Anda di halaman 1dari 19

ABSTRAK

Fotometri adalah bagian dari optik yang mempelajari mengenai kuat


cahaya(intensity)

dan derajat penerangan(brightness)..Suatu sumber cahaya memancarkan cahaya


dengan intensitas(I) tertentu tergantung pada kuat penerangannya dan jarak dari
suatu titik terhadap sumber cahaya tersebut. dalam percobaan ini, yaitu fotometri,
kami berusaha menentukan nilai intensitas lilin dengan menggunakan fotometer
yaitu suatu alat yang digunakan untuk mengukur intensitas cahaya dengan prinsip
membandingkan kuat penerangan (E) dari sumber cahaya yang hendak diukur.
Berdasarkan analisa data yang telah kami lakukan, dengan menggunakan hukum
kuadrat terbalik Lambert, kami dapatkan nilai intensitas cahaya lilin masing masing
dari percobaan pertama dan kedua adalah (112.884 ± 9.516) dengan tingkat
ketelitian 91.570% dan (102.754±6.738) dengan tingkat ketelitian sebesar 93.443%.
perbedaan ini dapat disebabkan karena nyala lilin yang makin meredup (mengingat
tidak memungkinkan bagi praktikan untuk mengkondisikan nyala lilin konstan dari
awal perobaan samapai selesai) yang memungkinkan tidak tetapnya nilai intensitas
cahaya lilin dan juga ketidaktelitian praktikan dalam menentukan kesamaan tingkat
terang pada eyepiece sehingga data yang diperoleh tidak akurat.

RUMUSAN MASALAH

Bagaimana menentukan intensitas cahaya lilin dengan menggunakan fotometer?

TUJUAN

Menentukan nilai intensitas cahaya lilin dengan menggunakan fotometer

LANGKAH PERCOBAAN

Susunlah peralatan seperti yang telah digambarkan pada rancangan percobaan.


Untuk percobaan A1, setelah peralatan diletakkan pada posisi yang tepat, nyalakan
lampu lalu tentukan jarak tertentu (x1) antara fotometer dengan B1(lampu 40 watt).
Kemudian geser posisi dari I(lilin) dengan jarak sebesar d1 sedemikian hingga pada
eyepiece tampak terang yang sama antara B1 dan I. untuk percobaan A2, setelah
setelah peralatan diletakkan pada posisi yang tepat, nyalakan lampu lalu tentukan
jarak tertentu (x1) antara fotometer dengan B1(lampu 40 watt). Kemudian geser
posisi dari B2(lampu 60 watt) dengan jarak sebesar d2 sedemikian hingga pada
eyepiece tampak terang yang sama antara B1 dan B2.

Kemudian pada percobaan yang kedua, langkah percobaan sama dengan


percobaan pertama (percobaan A) hanya saja sebagai B1 adalah lampu 60 watt,
sementara sebagai B2 adalah lampu 40 watt selain itu lilin yang digunakan harus
sama dengan lilin yang digunkan pada percobaan pertama.

LANDASAN TEORI

FOTOMETRI (PENGUKURAN CAHAYA).


Fotometri adalah : Suatu ilmu yang mempelajari bagian dari optik yang mempelajari
mengenai kuat cahaya(intensity) dan derajat penerangan(brightness)

Dalam fotometri dikenal besaran-besaran :

a FLUX CAHAYA (F)


Definisi : Energi cahaya yang dipancarkan oleh sumber cahaya per detik.

Satuan : Lumen.
b INTENSITAS CAHAYA (I)/KUAT CAHAYA.
Intensitas cahaya adalah konsep dari konsentrasi lampu pada arah tertentu setiap detiknya.
Hal ini dilambangkan dengan symbol I. Satuannya adalah candela (cd). GAMBARRRR

Secara umum sebuah sumber lampu cahayanya tidak akan berpendar secara
merata ke semua arah. Tetapi bilamana kita membayangkannya sebagai sebuah
kerucut yang runcing dengan satu titik cahaya, maka pancaran cahayanya baru
dapat tersebar secara merata. Dimana konsentrasi cahaya pada kerucut tersebut
ada sama dengan perpendaran cahaya pada kerucut dibagi dengan permukaan
kerucut yang digambarkan sebagai ruang sudut pada kerucut tersebut. Hasilnya
disebut sebagai intensitas cahaya (I), yang diukur dalam satuan candela dalam
lingkup bidang kerucut.

sehubungan dengan fotometri, intensitas cahaya juga dapat didefinisikan sebagai


Flux cahaya yang dipancarkan oleh sumber cahaya per detik.

Rumus : I =

Satuan : Kandela atau

Untuk bola : Dv = 4p

Maka : F = 4pI

c KUAT PENERANGAN (E).


Definisi : Fluks cahaya yang dipancarkan oleh sumber cahaya per satuan luas
bidang yang menerima cahaya tersebut

Rumus : E = menurut LAMBERT.

