Anda di halaman 1dari 106

'-''i:-?:*-?

im-,

DarrAR lsl
Daftar lsi............ """"' 5
Oftalmologi ............... """""""""'7
THT......... ............""" 15

Dermatologi dan Venereologi.............. """"2I


Muskuloskeletal """" 30
Gastrohepatologi """ 34

Metabolik-Endokrin dan Nutrisi ............... """""""""" 41

Hematologi- lmunologi - Infeksi.'.-. """"47


Nefro-Uro1ogi........... """"""""" 59

Obstetri dan Ginekologi........... """""""""" 63

Neurologi """"""""" 69

Psikiatri "" 79

Respirologi............... "'-""""""" 85
Kardiovaskular.......... """"""""' 93
limu Kesehatan Masyarakat - Bioetika.' ""' 105
Riset dan Biostatistik """""""" 115
Forensik dan Medikolegal....... " tzl
m ................ 123

L
PADI
0rrnlMoLoGr
Mnsnrnn Koru;uruettva
Kanjungtivitis Mata merah tanpa penurunan visus, tampak injeksi
konjungtiva
Viral Sekret jernih, dapat ditemukan folikel
pada palpebra, mudah menular. *
Simptomatik, kortikosteroid jika
diperl u ka n
Bakterial Sekret purulen, sering terjadi
perlengketan. * Topikal: antibiotik
http://clinicalgate.com/vernal-
(kloramfenikol) atau antibiotik lain
keratoconj!nctlvltis/
Alergi Dominan mata gatal, sekret cair, dapat
ditemukan papila. * Antihistamin, mast- >> Gambaran cobblestone oppeord nce
pada (kerato)konjungtivitis vernal
cell stabilizer
Vernal Cobblestone-o ppeo ro nce
* Antihist"-in, mast-cell stabilizer
Trakoma lnfeksi akibat Chlamydia trochomatis,
dapat mengakibatkan sikatriks dan
entropion. * nntibiotik (azitromisin oral
salep mata tetrasiklin)
merckrnanualjp

>> Trakoma dan entropion

Sf ori+ irm Jaringan fibrofaskular berbentuk segitiga, putih, dapat


menimbulkan gejala iritatif pada mata, astigmat, hingga
gangguan penglihatan.

$i*gu*kula Deposit subepitel berwarna putih kekuningan, berada di


limbus bagian temporal dan nasal, umumnya tidak mencapai
kornea

lVlssal-gx Krl*pas Mare


$-{ r: vd **lr": rt,l @ tnfeksi Staphylococcus oureus. Hordeolum internum
mengenai kelenjar meibom; hordeolum eksternum mengenai
kelenjar reis dan/atau Moll
4 Gambaran nodul yang eritema, nyeri. lnternal di balik
kelopak mata; eksternal di kelopak mata.
* Ko-pres hangat, antibiotik topikal, insisi/drainase jika
pengobatan konservatif tidak berhasil
RCENI Learnlng

.q.

b
Pi.nt
0fta Lmclog i

Kalarion Peradangan granulomatosa, mengakibatkan timbul nodul tidak


nyeri.
* Urumnya memerlukan insisi, kecuali ukuran yang sangat
besar dapat dilakukan eksisi

http://webeye.ophth.uiowa.edu/

Elefaritis lnflamasi dari kelopak mata, dapat disebabkan oleh infeksi


Stophylococcus oureus

4 relopak mata yang membengkak dan merah


* Ko-p.es hangat, antibiotik topikal dan sistemik,
kortikosteroid kadang diperlukan

iVlas*L,q!4 Konrorrn
Keratitig Mata merah dengan penurunan visus, tampak injeksi silier,
disertai dengan nyeri dan fotofobia.
Bakterial Lesi dengan efek epitel disertai infiltrat
dan edema. + Antibiotik topikal,
sikloplegia, kortikosteroid
Herpes Lesi dendritik I Antiviral topikal,
simpleks sikloplegia, kortikosteroid
Herpes Didahului lesi herpes zoster di wajah
zoster unilateral (dermatomal) * Antiviral
topikal dan oral, sikloplegia,
kortikosteroid
Fungal Riwayat trquma dengan tumbuhon,
lesi hipopion dan lesi satelit. * murtagh fhost com.au
Antifungal topikal, jangan diberikan
>> Skema perbedaan rnjeksi konjungtiva dan
korti kosteroid
silier
Amuba Disebabkan oleh Aconthamoebo sp.,
riwayat lensa kontak dan berenang di
air. * nmubisida dan kortikosteroid
Ulkr":s X*rnea Tampilan klinis menyerupai keratitis, dengan tes fluorosein
positif {disertai dengan gambaran defek epitel)
4 Pemeriksaan dengan fluorcsein

* Sesuai dengan etiologi (bakterial, jamur, viral)

vanderbilt edu

Tn**un
Traum* l{irnia Asam bersifat koagulatif, penetrasi tidak terlalu dalam
Basa bersifat likuefaktif (mencairkan jaringan), penetrasi dapat
sangat dalam dan berbahaya.
* lrigasi, anestesi topikal mata {misal: tetrakain),
kortikosteroid, sikloplegia, dan antibiotik topikal. Selanjutnya
perlu dilakukan rujukan ke dokter spesialis mata
Fcrd*rah*n Terkumpulnya darah di konjungtiva, umumnya akibat trauma.
$Lrbkunju*gt!va
* Swasirna (self-limiting), kompres dingin dan artificialtears
dapat dipertimbangkan

w-"beve oDhth uiov/a edu

,?
9fi
"6
PADI
Hifenra Terkumpulnya darah di kamera okuli anterior (bilik mata
depan), umumnya akibat trauma.
* tirah baring, pencegahan glaukoma dengan anti-glaukoma,
dan rujukan ke dokter spesialis mata.

| -;;;;-- a€st prq66i.


ror 2Ol5o wision

t---'-
i

cit.ub.in. .d br.dd
dsr6 by dit ra6F

1....-_..-.__
i

I
l

,*..-
j*
1

Rennarsr
fuliapi* @ Bayangan jatuh di depan retina, bisa diakibatkan bola mata Ringan sampai -3.0 D

terlalu panjang (miopia aksial), indeks refraksi terlalu kuat, Sedang sampai -6.0 D
atau kornea yang terlalu cekung (miopia kurvatura) Berat sampai -9,0 D

4 Anak sering memicingkan mata, duduk di depan kelas, Sangat berat lika lebih dari -9.0 D
prestasi belajar dapat menurun
* L"nr" negatif terlemah
P.liFer rn{'te{ $pia @ Bayangan jatuh di belakang retina, bisa diakibatkan bola Mengapa koreksi dengan lensa positif
mata terlalu pendek (hipermeteropia aksial), indeks refraksi terkuat? Karena ada hipermeteropia
fakultatif yang dapat diperbaiki
terlalu lemah, atau kornea yang kurang cekung
dengan bantuan kemampuan
(hipermeteropia kurvatura)
akomodasi mata.
4 Mata sering menjadi lelah karena berakomodasi terus-
menerus, gangguan dalarn membaca
* Lenr" positif terkuat
&stigmatissrs @ vata "silindris" akibat pembiasan sinar tidak sama pada Lensa silindris adalah lensa yang
pembiasannya hanya berlangsung di
semua bidang.
salah satu aksis saja, tidak seperti
Jenis astigmatisma: lensa sferis yang mengoreksi
penglihatan di semua aksis
Miopia simpleks Koreksi hanya dengan lensa silindris
negatif saja. Contoh: C -1.50D x180o

Miopia Koreksi dengan lensa silindris dan sferis


kompositus negatif.
Contoh: S -2.00 D C -1.00D x180o
Hipermeteropia Koreksi hanya dengan lensa silindris
simpleks positif saja. Contoh: C +1.50D x1800
Hipermeteropia Koreksi dengan lensa silindris dan sferis
kompositus negatif .
Contoh: S +2.00 D C +1.00D x180o

Mikstus Koreksi dengan lensa silindris dan sferis


yang saling berbeda tanda.
Contoh: S +1.00 D C -1.00D x180o

* L"ns" silindris (dan kadang diperlukan sferis) tergantung


jenis astigmatisma, seperti penjelasan di atas

.a_ s
FA DI
0ftalmclsqi

Presbiapia @ Oaya akomodasi mulai melemah akibat usia. Koreksi


dengan lensa positif, dan perkiraan kekuatan lensa sesuai
dengan usia. Umumnya memerlukan lensa progresif.
40-44 ttrn 45-49 thn 50-54 ttrn 55-59 ttrn 260 thn
+1.0 D +1.5 D +2.0 D +2.5 D +3.0 D

Gmuxorua
Kerusakan nervus optikus akibat peningkatan tekanan X€{hy Slauaomi
frlaukorna Sudut @ {kira?t i!r.rs}
ffi
Terbukx intraokular menahun akibat gangguan saluran keluar aqueous
humor (trabekula).
4 Cenderung asimptomatik pada tahap awal, pada tahap
lanjutan terjadi penyempitan lapangan pandang (tunnel
visionl. Tonometri: TIO meningkat atau dapat pula normal inf.ethz.ch
(glaukoma normotensi), dengan rasio cup-disk (CDR) >0,5,
>> Perbandingan CDR pada papil
pemeriksaan dengan kampimetri: lapangan pandang
nervus optikus yang normal dan
menyempit
glaukoma kronik
* timolol topikal. Definitif: trabekuloplasti (tomi)
Keywords : kehilongon penglihaton mendadok, mata hebdt
Siaxk*r*a 5*dL;t @ Peningkatan tekanan intraokular secara mendadak,
r $r:L,Eup {r'4{il{} umumnya akibat sudut bilik mata depan tertutup mendadak
(akibat oklusi trabekula dari iris)
4 Mata merah mendadak, visus turun, nyeri hebat (dan
sering dinyatakan "berdenyut" di mata), sering disertai mual
dan muntah. Tonometri: TIO >21 mmHg, disertai injeksi,
edema kornea, pupil dilatasi non-reaktif (mid-dilatasi)
* Asetazolamid POllV awal, pilokarpin, timolol, dan steroid
tetes mata. Definitif dengan iridotomi perifer.

Mssnm* {-!vrs nnni ftrrrru*


Live itis lnflamasi pada Iapisan uvea (iris, badan siliar, dan koroid).
Umumnya terkait penyakit autoimun. Terbagi menjadi uveitis
anterior (iritis) dan uveitis posterior (koroiditis).
4 Uveitis anterior: penurunan tajam penglihatan, fotofobia,
injeksi silier, bilik mata depan penuh sel radang, keratik
presipitat. Uveitis posterior: tidak nyeri, penurunan tajam
penglihatan, /ooters.
* Cari faktor pencetus, kortikosteroid (oral atau topikal), anti-
glaukoma (sering diikuti dengan peningkatan tekanan
intraokular), sikloplegia
K' tan mendadok, mata
Abi:si* it*ti*,: Terlepasnya lapisan retina, mengakibatkan mata tenang dengan
visus turun mendadak. Faktor risiko dapat berupa miopia
berat-sangat berat dan adanya kelainan penyerta pada mata
seperti retinopati diabetik
frct:napati Diabctik Mata tenang, dengan visus turun perlahan-lahan. Riwayat DM
(+). Terbagi menjadi:

Non- Mikroaneurisma, perdarahan dot and


proliferatif b/ot, perdarah an flo me, maupun cotton
(NPDR) wool spot
Proliferatif Gejala pada NPDR + neovaskularisasi
dini
Proliferatif Gejala pada PDR dini disertai dengan
lanjut perdarahan vitreous hingga ablasio retina
emedrcrne medscape com

Itr 0.

PA DI
ENSIKLOPADI
BUKU RANGKUMAN MATERI

>>Gambaran foto fundus pada kasus


Kendalikan faktor risiko, laser fotokoagulasi
retinopati diabetik

Retinopati Mata tenang, dengan visus turun perlahan-lahan, dengan


l.lipertensi riwayat darah tinggi. Gambaran pembuluh darah copper wire
dan AV nicking akibat pembuluh darah yang mengalami
pengerasan (sklerosis) pada penderita hipertensi kronik.

* Kendalikan faktor risiko

Knrnnax
K*tarak {5*nilis} Mata tenang, visus turun perlahan, sering disertai gejala awal
berupa penglihatan yang sering silau. Terkait dengan
pertambahan usia.
Klasifikasi katarak:
Jenis lmatur Matur Hipermatur
Kekeruhan Sebagia n Seluruh Lensa jatuh

Tes shadow Positif Negatif Pseudopositif

Visus >6/60 <6/60 <6/60

* Aed"h katarak dengan berbagai metode (seperti ekstraksi


katarak ekstrakapsular, intrakapsular, atau fakoemulsifikasi)
ienis Kstorai{ Lsin Katarak traumatik: akibat trauma tumpul, dengan opasitas khas
berbentuk bintang (stelata)
Katarak kongenital: akibat infeksi intrauterin (misal rubella),
tampilan leukokria, dapat mengakibatkan ambliopia
Katarak terkait diabetik dan penggunaan kortikosteroid jangka
pa nja ng

{}rr*,lnngt*ct PEDiATfi fi(


&n:hli*pia ffi siitern saraf pusat terhadap
(umumnya) salah satu mata yang anisometropia (perbedaan
refraksi satu mata dengan mata yang lainnya terlalu jauh),
atau akibat strabismus.
jL Visus turun pada salah satu mata, dan bagaimanapun juga
tidak dapat dikoreksi menjadi visus normal
* Supresi mata yang sehat dan "paksa" agar mata yang malas
melihat kembali. Prognosis semakin dini semakin bagus, sering
kali sudah ireversibel.

.t"
f* "*

"€
PA DI
0fta lm*tagi

$tnabisnr*s flt{}ll*{r
Ekso: ke luar
lffi.
sK::r]!!w;
,{-q.\. {.t}.5
.Y.-
l.s Eso: ke dalam

Hiper: ke atas

{xq}rP.$9x4 Hipo: ke bawah

:::;::a:;:*;
d-fr{Y *t' #- €d3'",,.

_:r:itnl
ilNt)!:

,/ e. *..!#1e.
id1 ffiilk<X$
**
-.J-

/......:.::::

\: #r* S;:" , "e

flSnuno-0rrsLM0r-0Gr
$tefleks Fupii Peran dari nervus ll sebagai resptor dan nervus lll sebagai efektor Refleks pupil direk mata kanan,
jarasnya adalah n.ll kanan
r Nervus optikus (ll) ) mentransmisikan informasi visual (brightness, (reseptor) )
midbrain ) n.lll
contrast, color) dari retina ke otak. kanan (efektor).
. Nervus oculomotor (lll) ) motorik dan parasimpatis. Fungsi kontriksi Refleks pupil indirek mata
pupil (miosis) oleh m. Constrictor pupil dan fungsi akomodasi lensa kanan, jarasnya adalah n.ll

oleh m. Ciliaris. kanan (reseptor) ) midbrain


) n.lll kiri (efektor).
Refleks pupil direk (langsung), peran dari nervus ll dan nervus lll sisi
yang sama. Pemeriksa mengamati reaksi pupil mata yang sedang
Contoh kasus Lesi pada nervus ll
disenter. dan lll kanan, maka
Refleks pupil indirek (tak langsung), peran dari nervus li dan nervus !ll Reflek direk: mata kanan ( ) dan
sisi yang berbeda. Pemeriksa mengamati reaksi pupil mata yang tidak mata kiri (+).
sedang disenter. Reflek indirek: mata kanan (-)
dan mata kiri (-)

ccN$t ri&rAr LJ$|rT tl€FLEX


dr r!!\,*-,rd .-.-
'1

):.'r'a--
Al1**ri rerrt {

.,r-J
.

.&it,
"' ..9
;it

4y ll$1**1 i-rtiHT $irrtsx


Df lf f*rTt n*ft e f snt*.riel*
i-tjpii. *afix 6y*
Vie uul fieieJ Cahaya ) ) nervus optikus ) chiasma optikum ) traktus
retina Satu mata melihat 2 lapang

optikum )
corpus geniculatum lateralis ) radiatio obtika ) korteks pandang kanan dan kiri

lobus oksipital Tips mengingat

t& e

"6
PADI
ENSIKLOPADIS

Retina terdiri dari 2 serabut saraf yaitu temporal dan nasal. Serabut Bila terkena di

saraf dari temporal retina berfungsi melihat bagian lapang pandang Nervus optikus.
nasal, dan sebaliknya. hemianopsia. Artinya buta
total 1 mata ipsilateral
Nervus optikus berisi serabut saraf temporal dan nasal retina dari mata
yang sama. CBT. "Chiasma-Bi-Temporal"
hem ia nopsia
Chiasma optikus ) tempat bersilangnya serabut saraf nasal retina dari
Di belakang kiasma optikum,
kedua mata. Sedangkan serabut saraf temporal retina tidak
gangguan lapang pandang
bersilangan. Fokus lihat gambar B poin 2 terjadi lesi di chiasma selalu homonim dan
optikum. Sisi gelap artinya lapang pandang tersebut terganggu, kontralateral dari lesinya,
kelainan ini disebut bitemporal hemianopsia. Terjadi karena lesi kedua misal: lesi di traktus optikus
serabut saraf dari nasal retina yang bersilangan di chiasma sehingga kanan, menyebabkan
kedua lapang pandang sisi temporal (lateral) terganggu. hemianopia homonim klri.

Traktus optikus. Traktus optikus kanan berisi serabut nasal retina dari
mata kiri dan serabut temporal retina dari mata kanan. Lesi di traktus
optikus kanan menyebabkan hemianopsia hominim kiri (kontralateral).
Gambar B poin 3
Radiatio optika ) terdiri dari 2. Temporal loop dan parietal loop.
Berasal dari serabut saraf dari traktus optikus yang terbagi dua di
corpus geniculatum. Kelainan pada radiatio optika disebut
quadrinopsia homonim kontralateral
Korteks oksipital ) pusat penglihatan. Terjadi bayangan binokular. Lesi
korteksi khas dengan hemianopsia homonim kontralateral dengan
makular sparing

.' , ;:i,::i.,;,..,..i,.i,i
W
€.. e ::,i:.:.:.:,=:,:.:.:i:,:

S .' 4., :.i:!:,.,:=r.::,!i:!::

*,1-, e.. ,. u',,':;,;1.::.:'::r


6i w.t ,:i

#r ,I i

fi {, !
.€.,; ?h.-.1
€] &r

q
L3
I

PA D'
'-"i:-?:fPim.,

THT
MasnLAH Trun:en

0titis Media Akilt Tersering disebabkan oleh Streptococus pneumonio dan Tatalaksana bergantung stadium:
@
Hemophilus influenzoe. Penyebab demam pada anak yang Dekongestan (misal: efedrin): untuk
sangat sering. stadium oklusi dan hiperemis

4 Perialanan terbagi menjadi berbagai fase: Antibiotik: amoksisilin 5-7 hari,


alternatif amoksisilin + klavulanat,
Oklusi Retraksi membran timpani se{alosporin. Hampir semua stadium
Hiperemis Membran timpani menjadi hiperemis klinis memerlukan antibiotik (isu
Supurasi Membran timpani menonjol (bulging), kontroversial pada fase oklusi)
disertai demam tinggi dan nyeri hebat Miringotomi: pada fase supurasi
Perforasi Sekret mengalir keluar, tampak perforasi,
Ear toilet HzOz3% jika sudah terjadi
nyeri dan demam membaik perforasi
Resolusi Sekret mengering, perforasi mulai menutup
berlanjut menjadi >>OMSK
: keluar cairon dari telinga, kronik
Kelanjutan dari OMA yang tidak mengalami penyembuhan OMSK tipe maligna (bahaya):
#titis Media @
operasi eradikasi kolesteatoma,
$upuratif Kr*nrk secara sempurna, akibat infeksi berulang atau
timpanoplasti dan miringoplasti
penatalaksanaan yang kurang adekuat.
OMSK tipe benigna (aman): antibiotik
4 Keluar sekret >5 minggu (baik hilang-timbul maupun terus topikal (misal: neomisin + polimiksin)
menerus), dengan gambaran membran timpani perforasi dan Can ear toilet HrO, 3%
penurunan pendengaran. Biasanya tidak nyeri.
Tipe maligna (bahaya) Tipe benigna (aman)

Perforasi di attic /perifer, Perforasi sentral, komplikasi


kolesteatoma, risiko minimal
mastoiditis, paresis n.Vll
Keywords : telinga teraso tidak demam
$titis
l\a{eeliu flfusi @ Transudasi ("rembes") cairan serosa (non-infeksi) di telinga
tengah, akibat kelanjutan OMA, disfungsi tuba, alergi, hingga
barotra u ma

4 Sensasi "kemasukan air", tidak ada nyeri dan demam.


Membran tinrpani suram, tidak hiperemis, rnobilitas terganggu
(tes Toynbee dan Valsava)

* Swasirna (self-limiting) dalam 2-3 bulan, jika tidak ada


perbaikan pertimbangkan miringotomi dan pemasangan pipa
Grommet
tekdn
Stitis e ksterna @ lnfeksi telinga luar (liang telinga) akibat bakteri, virus, atau
jamur.

,& Nyeri tekan tragus, nyeri saat membuka mulut, dapat


disertai sekret berbau dan penurunan pendengaran
Furunkel ("bisul") di liang telinga (1/3 liang telinga luar),
penyebab tersering S. oureus
lnfeksi di 2/3liangtelinga dalam. Penyebab tersering adalah
Pseudomonos sp.
lnfeksi liang telinga (luas), dapat berkomplikasi paresis n. Vll Pikirkan DM dan imunokompromais
pada pasien dengan otitis eksterna
hingga destruksi tulang temporal. Penyebab tersering
maligna
Pseudomonas sp.

@ Sumbatan serumen mengakibatkan klinis berupa tuli


kond u ktif.

.9.. 15
u
FANI
THT

f Seruminolitik (karbogliserin) sebagai pelunak serumen, lalu


ekstraksi serumen
GsnSg$ixn Lihat halaman 73
i{*sein'!b*ng*n

Fresbi*kusis h satu penyebab tuli sensorineural, di mana terjadi Tuli sensorineural akibat presbiakusis
penurunan pendengaran akibat usia. Gejala: cocktoil porty biasa pada frekuensi tinggi >2.000 Hz

deafness dan dapat disertai fenomena recruitment.

K : tuli, berisiko di
N*i*c-lnduced Tulisensorineuralakibatpajananbisingterus-menerus. Khas: takik (notch) pada frekuensi

l"{**ring Loss {l$lldl"} Batas pajanan yang diperkenankan: 4.000 Hz

Ambang <85 dB, sebaliknya waktu


85 dB 88 dB 91 dB ... + 3 dB dst... dikali 2 setiap kurang 3 dB; contoh:82
8 jam 4 Jam 2 jam ... x U2 waktu dB ) 15jam

ftfing*m* Hrnurue DAN TTFIGG*Ror(


I pisto i<sis @ epistaksis anterior: perdarahan dari pleksus Kisselbach, a.
ethmoidalis anterior. Umumnya akibat trauma ringan (seperti
mengorek hidung)
Epistaksis posterior: perdarahan dari a. ethmoidalis posterior,
a. sphenopalatina. Perdarahan lebih hebat, dapat menetes ke
nasofaring, dan jarang berhenti sendiri. Cari faktor risiko
terutama hipertensi, gangguan koagulasi, tumor, dan infeksi.
* Epistaksis anterior: Tekan cuping hidung L0-1-5 menit; epomedicine com
kaustik dengan AgN03 25-30% jika sumber perdarahan
terlihat; tampon anterior (+vaselin, salep antibiotik, dan
epinefrin selama 2 hari)
Epistaksis posterior: tampon posterior (Bellocq) selama 3 hari.
Tampon anterior juga sebaiknya dipasang.

lnflamasi mukosa hidung yang diperantarai oleh lgE dan Dapat terbagi menjadi:

histamin. Dipicu oleh alergen inhalasi (paling sering). lntermiten - <4 hari/minggu
4 Bersin berulang, rinorea, hidung gatal (dominan), dapat Persisten - 24 hari/minggu
diikuti dengan konjungtivitis alergi, hiposmia, dan post-nasal
drip. Gejala pagi hari dominan. Allergic shiner {stasis vena
Ringan - tidak ada gangguan
bawah mata), crease (garis hidung), dan salute (gerakan
aktivitas, olahraga, dan saat
menggosck-gosok hidung), mukosa edema, pucat/livide beristira hat
tampak sekret cair.
Sedang-berat - ada gangguan
04 Uli cut<it kulit (skin prick test), lgE RAST, hitung eosinofil dan
lgE total (kurang spesifik)

* ttindari pencetus, antihistamin, steroid intranasal jika berat


Keywords : hidung tersumbat kiri-konan bergantion
fiinitis V*s*r*ct+r @ lnflamasi mukosa hidung non-alergi, diperantarai oleh
saraf parasimpatis yang hiperaktif
4 Keluhan menyerupai rinitis alergi, namun dominan hidung
tersumbat bergantian kiri-kanan, jarang disertai
konjungtivitis, memburuk terutama pagi hari. Pemicu non-
spesifik seperti udara dingin, bau-bauan, dan kelembapan
udara.
o,4 Uji cukit kulit (skin prick test) negatif, lgE RAST negatif, lgE
dan eosinofil darah tidak meningkat.
* Hindari pencetus, dekongestan oral/topikal, pertimbangkan
neurektomi n. vidianus jika gejala tidak ada perbaikan.
K tet ton

a.

b
PADI
ENSIKLOPADIS
BUKU RANGKUMAN I/ATERI

Rinitis @ Gangguan respons vasomotor akibat riwayat penggunaan


filled ikamextosa vasokonstriktor (dekongestan) topikal jangka panjang
4 Hidung tersumbat, sekret berair, konka edema/hipertrofi
* Hentikan vasokonstriktor topikal, dapat diatasi dengan
mengganti dengan dekongestan oral sesaat disertai
kortikosteroid oral dosis tinggi jangka pendek

5in usitis lnflamasi sinus paranasal akibat infeksi, terutama vlral dan Sinusitis akut jika <4 minggu

bakterial - diperberat jika ada gangguan klirens mukosiliar. Sinusitis kronis.iika >3 bulan
Penyebab tersering: S. pneumonia, H. influenzoe, dan M.
Di antaranya kedua waktu tersebut
cotorrhalis. sinusitis subakut
4 Nyeri wajah, sekret hidung purulen, sering turun ke
tenggorok (post-nasal drip), dapat disertai demam. Cari faktor Sinusitis kronik dapat berkembang
risiko: ISPA, polip, infeksi tonsil/gigi, hipertrofi adenoid, dari sinusitis akut yang tidak
kelainan anatomi. ditatalaksana secara sempurna, atau
t4 g.k, emas: CT-scan; pemeriksaan radiologi awal dapat kemungkinan kelainan anatomis
harus selalu dipikirkan.
berupa foto polos sinus posisi Waters (perselubungan, air-
fluid level, dan penebalan mukosa sinus)
* nkrt, simptomatis (dekongestan, analgesik), antibiotik jika
bakterial (amoksisilin, amoksisilin + klavulanat)
Kronik umumnya tidak responsif terhadap antibiotik, mungkin
diperlukan bedah sinus endoskopi fungsional (FESS)

Radang tonsil ifaringeai/adenoid, palatinal), akibat Tonsilitis kronis berkembang dari


adalah infeksi viral dan bakterial. tonsilitis akut yang tidak diatasi
dengan baik.
4 nkut: common cold sering sebagai pemicu, nyeri tenggorok,
detritus (kumpulan leukosit mati), demam, nyeri menelan,
pembesaran KGB, hingga otalgia
Kronis: pelebaran kripta, dapat terisi detritus, napas berbau
* Tergantung kecurigaan etiologi; viral simptomatik, bakterial
antibiotik + simptomatik. Tonsilitis kronis: indikasi
tonsilektomi jika serangan >3x/tahun, sumbatan jalan napas,
rinosinusitis kronis

@ Varian khusus akibat infeksi Coryneboctetium diphterioe


(gram positif, basil), tanpa riwayat imunisasi DPT pada anak-
ana k.

L Demam, nyeri tenggorok, disfagia, sesak napas. Ditemukan


pseudomembran abu-abu, mudah berdarah apabila "dikerok"
Pembesaran KGB besar dapat mengakibatkan bull neck's
appearance
* Antibiotik: penisilin, jika alergi: eritromisin; anti-difteri
serum (ADS); suportif; vaksinasi setelah pasien sembuh
(infeksi difteri tidak menimbulkan kekebalan selanjutnya)
ALrses F*rit*nsil @ Komplikasi dari tonsilitis akut yang tidak diatasi dengan baik
4 Demam, nyeri tenggorok, disfagia, "hot potato voice"
(suara seperti 'kumur-kumur'), uvula terdorong ke sisi
ko ntra late ra I

+ Antibiotik, insisi/drainase abses


Keywords : keluor sek ret dari unilateiol
l}*nda Asing @ Aenda asing hidung terutama ditemukan pada anak-anak.
{l{r:rpus A}i*rTun':} Gejala berupa keluarnya sekret berbau busuk unilateral pada
umumnya, serta ditemukan benda asing tersebut pada
rinoskopi anterior.
* e kstraksi benda asing, simptomatis

q
zv
"b
pan'
TI-IT

Tunno* THT

Angiafibroma Tumor jinak pembuluh darah nasofaring, dengan


nas*faring b*lia kemampuan mendestruksi tulang sekitarnya. Ditemukan
terutama pada laki-laki usia anak/remaja.
4 Hidung tersumbat progresif, epistaksis masif berulang.
Rinoskopi posterior: massa kenyal, keabuan-merah muda,
sangat mudah berdarah
4 cT t..n dan arteriografi
* Operasi, dapat diikuti terapi adjuvan berupa hormonal atau
radiotera pi.

Xersin*rna Terkait erat dengan infeksi virus EBV (Ebstein-Barr),


**s*fardng kcnsumsi makanan berpengawet (nitrosamin), iritasi bahan
kimia, hingga faktor genetik. Lokasi utama di fossa
Rosenmiiller.
4 Celala dapat berkembang dari awal hingga lanjut

/ ingus bercampur darah,


Gejala awal: epistaksis ringan
sumbatan hidung ringan, rasa tidak nyaman di telinga, otalgia
>> Gambaran nasofaring dan fossa
Gejala lanjut: sampai sumbatan hidung berat, diplopia akibat RosenmLiller
paresis n. lll, lV, atau Vl, neuralgia trigeminalis, hingga
destruksi tulang tengkorak. Metastasis ke KGB leher pada fase
lebih lanjut lagi.
sJ Aiopsi nasofaring, serologi lgA anti-EA dan lgA anti-VCA,
ditunjang dengan R cT r.an
* R"diot"r"pi, dapat ditunjang dengan kemoterapi

Frnxrnrrss*N Dr BrDAtiJs T**T


Tes Fsnala Pemeriksaan dengan garpu tala berbagai frekuensi. Contoh: jika di soal masalah pasien
adalah telinga kanan, dan saat tes
Rinne: membandingkan hantaran udara vs hantaran tulang Weber lateralisasi ke telinga kanan,
Weber: meletakkan garpu tala di tengah, mencari lateralisasi rnaka diagnosis menjadi tuli konduktif
telinga kanan {lihat tabel)
Schawabch: membandingkan hantaran tulang pasien vs
pemeriksa

Tuli Konduktif Sensorineural


Rinne negatif positif
Weber lateralisasi ke
lateralisasi ke
telinga sehat
telinga sakit
Schwabach memanjang memendek
(diband ing (diba nding
pemeriksa) pemeriksa)
Audi*rne tri Pemeriksaan diagnostik yang memastikan tuli sensorineural Condldte llerring L6t Avdioghfi

atau tuli konduktif.


