RUMUSAN MASALAH
TUJUAN
LANGKAH PERCOBAAN
LANDASAN TEORI
Satuan : Lumen.
b INTENSITAS CAHAYA (I)/KUAT CAHAYA.
Intensitas cahaya adalah konsep dari konsentrasi lampu pada arah tertentu setiap detiknya.
Hal ini dilambangkan dengan symbol I. Satuannya adalah candela (cd). GAMBARRRR
Secara umum sebuah sumber lampu cahayanya tidak akan berpendar secara
merata ke semua arah. Tetapi bilamana kita membayangkannya sebagai sebuah
kerucut yang runcing dengan satu titik cahaya, maka pancaran cahayanya baru
dapat tersebar secara merata. Dimana konsentrasi cahaya pada kerucut tersebut
ada sama dengan perpendaran cahaya pada kerucut dibagi dengan permukaan
kerucut yang digambarkan sebagai ruang sudut pada kerucut tersebut. Hasilnya
disebut sebagai intensitas cahaya (I), yang diukur dalam satuan candela dalam
lingkup bidang kerucut.
Rumus : I =
Untuk bola : Dv = 4p
Maka : F = 4pI
Keterangan
: E = kuat penerangan (LUX)
d = jarak
I = kuat cahaya
Satuan : = Lux
1 LUX adalah Kuat penerangan suatu bidang, dimana tiap-tiap m 2 didatangi oleh flux
cahaya 1 Lumen.
Untuk bola : E = =
= . cos q
penjelasan : E = =
E=
Kuat pencahayaan suatu titik pada bidang kerja yang tegak lurus dengan arah
datang cahaya setara dengan intesitas cahaya pada arah tersebut di bagi dengan
kwadrat jarak antara sumber cahaya dengan titik tersebut.
E=
E=
E=
d FOTOMETER.
Definisi : Alat yang digunakan untuk mengukur intensitas sumber cahaya, dan
prinsipnya membandingkan kuat penerangan (E) dari sumber cahaya yang hendak
diukur.
jarak. Rumus ini menyatakan bahwa intensitas cahaya per satuan luas berbanding
terbalik
E=I/R2
Dimana E = Kuat Penerangan , I = Intensitas cahaya dan d = jarak
BAB V DISKUSI
Pada percobaan fotometri ini, penentuan intensitas cahaya lilin kami lakukan dua
kali dimana percobaan pertama sebagai B1 adalah lampu 40 watt dan B2 adalah
lampu 6o watt, dan untuk perobaan kedua, sebagai B1 adalah lampu 60 watt dan
sebagai B2 adalah lamppu 40 watt. Apabila percobaan berhasil dengan baik, maka
seharusnya nilai intensitas cahaya lilin baik dari percobaan pertama maupun kedua
adalah sama mengingat lilin yang kami gunakan adalah lilin yang sama. Namun
berdasarkan hasil analisa data kami dapatkan bahwa intensitas cahaya lilin dari
percobaan pertama (112.884 ± 9.516) cd adalah sementara intensitas cahaya lilin
dari percobaan kedua adalah (102.754±6.738)cd . perbedaan nilai intensitas cahaya
lilin ini, menurut kami dapat disebabkan karena beberapa factor antara lain :
2. nyala lilin yang makin redup (mengingat tidak memungkinkan bagi praktikan untuk
mengkondisikan nyala lilin konstan dari awal perobaan samapai selesai) yang
memungkinkan tidak tetapnya nilai intensitas cahaya lilin
Fotometri ialah sains pengukuran cahaya, iaitu dari segi kecerahan yang dicerap oleh mata manusia. Ini
berlainan dengan radiometri, iaitu sains pengukuran cahaya dari segi kuasa mutlak.