Keterangan
: E = kuat penerangan (LUX)
d = jarak
I = kuat cahaya
Satuan : = Lux

1 LUX adalah Kuat penerangan suatu bidang, dimana tiap-tiap m 2 didatangi oleh flux
cahaya 1 Lumen.
Untuk bola : E = =

= . cos q

penjelasan : E = =

E=

Kuat pencahayaan suatu titik pada bidang kerja yang tegak lurus dengan arah
datang cahaya setara dengan intesitas cahaya pada arah tersebut di bagi dengan
kwadrat jarak antara sumber cahaya dengan titik tersebut.

E=
E=

E=

d FOTOMETER.
Definisi : Alat yang digunakan untuk mengukur intensitas sumber cahaya, dan
prinsipnya membandingkan kuat penerangan (E) dari sumber cahaya yang hendak
diukur.

Hukum kuadrat terbalik mendefinisikan hubungan antara pencahayaan dari sumber


titik dan

jarak. Rumus ini menyatakan bahwa intensitas cahaya per satuan luas berbanding
terbalik

dengan kuadrat jarak dari sumbernya (pada dasarnya jari-jari).

E=I/R2
Dimana E = Kuat Penerangan , I = Intensitas cahaya dan d = jarak

Bila kuat penerangan kedua sumber cahaya S 1 dan S2 sama, berlaku :


ES1 = ES2 maka I1 : I2 = R12 : R22

BAB V DISKUSI
Pada percobaan fotometri ini, penentuan intensitas cahaya lilin kami lakukan dua
kali dimana percobaan pertama sebagai B1 adalah lampu 40 watt dan B2 adalah
lampu 6o watt, dan untuk perobaan kedua, sebagai B1 adalah lampu 60 watt dan
sebagai B2 adalah lamppu 40 watt. Apabila percobaan berhasil dengan baik, maka
seharusnya nilai intensitas cahaya lilin baik dari percobaan pertama maupun kedua
adalah sama mengingat lilin yang kami gunakan adalah lilin yang sama. Namun
berdasarkan hasil analisa data kami dapatkan bahwa intensitas cahaya lilin dari
percobaan pertama (112.884 ± 9.516) cd adalah sementara intensitas cahaya lilin
dari percobaan kedua adalah (102.754±6.738)cd . perbedaan nilai intensitas cahaya
lilin ini, menurut kami dapat disebabkan karena beberapa factor antara lain :

1. ketidaktelitian praktikan dalam menentukan kesamaan tingkat terang pada


eyepiece sehingga data yang diperoleh tidak akurat

2. nyala lilin yang makin redup (mengingat tidak memungkinkan bagi praktikan untuk
mengkondisikan nyala lilin konstan dari awal perobaan samapai selesai) yang
memungkinkan tidak tetapnya nilai intensitas cahaya lilin

3. Ruangan yang dipakai tidak sepenuhnya dalam keadaan gelap.


BAB VI KESIMPULAN
Kuat cahaya (intensitas cahaya) adalah fluks cahaya yang dipancarkan oleh suatu
sumber cahaya per satuan sudut ruang. Ilmu yang mempelajari bagian dari optik
yaitu mengenai kuat cahaya(intensity) dan derajat penerangan (brightness) adalah
fotometri, dan alat yang dapat digunakan untuk menentukan intensitas cahaya dari
suatu sumber cahaya adalah fotometer. Berdasarkan percobaan yang telah kami
lakukan didapatkan nilai intensitas lilin dari percobaan pertama adalah (112.884 ±
9.516)cd dengan tingkat ketelitian 91.570% dan dari percobaan kedua adalah
(102.754±6.738)cd dengan tingkat ketelitian sebesar 93.443%. Perbedaan nilai
intensitas lilin ini disebabkan karena adanya ketidaktelitian dalam pengambilan data
sehingga mempengaruhi hasil akhir yang didapatkan.
Fotometri (optik)
Daripada Wikipedia, ensiklopedia bebas.

Fotometri ialah sains pengukuran cahaya, iaitu dari segi kecerahan yang dicerap oleh mata manusia. Ini
berlainan dengan radiometri, iaitu sains pengukuran cahaya dari segi kuasa mutlak.

[sunting] Fotometri dan mata


Kepekaan mata manusia tidaklah sama bagi semua panjang gelombang dalam cahaya tampak. Fotometri
cuba untuk mengambil kira ciri ini dengan memberi pemberat kepada setiap panjang gelombang ini
dengan satu faktor yang mewakili kepekaan mata terhadap panjang gelombang tersebut.

Tindak balas mata terhadap cahaya sebagai fungsi panjang gelombang ditunjukkan dalam fungsi
kekilauan. Mata mempunyai tindak balas yang berbeza sebagai fungsi panjang gelombang apabila ia
menyesuaikan diri dalam keadaan terang (penglihatan fotopik) dan dalam keadaan gelap (penglihatan
skotopik). Fotometri adalah berdasarkan tindak balas fotopik mata, dan oleh itu pengukuraan fotometri
tidak akan menjelaskan dengan tepatnya sekiranya kecerahan sumber yang dicerap adalah di bawah
keadaan pencahayaan yang malap.