Thresholdlambang dihitung dengan ambang dengar di rata-rata
frekuensi 500 Hz, 1.000 Hz, dan 2.000 Hz
Menggambarkan hantaran tulang (bone conciuction / BC)
dengan garis putus-putus, serta hantaran udara (air
conduction / AC) dengan garis penuh

Gambaran tuli konduktif jika ambang BC <25 dB dan AC >25 dB


(ada gap)

Gambaran tuli sensorineuraljika ambang BC (dan AC) >25 dB


(tanpa adanya gap) >> Contoh gambaran tuli konduktif
pada audiometri

l"s ...1;
-1;
PADI
ENSTKLoPADT {P
BUKU RANGKUMAN MATTR]

Gambaran tuli campuran jika ambang AC dan BC keduanya >25


dB, disertai dengan gap (AC lebih buruk lagi dibanding BC)

0 tft
to
I'ADI
'-''i:-?:f-?im-,

D TRMAToLoGT DAN VrN ERroLoGr


fiplonesrrusr Kulrr
$$akula Kelainan kulit berbatas tegas berupa perubahan warna semata

$elsikel Gelembung berisi cairan serum, beratap, diameter <0,5 cm

SxiN;: Vesikel berukuran >0,5cm. Bila berisi pus ) bula puruenta

Fepui Penonjolan di atas permukaan kulit, konsistensi padat, batas


tegas, ukuran <0,5 cm

$ust*{ Vesikel yang terisi nanah

Penonjolan di atas permukaan kulit, lebih besar dari papul


(>0,5cm)

Fr*si Kehilangan jaringan, tidak melebihi stratum basale, terlihat


serum

Sksk*riasi Kehilangan jaringan, sampai stratum papilare, terlihat darah


yang keluar selain serum.

Kehilangan jaringan melebihi starum papilare, memiliki dasar


dinding, dan tepi
Fis*re Diskontinuitas kulit, terbelah tanpa kehilangan jaringan

.9" t"!-

FADI
Dermat*lagi da n Venereclogi

$kuama Lapisan stratum koreum yang terlepas dari kulit, dapat bersifat
halus dan kasar

Krrista Cairan badan yang mengering di atas permukaan kulit, dapat


bercampur dengan jaringan nekrotik maupun benda asing

Urtika Edema setempat, timbul mendadak, dan perlahan menghilang

Kists Ruangan berdinding terbentuk secara patologis, berkapsul,


berisi cairan, sel, mapun sisa sel

Abse: Pus di jaringan, berbatas tegas, dengan dinding, disertai tanda


inflamasi akut

Likeilefikasi Penebalan kulit dan relief yang semakin jelas

${.}$L!fd&N, SUSUNAN
UiiUfiAN, d*n Lin ea r Tersusun menverupai garis
t-'l\ I HtSlJ\i
Anular Menyerupai cincin (lingkaran)
Arsiner Menyerupai busur
Polisiklik Bentuk asiner yang saling bergabung
Konfluens Beberapa lesi yang nrenyatu
Korimbiformis Satu lesi induk, dikelilingi lesi satelit yang lebih kecil

UKURAN
Milier Seikuran jarr,rm pentul
Lentiku ler Seukuran biji jagung
G utata Seukuran tetesan air
Numular Sekuran uang logam
Plakat Seukuran telapak tangan dewasa

DISTRIBUSI

Regio nal Lesi terbatas, hanya di satu tempat - misalnya pada tinea barbae
Soliter Hanya satu lesi
Diskret Tersebar satu per satu, umumnya luas
U niversa lis Hampir seluruh tubuh (90-100%)
Genera lisata Tersebar pada sebagian besar badan
Serpigi nosa Proses yang menjalar ke satu jurusan, diikuti oleh penyembuhan bagian
yang ditinggalkan, misal pada Creeping Eruption

?7" -9.
:t1
'6
PADI
ENSIKLOPADI {P
lrurrxsrBnxrrRnl Kulr
lmpetigo @ tnfeksi kulit superfisial, umumnya akibal Streptococus lmpetigo bulosa = cacar monyet
(impetigo krustosa) alau Staphylococcus (impetigo bulosa).

:L Krustosa tampak krusta tebal seperti madu


Bulosa tampak bula, hipopion yang dapat memecah

* nntibiotik topikal (mupirosin, basitrasin, kloramfenikol)


Fslikulit!s @ nadang folikel rambut, dengan papul/pustul yang di
tengahnya terdapat rambut
+ Antibiotik topikal
Furunk*i davl 4 Furunkel: diawali dengan radang folikel lambut, membesar
Xt;lrbunksl menjadi nodul eritematosa (= "6itr1"1
iL Karbunkel: furunkel yang konfluens (berkumpul menjadi
satu )

:L Furunkulosis: keadaan banyak furunkel, tersebar diskret


Srisipele s dan 3i Erisipelas: infeksi jaringan subkutis superfisial, eritema
Se{illitis dengan batas tegas
4 Selulitis: memiliki batas tidak tegas, lebih dalam
dibandingkan erisipelas
@ Ulkus superfisial dengan krusta. Disebabkan oleh infeksi
Streptococcus. Umumnya mengenai tungkai bawah karena
banyak mendapat trauma.
* Kompres terbuka, antibiotik topikal, atau antibiotik
sistemik {amoksisilin).

!rurrxs:iauun l{ulrr
: gatal, plakot polimorfik tepi lesi lebih oktif
T:,-,.^
@ Jamur dermatofita, seperti Mlcros porum, Epidermophyton
4 Kapitis di kepala, pedis (telapak kaki, jari-jari kaki), unguium
(lempeng kuku), kruris (selangkangan), korporis (lokasi badan
selain yang disebutkan di atas). Lesi berupa plakat bulat,
polimorf, dengan bagian tepi lesi lebih aktif dibandingkan
bagian tengahnya.
d.4
roH, hifa panjang, sekat yang prominen (jelas)
* Tin". kapitis: griseofulvin oral; tinea korporis/kruris:
golongan azol topikal, jika luas/gagal griseofluvin oral; tinea
unguium: itrakonazol oral, terbinafin oral.
eritemotosa dikelilingi lesi satelit
K$*qlisiiasis @ tnfeksi Candidd olbicons.4 Mengakibatkan makula atau Griseoflvuin tidak efektif untuk infeksi
plakat eritematosa (merah terang), di sekitarnya dikelilingi kand ida !

lesi satelit. Predileksi lokasi lipatan (intertriginosa), seperti


selangkangan, aksila, dan infra"namae. Pada bayi di daerah
popok. oJ KOH: pseudohifa dengan blastospora

* Hindari predisposisi, gentian violet untuk daerah mukosa,


krim azol, atau azol oral.
K : makula skuamd holus
Tirrea Versik*l*r @ Bukan tergolong dermatofita, melainkan disebabkan oleh
Molossezia lurfur.

4 vakula hipopigmentasi (dapat hiperpigmentasi), dengan


skuama halus. or4 KoH: hifa pendek, spora bergerombol
(gambaran "sphagetti and meatball appearance")
* Topikal shampoo (selenium sulfida), azol, atau jika lesi
sangat luas berikan azol oral.

.4" L}
lc
PADI
ilerrnatoL*gi dan Venerc*l*gi

lrur:xsrVrnus Kut-n
Varicella Zoster Varicella (cacar air) -:A Ruam multiform (dalam satu waktu Lesi awal varicella di wajah, lalu

terdapat banyakjenis lesi, seperti vesikel, papul) disertai menyebar ke badan dan ekstremitas.
{vuv}
dengan gejala konstitusi (demam). Tes Tzanck positif
* Acyclovir 5 x 800 mg PO, bedak salisil atau losio kalamin
untuk mengurangi gatal dan kemungkinan vesikel memecah
Herpes zoster - @ reaktivasi dari virus varicella zoster yang
dorman. Sebelumnya pernah terkena varicella.4 tesi
bersifat dermatomal (mengenai dermatom tertentu),
vesikulopapular, reaktivasi disebabkan oleh pemicu seperti
imunitas tubuh yang menurun.
* Acyclovir 5 x 800 mg PO selama 7 hari, dapat mengurangi
insidens neuralgia post-herpetik
l-l*rp*s $intpleks @ tnfeksi HSVtipe 1 (di perioral) dan HSVtipe 2 (genital)
{1{sv} 4 Gejala prodomal (demam), lalu timbul vesikel cepat pecah,
disertai rasa terbakar. Dapat rekuren akibat stresor seperti
trauma.
* Asiklovir oral 5 x 200 mg PO setama 7 hari
\I*n:k* Vttlg*ris @ futil biasa, disebabkan oleh infeksi HPV (tipe 1- 4).
Predileksi di permukaan ekstensor ekstremitas.
* S"d.h kaustik, beku (nitrogen), skalpel, atau zat keratolitik
{salisilat konsentrasi tinggi), tinctura podofilin
@ lnfeksi Poxvirus.
K*11t*gis*utfi
L Papul multipel dengan morfologi terdapat "delle" (lekukan)
di tengah papul, jika dipijat dapat mengeluarkan massa putih
seperti nasi
* Enukleasi isi, alternatif dengan kauter dan bedah beku

l*rrsrasr FaRngrr Kuur


{t,^L;^-
@) lnfestasi Sorctopes scsbiei dengan manifestasi 4 tanda Alternatif lain tatalaksana skables
kardinal: gatal malam hari, ditemukan terowongan, sulfur presipitatum 6% {gunakan
selama 3 harr berturut-turut)
ditemukan tungau, dan terjadi pada orang berkelompok. Lesi
berupa papul, vesikel eritematosa. Predileksi lokasi: tangan,
kaki. 0J Burrow ink test

* P"rrn"trin 5% sekali pakai, diulang minggu depan. Jangan


diberikan pada anak < 2 bulan;
Fedikulosis K*pitis @ lnfestasi Pediculus humonus dengan gejala gatal di kulit
dan Phthriyus Fr.rbis kepala. Ditemukan telur yang melekat erat pada rambut.
* Gameksan 1%, oleskan dan diamkan 12 jam, malathion
O,5% / t% spray. Phtyrius pubis: rambut pubis. Tatalaksana:
cukur rambut kelamin, gameksan 1%.
Kutaflsus {-orss @ lnvasi larva cacingAncylostomo brqziliense alau caninum
tv:igr;fis yang mengakibatkan 4 lesi linear, berkelok-kelok. Prpdileksi
di tungkai, telapak kaki.
* Albendazol 1 x 400 mg PO 3 hari berturut-turut; atau
cryotherapy CO2 dan kloretil

Krt-grrunn: Kulrr t.*rru


Fitiriasis $tcs*a @ "lnflamasi" ringan, belum jelas penyebabnya dengan gejala
4 bercak induk / Herald Patch di lengan atas atau badan
(plakat, numuler dengan skuama di sekitarnya), lalu disertai
lesi kulit lebih kecil yang tersusun sejajar lipatan kulit
membentuk pola pohon cemara.

'tA 0

'"tL
PA DI
ENSIKLOPADI
BUKU MNGKUMAN MATERI

f Swasirna dalam 2 minggu, simptomatis (antihistamin oral,


kortikosteroid potensi ringan-sedang, losio kalamin, atau urea
sebagai pelembab kulit)
Dermatitis kontak alergi: mekanisme
$errYr*iitis Kcntrk @ Dapat bersifat akut (lesi basah/madidans, eritema, edema,
papul), sub-akut (lesi mulai mengering), hingga kronik hipersentivitas tipe lV akibat bahan
iritalr dam Alergi
"sehari-hari"
(likenifikasi, ekskoriasi, fisura)
0.4 Pat.h test uji tempel Dermatitis kontak iritan: bahan iritatif
/ (akan menimbulkan gejala di hampir
* Hindari pajanan, topikal: jika lesi basah kompres (larutan semua orang)
PK 1:L0.000), jika lesi kering berikan kortikosteroid topikal
(sedang - kuat)

S*rmatitis Atopi @ Penyakit kulit kronik-residif, terutama onset pada anak. 4 Terdapat tiga fase:

Kulit kering, disertai kerentantan faktor internal dan Bayi/infantil: lesi simetris pipi, kepala,
eksternal, terkait interaksi lgE yang berekasi terhadap alergen ekstensor ekstremitas

lingkungan (makanan, inhalan) Anak: simetris di fleksura ekstremitas,


fosa kubiti, fosa poplitea
* Topikal: kortikosteroid potensi ringan-sedang Remaja/dewasa: slmetris di leher,
(hidrokortison, mometason), pelembab (gliserin, propilen, badan, ekstensor tungkai bawah
urea), sistemik seperti antihistamin sedatif (atau non-sedatif
pada dewasa)

Serm*titis Sehar*ik sebum di daerah kulit kepala dan Bentuk ringan: pitiriasis sika {ketombe)
@ Meningkatnya produksi
predileksi kelenjar sebasea (wajah). Dapat terkait faktor Meluasnya dermatitis seboroik dapat
psikologis, imunokompromais. Pada bayi jika skuama melekat menyeba bkan
pada kepala: crodle cop.

* Atasi faktor predisposisi (psikologis), kortikosteroid ringan-


sedang, sulfur presipitatum, antijamur golongan -azol baik
topikal mauPun oral.
Aun* Vulgaris @ Peradangan unit piloseabsea, terutama terkait hormonal
dan Infeksi bakterial. predileksi wajah.4 Efloresensi
tergantung jenisnya: komedo hitam (terbuka), putih
(tertutup), papul, pustul, nodus, hingga jaringan parut.
* fdukasi, makanan rendah lemak, isotretinoin topikal,
antibiotik topikal, antibiotik oral (tetrasiklin, doksisiklin,
klrndamisin), dan isotretinoin oral.
Fls*riasis V*lg*r!s @ Peradangan kronis dengan manifestasi :4 plak
eritematosa, dengan skuama tebal berwarna putih perak
seperti mika. Tanda khas: fenomena tetes lilin (jika digores
tampak seperti lilin), tanda Auspitz (bintik-bintik perdarahan
jika lesi di gores), fenomena Koebner (kulit yang trauma dapat
mengalami erupsi lesi psoriasis)
* Kortikosteroid topikal poten-superpoten (kecuali lipatan,
steroid lemah-sedang), pelembab kulit, kalsipotriol (analog
vitamin D3 analog), tazaroten. Jlka lesi sangat luas
memerlukan fototerapi (PUVA) dan/atau sistemik (seperti
metotreksat, siklosporin, antibodi monoklonal)
lvlIli*ila @ Kristalina: ve.ikel kecil, tidak ada keluhan
Rubra: papul eritematosa, gatal dan relatif pedih
Profunda: jarang, papul keras tanpa tanda radang
* Edukasi agar kulit tetap kering, suportif: antihistamin
sedatif {CTM), lotio calamine
Alergi dnn {.Jrtik*ri* @ Reaksi imunologis (terutama hipersensitivitas tipe l). :4 Dapat bersifat akut (<4 minggu) atau

Edema batas tegas, kemerahan, bagian tengah dapat lebih kronik (>6 minggu)

pucat, mendadak dan menghilang perlahan-lahan, gatal. lce- Dermatitis kontak alergi: uji tempel
cube test dapat positif.
oJ Uji cukit kulit (skin prick test) dan
Urtikaria: uii cukit
lgE RAST.

* Antihistamin sedatif (CTtv4)

.9.

tr
PAOI
ilermato|*g I dan Venereolagi

Liken $irnpl*ks 4 plakat kulit yang likenifikasi dengan relief kulit yang sangat
Kronikus {* jelas, sangat gatal, terdiri dari lingkaran setan (gatal - garuk -
f{eurodermatitis likenifikasi). Lokasi di daerah yang mudah terjangkau (leher,
Sirkumskrist*l genital, permukaan ekstensor kaki)
* Steroid topikal potensi tinggi, penggunaan di malam hari
Morbus f'lafissil Penyakit menular, menahun akibat Mycobocterium leprae. Terdapat pula reaksi kusta yang
terbagi menjadi dua, yakni:
Tanda utama kusta: kelainan kulit yang mati rasa; penebalan
Reaksi tipe 1: disebut sebagai reaksi
saraf tepi disertai Bangguan fungsi; dan adanya basil tahan
reversal, terjadi pada pasien PB dan
asam (BTA) pada pemeriksaan slit skin smear
MB, segera setelah pengobatan
dimulai. Bercak kulit lama menjadi
lebih aktif.
PAUSIBASILAR MULTIBASILAR
(PB)* Reaksi tipe 2: disebut sebagai eritema
{MB)
nodosum leprosum {ENL}. Hanya pada
Bercak Kulit 5 atau kurang >5 kusta tipe MB dan terjadi lama setelah

Penebalan Saraf 1 saraf, baal lebih Lebih dari l- saraf pengobatan dimulai. Klinis berupa
nodus kemerahan, lunak dengan
dominan
nyeri tekan.
Distribu si U nilatera l, Simetris
Reaksi kusta ditatalaksana dengan
bilateral kortikosteroid prednison.
asimetris *MH tipe PB dengan 1 lesi: berikan
Permukaan Kering dan relatif Halus dan dosis tunggal ROM (Rifanrpisin 600 mg
berca k kasar mengkilap / Ofloksasin 400 mg / Minosiklin 100
mc)
Ciri lain Madarosis, hidung
pelana, focies
leonina
BTA Negatif Positil
(umumnya)
Tatalaksana mg/bl
Rif 600 Rif 600 mg/bl
(dosis dewasa) DDS 100 mglhr DDS 100 mglhr
Cfz 300 mg/bl +
50 mgi hr

Tumon Kulrr Gpruas


l{*rsin**:a $*i Sils;:} @ Nodular: nodus berkilat, translusen seperti lilin,
= SaEciir:rn* telangiektasia, mengkilat (pearly appeoronce) dan dapat
menjadi ulkus.

Karsin*rca 5e! @ trtodul keras, permukaan dapat kasar dan berbenjol-benjol


Skuatrr*s* Tumbuh relatif cepat. Dapat membentuk ulkus.

!L4ela n* rna !'otl a i ign * @ nsco: asimetri, border (batas) yang ireguler, color (variasi
warna dari lesi), dan diameter >6 mm. Lesi awal sering berupa
nevus.

TrRnpt De*n*qn-roLoet
fie*tuk Vehihulurn Kompres: untuk absoprsi eksudat atau pus Prinsip terapi kulit adalah:

Bedak: efek mendinginkan, mengurangi gesekan, dapat basah - dengan basah


kering - dengan kering
menyerap cairan. Tidak untuk lesi basah

-0

!"
PA D]
ENSIKLOPADIS
BUKU RANGKUMAN MATERI

Salap/unguentum: lengket, penetrasi sangat baik, untuk


dermatosis yang tebal (misal: liken simpleks kronikus). Bukan
untuk daerah berambut
Krim: tidak terlalu lengket, dapat menyebar dengan mudah,
penetrasi tidak sebaik salep. Diperkenankan untuk daerah
berambut.

.!enis SaF:an Aktif Asam asetat bersifat antiseptik


Asam benzoat bersifat antiseptik dan fungisidal
Asam salisilat: tergantu ng konsentrasi; 1-2% keratopla si, 3-20%
keratolitik. Dapat juga digunakan sebagai kompres
(konsentrasi rendah)
Benzil benzoat: skabisid dan pedukulosid (20-25%)
Kamfora 1-2%: antipruritus
Tretinoin/vitamin A: memperbaiki keratinisasi jaringan, sintesis
DNA. lndikasi untuk kelainan dengan sumbatan folikular,
seperti acne vulgaris
P*tensr I (superpoten) ll - lll (poten) lV - Vl (medium) Vll (lemah)
M*rtilscstcraid Betametason Triamsinolon Mometasonfuroat Hidrokortison1-2,5%
dipropionat 0,05% asetonid O,L/o salaP O,1,o/o krim krim
salap Betametason Desonide 0,05% krim
dipropionat 0,05%
krim

Dux Tusun Pn:n


Uretriti$ Gon*rrhea Neisseria gonorrhea, masa inkubasi 2-7 hari.4 Keluhan Gonorrhea clapat menginfeksi wanita,
serta menyebabkan kelainan mata
kencing bernanah, rasa panas pada ujung kelan-rin
neonatus (koniungtivitis neonatorum)
dengan/tanpa gejala nyeri saat berkemih.
di Bakteri diplokokus gram negatif, seperti biji kopi dari
sampel sekret uretra
Uretrifis r\J*g1- Chlamydia sp. harus dipikirkan sebagai penyebab uretritis jika
€ont:rrh*e oi tidak ditemukan kuman gonokokus.

DUH Tusuu W.*rutra


Trik*mclniasis Trichomonas sp. mengakibatkan 4 duh tubuh dengan warna
hijau berbau busuk, gambaran strawberry cervix.
Kar:didiasis Candida sp, dengan 4 Ouh tubuh khas berwarna putih kental
Vulvcv*gilr*i seperti susu/keju, gatal yang hebat, sehingga dapat muncul
lesi garukan/ekskoriasi. Cari faktor risiko seperti DM.
\l*gincsis E*kt*ri*l Gardnello vaginalis dan bakteri lain. Cenderung menahun, Sering dianggap bukan bagian dari
infeksi menular seksual
dengan 4 sekret putih keabuan, berbau tidak enak. Whiff
test (meneteskan sekret dengan KOH) mengakibatkan tercium
bau amis (fishY-like odor).

[-]r-r<us Grrurral DAN Bus$ lruoutrunlts


$ifiiis {t}ikus Du*:m} Treponemmo palidum. Ulkus soliter tidak nyeri, dasar
bersih. Terbagi menjadi beberapa fase perjalanan:
Primer 4 Ulkus genitalia eksterna, soliter,
perabaan keras (ulkus "durum")
Sekunder :L Ruam multipel pada kulit, mukosa, dan
organ tubuh lain (cek telapak tangan dan
kaki pasien) >> Gambaran dapat ditemukan pada
sifilis stadium dua
La njut 4 Guma, neurosifilis, sifilis kardiovaskuler

0- tt
"6
PADI
Dermatotogi dan VenereoLogi

o{ Mikroskop lapangan gelap, serologi (VDRL/RPR, TPHA/FTA-


ABS)

Cha*croid {Ulkus Hemophilus ducreyi.4 Ulkus multipel nyeri, dasar kotor. ui


Mctr*] Gram: basil kecil gram negatif, berderet seperti rantai. Dapat
pula diwarnai dengan pewarnaan Wright dan Unna-
Pappanheim.
l'ierpes Senital Lihat halaman 24
Suber lnguinalis 4 Pembengkakan KGB inguinal, dapat disebabkan oleh
limfogranuloma venereum maupun ulkus mole.

Tnse L FrrunramxsANA,AN lrurrrst MEruumR Srxsunr


Serdas;rrkon Diagnosis * t-ini Pertama * Lini Kedua Catatan
U retritis Sefiksim 400 mg PO, Kanamisin2glM,dosis lM = intramuskular
P*n*t* la ksa na*rn Gonorrhea dosis tunggal tungga I
pQ = per oral
lM$ l*nsic*al Seftriakson 250 mg lM,
Pedoman Nasional Tatalaksana dosis tunggal
I]V5,2015 Uretritis Non- Azitromisin 1g PO, dosis Eritrom isin
Gonorrhea tunggal dihapuskan dari
Doksisiklin2xl00mg pedoman IMS 2015
PO,7 hari
Trikomoniasis Metronidazol 2g PO, Metronidazol 2 x 500 Metronidazol aman
dosis tunggal mg PO, 7 hari digunakan pada
kehamilan
Vaginosis Metronidazol 2 g PO, Metronidazol 2 x 500
bakterial dosis tunggal mg PO, 7 hari
Klindamisin2x300mg
PO, 7 hari
Kandidiasis Mikonazol/klotrimazol Nistatin100.000lU Pada ibu hamil,
vulvovaginal 1x200 mg intravagina, 3 intravagina,T hari penggu naan
ha ri Flukonazol 1x150 mg sediaan intravagina
Klotrimazol 1x500 mg PO, dosis tunggal relatif aman
intravagina, dosis Itrakonazol 1x200 mg
tungeal PO, dosis tunggal
Sifilis Benzatinbenzilpenizilin Penisilinprokain Doksisiklin dan
2,4 MU lM, dosis tunggal 600.000 U lM, 10 hari eritrornisin jika alergi
Dosisiklin2xl00mg terhadap golongan
PO, 30 hari pen isi!in
Eritromisin4x500mg
PO, 30 hari
Ulkus mole Siprofloksasin 2 x 500 seftriakson 250 mg lM,
(chancroid) mg PO, 3 hari dosis tunggal
Eritromisin4x500mg
PO,7 hari
Azitromisin 1- g PO, dosis
tu ngga I

Herpes genital Asiklovrr 5x200 mg PO, 7 Valasiklovir 2x500 mg 7


episode ha ri ha ri
pertama Asiklovir 3x400 mg PO, 7
hari
Herpes genital Asiklovir 5x200 mg PO, 5
rekuren hari
Asiklovir 3x400 mg PO, 5
hari
Limfogranuloma Doksisiklin 2 x 100 mg
venereum PO,14 hari
Eritromisin4x500mg
PO, 14 hari

t
c
PA DI
Musku[oskeletal

M usKU LoSKELETAL
AnrRlrts
Keywords : nyeri sendi hertamboh saat sendi
Ssteoartr:tis @ Proses degeneratif sendi, dengan klinis nyeri di saat sendi Herborden'i., gouchard's
.:::.-l: I
digunakan (berjalan), onset perlahan, tanpa tanda inflamasi node'_'*.-* , r _--- node
:H-
yang jelas.
jL Sendi yang terkena dapat besar dan kecil, umumnya banyak
?.\ rF;li
(dengan predieksi pinggang lutut, vertebra, CMC 1, DlP, dan r =,l i:i;,.1
"1;1:,t;
PIP). Nodus Bouchard dan Nodus Heberden
lE osteofit, destruksi rawan sendi, penyempitan/hilangnya
celah sendi.
d.4 Laboratorium tidak ada kelainan yang
signfiika n.
.liniaalexams ao uk
* Suplemen sendi (glukosamin, kondroitin sulfat). Step up
untuk atasi nyeri: parasetamol, NSAID, hingga tramadol
untuk atasi nyeri.

*e*mat*id Antrltis Proses autoimun yang mengenai sendi

4 Nyeri saat bangun pagi >60 menit, proses inflamasi yang


jelas. Nyeri membaik dengan aktivitas. Sendi yang terkena
adalah sendi kecil, predileksi MCP dan PlP, pergelangan
tangan, kaki, dan pergelangan kaki. Dapat ditemukan deviasi
ulnar, swan neck deformity, dan boutonierre deformity.
H osteopenia, erosi.
o.{ Laboratorium: faktor reumatoid (RF)
positif
* lniri"l, NsAlD. Definitif: DMARD (metotreksat)
Keywords : nyeri sendi dengan peningkatsn ctsom urctt
4 Nyeri yang hilang-timbul dan sering mendadak bengkak Serangan gout akut dapat terjadi

disertai tanda inflamasi akut, disertai dengan penumpukkan meskipun kadar asam urat dalam
darah normal.
tofus. Sendi yang terkena: monoartikular, sendi kecil maupun
besar dengan predileksi MTP 1 (podagra) kaki, pergelangan
kaki, hingga lutut. Dapat ditemukan tofus, bursitis olekranon,
dan batu ginjal (batu urat)
E trosi sendi. o.4 Laboratorium: peningkatan asam urat,
temuan kristal urat (pada analisis cairan sendi) - tidak rutin
dikerja kan
* Akrt, NSAID, kolkisin. Preventif dengarr alopurinol (lini
pertama) dan probenesid (lini kedua)

FnaxruR
Fraki{.ir i-e-Fcrt

ll
medscape com

Fraktur maksila horizontal (Guerin), memisahkan gigi bawah


dari wajah bagian atas. Garis fraktur berjalan sepanjang
maksila bawah samai dengan bawah rongga hidung.

k'
PADI
"''i:-?:f-?*#*
Fraktur piramid, dengan gigi sebagai dasar dan sutura
nasofrontalis sebagai puncak. Garis fraktur dimulai dari sutura
nasofrontalis, berjalan ke prosesus frontalis maksila, lalu ke
tulang lakrimal dan dasar orbita, dinding anterior sinus
maksilaris, ke bawah os zygoma, hingga mencapai lempeng
pterigoid.
Fraktur transversal, craniofacial dysnjunction. Garis fraktur dari
sutura nasofrontalis, memanjang ke belakang melewati
dinding medial orbita (os ethmoidalis). Di bagian posterior
orbita, garis fraktur melewati fisura orbita inferior, lalu
memanjang ke depan mencapai dinding lateral orbita (os
zygoma)

Keywords : jatuh dengan telapak tanqon menohan tubuh


trskt*r {cllss Fraktur radius distal dengan dislokasi pergelangan tangan ke Sering disebabkan latuh dengan

arah dorsal (dinner fork deformity) telapak tangan menahan badan

tr*ktur 5r:lith Fraktur radius distal dengan dislokasi pergelangan tangan ke Sering disebabkan jatuh dengan
punggung tangan menahan badan
arah ventral/volar (reverse Colles fracture)
F r*ktris Sail**ri Fraktur radius disertai dengan dislokasi sendi radio-ulnar distal
Fre ktr:r M*nteggia Fraktur ulna proksimal disertai dengan dislokasi kaput radius

TRnusvr* LnHrn Nrcr*nrus


F*nrhe*gkak* n Karakteristik Melintasi garis Kehilangan Tatalaksana
Ikstrako*ial pembengkakan sutura darah akut
Kaput suksadaneum Lunak Ya Tidak Observasi
Sefal hematoma Padat, tegang Tidak Tidak Observasi
Hematoma subgaleal Padat, berair Ya Ya Vitamin K,
stabilisasi
hemodinamik

&n-s*nrrn*n ATLS
Frint:*ry $urvey Selalu ingat ABCD
A-Airway&C-Spine Tatalaksana jalan napas. Triple airway
manuver, Head tilt chin lift jow trust.
. PROBLEM = Trauma maksilofasial, Trauma Leher, Trauma
Lakukan jaur trust bila pasien curiga
Laring cedera servikal. Pertimbangkan OPA,
. Menilai adanya sumbatan jalan napas. Snoring (sumbatan NPA.

karena liciah terjatuh), Gurgling (cairan) Definitif airway jika GCS i 8

. Melakukan patensi jalan napas


. Proteksi spine dengan collar neck dan spinal board
Ventilasi dan oksigenasl
B - Breathing
Open pneumotoraks ) occlusive
. PROBLEM = Open pneurnotoraks, Tension pneumctoraks,
dressing (valve), WSD
Hematotoraks masif, Flail chest, Kontusio Paru, Tamponade Tersion preumctoraks ) dekompresi
Ja ntung. jarum, W5D
r Look (RR>30x/menit, Simetrisitas toraks, jejas, JVP meningkat) Hematotoraks ) WSD, resusitasi
Listen (auskultasi suara napas daerah normal vs cedera), Feel bedah

(perkusi daerah normal vs cedera) Tamponade jantung )


. Lakukan manajemen breathing perikardiosentesis

Tatalaksana cairan untuk pasien syok


C - Circulation with hemorrhage control
. PROBLEM = syok dengan perdarahan terlihat maupun yang
Perdarahan terlihat ) balut tekan dan
elevasi
tidak terlihat
Sumber perdarahan tidak terlihat )
. Menilai warna kulit, pulsasi, tekanan darah. Akral dingin + thorak, abdomen, pelvis, tulang
takikardi = syok

a 33
b
PANI
Muskul*skeLetal"

. Lakukan akses 2 lV line secara cepat panjang, retroperitoneal. )


resusitasi bedah

D - Distability
.Menilai tanda lateralisasi ) Pupil dan motorik
. Menilai GCS atau AVPU

E - exposure
. Buka semua pakaian yang basah ) kering
. LOG ROLL

5e*ondary 5r:rvey Dilakukan setelah pasien sudah stabil ABC untuk mengetahui
mekanisme cedera, dan penanganan lebih lanjut

ANANMENSIS ) AMPLE. Alergies, Medications, Past Medical


history, Last Meal, Events Surrounding lnjury
Pemeriksaan Fisik ) Head to Toe
Pemeriksaan Lain ) Radiologis, Lab
Klasifikasi Table 1. {ll;ssifitirtitn r"ri H:rt nt*t't!rag* 5r:r?ntl
F*rdaral"r*n &Tt-$
tunerim Coltege of surgtorc Advanced Tnuma Life Suppot't c|asfi&uon pf HapmanhAe Sewtty
''Heemonhageseveitya'*rAugm rb* li
6/ess1 CIas lt Clxs tlt
A CS/A TLS Cla sslflc a dan
::,1-1i,),t
lil,t,tr 1,,+ tt,' ; - -:r, a:,: ":1,1t1,,

p,.:.. ,,!. ., - lt)tt 'alttt| .\ i.'t) : It)


