Nama : Tn. D
Umur : 57 tahun
Alamat : Jl. Batu Ampar
Jenis kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Pegawai Swasta
Pendidikan terakhir : SMA
Agama : Islam
Nomor RM : 2018-819722
Tanggal Masuk RS : 16 Desember 2018
Tanggal Pemeriksaan : 17 Desember 2018
Keluhan utama :
Sesak napas sejak memberat kurang lebih 2 hari sebelum masuk rumah sakit.
Pasien datang ke IGD RSUD Pasar Rebo dengan keluhan sesak nafas yang
memberat sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit, sesak nafas dirasa memberat
terutama setelah beraktivitas, tidak berkurang bila pasien beristirahat. Sesak tidak
dipengaruhi oleh makanan,minuman,dan cuaca.Pasien terengah-engah saat
berbicara. Nafas tidak berbunyi. Sesak nafas diikuti dengan keluhan batuk dengan
dahak yang sulit dikeluarkan, dan jika keluar dahak berwarna putih bening,
penurunan berat badan drastis tidak ada, demam tidak ada, nafsu makan menurun,
keringat malam tidak ada, nyeri dada tidak ada. Bersin pagi hari tidak ada. Sesak
sampai terbangun saat tidur tidak ada.
Sebelumnya keluhan sesak dan batuk sudah dirasakan sejak 2 bulan
sebelum masuk rumah sakit setelah itu pasien dirawat selama 5 hari oleh dokter
paru dan di diagnosis sebagai ppok. Pasien diberikan obat pulang hisap 3 macam,
2
namun saat sesak tidak terasa berkurang. Pasien memiliki riwayat merokok sejak
kurang lebih 20 tahun yang lalu dan menghabiskan rokok minimal sehari 1
bungkus.
Riwayat Keluarga :
Keluarga menderita keluhan yang sama (-)
Status Generalis
Keadaan umum : sakit ringan
Kesadaran : compos mentis
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Nadi : 80x/menit
Suhu : 36,5º C
Pernapasan : 20x/menit
Pemeriksaan Fisik
1. Kulit
Warna : coklat sawo matang
Pucat : tidak ada
Jaringan Parut : tidak ada
Turgor : baik
3
2. Kepala
Bentuk : Normochepale
Posisi : Simetris
3. Mata
Edema kelopak : Tidak ada
Conjunctiva Anemis : -/-
Sklera ikterik : -/-
Refleks cahaya : Langsung +/+, tidak langsung +/+
4. Telinga
Bentuk : Normotia, simetris
Darah & cairan : Tidak ditemukan
5. Hidung
Bentuk : Normosepta
Napas cuping hidung : Tidak ditemukan
Sekret : Tidak ditemukan
6. Mulut
Sianosis : Tidak ada
Faring : Dalam batas normal
Lidah : Lidah tidak kotor, tidak deviasi
Uvula : Letak ditengah, tidak deviasi
Tonsil : T1-T1
7. Leher
Trakhea : Tidak deviasi
Kelenjar tiroid : Tidak ada pembesaran
Kelenjar limfe : Tidak terdapat pembesaran kelenjar
4
8. Paru-paru
Inspeksi : Pergerakan dinding dada simetris pada keadaan statis dan
dinamis kanan kiri. Tidak terlihat luka, kulit kemerahan atau
penonjolan. Retraksi sela iga.
Palpasi : Tidak teraba kelainan dan masa pada seluruh lapang paru.
Fremitus taktil dan vocal (kanan dan kiri) simetris.
Perkusi : Sonor seluruh lapang paru.
Auskultasi: Terdengar suara napas dasar vesicular (+), ronkhi -/-,
wheezing -/-.
9. Jantung
Inspeksi : Iktus cordis tidak terlihat
Palpasi : Iktus cordis teraba pada ICS 5 linea midklavikula sinistra
Perkusi : Batas kanan jantung pada ICS 4 linea parasternalis dextra
- Batas kiri jantung pada ICS 5 linea midklavikula sinistra
- Batas pinggang jantung pada ICS 3 linea parasternalis sinistra
Auskultasi : Bunyi jantung I-II normal regular, gallop (-), murmur (-)
10. Abdomen
Inspeksi : Simetris, perut datar, sikatriks (-), striae (-) spider navy (-)
Auskultasi : Bising usus (+)
Perkusi : Timpani pada seluruh kuadran
Palpasi : Supel (+), nyeri tekan epigastrium (-), hepar dan lien tidak
teraba membesar, nyeri lepas (-) shifting dullness (-)
11. Ekstremitas
Akral hangat pada ekstremitas atas dan bawah, kanan dan kiri
Edema (-)
Sianosis (-)
5
Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium darah tanggal : 17 Desember 2018
TCO2 14 19 - 24 mmol/L
6
Natrium (Na) 121 135 - 147 mmol/L
7
Hasil EKG
Pada hasil EKG, ditemukan sinus rhythm; kecepatan dalam batas normal;
normal axis deviation; tidak ada pembesaran ruang jantung, tidak ada iskemik, tidak
ada infark.