[sunting] Kuantiti fotometri


Terdapat banyak unit pengukuran yang digunakan dalam fotometri. Ramai yang bertanya mengapa
terdapat bermacam-macam unit, atau bertanya tentang penukaran unit-unit yang sebenarnya tidak boleh
ditukarkan (sebagai contoh lumen dan kandela). Kita juga sudah biasa dengan penggunaan kata sifat
"berat" yang boleh mengambarkan berat atau ketumpatan, walaupun pada dasarnya kedua-dua ini
adalah berbeza. Begitu juga dengan kata sifat "cerah", yang boleh merujuk kepada lampu yang
memancarkan fluks berkilau yang tinggi (disukat dengan lumen), atau dengan lampu yang
menumpukan fluks berkilaunya pada alur yang tirus (kandela). Oleh sebab terdapat pelbagai cara di
mana cahaya boleh merambat dalam ruang 3 dimensi, menyerak, bertumpu, terpantul oleh
permukaan berkilat atau kusam, dan oleh sebab cahaya mempunyai banyak panjang gelombang,
maka bilangan jenis pengukuran cahaya yang pada asasnya berbeza juga akan bertambah, dan begitu
juga dengan bilangan kuantiti dan unit yang dapat menggambarkan sifat-sifat ini.

Unit fotometri SI
sunting

Kuantiti Simbol unit SI Singkatan Huraian

kadang-kadang
Tenaga kilau Qv lumen saat lm·s
dipanggil Talbot
Fluks berkilau F lumen(= cd·sr) lm Juga dipanggil kuasa kilau

Keamatan
Iv kandela(= lm/sr) cd -
berluminositi

kandela /meter
Kekilauan Lv cd/m2 Juga dipanggil luminans
persegi

Digunakan untuk
Pencahayaan Ev lux (= lm/m2) lx
cahaya tuju pada permukaan

Untuk cahaya yang


Kepancaran
Mv lux (= lm/m2) lx dipancarkan daripada
berkilau
permukaan

nisbah fluks
Keberkesanan berkilau kepada fluks sinaran,
? lumen / watt lm/W
kilau maksimum yang boleh dicapai
ialah 683

Dalam fotometri, pencahayaan ialah jumlah fluks berkilau menuju ke permukaan, per unit luas. Ia
merupakan pengukuran keamatan cahaya tuju yang dicerap. Begitu juga dengan kepancaran
berkilau iaitu fluks berkilau per unit luas yang dipancarkan daripada suatu permukaan.

Dalam unit terbitan SI, kedua-dua ini diukur menggunakan unit lux (lx) atau lumen per meter
persegi (cd·sr·m-2).

Pencahayaan pada awalnya dinamakan kecerahan, tapi ini telah menimbulkan kekeliruan dengan
penggunaan lain untuk perkataan tersebut. "Kecerahan" tidak seharusnya digunakan untuk
penerangan kuantitatif, sebaliknya harus hanya digunakan untuk rujukan kepada deria fisiologi dan
pencerapan cahaya yang tak kuantitatif.

Mata manusia dapat melihat pada julat lebih daripada 2 trillion kali ganda: Kehadiran objek putih
dapat dilihat samar-samar di bawah cahaya bintang, pada 5 * 10 -5 lux, sementara pada penghujung
yang cerah, manusia boleh membaca teks besar pada 108 lux, atau 1000 kali cahaya matahari terus,
walaupun ini adalah sangat tidak selesa dan boleh menyebabkan imej tinggal yang berpanjangan.
PENCAHAYAAN ALAMI DAN BUATAN
Pencahayaan merupakan salah satu faktor untuk mendapatkan keadaan lingkungan
yang aman dan nyaman dan berkaitan erat dengan produktivitas manusia.
Pencahayaan yang baik memungkinkan orang dapat melihat objek-objek yang
dikerjakannya secara jelas dan cepat. Menurut sumbernya, pencahayaan dapat dibagi
menjadi dua yaitu sistem pencahayaan alami dan sistem pencahayaan buatan.

SISTEM PENCAHAYAAN ALAMI SIANG HARI PADA GEDUNG


Pencahayaan alami adalah sumber pencahayaan yang berasal dari sinar matahari.
Sinar alami mempunyai banyak keuntungan, selain menghemat energi listrik juga dapat
membunuh kuman. Untuk mendapatkan pencahayaan alami pada suatu ruang
diperlukan jendela-jendela yang besar ataupun dinding kaca sekurang-kurangnya 1/6
dari pada luas lantai.
Dalam usaha memanfaatkan cahaya alami, pada selang waktu antara pukul 08.00 s/d
16.00, perlu direncanakan dengan baik sedemikian sehingga hanya cahaya yang masuk
ke dalam ruangan, sedangkan panas diusahakan tidak masuk ke dalam ruangan. Panas
yang masuk ke dalam ruangan selain akan menyebabkan warna permukaan interior
akan cepat pudar, juga akan menyebabkan bertambahnya beban pendinginan dari
sistem tata udara, sehingga tujuan penghematan energi tidak tercapai.
Sumber pencahayaan alami kadang dirasa kurang efektif dibanding dengan
penggunaan pencahayaan buatan, selain karena intensitas cahaya yang tidak tetap,
sumber alami menghasilkan panas terutama saat siang har

i. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan agar penggunaan sinar alami mendapat