: r''l{tr-.{tlltltt3si-i,.a' .\',,;ii:,;i \r,,$t:ti I 1li.rf1j.rti,al' {}tl;t',:.**

: rt{:.i,.ltJl:iIrlgljj';'|l{rilidi'Jilrir..if.? : 1.1.-":ll :l}-"ill : .il}-.i{} : ,?^iU

.lt,rll,.r.i r't\_,ri/{ /rill, ti.f I trriif,rL'ti :

t r,'.r, .;.,.'.i..;.;i'.:l:!.:-t!i.:.t,ttr: i.t::t':ti,r.?j.'r1.?ri;.'ri1, !:;t;"i ltl:\,i::''t l :t"t)r'tt,i!'\,.rt


.rlr€rrrrs a,'t;,t .lr-:'.,."i li:,f-,r1,{1.ri}r {.ir*,9r:,il/,*..r4ruLi: .1dvartyd I'ra!!$J lilr, .";uf(yirt.

pnDI
Gastr*hepatnlngi

GnsrRoH EPAToLoGT
Mssnmu GnsrRorrurrsn NAL
: BAB 3x sehori), konsistensi coir
i.ft.1re Akut <7 hari, melanjut (prolonged) 7-L4 hari, persisten >14 hari 5 pilar tatalaksana diare akut anak:

Rehidrasi (terapi A, B, atau C)


Zink (<6 bulan: 10 mg; >5 bulan: 20
Klasifikasi klinis diare akut anak: mg) selama 10-14 hari

Tanpa Klinis baik * Rencana Terapi A Edukasi orang tua pasien tentang
tanda dehidrasi, pentingnya hlglene
dehidrasi Rehidrasi tiap diare Gizi: lanjutkan pemberian A5l bila

Dehidrasi Rewel, haus, * Rencana Terapi B masih ASI eksklusif, makanan bergizi
rendah serat. Susu bebas laktosa
ringan- mata cekung, oral 75 cc/kg/3 jam hanya diberikan pada kasus
sedang mukosa kering
intoleransi laktosa maupun diare
Alternatif lain: Parenteral
dehidrasi berat
<12 bulan: 7O cc/kg/Sjam Obat lain (antibiotik selektif)
>12 bulan: 7O cc/ke/2,S lam
Dehidrasi Malas minum, * Rencana Terapi C
berat tu rgo r sa ngat Parenteral sesuai usia
lambat,
<12 bulan: 30 cc/ke/l jam
mukosa
sangat kering lanjut 70 cc/ke/Sjam
>l-2 bulan:30 cc/kg/30 menit
lanjut 70 cc/ke/2,S iam
Diare cair, kekuningan Rota vi rus Rehidrasi, zink
Diare lendir darah (disentri) Shigellosis (disentri basiler) Kuinolon, Kotrimoksazol
dengan keram perut, demam
Diare lendir darah, bau busuk Entomoebo hystolytica Metronidazol
(disentri amuba)
Diare berlemak, stetorea Giordia lamblia Metronidazol
Diare seperti cucian beras Vibrio cholero Azitromisin, tetrasiklin,
doksisiklin
Diare akibat pemakaian Bakteri anaerob, seperti Metronidazol
antibioiik kronik Clostridium difficile
: diare berdorah
llis*ntrl Og oiare berdarah, berlendir, disertai nyeri perut dan dapat
disertai demam. Disentri basiler disebabkan oleh Shigella sp. dan +
Patognomonik pada pemeriksaan
disentri amuba disebabkan oleh Entomoebo hysolytica*. mikroskopik adalah trofozoit dengan
eritrosit multipel di dalamnya
Disentri basiler: akut (3 hari, maksimal 7 hari)
Disentri amuba: onset lebih perlahan-lahan (lebih dari 2 minggu)
oi Pemeriksaan mikroskopik ditemukan trofozoit* = amuba. Jika
tidak, diperkirakan basiler.
* Kuinolon atau kotrimoksasol (basiler), metronidazol (amuba)

frERI] @ neflkus asam lambung karena sfingter esofagus bawah tidak Komplikasijangka panjang GERD

menutup secara adekuat dapat mengakibatkan esofagitis


hingga
4 Rasa terbakar di dada, hipersarivasi, murut terasa asam, nyeri iflii;iTllilfforagus'
dada (di dekat epigastrium). Diagnosis awal dapat menggunakan
kuesioner GERD-Q.
GERD kronik dapat berlanjut menjadi laringo-pharyngeal reflux *Tanda bahaya:
(LPR) di mana gejala menjadi suara serak, rasa 'mengganjal' di
berat badan menurun, hematemesis-
tenggoroka n. melena, disfagia, odinofagia, dan
14 Endoskopi pada pasien dengan tanda bahaya* anemia

34.
b
PA DI
ENSIKLOPADI
BUKU RANGKUMAN MATERI

* PPI (omperazol, lansoprazol) atau antagonis reseptor H2 #Jika merespons terhadap terapi
(ranitidin)*. PPI adalah pilihan utama. Jika keluhan membaik, GERD awal: diagnosis tepat, teruskan
PPlsampai minimal 4 minggu
dapat ditegakkan diagnosis GERD. Modifikasi faktor risiko
(kurangi BB pada obesitas, pola makan, kurangi konsumsi kopi,
jangan langsung tidur setelah makan, elevasi kepala saat tidur)

K
Sispepsia dan @ Proses inflamasi mukosa gaster (dan duodenum) akibat faktor Dispepsia: temuan klinis, gastritis:
*astr;t:s proteksi tidak adekuat atau faktor agresif terlalu banyak. Cari ditemukan lesi mukosa, ulkus:
ditemukan ulkus
faktor risiko: pola makan, konsumsi NSAID dan alkohol
Endoskopi juga diperlukan pada
4 Nyeri ulu hati atau perut atas, nyeri tekan epigastrium. Dapat
pasien dengan tanda bahaya (lihat
disertai perdarahan saluran cerna (hematemesis - melena). segmen GERD)
Anemia pada kasus kronis.
Ulkus duodenum Nyeri berkurang dengan makanan,
sering terbangun di malam hari
Ulkus gaster Nyeri bertambah dengan makanan

* PPI antagonis reseptor H2; modifikasi faktor risiko (makan


"t.,
tepat waktu, hindari makanan pedas, kopi, dan teh) bila dicurigai
disertai infeksi H. pytori (ditandai dengan mJ Ute" Breath Test +):
triple therapy dengan PAC (PPl + amoksisilin + clarithromycin).
Bila alergi amoksisilin ganti dengan metronicizol.

K keluar masuk
l.lernia @ Keluarnya organ intra-abdomen melalui defek pada Hernia reponibilis: dapat masuk
peritoneu m. kembali; operasi elektif

Hernia ireponibilis: tidak dapat


Berdasarkan lokasi:
masuk kembali; operasi elektif
Hernia inguinalis = direk, melalui segitiga Hesselbach, tidak Hernia inkarserata: mulai muncul
medial dapat mencapai skrotum gejala obstruksi {kembung, muntah);
Hernia inguinalis = indirek, melalui kanalis inguinalis, dapat operasi cito

lateral mencapai skrotum (hernia skrotalis) Hernia strangulata: nekrosis usus


karena gangguan pembuluh darah,
Hernia femoralis di bawah ligamen inguinal, lipatan
disertai nyeri hebat; operasi cito
abdominokruris, melalui kanalis
femoralis. Sering pada perempuan
Sering nrengalami strangulasi
Hernia Faktor risiko dewasa: sirosis hepatis dan
umbilikalis peningkatan tekanan vena porta; faktor
risiko neonatus: hipotiroid kongenital

* Pembedahan: herniotomi, herniorafi, hernioplasti; cito maupun


elektif
----------1
Terbagi menjadi dua, yakni: Pada kondisi ileus, NGT perlu

lleus Tidak dapat BAB, kembung, muntah, nyeri


- dipasang untuk melakukan tindakan
deko rn presi
obstruktif perut; bising usus meningkat (menghilang
jika lama), R dilatasi usus proksimal -
distal cenderung tidak ada udara, Herring
bone appearance, step ladder nyata
lleus paralitik Tidak dapat BAB, kembung, tanpa nyeri
perut; bising usus berkurang, t€l dilatasi
usus sampai ke distal.
Cari penyebab, seperti post-operasi,
imbalans elektrolit
Keywords : nyeri tekon perut konon bowoh (titik McBurney)

.9_. 35
"t"
p.4 Dl
SastrnhepatnIngi

Apendisitis Akut @ lnisial: nyeri perut periumbilikal, yang bergerak ke kanan


bawah (titik McBurney - tanda terjadi peritonitis lokal), Talrle-l Alvsado Scote
disertai mual-muntah dan demam i,iiruirir:s CliaicclJir*rrs
qnrnf,rrrc
NilFiriory Ri! pain
jL Nyeri tekan dan nyeri lepas di titik McBurney, tanda Psoas, Anorexi.r
Obturator, Rovsing, dan Dunphy positif )ia[sa ni].1\$fittir1g
-iisr Tentlen*: {ll.IF:l
Reboilnli fende&ess
R Ct S."n, USG, darah perifer lengkap (leukositosis, shift-to- Elel.iital tenlPralfiE
the-left), dapat dilakukan scoring dengan Skor Alvarado lntpr.l[T Leur-oaytosis
g{it to L"it
* Apendektomijika belum ada komplikasi f0tdlScDle

Jika komplikasi hingga peritonitis umum, laparotomi


Skor Alvarado

F*ritonitis [J*'rurn Radang peritoneum luas, dengan gejala khas nyeri seluruh Pada kondisi apendisitis akut,

perut, tanda Blumberg (rebound tenderness, nyeri terutama saat Blumberg sign positif hanya dititik
McBurney. pada kondisi peritonitis
dilepas)
umum, positif di hampir seluruh
Dapat terjadi secara primer: misal peritonitis bakterial spontan lapang perut
pada kasus sirosis hepatis, peritonitis TB (dengan fenomena
papan catur)
Sekunder: peritonitis karena perforasi apendiks, perforasi gaster
* Laparotomi
Keywords : daroh menetes setelah/bersamaan BAB
l-{erncrrh*id Eksterna: pelebaran pleksus vena hemorodialis inferior, umumnya Derajat hemoroid interna:
nyeri - dilapisi epitel skuamosa 1 - berdarah menetes
2 - benjolan keluar, masuk spontan
lnterna: pelebaran pleksus vena hemoroidalis superior dan media, 3 - benjolan keluar, masuk dengan
umumnya tidak nyeri - dilapisi epitel silindris bantuan tangan
4 - benjolan tidak dapat dimasukkan
* Derajat 1, 2: medikamentosa, Sitz-Bath (merendam bokokng
dengan air hangat); 3-4: operasi

ffVinsslex l'{epnR

Inflamasi parenkim hepar, etiologi tersering adalah infeksi virus


hepatitis (lebih jarang: autoimun, alkohol, parasetamol)
Hepatitis A Fekal-oral; infeksi akut lgM anti-HAV
(tidak ada kronik)
Hepatitis B Darah dan seksual, HBsAg, HBeAg,
dapat akut dan kronik anti-HBc, anti-
(terutama jika infeksi HBe, anti-HBs
saat perinata l)

Hepatitis C Darah dan seksual, HCV RNA, anti-


Sebagian besar kronik HCV
(etiologi hepatitis
kronik tersering)
A!f{s Hrlstilir E Virrs !illa{ltx !!lll1 R?ica\,.r!
Dx HbsAg a nti- anti- HBeAg a nti- T'.,srcil 5.{.Eth tail!:r

HBs HBc HBe

Akut e lgM +

Window e e lgM +

Sembuh () lgG + o

tcc---te-- --rO-
Wrs*r ?turErpa$vn

Kronik o hepb.org

HBeAg menggambarkan replikasi virus dan peningkatan


kemungkinan menginfeksi orang lain
Keywords : osites dengan riwayat hepatitis kronis
Jlj *:J) frVFrJ!r) Fibrosis pada parenkim hepar karena proses kronis, dengan etiologi
tersering akibat hepatitis kronis (C, B) dan alkoholisme

:, ut I
flt
-l;
PADI
ENSIKLOPADI S
EUKU RANGKUMAN MATERI

Stigmata sirosis: ascites, eritema palmar, spider nevi,kaput


medusa
Komplikasi: ruptur varises esofagus (hematemesis melena,
diagnosis pasti dengan endoskopi. * Stabilisasi hemodinamik,
NGT, obat penurun tekanan vena porta seperti oktreotid dan
somatostatin, definitif berupa ligasi varises dengan bantuan
endoskop)
Ensefalopati hepatikum terjadi akibat peningkatan amonia darah -
gangguan fungsi luhur hingga penurunan kesadaran (koma
hepatikum) - * laktrlos", antibiotik
Peritonitis bakterial spontan dan hepatoma juga dapat timbul
akibat sirosis hepatis

Masnmx [n*prnu DAFJ SALURAN BtUHR


'I kanon atas
l{ule!il!asis *l** Kolelitiasis Ko led o ko lit ia s is Kolesistitis Kolangitis
Xolesistitis Kolik++O/+e/+
Demam e e +, low grade +, high-grade
lkterus C, e
Murphy sign: nyeri tekan kuadran kanan atas abdomen saat penderita melakukan inspirasi dalam

muntoh hebat, peningkaton omilase-lipose


:
Fankr*stitis Akut: Faktor risiko utama: kolelitiasis, hipertrigliseridemia berat,
alkoholisme berat. Nyeri tekan epigastrium, demam tinggi,
muntah, hipotensi, oi A-ilase dan lipase sangat meningtat. *
Pasien dipuasakan, NGT, pemberian antibiotik dan terapi suportif

Kronik: kerusakanjangka panjang pankreas, gejala utama berupa


gangguan absorpsi (kembung, diare)

Krl.nrruaru I(*rue eru:rnl nArli l\flASALAH *[oAH Gasrn*:rurrstlsAl AruAK


Pasase mekonium terhambat akibat terdapat segmen aganglionik.
llirschpru*g Saat colok dubur feses menyemprot.
o.{ eiopsi aganglionik pleksus Meissner dan Auerbach
$tenosis pilorr"rs Muntah menyemprot berisi bercak kopi, teraba massa epigastrium
"zaitun"/olive;
R String sign dan single bubble sign
Atresi* *s*f*gus Hipersalivasi, tersedak pada usia neonatus, mungkin riwayat
polihidramnion.
R Gambaran coiling NGT pada foto toraks
Muntah bilier di usia awal kehamilan
tlu*d*r'lxrn fE Gambaran double bubble sign
X-ier*i* Sesak napas, bising usus pada auskultasi paru;
diefragrca{iha
R Gambaran udara usus di rongga toraks
!fiti,rs{.{sF*$i Kolik abdomen, diare dengan currant-jelly stool (campuran mukus,
epitel mukosa, dan darah).
R t.rg"t sign, portio-like sign.
Volur:$us Distensi abdomen, embung, muntah, bising usus meningkat. [E]
Gambara n coffe e-be a n c, p pe o rq n ce

ExlrRus l\lr*ru*r*nunE
Keywords : kopon muncul ikterus, kador bilirubin
h.,{;*i.i i t-,."*- Menurut sumbernya, ikterus dapat terbagi menjadi lkterus dalam 24 jam pertama
kehidupan pasti patologis, seperti

"?- 37
-6
FA NI
Gastrrhcpatn[ngi

Pre-hepatik: misal akibat hemolisis akibat sepsis, inkompatibilitas rhesus,


inkompatibilitas ABO, dan G6PD
Hepatik: misal akibat hepatitis neonatal
lkterus yang bertahan >14 hari:
Post-hepatik: misal akibat obstruksi saluran bilier (atresia bilier) pikirkan sepsis awitan lanjut,
hipotiroid kongenital, dan atresia
bilier (apalagi jika ciisertai tinja
Klasifikasikan jika Anda menemukan neonatus yang kuning, apakah dempul)
mungkin fisiologis atau pasti patologois. lkterus yang mungkin
Risiko kenaikan bilirubin pada
fisiologis apabila: bayi aterm, onset setelah 24 jam lahir, puncak neonatus: kerusakan otak
ikterus hari ke 3-5, peningkatan didominasi oleh bilirubin indirek, (kerinkterus)
dan membaik dalam 1 minggu

Kramer l: hanya kepala (taksiran


1
bilirubin total 5- 7 meldl)
Crade [r'ter]t It ia!,rdice
l- Kramer ll: sampai dada - pusat
0 f,ifne (taksiran bilirubin total 7 - 10 mg/dl)
'I Faee and ndrb odly Kramer lll: sampai pusat - lutut
?,
{taksiran bilirubin total 10 - 13 mg/dl)
2 Chssl and lHrk
Kramer lV: sampai ekstremitas,
3 Abdaft€n bslow ufibi'icus to knees pergelangan (taksiran bilirubin total
13-17 mg/dl)
c Arms snd 1€gs below &nees
Kramer V: sampaitelapak (taksiran
5 H?nds ard {eel bilirubin total >17 mg/dl)

',4:

Indikisi I

Tabel Z Indikasi Terapi sinar Berdasarkan lGdar Bilirubin SerumT

nqltlL prol/l rlU,rdt plryltl


*--(!!rE EdE4l-p 4 b.1riin Lr-b$!4].4!r{-----

ftbehnr kpfiariildn ba!sh 37 nlinqlr), hemolisis dan

t
8k lunirrg is lhdt pnddbrgiiir Lrbrdr rnaqrur pilla hd I per lnr[ d.il le lilEl p.xjd ,enBrr, tuNk]i. tvrydr ddi kdki
pala lori ku1Ln, rnd(d {l(plsrgkar sbagoi iklefts wrgat pa,il dan nemg[*in tsopisi]a x"Frtnya. Iiddk FTll
mn$llqu hasilpwrer*w kadd trihrbin wrm mhft mefluhi tsapisirtr .

Tabel 5. Indikasi Transfusi Tukar Berdasarkan


Kadar Bilirubin SerumT

Usa givicufup Dengan Faldor


BulanSehat Risiko
mg/dl mg/dL
Hari keli 15 i3
lian ke

Hafl
seterusnya

Buku Salu Derayorar <esehatan Aral. WIO

Sre*stfs*r.f @ Peningkatan sirkulasi enterohepatik bilirubin akibat intake Masilr tergolong ikterus yafg

neonatus yang masih minim (biasa akibat produksi ASI ibu yang fisiologis

masih sedikit di awal kelahiran neonatus, atau proses menyusui


yang belum adekuat), muncul dalam usia satu minggu pertama +
Tingkatkan asupan ASI
$remstr}1i!k @ Kandungan glukoronil transferase dalam ASI mengakibatkan Masih tergolong ikterus yang
peningkatan sirkulasi enterohepatik, umumnya terjadi di atas usia fisiologis
iaundic*
satu minggu
Atresi* Lrili*r Abnormalitas pembentukan duktus biliaris ekstrahepatik,
mengakibatkan kolestasis dan peningkatan bilirubin direk
4 Urin gelap, tinja dempul, hepatomegali. Dalam jangka panjang
akan menyebabkan sirosis hepatis.

.9

io
P,ADI
ENSIKLOPADI
EUKU RANGKUMAN MATERI

'l Pembedahan, pada kasus lanjut mungkin memerlukan


transplantasi hepar

s" 55
.G
pn Dt
M rrnBolrK- EttD0KRTN DAN NurRrsr
DM, DlsltrtotMtA, DAN StnrRonna Mstasoltx

Siahetes l\tlelitus @ Gangguan metabolisme glukosa akibat kerusakan sel beta pankreas,
Tipe I baik melalui proses autoimun maupun idiopatik sehingga produksi
Konsensus DM tipe 1; uKK insulin berkurang, bahkan berhenti.
EndokrinolosiiDAl' 201s dd
Kriteria diagnosis DM tipe l jika memenuhi salah satu dari:
1. Ditemukannya gejala klinis poliuria, polidipsia,
nokturia, enuresis, penurunan berat badan, polifagia, dan
kadar glukosa plasma sewaktu >200 mg/dl
2. Kadar glukosa plasma puasa >126 mg/dl
3. Kadar glukasa plasma >200 mg/ dL pada jam ke-2
TTGO (Tes Tolerasansi Glukosa Oral)
4. HbAl-c >6.5% (dengan standar NGSP dan DCCT)

* Manajemen DM tipe 1 dengan pendekatan terpadu multidisiplin,


insulin, olahraga, pemantauan gula darah mandiri
risiko
utailereS rut€ti{u5 @ Keluhan klasik DM": poliuria, polidipsia, polifagia, dan penurunan
Tipe 3 berat badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya.

@ Keluhan lain: lemah badan, kesemutan, gatal, mata kabur, disfungsi


Konsensus Pengelolaan dan ereksi pada pria, pruritus vulva pada wanita.
Pencegahan Diabetes
Me rtus iipe 2 di
Indones a, PERKENI. 2015 Faktor risiko DM meliputi: usia >45 tahun, aktivitas fisik kurang, riwayat *puasa
= kondisi tidak ada
keluarga (first-degree), ras/etnis, perempuan dengan riwayat asupan kalori selama minimal

melahirkan bavi BBL>4 kg atau DM gestasional, hipertensi (>140/90 8 jam

mmHg atau dalam terapi HT), HDL <35 mg/dl, trigliserdia >25O me/dl,
wanita dengan sindroma ovarium polikistik (PCOS), riwayat pre-DM, Prediabetes meliputi:
obesitas berat, akantosis migrikans, dan riwayat penyakit
GDPT (gula darah puasa
kardiovasku la r.
terganggu): GDP 100-125
mg/dl DAN glukosa plasma 2
jam TTGO <140 me/dl
tr=C
Kriteria diagnosis DM tipe 2 jika memenuhi salalr satri rlari:
TGT (toleransi glukosa
terganggu): glukosa plasma 2
jam TTGO 140-199 mg/dl DAN
Pemeriksaan glukosa plasma puasa* >1.26 mg/dl
glukosa plasma <100
ATAU
Atau kedua-duanya (GDPT
Pemeriskaan glukosa plasma >200 mg/dl 2 jam setelah tes toleransi dan TGT)
glukosa oral (TTGO) dengan beban glukosa 75 gram

ATAU

Pemeriksaan glukosa plasma sewaktu >200 mg/dl dengan keluhan


klas ik#

ATAU

Pemeriksaan HbAlc >6.5% dengan menggunakan metode


terstandardisasi.
Angka-angka cut-off hasil pemeriksaan laboratorium darah dengan
demikian adalah:

HbAlc {%)
Glukosa darah Glukosa plasma 2
puasa jam setelah TTGO

Diabetes 6 >6.5 >'t26 >200

Pre-diobetes 5.7 - 6.4 100 - 125 L40-1.99

.9- d."t

G
PADI
Metabolik ilndaknin dan Nutrisi

Normal O <5.7 <100 <140

1. Promosi hidup sehat, meliputi pengenalan penyakit DM, cara Komposisi makanan:

pemantauan gula darah, gejala hipoglikemia, dan lain-lain, kepatuhan Xarbohidrat (45-6% total
energi), lemak (20-25% total
untuk intervensi non-farmakologis dan farmakologis, serta target
energi), protein (10-20% rotal
penatalaksanaannya. Cara pemantauan glukosa darah perlu
energi), natrium (<2300
disampaikan pula. mg/hari), serat, pemanis
2. Terapi nutrisi medis, meliputi kendali karbohidrat, lemak, alternatif diperkenankan
dalam jumlah wajar.
protein, serat, natrium, dan kalori
3. Aktivitas jasmani, meliputi aktivitas 30-45 menit selama 3-5
kali per minggu (total 150 menit per minggu)
4. Terapi farmakologis (lihat tabel di bawah)

+ Obat Mekanisme Efek samping Perhatian Biguanid adalah obat yang


paling harus dihindari pada
Sulfonilurea Meningkatkan Hipoglikemia, Hindari pada
kondisi kelainan ginjal
{e.g:glibenklamid, sekresiinsulin kenaikan BB gangguan
glimepiridi fungsi ginjal
Biguanid Menghambat Mual, muntah Hindari bila Prinsip tatalaksana adalah
(e.g: Metformin) gl ukoneogenesis kreatinin > Cengan melihat apakah DM

di hepar, 1,5 terkendali atau tidak dengan


parameter HbAlc < 7% (Hb
meni ngkatkan
ter-glikosidasi). jika dalam 2-3
se n sit ivita s
bulan dengan komplians yang
insu lin baik tidak tercapai target,
Alfa- Menghambat Flatulens Hindari pada "naikkan regimen terapi"
glukosidase absorbsi glukosa gangguan
Contoh: monoterapi ->
inhibitor ginjal / hati. kombinasi 2 macam obat ->
(acarbose) kombinasi 3 macam obat
Tiazolidinedion Meningkatkan Edema Hindari pada itermasuk di antaranya insulin
(pioglitazon) sensitivitas pasren basal) > terapi insulin efektif
insulin di dengan CHF, Jika dari awal HbAlc >9%,

reseptor perifer ga ngguan boleh menggunakan


jantung, kombinasi 2 obat lansgsung,
atau pertimbangkan langsung
gangguan
penggunaan insulin dengan
fungsi hati atau tanpa obat iain.
DPP-4inhibitor Menghambat Muntah Pengawasa n
(sitagliptin) enzim DPP-4 ) ketat pada
memperpan.iang ganBguan
kerja GLP-1 lungsr grnjal
Agonis reseptor Agonis reseptor Gastrointestinal Bentr;knya
GLP-1 G LP-1 injeksi
i liraglutid )

Glinid lnsu lin Samaseperti Serupa


{Nateglin id ) sekretagog sulfonilurea dengan
su lfonilurea
SGLT-2 Me nu run ka n lnfeksisaluran Gangguan
in hibitor rea bsorpsi kemih fungsi ginjal
(da pagliflozin ) glukosa dari
inja I

lnsulin diindikasikan pada kondisi:


1. DM tipe 1 (defisiensi insulin absolut) Rapid-acting: lispro, aspart,
2. Kegawatan hiperglikemia (ketoasidosis diabetikum; gluisin
Short-acting: human reguler
hiperosmolar non-ketotik)
lntermediate: human NPH
3. lntoleransi terhadap cbat-obatan oral atau injeksi selain insulin Basal insulin: glargin, detemir
4. DM gestasional / kontrol diabetes melitus pada kehamilan Campur: 70/30 Humulin (70%
5. Gangguan fungsi ginjal berat NPH,30% reguler)

6. Tidak terkontrol dengan pilihan farmakoterapi selain insulin


walau penggunaan sudah secara maksimal

't
t1 :

"t
PADI
,r$i:-?:3-?*m,

i{#ffiqr',r* r"i* ;'n4HffffH rl* t:;


Slg*ritm*
: F*ngxl*l*an
T:
:...: .
::
SFt Tlp* 3 di SnSunxxia
\+^/
"er pf----"---*-*-
1:;
trEiryHAsIsAyA---
,,;;

{*t}.&tt t"t
il,1.t .r.l.A;iii I I tit l.it111ilLili:fr,er.+ tit W,..e.i ll
9*s**ilp.ii *@#i $*r'r]**F* ;, b.l't* dew*
a*l*fl #r& di h&eilr irri

,qFflA.;J J
ilsr9F'f:*/.,r1$*ttAtt

" iit;i*rsi.i*l;t(: i.' i ;r.*.::;S;:ril(f


. '*.a!*s:**t l.s::11,*t;:n1*17.
&.lli!et11a1'F3^l F$nk*h*** Ss**lia
;Jt*r*kdd :: ; :
, L,a,"".!.-! l:-l.1lt
i:4rti:1:gdd
tt']* n ft*i#
l,it"'#ffi**"
: :

L;..)*.8t
i<ii.+*,4iatl i s***r@#*

${ii/4ffi.e*,rt4 dh*rs*i&,l
f-------------- a a$ * *.Lprbg*.*"s f*nNr
1 3lEl4",\.1xr* : lerr"r r ;ra I oa;*n :r" | tte^s:'sn
i oi*nlrg*:r*srr*r,a*ea i
, kr*t,l*.s*,sx*xq!*lJq :

1 ;****ar*1,+Fr1 ; s*,.i,{$s,, l*+*A*M i


&l*i*&r{.b*lde:gsr:ax$*i*,r*}ry lsld:; tsttdS* $i ll,li io*i dstr
1.. """
". --**'-,-',--=j ll$titrtdit*3n{ire, t I
*,cflls l[{r '{s :f il& $ ., t:' rrir
1i's*{**!tt/.dk,fi , 4S*r t-4dNei fsr.t# !gs$.rs.4 s

I *"d" t., e,*."- L.,"..f ",


""-
lh&{#dd,b{*flr* t'tlsl*ln$llhls t#$iriw{*4

Konsensus PERKENI, 2015

Parameter Sasaran Masalah khusus yang perlu


ditangani sebagai penunjang
pengendalian DM adalah kaki
Tekanan darah sistolik <140 mmHg
diabetes, nefropati diabetik,
Tekanan darah diastolik <90 mmHg
infeksi, darr disfungsi ereksi.
Gula darah preprandial kapiler 80 - 130 mgldl
Gula darah L-2 jam post-prandial <180 mg/dl
ka piler
HbAl <7% (atau inidividual)
Kolesterol LDI <100 (atau <7O mg/dljika faktor
risiko sangat kuat)
Kolesterol HDL Laki-laki >4O meldl; perempuan
>50 r-ng/dl
Trigliserida <1"50 mg/dl
ri @ Ketoasidosis diabetik: *i k"ton positif, asidosis metabolik, disertai Selarn penyulit akut, terdapat

dengan napas Kussmaul. penyulit kronik diabetes


melitus, yakni
Hiperosmolar hiperglikemia / HONK {hiperosmotar non-ketotik): oJ
Makroangiopati: penyakit
keton negatif, gula darah sangat tinggi (umumnya >600 mg/dl) dengan
jantung koroner, penyakit
osmolaritas yang sangat meningkat.
arteri perifer, dan penyakit
* Cairan (NaCl) terapi awal, diikuti koreksi elektrolit, koreksi asam pembuluh darah otak (stroke)
basa, dan insulin drip. Mikroangiopati: retinopati
Tersering akibat penggunaan sulfonilurea, insulin, disertai penurunan diabetik, nefropati diabetik,
dan neuropati diabetik
nafsu makan.
uJ Grl. darah <80 mg/dl atau <60 mg/dl disertai dengan gejala klinis
(berdebar-debar, keringat dingin, hingga penurunan kesadaran)
* Sad"r, airgula 15-20 gram (2-3 sdm) dalam air, adalah terapi utama
Tidak sadar: D20 bolus 50 ml ATAU D40 bolus 25 ml tiap L5 menit hingga
kadar gula darah mencapai target (sambil infus D5 atau D10 500 cc
setiap 8 jam). Observasi gula darah hingga stabil. (PERKENI, 2015)
&iEligide ,r; i; Target penatalaksanaan biasanya menggunakan parameter LDL

.4. dA
E
PADI
Metahol.ik fnd*krin dan Nutrisi

Pasien dengan risiko tinggi, perlu penurunan LDL < 100 mg/dL (dengan
riwayat infark miokard <70 mg/dL). Selain terapi farmakologi, gaya
hidup dan terapi diet diperlukan.
Golongan Contoh Mekanisme Efek samping
Statin Simvastatin HMG CoA Peningkatan
reduktase inhibitor enzim hepar,
rabdomiolisis.
Risiko makin
tinsgi jika
digabungka n
dengan fibrat
(terutama
gemfibrozil).
Niasin Vitamin 83 Menghambat Flushing,
lipolisis, VLDL hiperglikemi,
sirkulasi << hiperu risem ia
Resinasam Kolestiramin Menghambat flatulens
empedu reabsorbsi asam
empedu
lnhibitor Ezetim i be Menghambat Jarang,
reseptor absorbsi kolesterol meningkatkan
kolesterol di usus halus enzim hepar
Fibrat Gemfibrozil, Meningkatkan Meningkatkan
Fenofibrat lipoprotein lipase enzim hepar
(lebih ) trigliserid <<
terpilih )
$ind r*rn* Lingkar pinggang > 40 inci pada pria, > 35 inci pada wanita >> 3 atau lebih kriteria
terpenuhi diperlukan untuk
Gula darah puasa >1-10 mg/dl menegakkan diagnosis
Tekanan darah >130/85 mmHg sindroma metabolik

HDL <40 mgldl pria, <50 mg/dl wanita


Trigliserida 150 mgldl atau lebih

GRruecunp* TrRorn

l'lipertir*id @ Peningkatan kadar homon tiroksin (T3, T4) Graves Disease = penyaklt autoimun,

4 xtinis berupa berat badan cenderung menurun, parpitasi, :::jii:::'::-'nita' disertai dengan
tremor, tidak tahan udara panas, dapat disertai*";;;;"' :::ilTjj::;i:::1il:;1,1""""''
irama jantung atrial fibrilasi
uJ ff3 dan fT4 f (kecuali tumor pensekresi TSH)
, TSH .1,

@ ftiologi: penyakit Graves, tiroiditis (fase akut), adenoma


toksik, tumor pensekresi TSH
* B"t"-blok"r (propanolol), PTU

&'4ip*iirsid 4 Berat badan cenderung meningkat, edema (miksedema), Tiroidrtis Hashimoto: autoimun,
tidak tahan dingin, konstipasi disertai dengan peningkatan kadar
antibodi anti-tiroid peroksidase (anti-
@ Etiologi: sebagian besar tiroiditis Hashimoto (setelah fase rPo)
hipertiroid), defisiensi iodin, atau masalah sentral (kegagalan
hipofisis)
u,4 ff3 dan fT4
+ , TsH f (kecuali masalah sentral)
* Levotiroksin
i-{ipstir$id Mengakibatkan retardasi mental dan gangguan pertumbuhan
Kangenit*i (kretinisme). Pemeriksaan penyaring di usia 2 hari.

