net/publication/324500276
CITATIONS READS
0 1,194
2 authors:
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
All content following this page was uploaded by Dian Hasanah on 21 July 2018.
Laporan Kasus
ABSTRAK
Ibu hamil yang terinfeksi hepatitis B dapat menularkan virus ke bayi mereka selama kehamilan atau persalinan, sehingga
penapisan perlu dilakukan untuk mengetahui prevalensi ibu hamil yang mengidap hepatitis B di wilayah Malang.
Penapisan dilaksanakan di dua Puskesmas Kota Malang yaitu Dinoyo dan Kedungkandang, dua Puskesmas Kabupaten
Malang yaitu Sumberpucung dan Gondanglegi, serta RS Hermina. Peserta diberikan penyuluhan, dilakukan anamnesis,
pemeriksaan tanda-tanda vital, dan pengumpulan sampel darah pada ibu hamil yang setuju berpartisipasi. Serum peserta
dilakukan pemeriksaan HBsAg dan Anti-HBS, metode yang digunakan adalah ELISA. Terdapat 156 ibu hamil mengikuti
penapisan. Rerata usia peserta adalah 28,55,8 tahun dan rerata usia saat menikah adalah 22,53,8 tahun. Didapatkan
prevalensi hepatitis B sebesar 1% dan 8% anti-HBs yang positif pada pasien dengan HBsAg negatif. Data ini diharapkan
menjadi dasar kebijakan tentang pencegahan hepatitis B, seperti penggalakan vaksinasi hepatitis B dan edukasi hepatitis
B ke populasi yang lebih luas.
Kata Kunci: Anti-HBs, HBsAg, hepatitis B, kehamilan
ABSTRACT
Pregnant women infected with hepatitis B can transmit the virus to their baby during pregnancy or delivery, so screening is
necessary to determine the prevalence of pregnant women with hepatitis B in Malang. The screening was carried out in
two Community Health Centers of Malang City, i.e. Dinoyo and Kedungkandang, two Community Health Centers of
Malang Regency, i.e. Sumberpucung and Gondanglegi, and Hermina Hospital. Participants were given counseling,
anamnesis, vital signs checks, and blood sample collection. The serum of participants was tested for HBsAg and Anti-HBS,
the method used was ELISA. There were 156 pregnant women participated in this screening. The mean age of participants
was 28,5±5,8 years old and the mean age at marriage was 22,53,8 years. Hepatitis B prevalence was obtained as much as
1%, and 8% positive anti-HBs was found in patients with negative HBsAg. This data is expected to be the basis of policies on
prevention of hepatitis B, such as promoting hepatitis B vaccination and education about hepatitis B to a wider population.
Keywords: Anti-HBs, HBsAg, hepatitis B, pregnancy
Korespondensi: Dian Hasanah. Divisi Gastroenterohepatologi Bagian Ilmu Penyakit Dalam Rumah Sakit Umum Dr Saiful Anwar Malang,
Jl. Jaksa Agung Suprapto No. 2, Malang 65112 Tel. (0341) 348265 Email: dian.hasanah@gmail.com
DOI: http://dx.doi.org/10.21776/ub.jkb.2018.030.01.13
76
Prevalensi Infeksi Hepatitis B pada Ibu.... 77
Tabel 1. Karakteristik peserta penapisan bervariasi di berbagai daerah di dunia, dengan tingkat
deteksi HBsAg mulai dari 15% di daerah yang sangat
Parameter Hasil endemik seperti sub-Sahara Afrika, Asia (kecuali Jepang),
Rerata Minimal Maksimal Pasifik, sebagian Timur Tengah, dan Amazon; hingga
Simpang Baku kurang dari 2% di Amerika Utara dan Eropa Barat. Banyak
Usia saat ini (tahun) 28,5 ± 5,8 16 45 di antaranya merupakan perempuan usia subur (13).