8
Hasil foto thorax
Kesan :
Tidak terdapat kelainan
radiologis pada jantung
Gambaran Bronkhitis
Resume
Seorang laki-laki, 57 tahun datang dengan keluhan utama sesak yang memberat 3
hari sebelum masuk rumah sakit.
+ 1 bulan SMRS, os mengeluh sesak nafas semakin bertambah, tidak
dipengaruhi cuaca maupun posisi. Nafas bunyi mengi (-), Batuk (+), berdahak (-
),Os berobat ke rumah sakit, namun tidak ada perubahan.
+3 hari SMRS, os mengeluh sesak hebat, dirasakan setiap saat, batuk (+),
berdahak (+), warna putih bening + 1,5 sendok makan. Nafas bunyi mengi (-). Os
lalu dibawa ke RS dan dirawat.
Riwayat kebiasaan merokok (+) banyaknya ± 1 bungkus /hari sejak 20 tahun
yang lalu. Tidak ada riwayat sakit sebelumnya.
Pemeriksaan fisik ditemukan keadaan umum sakit ringan, kesadaran compos
mentis, gizi kurang, tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 80 kali/menit, teratur, isi
dan tegangan cukup, pernafasan 20 kali/menit, suhu 36,5◦C,saturasi oksigen 88%,
BB 50 kg, TB 165 cm, IMT : 17,9% (underweight). Pada pemeriksaan spesifik,
didapatkan retraksi dinding dada,. Pada pemeriksaan paru vesikuler (+)
9
Pada pemeriksaan laboratorium, didapatkan Asidosis metabolik
terkompensasi sebagian. Pemeriksaan rontgen thorax didapatkan kesan bronkitis.
Pemeriksaan Ekg tidak terdapat kelainan.
Diagnosis Kerja
Dyspneu e.c. Penyakit Paru Obstrukstif Kronik (PPOK) eksersebasi akut
Hiponatremia
Hipokalemia
Diagnosis Banding
Dyspneu e.c. Penyakit Paru Obstrukstif Kronik (PPOK) eksersebasi akut
Dyspneu e.c. TB Paru
Dyspneu e.c. Asma bronkial eksersebasi akut
Penatalaksanaan
Non-farmakologi
Bedrest
Oksigenasi dengan Nasal Canul 4lpm
IVFD NaCl 9% / 8 jam
Farmakologi
Inhalasi Combivent (Salbutamol + Ipraprotium Bromide) / 8 jam
Aminofilin drip 0,5mg/Kgbb
Injeksi Methylprednisolone 3x125mg
Prognosis
Ad vitam : dubia ad bonam
Ad functionam : dubia ad bonam
Ad sanactionam : dubia ad bonam
10
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi
PPOK adalah penyakit paru kronik yang ditandai oleh hambatan aliran
udara di saluran napas yang bersifat progressif nonreversibel atau reversibel parsial.
PPOK terdiri dari bronkitis kronik dan emfisema atau gabungan keduanya.
Bronkitis kronik merupakan kelainan saluran napas yang ditandai oleh batuk
kronik berdahak minimal 3 bulan dalam setahun, sekurang-kurangnya dua tahun
berturut - turut, tidak disebabkan penyakit lainnya. Emfisema merupakan suatu
kelainan anatomis paru yang ditandai oleh pelebaran rongga udara distal bronkiolus
terminal, disertai kerusakan dinding alveoli. Pada prakteknya cukup banyak
penderita bronkitis kronik juga memperlihatkan tanda-tanda emfisema, termasuk
penderita asma persisten berat dengan obstruksi jalan napas yang tidak reversibel
penuh, dan memenuhi kriteria PPOK.4
Dalam menilai gambaran klinis dalam PPOK harus memperhatikan hal-hal
sebagai berikut :
a. Onset (awal terjadinya penyakit) biasanya pada usia pertengahan
b. Perkembangan gejala bersifat progresif lambat
c. Riwayat pajanan seperti merokok, polusi udara (di dalam ruangan, luar
ruangan, dan tempat kerja)
d. Sesak pada saat melakukan aktivitas
e. Hambatan aliran udara umumnya ireversibel (tidak bisa kembali
normal).2
Epidemiologi
Di Amerika, kasus kunjungan pasien PPOK di instalasi gawat darurat
mencapai angka 1,5 juta, 726.000 memerlukan perawatan di rumah sakit dan
119.000 meninggal selama tahun 2000. Sebagai penyebab kematian, PPOK
menduduki peringkat ke empat setelah penyakit jantung, kanker dan penyakit
serebro vascular. Biaya yang dikeluarkan untuk penyakit ini mencapai $24 milyar
per tahunnya. WHO memperkirakan bahwa menjelang tahun 2020 prevalensi
PPOK akan meningkat. Akibat sebagai penyebab penyakit tersering peringkatnya
11
akan meningkat dari ke duabelas menjadi ke lima dan sebagai penyebab kematian
akan meningkat dari ke enam menjadi ke tiga. Berdasarkan survey kesehatan rumah
tangga Dep. Kes. RI tahun 1992, PPOK bersama asma bronchial menduduki
peringkat ke enam. Merokok merupakan farktor risiko terpenting penyebab PPOK
di samping faktor risiko lainnya seperti polusi udara, faktor genetik dan lain-
lainnya.