Tindak balas mata terhadap cahaya sebagai fungsi panjang gelombang ditunjukkan dalam fungsi
kekilauan. Mata mempunyai tindak balas yang berbeza sebagai fungsi panjang gelombang apabila ia
menyesuaikan diri dalam keadaan terang (penglihatan fotopik) dan dalam keadaan gelap (penglihatan
skotopik). Fotometri adalah berdasarkan tindak balas fotopik mata, dan oleh itu pengukuraan fotometri
tidak akan menjelaskan dengan tepatnya sekiranya kecerahan sumber yang dicerap adalah di bawah
keadaan pencahayaan yang malap.
Unit fotometri SI
sunting
kadang-kadang
Tenaga kilau Qv lumen saat lm·s
dipanggil Talbot
Fluks berkilau F lumen(= cd·sr) lm Juga dipanggil kuasa kilau
Keamatan
Iv kandela(= lm/sr) cd -
berluminositi
kandela /meter
Kekilauan Lv cd/m2 Juga dipanggil luminans
persegi
Digunakan untuk
Pencahayaan Ev lux (= lm/m2) lx
cahaya tuju pada permukaan
nisbah fluks
Keberkesanan berkilau kepada fluks sinaran,
? lumen / watt lm/W
kilau maksimum yang boleh dicapai
ialah 683
Dalam fotometri, pencahayaan ialah jumlah fluks berkilau menuju ke permukaan, per unit luas. Ia
merupakan pengukuran keamatan cahaya tuju yang dicerap. Begitu juga dengan kepancaran
berkilau iaitu fluks berkilau per unit luas yang dipancarkan daripada suatu permukaan.
Dalam unit terbitan SI, kedua-dua ini diukur menggunakan unit lux (lx) atau lumen per meter
persegi (cd·sr·m-2).
Pencahayaan pada awalnya dinamakan kecerahan, tapi ini telah menimbulkan kekeliruan dengan
penggunaan lain untuk perkataan tersebut. "Kecerahan" tidak seharusnya digunakan untuk
penerangan kuantitatif, sebaliknya harus hanya digunakan untuk rujukan kepada deria fisiologi dan
pencerapan cahaya yang tak kuantitatif.
Mata manusia dapat melihat pada julat lebih daripada 2 trillion kali ganda: Kehadiran objek putih
dapat dilihat samar-samar di bawah cahaya bintang, pada 5 * 10 -5 lux, sementara pada penghujung
yang cerah, manusia boleh membaca teks besar pada 108 lux, atau 1000 kali cahaya matahari terus,
walaupun ini adalah sangat tidak selesa dan boleh menyebabkan imej tinggal yang berpanjangan.
PENCAHAYAAN ALAMI DAN BUATAN
Pencahayaan merupakan salah satu faktor untuk mendapatkan keadaan lingkungan
yang aman dan nyaman dan berkaitan erat dengan produktivitas manusia.
Pencahayaan yang baik memungkinkan orang dapat melihat objek-objek yang
dikerjakannya secara jelas dan cepat. Menurut sumbernya, pencahayaan dapat dibagi
menjadi dua yaitu sistem pencahayaan alami dan sistem pencahayaan buatan.
keterangan :
L = lebar lubang cahaya efektif.
H = tinggi lubang cahaya efektif.
D = jarak titik ukur ke lubang cahaya
Keterangan :
• (fl)p = faktor langit jika tidak ada penghalang.
• Lrata-rata = perbandingan antara luminansi penghalang dengan luminansi rata-rata
langit.
• Tkaca = faktor transmisi cahaya dad kaca penutup lubang cahaya, besarnya
tergantung pada jents kaca yang nilainya dapat diperoleh dad katalog yang dikeluarkan
oleh produsen kaca tersebut.
• A = luas seluruh permukaan dalam ruangan
• R = faktor refleksi rata-rata seluruh permukaan
• W = luas lubang cahaya.
• Rcw = faktor refleksi rata-rata dari langit-langit dan dinding bagian atas dimulaidari
bidang yang melalui tengah-tengah lubang cahaya, tidak termasuk dinding dimana
lubang cahaya terletak.
• C = konstanta yang besarnya tergantung dad sudut penghalang.
• Rfw = faktor refleksi rata-rata lantai dan dinding bagian bawah dimulai dad bidang yang
melalui tengah-tengah lubang cahaya, tidak termasuk dinding dimana lubang cahaya
terletak.