Usia saat menikah (tahun) 22,5 ± 3,8 14 34 Hanya terdapat beberapa laporan sporadis tentang
Usia kehamilan (bulan) 5,9 ± 2 1 9
prevalensi infeksi HBV pada ibu-ibu hamil, seperti di Brazil,
Rerata± hanya ditemukan 0,92% ibu hamil dengan HBsAg positif
Tekanan darah Simpang Baku
● Tekanan sistolik (mmHg) 110 ± 13
dan 5,7% saja yang memiliki anti-HBs yang positif (14). Di
● Tekanan diastolik (mmHg) 71 ± 9 Turki terdapat 4,2% ibu hamil dengan HBsAg positif (15);
sedangkan di Cina, prevalensi HBsAg di antara wanita usia
Tingkat pendidikan Jumlah subur adalah 3,8-16,8% (16). Indonesia belum memiliki
(Persentase)
● Sekolah Dasar 25 (16%)
data terkait prevalensi HBV baik pada populasi umum
● Sekolah Menengah Pertama 28 (18%) maupun ibu hamil. Karena itulah penapisan ini diharapkan
● Sekolah Menengah Atas 64 (41%) menjadi penapisan awal terkait prevalensi infeksi HBV di
● Diploma 1 1 (1%) Indonesia dan di Malang pada khususnya.
● Diploma 2 -
● Diploma 3 18 (11%)
Dari penapisan yang dilakukan lakukan, terdapat 1%
● Diploma 4 1 (1%) peserta dengan HBsAg positif dan 8% saja dari peserta
● S1 18 (11%) yang memiliki anti-HBS positif. Pada bayi dengan ibu HBsAg
● S2 1 (1%) positif, imunoprofilaksis pasif-aktif dilaporkan aman dan
efektif, dan secara bermakna mengurangi risiko penularan
Pekerjaan HBV. Kombinasi vaksin HBV dan HBIG diperkirakan
● Tidak bekerja 100 (64%) mengurangi terjadinya HBV kronis setidaknya 90%
● Petani 4 (3%) dibandingkan dengan plasebo atau tanpa intervensi (1,2).
● Tenaga pendidik 5 (3%) Sebuah meta-analisis uji acak terkontrol vaksin HBV yang
● Paramedis 13 (8%)
21 (14%)
diberikan pada saat lahir menyimpulkan bahwa bayi dari
● Swasta
● Wiraswasta 10 (6%) ibu yang terinfeksi HBV yang diimunisasi saat lahir 3,5 kali
● Pegawai Negeri Sipil 3 (2%) lebih sedikit terinfeksi HBV (risiko relatif 0,28). Vaksin ini
juga efektif dalam mengurangi baik kejadian maupun
Pengetahuan tentang kematian kanker hepatoselular (17). Adanya anti-HBS ibu
hepatitis 75 (48%) (yang melintasi plasenta dan terdapat dalam ASI), bahkan
● Tidak tahu 81 (52%) pada konsentrasi yang sangat tinggi, pada bayi yang lahir
● Tahu dari ibu dengan kekebalan yang sudah ada untuk HBV,
tidak terbukti mempengaruhi imunogenisitas jangka
Status imunisasi hepatitis B panjang vaksin HBV. Dengan demikian, jadwal vaksinasi
● Tidak imunisasi 109 (70%) HBV untuk bayi tetap efektif di masa depan (1,2,3,18).
