Anda di halaman 1dari 12

PERKERASAN JALAN

UJI ASPAL

DISUSUN OLEH :

RIFQI NUR HARITS SANTOSO


( 2016731150007 )

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN (FTSP)
UNIVERSITAS JAYABAYA
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas limpahan rahmat
dan hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah kami yang berjudul “ ASPAL “.
Pada makalah ini kami banyak mengambil dari berbagai sumber dan refrensi dan pengarahan dari
berbagai pihak .oleh sebab itu, dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih sebesar-
sebesarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.
Penyusunan menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini sangat jauh dari sempurna, untuk
itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna kesempurnaan
laporan ini.
Akhir kata penyusun mengucapkan terima kasih dan semoga makalah ini dapat bermanfaat
untuk semua pihak yang membaca…

Jakarta, 13 November 2018

Penyusun

BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Aspal adalah material yang pada temperatur ruang berbentuk padat sampai agak padat, dan
bersifat termoplastis. Jadi, aspal akan mencair jika dipanaskan sampai temperatur tertentu, dan kembali
membeku jika temperatur turun. Bersama dengan agregat,aspal merupakan material pembentuk campuran
perkerasan jalan. (Sukirman,S., 2003).
Aspal terbuat dari minyak mentah, melalui proses penyulingan atau dapat ditemukan dalam
kandungan alam sebagai bagian dari komponen alam yang ditemukan bersama sama material lain. Aspal
dapat pula diartikan sebagai bahan pengikat pada campuran beraspal yang terbentuk dari senyawa-
senyawa komplek seperti Asphaltenese, Resins dan Oils. Aspal mempunyai sifat visco-elastis dan
tergantung dari waktu pembebanan. ( The Blue Book–Building & Construction, 2009)
Aspal merupakan distilat paling bawah dari minyak bumi, yang memiliki banyak sekali manfaat dan
kegunaan. Aspal dapat digunakan di dalam bermacam produk – produk, termasuk:
a. Jalan aspal,
b. Dasar pondasi dan subdasar,
c. Dinding untuk lubang di jalanan, trotoar kakilima, jalan untuk mobil, lereng-lereng, jembatan-jembatan, dan
bidang parkir,
d. Tambalan lubang di jalanan,
e. Jalan dan penutup tanah,
f. Atap bangunan, dan
g. Minyak bakar
Pengujian Aspal
A. JENIS PENGUJIAN
Pengujian Penetrasi Aspal Pengujian penetrasi aspal adalah suatu pengujian yang di gunakan
untuk menentukan nilai penetrasi pada aspal sehingga dapat diketahui mutunya. Pengujian penetrasi
aspal ini menggunakan alat yang bernama penetration test, alat inilah yang akan membantu kita untuk
menentukan seberapa besar penetrasi aspal yang di uji. Pengujian ini dilakukan di Laboratorium Bahan
Bangunan Jurusan Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Negeri Yogyakarta.

B. KAJIAN TEORI
Aspal merupakan bahan pengikat agregat yang mutu dan jumlahnya sangat menentukan
keberhasilan suatu campuran beraspal yang merupakan bahan jalan. Salah satu jenis pengujian dalam
menentukan persyaratan mutu aspal adalah penetrasi aspal yang merupakan sifat rheologi aspal yaitu
kekerasan aspal (RSNI 06-2456-1991).
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan penetrasi bitumen keras atau lembek
(solid atau semi solid) dengan memasukkan jarum penetrasi ukuran tertentu,beban dan waktu tertentu
kedalam bitumen pada suhu tertentu ( Buku panduan praktikum bahan lapis keras, Laboratorium Teknik
Transportasi Universitas Gajah Mada).