keuntungan, yaitu:
o Variasi intensitas cahaya matahari
o Distribusi dari terangnya cahaya
o Efek dari lokasi, pemantulan cahaya, jarak antar bangunan
o Letak geografis dan kegunaan bangunan gedung
Departemen Pemukiman dan Prasarana Wilayah mewakili pemerintah, asosiasi profesi,
konsultan, kontraktor, supplier, pengelola bangunan gedung dan perguruan tinggi,
menyusun standar "tata cara perancangan sistem pencahayaan alami pada bangunan
gedung" yang selanjutnya dibakukan oleh Badan Standardisasi Nasional menjadi : SNI
03-0000-2001.
Pencahayaan alami siang hari dapat dikatakan baik apabila :
1. Pada siang hari antara jam 08.00 sampai dengan jam 16.00 waktu seternpat terdapat
cukup banyak cahaya yang masuk ke dalam ruangan.
2. Distribusi cahaya di dalam ruangan cukup mer

ata dan atau tidak menimbulkan kontras yang mengganggu

Faktor Pencahayaan Alami Siang Hari:


Faktor pencahayaan alami siang hari adalah perbandingan tingkat pencahayaan pada
suatu titik dari suatu bidang tertentu di dalam suatu ruangan terhadap tingkat
pencahayaan bidang datar di lapangan terbuka yang merupakan ukuran kinerja lubang
cahaya ruangan tersebut. Faktor pencahayaan alami siang hari terdiri dari 3 komponen
meliputi :
1. Komponen langit (faktor langit-fl) yakni

komponen pencahayaan langsung dari cahaya langit.


2. Komponen refleksi luar (faktor refleksi luar - frl) yakni komponen pencahayaan yang
berasal dari refleksi benda-benda yang berada di sekitar bangunan yang bersangkutan.
3. Komponen refleksi dalam (faktor refleksi dalam frd) yakni komponen pencahayaan
yang berasal dad refleksi permukaan-permukaan dalam ruangan, dad cahaya yang
masuk ke dalam ruangan akibat refleksi benda-benda di luar ruangan maupun dad
cahaya langit (lihat gambar).
Faktor pencahayaan alami siang had ditentukan oleh persamaan-persamaan berikut ini

keterangan :
L = lebar lubang cahaya efektif.
H = tinggi lubang cahaya efektif.
D = jarak titik ukur ke lubang cahaya

Keterangan :
• (fl)p = faktor langit jika tidak ada penghalang.
• Lrata-rata = perbandingan antara luminansi penghalang dengan luminansi rata-rata
langit.
• Tkaca = faktor transmisi cahaya dad kaca penutup lubang cahaya, besarnya
tergantung pada jents kaca yang nilainya dapat diperoleh dad katalog yang dikeluarkan
oleh produsen kaca tersebut.
• A = luas seluruh permukaan dalam ruangan
• R = faktor refleksi rata-rata seluruh permukaan
• W = luas lubang cahaya.
• Rcw = faktor refleksi rata-rata dari langit-langit dan dinding bagian atas dimulaidari
bidang yang melalui tengah-tengah lubang cahaya, tidak termasuk dinding dimana
lubang cahaya terletak.
• C = konstanta yang besarnya tergantung dad sudut penghalang.
• Rfw = faktor refleksi rata-rata lantai dan dinding bagian bawah dimulai dad bidang yang
melalui tengah-tengah lubang cahaya, tidak termasuk dinding dimana lubang cahaya
terletak.

Langit Perancangan
a) Dalam ketentuan ini sebagai terang langit diambil kekuatan terangnya langit yang
dinyatakan dalam lux.
b) Karena keadaan langit menunjukkan variabilitas yang besar, maka syarat-syarat yang
harus dipenuhi oleh keadaan langit untuk dipilih dan ditetapkan sebagai Langit
Perancangan adalah :
1. Bahwa langit yang demikian sering dijumpai.
2. Memberikan tingkat pencahayaan pada bidang datar di lapangan terbuka, dengan
nilai dekat minimum, sedemikian rendahnya hingga frekuensi kegagalan untuk
mencapai nilai tingkat pencahayaan ini cukup rendah.
3. Nilai tingkat pencahayaan tersebut tidak boleh terlampau rendah sehingga
persyaratan tekno konstruktif menjadi terlampau tinggi.
c) Sebagai Langit Perancangan ditetapkan :
1. Langit biru tanpa awan atau
2. Langit yang seluruhnya tertutup awan abu-abu putih.
d) Langit Perancangan ini memberikan tingkat pencahayaan pada titik-titik di bidang
datar di lapangan terbuka sebesar 10.000 lux. Untuk perhitungan diambil ketentuan
bahwa tingkat pencahayaan ini asalnya dari langit yang keadaannya dimana-mana
merata terangnya (uniform luminance distribution).
Faktor Langit
Faktor langit (fl) suatu titik pada suatu bidang di dalam suatu ruangan adalah angka
perbandingan tingkat pencahayaan langsung dad langit di titik tersebut dengan tingkat
pencahayaan oleh Terang Langit pada bidang datar di lapangan terbuka.
Pengukuran kedua tingkat pencahayaan tersebut dilakukan dalam keadaan sebagai-
berikut:
1. Dilakukan pada saat yang sama.
2. Keadaan langit adalah keadaan Langit Perancangan dengan distribusi terang yang
merata di mana-mana.
3. Semua jendela atau lubang cahaya diperhitungkan seolah-olah tidak ditutup dengan
kaca.