● Imunisasi 47 (30%)
Bayi yang mengidap infeksi HBV sejak lahir, memiliki
peluang untuk menderita HBV kronis dan kanker
hepatoseluler lebih besar daripada yang mengidap virus
Dari 156 peserta, didapatkan satu peserta (1%) dengan pada usia yang lebih lanjut, sehingga sangat penting untuk
hasil HBsAg positif, yaitu dari Puskesmas Kota Malang. Ibu memutus transmisi virus dari ibu ke janin yang
hamil ini sedang memasuki usia kehamilan 5 bulan dan dikandungnya (18). Mekanisme transmisi intrauterin HBV di
anti-HBS-nya negatif. Tiga belas peserta (8%) memiliki antaranya: infeksi melalui plasenta, kebocoran
anti-HBS yang positif dengan HBsAg negatif (Tabel 2). transplasenta dan kerentanan genetik, HBV yang dapat
berintegrasi ke dalam jaringan plasenta yang menyebabkan
infeksi (11,12,1 8 ). Kasus penularan intrapartum
DISKUSI
diperkirakan muncul dari kemungkinan transfusi darah ibu
Dari penapisan ini didapatkan 1% ibu hamil menderita ke janin selama kontraksi persalinan, sebagai konsekuensi
infeksi HBV, dan 92% peserta tidak memiliki kekebalan dari pecahnya ketuban, kemungkinan lain adalah dari darah
terhadap infeksi HBV. Prevalensi infeksi HBV yang hanya ibu atau cairan amnion/sekresi vagina yang terkontaminasi
1% ini termasuk rendah dibandingkan dengan beberapa HBV baik yang ditelan oleh janin atau memasuki sirkulasi
negara lainnya yang memiliki prevalensi di atas 5%. darah janin melalui pecahnya plasenta, atau melalui kontak
Kecilnya angka ini mungkin belum menggambarkan langsung dari janin dengan sekret yang terinfeksi/darah dari
kondisi sebenarnya karena keterbatasan jangkauan saluran genital ibu (2,4,5). Darah yang terkontaminasi HBV
populasi penapisan. Prevalensi infeksi HBV sangat 108IU/ml yang memasuki janin dapat mengakibatkan infeksi
HBV pada janin (18). dan tidak ada indikasi untuk memulai terapi selama tahap
awal kehamilan (6,11). Atas dasar bukti yang ada, salah
Bayi yang lahir dari ibu yang diidentifikasi memiliki HBV
kron is s e l a m a s kr i n i n g an te n ata l, d ib e ri ka n satu dari lamivudine dan telbivudine dapat digunakan
dengan aman pada kehamilan, terutama pada trimester
imunoprofilaksis pasif-aktif dengan dosis awal vaksin HBV
ketiga (11).
dan dosis imunoglobulin hepatitis B (HBIG) pada atau
segera setelah lahir, sebaiknya di ruang bersalin, diikuti Sebanyak 70% peserta tidak pernah mendapatkan
oleh 3 dosis vaksin HBV berikutnya pada tahun pertama imunisasi HBV. Hal ini juga merupakan masalah yang
kehidupan (2,6,18). Tujuan utama dari strategi ini adalah bermakna. Vaksin HBV umumnya dianggap aman untuk
untuk mencegah transmisi selama masa nifas dari ibu ke digunakan dalam kehamilan, tanpa efek samping maternal
bayi, karena infeksi akut pada usia ini meyebabkan risiko yang bermakna atau teratogenik janin yang dilaporkan
tertinggi infeksi kronis karena toleransi imunologi sistem dalam literatur. Ibu hamil yang hasil ujinya negatif untuk
kekebalan tubuh bayi yang belum matang (1 8). Setelah HBsAg, dan yang berada pada peningkatan risiko tertular
menyelesaikan seri vaksin, pengujian untuk HBsAg dan infeksi HBV, harus diimunisasi selama kehamilan (6,18).
anti-HBS harus dilakukan pada usia 9 sampai 18 bulan. Wanita-wanita yang dianggap paling berisiko meliputi
Bayi dengan HBsAg negatif dan kadar anti-HBS lebih besar orang-orang dengan beberapa pasangan seksual (lebih dari
dari 10mIU/mL dianggap kebal dan tidak ada manajemen dua dalam 6 bulan terakhir); mereka yang memiliki riwayat
medis lebih lanjut yang dibutuhkan (2,4). Mereka dengan saat ini atau masa lalu infeksi menular seksual (IMS);
kadar anti-HBS kurang dari 10mIU/mL tidak dianggap pengguna narkoba suntik; mereka yang tinggal di daerah
memiliki kekebalan tubuh dan harus divaksinasi dengan 3 endemik HBV; dan mereka yang memiliki pasangan seksual
dosis serial kedua diikuti oleh pengujian ulang 1 sampai 2 dengan HBsAg positif (3,4). Tidak ada persyaratan bagi
bulan setelah dosis terakhir (2,4). perempuan untuk diuji Anti-HBS sebelum divaksinasi (1,2).