&4 0

b
PA DI
Grzr Bunux pson ANar
N$anusrnus Anak sangat kurus, wajah seperti orang tua, cengeng dan rewel,
kulit keriput, iga gambang, perut cekung, bokong kendur dan
keri put

Kwashiq3vid*r Wajah bulat dan sembab, rambut tipis, kusam, warna seperti
jagung dan tidak sakit ketika dicabut, kedua punggung kaki
edema, bercak kehitaman di tungkai atau bokokng (crazy
povement dermatosis\

Fase stabilisasi dengan F75, 80-100


lulffifsuriw
kka l/kc/ha ri
Fase transisi dengan F100, 100-150
kka l/kg/ha ri

Fase rehabilitasi dengan F135,


150-220 kkal/kg/hari

i r i! nry*"*o Fase tindak lanjut bila BB/TB lebih


besar atau sama dengan {-2)
I { i; 6v;sis:ir.sJrsrri
iia
!"-*ti--""--.:-rt+
'
! ? !i dAo!sdr!!,&-]
! I ri@stM*
! t I 4?&4N'd*u!,f;N
f- ili":'"-3:.--,

Srrrstsnsr Vlr*mrru
Vitamin Alias dan Peran lika defisiensi... Catatan
A Reti nol Buta senja, kulit kering Jika kelebihan:
Visual, diferensiasi epitel Teratogenik
(labiopa latoskisis),
kontraindikasi kehamilan
B1 Tiamin Beri Beri (Berl-) Defisiensi oada
Kofaktor dalam enzim Wernicke-Korsakoff malnutrisi dan
nreta bolisme syndrome,polineuritis alkoholisme

82 Riboflavin lnflamasi bibir, sco li ng


Kofaktor redoks dan fisura (cheilosis)
B3 Niasin Glositis, pellagra (Diare, Kelebihan: kemerahan
Kofa ktor redoks dermatitis, demensia) pada wajah (obat niasin
pada tabel di atas)
B5 Piridoksin Neuropati perifer Akibat INH dan
Komponen transaminasi kontrasepsi oral
B9 Folat Anemia makrositik Sering pada alkoholisme
Terlibat dalam sintesis (megaloblastik) dan kehamilan - TIDAK
DNA/RNA ada gangguan neurologi
81.2 Kobalamin Anemia makrositik, Hanya ada di produk
Terlibat dalam enzim kelainan neurologi hewani
kofa ktor (parestesia, degenerasi) Tes Schilling untuk
mengetahui defisiensi
Asam askorbat Skorbut (gusi bengkak,
Penyerapan besi, kofaktor mudah berdarah,
ganggua n
penyembuhan luka),

.0-

L
pnDl
il4etabalik* tndckrin dan N utriEi

menurunkan imun
tubuh
Ergokasiferol/koleka lsiferol Rikets (anak), Kelebihan:
(D2lD3l osteomalasia(dewasa), hiperkalsemia,
Meningkatkan penyerapan tetanus hipokalsemia hiperkalsuria
kalsium dan fosfat
Antioksida n Gangguan eritrosit E= eritrosit!
(anernia hemolitik)
Protein pembekuan darah Perdarahan Koagulasi, sintesis faktor
(pemanjangan PT) ll, Vlll, lX, X, protein C,
dan protein S

Arurrn0lula
i**is T*ltsln qiail lntoksikasi / Kondisi Antidotum
&ntid*t*nrny*
Kokain (dan psikostimulan) Benzodiazepin
Opioid Na lokson
Eenzodiazepin Flu mazen il

Parasetamol (asetaminofen) N-asetilsistein


Sianida Tiosu lfat
Organofosfat (pembasmi serangga) Atro pi n

Atropin Fisostigmin
Jengkol Natrium bikarbonat
Methe m oglob in em ia Metilen blue

4n |-
-0

PADI
ENSIKLOPADI {P

HEMAT0L0GI - It'tuNoloGr - IrurEKSr


Krt.arrunru llemnroloer
Keywords : pucat
Anernia @ per definisi adalah penurunan kadar sel darah merah dalam
darah (<13,5 g/dl laki-laki, <12gldl perempuan)
4 Cepat lelah, angina, takikardia, pucat. Tanda lain sesuai
diagnosis (misal: kuning pada anemia hemolitik, koilonikia
pada defisiensi besi)
oJ Periksa morfologi sel darah merah (gambaran darah tepi)
atau hitung parameter MCV, MCH, dan MCHC untuk
mengklasifikasikan anemia menjadi tiga macam, yakni:
Ditandai dengan ti wtCv rendah (<80 fll f Terapi ADB dengan suplementasi
besi:
Hal yang harus dipikirkan:
Ferro sulfat ) 20% besi elemental
Anemia Feritin menurun, TIBC meningkat, serum {325 rng mengandung 65 mg besi
defisiensi besi menurun, gambaran sel pensil elemental)
besi
* Suplementasi besi, transfusi PRC Ferro glukonat mengandung 12% besi
elemental (325 mg mengandung 39
Anemia Feritin cenderung meningkat, TIBC
mg besi elemental)
karena menurun. Terkait inflamasi kronik,
>> Terbagi dalam 3 kali sehari
inflamasi seperti penyakit TB, autoimun. * ntasi
kronik penyakit dasar
Talasemia Anak, ikterik, organomegali, facies
cooley, gambaran sel darah merah.
Lakukan dj elektroforesis Hb. *
Transfusi darah jangka panjang, kelasi
besi untuk menghindari iron overload
Ditandai dengan tJ w|CV normal (80 - 100 ft) Perdarahan kronis dapat
mengakibatkan anemia defisiensi besi
Hal yang harus dipikirkan:
karena cadangan besi yang terus
Anemia karena * ntasi penyakit dasar hilang. Contoh: perdarahan saluran
perdarahan (akut) cerna kronis, menorrhagia.

Anemia aplastik Pansitopenia, tanpa


organomegali. di Analisis
sumsum tulang
Anemia hemolitik Autoimun (warm atau cold);
mikroangiopati; maupun akibat
infeksi

Ditandai dengan tJ vtCv tinggi (>100 ft) Anemia megaloblastik sering ditandai
dengan neutrofil hipersegmentasi
Hal yang harus dipikirkan:

Anemia f Suplementasi folat


defisiensi
folat
* srplen'entasi gtz
defisiensi 812
Lainnya Alkoholisme, gangguan hormon tiroid
Anemia l"{emr:litik Tidak semua anemia hemolitik disebabkan autoimun I Terbagi
menjadi dua macam: WARM AIHA (terkait lgG); dan COLD
-nnemia
AIHA (terkait dengan lgM).

.s- i9.?
.i)i:
b
PA DI
H*matalogi munalcgi "..irnfeksi

4 Anemia hemolitik ikterus, dengan gambaran u.{


)
normositik normokrom. Pemeriksaan dengan Coombs Test
(baik direk/DAT maupun indirek)

* Kortikosteroid (untuk WARM AIHA), splenektomi jika tidak


respons terhadap kortikosteroid; penghindaran terhadap
pajanan dingin (untuk COLD AIHA)

""r-arat.r* Bi
|

Tr*mbcsit*pe nia Per definisi, ketika hitung trombosit <150.000 seUFL ITP: murni hanya trombositopenia
saja, diagnosis eksklusi jika tidak
Penyebab:
ditemukan etiologi lain. Memerlukan
Produksi turun Anemia aplastik, leukemia (infiltrasi steroid, hingga splenektomi jika tidak
sumsum tulang) respons terhadap medikamentosa.

Peningkatan Terkait imun: ITP (immune


penghancuran thrombocytopenicpurpura),infeksi
(misal: dengue), tidak terkait imun:
mikro-angiopati (DlC)

K hepa Ieukosit abnormal >>


Le*ke*'ria Keganasan sel darah ditandai dengan proliferasi klonal Pembeda leukemia akut dan kronik

oJ peningkatan bukan dari segi waktu, melainkan dari


Akut: diferensiasi tidak berhasil, sehingga sel
kemampuan diferensiasi (ditandai
blast (+) (hitung jenis sel blast >20%) dengan hitung sel blast di darah
Kronik: diferensiasi berhasil, sel blast (-) perifer)

* Suportif cian kemoterapi


Terbagi menjadijenis sel progenitor-nya, apakah galur mieliod
atau lirnfositik. Dari dua informasi ini, dapat dibuat pembagian
leukemia menjadi sebagai berikut:

Akut Kron ik

Mielcid Leukemia mieloid Leukemia mieloid


akut (AML) kronik (CML)
Khas: Auer Rods
Limfositik Leukemia Leukemia
lifmositik akut limfositik kronik
(ALL) (cLL)

Khas: Sel Smudge

: trombos demom
ldiopatic {irnnlu**- Destruksi platelet akibat adanya anti-platelet antibody (lgG)
vnedie te d
4 nkut (<3 bulan), sering disertai dengan infeksi virus sebagai
trcnr **eyt*pe n !* faktor pemicunya; Kronik (>3 bulan) umumnya pada dewasa
purpure] / iTF
dan kurang merespons pengobatan. Muncul gambaran klinis
berupa petekie multipel, dapat disertai perdarahan.
oi Trombositopenia dengan pemanjangan bleeding time; jika
tidak ada kelainrn lain PT dan aPTT normal.
* Kortikosteroid atau lV imunoglobutin. Transfusi platelet
bermanfaat jika sangat rendah (namun dapat dihancurkan
kembali, sehingga kurang efektif)

l"l+rnnf ili;l Defisiensi faktor Vlll (hemofilia A) atau lX (hemofilia B) Ciri khas perdarahan karena faktor
koagulasi adalah delayed-bleeding
iL Perdarahan sulit berhenti, perdarahan spontan di sendi (sempat berhenti, kemudian berdarah
(hemartrosis). Dialami oleh anak laki-laki. kembali)
oi PT normal, aPTT memanjang (aPTT saja tidak dapat
membedakan hemofilia A atau B)
Prevalensi hemofilia A lebih banyak
dibandingkan hemofilia B

s{h 0
:ti
rl.

PADI
""i:-?:f-?iff^,
@.{
Hemofilia A dengan konsentrat faktor Vlll, jika tidak ada
gunakan krioprespitat
Hemofilia B dengan konsentrat faktor lX, jika tidak ada
gunakan fresh frozen plasma (FFP)

ikterik,
T*l*sser$ia @ Gangguan sintesis protein rantai (alfa/beta) Hb normal manusia adalah HbA
("adult"), menyusun sebagian besar
Talasemia alfa: defek sintesis rantai alfa Hb manusia saat usia 5 bulan. Susunan
Talasemia beta: defek sintesis rantai beta normal: alfa 2 + beta 2

4 Gangguan tumbuh kembang, anemia hemolitik, facies


rodent, hematopoiesis ekstramedular
* Transfusi PRC, dengan target PRC umumnya 1,2 g/dl, risiko
overload besi pada transfusi berulang ) agen kelasi besi
(deferasiroks, deferoksami n)

Ser:.tan: Beretarah Kriteria diagnosis (kriteria klinis + tanda kebocoran plasma Pada kasus demam dengue, klinis
$eng** dan trombositopenia) demam + nyeri kepala, nyeri retro-
orbita, nyeri otot/sendi/tulang,
4 xlinis: manifestasi perdarahan TANPA tanda
Demam mendadok tinggi, 2-7 hori perembesan plasma. Dapat terladi
trombositopenia dan sedikit
M o nifestosi pe rdo roha n peningkatan Ht {10-20%)
Hepotomegoli
Syok Derajat DBDi
fij Laboratorium: l: demam disertai gejala tidak hkas,
manifestasi perdara"ran hanya uji
Trombositopenia (<100.000/gt)
torniquet positif
Kebocoran plasma yang ditandai oleh minimal salah satu ll: I + disertai perdarahan spontan di
dari: Ht meningkat >20% nilai standar, Ht menurun 220% kulit atau di tempat lain
setelah resusitasi cairan, atau terdapat klinis efusi pleura, efusi
lll: kegagalan sirkulasi (nadi cepat,
perikardial, ascites, atau hipoproteinemia lemah, tekanan nadi menurun <20
* OeO Derajat I dan ll: kristaloid 3-7 mllkgB8.ljam, periksa mmHg), hipotensi, sianosis sekitar

laboratorium tiap 6 jam. Bila hematokrit turun dan klinis mulut, kulit dingiri dan lembab,
gangguan kesadaran (gelisah)
membaik, kecepatan cairan boleh diturunkan.
lV: syok berat (nadi tidak teraba, TD
DBD derajat lll dan lV: resusitasi cairan kristaloid 20 mllkgBB
tidak terukur)
secepatnya, lalu evaluasi. Jika perbaikan turunkan jadi 10
ml/kgBB/jam selama 2-4 jam, turunkan bertahap sesuai klinis
dan laboratorium. Bila tidak ada perbaikan, ulangi bolus
kristaloid, atau pertimbangkan transfusi jika Ht semakin turun
tanpa perbaikan klinis.

tt.t'#t.&i.
n,
o
lgM
or)

Eay
Keywords : demam, lidah kotor, konstiposi
llern*m Tif*iql @ lnfeksi s. thypi lnfeksi 5. porothypi dapat
menghasilkan gejala serupa demam
4 fUinggu 1 demam perlahan bertambah tinggi, da pat
tifoid, namun lebih ringan
menggigil disertai gejala Gl dominan (anoreksia, lidah kotor,

..9" &&3
I

PN,DI
konstipasl, perut kembung, nyeri abdominal ringan yang difus,
hepatosplenomegali), mialgia dan sakit kepala.
Minggu 2 ditandai dengan demam mencapai puncak dan stabil,
dapat disertai bradikardia relatif, diare. Pada kasus berat
dapat terjadi gangguan kesadaran.
Minggu 3 tampilan klinis semakin berat, dengan penurunan
kesadaran dan/atau psikosis. Perforasi dapat terjadi di minggu
ini.
o=4
Leukopenia, trombositopenia, anemia. Kultur darah
(dalam media empedu) minggu 1-2. Kulturfeses minggu 2-3,
kultur urin minggu 3-4. Kultur adalah baku emas.
Widal: dapat positif mulai minggu 2, tegak apabila ada
peningkatan titer 4x lipat pada pemeriksaan dengan interval 5-
7 hari atau peningkatan titer O 1:200.

* Lini pertama adalah flurokuinolon (kontraindikasi hamil,


<18 tahun); amoksisilin/ampisilin, kotrimoksazol
Lini kedua: kloramfenikol (kontraindikasi bila leukosit <2000).
Kloramfenikol terpilih pada kasus demam tifoid anak.

L*pt**pirosis Paparan air seni binatang (terutama


menyebarkan inf eksi Le ptospiro sp.
4 Demam tinggi, mialgia, nyeri otot (terutama m.
gastrocnemius), mata merah (injeksi). Pada kasus berat dapat
terjadi ikterus berat dan gagal organ (gagal ginial akut,
oliguria) yang disebut dengan sindroma Weil.
d{ Mikroskop lapangan gelap. Serologi anti-leptospira.
* Leptospirosis ringan: doksisilin Po.
Leptospirosis berat: penisilin G injeksi.

@ Parasit Plasmodium sp. Pewarnaan yang dilakukan umumnya


menepunakan pewarnaan Giemsa
4 Ringan: demam menggigil, keringat dingin, sakit kepala.
Dapat mengakibatkan anemia (hemolisis) dan splenomegali.
Riwayat berpergian ke daerah endemis. *
Berat: malaria serebral (penurunan kesadaran, kejang), anemia
berat, gawat napas, gaga! ginjal. Disebabkan cleh P.
falciparum. Gametosit pisang pada P. folciporum
o.{ Rapld diagnostic test (RDT) malaria
uJ s"di""n apus darah tebal/tipis dapat menunjukkan:
P. fa!ciparum: trofozit intraeritrosit berbentuk cincin, terletak
marginal (occolel, titik Maurer pada eritrosit. Gametosit
berbentuk sa bit/pisang/sosi. Jarang ditemukan skizon.
Trofozoit berbentuk ameuboid,
P. vivax:eritrosit membesar (1,5-2 kali), bentuk amuboid. Titik pembesaran eritrosit, dan titik
Sclruffner. Gametosit berbentuk bulat. Ditemukan skizon Schuffner pada P. vivax
berisi L2-24 merozoit. t)
:..,:

P. ovale: hampir sama dengan P. vivox, pembesaran tidak


sebesar P. vivox (1-1,25 kali), eritrosit sering membentuk oval
(kadang dengan fimbriae). Skizon berisi 8-12 merozoit. :I;
eritrosit sedikit lebih kecil, bentuk band-
P. malariae: :,,,,, .1::- r$,*#li,;; ,,i,
form/basket-form. Titik ziemann. Merozoit dalam skizon
membentuk formasi rosette. Trofozoit berbentut b"ana form pada
P. molorioe
+
P. falciparum ACT* 3 hari + primakuin 1- hari
P. vivox/ovole ACT* 3 hari + primakuin 1-4 hari

s# 0
1t9
;lX
L
pnDl
ENSIKLOPADIS

P. maloriae ACT* 3 hari Profilaksis malaria dapat

*ACT: ortemisinin combinotion theropy (kombinasi artesunat + amodiakuin atau menggunakan doksisiklin 1x1 kapsul,
diminum 2 hari sebelum masuk daerah
kombinasi dihidroartemisinin + piperakuin)
endemis hingga 4 minggu setelah
Malaria berat: artesunat lV (atau artemeter lM sebagai dosis keluar.
awal di Puskesmas, sebelum dirujuk) dan terapi suportif.
lbu hamil: primakuin tidak boleh diberikan. Trimester 1: kina +
kf indamisin (P. falciparum) dan kina saja (P. vivox, ovole,

malariae\. Untuk trimester 2 dan 3: ACT saja.

FangstroLoe; t

f.*erx*t*da Terdapat nematoda usus dan nematoda jaringan


Keywords : telur bentuk tempoyan, prolaps rekti
@ Telur infektif tertelan - larva di ussu halus - cacing dewasa hidup di
sekum dan kolon asendens
4 Diare sering, diselingi sindroma disentri, anernia, BB turun, hingga
prolaps rekti
Telur: bentuk tempayan
* Albendazol 400 mg dosis tunggal, mebendazol 2x100 mg 3 hari
bertu rut-tu rut

Telur menetas - larva rabditiform - iarva filariform - menembus kulit


- kapiler darah - jantung - paru - bronkus- trakea - laring - batuk - usus

halus (dewasa)

LLarva menyebabkan ground ifch, cacing dewasa menyebabkan


anemia defisiensi besi
* Albendazol, mebendazol, atau pirantel pamoat 10 mg/kg dan
sulfas ferosus

. .
o
li:srqr *.:9
:ia' ,!,ri:,s\ iri

0 i ___*

A' !;rir<J ixr,)


A" tr^ro .t',llrx

0 r{
JT
t:lg
'q,
PADI
dindingpembuluhdarah-jantung_paru_trakea_faring-batuk_ I ";*r**-_,"...1
-,
tertelan ke esofagus - dewasa di usus harus [i$ffi, i
4 Larva menyebabkan gejala eosinofilia (sindroma Loeffler). lnfeksi i ,-Wd"
cacing dewasa ringan: mual, nafsu makan berkurang, diare atau "'**t";$We-
konstipasi. lnfeksi berat: malnutrisi, gangguan kognisi anak, ileus ffiMl.*r9,
obstruktif. Telur: dinding tiga lapis
(albuminoid, hialin, dan vitelina)
* Arbendazol, mebendazol, atau pirantel pamoat 10 mg/kg dosis
tunggal

i,"-'i
li'.,...

't*
tiil .j
.M \.
"*..- jiffii
\-rffi
/ ',:try.
t*gsJlinn
*,t]n tt6d

rl.,),. runu".o
,.li].-, , *g!

Magr*i6 tr lun{r licrfl


*t}fe lhql rie trr&hft
\ ,- : . Unfrrtil€odagg trp ta t*.tq6'!r{ rg*jn

:l:.
'. :! i:,
\-:n:''."-
i__:,:

@ Telur menetas - laru. r.bditffi


kulit - vena - jantung - paru - trakea - laring- batuk _ usus halus -
dewasa. Dapat terjadi fase auto-infeksi dan hiperinfeksi.
4 Nyeri epigastrium, mua!, muntah, diare, konstipasi saling
bergantian.
* nlbendazol 1x400 mg 3 hari, mebendazol 3x100 mg2 atau 4
minggu

Oxyuris vermicularis alau Enterobius vermicularis

@ Telur infektif tertelan - dewasa di sekum/kolon - cacing betina


bertelur di perianal - telur menetas di perianal _ dapat tejadi
autoinfeksi kembali
4 Gatal perianal malam hari. periksa dengan scotch adhesive tope
* Piperazin, pirantel pamoat (pirantel dan piperazin tidak efektif Telur: asimetris, berdinding pipih
di salah satu sisi
terhadap telur), mebendazol (efektif terhadap seluruh stadium
caci ng)

,9"

b
PADI
ENS]KLOPADIS

Trernatoda Cacing daun, dapat hidup di hepar, usus, palu, dan darah.

S. joponicum, S. mansoni, S. hemotobium

@ Telur - telur masuk ke air - mirasidium - keong (hospes perantara) -


sporokista l- sporokista ll - serkaria - menembus kulit - skistosomulae -

dewasa di dalam pembuluh darah


Telur dengan duri
4 akut dengan demam, nyeri kepala, urtikaria. Fase kronik
Fase
tergatung spesies: S. hematobium: nyeri berkemih hingga hematuria; 5.
monsoni dan S. joponicum: nyeri abdomen, diare berdarah, ikterus,
he patos p le nom ega li

* Praziquant el (s,hematobium, S.mansoni 40 mglkg dibagi 2 dosis; 5,


joponium 60 mglkg dibagi 3 dosis)

&" M,:.;rN 5bw


A " Diilsrv.ilii: !&+i?

rr!: riPsraljFi i:t:j: i::ari.Jr


i:{rrT*e ivt !),,9 {*i\$
:: r.nir:*;;ri*c a(, r$fDr!*r

'i\ "*..

Cestor:l!t Golongan cacing pita dengan badan pipih, dorsoventral, memanjang


menyerupai pita.
Keywords : sistiserkosis, telur bulot tebol
Taenia solium dan Toenia saginota. Toenio soginoto hospes
perantaranya berupa sapi, Taenio solium hospes perantaranya berupa
ba bi.

@ lita lelur Toenio sp. tertelan - muncul sitiserkosis di otot, mata,


hingga otak. Diagnosis pasien menjadi sistiserkosis
Jika daging (sapi/babi) yang mengandung sistiserkus tertelan - cacing
dewasa dalam usus - diagnosis menjadi taeniasis
Gejala Gl: gangguan pencernaan, mual, muntah, diare, konstipasi, rasa Telur: bulat, dinding tebal,
struktur radial, berisi embrio
tidak nyamandi perut, disertai gejala konstitusi seperti lelah,
heksaskan atau onkosfer
anoreksia, pusing, BB turun. Dapat terjadi obstruksi usus.
* Taeniasis: prazikuantel; sistiserkosis: prazikuantel, albendazol, atau
pembedah rn

.9-
I

PADI
.dl*qswlxsde'sup

ft *uruft t d# bt ;r8s&!g
..*h@hsh
pa@he!trlsl
o*fl ser:izm #
Jtr "-*ffi: er*d!&/jM&dhd

aH*wffi}"
g f
g
L^f]ru
F
w

a t*:-"**-*--:::^**-:
gs B
€dh iI {.{giav.s!
l€ds@ iaf6,vd tt ;t
s '\'iu:-l."ii-.€.,: t

i ':i.!..1...t,,:
<.#t*i$$rj by S$ .:,- l
rl
't
iHl**jji***19*J

.Jh.-- lnkcs!$
2[.
5$is
n*;imsr* ttntr
tftffi
Wffi
lX* :!:r.i, ::ii $.- Jarrir.nr

Prsts:$a
: abdominol disentri. tenesmus
Entomoebo histolyticd
@ Kista tertelan - ekskistasi di ileum bawah - trofozoit -
memperbanrTak diri (membelah diri) - enkistasi (berubah jadi kisat) -
kista dikeluarkan bersama tinja (trofozit dapat ditemukan apabila
kista sangat cair). Dapat bersifat invasif : trofozoit menembus dinding
usus dan dapat beredar di sirkulasi darah.

L eeiala muncul berupa rasa tidak nyaman pada abdomen, diare, Satu nukleus dan beberapa
eritrosit leritrofagositosis)
disentri dan tenesmus. Komplikasi: abses hepar amuba
Trofozit di tinja cair atau kista di
* Metronidazol
tinja padat, deteksi antigen
spesifik, PCR.

Giordio lamblio
Gejala muncul berupa rasa tidak nyaman pada abdomen, diare
berlemak (bukan berdarah), berbau busuk.
Tx: Metronidozole

: koki
fder"nafr:da D;+rah Brugio maloyi, Brugia timori, Wucheris bancrofti Vektor: nyamuk Culex
q u in q u ef o sci atu s, An o p h e Ie s,
Mikrofilaria dalam darah tepi (malam) dihisap oleh nyamuk - alau Aedes.
berkembang menjadi makrofilaria - larva stadium lll - nyamuk
menggigit manusia - cacing dewasa di saluran limfe
Cacing dewasa mengakibatkan limfadenitis dan limfangitis retrograd.
Mikrofilariasis umumnya tidak menimbulkan gejala glinis. Limfangitis
dan limfedema di genital khas unt-,i: infeksi W boncrofti.
* oietilkarbamasin sitrat (DEC), ivermektin

lmur*clce r

*Coombs and Gell juga


Reaksi F{!pers*ft :r!tivit*$ Keadaan di mana intoleransi sistem imun
tubuh terhadap antigen diri (self-antigen). mengklasifikasikan hipersensitivas tipe V
Penykait Graves dan miastenia gravis
Menurut Coombs and Gell terbagi menjadi:
dimasukkan ke kelompok ini.
lmmediate (segera). Contoh:
anafilaksis, asma bronkial, atopi
Diperantarai lgE, respons daiam

qs^ 0
.L
PADI
menit - jam. t! skin test, lgE total
dan spesifik
il Sitotosik (dependen antibodi).
Contoh: anemia hemolitik
autoimun, PJ reumatik, miastenia
gravis, penyakit Gravesx. lgM dan
lgG berikatan dengan sel
targetnya. fi4 Tes Coombs direk
dan indirek
ilt Kompleks imun. Contoh: reumatoid
artritis, GNAPS. lgG berikatan
dengan antigen, terjadi kompleks
imun yang terdeposit di pembuluh
darah
IV Delayed type - contoh:
tuberkulosis, tes Mantoux,
dermatitis kontak alergi.
Melibatkan sel T

Lupus f riternet*:us Sistenrik Kriteria diagnostik: MD-SOAP-BRAlN. 4 dari L1 fsteroid, sitostatika lmetrotreksat,
gejala dan tanda berikut mengakkan si klofosfa m id )

diagnosis SLE.

Malar rash (ruam kupu-kupu)


Discoid rash (lupus eritematosus diskoid)
Serositis (pleuritis, perikarditis)
Oral ulcer (sariawan, tanpa nyeri)
Artritis (berpindah-pindah)
Photose nsitivity
Blood (gangguan hematologi, seperti anemia
hemolitik autoimun)
Renal impairment (nefritis lupus)
ANA positif
lmunologi (anti-dsDNA positif)
Neurologi (juga disertai gangguan psikiatri)
It*f*ksi l"{lV-AIDS @ Penularan melalui darah dan cairan tubuh, Tahapan infeksi HIV hingga menjadi AIDS:
hubungan seksual, atau vertikal (ibu - anak) lnfeksi akut (acute retroviral syndrome):
2-5 minggu setelah terinfeksi.
Pedoman Tatalaksana Klinis Infeksi HiV dan Terapi Diagnosis dengan konseling sukarela (VCT)
Antiretroviral,20ll maupun diinisiasi petugas kesehatan (PITC). Window period: sampai 3 bulan setelah
Alur diagnostik: dengan 04 terinfeksi. Pasien sudah dapat
menularkan HIV walaupun antibodi
tiga tes serologi, jika tersedia lakukan tes masih negatif.
protein HlV.
lnfeksi HIV asimptomatik (masa laten):
4 Stadium klinis: tanpa gejala, antibodi sudah positif-
.Stadium 1: asimptomatik atau Dapat berlangsung sampai 10 tahun
setelah infeksi.
limfadenopati generalisata persisten
lnfeksi HIV simptomatik (lihat bagian
.Stadium 2: BB turun <1-0%, herpes zoster,
stadium klinis).
ulkus oral berulang, dermatitis seboroik,
infeksi jamur kulit
.Stadium 3: BB turun >10% ATAU diare kronik
>1 bulan ATAU demam >1 bulan, kandidiasis
oral, TB paru
.Stadium 4: HIV wasting syndrome, yakni:
I BB turun >10% ] DAN

0 q(
t{<

P.{DI
.setidaknya satu dari I diare kronik >1 bulan
ATAUdemam>lbulan
PCP, dan TB ekstraparu

* Kapan memulai terapi? Jika CD4 <350


sel/mm3, ada/tidak ada gejala klinis ATAU
langsung jika ada gejala klinis berat (stadium Kotrimoksasol terbukti efektif mencegah
2 dan 3) berapapun CD4-nya. infeksi Toxoplasma dan Pneumocystis
carinii pneumonia (P. jiroveci - PCP).

REGIMEN STANDAR: 2NRTI + lNNRTI

3:TGi
fddi
it;f.,,.:7

Profilaksis dengan kotrimoksasol pada


pasien:
.Stadium klinis 2, 3, dan 4 ATAU
.CD4 <200 sel/mm3

Koinfeksi TB-HlV: lihat halaman 87


Koinfeksi HBV-HlV: berapapun CD4lstadium
klinis, mulai terapi ARV. Paduan ARV dengan
tenofovir (TDF) dan lamivudin
(3TC)/emtricitabin (FTC)

ODHA yang hamil: mulai ARV kapanpun pada


semua ibu hamil. Hindari efavirenz (EFV)
selama trimester l.
HIV pada anak: interpretasi uji serologi sama
jika usia >18 bulan. Jika <18 bulan: perlu
pemeriksaan virus HIV karena antibodi ibu
dapat menembus sawar plasenta dan dapat
menimbukan false positive.
Semua pasien HIV/AIDS perlu dilakukan
pemantauan berupa klinis, imunologi
(CD4+), dan virologi (HlV RNA).