Lubang Cahaya Efektif


Bila suatu ruangan mendapatkan pencahayaan dad langit metalui lubang-lubang cahaya
di beberapa dinding, maka masing-masing dinding ini mempunyai bidang lubang cahaya
efektifnya sendiri-sendiri lihat gambar 4 ).

Umumnya lubang cahaya efektif dapat berbentuk dan berukuran lain daripada lubang
cahaya itu sendiri. Hal ini, antara lain dapat disebabkan oleh:
1. Penghalangan cahaya oleh bangunan lain clan atau oleh pohon.
2. Bagian-bagian dari bangunan itu sendiri yang karena menonjol menyempitkan
pandangan ke luar, seperti balkon, konstruksi "sunbreakers" dan sebagainya.
3. Pembatasan-pembatasan oleh letak bidang kerja terhadap bidang lubang cahaya .
4. Bagian dari jendela yang dibuat dari bahan yang tidak tembus cahaya.

SISTEM PENERANGAN BUATAN PADA GEDUNG

Pencahayaan buatan adalah pencahayaan yang dihasilkan oleh sumber cahaya selain
cahaya alami. Pencahayaan buatan sangat diperlukan apabila posisi ruangan sulit
dicapai oleh pencahayaan alami atau saat pencahayaan alami tidak mencukupi. Fungsi
pokok pencahayaan buatan baik yang diterapkan secara tersendiri maupun yang
dikombinasikan dengan pencahayaan alami adalah sebagai berikut:
1. Menciptakan lingkungan yang memungkinkan penghuni melihat secara detail serta
terlaksananya tugas serta kegiatan visual secara mudah dan tepat
2. Memungkinkan penghuni berjalan dan bergerak secara mudah dan aman
3. Tidak menimbukan pertambahan suhu udara yang berlebihan pada tempat kerja
4. Memberikan pencahayaan dengan intensitas yang tetap menyebar secara merata,
tidak berkedip, tidak menyilaukan, dan tidak menimbulkan bayang-bayang.
5. Meningkatkan lingkungan visual yang nyaman dan meningkatkan prestasi.
PENERANGAN BUATAN DIPERLUKAN BILA :
 Tidak tersedia cahaya alami siang hari
 Tidak tersedia cukup cahaya alami dari matahari
 Cahaya alami matahari tidak dapat menjangkau tempat tertentu di dalam ruangan
yang jauh dari jendela.
 Diperlukan cahaya merata pada ruang lebar
 Diperlukan intensitas cahaya konstan.
 Diperlukan pencahayaan dengan warna dan arah penyinaran mudah diatur.
 Cahaya buatan diperlukan untuk fungsi khusus.
 Diperlukan cahaya dengan efek khusus.

Disamping hal-hal tesebut di atas, dalam perencanaan penggunaan pencahayaan untuk


suatu lingkungan kerja maka perlu pula diperhatikan hal-hal berikut ini:
1) Seberapa jauh pencahayaan buatan akan digunakan, baik untuk menunjang dan
melengkapi pencahayaan alami.
2) Tingkat pencahayaan yang diinginkan, baik untuk pencahayaan tempat kerja yang
memerlukan tugas visual tertentu atau hanya untuk pencahayaan umum
3) Distribusi dan variasi iluminasi yang diperlukan dalam keseluruhan interior, apakah
menyebar atau tefokus pada satu arah
4) Arah cahaya, apakah ada maksud untuk menonjolkan bentuk dan kepribadian
ruangan yang diterangi atau tidak
5) Warna yang akan dipergunakan dalam ruangan serta efek warna dari cahaya
6) Derajat kesilauan obyek ataupun lingkungan yang ingin diterangi, apakah tinggi atau
rendah.