Hasil pengujian ini selanjutnya dapat digunakan dalam hal pengendalian mutu aspal atau tar
untuk keperluan pembangunan, peningkatan atau pemeliharaan jalan. Pengujian penetrasi ini sangat
dipengaruhi oleh faktor berat beban total, ukuran sudut dan kehalusan permukaan jarum, temperatur
dan waktu. Oleh karena itu perlu disusun dengan rinci ukuran, persyaratan dan batasan peralatan, waktu
dan beban yang digunakan dalam penentuan penetrasi aspal (RSNI 06-2456-1991).
Aspal keras/panas ( Aspalt cement, AC ), adalah aspal yang digunakan dalam keadaan cair dan
panas. Aspal ini berbentuk padat pada keadaan penyimpanan ( termperatur ruang). Di Indonesia, aspal
semen biasanya dibedakan berdasarkan nilai penetrasinya yaitu:
1. AC pen 40/50, yaitu AC dengan penetrasi antara 40-50.
2. AC pen 60/70, yaitu Ac dengan penetrasi antara 60-70.
3. AC pen 85/100, yaitu aspal dengan penertrasi antara 85-100.
4. AC pen 120/150, yaitu AC dengan penetrasi antara 120-150.
5. AC pen 200/300, yaitu AC dengan penetrasi antara 200-300.
Aspal semen dengan penetrasi rendah digunakan di daerah bercuaca panas atau lalu lintas dengan
volume tinggi, sedangkan aspal semen dengan penetrasi tinggi digunakan untuk daerah bercuaca dingin
atau lalu lintas volume rendah. Di Indonesia umumnya dipergunakan aspal semen dengan penetrasi 60/70
dan 85-100 (Sukirman S,1999 ).
Tabel 1. Ketentuan perbedaan nilai penetrasi yang tertinggi dengan yang terendah
Penetrasi 0 - 49 50 - 149 150 - 249 250 -500
Maksimum
perbedaan nilai
penetrasi antara 2 4 12 20
yang tertinggi
dengan yang
terendah

C. ALAT DAN BAHAN


Alat dan bahan yang digunakan dalam Pratikum Pengujian Penetrasi Aspal adalah sebagai
berikut:
1. Alat
Alat yang digunakan meliputi:
a. Cawan
Cawan merupakan alat yang digunakan sebagai tempat bahan pengujian. Cawan terbuat dari
logam atau gelas yang berbentuk silinder dengan dasar yang rata dan berukuran sebagai berikut :

1) Untuk pengujian penetrasi di bawah 200:


a) Diameter, 55 mm
b) Tinggi bagian dalam, 35 mm
2) Untuk pengujian penetrasi antara 200 dan 350:
a) Diameter, 55 – 75 mm
b) Tinggi bagian dalam, 45 -70 mm
3) Untuk pengujian penetrasi antara 350 dan 500:
a) Diameter, 55 mm
b) Tinggi bagian dalam, 70 mm

Gambar 1. Cawan.
b. Termometer
Termometer digunakan sebagai alat pengukur suhu. Termometer harus memenuhi persyaratan
sebagai berikut:
1) Termometer harus dikalibrasi dengan maksimum kesalahan skala tidak melebihi 0,1°C atau dapat juga
digunakan pembagian skala termometer lain yang sama ketelitiannya dan kepekaannya.
2) Termometer harus sesuai dengan SNI 19-6421-2000 Spesifikasi Standar Termometer.
c. Penetrometer
Penetrometer berfungsi sebagai pengukur penetrasi aspal. Penetrometer harus
memenuhi ketentuan sebagai berikut:
1) Alat penetrometer yang dapat melepas pemegang jarum untuk bergerak secara vertikal tanpa gesekan
dan dapat menunjukkan kedalaman masuknya jarum ke dalam benda uji sampai 0,1 mm terdekat.
2) Berat pemegang jarum 47,5 gram ± 0,05 gram. Berat total pemegang jarum beserta jarum 50 gram ± 0,05
gram. Pemegang jarum harus mudah dilepas dari penetrometer untuk keperluan pengecekan berat.
3) Penetrometer harus dilengkapi dengan waterpass untuk memastikan posisi jarum dan pemegang jarum
tegak (90°) ke permukaan.
4) Berat beban 50 gram ± 0,05 gram dan 100 gram ± 0,05 gram sehingga dapat digunakan untuk mengukur
penetrasi dengan berat total 100 gram atau 200 gram sesuai dengan kondisi pengujian yang diinginkan.

d. Jarum penetrasi
Jarum penetrasi merupakan bagian dari penetrometer yang berfungsi sebagi alat untuk
menentukan nilai penetrasi pada aspal. Jarum penetrasi harus memenuhi kriteria sebagai berikut:
1) Harus terbuat dari stainless steel dan dari bahan yang kuat, Grade 440-C atau yang setara, HRC 54
sampai 60.
2) Jarum standar memiliki panjang sekitar 50 mm sedangkan jarum panjang memiliki panjangsekitar 60 mm
(2,4 in).
3) Diameter jarum antara 1,00 mm sampai dengan 1,02 mm.
4) Ujung jarum berupa kerucut terpancung dengan sudut antara 8,7˚ dan 9,7°.
5) Ujung jarum harus terletak satu garis dengan sumbu badan jarum.
6) Perbedaan total antara ujung jarum dengan permukaan yang lurus tidak boleh melebihi0,2 mm.
7) Diameter ujung kerucut terpancung 0,14 mm sampai 0,16 mm dan terpusat terhadap sumbu jarum.
8) Ujung jarum harus runcing, tajam dan halus.
9) Panjang bagian jarum standar yang tampak harus antara 40 sampai 45 mm sedangkan untuk jarum
panjang antara 50 mm - 55 mm (1,97 – 2,17 in).
10) Berat jarum harus 2,50 gram ± 0,05 gram.
11) Jarum penetrasi yang akan digunakan untuk pengujian mutu aspal harus memenuhi kriteria tersebut di
atas disertai dengan hasil pengujian dari pihak yang berwenang.