Fec{r:y*an lglrunisasi
(Rekomendasi IDAI 2017)

ss .4.
"!:..

PADI
18 bulan Campak 6 bulan dari campak
dosis pertama

Jadwal pemberian imunisasi lanjutan pada anak sekolah dasar:


Sekola h Bulan pemberian

Kelas L SD Campak Agustus


DT November
Kelas 2 SD Td November
Kelas 35D Td November

lmunisasi pilihan: seperti penyakit yang terdapat di rekomendasi vaksinasi lDAl yang tidak tergolong
ke dalam imunisasi program (misal: Rotavirus)

gfl 0
-ii
PADI
ENSIKLOPADIS

N eFRo- U RoLoGr
KeLarrunru Grrulal
{!*g*l €injal Akut @ Perburukan fungsi ginjal secara cepat dan tiba-tiba, ditandai Klirens kreatinin dapat diprediksi

dengan oliguria/anuria peningkaran kreatinin. Paling sering dengan mengukur kadar kreatinin
serum menggunakan rumus Cockroft
disebabkan oleh hipovolemik
Gault:
oJ Kriteria RIFLE untuk klasifikasi gagal ginjal akut
fgti*;r:rlrl ;Painir; ;'Jrr ;*r'; :

, I.1{l - }F{r )": lir{lt{! rK


;tIfLE Cdta{i* f€r rt.sta Rsnrl $fsfunrtl,xt l: \ l,r{i ,ri jrJl- l
iti x.nlrtl
cst€s$F Sfta t:ritsrii url* l'iltblt lut}l c.it*ri5
Iti&lr tntr*ivivd rr*itinifif {J.t sr UOdOsmrlli9lhr6hr Catatan:
GFP **.*sa* r ?q% (x 0,85 hanya untuk perempuan)
Iolury lflgr€}€d er***qing x: sr u$ < O.5nflk$/'] r 13 ht
$FA {:s.{nlaq } 5*clc
Fa:lur€ iFffarary €rea$rj** xl r{ {}FR il0 { 8.3mlJkgJ}r } Jd hN flr
dsqrsaf€ > 75{V Aa#rta x t2 hrs

psrei<t*+r &€9 * .r1mn,sis lsqe nf Lidwv f,stins > 4 sspk€


xq*n F*d il*oa K;sflpt' llics**
SF:g.: Slrn€rylFr flltralr$ llaie
ARP; ,tusts {*n61 f;&ilrr0
fSK'n; Cn{ 5ti:,*e {jds$y 9is6a9e

S*gr! Si*jai Penurunan fungsi ginjal menahun serta tanda kerusakan ginjal *terapi pengganii ginjal: dapat
@
i{r**ik dalam pemeriksaan penunjang, yang bertahan lebih dari tiga berupa hemodialisis, CRRT

lcontinuous re nol replocement


bulan.
thero py), hingga transplantasi ginjal
o.4 flasifikasi gagalginjal kronik berdasarkan GFR:

Stage GFR (.r/.inlr,zs-') Rencana


>90 Tatalaksana komorbiditas

60-89 Atasi komplikasi


30-59 Atasi komplikasi
t5-29 Siapkan terapi pengganti ginjal*
<15 Terapi pengganti ginjal t
teinurio
$in d r*nra Peningkatan ekskresi protein urin (proteinuria >3 g/24 jam, atau Merupakan trias sindroma nefrotik
Ner{vrrtik dipstik urin +3), hipoalbuminemia, pitting eCema (dapat bersifat
anasarka), serta hiperkolesterolemia
* Steroid, jika resisten steroid memerlukan siklofosfamid, suportif
berupa diet tinggi protein
Keywords : hematuria, hipertensi
$inr{roma S*fritik 4 Hematuria (dominan) dengan kencing berwarna gelap, GNAPS adalah reaksi hipersensitivitas

hipertensi, silinder eritrosit, dapat disertai proteinuria tipe 3 (kompleks imun)

Sering disebabkan oleh reaksi autoimun pada infeksi Streptokokus


beta-hemolitik grup A (setel-1, faringitis, impetigo) - disebut
dengan GNAPS (glomerulonefritis akut pasca-streptokokus)
* Suportif: diuretik, antihipertensi, mungkin perlu antibiotik

lrurrxsr Snlunnru Krnnru


**{inisl Terbagi menjadi ISK atas (pielonefritis, prostatitis) vs bawah
(uretritis, sistitis) secara anatomis
Secara klinis: non-komplikata (wanita dewasa, tidak hamil, tanpa
kelainan penyerta) vs komplikata (kondisi lain selain non-
komplikata)

.9 59
-1"
PADI
Nefra:Urc[ogi

t4 Etiologi tersering: Eschericio coli, bakteri lain (Klebsiella,


Proteusl dari kultur urin. Pemeriksaan awal: urinalisis (piuria,
bakteriuria, hematuria, nitrit, leukosit esterase)
$istitis 4 Disuria, gejala saluran kemih bawah (urgensi, frekuensi), nyeri
tekan suprapubik, biasanya tanpa demam / demam low-grade.
Dapat disertai hematuria.

* Fluorokuinolon, kotrimoksasol, atau nitrofurantoin


FieSsnefritis 4 Demam tinggi, menggigil, nyeri punggung dan nyeri ketok
sudut kostofrenikus (CVA), mual, muntah, dan diare
* Fluorokuinolon (rawat jalan) atau seftriakson (rawat inap)
Prostatitis 4 Akut: demam, nyeri tekan saat pemeriksaan prostat; kronik:
menyerupai gejala sistitis, dengan dominan gejala obstruksi (aliran
urin rendah, urin sulit keluar)
* Flurokuinolon

Krmrruaru PRosrnr D.AN URoLrrNAsrs


Keywords : Laki-loki usia >50 tahun, sering kencing, malam
$!emhesur*n 4 Gelala obstruktif : pancaran miksi lemah, miksi tidak lampias Gejala obstruktif dan gejala iritatif
$r*stat iin*k dari LUTS {/ower
Gejara iritatif: frekuensi (sering berkemih), nokturia (terbangun unnorv
:1,:::,?::'"
lroct symptoms)
malam hari untuk berkemih), dan urgensi (sulit menahan kemih)
Colok dubur {RT): pembesaran prostat, konsistensi kenyal, tanpa
nyeri dan nodus, pool atas umumnya tidak teraba. El o"p"t
dilakukan USG
* nlf"-bloker (tamsulosin, terazosin); 5-alfa-reduktase inhibitor
(finasterid, dutasterid), serta pembedahan (TURP, open
prostatectomy)
jq
i{a*key prsstst Tersering adalah adenokarsinoma prostat Hati-hati dalam menginterpretasikan
PSA. PSA spesifik terhadap prostat,
@ Cejala obstruktif dan iritatif, dapat menimbulkan gejala bukan kanker prostat. PSA dapat
metastasis (nyeri tu!ang, kompresi korda spinalis) nreningkat pada banyak kondisi
4 Skriningdengancolokdubur(RT)dan'j pSA(prostate-specific {misal: BPH,setelahcolokdubur,
antigen); diagnostik dengan E ultrasonografi trans-rektal dan prostatitis, hingga kanker prostat)

biopsi, atau pencitraan dengan bone-scan


Keywords : nyeri timbul di hemoturia
sdtu 5d!u! dit Nefrolitiasis: batu di pielum ginjal, nyeri kolik, terutama di Gambaran radiologi tergantung
kenrih pinggang, disertai hematuria komposisi batu:

Batu radiopak / putih jika komposisi


Ureterolitiasis: batu di ureter, nyeri kolik, menjalar hingga ke
kalsium atau struvit
skrotum / labia (terutama ureter distal). Pada ureter proksimal
Batu radiolusen / gelap jika
dapat mirip dengan nefrolitiasis.
kornposisi asam urat / sistrn
Vesikolitiasis: batu di buli, BAK dipengaruhi perubahan posisi,
dapat disertai gejala berkemih yang tersendat dan lancar (terkait
perubahan posisi)
Uretrolitiasis: batu di uretra, nyeri di penis saat berkemih, retensi
u rin
L{l etJo-tvp, usc, cT urografi (non-kontras)
* Medikamentosa (alfa blocker), anjuran konsumsi air >2
/ pemecahan batu dengan
liter/hari, minimal-invasif (ESWL
gelombang ultrasound), hingga pembedahan

Brnas l"icclocr Feurnrxlx


@ Preputium tidak dapat ditarik ke belakang (retraksi), dapat
timbul nyeri/ujung penis menggembung saat miksi
* sirkumsisi
.9.
't:.
PA DI
ENSIKLOPADIS
BUKU RANGKUMAN MATEro

Fara{!*'lesis @ Preputium menjepit batang penis, setelah retraksi preputium


tidak dapat dikembalikan ke posisi semula
* Kegawatdaruratan: CITO dorsumsisi, dilanjutkan sirkumsisi
F{ipnspndil: @ Orifisium uretra eksternum terletak di sisi ventral (bawah) Kulit preputium kelak akan
penis. dipergunakan untuk rekonstruksi,
oleh karena itu sirkumsisi adalah
* nulrkan ke urologi untuk rekonstruksi "kontraindikasi" pada kedua kondisi
Fpisp*din Orifisum uretra eksternum terletak di sisi dorsum (atas) penis. ini
@
* Ruluk"n ke urologi untuk rekonstruksi
Kript*rkismus @ Salah satu (atau kedua) testis tidak berada di kantong skrotum,
{*ndes*e*sus tetapi berada di sepanjang jalur penurunan testis. Dapat disertai
t*stisI hernia inguinalis indirek.
* Observasi maksimal 6 bulan pertama kehidupan, jika tidak ada
perlu dilakukan pembedahan (orkidopeksi) setelahnya.

Arunu$rs Gss Bsnnu


i:iterpre{*si Afi*rial Slcsd Gas Analysis
.{ *{:l ?&rsseler ftsc-ies'lt-l Calcul!tion and inirrpreistiof,
pH i ,q.lkahdnila pH pC03 Itrtorprctoll{}n
":'+:
ij 7.36-,14 N0mul
--..-t----
{?-'t5 Acidqemia ,t !le*bnlic acrdcais
pc[} !tigh blctdb{l'ic r1lalocii
35-45 N6rinal i ; I ltespin{o$*n.lksttsis
---15 l.ow i t l.ltesplmtor.vryldtqlq
IJ[t]3 i
|
i,16,,
24+l* 2 Ncmal Albumin-:j{rurrrla&
i <J? Low 4
t{? > 16 ...
.l-ilgh. Ari0n (;aB salculsti$n
iiaie-l - {Cl * HCO;}I - 134;-4
.
1?+1-,,1 Ncmal
<3 I -1111, Crtoatcd i{r+ fu. .{(; in h}'p*rglyccmi*
{;lu{os! i >10 High coryscted tia- *.Na + {ily.!..$..s_q.:.J.
i \; i-o$ 3
Cap: Cap $ltulrfiofi fsr melnbou. eildosis
Cnp: Gsp AAg-- AC-rr U-t 'l-oilv \ffiil AC;*rot otr
,tHc(}. ?4. Hcoi
i oidosis
4-{J.$ i l\lofit}4i i lngh A{j metibtlll.
i ,,-i1,""i"
L*earl€ j <1,t ......o.!:2! Pute hl[lr inelabohc rcldsrl!
i -"2.il niirinoiil iiioosis ;.trh retab..lir
i
!
33,0 al[Lllosis.irespiraror]' acidosis
B0-t00 Ncmal I'A03 * l?13 r FiO2l - lpc(}r x t"251
po3
<80 t^t)"oil0 A-r gradienr = PAO2 * P!t'2:!!9, *

Comrgnrc{i$') ml :i fOr
Mtrtsbsljc scido st9 Itelsb{rlic {lkel0f,is
E\pscted l.5X[nCO3l*8 {*r-:) 0.? x lHc03l+ 20 {+/- 5}
Ilco3
R*piratlry rcid*rlr Rffpirrtor]" &llialosig
Acute Chranie ,A.cute Chronic
fxptrtrd ri
ltcflll P-to3:lQXr ?4 + P!-'O-2--.df :r-41!:-B!1!.la
l0

.s- h3

h
PA DI
'-"t-?:3-?,1#.

0gsrETRr DAN Grrrr EKoLoGr


Frsroloer 0rsrrrnr
Keharl,ti[an Nnrrnal Asuhan antenatal ideal minimal empat kali*: 1 kali sebelum 16
*FANC: Focused Ante-Natal Care
minggu; 1 kali antara 24-28 minggu; antara 30-32 minggu; dan
antara 36-38 minggu
Suplementasi zat besi elemental 60 mg (setara 320 mg sulfas
ferosus) dan asam folat 400 pg; kalsium 1,5-2 g dapat
mencegah pre-eklampsia pada ibu yang asupan kalsiumnya
rendah
Vaksin tetanus toksoid (TT) sesuai status imunisasi
f,isir:i*gi F*rs*linan Proses persalinan fisiologis terbagi menjadi4 kala:
Kala 1, di mana terjadi proses pendataran dan pembukaan
serviks. Fase laten bukaan sampai 3 cm (sekitar 8 jam), fase
aktif bukaan 3-10 cm (1 cmljam - 6 jam)
Kala 2, di mana terjadi proses kelahiran bayi, dimulai dari
pembukaan serviks lengkap hingga keluarnya bayi. Batas
waktu l jam pada p:imigravida darr 2 jam pada multigravida
Kala 3, di mana terjadi proses kelahiran plasenta. Dimulai sejak
lahirnya bayi hingga lahirnya plasenta. Batas waktu 30 menit
Kala 4, fase pemantauan keadaan ibu, dimulai dari kelahiran
plasenta hingga 2 jam setelahnya

Konnssr pADA LlsrA Krunrvrnsru Alqr*l

l-lisnrnsm(;c
@ 4 Muntah-muntah yang terjadi, puncak pada trimester 1 Hormon hCG berpengaruh terhadap
---.-i-t^"-.,- kehamilan, dan timbul gangguan fisiologi dan manifestatl kejadian hiperemesis gravidarum

klinis (seperti iurun BB, dehidrasi, ketogenesis). Komplikasi


lebih lanjut: gangguan elektrolit (hiponatremia, hipokalemia)
dan ketosis
* Tatal"kr"na: small frequent feeding, pemberian vitamin
86, doksilamin, dimenhidrinat, prometazin. -lika belum
teratasi: memerlukan metoklopramid, klopromazin, dan
ondansetron.

Pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat Tatalaksana bergantung fase


kandungan (20 minggu, atau berat <500 gram). lminens: pertahankan kehamilan,

Perdarahan Nyeri Uterus Keadaan tirah baring, pantang senggama,


pemantauan serial
perut (fundus) serviks
lnsipien-inkomplet: pcngeluaran isi
Abortus Sedikit Sedang Sesuai Tertutu p uterus (baik secara spontan, maupun
iminens usi a penanganan aktif - dilatasi, kuretase)

Abortus Sedang - Sedang- Sesuai Terbu ka Komplet: konseling, suportif


inisipien banya k hebat usia Missed abortion: evakuasr isi uterus
Abortus Sedang - Sedang- Sesuai Terbuka (dilatasi, kuretase)

inkomplet banyak hebat usia


Abortus Sedikit sedikit Lebih Terbuka
komplet kecil
tert utu p
Missed Tidak ada Tidak Lebih Tertutu p
abortion ada keci I

: hamil uterus Iebih besor dori usia kehamilan

.s" 63
b
P.A. D I
0bstetri dan Ginekolcgi

l\4ola Frid*tidosa @ Penyakit gestasional trofolbastik


4 Perdarahan pervaginam, mual-muntah hebat, ukuran
uterus lebih besar dari usia kehamilan, tanpa ditemukan janin
i nt ra ute ri
oJ Kuantiatif kadar hCG sangat meningkat, R use
* nuluk"n spesialistik, perlu evakuasi isi uterus, pemantauan
hCG serial

Xel:amilan tktcpik Kehamilan yang terjadi di lnar uterus, sebagian besar terjadi
terga*ggu di ampula tuba Falopii yang kemudian ruptur dan
menimbulkan perdarahan masif
4 Perdarahan pervaginam, gangguan hemodinamik, nyeri
abdomen, nyeri goyang porsio, serviks tertutup
E use
* Resusitai cairan, persiapkan laparotomi
i{*lsinan Gen*tik Sindrom down Trisomi 21 Retardasi mental, mongoloid face, simian
palmar crease
Sindrom Turner 45 XO Fenotip perempuan, pendek, steril, webbed
neck
Sindrom Cri du chat Delesi kromosom 5 "Tangisan kucing"
Sindrom marfan Kelainan jaringan ikat Ekstremitas panjang, aneurisma aorta
Sindrom Klinefelter 47 XXY Fenotip laki-laki, atrofi testis, ginekomastia
Sindrom Jacobs 4] XYY Sering dihubungkan dengan perilaku agresil
Fenilketonuria Ketiadaan enzim yang Retardasi mental, kencing dan keringat
mengubah fenilalanin berbau menyengat, dapat menunjukkan
menjaditirosin gejala albino
(fen ila la n in
hid roksilase )

Fnntocner
Partograf harus digunakan: Partograf tidak boleh dipergunakan pada l<asus:
1. Untuk semua ibu dalam kala lfase aktif 1. Wanita pendek (<145 cm)
(fase laten tidak dicatat di partograf tetapi di 2. Perdarahan antepartum
tempat terpisah seperti di KMS ibu hamil atau 3. Preeklampsia - eklampsia
rekam medik)
4. Persalinan prematur
2. Selama persalinan dan kelahiran di
5. Bekas sectio sesarea
semua tempat (spesialis obgyn, bidan, dokter
umum, residen swasta, rumah sakit, dll) 6. Kehamilan ganda
3. Secara rutin oleh semua penolong 7. Kelainan letak janin
persalinan yang memberikan asuhan kepada ibu 8. Fetal distress
selama persalinan dan kelahiran. 9. Dugaan distosia karena CPD

10. Kehamilan dengan hidramnion

11. Ketuban pecah dini


12. Persalinan dengan induksi

1.. DJJ tiap 30 menit


2. Frekuensi dan durasi kontraksi tiap 30 menit
) Nadi tiap 30 menit
4. Pembukaan serviks tiap 4 jam
5. Penurunan bagian terbawah janin tiap 4 jam
6. Tekanan darah dan temperatur tubuh tiap 4 jam
7 Urin, aseton dan protein tiap 2-4 jam.

.9"
t€
PA DI
ENSIKLOPADIS
EUKU RANGKUMAN MATERi

ItntocRAf
l:w -...,
s. n"g<b ....--.-.-.*-.... w :.......--_ g.-..--..F....
b$d ..,......--..^.., tu (--...-.....,. &at ::*@-..-..... ...
&$k* @ F@*d#ti8d {;is
:I.lbr l4ry. lrrlb 9q ,hi!r,,
ilerh i:r@
{?t* rlrq.r!8 t:{r{ii{
.{knd ., ,,. ..
:#ritri
ksbt$fl,4'?Li;

i*nffiF;;Atr- b bwtu*w.,N8 1:::

]a*we.......

J;4kt tYrdrsdr
*:@eB$*if& Itroa*va' q**g*:
is i:rr.ar rw* '
iu**: .
er..i r.air {t.
Pv$!. . ..,tri
fqi,1r,' t{i ar" i$,7 r4r. rd rnli

tta :: .,'6!r ir!, r$. s+{*e r *} !,


i arrl i :;':Ewi&:
srra,@, irD"{n] ; [lrlsi ]di.3
ii'.{wE?a{ il:}nM* "rri
r Nr$$ dr 8, s*r * !n el
$[q4 :{ d., | 1i :
i

Ite ,Dwk ,.
.4..- id rffiarj
Sri* tt j: i i.! .:
i: s*df .,+tF lil:r{ r
JPlii|*g 1
,i;,ij.,", '.$!*F,4:
,Y 2r.i*;r:trk?F.:,rr
i1
L kr,r.
ill +&?'43:aj{.p":*i ! rtr tr?al

Ir
DJJ Penyusupan (molase) tulang kepala
Menilai dan mencatat denyut jantung janin (DJJ) setiap 30 Penyusupan tulang kepala merupakan indikasi
menit (lebih sering jika ada tanda-tanda gawat janin). Tiap penting seberapa lauh janin dapat menyesuaikan
kotak menunjukkan waktu 30 menit. Skala angka di dengan tulang panggul ibu.
sebelah kolom paling kiri menunjukkan DJJ. Catat DJJ Semakin besar penyusupan semakin besar
dengan memberi tanda titik pada garis yang sesuai kemungkinan disporposi kepal panggul. Lambang
dengan angka yang menunjukkan DJJ. Kemudian yang digunakan:
hubungkan titik yang satu dengan titik lainnya dengan 0: tulang -tulang kepala janin terpisah, sutura
garis tidak terputus. mudah dipalpasi
Kisaran normal DJi 110-160 x/menit. l^: tulang-tulang kepa janin sudah saling
Warna dan adanya air ketuban bersentu ha n

Menilai aii'ketuban dilakukan bersamaan dengan periksa 2: tulang-tulang kepala janin saling tumpang tindih
dalam. Warna air ketuban hanya bisa dinilai jika selaput tapi masih bisa
ketuban telah pecah. Lambang untuk menggambarkan d ipisa hka n
ketuban atau airnya: 3: tulang-tulang kepala janin saling tumpang tindih
U : selaput ketuban utuh (belum pecah) dan tidak dapat
J: selaput ketuban telah pecah dan air ketuban jernih d ipisa h ka n
M: selaput ketuban telah pecah dan air ketuban Kontraksi Uterus
bercampur mekonium
Terdapat lima kotak mendatar untuk kontraksi.
D : selaput ketuban telah pecah dan air ketuban bercampur
Pemeriksaan dilakukan setiap 30 menit, raba dan
darah catat jumlah dan durasi kontaksi dalam l-0 menit.
K : selaput ketuban telah pecah dan air ketuban kering Misal jika dalam 10 menit ada 3 kontraksi yang
(tidak mengalir lagi) lamanya 20 setik maka arsirlah angka tiga
Pembukaan serviks kebawah dengan warna arsiran yang sesuai untuk
Angka pada kolom kiri 0-10 menggambarkan pembukaan menggambarkan kontraksi 20 detik (arsiran paling
serviks.Menggunakan tanda X pada titik silang antara muda warnanya).
angka yang sesuai dengan temuan pertama pembukaan Obat-obatan dan cairan yang diberikan
serviks pada fase aktif dengan garis waspada. Hubungan
tanda X dengan garis lurus tidak terputus.

n 65
Pan'
ilbstetri dan Ginekclogi

Penurunan bagian terbawah Janin Catat obat dan cairan yang diberikan di kolom yang
Tulisan "turunnya kepala" dan garis tidak terputus dari 0-5 sesuai. Untuk oksitosin dicantumkan jumlah
pada sisi yang sama dengan angka pembukaan serviks. tetesan dan unit yang diberikan.
Berikan tanda "o"pada waktu yang sesuai dan hubungkan Kondisi lbu
dengan garis lurus. Catat nadi ibu setiap 30 menit dan beri tanda titik
Contoh: pada kolom yang sesuai. Ukur tekanan darah ibu
Jam 17.00 penurunan kepala 3/5 tiap 10 menit dan beri tanda { pada kolom yang
Janr 21.00 penurunan kepala 1/5 sesuai. Temperatur dinilai setiap dua jam dan
catat di tempat yang sesuai.
Kemudian hubungkan kedua tanda "r" dengan garis tidak
te rputu s
Volume urine, protein dan aseton
Garis waspada Lakukan tiap 2 jam jika memungkinkan.

Jika pembukaan serviks mengarah ke sebelah kanan garis Data lain yang darus dilengkapi dari partograf
waspada, maka waspadai kemungkinan adanya penyulit adalah:
persalianan. Jika persalinan telah berada di sebelah kanan - Data atau informasi umum
garis bertindak yang sejajar dengan garis waspada maka - Kala I

perlu segera dilakukan tindakan - Kala ll


penyelesaian persalianan. Siapkan untuk dirujuk. - kalalll
Jam dan Waktu - kala lV
Waktu berada dibagian bawah kolom terdiri atas waktu - bayi baru lahir
mulainya fase aktif persalinan dan waktu aktual saat Diisi dengan tanda centang ( { )aan diisi titik yang
pemeriksaan. Waktu mulainya fase aktif persalinan diberi d ised iaka n.
angka 1-16, setiap kotak: L jam yang digunakan untuk
menentukan lamanya proses persalinan telah
berlangsung. Waktu aktual saat pemeriksaan merupakan
kotak kosong di bawahnya yang harus diisi dengan waktu
yang sebenarnya saat kita melakukan pemeriksaan.

Korunlst pAnA UstA Krunmnnru *-sru;ur


: kehomilon >28 'I

Flaeerita pr*via @ lmplantasi plasenta dekat dengan ostium serviks Hindari pemeriksaan vaginal touche
jika dicurigai plasenta previal
4 Perdarahan tanpa riwayat nyeri, keluar darah segar hingga
dapat menjadi syok
tfl usc untuk konfirmasi, pantau kesejahteraan janin
* stabilisasi tanda vital, sectio cesarea segera bila
perdarahan masif; terapi ekspektatifjika kondisi stabil dan
perdarahan tidak masif

: kehamilon >28 perdorahcn


5cl*sio plasext* @ Terlepasnya plasenta dari tempat implantasinya
4 Perdarahan dengan nyeri, keluar darah "kehitaman",
perdarahan tersembunyi sehingga pasien dapat syok
walaupun tidak terlihat banyak darah keluar
E Usc untuk konfirmasi, pantau kesejahteraan janin
* Stabiliasi tanda vital, sectio cesarea pada sebagian besar
kasus. Blla DJJ tidak terdengar, coba lahirkan pervaginam

Vasn previa @ Terdapat pembuluh darah yang menutupi jalan lahir


iL Perdarahan berat ketika pecah ketuban
E usc
* stabilisasi, sectio cesarea

$t] -c,
.t"
L
PA DI
""Ti-?:f-?.lm,
K >5OO ml
Perdarahan Post- Perdarahan pasca-persalinan primer dalam 24 jam persalinan,
p* rtu $l dengan kehilangan darah >500 ml.
Oksigen, stabilisasi tanda vital, sambil tentukan penyebab 4T:
Segera, uterus Atonia uteri Oksitosin,
lembek (Ton us) ergometrin,
aSam
traneksa mat
Plasenta tidak Retensio plasenta Oksitosin, tali
lahir (Tissue) pusat terkendali,
plasenta manual
Plasenta lahir Sisa plasenta Oksitosin,
tidak lengkap (Tissue) eksplorasi digital
Robekan jalan Tea r Eksplorasi, jahit
lahir (seviks,
perineum)
Darah tidak Ga nggua n Whole blood,
berhenti, koagulasi faktor
'encer', ada (Trombin) pembekuan
faktor (FFP,
pred isposisi krioprsepitiat,
trombosit sesuai
indikasi)

SpExr*unlr F'lrprxxrnisl pAlAM KrxnnilrL.Aat


ttd"n
Hipertensi kronik: TD > 1-40/9O mmHg sebelum hamil ATAU <20 Perhatikan onset timbulnya
Fliper{*n*i *$*ian'r minggu usia kehamilan, tanpa proteinuria hipertensi/proteinuria untuk
menentukan klasifikasi. Digunakan

---------)
Hipertensi gestasional: f D 4.4O/9O mmHg >20 minggu usia
batas 20 minggu usia kehamilan

kehamilan (sebelumnya tidak ada riwayat), tanpa proteinuria


* Suportif (jalan napas, oksigen,
cairan), MgSOo intravena,
antihipertensi pada ibu dengan
Pre-eklampsia: jika >20 minggu usia kehamilan:
hipertensi berat (nifedipin, atau
Ringan jika TD>1.4O/9O, proteinuria +1 (>3O0 mg/24 jaml metildopa).

Berat jika TD >160/110, proteinuria >+2 (>5 gl2a jaml Tatalaksana def initif spektrum inl
adalah terminasi kehamilan.
ATAU
MgSOa sebelum diberikan pastikan
disertai keterlibatan organ lain (Trombosit <100.000 sel/uL; refleks patella +, output urin <0,5
peningkatan SGOT/SGPT, sakit kepala hebat, gangguan visual, cclkgBBljam, dan tidak ada depresi
edema paru / gagaljantung kongestif, oliguria, dan napas. Siapkan Ca glukonas sebagai
peningkatan kreatinin) antidotum MgS04

Superimposed pre-eklampsia pada hipertensi kronik: ada


riwayat hipertensi kronik (sebelum hamil ATAU <20 minggu
usia kehamilan), lalu saat usia >20 minggu menunjukkan
proteinuria >+2 atau trombosit <100.000 /pL.

Eklampsia: kejang umum dengan/tanpa koma, disertai gejala


pre-eklampsia (berat pada umumnya)

Gtr'irrclce r

Snnggua* $iklus Siklus haid normal berkisa r 2L - 35 hari (mayoritas di 28 hari)


Sfr Nfl

.4. 67
FADI
0bstetri dan Sinekal*gi

Amenorea primer di atas L6 tahun dengan tanda seks sekunder


ATAU >14 tahun tanpa tanda seks sekunder
Amenorea sekunder jika tidak haid dalam 3 bulan terakhir jika
siklus haid teratur (atau 9 bulan, jika ada riwayat
oligomenonrea)
Oligomenorrhea jika siklus haid >35 hari
Polimenorrhea jika siklus haid <21 hari
Menorrhagia jika lama siklus haid dan jumlah darah haid lebih
dari normal
Metrorrhagia jika terdapat perdarahan di luar siklus haid
Knnker Serviks Karsinoma sel skuamosa serviks (tersering), akibat infeksi
HPV tipe 16 dan 18 (high risk), dengan faktor risiko banyak
pasangan seksual, infeksi menular seksual, koitus pertama
usia muda, dan pasangan seksual dengan risiko tinggi
*J Skrining, asam asetat (lesi ocetowhite)/lVA dan Pap Smear
ftJ Diagnosis: biopsi (kolposkopoi, cervicol punchl
E nadiologi (rontgen thorax, MRI/CT abdomen) untuk
penentuan cli n ica I stoging cmqh.or tw

* Pencegahan: vaksin HPV sebelum onset koitus pertama,


>> Gambaran acetowhite pada
hindari perilaku berisiko. Tatalaksana bergantung stage pemeriksaan inspeksi dengan asam
(bedah, radiasi, kemoterapi) asetat

|).
$&

PA DI
ENS]KLOPADIS
EUKU RANGKUMAN [,IATERI

N ruRoLoGr
Frsroloe r

Usrffietom Daerah Dermatom


Klavikula c3-c4
lbu jari c6
Jari tengah c7
Kelingking c8
Puting payudara (nipple) r4
Processus xiphoideus T7
First Aid USMtt.2016
Umbilikus T10

Kaki medial (ibu jari) 14.15

Kaki medial (kelingking) L5-S1

Perineum S2-54

Biseps Triseps Patella Achilles


c5-c6 c7-c8 L3-14 s1-s2
N€*'$s Krnt:i;:{is Olfaktori Sensori penciuman Gerak bola mata:

Optikus Sensori penglihatan LR65O4 = 6161 19klus lateral CN Vl /


ilt Okulomotor Gerak bola mata, konstriksi otot superior oblik CN lV / yang
pupil, levator palpebra lainnya dipersarafi oleh CN lll

lV Trochlear Gerak bola mata


V Trigeminus Otot mastikasi Anatomi batang otak
Vl Abdusens Gerak bola mata
Vll Fasialis Otot wajah, rasa 2/3 anterior
lida h
vilt Vestibulckoklearis Pendengaran dan
kesei m ba ngan ... ;ii;i:l :r#llulir ;i: i:::1
_" tu:lii 1L,:1'r:.'
iX Glossofaringeus Rasa 1/3 posterior lidah,
elevasi faring, menelan """'"'"'* -'.i lii;;,iri,."
i
" *-j<:'.t l fn
Vagus Menelan, parasimpatis ke ' "::::.Y:!:|

_olg9!_q9l9rn ;i{a
XI Aksesorius Rotasi kepala dan angkat
ba hu CN lll, lV keluar dari mesensefalon
CN V, Vl, VIl, dan Vlll keluar dari pons
xlt Hipoglossus Gerakan otot lidah
CN lX, X, Xl, dan Xll keluar dari medula
oblongata
\la:kularis;ls! #tak Arteri serebri anterior:
memperdarahan serebrum frontal Can
medial; oklusi: kelemahan anggota
gerak kontralateral, ekstremitas
bawah lebih terpengaruh

Arteri serebri media: bagian lateral


hemisfer, menyebabkan hemiparesis
kontralateral, terutama wajah dan
ekstremitas atas. Dapat pula
menBakibatkan hemianopia homonim
(jika terkena radiatio optica)

Arteri serebri posterior: lobus


oksipital. Mengakibatkan hemianopia
homonim dengan moculor sporing.