Dari 156 peserta skrining, didapatkan 1 peserta yang Penapisan yang kami lakukan ini mengungkapkan bahwa
positif terdeteksi HBsAg. Meskipun angka prevalensi ini hanya 30% ibu hamil di Malang yang pernah menjalani
lebih rendah dari data dunia, namun tatalaksananya tetap imunisasi HBV selama hidupnya, akan tetapi 92% ibu hamil
penting mengingat infeksi HBV dapat menjadi kronis dan di Malang tidak memiliki kekebalan terhadap HBV. Temuan
karsinoma hepatoselular. Untuk wanita hamil yang baru ini mengindikasikan vaksinasi yang pernah dilakukan oleh
didiagnosis dengan HBV di awal kehamilan harus ibu hamil ini ini tidak bersifat protektif, dimungkinkan
menjalani penilaian infeksi. Keputusan tentang memulai karena dilakukan dalam kurun waktu yang telah lampau
terapi harus mencakup pertimbangan risiko dan manfaat dan sudah membutuhkan booster. Fakta ini juga harus
bagi ibu dan janin. Pertimbangan risiko-manfaat juga diwaspadai karena menunjukkan rendahnya partisipasi
tergantung pada trimester kehamilan. Penentu utama vaksinasi HBV di masyarakat. Dari penapisan ini
dari kebutuhan terapi HBV bagi ibu adalah tahap penyakit didapatkan 1% ibu hamil menderita infeksi HBV, dan 92%
hati (aktivitas hati dan fibrosis) (4,11). Pengobatan peserta tidak memiliki kekebalan terhadap infeksi HBV.
umumnya direkomendasikan jika ibu berada pada risiko Data ini diharapkan menjadi dasar kebijakan tentang
penyakit hati yang serius (11). Kebanyakan wanita usia pencegahan infeksi HBV. Upaya Tersebut diantaranya
subur cenderung memiliki penyakit ringan, oleh karena itu penggalakan vaksinasi HBV dan edukasi tentang hepatitis
pengobatan biasanya dapat ditunda sampai setelah ke populasi yang lebih luas mengingat bahwa studi juga
melahirkan. Karena banyak dari perempuan ini berada menunjukkan 48% peserta tidak memiliki pengetahuan
dalam fase imun toleran terhadap infeksi (tinggi tingkat tentang infeksi HBV. Infeksi HBV merupakan penyakit yang
DNA HBV dengan alanine transaminase yang normal dan menular, sehingga pengetahuan sangat diperlukan untuk
biopsi hati tidak aktif), terapi umumnya tidak diperlukan mencegah penularan.
10. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Pusat 15. Kuru U, Turan O, Kuru N, et al. Prevalence of Hepatitis
Data dan Informasi. Jakarta: Kementerian B Virus Infection in Pregnant Turkish Women and
Kesehatan Republik Indonesia; 2014. Their Families. European Journal of Clinical
Microbiology and Infectious Disease. 1996; 15(3):
11. Dyson JK, Waller J, Turley A, et al. Hepatitis B in 248-251.
Pregnancy. Frontline Gastroenterology. 2014; 5(2):
111-117. 16. Leung N. Chronic Hepatitis B in Asian Women of
Childbearing Age. Hepatology International. 2009;
12. Suyoso, Mustika S, and Harijono A. Ensefalopati 3(1): 24-31.
Hepatik pada Sirosis Hati: Faktor Presipitasi dan
Luaran Perawatan di RSUD dr. Saiful Anwar Malang. 17. Wen WH, Chang MH, Zhao LL, et al. Mother-to-Infant
Jurnal Kedokteran Brawijaya. 2015; 28(4): 340-344. Transmission of Hepatitis B Virus Infection:
Significance of Maternal Viral Load and Strategies for
13. Tran TT. Hepatitis B Virus in Pregnancy. Clinical Liver Intervention. Journal of Hepatology, 2013; 59(1): 24-
Disease, 2013; 2(1): 29-33. 30.
14. Souzaa MT, de Pinho TLR, Santos MDC, et al. 18. Lao TT, Sahota DS, Law LW, Cheng YKY, and Leung TY.
Prevalence of Hepatitis B among Pregnant Women Age-Specific Prevalence of Hepatitis B Virus Infection
Assisted at the Public Maternity Hospitals of São in Young Pregnant Women, Hong Kong Special
Luís, Maranhão, Brazil. The Brazil Journal of Administrative Region of China. Bulletin of the World
Infectious Disease. 2012; 16(6): 517–520. Health Organization. 2014; 92(11): 782-789.