g. Baskom
Baskom merupakan alat yang berfungsi sebagai tempat merendam aspal agar suhu
aspal turun.
h. Stop Watch.
Stop watch digunakan sebagai alat untuk mengatur waktu.
2. Bahan
Bahan yang digunakan dalam Pengujian Penetrasi Aspal adalah sebagai berikut:
a. Aspal
Aspal adalah bahan hidro karbon yang bersifat melekat (adhesive), berwarna hitam
kecoklatan, tahan terhadap air, dan visoelastis. Aspal sering juga disebut bitumen merupakan bahan
pengikat pada campuran beraspal yang dimanfaatkan sebagai lapis permukaan lapis perkerasan lentur.
Fungsi aspal dibedakan menjadi dua yaitu:
1) Fungsi umum :
a) Bahan pengikat, memberikan ikatan yang kuat antara aspal dan agregat dan antara aspal itu sendiri.
b) Bahan pengisi, mengisi rongga antara butir-butir agregat dan pori-pori yang ada dari agregat itu sendiri.
2) Fungsi Khusus : Aspal berfungsi sebagai bahan yang akan diuji.

b. Es Batu
Es batu hendaknya dipersiapkan terlebih dahulu sebelum pengujian dimulai. Di dalam pengujian
ini es batu berfungsi sebagai bahan untuk mendinginkan aspal.
D. LANGKAH KERJA
Langkah kerja yang dilakukan dalam Praktikum Pengujian Aspal adalah sebagai berikut:
1. Alat dan bahan dipersiapkan.
2. Es batu dihancurkan dan dimasukan kedalam baskom kemudian
ditambah air secukupnya.
3. Aspal dimasukan kedalam baskom hingga suhunya turun dan sesuai dengan suhu yang
telah ditetapkan.
4. Suhu aspal diukur dengan menggunakan termometer sebelum dilakukan pengujian
penetrasi.
5. Jarum penetrasi diperiksa dan dibersihkan agar tidak ada kotoran yang menempel.
6. Pemberat 50 gram diletakkan diatas jarum sehingga diperoleh beban seberat (100 ± 0,1)
gram.
7. Jarum diturunkan secara perlahan-lahan sehingga jarum menyentuh permukaan benda
uji. Kemudian Angka pada arloji diatur pada posisi 0, sehingga jarum petuunjuk akan berhimpit.
8. Jarum dilepaskan dan dengaserentak stopwatch di jalankan selama jangka waktu ( 5 ±
0,1 ) detik.
9. Arloji penetrometer diputar dan angka penetrasi dibaca dengan melihat jarum petunjuk.
Bacaan dibulatkan hingga angka 0,1 mm terdekat.
10. Jarum di lepaskan dari pemengang jarum dan alat penetrasi disiapkan untuk pekerjaan
berikutnya.
11. Suhu pada aspal diukur kembali sebelum dilakukan pengujian berikutnya.
12. Pekerjaan 5 sampai dengan 11 diatas diulangi lagi hingga 4 kali dan dengan benda uji
yang sama pemeriksaan setiap titik ditentukan dengan jarak tiap titik dari tepi diding lebih dari
1 cm.

E. PENYAJIAN DATA
Praktikum penetrasi aspal dilaksanakan pada:
1. Waktu
Pengujian Penetrasi Aspal Dilakukan pada:
Hari : Jum’at
Tanggal : 25 Maret 2011
Jam : 15.00-16.40 WIB
Cuaca : Mendung
2. Tempat
Pengujian Penetrasi Aspal bertempat di Laboratorium Bahan Bangunan Jurusan Teknik Sipil dan
Perencanaan Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta.
3. Data Hasil Pengujian.
Setelah dilakukan pengujian diperoleh data sebagai berikut:

Tabel 2. Hasil Pengujian Penetrasi


No Urutan Pemeriksaan Pembebanan Pembebanan Keterangan
Suhu ( ° C ) Waktu (Detik)
1 Pemanasan benda uji:
a.) Mulai pemanasan 29
b.) Selesai pemanasan ± 105
2 Didiamkan pada suhu
ruang:
a.) Mulai 28
b.) Selesai 28
3 Diperiksa:
a.) Mulai 27
b.) Selesai 28,5