Di Indonesia tidak ada data yang akurat mengenai PPOK. Pada Survei
Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 1986 asma, bronkitis kronik dan emfisema
menduduki peringkat ke - 5 sebagai penyebab kesakitan terbanyak dari 10 penyebab
kesakitan utama. SKRT Depkes RI 1992 menunjukkan angka kematian karena
asma, bronkitis kronik dan emfisema menduduki peringkat ke - 6 dari 10 penyebab
tersering kematian di Indonesia.
12
manusianya, peralatan standar untuk mendiagnosis PPOK seperti spirometri hanya
terdapat di rumah sakit besar saja, sering kali jauh dari jangkauan Puskesmas.4
Etiologi
Risiko terjadinya PPOK terkait dengan faktor-faktor berikut:
• Asap tembakau - termasuk rokok, cerutu, pipa air dan jenis tembakau lainnya yang
populer di banyak negara, serta asap tembakau lingkungan
• Polusi udara dalam ruangan - dari bahan bakar biomassa yang digunakan untuk
memasak dan memanaskan di tempat tinggal yang kurang ventilasi, faktor risiko
yang terutama mempengaruhi wanita di negara berkembang
• Paparan pekerjaan - termasuk debu organik dan anorganik, bahan kimia dan asap
• Polusi udara di luar ruangan - partikel terhirup, meskipun tampaknya memiliki
efek yang relatif kecil yang dapat menyebabkan PPOK
• Faktor genetik - seperti defisiensi herediter berat alpha-1 antitrypsin (AATD)
• Usia dan jenis kelamin - penuaan dan jenis kelamin perempuan meningkatkan
risiko COPD.
• Pertumbuhan dan perkembangan paru - setiap faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan paru selama kehamilan dan masa kanak-kanak (berat badan lahir
rendah, infeksi saluran pernafasan, dll.)
• Status sosial ekonomi - ada bukti kuat bahwa risiko terjadinya PPOK berbanding
terbalik dengan status sosial ekonomi. Namun, tidak jelas apakah pola ini
mencerminkan paparan terhadap polusi udara di dalam dan luar ruangan,
kesesakan, gizi buruk, infeksi, atau lainnya.
• Asma dan reaktivitas jalan napas - asma dapat menjadi faktor risiko untuk
pengembangan keterbatasan aliran udara dan PPOK
• Bronkitis kronis - dapat meningkatkan frekuensi eksaserbasi total dan berat
• Infeksi - riwayat infeksi pernapasan berat pada anak telah dikaitkan dengan
mengurangi fungsi paru dan meningkatkan gejala pernafasan di masa dewasa.1
13
(Gambar dikutip dari kepustakaan 5)
14
Ada beberapa karakteristik inflamasi yang terjadi pada pasien PPOK, yakni:
peningkatan jumlah neutrofil (didalam lumen saluran nafas), makrofag (lumen
saluran nafas, dinding saluran nafas, dan parenkim), limfosit CD 8+ (dinding
saluran nafas dan parenkim). Yang mana hal ini dapat dibedakan dengan inflamasi
yang terjadi pada penderita asma.
Patogenesis PPOK
15
(Gambar dikutip dari kepustakaan 4)
Klasifikasi
16
Derajat IV: PPOK sangat berat
Keterbatasan / hambatan aliran udara yang berat (VEP1 / KVP < 70%; VEP1
< 30% prediksi) atau VEP1 < 50% prediksi ditambah dengan adanya gagal nafas
kronik dan gagal jantung kanan.
Terdapat ketidak sesuaian antara nilai VEP1 dan gejala penderita, oleh
sebab itu perlu diperhatikan kondisi lain. Gejala sesak napas mungkin tidak bisa
diprediksi dengan VEP1.