Langit Perancangan
a) Dalam ketentuan ini sebagai terang langit diambil kekuatan terangnya langit yang
dinyatakan dalam lux.
b) Karena keadaan langit menunjukkan variabilitas yang besar, maka syarat-syarat yang
harus dipenuhi oleh keadaan langit untuk dipilih dan ditetapkan sebagai Langit
Perancangan adalah :
1. Bahwa langit yang demikian sering dijumpai.
2. Memberikan tingkat pencahayaan pada bidang datar di lapangan terbuka, dengan
nilai dekat minimum, sedemikian rendahnya hingga frekuensi kegagalan untuk
mencapai nilai tingkat pencahayaan ini cukup rendah.
3. Nilai tingkat pencahayaan tersebut tidak boleh terlampau rendah sehingga
persyaratan tekno konstruktif menjadi terlampau tinggi.
c) Sebagai Langit Perancangan ditetapkan :
1. Langit biru tanpa awan atau
2. Langit yang seluruhnya tertutup awan abu-abu putih.
d) Langit Perancangan ini memberikan tingkat pencahayaan pada titik-titik di bidang
datar di lapangan terbuka sebesar 10.000 lux. Untuk perhitungan diambil ketentuan
bahwa tingkat pencahayaan ini asalnya dari langit yang keadaannya dimana-mana
merata terangnya (uniform luminance distribution).
Faktor Langit
Faktor langit (fl) suatu titik pada suatu bidang di dalam suatu ruangan adalah angka
perbandingan tingkat pencahayaan langsung dad langit di titik tersebut dengan tingkat
pencahayaan oleh Terang Langit pada bidang datar di lapangan terbuka.
Pengukuran kedua tingkat pencahayaan tersebut dilakukan dalam keadaan sebagai-
berikut:
1. Dilakukan pada saat yang sama.
2. Keadaan langit adalah keadaan Langit Perancangan dengan distribusi terang yang
merata di mana-mana.
3. Semua jendela atau lubang cahaya diperhitungkan seolah-olah tidak ditutup dengan
kaca.
Umumnya lubang cahaya efektif dapat berbentuk dan berukuran lain daripada lubang
cahaya itu sendiri. Hal ini, antara lain dapat disebabkan oleh:
1. Penghalangan cahaya oleh bangunan lain clan atau oleh pohon.
2. Bagian-bagian dari bangunan itu sendiri yang karena menonjol menyempitkan
pandangan ke luar, seperti balkon, konstruksi "sunbreakers" dan sebagainya.
3. Pembatasan-pembatasan oleh letak bidang kerja terhadap bidang lubang cahaya .
4. Bagian dari jendela yang dibuat dari bahan yang tidak tembus cahaya.
Pencahayaan buatan adalah pencahayaan yang dihasilkan oleh sumber cahaya selain
cahaya alami. Pencahayaan buatan sangat diperlukan apabila posisi ruangan sulit
dicapai oleh pencahayaan alami atau saat pencahayaan alami tidak mencukupi. Fungsi
pokok pencahayaan buatan baik yang diterapkan secara tersendiri maupun yang
dikombinasikan dengan pencahayaan alami adalah sebagai berikut:
1. Menciptakan lingkungan yang memungkinkan penghuni melihat secara detail serta
terlaksananya tugas serta kegiatan visual secara mudah dan tepat
2. Memungkinkan penghuni berjalan dan bergerak secara mudah dan aman
3. Tidak menimbukan pertambahan suhu udara yang berlebihan pada tempat kerja
4. Memberikan pencahayaan dengan intensitas yang tetap menyebar secara merata,
tidak berkedip, tidak menyilaukan, dan tidak menimbulkan bayang-bayang.
5. Meningkatkan lingkungan visual yang nyaman dan meningkatkan prestasi.
PENERANGAN BUATAN DIPERLUKAN BILA :
Tidak tersedia cahaya alami siang hari
Tidak tersedia cukup cahaya alami dari matahari
Cahaya alami matahari tidak dapat menjangkau tempat tertentu di dalam ruangan
yang jauh dari jendela.