Sirkulasi vertebrobasiler:
mengakibatkan buta kortikal, diplopia,
vertigo, n istagmus.

"?" ss
pA, Dt
Neurologi

Nrunnloe rArusx
Keywords : onak demam, kemudian kejonq
Kejang Dernam @ Bangkitan kejang yang tejadi pada peningkatan suhu tubuh Kejang demam. bukan oleh infeksi SSP,

(Konsensus Ke1ang Demam, (rektal >38oC), disebabkan oleh proses ekstrakranial. Sangguan metabolik, dan tidak pernah
UKK Neurotoqi IDAI) ada riwayat kejang tanpa demam

Kl a sifi kas i:

Kejang demam SEDERHANA jika durasi <15 menit; sifat kejang


generalisata (bukan fokal); hanya 1 kali dalam 24 jam. Usia
Kejang dengan demam pada neonatus
kejang demam anak biasanya antara 5 bulan - 5 tahun.
ditatalaksana menggunakan
Tidak memenuhi kriteria kejang demam sederhana = kejang fenobarbital.
demam kompleks,
R Jika kecurigaan infeksi SSP harus dikerjakan penunjang:
pungsi lumbal; EEG jika kejang fokal

* S""t kejang berlangsung: diazepam rektal (<1 tahun/10 kg:


5 mg; >1- tahun/10 kg: 10 mg), boleh diulang satu kali. Masih
kejang: diazepam lV (0,3 mglkg) bolus pelan. Masih kejang:
fenitoin lV (10-20 mg/kg) bolus dengan kecepatan kurang dari
50 mg/menit, jika kejang berhenti lanjutkan dengan rumatan
fenitoin (4-8 me/kelha ril,1.2 jam setelah dosis awal. Kejang *krrteria kejang sering:

tidak berhenti ) lCU. berulang 3x/lebih daiam 5 bulan; atau


4xllebih dalam 1 iahun

Profilasksis dipertimbangkan: profilaksis intermiten (dengan


diazepam, 0,3 mg/kgBB/kali, 3x sehari, selama 48 jam)jika
kejang pada suhu tubuh tidak tinggi, berulang sering*
Profilaksis kontinu (dengan fenobarbital/asam valproat
diberikan selama L tahun)jika kejang fokal, >15 menit

[rurrxslSlslrrs Sannr
: demam, defisit neurologis, tidok oda kaku kuduk
In se{a itis
I
@ Demam, kejang, dan penurunan kesadaran Dalam menghadapi soal seperti ini,
perhatikan penurunan kesadaran
L lika tidak mengenai lapisan meningens, tanda rangsang
ataupun kete13ngan perubahan
meningeal umumnya {-) kecualijika disertai dengan tingkah laku yang mengarahkan ke
meningitis pula. ensefa litis

Analisa cairan serebrospinal, dapat dilanjutkan pemeriksaan


PCR. Etiologi tersering: HSV-1, @, CMV, EBV, VZV; atau non-
viral. CT scan dengan kontras dapat dipertimbangkan.
* Asiklovir rutin diberikan karena insidens ensefalitis herpes
simpeks yang tinggi. Suportif lain: fenitoin untuk pencegahan
kela ng.

lnflamasi lapisan meningens, Analisa cairan serebrospinal:

Demam tinggi, sakit kepala, fotofobia

t t"3 t.
t-..

PA DI
'-"T:-?:3-?"1m,
Etiologi: Meningococcus, pneumococcus, H. lnfluenae, CMV, Bakteri - keruh, Ieukosit tinggi,
atau imunokompromais (kriptokokus, TB) dominan neutrofil, protein tinggi,
glukosa rendah
4 Xaku kuduk dan tanda rangsang meningeal (+). Dapat
Virus - jernih, leukosit rendah,
disertai lesi petekial.
dominan iimfosit, protein normal,
R eungsi lumbal (lihat kotak samping) glukosa normal

* Tergantung etiologi, antibiotik; antiviral; anti-tuberkulosis TB - xanthokrom, leukosit variabel,


dominan limfosit, protein meningkat
glukosa rendah

Gambaran
perbandinga n Typical Lumha:r CSF Findings in Meningitis
cairan
serebrosspinal T€ct Baeterial Viral Fun6al Tubercdeur
pada beberapa Opening pressr-ire Eleusted Usualty narnral Variable Varisb[e
kondisi meningitis Leukocl,fe count : 1t{t0/pL < 1&01p1 Variable \1aria bf*

Mainly
tell differe*tiai &4ainty n*utrophils lyrnphocr,t*s !\,ila;nly fvrrrpho.lt€s Mainhl hynrphmyte:
Fr0iein tu1ild*marked Narnral-*:ild lncreised lnrreased
iffreais increase

Sfucosp tJsu*ily s <10 rrgldl N0rrnat 0ecrEased O*cr*a*ed: may be


<.13 nrf/dl
(5t-l€-5erunl ft{6rryral*r:narh*d Usuatfu nnrmal l-orv lorqi
glucale r*tro decrease

l-ac{ir arld tulild*nrerked Xormsl*r!1ild Mild*moderaile Mifd*sad*ra:*


incralse incr€a5e incfea:e inrrease

Keywords : luka, Iolu kei penurunon kesadaran


Eksotoksin C. tetoni mengakibatkan rangsangan spatis.

4 Opistotonus, trismus, disfagia, kaku leher, fleksi lengan,


ekstensi tungkai, hingga disfungsi otonom. Spasme dapat
timbul dengan rangsang atau spontan. Tes spatula positif
* Pencegahan dengan vaksin tetanus toksoid (TT) dan anti-
tetanus serum (ATS).
Pengobatan dengan ATS, TT, pelumpuh otot (diazepam), dan
antibiotik (metronidazol atau amoksisilin).

$ummary Guide lo Tetanus Prophylaxis


in Routine Wound Management

* &ffiddgistsi&ld*h 8,, ukg- *!a,

Atmlnt.igr Y*crtrr iFd tsrx fr, ox* n relr


krsu6 hmune ebllf,
{tql rw;' '

Admld5k vecls: td.y,"i v.ccJre hd wd4lgdry- Vs&drs nrt n{.M ldry,


Fnlignl ske*l reta ur, Fnli$l rt&U .Mfor ner!
dsNs { i s4€-@!rqls d** 6l lg,yee? lnltrrel (fia lM a1 St.tsar Uled *at

>> Tentukan apakah luka bersih atau kotor, serta tentukan status imunisasi TT penderita. Luka yang bersih tidak
memerlukan ATS/HT|g. Lrrka yang kotor mungkin memerlukan ATS/HTIg atau vaksin TT.

Nvsnr Kepal-g
Migraine Tension Cluster Sakit kepala prinrer: tidak drsebabkan
0ren pr05e5 rrtraKraniar \/anB 5pe5ilK.
Lokasi U nilate ra I Bilatera I U nilatera I

J f1
'l:
PADI
Neurclagi

Durasi 4 -72 jam Bervariasi 1/2 - 3 jam, 5ingkirkan dulu sakit kepala sekunder
(misal, akibat infeksi SSP). Soal
banyak
umumnya menyingkirkan tanda infeksi
seranga n
(demam disangkal), dan tanda tumor
Tampilan Tempat Tetap aktif Tetap aktif;
disangkal (tidak ada progresi makin
pasien gelap, atau istirahat laki-laki dan pa ra h)
istira haU perokok
perempuan
diikdt
f{yeri K*pala Tlpe @ Nyeri bilateral, rasa seperti tertekan dan diikat, lokasi
Tegnng {Tension} frontal dan oksipital.
* ruSntO (ibuprofen, aspirin) atau parasetamol; antidepresan
trisiklik (amitriptilin) sebagai preventif

Mligr*in* Nyeri unilateral, rasa berdenyut, lokasi di fronto-temporal Pemicu:


CHocoLATE: chocolate, hangover,
dan okular, mual, muntah, fotofobia, fonofobia.
orgasme, cheese, oral contraceptive,
Bisa disertai aura# (classic migraine) maupun tanpa aura lelah&letih, alkohol, task (tugas berat),
(common migraine). exe rcise

* Tript"n atau ergot (abortif); NSAID bisa digunakan pula #AURA: episode vasokonstriksi yang
untuk abortif. terjadi sebelum vasodilatasi pada
m igraine
Profilaksis: propanolol (Lst line), antidepresan trisiklik
(amitriptilin). 2nd line: asam valproat, gabapentin, pregabalin.
Keywords : nyeri seperti ditusuk, sekitqr mato
l{yeri Kep;:la Kiusier @ Nyeri unilateral, terasa sangat berat seperti ditusuk, mata "Keep calm.. Carry oxygen"

seperti didorong keluar, lokasi di orbital dan temporal. CCB yang digunakan untuk profllaksis:
vera pa mil.
3! Lakrimasi, mata merah, rinorea, dan perspirasi di dahi
*02 umumnya >10 LPM (beberapa
ipsilateral.
literatur menyebutkan 12 LPM)
* oktig"n tOO%*,triptan, atau ergot (abortif); calcium
channel blocker sebagai preventlf

I Keywords : nyeri kronis di wojah


fSe*rulgia @ Nyeri seperti "tersetrum" di daerah persarafan n. trigeminal Nama lain: tic doloreaux

(daerah wajah). Etiologi tidak diketahui, pemicu: sikat gigi, Karbamazepin dosis start 2 x 100 mg
berbicara, makan.
* Karbamazepin, gabapentin, lamotrigin

NgunovrsnulnR
K : tiba-tiba sotu sisi
$troke lskemik Defisit neurologis akut (contoh: hemiparesis), biasanya Terdapat dua tipe stroke iskemik,
kesadaran tidak menurun kecuali daerah iskemik sangat luas yakni emboli dan trombus.

:L Lesi khas UMN (hiper-refleksia, refleks patologis). Emboli: terdapat riwayat gangguan
irama jantung (terutama atrial
E CT-r.un - daerah hipodens di serebrum. Dipakai terutama fibrilasi), muncul mendadak (sudden)
untuk menyingkirkan perdarahan intraserebral.
Trombus: berkembang tidak secepat
* Trombolitik (dengan rt-PA) untuk pasien yang datang dalam emboli
3-4,5 jam setelah onset dan tidak ada kontraindikasi. Alternatif:
aspirin atau klopidogrel untuk pasien iain. Antihipertensi tidak
selalu dibutuhkan, kecuali pada TD>220 mmHg. (bandingkan
pada keadaan stroke hemoragik).

Pencegahan primer: faktor risiko, berhenti merokok, statin.


Antikoagulan jika ada riwayat penggantian katup jantung.
Pencegahan sekunder: kontrol faktor risiko, aspirin, klopidorgel,
statin diperlukan. Kontrol faktor risiko.

lK"v*"

7N ..t"
"t
PA DI
ENSIKLOPADI
SUKU MNGKUMAN MATERI

Stroke Perdarahan Defisit neurologis akut, ada penurunan kesadaran, nyeri kepala, ;n;
mual, muntah.
4 Lesi khas UMN, biasanya disertai hipertensi.

R cT-s.rn - daerah hiperdens di serebrum.


* gedah (untuk evakuasi hematoma), antihipertensi (perlu
diturunkan, namun jangan turunkan TD >25% MAP), diuretik
osmotik (mis. manitol).

Ft*Aid RadioloBy,2009

>> Perdarahan akut di basal ganglia

Keywords : tibo-tiba hebat


Ferdarehavl Pecahnya sebuah aneurisma (sering: Berry Aneurisma) atau
Sub*rakhsroid arteriovenosus malformation (AVM) yang menyebabkan
perdarahan ke dalam ruangan subarakhnoid.

@ Nyeri kepala yang dirasakan "paling berat seumur hidup"


(th u n de rcl o p h ead oc hel.
L Ianda rangsang meningeal positif
Lf cT s."n - hiperdensitas di dalam sulkus dan fisura serebri.

* Brrr hole kraniostomi, evakuasi/irigasi.

Gar'lee unrrl Krsm nn narucR*:


I Keywords : pusing berputor
Vertigo terbagi menjadi vertigo perifer (vestibular) dan vertigo Vertigo perifer: BPPV, penyakit
sentral (non-vestibular). meniere, neuronitis vestibular,
fisiologis {mabuk kendaraan)
Perifer Sentral
Vertigo sentral: gangguan vaskular
Gejala mual Berat Bervariasi (tidak
otak {stroke batang otak), stroke
muntah seberat perifer) serebelum, migren basiler, r'eoplasma
Defisitneurologi Jarang Seri ng
Gejala Seri ng Ja ra ng
pendengaran
Nistagmus Horizontal/ Verti ka I

rotatoir
in g her puta r di pen ga ru hi peruboho n
n**1t Degeneratif, idiopatik, etiologi tersering kanalolitiatis dan Betahistin merupakan senyawa analog
kupulolitiasis histamin, dapat meningkatkan
sirkulasi di telinga dalam
@ Pusing berputar, biasanya hebat, disertai mual dan muntah
-terjadi karena perubahan posisi kepala (misal: dari tidur
.*. r*.
menjadi bangun), terjadi sangat singkat
jL Oix ttallpike positif (rnanuver lain: side lying, rolll,
perhatikan arah nistagmus
* Manru"r Epley (kelanjutan dari Dix Hallpike), latihan
Brandt-Daroff, farmakologi: betahistin, antihistamin dan
antikolinergik pada saat serangan akut

'# r*

www med unc edu

I Keywords : vertigo disertoi tinitus


l\{esrerc Sis*a5{ Hidrops endolimfe koklea dan vestibuum, mendadak dan hilang
timbul.

to
PA DI
Neur*l*gi
(? Trias: pusing berputar, tuli sensorineural (terutama nada
rendah), tinitus; disertai perasaan penuh di telinga
jL Audiometri: tuli sensorineural yang reversibel
* Edukasi diet restriksi garam, diuretik (HCT), sedatif
(diazepam), betahistin

NruRoe gRlgrRt

Semensia Penurunan kemampuan kognitif di berbagai bidang secara Pemeriksaan radiologi dapat

kronik dan progresif. Fungsi kognitif yang terganggu meliputi menunjang diagnosis'
amnesia, berbahasa, akalkulia, hingga apraksia.
lli.rii!:rr Perjalanan gradual (perlahan-lahan). Faktor risiko terutama Temuan patologis: neu rofibrilory
usia dan riwayat keluarga. tonqles dan deposisi amiloid

E ntrofi lobus otak, singkirkan kelainan vaskular dan


h id rosefa I us

* Kolinesterase inhibitor (rivastigmin, donepezil) dan


suportif, non-farmakologis {stimulasi kognisi, latihan memori}
Riwayat stroke dan penyakit serebrovaskular. Faktor risiko Sering ditandai dengan penurunan

utama usia dan hipertensi. fungsi kognitif yang "mendadak" -

seperti step)odder
4 Dapat disertai dengan defisit neurologi
* Penanganan penyakit dasar (stroke, hipertensi, diabetes
melitus)
Demensia frontotemporal, ditandai dengan atrofi lobus frontal
dan lobus temporal.
@ Awal berupa gangguan tingkah laku, emosi, dan
kepribadian.
Demensia dengan perubahan postur dan cara berjalan Terkait dengan penyakit Parkinson
(lihat di bawah)

Ary -:, a'--'ss!!g!! j:!99!j!s -9! I

F*rki*sr:n Degenerasi neuron dopaminergik di substansia nigra Bedakan penvakit parkinson

4 tRnp: Tremor (Tremor terutama saat istirahat, frekeunsi ll:":"'j'il,',lt::::l::::]:'::^ ^-


lambat), Rigiditas (cog-wheel), Akinesia (tambat menginisiasi
pergerakan, tulisan kecil, arm swirrg bekrurang), Postural loss;
ffffiilffi::ij:Til];:ffi
2 tanda kardinar cukup untuk diagnosis ::::l?:::ji11l':T:::.::?::1f]'
tmrsar: oemensra, oegenerasr gangila
* Levodopa + Benzaserid, amantadin, tr/lAO-l inhibitor. Untuk basal, vaskular)
yang dominan tremor <70 tahun (tanpa akinesia/bradikenisa),
pilihan utama biasanya antikolinergik (triheksilfenidil)

Eprr-spsr
I Keywords : kejong kambuhan/berulsng, tonpa demom
Ipilepsi Kecenderungan untuk timbulnya bangkitan epileptik terus Etiologi epilepsi dapat terbagi menjadi

menerus. Definisi operrsional: Minimal terdapat 2 bangkitan ldiopatik, tidak ada le: ' :truktural di
tanpa provokasi (atau 2 bangkitan refleks) dengan jarak antar- otak
bangkitan pertama dan kedua adalah lebih dari 24 jam. Kriptogenik, simptomatis tapi
penyebab belum diketahui
@ Bangkitan refleks dapat berupa stimulasi visual dan
auditorik. Simptomatis, misalnya kelainan
struktur SSP
E El"ktro-"nsefalografi (EEG)

Ipilepsi F arsial Fokal, berasal dari bagian tertentu di korteks serebri. Terbagi Automatisme merupakan gerakan
menjadi: stereotipik berulang, biasanya
menyertai ke.jang parsial kompleks
Sederhana Tidak ada penurunan kesadaran,
dapat berupa gejala sensoris,
motoris, otonom, atau psikis

i{+ -0,
9t1
'6
PADI
ENSIKLOPADIS
BUKU RANGKUMAN MATFRI

Kompleks Ada penurunan kesadaran, sering Penurunan kesadaran umumnya


diikuti automatisme dan berupa tidak memberikan respons
terhadap lingkungan
kebingungan pasca-bangkitan
umum
Tonik klonik Kejang parsial yang berlanjut
sekunder menjadi kejang umum tonik klonik

* Karbamazepin (terpilih), asam valproat.


tpilepsi Urerum Berasal dari kedua hemisfer serebri. Terbagi menjadi: Menentukan lokasi epilepsi?

Absans I lena (petit Bengong mendadak, berlangsung lobus oksipital dominan fenomena
visual (garis, kilatan cahaya)
mall sebentar (<15 detik), dapat disertai
automatisme atau tidak lobus parietal dominan gangguan
Mioklonik Kedutan motorik aritmik, sporadis sensorik {kesemutan, baal); dan motor
(akibat penyebaran)
dan sebentar
Klonik Kedutan motorik ritmik, lebih teratur [obus frontal dominan gerakan
(motorik)
dan lebih lama
Tonik Kaku dan rigid, dapal fleksi maupun lobus temporal disertai automatisme
ekste ns i {lip-smacking, mengunyah, menelan),
gerakan tangan stereotipik; d6ji vu
Tonik klonik (grond Berawal dari peningkatan tonus,
dan jamais vu, gangguan emosional.
moll diikuti dengan gerakan kelojotan
ritmik (klonik)
Atonik Hilangnya postur tubuh secara Pemilihan OAE sepenuhnya dipilih
mendadak (tiba-tiba "jatuh") berdasarkan sindroma epilepsi dan
bangkitan epilepsi, dan dapat berbeda
dari satu literatur atau panduan ke
* Karbamazepin (terpilih), untuk bangkitan absans yang lain.
menggunakan etosuksimid (lini kedua : asam valproat).
Aiternatif: asam valproat.

Tsnunnn
{*drra ltcpala Klasifikasi bergantung pada GCS, pingsan, dan gambaran CT
sca n

Minimal Ringan Sedang Berat


GCS 15 GCS 13-15 GCS 9-12 GCS 3-8
ada
Tidak Pingsan <10 Pingsan 1-0 Pingsan >6
pingsan mnt mnt - 6 jam jam
CT normal CT normal CT abnormal CT abnormal
Konsensus Nasional Penanganan Tra!ma Kaprtrs dan Trauma Sprnal

Komosio (concussion, gegar otak); CT scan normal


>> Perdarahan epidural
Kontusio: "memar" otak, hiperdensitas di CT-scan, tidak
sehebat perdarahan intraserebral
Perdarahan intraserebral: CT scan hiperdensitas mencolok
Hematoma epidural: pecahnya a. meningea media; interval
lusid; CT scan hiperdens bikonveks. Rentan terjadi herniasi
ota k.

Hematoma subdural: pecahnya bridging veins; CT scan


hiperdens bulan sabit. Dapat bersifat akut (trauma berat)
maupun kronik (misal: trauma ringan, atrofi otak)
Perdarahan subarakhnoid: lihat di hal, 73
* neCO; konsultasi bedah saraf (misal pada EDH >40 cc
dengan midline shift; SDH luas; perdarahan intraserebral luas;
fraktur kranii terbuka; dan edema serebri berat); >> Perdarahan subdural

Flrunorntl DAN Krt.glNAN fUrUfioMUsKULAft

.4, 7q
"i"
PADI
Neurol.ogi

{arpal Tunnel Kompresi n. medianus di terowongan karpal """rr4d-

Vi
/'*'-*_

Syndron:e Nyeri pergelangan tangan ventral, kebas di telapak tangan :\--


@
bagian radial, terutama jari l-lll I\ i ",",
jL tinel sign (nyeri/kesemutan saat terowongan karpal i \ I i.i
diketuk), phalen test (nyeri/kesemutan saat pergelangan f,$l .A$..),
tangan fleksi) -{r'-r' "';;;'
-Idr..nuut..a,
* Night splinf (bidai malam hari) saattidur, analgesik,
injeksi kortikosteroid, hingga pembedahan
>> Phalen Test

Ke sotu sisi di wajah sajo


$ell's Falsy Paralisis akut nervus Vll perifer unilateral.

:L oani dan pipi sisi yang terkena tidak dapat digerakkan,


kelopak mata sisi sakit tidak bisa menutup (lagoftalmus),
bibir tertarik ke sisi yang sehat
* Steroid (prednison 1 mg/kgBB - 60 mg dewasa), air mata
buatan, plester mata ketika tidur, rehabilitasi

researchgate.net

noik dari distal ke imol


*,,iilri*-Srrvo Demielinisasi saraf perifer, akut dan progresif. lVlG = imunoglobulin intravena

@ Sering didahului ISPA atau gastroenteritis, diikuti


kelemahan oscending (naik), dari distal ke proksimal, dapat
mengakibatkan kelumpuhan otot diafragma
4 Elektromiografi, pungsi lumbal
* Plasmafaresis atau lVlG, suportif (terutama pada pasien
dengan ancaman gagal napas)
Keywords : ptosis sore hari
Autoantibodi terhadap reseptor asetilkolin di taut AChE = asetilkolin-esterase

neurom usku lar. lnhibitor enzim ini mengakibatkan transmisi


kolinergik dengan asetilkohn ditingkatkan,
@ Kelemahan, teruiama otot kecil (levator palpebra,
membarrtu mengatasi gejala miastenia
misalnya) - ptosis terutama di sore hari ketika lelah
gravis.
4 Wartenberg test. Uji dengan fistostigmin (AChE inhibitor)
* ncnr inhibitor (piridostigmin) - lama kerja lebih lama
dibanding fisostigmin
Keywords : Iow bock pain, menjalor
l-l*rniasi S*!r!*us Herniasi diskus intervertebralis dan menekan radiks saraf
Fulposus perifer sehingga menimbulkan gejala neurologis.

@ tttyeri punggung bawah yang menjalar, sering disertai


kelemahan otot dan kesemutan
:L Tes Lasegue positif

R f oto polo" vertebra untuk menyingkirkan kelainan lain,


MRI
* tirah baring, analgesik (parasetamol, NSAID), relaksan
otot, hingga pembedahan apabila kasus berat

-9.
:!t:,
"t't
PADI
ENSIKLOPADI
BUKU MNGKUMAN MATERI

Kelainan saraf N. medianus Ape hand N. medianus: LOAF (lumbrikal, oponens


penifer lain policis, abduktor policis brevis, fleksor policis
c6-T1 brevis)
N, ulnaris Claw hand (ulnar claw) N. radialls: BEST (brakioradialis, ekstensor,

c7-rl supinator, triceps)

N. radialis Wrist and finger drop


c5-T1
Pleksus brakialis Sering akibat trauma jalan lahir
pada anak yang makrosomia atau
distosia

M$j*r $J$t3l$ kry",Wte"ri$ry


Ape hand: ketidakmampuan lbu.jari
melakukan oposisi (seperti yang ditemukan
:f*ii*: a$s;W pada primata)
"r th$**ar Wt?h.rx h{ssl&
t:{ilf ;,{.lr{tS F{.ri+
tsr!**tt}*ri
r ?a**rlgls p*,lt{i$
i lt&r4]rrt$Jsi; in(Et *nd
r*idrlQ firyfrn

iier; ,^rr. r.l:i',c


trk$*rp *{ *isl.$l pLtJt:t
d r;rg ;rr$ ilt!* lrig*r;
ti
<' .\]"rtt
^r'-a:.rlar d:
&S*kg sriitiil lilf i.**r4lr Ulnar claw: unopposed flexion ot
a,a. - -
"t-
inte r pho Io ng ea I joints, u nop posed exte nsio n
ot MCP. Mengenai jari 4 dan jail 5.
il.!;i{*i
Sf:*1i+::84;aris
%;i.::At*,

1tuffi xard ',f'turi

.9-
i1! vv
;E
1;
PA DI
PsrKIATRt
Gnrueeuaru Msrural ORenrurx = F0

Eeliriurn Kondisi kesadaran berkabut (sensorium terganggu), Siklus bangun-tidur pasien demensia
gangguan pemusatan dan pengalihan perhatian, umumnya terganggu

disertai dengan kondisi yang mendasari (misal: operasi besar, Penjelasan mengenai demensia dapat
penyakit berat, rawat, inap). Dapat disertai gangguan dilihat di halaman 74
psikomotor dan emosional.
* Haloperidol pada kondisi gaduh gelisah, orientasi waktu
dan tempat kepada pasien

*elirium vs Demensia perjalanan penyakitnya lebih panjang (bulan - Pasien demensia memiliki kesadaran

*emensia tahun), ditandai dengan lupa (jalan pulang, apakah sudah dan orientasi yang baik, walaupun
pada fase lanjut, orientasi pasien
makan/belum, meletakkan barang).
demensia dapat terganggu.
Delirium perjalanan penyakitnya lebih cepat (jam - hari),
umumnya disertai dengan kesadaran yang berkabut dan
gaduh gelisah (mencabut NGT, marah-marah)

Fxruvam*e UNAAN ZAT = FI" nAN PsrgrnrRtAptxst


Fe*rge l"thgunaa* rat lntoksikasi: dosis berlebih, efek yang muncul sesuai dengan Abuse: penggunaan zat-zat yang tidak
efek farmakologis zat. Contoh: depresan (benzodiazepin) sesuai Cengan budaya dan memiliki
konsekuensi medis, psikologis, dan
membuat menjadi "rileks", tenang, nadi turun, napas turun.
sosial )
tidak harus ada toleransi,
Withdrawal: penghentian obat secara mendadak, "putus zat" withdrawal
dan menimbulkan efek farmakologis yang pada umumnya
berlawanan dengan gejala intoksikasinya (misal: putus
benzodiazepin menyebabkan gelisah dan takikardia)

S*ny*ur* Stirirul** Serba 'meningkatkan' ) membuat "semangat", euforia,


iritabel (ansietas hlngga marah), menghilangkan kantuk
atau --1
Contoh: metamfetamin (shabu)
amfetamin, kokain, efedrin,
pseudoefedrin
4 Takikardia, dilatasi pupil, agitasi psikomotor, penurunan
BB (sering dijadikan zat anoreksik)

* lntoksikasi suportif (atasi demam, takikardia, agitasi


psikomotor); withdrawal dengan bromokriptin
Seny*rv* Menenangkan (dapat menurunkan laju napas), slurred speech, Contoh: dlazepam, lorazepam
Senz*d!aa*pill inkoordinasi dan gait tidak stabil, stupor/koma.
* lntoksikasi dengan flumazenil; withdrawal dengan
fenobarbital (atau benzodiazepin lain)
: intoksikasi, miosis don
Senyawa *p:ioid Mengurangi nyeri, membuat menjadi tenang, depresi napas. Contoh: morfin, heroin (putaw),
tramadol, koderrr
4 Miosis, depresi napas, konstipasi/fungsi Gl menurun
* lntoksikasi dengan nalokson; withdrawal dengan metadon
(opioid kerja panjang)

4 Membuat halusinasi-tidak spesifik di satu struktur Contoh: ganja {kanabis), LSD

$"iaiusin*gen senyawa tertentu, banyak senyawa punya efek halusinogen

* Suportif sesuai dengan zat halusinogen


&ck*k @ Pendekatan berhenti merokok dengan 5A: Ask (tanya - Withdrawal effect akan muncul
dengan gejala tersering adalah batuk,
apakah Anda merokok?) - Advice (anjurkan untuk berhenti) -
sakit kepala, insomnia, emosi tidak
Assess (nilai, apakah Anda ingin berhenti sekarang) - Assist
stabil, sulit berkonsentrasi, dan nafsu
(ikuti program berhenti merokok dan berikan motivasi) - makan yang meningkat.
Arrange (menyusun rencana tindak lanjut)

,9" 7A
\o
PA DI
Psikiatri

f Farmakologi: nicotine replacement therapy (NRT) dalam


bentuk gum (kunyah), potch (tempel), inhaler, lozenge {tablet
hisap); bupropion SR; dan vareniklin tartrat. Disamping itu
perlu non-farmakologi: self help dan konseling

SxrzornrrurR = F2
halusinasi
Skizcfrenia Psikotik merupakan ciri khas gangguan di keluarga ini. Skizofrenia jika gejala lebih dari satu

Bermanifestasi sebagai gejala positif (halusinasi, waham) dan bulan


gejala negatif {menarik diri, perawatan diri buruk)

@ waham kebesaran, rujukan, kejar. Merupakan jenis


skizofrenia yang tersering.

@ Disorganized, proses pikir yang tidak terorganisasi, tertawa


patologis (gigqling), buang air besar sembarangan.