Diagnosis
Gejala dan tanda PPOK sangat bervariasi, mulai dari tanpa gejala, gejala
ringan hingga berat. Pada pemeriksaan fisis tidak ditemukan kelainan jelas dan
tanda inflasi paru
Diagnosis PPOK di tegakkan berdasarkan :
A. Gambaran klinis
a. Anamnesis
b. Pemeriksaan Fisik
Inspeksi
17
Barrel chest (diameter antero - posterior dan transversal sebanding)
Bila telah terjadi gagal jantung kanan terlihat denyut vena jugularis
leher dan edema tungkai
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Terdapat ronki dan atau mengi pada waktu bernapas biasa atau pada
ekspirasi paksa ekspirasi memanjang bunyi jantung terdengar jauh.
18
Adalah sikap seseorang yang bernapas dengan mulut mencucu dan ekspirasi yang
memanjang. Sikap ini terjadi sebagai mekanisme tubuh untuk mengeluarkan retensi
CO2 yang terjadi pada gagal napas kronik.
Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan rutin
Faal paru
Uji bronkodilator
Radiologi
19
Foto toraks PA dan lateral berguna untuk menyingkirkan penyakit
paru lain
Hiperinflasi
Hiperlusen
Diafragma mendatar
Normal
b. Pemeriksaan khusus
Faal paru
Sgaw meningkat
20
Uji latih kardiopulmoner
Jentera (treadmill)
Radiologi
21
Elektrokardiografi
Ekokardiografi
Bakteriologi
Diagnosis Banding
Diagnosis Banding PPOK Adalah
Asma
Pneumotoraks
22
Asma dan PPOK adalah penyakit obstruksi saluran napas yang
sering ditemukan di Indonesia, karena itu diagnosis yang tepat harus
ditegakkan karena terapi dan prognosisnya berbeda.
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan umum PPOK
Tujuan penatalaksanaan :
- Mengurangi gejala
2. Obat – obatan
3. Terapi oksigen
4. Ventilasi mekanik
5. Nutrisi
6. Rehabilitasi
23
PPOK merupakan penyakit paru kronik progresif dan nonreversibel, sehingga
penatalaksanaan PPOK terbagi atas (1) penatalaksanaan pada keadaan stabil dan
(2) penatalaksanaan pada eksaserbasi akut.
24
Obat – obatan
a. Bronkodilator
Diberikan secara tunggal atau kombinasi dari ketiga jenis bronkodilator dan
disesuaikan dengan klasifikasi derajat berat penyakit ( lihat tabel 2 ). Pemilihan
bentuk obat diutamakan inhalasi, nebuliser tidak dianjurkan pada penggunaan
jangka panjang. Pada derajat berat diutamakan pemberian obat lepas lambat ( slow
release ) atau obat berefek panjang ( long acting ).
Macam - macam bronkodilator :
- Golongan antikolinergik
25
mengatasi sesak ( pelega napas ), bentuk suntikan bolus atau drip untuk
mengatasi eksaserbasi akut.
Penggunaan jangka panjang diperlukan pemeriksaan kadar aminofilin darah.
b. Antiinflamasi
Digunakan bila terjadi eksaserbasi akut dalam bentuk oral atau injeksi
intravena, berfungsi menekan inflamasi yang terjadi, dipilih golongan
metilprednisolon atau prednison. Bentuk inhalasi sebagai terapi jangka panjang
diberikan bila terbukti uji kortikosteroid positif yaitu terdapat perbaikan VEP1
pascabronkodilator meningkat > 20% dan minimal 250 mg.
c. Antibiotika
makrolid
- Lini II : Amoksisilin dan asam klavulanat
Sefalosporin
Kuinolon
Makrolid baru
d. Antioksidan
26
Algoritma PPOK
27
Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada PPOK adalah :
1. Gagal napas
2. Infeksi berulang
3. Kor pulmonal
- Bronkodilator adekuat
- Terapi oksigen yang adekuat terutama waktu latihan atau waktu tidur
- Antioksidan
Latihan pernapasan dengan pursed lips breathing Gagal napas akut pada gagal
napas kronik, ditandai oleh :
- Sesak napas dengan atau tanpa sianosis
- Demam
- Kesadaran menurun
- Infeksi berulang
28
Pada pasien PPOK produksi sputum yang berlebihan menyebabkan terbentuk
koloni kuman, hal ini memudahkan terjadi infeksi berulang. Pada kondisi kronik ini
imuniti menjadi lebih rendah, ditandai dengan menurunnya kadar limposit darah.
Kor pulmonal :
Ditandai oleh P pulmonal pada EKG, hematokrit > 50 %, dapat disertai gagal
jantung kanan
Pencegahan
1. Mencegah terjadinya PPOK
- Berhenti merokok
29
DAFTAR PUSTAKA
30