Diperlukan cahaya merata pada ruang lebar
Diperlukan intensitas cahaya konstan.
Diperlukan pencahayaan dengan warna dan arah penyinaran mudah diatur.
Cahaya buatan diperlukan untuk fungsi khusus.
Diperlukan cahaya dengan efek khusus.
Sistem pencahayaan buatan yang sering dipergunakan secara umum dapat dibedakan
atas 3 macam yakni:
1. Sistem Pencahayaan Merata
Pada sistem ini iluminasi cahaya tersebar secara merata di seluruh ruangan. Sistem
pencahayaan ini cocok untuk ruangan yang tidak dipergunakan untuk melakukan tugas
visual khusus. Pada sistem ini sejumlah armatur ditempatkan secara teratur di seluruh
langi-langit.
2. Sistem Pencahayaan Terarah
Pada sistem ini seluruh ruangan memperoleh pencahayaan dari salah satu arah
tertentu. Sistem ini cocok untuk pameran atau penonjolan suatu objek karena akan
tampak lebih jelas. Lebih dari itu, pencahayaan terarah yang menyoroti satu objek
tersebut berperan sebagai sumber cahaya sekunder untuk ruangan sekitar, yakni
melalui mekanisme pemantulan cahaya. Sistem ini dapat juga digabungkan dengan
sistem pencahayaan merata karena bermanfaat mengurangi efek menjemukan yang
mungkin ditimbulkan oleh pencahayaan merata.
3. Sistem Pencahayaan Setempat
Pada sistem ini cahaya dikonsentrasikan pada suatu objek tertentu misalnya tempat
kerja yang memerlukan tugas visual. Sistem pencahayaan ini sangat bermanfaat untuk:
Memperlancar tugas yang memerlukan visualisasi teliti
Mengamati bentuk dan susunan benda yang memerlukan cahaya dari arah tertentu.
Melengkapi pencahayaan umum yang terhalang mencapai ruangan khusus yang ingin
diterangi
Membantu pekerja yang sudah tua atau telah berkurang daya penglihatannya.
Menunjang tugas visual yang pada mulanya tidak direncanakan untuk ruangan
tersebut.
Tipe Penerangan Buatan
Menurut Siswanto (1993:18) penerangan yang digunakan dapat dibedakan menjadi 3
macam sistem/tipe penerangan yaitu :
1. Pencahayaan Umum (General Lighting)
Sistem pencahayaan ini harus menghasilkan iluminasi yang merata pada bidang kerja
dan bidang ini biasanya terletak pada ketinggian 30-60 inchi diatas lantai. Untuk
memenuhi persyaratan itu maka armatur harus dipasang simetris, dan jarak lampu satu
dengan lainnya perlu diperhatikan, dianjurkan antara 1,5-2 kali jarak antara lampu dan
bidang kerja.
Menurut Suma’mur PK (1998:10) ada beberapa faktor yang harus diperhatikan dalam
pencahayaan buatan antara lain:
1. Pembagian lumensi dalam lapangan penglihatan
Lapangan penglihatan yang baik adalah dengan kekuatan terbesar ditengah pada
daerah kerja yang dilakukan. Perbandingan terbaik antara lumensi pusat, daerah sekitar
pusat dan lingkungan sekitarnya adalah 10:3:1. Kondisi penerangan dinyatakan baik
atau tidak bila memenuhi syarat jika perbedaan lumensi melebihi perbandingan 40:1
baik di lapangan penglihatan pekerjaan maupun terhadap lingkungan luar.
2. Kesilauan
Terjadi bila perbedaan penyebaran luminensi melebihi perbandingan 40 :1, namun pada
umumnya terjadi karena keterbatasan kemampuan penglihatan.Kepekaan retina
seluruhnya menyesuaikan dengan luminensi rata-rata sehingga pda lapangan
penglihatan dengan luminensi berbeda, retina terlalu peka untuk luminensi yang tinggi,
tetapi sangat kurang peka untuk daerah yang samar-samar.