@ Cejala dominan retardasi psikomotor, postur/ motorik,


seperti mempertahankan postur tubuh aneh, tidak bergerak,
rigidias, mutisme, fleksiblitas serea.
Fsikr:tik Ak*t @ eelata menyerupai skizofrenia, dengan kriteria waktu untuk
skizofrenia tidak terpenuhi (umumnya < 2 minggu )
Skir**f*ktif @ eejala skizofrenia dan afektif sama-sama dominan muncul, Bandingkan dengan gangguan bipolar

atau setidaknya tidak ada gejala mania tanpa gejala psikotik I dengan ciri psikotikl
yang mendasarinya.
$anggr:an Fsik{rli* Waham menetap Hanya waham yang menonjol,
Lain tidak ada halusinasi
Waham terinduksi Terinduksi dari orang lain,
biasanya ada hubungan yang
dekat
* Antip*ik*tik Generasi I (tipiral) terutama baik untuk gejala positif Efek samping penggunaan antipsikotik

Contoh: klopromazin, haloperidol adalah sindroma ekstrapiramidal

Generasi ll (atipikal) terutama baik untuk gejala negatif


Contoh: risperidon, aripiprazol
Tab*i dosis Obat Dosis harian Dosis maksimal Efek samping Keterangan
ar:tipsikotik y*rrg (dosis awal)

Clopromazin 400-60C mg 800 mg Aritmia, hipotensi


(2s-200 mg) ortostatik, EPS

Haioperidol 2-20m8 30 mg EPS, peningkatan


(2-10 mg) kadar prolaktin

Risperidon 2-6mg 8mg Peningkatankadar EPS relatif minimal


(1- 2 mg) prolaktin (dibandikan APG-I)

Clozapin 150-600 mg 900 mg Sedasi, hipotensi, Generasi 2 dengan


{2s-s0 mc) agranulositosis, efek sedasi kuat
m ioka rd itis
-T fiarggr,-- Akatisia Perasaan subjektif tidak bisa diam, I Secara umum penatalaksanaan EPS
Iks:'apir*lr:id;ll gelisah. Salah satu'lS tersering berupa pengurangan dosis, disertai

DiskinesiaTardif iatau tanpa) pemberian triheksilfenidil


{r.$,}l r0rKr}rt Gerakan mengecap-mengecap mulut
atau benztropin (suatu agen
Antipsikl:tik Distonia Akut Leher terpuntir, mata mendelik
antikolinergik)
Sindroma Gangguan tanda vital.
Klozapin dapat diindikasikan untuk
Neuroleptik * Antipsikotik harus dihentikan,
menggantikan anti-psikotik lain
Maligna simptomatik, balans cairan, dantrolen apabila terjadi diskinesia tardif
(muscle relaxant), dan bromokriptin. Bila
SNM sudah teratasi, biasanya diperlukan
penggantian antipsikotik ke klozapin.

PNDI
GnruesuRrrt Mooo {AFrK} = F3
jenis Sangguan Gangguan mood (suasana perasaan) dapat berupa meningkat
Mood (elasi) atau menurun (depresi)

Keywords : percsqqn tidok berguna


@ Gangguan suasana perasaan berupa mood yang menurun, Ringan: gangguan ringan dalam

minimal berlangsung dua minggu keseharian

Sedang: gangguan mulai nyata,


M(ood) menurun, L(elah) terus-menerus, dan M(inat) yang
muncul ge.jala somatis (gangguan
hila ng
seksual, keluhan tubuh)
* SSnt (fluoksetin L x 20 mg) sebagai pilihan utama. Apabila
Berat: umumnya dengan ciri psikotik
disertai ciri psikotik perlu antipsikotik. Ada upaya bunuh diri / (waham, halusinasi) atau upaya bunuh
perawatan diri yang sangat buruk: rawat inap diri

: ada episode monik, ada depresi


Sangg*"r:'r *iptrle r @ Setidaknya pasien memiliki satu episode mania Apabila terdapat dua episode depresi,
pasien dikatakan sebagai depresi
Tipe t Biasanya disertai episode depresi, namun depresi tidak
berulang
diperlukan untuk mendiagnosis GB tipe I
* tvtood stabilizer (litium, asam valproat). Jika saat ini sedang
depresi, berikan antidepresan DAN mood stabilizer
Senggu*r"r Siptllcr @ Harus ada satu episode hipomania DAN satu episode
depresi
Tidak boleh ada episode mania

Gnruceuarrl l{runottx, CrnilRs, DrlN SoMAToFoRM = F4


Keywords : takut tempat romai, ada avoidance
Ag*r"t{cbi"t @ Ketakutan di tempat ramai (misal: mal, pasar, stasiun)

F*l:in Sersinl Ketakutan di situasi yang mana menjadi perhatian orang Ketakutan pasien akan dipermalukan
(misal: presentasi di depan umum) di depan publik. Beda dengan
agorafobia, ketakuan karena akan
* Cognitive bevaioral therapy, biasanya memerlukan serangan panik di tempat ramai.
farmakoterapi SSRI.

Fobia Spesifik @ Ketakutan terhadap hal yang spesifik (misal: takut kucing, Farmakoterapi tidak terlalu

serangga, warna merah, air, dan lain-lain) bermanfaat pada kondisi fobia
spesifik, bandingkan dengan fobia
* terapi paparan (exposure therapy), CBT (cognitive sosia I.
behavioral therapy)
otonom tiba-tiba,
G*r:gg*a:: Fanik @ Adanya episode serangan singkat, namun berat ditandai
dengan gejala otonom (keringat dingin, gemetar), napas
cepat, tanpa suatu pemicu yang dapat menjelaskan gejala
pada pasien.

* Benzodiazepin dalam serangan, psikoterapi suportif


Keywords : cemos podo segolonya, tidak spesifik, 6 bulan
Sangg*an Cemas @ Kecemasan dan kekhawatiran yang tidak rasional terhadap Dapat disertai gejala somatik seperti

Menyelurul'l beberapa peristiwa hidup, berlangsung minimal 6 bulan. berdebar-debar, ketegangan fisik, dan
keterjagaan fisik
* Cognitive behavioral therapy, antidepresan SSRI,
benzodiazepin untuk fase akut
muncul, mernbaik dolam 3 hori
$tal":ksi $trps Akut Gejala agitasi, menarik diri. kebingungan, terpaku ("doze"'1yang Medikamentosa yang sering dipiiih:
terjadi akibat reaksi terhadap suatu stresor (yang biasanya propanolol, risperidon dosis rendah
sedang
bersifat berat - sangat berat). Biasanya tercapai perbaikan
dalam 3 hari. Maksimal sudah perbaikan dalam 4 minggu.
* Trauma-focused cognitive behavioral therapy.
Medikamentosa hanya jika gagal dengan psikoterapi.
Keywords: distress seteloh situosi kehidupan yong baru
.a- &3.
!
PA DI
Fsikiatri

Gangguan Keadaan stres yang subjektif, mengganggu kinerja dan fungsi Ciri predominan dapat berupa reaksi

Fenyesuian sosial pada periode adaptasi terhadap suatu perubahan dalam depresif, ansietas, gangguan emosi,
hingga gangguan tingkah laku
hidup yang bermakna. Onset biasanya satu bulan, lamanya
gejala tidak melebihi 6 bulan.
* Psikoter"pi. Medikamentosa tergantung ciri predominan,
depresif dengan SSRI; ansietas dengan SSRI + benzodiazepin.
Group therapy juga bermanfaat.
Ke : muncul setelah l bulan traumatik, distress
Ga.:gguan Stres PTSD (Post-fro u m ati c stre ss d iso rd e r), setela h mengalam i suatu Peristiwa katastropik adalah peristiwa
yang sangat sangat berat
Fascatraurna kejadian yang katastropik.
Ditandai dengan flashback (membayangkan kembali), seperti
orang yang hampir tenggelam dapat berdebar-debar dan
gelisah bila melihat film tentang laut, disertai dengan ingatan
kembali saat ia akan tenggelam. Nightmare (mimpi buruk),
mudah terbangun dari tidur.
* Ptikot"rapi: relaksasi, medikamentosa: 5SRl, klonidin,

S*nggua* $bsesi{ Adanya pikiran dan perilaku kompulsif (tidak berhasil dilawan) Bedakan dengan gangguan

li*mpulsi9 yang menjadi penderitaan dan mengganggu aktivitas pasien kepribadian obsesif kompulsif
(anankastik)
sehari-hari. Sifatnya ego-distonik (pasien merasa "terganggu")
dan ingin bebas.
5crtlatisasi Banyak keluhan fisik yang tidak dapat dijelaskan atau Pasien "mengoleksi banyak gejala",

dibuktikan dari pemeriksaan oleh dokter. seperti 'Dok, saya sakit kepala, perut,
mual, kesemutan'

f'l ip*i<*nd ria s is Yakin menderita satu penyakit tertentu, walaupun sudah Pasien "bawa satu diagnosis", seperti

dilakukan pemeriksaan oleh dokter dan tidak terbukti benar. 'Dok, sava sakit kanker;

K**wevsi Gangguan psikiatri dalam bentuk gangguan neurologi, misalnya Pasien tidak berpura-pura, dan benar
pasien yang buta setelah mendapatkan stresor berat. bahwa dia buta tanpa penyebab
kelainan organik

fsik*srin:ati k Stresor psikis yang turut memengaruhi atau memperberat


suatu penyakit somatis. Contoh: dispepsia tergolong
psikosomatik karena dipengaruhi oleh stresor fisik.

GaNceugN Mnxqr,r
An*rekri;r Nervcs* Tidak mau makan, tubuh kurus (sangat kurus).
Sr.:lirlria Nervcca Tidak dapat menahan nafsu makan, setelah makan akan
merasa bersalah dan memuntahkan serta minum pencahar.
Tubuh dapat nor,.nal atau justru gemuk.
Pica Memakan sesuatu yang bukan makanan, seperti misalnya Berkaitan dengan anemia defisiensi
tanah besi

{isruee u*N Tlpu*


Kondisi tidur yang tidak memuaskan secara kuantitas dan/atau Early: sulit memulai tidur
kualitas. Middle: terbangun berkali-kali saat
tiou r

Late: bangun sangat awal lalu tidak


dapat tidur kembali

${ipersamn!a Jumlah tidur yang berlebih, namun masih disertai dengan rasa
kantuk
Scrsrna rn [:q;lisrne Berjalan sambil tidur, biasa dapat kembali ke tempat tidur lagi
dan tidak memiliki ingatan apa pun tentang kejadian tersebut

Gsrueeunru KsrRlss*tnFt
!{luster S. *'An*h' Skizoid, menyendiri dan sama sekali tidak tertarik untuk
berinteraksi secara sosial

s2 t:

PADI
'^'"Ti-?:3-?im,
Paranoid, tidak percaya dan selalu menaruh kecurigaan
Skizotipal, memiliki pikiran, persepsi, dan kepercayaan yang
'aneh'seperti percaya dengan UFO yang akan menculik
manusia bumi dan hal-hal supranatural lainnya
{[uster B .'Serisik' Antisosial, melanggar peraturan, berperilaku seperti preman Antisosial BUKAN dalam artian tidak
ingin berinteraksi, yang mana
Ambang, impulsif, hubungan tidak stabil, mudah menilai merupakan gangguan kepribadian
seseorang baik atau jahat skizoid
Histrionik, "drama queen/king", suka menjadi pusat perhatian,
heboh, dan berlebihan dalam pakaian, ucapan, dan tindakan
Narsistik, melebihkan diri sendiri, suka dipuji, dan sering
merendahkan orang lain. Pernyataannya dan dirinya harus
selalu yang paling benar, tidak menerima kritik
Klust*r { *'{en:as' Cemas menghindar, pemalu, merasa tidak layak dan tidak Gangguan kepribadian obsesif

kompeten untuk bergabung dengan kelompok lain. lngin kompulsif berbeda dengan gangguan
obsesif kompulsif!
bergabung namun takut dilolak (bandingkon dengon skizoidl
Dependen, merasa perlu orang lain terus menerus, tidak dapat
bergantung pada diri sendiri, tidak dapat mengambil
keputusan untuk diri sendiri
Obsesif kompulsif = anankastik, keteraturan dan sikap
perfeksionis yang berlebihan

GnniccunN Srrsunl
fut"rcu n1- M acan: Trans-seksual: merasa dirinya memiliki identitas lawan jenis,
*anggu.rn $eksual contoh: laki-laki merasa bahwa dirinya lebih cocok sebagai
wanita sehingga berpakaian seperti iawan jenis
Transvestisme: kepuasan seksual dengan menggunakan
pakaian lawan jenis. Contoh: laki-laki sering menggunakan
pakaian dalam istrinya, tetapi sehari-hari tetap menganggap
dirinya laki-laki dan berpakaian secara laki-laki.
Ekshibisonis: perilaku menunjukkan alat kelamin kepada orang
lain, kepuasan diperoleh saat melihat orang lain ketakutan
atau berteriak
Voyeurisme: kepuasan didapatkan dari perilaku mengintip
(bukan melihat secara langstrng)
Sadisme: kepuasan didapatkan dengan cara menyakiti orang
lain
Masokisme: kepuasan didapatkan dengan cara disakiti (atau
menyakiti diri sendiri)

Rrra*nasi lVierurnl
!{!"rsilikasi Penurunan kemampuan kognitif secara umum, dapat
diklasifikasikan berdasarkan poin lQ:
Ringa n Seda ng Berat Sangat berat

50-69 35-49 20-34 <20

Gnruee usEr FrRxsn*eaNGAN DAN Ttrue rnx Lnxu A*:nx-Arunx


&uti:rne Termasuk gangguan perkembangan pervasif (menyeluruh, Tidak terkait dengan trauma

tidak spesifik di satu bidang saja) psikologis, kegagalan orang tua, atau
phyicol abuse.
Onset sebelum usia 7 tahun, bahkan hampir selalu <3 tahun
Social interaction, socia I

sudah tampak; ditandai dengan penarikan diri dari aktivitas


communication, dan restrictive
sosial, perilaku repetitif, gangguan perkembangan bahasa.
behavior/interests

Beberapa variasi lain yang'menyerupai autisme' adalah:

"?" *3
"1:
PADI
Fsikiatri

Asperger's disorder: Laki-laki >>; mirip autisme; namun


perkembangan kognitif baik dan tidak ada gangguan
perkembangan bahasa
Rett's disorder: Perempuan >>; berkurangnya kecepatan
pertumbuhan lingkar kepala; kehilangan fungsi yang
sebelumnya sudah diperoleh (onset sekitar 5 bulan)
Childhood disintegrative disorder: 2 tahun pertama
perkembanga normal; lalu mulai kehilangan fungsi bahasa,
sosial, dan perilaku stereotipik)
Sangguan ADHD = ottention defisit and hyperactivity disorder Terdapat 2 tipe (atau campuran
Ferfiusatan keduanya ):
Onset <7 yahun, dan harus tampak di dua situasi yang berbeda
F*rh*tian d*n (misal: sekolah DAN rumah). Gambaran klinis harus tidak Predominan inatensi jika tidak mau
trliperaktivitn$ mendengarkan, mudah terdistraksi;
sesuai dengan perkembangan anak seusianya.
rffi; predominan hiperaktivitas/impulsif
lU
* Psikostimulan, seperti metilfenidat dan modafinil; jika bicara terus, menjawab
psikoterapi, dan konseling orang tua. Group therapy mungkin pertanyaan'duluan', tidak bisa
bermanfaat. antre/menunggu giliran

&4 0

t.
\t
PADI
ENSIKLOPADIS
BUKU RANGKUMAN MATERl

RrsPrRoLoGt
PrrtyqKtt lruprxst Psnu

T$ Faru Batuk berdahak >2 minggu (disertai dahak atau darah), Jika pasien mengalami TB paru dan

sesak napas, nyeri dada, demam meriang >1. bulan, malaise, ekstraparu, diklasifikasikan sebagai TB
paru.
nafsu makan turun, berat badan turun, keringat malam tanpa
{Sumber: Pedoman
kegiatan fisik. TB milier adalah TB paru
Pengendalian TB Nasional,
201,4)
4 Demam (umumnya sub-febris, demam tidak terlalu tinggi, TB ekstraparu: termasuk di antaranya
limfadenitis T8, pleuritis TB, dan efusi
maupun keringat malam), frekuensi napas meningkat, berat
pleura TB
badan turun, suara napas bronkial/amforik/ronki basah/suara
napas melemah (umumnya di apeks paru).
[ihat alur diagnosis TB di akhir bab ini
fiJ sputum BTA 3x SPS R foto toraks berupa
infiltrat/kavitas di apeks paru.
Kasus baru Belum pernah berobat ATAU pernah Jika pasien minum obat, misalnya 3
menelan obat <4 minggu (1 bulan) minggu, lalu berhenti, pasien ini masih
termasuk kasus baru - tidak
Jika pasien pernah menelan obat >4 minggu, maka dapat
mempertimbangkan hasil pemeriksaan
digolongkan menjadi:
Riwayat pengobatan sebeiumnya tidak
Kambuh Pernah dinyatakan sembuh, lalu BTA
jelas, maka tergolong pasien dengan
kembali positif / klinis positif kembali
riwayat pengobatan tidak diketahui
Diobati kembali Pernah diobati, dinyatakan gagal
setelah gagal pada pengobatan terakhir
Diobati kembali Lost to follow up: pernah diobati, lalu
setelah putus obat tidak minum obat lagi (dulu disebut
defaultl
La in-la in Riwayat sebelumnya tidak jelas
Kategori 1 : 2(RHZE)/a(RH)3. Diberikan untuk pasien TB paru Jika menggunakan KDT (kombinasi
kasus baru, yang terkonfirmasi secara bakteriologis, klinis, dosis tetap):

maupun ekstraparu. 30 - 37 kg: 2 tab


38 - 54 kg: 3 tab
55 - 70 kg: 4 tab
Kategori 2 : 2(RHZE)S/RHZE/5(RH)iE3. Diberikan untuk pasien >70 kg: 5 tab
BTA positif yang pernah diobati sebelumnya, lalu: kambuh;
gagal dengan OAT kategori 1; atau diobati kembali setelah
Pemberian streptomisin untuk usia
putus obat (lost to follow up\
>60 tahun atau BB <50 kg adalah
maksinral 500 mg/hari
<40 kg 40-60 kg >60 kg
l;;''k"/h",ir
8 - 12 (10) 300 mg 450 mg 600 mg Evaluasi sputum dilakukan setelah
4-6(s) 150 mg 300 mg 450 mg akhir fase intensif, 1 bulan sebelum
20 - 30 (25) 750 mg L.000mg 1.500 mg regimen selesai, dan saat regimen
15 - 20 (15) 750 ms L.000me 1.500 ms se lesa i

sesuai
12 - 18 t1s) 750 mg 1-.000 mg
BB

Efek samping OAT:


.lsoniazid: neuropati perifer, atasi dengan pemberian vitamin
86 100 mg/hari - sifat: bakterisidal
rRifampisin: mewarnai urin menjadi merah, memengaruhi
efektivitas KB hormonal, interaksi dengan obat anti-diabetik,
gangguan menstruasi, /u-like sy nd rom e, trombositopenia,
ruam kulit, sesak napas, dan anemia hemolitik - sifat:
bakterisida I

.Pirazinamid: paling hepatotoksik, dapat meningkatkan kadar


asam urat - sifat: bakterisidal

.4. s:3

PA DI
Respir*lagi

oEtambutol: buta warna dan gangguan penglihatan - hati-hati


pada anak - sifat: bakteriostatik
.Streptomisin: ototoksik, nefrotoksik, gangguan keseimbangan,
syok anafilaksis, anemia, agranulositosis, trombositopenia -
sifat: bakterisidal

Pemantauan terapi dilakukan dengan pemeriksaan ulang BTA. Minimal dilakukan pemeriksaan
sebanyak dua kali (S - P), dan dinyatakan positifjika setidaknya salah satu di antaranya positif.
Jika pasien sedang dalam pengobatan OAT kategori 1, lalu...
pemeriksaan BTA akhir BTA negatif segera mulai tahap lanjutan, ulang BTA bulan
fase intensif (2 bulan) ke-5 dan akhir pengobatan
BTA positif mulai tahap lanjutan, TANPA SISIPAN, periksa
ulang satu bulan kemudian - pertimbangkan uji
resistens i

bulan ke-5 atau lebih BTA negatif lanjutkan pengobatan sampai selesai, periksa
(selesai pada bulan ke-5) BTA di akhir pengobatan (bulan ke-6)
BTA positif GAGAL - jika ada fasilitas, lakukan uji resistensi,
jika tidak ada lanjut ke pengobatan kategori 2
(terduga MDR)

Jika pasien sedang dalam pengobatan OAT kategori 2, lalu.


pemeriksaan BTA akhir BTA negatif segera mulai tahap lanjutan, ulang BTA satu
fase intensif (3 bulan) bulan sebelum akhir pengobatan
BTA positif TERDUGA MDR
Uji resistensi, jika tidak ada fasilitas lanjutkan
OAT ke tahap lanjutan TANPA SISIPAN, periksa
ulang BTA
bulan ke-5 atau lebih BTA negatif lanjutkan pengobatan sampai selesai, periksa
(selesai pada bulan ke-8) BTA di akhir pengobatan (butan ke-8)
BTA positii TERDUGA MDR
Gagal terapi - rujuk ke pusat TB MDR
OAT pada TB + hepatitis akut / klinis ikterik perlu DITUNDA Tanpa obat hepatotoksik, regimen 18-

hingga k!inis perbaikan / hepatitis sembuh. 24 SE + satu obat fluorokuinolon selain


siprofloksasrn
Hepatitis kronis: periksa faal hati sebelum pengobatan, jika
SGOT/SGPT >3x normal, paduan yang mengandung obat
1 obat hepatotoksik: 2 HES / 10 HE

hepatotoksik perlu dihindari. 2 obat hepatotoksik: 2 RHSE / 6 HR


atau 9 RHE

Keywords : sedong TB, ins / sGoT/sGPT


riil Bila klinis (+) - ikterik, mual, muntah - stop OAT hepatotoksik. Modifikasi regimen:

Bila klinis (-) dan SGOT/SGPT >5x. stop OAT hepatotoksik. Jika R penyebabnya, maka regimen
akhir menjadi 2HES/10HE
Kondisi lainnya: OAT lanjutkan dengan pengawasan ketat.
Jika H penyebabnya, maka regimen
Sambil menunggu normalisasi klinis dan lab, berikan akhir menjadi 6-9 RZE
streptornisin DAIJ etambutol.
Gangguan fungsi hati berat dan tidak
dapat menerima salah satu dari R atau
H, regimen akhir menjadi 18-24 5E +
eetelah klinis normal dan lab mendekati normal: mulai obat
satu obat fluorokuinolon selain
yang paling tidak hepatotoksik, yakni R, lalu 3-7 hari kemudian siprofloksasin.
berikan H. Hindari pemberian Z karena paling hepatotoksik.
Selalu evaluasi klinis dan lab.
MDR-TB: multi-drug resistant TB; resisten setidaknya pada
rifamisin DAN INH
XDR-TB: extensive drug resistant TB: MDR-TB + resistensi
setidaknya pada 3 dari 6 obat TB lini kedua
Tidak ada perbedaan regimen terapi TB pada kehamilan dan
menyusui. Semua OAT dapat dikatakan aman untuk
kehamilan, kecuali golongan aminoglikosida (streptomisin)

|.).

-b
PADI
ENSIKLOPADIS
BUKU RANGKUMAN MATERI

Piridoksin 50 mg/hari + vitamin K 10 mg/hari dianjurkan saat


kehamilan memasuki trimester ke-3
Tidak berbeda, kecuali jika gula darah sangat tidak terkendali, Diabetes melitus dapat menurunkan
terapi TB dapat diperpanjang sampai 9 bulan respons imun tubuh sehingga lebih
sulit mengendalikan perjalanan
Rifampisin dapat mengurangi efektivitas obat antidiabetik penyakit TB
golongan sulfonilurea, seperti glibenklamid
Tatalaksana dimulai dengan OAT, lalu setelah 2-8 minggu ARV diberikan tanpa

(segera setelah toleransi) berikan ARV. ARV yang terpilih mempertimbangkan hitung CD4'

menggunakan NNRTI berupa EFZ (efavirenz)


Keywords : berot badon tidak naik pada anak, ada TB (+) di lingkungon
TS F;rru pada Anak Gejala klinis TB pada anak tidak khas, serta bakteri sulit
ditemukan pada pemeriksaan BTA. Atas pertimbangan ini,
digunakan sistem skoring TB Anak.
Diagnosis TB anak tegak jika skor lebih dari 6, atau skor 5
dengan gejala klinis yang mendukung
Si*tern rkaring {:cnrrng ry:f,rn} ge}ala daa pe*reriksaan penuniang
tS di fasyank**

,tpru1,-.! li*li **-'-,''***e


Lrl',bnkl:arp,lflA{-.f
1

}]n l1 I 1J114 cdak j

i rt*{, t& crm r}da

: llor * Uan !.; i lrl-i'${*i}"6i1rir Xiir:is fiixr t)*r*li


A\tit t1ttj t61 ilJ,/
rl
:i !
f-'..,.",-,. ."-"-.. "-."-;:" .... .
no#rn ':cg
:i
:$*il(dll{frtrrqi i

l$* :rliirr*ik
tr . -.:rir? ::,-.-
.

: l'*m*ex:** i*1**1al 1

llimt*i.titj';kili, :
i |$dri!.8$1..-,. _..: :
:

l-
i t*lan*'ri*erli :rar!.{ai, :
ir"r,,r r.,".. I
t::::: t1141 $
iS*[6t*ia*x :"': 1

Juknis TB Anak, 2013

0.
&?
pn Dt
Respirnlagi

l€r*€t6t 1 ata! tebth &€Ela 'lB aflak {'i

' -- l:"
i
a

| $kry-e I
f-r€l
I Doetqari ir--_*n
i f**;;;l
! L----ryJ
i

I pa'*"d* ur ll rrapatlsr' | ; i :

I rumr(uot.i il ia'rnalervJ, I r

./lJr*-*-ll
J['":"Jil" ll
r["''[ii
'liri#i"'
ll I"rpueqsta
I| | ao+et''; I F,E**l F#;l
I 'n I
.1."*r,", i
T'b^*r. I
)

I t,*rt.*". ll
ul
t:watt*ti 2

r a*
ii:i:J
*"
,}afr lgt?i

I
ryry I
l,
t'lJ :lR I

I ut.uos 1lrri,wl_
*"*J#ai, r$rir
$18 tttu r d;--l r;;T il

TerapiTB anak menggunakan regimen TB anak. Minimal 3 'etambutol dapat diberikan pada
macam obat digunakan untuk mencegah resistensi kasus TB anak yang berat, atau TB
anak BTA positif pada anak
.Jika diagnosis TB tegak (lihat kriteria diagnosis di atas), maka
terapi dapat menggunakan regimen ZRHZ/4RHt
Apabila kriteria diagnosis TB anak tidak terpenuhi, dikatakan
bahwa anak tidak sakit TB (walaupun dapat sudah terinfeksi).
Anak dapat diberikan dua macam profilaksis menggunakan
INH (PP INH), yakni:
. Profilaksis primer: untuk mereka yang memiliki kontak TB, tes
tuberkulin negatif, INH 5-10 mg/kgBB selama 6 bulan
o Profilaksis sekunder: jika anak terinfeksi TB (tapi tidak sakit
TB), tes tuberkulin positif namun tidak memenuhi kriteria
diagnosis TB anak, INH 5-10 mg/kgBB selama 9 bulan

: demam,
Fneuvyl*ni;r Peradangan/inflamasi parenkim paru, terutama terkait # pada kasus rawat jalan, perlu .iuga
kasus infeksi (bakteri dan virus). Keluhan klinis berupa mempertimbangkan komorbiditas
pada pasien, seperti penyakit jantung,
demam, sesak napas, batuk berdahak mukoid/purulen (dapat
penyakit hepar. Pada pasien dengan
batuk kering), nyeri dada. Pada orang dewasa dan
komorbiditas, dapat menggunakan
imunokompeten, pneumonia sebagaian besar bersifat
fluorokuinolon respirasi
pneumonia lobaris (bandingkan bronkopneumonia) (moksif loksasin, levof loksasin) sebagai

4 Takikardia, takipneu, sianosis, napas cuping hidung, retraksi pilihan utama.

interkostalis, palpasi: fremitus meningkat, perkusi redup,


suara napas saat auskultasi bronkial / bronkovesikuler, disertai
ronki basah (kasar)
R foto toraks: infiltrat / konsolidasi, air bronchogrom
mi Pemeriksaan sputum {gram}, leukositosis

* Kasrs rawat jalan#: makrolid (azitrorrisin, eritromisin,


klaritromisin) sebagai lini pertama, amoksisilin-klavulanaU
alternatif: kotrimoksazol.
Kasus rawat inap: beta laktam (sefotaksim) lV, makrolid lV,
sefalosporin lV, fluorokuinolon lV

.0.

"6
PADI
ENSIKLOPADI
BUKU MNGKUMAN IVATERI

Kutipan Petunjuk terapi empiris


untuk pneumonia komunitas
Rawat jalan * Pasien yang sebelumnya sehat atau tanpa ii.-yat pemakaian
menurut PDPI
antibiotik 3 bulan sebelumnya:

Beto laktom otau (beta laktam ditombah anti-beto loktomase)


ATAU
Mokrolid baru (azitromisin, kloritromisin)

* Pasien dengan komorbid atau mempunyai riwayat pemakaian


antibiotik 3 bulan sebelurnnya:

Fluorokuinolon respirosi (levofloksosin 750 mg, moksifloksasin)


ATAU
Beto loktam ditambah onti-beta laktdmase
ATAU
Beto laktam ditombah makrolid
Rawat inap non-lCU Fluorokuinolon respirasi: levofloksasin 750 mg, moksifloksasin
ATAU
Beta laktam ditambah makrolid
Ruang rawat intensif Tidak ada faktor risiko infeksi pseudomonas:
Beta laktam (sefotaksim, seftriakson atau ampisilin sulbaktam)
ditambah makrolid baru atau fluorokuinoon respirasi intravena
I Keywords : takipneu pada anok
13r*nkopn*urn*ni;e @ S.l.h satu varian pneumonia, di mana konsolidasi tersebar 4 #Kriteria napas cepat:
('patchy'1 dibandingkan mengenai satu lobus tertentu. 1-5tahun>40x/menit
Terutama terjadi pada bayi-anak (dan orang tua, >5 tahun >30x/menit
im u nokom promais)

WHO membagi menjadi 3 kriteria: * Sesuai kriteria WHO. Pilihan

Bukan pneumonia Tidak ada napas cepat dan sesak antibiotik oral: amoksisilin atau
kotrimoksazol. Antabiotik parenteral:
(hanya batuk, demam).
beta-laktam (ampisilini atau
Simptomatis saja. kloramfenikol.
Pneumonia Am
Antibiotik oral.
Pneumonia berat Ada napas cepat" dan sesak (sesak
ditandai dengan retraksi dan napas
cuping hidung). Rawat inap dan
antibiotik parenteral

Er*nkierlitis @ tnfeksi respiratory synctivio! virus (RSV) mengakibatkan Bedakan dengan kasus croup
episode mengi pada anak (umumnya <2 tahun, didahului ISPA {laringotrakeobronkitis), di mana klinis
atas seperti batuk, pilek), demam sub-febris, dan sesak napas. berupa batuk seperti menggongong
dengan riwayat infeksi sebelumnya.
4 Demam, sesak, ekspirasi memanjang, retraksi, wheezing Tatalaksana dengan kortikosteroid.
sering disertai ronki basah halus, perkusi hipersonor
R foto toraks: dapat normal hingga kesan hiperinflasi paru
* Oksigen, suportif (antipiretik jika demam, cairan dan kalori
cukup), antibiotik (ampisilin, kloramfenikol, sefctaksim) jika
dicurioa infeksi sekunder, bronkodilator (salbutamol inhalasi)
namun bukan pilihan utama

Frr*ysxrr Sgsrnuxrrr pAsA FAftu


Keywords:sesak/botuk
&srrla Srcnki*l @ Penyakit paru tipe obstruktif akibat hiper-reaktivitas Pelega/reliever: agonis beta-2 kerja
bronkus dengan kelainan utama inflamasi kronik saluran singkat, seperti salbutamcl yang dapat
digunakan tidak lebih Cari 4 kali sehari
napaS
Asma intermiten: pelega saja
4 Sesak napas episodik, batuk berdahak kronik, mengi,
dengan faktor pemicu, dengan rlwayat atopi pada keluarga Asma persisten ringan: tambahkan
pengont'ol glukoIo'tikoid inha asi
dosis rendah

0
a1<
e&
b
PADI
Respirol*gi

atau pasien. Ekspirasi memanjang, mengi ekspirasi, retraksi Asma persisten sedang: tambahian
dan penggunaan otot bantu napas pada serangan berat pengontrol glukokortikoid inhalasi

R npf (arus puncak ekspirasi), terutama saat sesak napas. dosis sedang

Spirometri lebih baik lagi. Asma persisten berat: tambahkan


pengontrol glukokortikoid inhalasi
* Kendalikan faktor lingkungan (pemicu), terdapat dua dosis tinggi + obat lain seperti teofilin
macam terapi medikamentosa: lepas lambat, antagonis leukotrien,
Pelega/reliever: salbutamol, ipratropium bromida. Bila tidak atau glukokortikoid oral

membaik dapat diberikan steroid maupun aminofilin lV.