Sistem pencahayaan buatan yang sering dipergunakan secara umum dapat dibedakan
atas 3 macam yakni:
1. Sistem Pencahayaan Merata
Pada sistem ini iluminasi cahaya tersebar secara merata di seluruh ruangan. Sistem
pencahayaan ini cocok untuk ruangan yang tidak dipergunakan untuk melakukan tugas
visual khusus. Pada sistem ini sejumlah armatur ditempatkan secara teratur di seluruh
langi-langit.
2. Sistem Pencahayaan Terarah
Pada sistem ini seluruh ruangan memperoleh pencahayaan dari salah satu arah
tertentu. Sistem ini cocok untuk pameran atau penonjolan suatu objek karena akan
tampak lebih jelas. Lebih dari itu, pencahayaan terarah yang menyoroti satu objek
tersebut berperan sebagai sumber cahaya sekunder untuk ruangan sekitar, yakni
melalui mekanisme pemantulan cahaya. Sistem ini dapat juga digabungkan dengan
sistem pencahayaan merata karena bermanfaat mengurangi efek menjemukan yang
mungkin ditimbulkan oleh pencahayaan merata.
3. Sistem Pencahayaan Setempat
Pada sistem ini cahaya dikonsentrasikan pada suatu objek tertentu misalnya tempat
kerja yang memerlukan tugas visual. Sistem pencahayaan ini sangat bermanfaat untuk:
 Memperlancar tugas yang memerlukan visualisasi teliti
 Mengamati bentuk dan susunan benda yang memerlukan cahaya dari arah tertentu.
 Melengkapi pencahayaan umum yang terhalang mencapai ruangan khusus yang ingin
diterangi
 Membantu pekerja yang sudah tua atau telah berkurang daya penglihatannya.
 Menunjang tugas visual yang pada mulanya tidak direncanakan untuk ruangan
tersebut.
Tipe Penerangan Buatan
Menurut Siswanto (1993:18) penerangan yang digunakan dapat dibedakan menjadi 3
macam sistem/tipe penerangan yaitu :
1. Pencahayaan Umum (General Lighting)
Sistem pencahayaan ini harus menghasilkan iluminasi yang merata pada bidang kerja
dan bidang ini biasanya terletak pada ketinggian 30-60 inchi diatas lantai. Untuk
memenuhi persyaratan itu maka armatur harus dipasang simetris, dan jarak lampu satu
dengan lainnya perlu diperhatikan, dianjurkan antara 1,5-2 kali jarak antara lampu dan
bidang kerja.

2. Pencahayaan Terarah (Localized General Lighting)


Pada tipe ini diperlukan bila intensitas penerangan yang merata tidak diperlukan untuk
semua tempat kerja tetapi hanya bagian tertentu saja yang membutuhkan tingkat
iluminasi, maka lampu tambahan dapat dipasang pada daerah tersebut.

3. Pencahayaan Lokal (Local Lighting)


Sistem pencahayaan lokal ini diperlukan khususnya untuk pekerjaan yang
membutuhkan ketelitian. Kerugian dari sistem pencahayaan ini dapat menyebabkan
kesilauan, maka pencahayaan lokal perlu dikoordinasikan dengan penerangan umum.

Menurut Suma’mur PK (1998:10) ada beberapa faktor yang harus diperhatikan dalam
pencahayaan buatan antara lain:
1. Pembagian lumensi dalam lapangan penglihatan
Lapangan penglihatan yang baik adalah dengan kekuatan terbesar ditengah pada
daerah kerja yang dilakukan. Perbandingan terbaik antara lumensi pusat, daerah sekitar
pusat dan lingkungan sekitarnya adalah 10:3:1. Kondisi penerangan dinyatakan baik
atau tidak bila memenuhi syarat jika perbedaan lumensi melebihi perbandingan 40:1
baik di lapangan penglihatan pekerjaan maupun terhadap lingkungan luar.
2. Kesilauan
Terjadi bila perbedaan penyebaran luminensi melebihi perbandingan 40 :1, namun pada
umumnya terjadi karena keterbatasan kemampuan penglihatan.Kepekaan retina
seluruhnya menyesuaikan dengan luminensi rata-rata sehingga pda lapangan
penglihatan dengan luminensi berbeda, retina terlalu peka untuk luminensi yang tinggi,
tetapi sangat kurang peka untuk daerah yang samar-samar.
3. Arah Cahaya
Sumber cahaya yang cukup jumlahnya sangat berguna dalam mengatur pencahayaan
yang baik. Cahaya dari berbagai arah dapat meniadakan gangguan oleh bayangan.
4. Warna Cahaya
Warna cahaya dan komposisi spektrumnya sangat penting dalam membandingkan dan
mengkombinasikan warna-warna dalam lingkungan kerja atau tempat kerja sebagai
akibat pencahayaan yang menentukan rupa dari lingkungan. Dengan adanya kombinasi
tata warna dan dekorasi yang serasi maka akan menimbulkan suasana kerja yang
nyaman sehingga kegairahan kerja akan meningkat.

5. Panas akibat sumber cahaya.


Baik sumber pencahayaan alam maupun pencahayaan buatan dapat menimbulkan suhu
udara di tempat kerja. Pertambahan suhu yang berlebihan dapat mengakibatkan
ketidaknyamanan bekerja dan akan merupakan beban tambahan.

Jenis Lampu Sumber Penerangan Buatan


Menurut Siswanto (1989:22) ada 3 jenis lampu sebagai sumber penerangan buatan
yaitu:
1. Lampu Pijar (Incandescent Lamp)
Cahaya sebagian besar terdiri dari infra merah yang dapat mencapai 75- 80%
sedangkan ultra violet pada lampu pijar umumnya diabaikan. Pemanfaatan lampu pijar
sebagai sumber penerangan buatan mempunyai kerugian yaitu memancarkan radiasi
dan suhu permukaan dapat mencapai 60° C atau lebih sehingga ruangan terasa tidak
nyaman dan lampu pijar memberikan kesan psikis hangat karena warna cahayanya
kuning kemerahan.