3. Arah Cahaya
Sumber cahaya yang cukup jumlahnya sangat berguna dalam mengatur pencahayaan
yang baik. Cahaya dari berbagai arah dapat meniadakan gangguan oleh bayangan.
4. Warna Cahaya
Warna cahaya dan komposisi spektrumnya sangat penting dalam membandingkan dan
mengkombinasikan warna-warna dalam lingkungan kerja atau tempat kerja sebagai
akibat pencahayaan yang menentukan rupa dari lingkungan. Dengan adanya kombinasi
tata warna dan dekorasi yang serasi maka akan menimbulkan suasana kerja yang
nyaman sehingga kegairahan kerja akan meningkat.
5 Sistem Penerangan
o Sistem penerangan langsung
o Penerangan semi langsung
o Penerangan diffus
o Penerangan semi tidak langsung
o Penerangan tidak langsung
Dari sistem penerangan tersebut ternyata ada yang diserap, direfleksikan dan
ditransmisikan
Absorbsi
Sebahagian dari cahaya yang mengenai suatu permukaan akan diserap oleh
permukaan itu.
Refleksi
Jumlah cahaya yang dipantulkan tidak ditentukan oleh mengkilatnya suatu permukaan,
tetapi oleh sifat-sifat dan permukaan bahannya.
Transmisi
Bahan tembus cahaya seperti kaca dan seluloida akan memantulkan atau menyerap
hanya sebagian saja dari cahaya yang mengenai.
Intensitas penerangan
Satuannya lux
Rumus :
Hukum penerangan
Hukum Kuadrat
Rumus :
Catatan : rumus ini hanya berlaku untuk penerangan suatu titik tertentu dari bidang yang
diterangi
Penyelesaian :
F = 1200 lumen
r = LB =
cos α =
Perhitungan lanjutan
Berdasarkan perhitungan kebutuhan cahaya pada sebuah Rumah Kediaman diperoleh ;
Untuk jaringan kelompok I, melayani : Jaringan kelompok II, melayani :
1. R Tamu, TL 20 W = 20 W 1. Gang, Pijar = 4 x 15 W = 60 W
2. R Makan, TL 20 W = 20 W 2. Dapur, TL 10 W = 10 W
3. K Tidur, Pijar 15 & 5 W = 20 W 3. WC, Pijar 15 W = 15 W
4. KM/WC, Pijar 15 & 30 W = 45 W 4. K Pelayan, Pijar 5 W = 5 W
5. Teras, Pijar 30 W = 30 W 5. Garasi, Pijar 15 W = 15 W
6. K.K = 2 x 150 W = 300 W 6. K.K = 2x150 W = 300 W
Jumlah = 435 W Jumlah = 405 W
Rekapitulasi daya :
Kelompok Pijar TL KK/150W Jumlah
5 W 15 W 30 W 20 W 10 W
I 1 2 2 2 - 2 435 W
II 1 6 - - 1 2 405 W
IN1 = = 2,47 A; Isekering = 1,25 IN = 1,25 x 2,47 = 3,09 A 4A
IN2 = = 2,3 A; Isekering = 1,25 IN = 1,25 x 2,3 A = 2,87 A 4A
Untuk MCB IN Total = = 4,77 A
IMCB = 1,25 x IN = 1,25 x 4,77 A = 5,96 A 6A
6A
4A
4A
Namun, dalam buku ini, sumber cahaya yang dibahas hanyalah sumber
cahaya alami pada siang hari (daylight), cahaya yang berasal dari
matahari (sunlight) dan pantulan langit (skylight). Istilah-istilah dalam
bahasa inggris mengenai cahaya alami memang lebih spesifik seperti
natural light, daylight, sunlight, skylight, dan sebagainya. Dan dalam
konteks ini, pembahasan akan mengacu pada daylighting, yaitu
pencahayaan alami pada siang hari yang bersumber pada cahaya
matahari (sunlight) dan cahaya langit (skylight).