.

Gambar 5. Tang rahang atas anterior (Insisive – Canine)

Gambar 6. Tang rahang atas (premolar)


Gambar 7. Tang rahang atas (sisa akar)

Gambar 8. Tang rahang atas (molar I & II kanan)

Gambar 9. Tang rahang atas (molar I & II kiri)


Gambar 10. Tang rahang atas (molar III)

2) Elevator

Elevator sesuai dengan namanya berfungsi untuk mengungkit gigi. Elevator


terbagi menjadi tiga bagian yaitu blade, shank dan pegangan (handle).

Gambar 11. Anatomi elevator

Elevator diklasifikasikan berdasarkan bentuk dan kegunaannya


a. Berdasarkan bentuk
- Elevator lurus (bein)
- Elevator angular
- Elevator cross bar (cryer)
b. Berdasarkan kegunaannya
- Mengeluarkan akar gigi / mengungkit (elevator)
- Memisahkan periosteum (luxator)
Gambar 12. Bein

Gambar 13. Cryer

Syarat menggunakan elevator:

a. Jangan menggunakan gigi tetangga sebagai tumpuan / fulcrum


b. Jangan menggunakan dinding tulang bukal ataupun lingual sebagai tumpuan /
fulcrum
c. Fiksasi harus selalu dilakukan saat mengungkit agar tidak mencedrai jaringan
sekitar apabila elevator terpeleset
d. Pada saat merusak tulang interadikular jangan sampai merusak
e.

Gambar 14. Cara memegang bein


Prinsip penggunaan elevator
a. Prinsip tuas : mengungkit atau mencungkil
b. Prinsip baji : mendorong
c. Prinsip roda dan poros : memutar
d. Kombinasi

Gambar 15. a. cara mengungkit yang benar (tidak bertumpu pada gigi
tetangga), b. cara mengungkit yang salah (bertumpu pada gigi tetangga)

3) Alat-alat lainnya

Gambar 16. Kuret periapikal

Gambar 17. Bone Ronguer

Gambar 18. Bone File


3. Tehnik Manipulasi
1) Posisi pasien dan operator
Pengaturan posisi pasien dan operator ditujukan untuk kenyamanan pasien dan
kemudahan operator untuk melakukan ekstraksi. Operator dapat berada dalam
posisi duduk maupun berdiri dalam melakukan ekstraksi. Pada pencabutan gigi
rahang atas baik kiri maupun kanan, operator berada di kanan depan pasien yaitu
antara jam 7-9. Sandaran kursi pasien di posisikan ±120o terhadap lantai dan
ketinggian kursi diatur sehingga mulut pasien berada kira-kira di antara bahu dan
sikut operator. Pada pencabutan rahang bawah sandaran kursi di posisikan ±110o
terhadap lantai dan ketinggian kursi diatur sehingga mulut pasien berada kira-kira
setinggi sikut operator sehingga operator mendapatkan visibilitas yang baik.
Berbeda dengan pencabutan gigi rahang atas, posisi operator pada pencabutan
gigi rahang bawah berbeda untuk regio kiri dan kanan. Pada rahang bawah region
kiri posisi operator berada di samping kanan depan pasien kurang lebih antara
jam 7-9, sedangkan pada rahang bawah region kanan operator berada di samping
belakang kanan pasien kurang lebih di antara jam 9-12 pasien.

Gambar 19. a. posisi pasien untuk pencabutan rahang atas ±120o terhadap lantai
b. posisi pasien untuk pencabutan rahang bawah ±110o terhadap lantai
Gambar 20. Posisi operator untuk pencabutan

2) Tehnik fiksasi

Fiksasi merupakan salah satu penentu keberhasilan dalam tindakan pencabutan


gigi walaupun seringkali dianggap tidak penting. Fiksasi dilakukan dengan
menggunakan tangan kiri. Pada pencabutan gigi rahang atas anterior dan
posterior, baik kanan maupun kiri, fiksasi dilakukan dengan posisi jempol berada
di palatal, dan jari telunjuk berada di bukal. Pada pencabutan gigi rahang bawah
fiksasi dibagi menjadi beberapa cara, yaitu:

- Gigi RB anterior, kiri dan kanan,,jari tengah berada di lingual, jari telunjuk
berada di labial, dan ibu jari berada di area dagu.
- Gigi RB posterior kiri, jari tengah berada di lingual, jari telunjuk berada di
labial, dan ibu jari berada di area dagu.
- Gigi RB posterior kanan, jari telunjuk berada di bukal, ibu jari berada di
lingual dan tiga jari lainnya di area dagu.
a. b.

c.