2. Lampu Pelepasan Listrik Bertekanan Rendah (Electric Dicharge Lamp atau


Flourescen Lamp)
Lampu jenis ini lebih dikenal dengan nama lampu fluorescent atau lampu TL (Tube
Lamp), cahayanya berasal dari proses transformasi energi listrik menjadi ultra violet
pada saat aliran listrik melalui gas-gas misalnya Argon, Neon, uap Mercuri, tergantung
dari zat-zat fluorescent maka lampu TL dapat dibuat sehingga cahayanya menyerupai
cahaya lampu pijar, cahaya matahari.

3 Lampu Pelepasan Listrik Bertekanan Tinggi (Mercury Vapor Lamp)


Secara prinsip lampu ini sama dengan lampu TL, tetapi dengan tekanan tinggi radiasi
cahayanya tergantung dari jenis gas dan tekanan yang diisikan. Pada lampu Mercuri
memancarkan cahaya dalam empat panjang gelombang yang berwarna ungu, biru,
kuning, dan hijau.
Warna cahaya yang dipancarkan oleh lampu mercuri adalah tergantung oleh tekanan
uapnya. Lampu mercuri dapat dikombinasikan dengan lampu pijar atau lampu tabung
mercuri diberi lapisan zat fosfor untuk mengubah radiasi ultra violet menjadi cahaya
yang berwarna merah. Lampu ini dapat menurun sampai 30%. Bila mengalami kenaikan
diatas 5% maka lampu akan rusak karena panas.
Menurut Achmad sujudi (1999:26) agar pencahayaan memenuhi persyaratan kesehatan
perlu dilakukan tindakan sebagai berikut :
1) Pencahayaan alami maupun buatan diupayakan agar tidak menimbulkan
kesilauan dan memiliki intensitas sesuai dengan peruntukannya.
2) Kontras sesuai kebutuhannya, hindarkan terjadinya kesilauan atau bayangan.
3) Untuk ruang kerja yang mempergunakan peralatan berputar untuk tidak
menggunakan lampu neon.
4) Penempatan bola lampu dapat menghasilkan penyinaran yang optimum dan
sering dibersihkan. Bola lampu yang mulai tidak berfungsi dengan baik segera
diganti.

5 Sistem Penerangan
o Sistem penerangan langsung
o Penerangan semi langsung
o Penerangan diffus
o Penerangan semi tidak langsung
o Penerangan tidak langsung

Dari sistem penerangan tersebut ternyata ada yang diserap, direfleksikan dan
ditransmisikan
 Absorbsi
Sebahagian dari cahaya yang mengenai suatu permukaan akan diserap oleh
permukaan itu.

 Refleksi
Jumlah cahaya yang dipantulkan tidak ditentukan oleh mengkilatnya suatu permukaan,
tetapi oleh sifat-sifat dan permukaan bahannya.
 Transmisi
Bahan tembus cahaya seperti kaca dan seluloida akan memantulkan atau menyerap
hanya sebagian saja dari cahaya yang mengenai.

Secara keseluruhan, untuk suatu permukaan bahan berlaku ketentuan: a + r + t =1

Secara umum ada tiga jenis lampu yang beredar di pasaran :


1. Lampu pijar (incandescent), cahaya dihasilkan oleh filamen dari bahan tungsten (titik
lebur > 2200º C) yang berpijar karena panas.
2. Lampu fluorescent, cahaya dihasilkan oleh pendaran bubuk fosfor yang melapisi
bagian dalam tabung lampu.
3. Lampu HID (High-Intensity Discharge lamps), cahaya dihasilkan oleh lecutan listrik
melalui uap zat logam.

Satuan-satuan teknik penerangan


 Steradian
 Kandela
 Fluk cahaya : Satuannya lumen (lm)
Rumus : Q = F x t
dimana : Q = jumlah cahaya
F = fluk cahaya
t = waktu
 Intensitas cahaya
Satuannya kandela (Cd)
Rumus : ω = 4π steradian, maka F = 4π I lumen

 Intensitas penerangan
Satuannya lux
Rumus :

 Luminansi atau brightness


Satuannya cd/m2
Rumus :
1 cd/cm2 = 1 stilb = 10000 cd/m2

Hukum penerangan
 Hukum Kuadrat
Rumus :

Catatan : rumus ini hanya berlaku untuk penerangan suatu titik tertentu dari bidang yang
diterangi

Penyelesaian :
F = 1200 lumen

r = LB =

cos α =

Intensitas penerangan titik B = = 0,764 lux

Contoh perhitungan penerangan suatu bangunan


Suatu ruangan laboratorium dengan ukuran 12 x 10 m dan tinggi lampu dari meja 2,6 m,
yang akan diberi penerangan dengan ketentuan sebagai berikut :
1. Tentukan jenis lampu dan armatur yang digunakan. Ruangan ini direncanakan
armatur tipe TMX 200 dengan lampu 2 x TLD 36 W/54. Menurut standar Philip lampu TL
36 W warna putih fluk cahayanya 2 x 2500 lumen per armatur.
2. Tentukan faktor-faktor refleksi
rp = 0,7 rw = 0,5 rm = 0,3
3. Tentukan indeks bentuk ruangan
Lampu dipasang pada langit-langit dan bidang kerjanya berada pada kira-kira 0,90 m di
atas langit maka h = 2,6 m.
4. Tentukan efisiensi penerangan (tabel XIII) dengan nilai k = 2,1
Pada tabel, untuk k = 2 → 0,69
untuk k = 2,5 → 0,75
maka untuk k = 2,1
dilakukan interpolasi =
5. Intensitas penerangan (berdasarkan tabel), untuk labor = 350 lux

6. Hitung fluk cahaya yang diperlukan


F armatur = 2 x 2500 = 5000 lumen
7. Tentukan faktor depresiasi, pada contoh ini kalau lampu-lampu diperbarui setiap 2
tahun, maka d = 0,8 (tabel).
Jadi, jumlah armatur :

Jumlah ini dapat dibagi atas 3 deret pemasangannya, masing-masing 5 armatur.


