Disusun oleh:
Nenda Marliani (371601016)
Siti Maesaroh (371601002)
Glory Stevany S (371501002)
Mirna Fitri Lc (371501014)
Leta Olivia (371501008)
Maria Ana Rumiana ( 371501003)
BANDUNG
2017
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kehadirat Ilahi Robbi, Robb semesta alam yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-NYA kepada penulis sehingga dapat
menyelesaikan penyusunan makalah dengan judul “Kesulitan Keuangan”.
Makalah ini disusun sebagai salah satu tugas mata kuliah Manajemen Keuangan
Lanjut di Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi STAN-Indoensia Mandiri.
Selama penyusunan makalah ini penulis telah banyak menerima bantuan,
bimbingan, nasehat, dukungan, dan dorongan serta semangat dari berbagai pihak.
Oleh karena itu, pada kesempatan ini dengan ketulusan hati penulis mengucapkan
terima kasih kepada:
1. Ibu Dr. Leni Susanti, M.Si, selaku Dosen Mata Kuliah Manajemen Keuangan
Lanjut di STIE STAN Indonesia Mandiri.
2. Kedua orang tua penulis yang telah memberikan dorongan moril maupun
materil.
3. Seluruh Mahasiswa dan Mahasiswi Kelas Akuntansi S1.
Penulis telah berusaha semaksimal mungkin dalam membahas serta mengkaji
topik yang ada, namun penulis menyadari bahwa hasil karya ini jauh dari sempurna
dan masih banyak sekali kekurangan didalamnya, hal ini dikarenakan keterbatasan
pengetahuan dan kemampuan yang dimliki oleh penulis.
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN
KATA PENGANTAR ..................................................................................... i
DAFTAR ISI .................................................................................................... ii
Perhitungan analisis Z-Score terdiri dari tiga versi, diantaranya versi pada
perusahaan manufaktur yang telah go public, perusahaan manufaktur pribadi yang
belum go public, dan perusahaan bukan manufaktur. Formula di atas merupakan
versi yang pertama kali dikembangkan oleh Altman khusus untuk perusahaan
manufaktur yang go public.
3.1. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan yang telah dilakukan di bab 2, maka
kesimpulannya adalah:
1. Financial distress, berarti kesulitan dana untuk menutup kewajiban perusahaan
atau kesulitan likuiditas yang diawali dengan kesulitan ringan sampai pada
kesulitan yang lebih serius, yaitu jika hutang lebih besar dibandingkan dengan
aset.
2. Hal-hal yang dapat terjadi ketika perusahaan mengalami financial
distress/kesulitan keuangan, perusahaan tersebut akan mengalami penurunan
secara keseluruhan, baik dari segi internal perusahaan yang dalam hal ini
dikatakan nilai perusahaan itu sendiri maupun dari segi eksternal perusahaan
yang dalam hal ini adalah pandangan dari pihak investor terhadap perusahaan
ketika menginvestasikan saham dalam perusahaan tersebut.
3. Berikut adalah definisi kebangkrutan, likuidasi dan reorganisasi:
Kebangkrutan adalah kegagalan perusahaan dalam menjalankan kegiatan
operasi untuk menghasilkan laba.
Likuidasi yaitu proses penjualan aktiva non-kas dari persekutuan karena
perusahaan persekutuan sudah tidak memungkinkan untuk menjalankan
kegiatan operasinya.
Reorganisasi yaitu usaha yang di restuin pengadilan untuk mempertahankan
kehidupan perusahaan dengan cara merubah struktur modal nya agar biaya
bunganya dapat di tekan dan skedul pelunasan pinjaman dapat di perpanjang.
4. Berikut adalah perbandingan antara private workout dengan kepailitan: Kedua
kebangkrutan formal dan latihan pribadi melibatkan pertukaran klaim keuangan
baru untuk klaim finansial sebelumnya, ketika digunakan, private workout lebih
baik daripada kepailitan, dan struktur modal yang kompleks dan kurangnya
informasi membuat private workout kurang disukai.
5. Prepackaged bankruptcy merupakan sebuah kebangkrutan di mana debitur dan
kreditur pra-menegosiasikan rencana reorganisasi dan kemudian hasil negosiasi
tersebut berakhir dengan permohonan pailit.
6. Metode Z-Score (Altman) adalah skor yang ditentukan dari hitungan standar kali
nisbah-nisbah keuangan yang akan menunjukkan tingkat kemungkinan
kebangkrutan perusahaan.
3.2. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas maka saran yang diberikan adalah sebagai
berikut:
1. Apabila perusahaan sudah terlanjur gagal atau bangkrut maka perusahaan dapat
menempuh likuidasi, merger, atau dilakukan rehabilitasi (reorganisasi).
2. Dalam hal perusahaan pada dasarnya dalam keadaan sehat maka debitur dapat
merundingkan untuk melakukan rencana pemulihannya.
3. Prosedur hukum akan membutuhkan biaya mahal, apalagi bagi perushaan yang
bangkrut. Maka jika masih memungkinkan, posisi debitur dan kreditur akan
lebih baik jika penanganannya dilakukan secara informal dan tidak melalui
pengadilan.
4. Jika penanganan secara informal tidak dapat diselesaikan, maka sebaiknya
masalah dilemparkan ke pengadilan. Dalam hal ini pengadilan dapat
memutuskan untuk melakukan likuidasi atau reorganisasi.
5. Dalam hal melakukan reorganisasi maka rencana reorganisasi ini harus
memenuhi persyaratan keadilan dan kelayakan.
6. Dalam hal dilakukan likuidasi maka kreditur harus memilih prosedur yang
paling banyak menghasilkan pengembalian tagihan.
7. Apabila penyelesaian dilakukan dengan prepackaged bankruptcy maka sebelum
perusahaan mengajukan permohonan kebangkrutan, perusahaan terlebih dahulu
melakukan pendekatan dengan kreditor serta membawa rencana reorganisasi
perusahaan.
DAFTAR PUSTAKA
Berkoff, Mark A., Gross, Stephen M., dan Solow, Sheldon L. 2015. Prepack
Bankruptcy Strategies and Problems. Concurrent Session. American
Bankruptcy Institute.
Santoso, Arga Fajar & Wedari, Linda Kusumaning. 2007. Analisis Faktor-faktor
yang mempengaruhi kecenderungan penerimaan opini audit going
concern. JAAI Volume 11 No.2.
Sitompul Dkk. 2014. Kesulitan Keuangan. Tugas Manejemen Keuangan Lanjut.
Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.
Supardi dan Sri Mastuti. 2003. Validitas Penggunaan Z-Score Altman Untuk
Menilai Kebangkrutan Pada Perusahaan Perbankan Go Publik di Bursa
Efek Jakarta.