Tabel 3. Hasil Pengujian Penetrasi


Penetrasi pada 27° C, 50 gr, 5
detik I II III
Pengamatan:
1 91 85 79
2 87 81 68
3 98 88 82
Rata-rata I,II,III 92 84,67 76,33
Rata-rata ( I+II+III ) 84,33

Tabel 4. Hasil Pengujian Penetrasi

Penetrasi pada suhu 28,5° C,50 gr,5 Bacaan


detik Arloji
Pengamatan :
1 69
2 96
3 91
Rata-rata 85,33
F. PEMBAHASAN
Dari data yang telah diketahui diatas dapat di anlasisis sebagai berikut:
Penetrasi Rata –rata = (84,33 + 85,33) : 2 = 84,84

Tabel 5. Pengujian 1
No x x- (x- )2
1 91 -1 1
2 87 -5 25
3 98 6 36
276 0 62

= = 92

S2 =

= = 31

S =

=
= 5,57

Koefisien Varians 1 =

= × 100 %
= 6,054 %

Tabel 6. Pengujian 2
(x-
No x x- )2
1 85 0,333 0,111
2 81 -3,667 13,444
3 88 3,333 11,111
254 0,001 24,666

= = 84,667

S2 =

= = 12,333

S =
=
= 3,52
Koefisien Varians 2 =

= × 100 %
= 4,157 %

Tabel 7. Pengujian 3
No x x- (x- )2
1 79 2,667 7,111
2 68 -8,333 69,444
3 82 5,667 32,111
229 0,001 108,667

= = 76,33

S2 =

= = 54,335

S =

=
= 7,37

Koefisien Varians 3 =

= × 100 %
= 9,65%

Tabel 8. Pengujian 4
No x x- (x- )2
1 69 -16,333 266,778
2 96 10,667 113,778
3 91 5,667 32,111
256 0,001 412,667

= = 85,333

S2 =

= = 206,334

S =
=
= 14,36

Koefisien Varians 4 =

= × 100 %
= 16,94 %

Tabel 9. Koefisien Varians


Pengujian Suhu ( 0C ) Koefisien Varians (%)
1 27 6,054
2 27 4,157
3 27 9,65
4 28,5 16,94

Grafik 1. Hubungan Antara Suhu Dengan Koefisien Varian

G. KESULITAN PELAKSANAAN PRAKTIKUM


Kesulitan dalam pelaksanaan Praktikum Pengujian Penetrasi Aspal adalah sebagai berikut:
1. Keterbatasan alat, alat yang digunakan sudah tidak memenuhi standar lagi.
2. Jumlah mahasiswa yang mengikuti praktikum terlalu banyak sehingga banyak mahasisiwa yang
cuma melihat saja.
3. Laboratorium kurang menunjang, didalam proses pengujian penetrasi aspal ada beberapa tahapan yang
diabaikan misalnya saja aspal yang seharusnya direndam terlebih dahulu sebelum diuji tidak dilakukan
perendaman tentunya hal ini mempengaruhi hasil pengujian.

H. KESIMPULAN
Setelah dilakukan Praktikum Pengujian Penetrasi Aspal dan setelah menganalisisa data yang
ada didapat:
1. Dari nilai penetrasi rata-rata sebesar aspal 84,84 dapat disimpulkan bahwa aspal ini termasuk aspal AC
pen 85/100, yaitu aspal dengan penetrasi antara 85-100.
2. Dari nilai koefisien varians yang telah diketahui dapat disimpulkan bahwa benda uji tidak homogen atau
memiliki perbedaan nilai penetrasi.
3. Dari Grafik Hubungan suhu dengan koefisien varians dapat diketahui bahwa suhu juga berpengaruh
terhadap nilai penetrasi.
4. Semakin besar nilai koefisien varians, akan berakibat terhadap pembacaan suhu yang tidak stabil dan
ditandai dengan nilai penetrasi yang tidak merata atau memiliki nilai penetrasi dengan selisih yang cukup
tinggi.
I. SARAN-SARAN
Alangkah baiknya jika semua peralatan yang digunakan sesuai dengan standar yang sudah
ditetapkan dan lakukanlah pengujian sesuai dengan prosedur yang ada termasuk mencatat waktu mulai
dan selesai saat pengukuran suhu.

DAFTAR PUSTAKA

Buku panduan praktikum bahan lapis keras, Laboratorium Teknik Transportasi Universitas Gajah Mada.
Revisi SNI 06-2456-1991 Cara Uji Penetrasi Aspal.
SNI 19-6421-2000 Spesifikasi Standar Termometer.
Sukirman,1999,Perkerasan Lentur Jalan Raya,Nova;Bandung.

Anda mungkin juga menyukai