Penempatan meja laboratorium harus diperhatikan dan sebaiknya meja dipasang 3
deret dan jumlahnya 15 buah.
Gambar layout penempatan lampu :
10

Menghitung Kebutuhan Cahaya (Penerangan Buatan) Dengan Metoda Lumen


Hitung kebutuhan cahaya, bila dirancang dua armatur (2 bh lampu) pada ruang tamu
ukuran 3 x 4 M. Direncanakan memakai lampu jenis SL
Jawab : Berdasarkan tabel intensitas cahaya (kuat penerangan) untuk R Tamu
dibutuhkan
E (kuat penerangan) = 50 lux
Indeks ruangan k = = = 0,6
Menurut Tabel k, Eff = 0,38
Karena pengotoran ringan maka untuk faktor depresiasi masa 2 th pemakaian = 0,8
Jadi Flux Cahaya yang dibutuhkan :
= = = 1973,6 Lumen
Karena dirancang dua armatur dg 2 bh lampu, maka Flux cahaya tiap lampu
= = 986,8 lumen
Lihat tabel Flux cahaya; bagi lampu SL yang ada hanya 1050 Lumen untuk SL 25 W
Jadi dipakai SL 25 W sebanyak 2 buah lampu per Armatur

Perhitungan lanjutan
Berdasarkan perhitungan kebutuhan cahaya pada sebuah Rumah Kediaman diperoleh ;
Untuk jaringan kelompok I, melayani : Jaringan kelompok II, melayani :
1. R Tamu, TL 20 W = 20 W 1. Gang, Pijar = 4 x 15 W = 60 W
2. R Makan, TL 20 W = 20 W 2. Dapur, TL 10 W = 10 W
3. K Tidur, Pijar 15 & 5 W = 20 W 3. WC, Pijar 15 W = 15 W
4. KM/WC, Pijar 15 & 30 W = 45 W 4. K Pelayan, Pijar 5 W = 5 W
5. Teras, Pijar 30 W = 30 W 5. Garasi, Pijar 15 W = 15 W
6. K.K = 2 x 150 W = 300 W 6. K.K = 2x150 W = 300 W
Jumlah = 435 W Jumlah = 405 W
Rekapitulasi daya :
Kelompok Pijar TL KK/150W Jumlah
5 W 15 W 30 W 20 W 10 W
I 1 2 2 2 - 2 435 W
II 1 6 - - 1 2 405 W
IN1 = = 2,47 A; Isekering = 1,25 IN = 1,25 x 2,47 = 3,09 A 4A
IN2 = = 2,3 A; Isekering = 1,25 IN = 1,25 x 2,3 A = 2,87 A 4A
Untuk MCB IN Total = = 4,77 A
IMCB = 1,25 x IN = 1,25 x 4,77 A = 5,96 A 6A
6A
4A
4A

Pencahayaan seringkali dikategorikan ke dalam dua kelompok,


pencahayaan alami (daylighting) dan pencahayaan buatan (artificial
lighting). Keduanya memiliki peranan yang sangat penting karena
berperan besar dalam menyampaikan informasi visual ke indera
penglihatan.

Secara umum, pencahayaan buatan merupakan buah karya manusia


dalam memenuhi kebutuhan cahaya pada siang hari maupun malam hari,
terutama terhadap kebutuhan cahaya di dalam ruangan. Kebutuhan yang
akhirnya didukung oleh perkembangan teknologi ini, membawa
pencahayaan bukan saja sebagai pemenuh kebutuhan fungsional, tetapi
juga estetika dan kebutuhan lainnya.

Berbeda dengan pencahayaan buatan, pencahayaan alami lebih mengacu


pada cahaya yang bersumber pada benda-benda langit. Sumber cahaya
datang dari matahari, pantulan cahaya matahari yang diteruskan oleh
bulan, serta cahaya bintang-bintang.

Namun, dalam buku ini, sumber cahaya yang dibahas hanyalah sumber
cahaya alami pada siang hari (daylight), cahaya yang berasal dari
matahari (sunlight) dan pantulan langit (skylight). Istilah-istilah dalam
bahasa inggris mengenai cahaya alami memang lebih spesifik seperti
natural light, daylight, sunlight, skylight, dan sebagainya. Dan dalam
konteks ini, pembahasan akan mengacu pada daylighting, yaitu
pencahayaan alami pada siang hari yang bersumber pada cahaya
matahari (sunlight) dan cahaya langit (skylight).

Anda mungkin juga menyukai