Gambar 21. a. Fiksasi rahang atas, b. Fiksasi rahang bawah kiri (region 3), c.
Fiksasi rahang bawah kanan (regio 4)

3) Tehnik manipulasi ekstraksi gigi


Manipulasi gigi dapat dilakukan dengan menggunakan tang maupun bein,
ataupun kombinasi keduanya. Tulang alveolar pada bagian bukal biasanya lebih
tipis bila dibandingkan dengan bagian palatal pada rahang atas maupun bagian
lingual pada rahang bawah.

a. b.

Gambar 22. a. cara memegang tang rahang atas, b. cara memegang tang rahang
bawah

a. Rahang atas.
Tulang alveolar rahang atas lebih dan memiliki vaskularisasi yang lebih kaya
bila dibandingkan dengan rahang bawah.
- Gigi insisif
Gigi insisif sentral maupun lateral memiki akar tunggal yang berbentuk
kerucut dan penampang yang relative mebulat, sehingga gigi ini dapat
dimanipulasi dengan gerakan rotasi dan ekstraksi saja.

Gambar 23. Manipulasi gigi anterior rahang atas

- Gigi kaninus
Gigi kaninius merupakan gigi dengan akar paling panjang dalam rongga
mulut dengan penampang agak membulat, namun biasanya ujung akarnya
agak sedikit membengkok ke lateral. Manipulasinya dengan kombinasi
antara gerakan rotasi, luksasi dan ekstraksi; namun lebih dominan gerakan
rotasi dibandingkan dengan luksasi maupun ekstraksi.
- Gigi premolar
Gigi premolar atau geraham kecil (bicuspid) gigi premolar 1 biasanya
memilki 1 atau dua akar di bagian palata dan bukal. Manipulasi dilakukan
dengan lebih banyak melakukan luksasi ke arah bukal dikombinasikan
dengan rotasi dan gerakan ekstraksi. Manipulasi yang tidak jauh berbeda
dapat dilakukan pada gigi premolar 2.
Gambar 24. Manipulasi gigi premolar rahang atas

- Gigi molar
Tulang alveolar rahang atas memang lebih spongiosa dibandingkan
dengan rahang bawah namun gigi molar rahang atas memilik 3 buah akar
yang kuat dan divergen, yaitu dua di bagian bukal dan satu di bagian
palatal. Manipulasi dilakukan dengan lebih banyak melakukan luksasi ke
arah bukal dan gerakan ekstraksi. Tehnik manipulasi yang sama dilakukan
pada molar 2 dan 3. Variasi dari akar pada molar rahang atas sangat
bervariasi dan terdapat struktur penting di superior yaitu sinus maksilaris,
sehingga sangat dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan penunjang
radiografi sebelum pencabutan agar dapat menentukan tehnik ekstraksi
yang tepat dan aman
b. Rahang bawah
- Gigi insisif
Gigi insisif sentral maupun lateral memiki akar tunggal yang berbentuk
pipih, sehingga gigi ini dapat dimanipulasi dengan gerakan luksasi bukal
dan palatal dan gerakan ekstraksi.
Gambar 25. Manipulasi gigi anterior rahang bawah

- Gigi kaninus
Gigi kaninus rahang bawah memiki akar tunggal yang berbentuk kerucut
dan penampang yang relative mebulat, sehingga gigi ini dapat
dimanipulasi dengan lebih banyak gerakan rotasi, dikombinasikan dengan
gerakan luk dan ekstraksi.
- Gigi premolar
Gigi premolar atau geraham kecil (bicuspid) gigi premolar 1 biasanya
dimanipulasi dilakukan dengan luksasi ke arah bukal dan palatal
dilanjutkan rotasi dan gerakan ekstraksi. Pada premolar 2 manipulasi
dilakuakn dengan melakukan gerakan rotasi lalu dilanjutkan dengan
gerakan ekstraksi.

Gambar 26. Manipulasi gigi premolar rahang bawah

- Gigi molar
Gigi molar rahang bawah pada umumnya memiliki 2 akar di bagian
mesial dan distal. Tehnik manipulasi molar rahang bawah biasanya
dengan melakukan luksasi ke bukal dan lingual dikombinasikan dengan
rotasi sehingga membentuk gerakan seperti angka 8. Sema seperti pada
molar rahang atas variasi akar pada gigi molar sangat beragam sehingga
dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan penunjang radiografi.

Anda mungkin juga menyukai