Pengontrol/controller: steroid inhalasi, antagonis leukotrien
(montelukast, zileuton).

Serangan ringan: bicara kalimat utuh, sesak s."t feriatan


Serangan sedang: antara ringan dan berat
Serangan berat: bicara kata demi kata, terputus_putus,
cenderung duduk + penggunaan otot bantu napas
Status asmatikus: ancaman gagal napas, kondisi klinis berat
Perlu perawatan di ICU

Derajat asma Gejala Gejalam3ls6 @


lntermiten <1x/nringgu, tanpa
.

Url"n--- npf > A0%


52 kali per
"Bulanan" gejala di luar VEPI > 80% nilai
serangan, serangan prediksi/terba ik
inskat Variabilitas APE <2O%
Persisten ringan >1x/minggu namun >2 kali per bulan APE > 80%
"Mingguan" tidak setiap hari, VEP, > 80% nilai
serangan dapat pred iksi/terba ik
mengganggu aktivitas Variabilitas APE 20-
dan tidur 30%
Persisten sedang Gejala setiap hari, >1 kali per minggu APE 60-80%
"Harian" mengganggu aktivitas VEPl > 60-80% nilai
dan tidur, perlu prediksi/terba i k
bronkodilator setiap Variabilitas >30%
hari
Persisten berat Gejala terus menerus Sering APE < 60%
"Kontinu" kambuh, aktivitas VEPl < 60% nilai
fisik sangat terbatas prediksi/terbaik
Variabilitas >30%
>>Bila5pirometritersedia,lebjhu.ik'eng;un,kanpenil.""@
>>APE (arus puncak ekspirasi) diukur
menggunakan alal peok_flow meter
t'.:.
geju!" ur r u .ex^u tru n
!t"ll4el------lp,rg!"
Persisten ringan Episode gejala asmalf .t"/rinesr,,---
Persisten sedang isode "/Ortan;

EqIgqe_€gjglg:1!3fgrhadi ha m pir tia p ha ri


Pedoman Nasional Asma Anak
(PNAA) 201s

Keywords : batuk kronik, ekspirosi memaniang,


merokok lamo
PcnV*kit Paril
Sh$truktff Krsnis
@ Limitasi aliran udara, ffi
progresif akibat proes inflamasi saluran napas akibat paparan
terhadap partikel/gas dalam jangka panjang. Faktor risiko
terutama adalah merokok
g Batuk berdahak, sesak napas kronis (dapat semakin berat
pada eksaserbasi akut), riwayat merokok lama. Ditemukan
mengi dan ekspirasi memanjang, borrel chest.

5t"$
0
:t;
b
PA DI
'-''T:-?:f.?im,
Spriometri menunjukkan prediksi, foto polos
VEP1 < 80%
gambaran emfisematosa (lusen, batas paru turun mendatar,
jantung pendulum)
* Sa"t fase akut: oksigen, bronkodilator (ipratropium,
salbutamol), steroid inhalasi, oksigen, dan antibiotik (sebagian
kasus eksaserbasi akibat infeksi). Jangka panjang: edukasi
untuk stop merokok.

radiopaedia.org

Bronkitis kronis dan emfisema

As*:n ws FF{}!{ Asma Bronkial PPOK Reversibilitas merupakan salah satu


pembeda utama asma dan penyakit
Reversibel Ya
paru obstruktif kronis.
Sekresi mukus I
Faktor risiko Riwayat atopi Merokok
Usia Relatif muda - Usia tua
dewasa muda
Dominasi sel Eosinofil, sel Neutrofil, CD8+
mast, cD4+

Ke tatro*l'l FleuR*

i}n* u rxr:tslr;? ks Sesak napas mendadak, dapat/tanpa disertai riwavat


trauma (pneumotoraks spontan - tanpa trauma vs
pneumotoraks traumatik - dengan trauma). Takipneu, perkusi
hioersonor, suara napas pada auskultasi menurun
td foto toraks: tampak daerah lusen, dengan pleurol line
* Pernasang.n WSD (chest tube) di sela iga ke-5 Iinea aksilaris
anterio r
Tensica @ Memerlukan intervensi segera. Udara yang masuk ke
Fn*urnotcraks rongga pleura "terjebak", semakin terakumulasi sehingga
mediastinum terdorong ke kontralateral, vena besar tertekan,
dan terjadi instabilitas hemodinamik

4 Sesak napas berat, takikardia, hemodinamik tidak stabil,


vena leher mengalami distensi, trakea deviasi ke sisi
kontralateral
* Needle decompression (tusuk dengan jarum besar) di sela
iga-2 linea midklavikula, lalu lanjutkan dengan pemasangan
WSD (chest tube)

: nyeri dodo saat bernopos, perkusi redup, ke sisi tertentu


ffusi fleura @ Cairan terakumulasi di dalam rongga pleura, dapat Jika efusi bersifat purulen, disebut

diakibatkan TB, infeksi seperti pneumonia, keganasan, sebagaiempiema


maupun kasus non-paru seperti gagal jantung dan demam
berdarah dengue. Jika cairan bercampur darah dikenal

4 Nyeri dada saat bernapas, khas pleuritik (saat menarik dengan istilah efusi pleura hemoragik

napas). Pleural friction rub, fremitus melemah, perkusi reduo,


dan auskultasi suara napas menurun.
[€] foto polos: sudut kostofrenikus tumpul, jika jumlah sedikit
mintakan foto lateral. Bila jumlah banyak dapat membentuk
meniscus sign.
* Pungsi pleura, cairan dikultr,rr dan tes resistensi.
Pengobatan berdasarkan hasil kultur dan resistensi. jika

.4.
-i"
PADI
Respirnlngi

berulang, pikirkan untuk pleurodesis (obliterasi ruang


potensial pleura).

Kgmtrunrv RrsprRrsr ltrorunrus


Keywords : sesak neondtus
F*nyakit il'iembran Penyebab utama adalah prematuritas. Tanda kesulitan napas Nama lain = RD5 (respiratory distress
l'lialin {Hyali*e pada neonatus prematur perlu dipikirkan kondisi ini. syndrome)

Membrane Sisease,
R poto polos: gambaran retikulogranuler
H1\,ID}
* Dicegah dengan pemberian kortikosteroid sebelum lahir.
Jika sudah mengalami kondisi ini memerlukan surfaktan
eksternal yang diberikan secara intra-trakeal.
Resusitasi ruscnatus I

I " Tem geG!16? - . Nrs oH aiw4


A.adhiry or cryt4? PPV = positive pressure ventllation
I . Dry
I
. onqtng *slNlion (atau VTP = ventrlasi tekanan positif)
I

I CPAP = continous positive airway


I Wam. om aldt* pressure, digunakan untuk
I
I memberikan bantuan napas kepada
I
neonatus yang bernapas spontan
I
I namun dergan kesulitan {atau sianosis
yang bertahan)
I
I
I

I
I
SOi monnoting
l
v

HR blow r 00?

''"' t

"--T *
-,'./"'^n-u
r".:l*"::l.;"
,.."
'" tI
cbateryrsbG I

Iextbook of N-"onatal Resus.itation

Keywords : sesak neonotus lohir SC


Trsnsi€fit ?akipneu Distres napas neonatus, riwayat bayi SC, lain-lain normal
*i Newbcr* {YTN} tfl poto polos: gambaran normal, analisis gas darah normal

* Observasi, umumnya perbaikan dalam 72 jam

Sepsis l**s*atarxm Faktor risiko: umumnya terkait maternal (ketuban pecah Sepsis neonatorum memiliki

dini, infeksi intrauterin) manifestasi yang sangat luas, tersering


adalah distres napas.
Terbagi sesuai onset: onset dini < 3 hari; onset lambat > 3 hari
di Marker sepsis: leukositosis (atau leukopenia), rasic
neutrofil imatur / total (l-T ratio), CRP, dan kultur darah
* nntibiotik empirik: ampisilin + gentamisin, suportif
terhadap pernapasan

&7. ,!..
,:li.

PA DI
ENSIKLOPADI9
EUKU RANGKUMAN MATERI

KnnDTovASKULAR
DRsnn-DRsnR KARDTovASKULAR
Auskultasi Di mana auskultasi dilakukan?
Katup aorta Katup Katup mitral Katup
pulmonal trikuspid
Sela iga Sela iga kedua Sela iga ke-4/5 di Lower left
kedua kanan kiri linea sternal border
midklavikularis (LLSB) sela iga
kiri {apex cordis) ke-4

Sunyi 51- suara jantung yang terjadi di fase sistol, akibat penutupan
Jsnti",{nS katup mitral dan trikuspid lngat, bunyi jantung normal terjadi karena
i{ormai penutupan katup bukan karena
52 - suara jantung yang terjadi di fase diastol, akibat penutupan pemgu*aar+a+up
katup aorta dan pulmonal (pada keadaan fisiologis, terdapat
sedikit jeda antara penutupan katup aorta dan pulmonal, yang
dikenal dengan istilah physiological splitting of 32).
ft!-i^4 Selama 51 dan 52 Setelah 51 (ejection Selama 52 dan 51 Setelah 52 (late
!iE|!!ns
{pansistolik) systolic murmur) (diastolicmurmur) diastolicmurmur)
Ahnr:rn:*i Jika terdengar di Jika terdengar di Jika terdengar di Jika terdengar di
katup mitral: katup aorta: stenosis katup aorta: katup mitral: stenosis
regurgitasi mitral aorta regurgitasi aorta mitra I

Jika terdengardi Jika terdengar di Jika terdengar di Jika terdengar di


katup trikuspid: katup pulmonal: katup pulmonal: katup trikuspid:
regurgitasitrikuspid stenosispulmonal regurgitasipulmonal stenosistrikuspid
Profil vaskularisasi
Silrah -::* , -^^ l*tt slrsrtp: r{*cllcxi Left Main V1 - V6, I, aVL
&h{askl node igA{}l
Koronen
LCX V5 'V6, l, aV[
i Lnttsnsiord*sefidlw
{LAS}
... LAD V1-V4

- r' al rui l,,r;,c *ancr


Right Coronary ll, lll, aVF,
posterior
| ',,

An:€I or di" ! sl J

rsh blsdrc srai.{i

ffithl 5r*i,* lfa** t-_*-? t


t

r Rekaman aktivitas elektrikal jantung dapat menunjang diagnosis


pada banyak sekali kasus kardiovaskular. lnterpretasinya
memerlukan sistematika agar tidak ada yang terlewatkan.
Perhatikan identitas pasien, tanggal EKG diperoleh, dan kecepatan
dan voltase mesin

Kecepatan normal kertas EKG berjalan: 25 mm/detik. L detik adalah


5 kotak besar (garis merah tebal). 1 kotak besar adalah 5 kotak kecil
(garis merah tipis). Sedangkan 1 kotak kecil adalah 1 mm.

l
Dengan demikian: detik = 25 mm = 25 kotak kecil = 5 kotak besar. 1
kotak besar = 0,2 detik. 1 kotak kecil = 0,04 detik.

.{ 93
"i-
PADI
Kardiovaskul.ar

Secara vertikal, secara default 1 mV = 10 mm. Oleh karena itu L


kotak kecil = 1 mm = 0,1 mV.
i.iiiii,ii;i* :.: lrama normal: sinus, dengan syarat: Perhatikan bahwa gelombang U hampir
tidak ditemukan pada kondisi fisiologis.
1.. gelombang P diikuti QRS
2. laju QRS 60 - 100 x/menit (lihat langkah 2)
Apa yang terjadi saat...
3. lntervalR-Rteratur
Gelombang P: depolarisasi atrium
4. P di sadapan ll positif, di aVR negatif
Gelombang QRS: depolarisasi ventrikel
L+t$! ist6&*i-#i {dan repolarisasi atrium)
ii tl
Gelombang T: repolarisasl ventrikel

il.,
't

t1

Normalnya : laju QRS 60-1-00x/menit. >100x/menit: takikardia; 300 dibagi jumlah kotak sedang di antara R

<60x,/menit: bradikardia -R
300 150 f00 75 s0
:: 5g atau
ir:
1500 dibagi jumlah kotak kecil di antara R -
!"li
..!.. .i.
R
i ".i.*.. .;

i.."i.r., i.i !:
i
.I I 1

. ]:: /' : j: ]
Jika irama jantung iregular, tentukan
jumlah QRS di dalam 6 detik (30 kotak

Heart rate betrrYeen '75 & 60 or - 70 /-min besar), lalu kalikan 10.

Contoh di atas: antara R-R terdapat kurang dari 5 kotak besar -


namun lebih dari 4 kotak besar. Dengan demikian range laju
jantung kira-kira: 300 / 5 sampai 3OO I 4 = 60 - 75 x/menit.
Secara sederhana, aksis QRS menggambarkan apakah terdapat {}
pembesaran ventrikel kiri atau kanan. Normalnya: aksis ada di zona
kanan bawah (antara -30o sampai +90o) 1':
tai
.aO
" qo -;i
"/*:
vu"- .$d - ;.\.!

d
rriiii:
.
i
L,-.-. -... ,- l**"
*
4..
,tl ;<U
d:: ;--
ilV{ 1

j
,l'
$ ,E,
96 i +S'^oo'
1.'j !

f +'4
1
,"J;\.
: '--a.t. .._ f ---1,t-4 ."t ':,\

al l ri!'1.
Cara menentukar, aksis:

Perhatikan sadapan I dan aVF. Di ll,


dominan positi{ (defleksi ke atas);
sedangkan di avF, dominan negatif
(defleksi ke bawah)-
,r i: i: 1

ilt Pada contoh di samping, dengan


ii!:l :l
i:1
l::i: menggunakan kuadran di atas, zona aksis
ri -l .i
ti !"i ada di daerah kuadran kanan atas -
i menandakan terjadinya LAD (left axis
deviation).

e8 -0.

PA DI
'^'ii-?:3-?Jm-,
Li'rr{ii}il4: Gelombang atrium, sehingga baik
P menggambarkan depolarisasi
I'l:r': menggambarkan kelainan atrium. Perhatikan apakah terdapat P
mitral atau P pulmonal. r,*hrA!$*l
i{yps$*SW
Apabila terjadi:
Right atrial hyperthropy: maka tampak bentuk P pulmonal
Left atrial hyperthropy: maka tampak bentuk P mitral
l*{t Alrifi
gp*tr*pfu I'L
Pemanjangan interval PR dapat ditemukan
i
pada kondisi seperti AV blok tipe l.
Sementara pemendekan interval PR terjadi
pada kondisi sindroma pra-eksitasi, seperti
1
sindroma Wolff-Parkinson-White (WPW)
:, i .

Nilai normal: PR berkisar antara 0,L2 - 0,20 detik


Normalnya, QRS dikatakan sempit: yakni 0,05 - 0,11 (kira-kira berapa Perhatikan bentuk gelombang QRS, apakah

kotak kecilkah ini??) terdapat abnormalitas seperti Q patologis,


hipertrofi ventrikel kanan dan kiri (lihat
langkah 3 - menentukan aksis QRS), dan
lebar-sempitnya QRS.

il
itl
: l1
oxs ..i l
a:1 ii
1:1
I :) ,i:
, tll
'
' ri ,

:i ,

,1 -- ^\
<l rs

Contoh gelombang QRS yang lebar (sekitar 5 kotak: 0,20 detik) ' tur n6r$50i1c l
0.J2 sean4s
melebarnya QRS dapat menggambarkan konduksi ke ventrikeltidak
normal. Pada gambar ini, pasien mengalami RBBB (right bundle
branch block).
Segmen ST normalnya isoelektrik. Elevasi atau depresi segmen ST Terdapat kondisi lain yang mengakibatkan
dapat menggambarkan infark miokardium. gangguan segmen ST, misalnya pada
perikarditis iST elevasi persisten Ci hampir
seluruh lead), dan [V-strain (akibat terjadi
pembesaran ventrikel kiri secara abnormal)

Contoh gambaran EKG 5T elevasi pada kondisi infark miokardium


akut.
Perhatikan bahwa gambaran EKG yang khas untuk infark miokardium
akut memerlukan gambaran di lead yang terkait (lihat di bagian
a cute corono ry syn d rome\.

l
I i. l
i.ii
ti':':'tt\ -.: -,!::-,- '11I l

: , .::::
rh+.,,,....-,,>,:,,.a.

i' :,',
.

q.

"I
r1"l

PADI
Kardiovaskular

Sebagai contoh, pada gambar ini, ST elevasi konsisten ditemukan


pada V1 sampai V5, konsisten dengan infark miokard anterior
ekstensif.
lnterval QT, gelombang U, dan lain-lain perlu dinilai. EKG serial diperlukan pada beberapa kasus
karena EKG awal belum tentu
menunjukkan kelainan.

Corurox Gnnnsnnsru EKG


ilihrilasi Atiilrrn tll Gelombang P tidak jelas, QRS tidak
teratur. Sering pada kondisi
{AFih / Ar}
hipertiroid.

Flutt€r Atr;uffi P jelas, QRS teratur. Dalam contoh di


dArt,,\ samping: 4 gelombang P untuk tiap
QRS (4:1)

Takil<ardia QRS teratur dan sempit, P tidak jelas.


5ri pr*vfi{rtri hei
{$vr}

Te k!!<*rdl* Dapat dijumpai nadi atau tanpa nadi.

lf*ntrik*l iVT] Perhatikan QRS lebar.

Fii:rilosi Ventrlke! Ventrikel "bergetar", praktis tidak


r';,'ln..'"i..-i,,'i".i'c,;;;:;;*;.;:\j'.i;;-'':i.1j1.;:; mampu memompa darah' terjadi
henti jantung

Jantung berhenti dan tidak ada


aktivitas listrik. Dx banding: lead
tidak terpasang denFan benar!

E{rrrRrrr*sr, Fe nvrrr<lr.farururue HrRrRrurusl, oAru SiruDR*r*A KoRoNER AKUT


l"'iipertensi Klasifikasi iNC Vll untuk Hipertensi:
Normal TD <120180
Pre-hipertensi rD 120-139/80-89
Hipertensi stage I TD >140/90
Hipertensi stage ll TD >160/100

Farmakologi Anti-hipertensi
1.. ACE inhibitor (cth: captopril) : menurunkan aktivitas
sistem renin-angiotensin-aldosteron (RAAS). Pilihan utama pada
HT Vang disertai dengan DM untuk mencegah terjadinya
mikroalbuminuria dan komplikasi gagal ginjal kronik.
Efek samping : batuk kering akibat peningkatan bradikinin ) bisa
diganti dengan ARB (cth: valsartan). Kontraindikasi : ibu hamil,
stenosis arteri renal bilateral.
2. Tiazid (contoh: hidroklorotiazid/HcT) ) Efek samping:
hipokalemia, hiperurisemia. Kontraindikasi relatif pada gout,
dislipidemia, dan DM.
3. Beta bloker (propanolol): hambatan reseptor beta-1
jantung ) Efek samping : bronkospasme. Kontraindikasi pada

l€
PADI
asma dan AV Blok. Beta bloker selektif jantung : bisoprolol,
karvedilol, atenolol.
4. Metildopa - bekerja secara sentral ) obat hipertensi
terpilih pada ibu hamil. Alternatif pada kondisi ibu hamil:
nifedipin.
5. Calcium channel bloker ) golongan dihidropiridin
(nifedipin) : Efek samping; edema, flushing karena bersifat
vaskuloselektif. Golongan non-dihidropiridin (verapamil,
diltiazem). Efek samping: bradikardi karena dapat bekerja
langsung di jantung.

Krisis l*iiBerte*Ei Krisis hipertensi : saat TD > 18O/12O, terbagi menjadi: Cara menghitung MAP (mean arterial
pressu re)
H ipertensi Ada kerusakan organ (otak, retina, jantung,
MAP: (sistolik + 2 x diastolik)
emergensi ginjal) secara objektif ) turunkan tekanan / 3

darah segera dengan anti-hipertensi Contoh: TD 120790, maka 1Y14P = (120


intravena (nikardipin, nitroprussid, +2x90)/3=100mmHg
nitrogliserin, labetalol). Target penurunan
TD adalah 25%MAP lmean arteriol
pressurel
H ipertensi Tidak ada kerusakan organ ) turunkan
urgensi tekanan darah dengan antihipertensi oral
(calcium channel blocker, ACE-inhibitor,
klon idin ).

dodo
5indrcma Kebutuhan oksigen miokardium > suplai oksigen oleh pembuluh Enzim yang terkait dengan sindroma
Kcr*ner Ak*t koroner akibat adanya sumbatan di pembuluh darah koroner. koroner akut:

Terjadi secara akut akibat terjadinya ruptur plak. Mioglobin : paling pertama
meningkat setelah onset {dalam 1
jam), kembali normal dalam 6 l2 jam,
Klasifikasi Gejalatipikal EKG Enzim tidak spesifik untuk infark miokard
Jantung (jarang dipiiih dalam pemeriksaan)

Unstable Nyeri dada ST depresi, T Normal CPK (Creatinin Phospokinase):


angina pertama kali, inversi, atau meningkat dalam 4-8 jam, tidak
(UAP) memberat, EKG tidak spesifik
jumlah serangan s pes ifik CK isoenzim MB (CK-MB) : meningkat
me ningkat dalam 3 jam, spesifik, bertahan < 1

NSTEMI Nyeri dada ST depresi, T Meningkat nringgu.

substernal inversi, atau Troponin T/l : meningkat dalam 3


menjalar, keringat EKG tidak jam, spesifik, bertahan sampai > 1
dingin, muntah spesifik minggu, f al se p o sitiv e p ada penderita
gangguan gin.jal berat.
STEMI Nyeri dada ST elevasi, Meningkat
substerna I LBBB baru
menjalar, keringat
dingin, muntah,
durasi dan
severitas nyeri
lebih lama dan
intens

Angina stabil tidak termasuk dalam ACS. Angina stabil muncul saat
beraktivitas, frekuensi dan berat nyeri relatif tetap sama,
membaik dengan istirahat / pemberian nitrat sublingual.
Umumnya EKG tidak menunjukkan kelainan yang bermakna. Perlu
pemeriksaan lebih lanjut seperli treodmlil (stress test), bahkan
pemeriksaan invasif (seperti angiografi) untuk menentukan
penatalaksa naan selanjutnya.

.0. s7
PADI
Kardiovaskular

MONACO (morfin, oksigen, nitrat, aspirin, clopidogrel, dan obat Pemberian nitrat: harus pastikan TD

lain) sistolik >100 mmHg dan tidak ada


riwayat konsumsi PDE-5 inhibitor
Tatalaksana definitif untuk sindroma koroner akut (STEMI) adalah (seperti sildenafil) dalam 24 jam
revaskularisasi dengan PCI (percutaneous coronary intervention), terakhir
CABG (by-pass), atau trombolitik dengan streptokinase atau rt- Aspirin 325 mg loading dose
PA. Perhatikan kontraindikasi sebelum trombolitikl

Modifikasi faktor risiko: hentikan merokok, kendalikan kelainan


komorbid (DM, hipertensi, dislipidemia)
Keywords : sesok, mudah Lelah, edema
Sagal Jantr.rng @ Kegagalan fungsi jantung sebagai pompa darah secara efektif ke Klasifikasi NYHA untuk gagal jantung

seluruh jaringan tubuh. NYHA I Tanpa limitasi


aktivitas fisik
4 Gagal jantung Kongesti vena paru, gejala dominan di
kiri paru (sesak napas), ortopneu, NYHA ll Limrtasi derajat

paroxysmal noctrual dyspneu, ringan (gejala


muncul saat aktivitas
dyspneu on exertion
berat)
:L Gagal jantung Kongesti vena sistemik/perifer - gejala
NYHA lll Llmitasi bermakna
kanan dominan di perifer seperti ascites, (muncul saat
hepatomegali, edema ekstremitas aktivitas ringan)
bawa h
NYHA lV Muncul saat istirahat
E Foto toraks' kard''oreg.li, d.pat timbul gambaran edema paru
akut; ekokardiografi: penurunan fraksi ejeksi (EF), gambaran
h i poki netik

fiJ Laboratorium: BNP (brain natriuretic peptide) meningkat


* Non-medikamentosa: restriksi natrium (garam) dan air,
ola hraga

Medikamentosa:
ACE lnhibitor Memperbaiki gejala dan Biasa diberikan pada

merrurunkan mortalitas NYHA ll- lV

Beta Bloker Memperbaiki gejala dan Eiasa diberikan pada

menurunkan mortalitas NYHA ll- lll. Diberikan


setelah ACE inhibitor
dan diuretik
ditoleransi.

Diuretik Tiazid untuk retensi ringan, Biasa diberikan pada


furosemid untuk retensi NYHA ll - lV dengan

bermakna. Biasanya lebih retensi cairan


teprilih furosemid.
Digoxin Mengurangi gejala, tetapi Biasa diberikan pada

tidak menurunkan NYHA lll-lV. Efektif bila


disertai atrial f ibrilasi.
mortalitas
Risiko intoksikasi pada
pasien hipokalemia
akibat diuretik.

Spironolakton Menurunkan mortalitas NYHA lll-lV


(antagonis
Hati-hati peningkatan
aldosteron) diuretik
k .lium bila digunakan
hemat kalium
bersama ACE inhibitor

Hr{enla Faru Akut (? Keadaan dekompensasi fungsi ventrikel kiri secara akut

4 Sesak napas, tanda kongesti paru akut, seperti ronki basah


basal paru, distensi vena-vena leher
R foto toraks: kardiomegali, garis Kerley-B, gambaran bot-wing,
'it:p,

kra n ia I isa si

* nkut, LMNoP - Lasix (furosemid), Oksigen, dan


Posisi (setengah duduk)

0
:rdl

P,ADI
ENSIKLOPADI
EUKU RANGKUMAN MATERI

Hrrun JRnruNG DAN ARrrnnla


Keywoids'::tidak sadar, tidak ada nadi
l-ienti Jantu$g Penurunan kesadaran, henti nafas, dan tidak adanya denyut lrama yang dapat di-shock (perlu
ka rotis. defibrilasi), yakni:

* Pertolongan pertama : panggil bantuan, jika tidak ada nadi, Ventrikel Takikardi, Ventrikel

langsung lakukan Resusitasi Jantung Paru (RJP) dan bantuan napas


Fibrilasi )
defibrilasi 200 J bifasik
atau 350 J monofasik
dengan perbandingan 30 : 2. !" I
:.. ;: l,:r iiitiiirli::i:iilliJ I :i tt r-':::::' :r:.:::+:
i :,r::::, ij, !r:;,i,r:,l:li:ti,:r,rt, ii ::.i:
Pada resusitasi jantung paru anak dengan dua penolong, kompresi ' 1::, a: :l:l ::4. l:t* :&.:1L... ; l lf .,
15:2 (jika satu penolong tetap 30:2). ::rj.:::t::::::t::::::t:::-i:::: ;' ; :::iiiii:Gi: ij:,,, rr ri r,:,1

Gambaran EKG ventrikel fibrilasi

PEA merupakan gambaran EKG selain asistol, VT, dan VF yang jika
dilakukan perabaan nadi karotis, tidak terdapat nadi. Gambaran EKG yang tidak dapat di-
shcok (tidak perlu defibrilasi), yakni:

Asistol dan PEA (Pulseless Electrical


Kombinasi tepat antara kompresi dada dengan pemberian nafas
meningkatkan harapan kembalinya sirkulasi normal.
Activity) )
lanjut R.JP, epinefrin 1 mg

R oi Atasi kemungkinan penyebab henti jantung : 5H


Gambaran EKG asistol
(hipovolemia, hipotermia, hipokalemia/hiperkalemia,
asidosis/hydrogenion, dan hipoksida), serta 5T (toksin,
tamponade jantung, tension pneumothorax, tromobsis koroner,
tromobosis paru).
"f
a ki*rit*ria Denyut jantung >loox/menit. Umumnya bergejala jika 'Tanda tidak stabil berupa hipotensi,
>15Ox/menit. syok, nyeri dada iskemik, gagal
jantung akut, dan penurunan
Jika bergejala dan menimbulkan tanda tidak stabil (hipotensi, kesadaran harus selalu dinilai {baik
syok, nyeri dada iskemik, gagal jantung akut, dan penurunan pada takiaritmia maupun
kesadaran), tangani dengan kardioversi terinskronisasi. Jika bradikardia).
stabil, tangani dengan obat-obatan. Adanya tanda tidak stabil
* Beberapa obat-obatan untuk gambaran EKG tertentu: menandakan perlunya dilakukan
tindakan segera (kardioversi,
SVT (supraventrikular takikardia): manuver vagal, adenosin m isa lnya)
Atrial fibrilasi: calcium channel blocker atau beta-blocker
VT (ventrikular takikardia): amiodaron
Bradikardi* Denyut jantung <50x/menit (lebih mungkin bergejala jika Jika tidak i'espons dengan atropin,
<50x/menit). gunakan epinefrin/dopamin hingga
pacu jantung.
Jika bergejala dan menimbulkan tanda tidak stabil: tangani
dengan pemberian sulfas atropin (SA) 0,5 mg; dosis maksimal
sampai dosis 3 mg.

Frruv*xrs Jnsrrurue **wnaru

Fenyakit J*.ltr!*g Pasien tidak biru saat presentasi awal, namun seiring PDA lpaten duktus arteriosus)
$nnra.tn berjalannya usia dapat menjai biru (pembalikan pintas menjadi merupakan kelainan kongenial
Asiunmsis {Fintas kanan ke kiri, disebut sebagai sindroma Eisenmenger) ter'ranyak pada bayi yang lahir
prematur maupun rubella kongenital
i{rfi - Ni*nsnl Gambaran khas:
VSD ASD PDA

Murmur Fixed-split 52 Murmur kontinu


pansistolik di (mochinery -likel
linea sternalis kiri di infraklavikula
bawah (area
katup trikuspid)

0
,:J:;
gg
'q'
PADI
KardiovaskuLar

Penyakit Jantung Pasien langsung sianosis sejak lahir. Disebabkan oleh pintas
Eawaan Siancsis dari kanan ke kiri.
{P;ntas Kanan -
Tetralogy of Stenosis pulmonal, VSD, overriding aorta,
i{iri! Fallot (TOF) serta hipertrofi ventrikel kanan
Tet spell ("pasien jongkok")
Boot-shaped heart
Boot-shaped heart
Transposition of Arteri pulmonalis yang keluar dari
Great Artery ventrikel kiri, sedangkan aorta keluar
(TGA) dari ventrikel kanan.
Oval-shaped heart (seperti telur)
Oval-shaped heart

Svor nsru TsMpoNqor Jnr.irurue


Syok : perfusi tidok lihat dari tekonan dorah
$yok @ Kehilangan cairan tubuh maupun darah (misal: muntah, diare,
$"4ipc:vclerni{r perdara han)

* Resusitasi cairan (kristaloid, bolus 20 ml/kg)

Syok !-lem*ragik @ Bentuk khusus pada syok hipovolemik, yakni karena kehilangan
darah
* Resusitasi cairan (kristaloid, jika darah sangat banyak
memerlukan transfusi darah berupa whole blood)
$y*k l{ardicgenik @ Kegagalan pompa jantung akibat kelainan kontraktilitas Dopamin jika gejala syok lebih
maupun irama jantung dominan, jika sudah mulai perbaikan
dapai diganti dengan dobutamin
* Pastikan cairan adekuat, baru gunakan inotropik (dobutamin,
TD sangat rendah (sistol <70 mmHg)
dopamin)
mungkin memerlukan bantuan
vasokonstriktor seperti norepinefrin

$y*k Anafilaksis @ Reaksi anafilaksis (hipersensitivitas tipe 1) mengakibatkan


vasodilatasi pembuluh darah luas
* Pastikan cairan adekuat dan epinefrin, antihistamin, dan
steroid
Syak Sepsis @ Reaksi SIRS (severe inflammatory response syndrome) akibat
adanya fokus infeksi dalam tubuh. Terjadi vasodilatasi luas di
seluruh pembuluh darah tubuh.
* Pastikan cairan adekuat dan vasokonstriktor {yang terpilih
adalah norepinefrin, terutama jika sistolik <70 mmHg).
Sy*k N*uragerr!k @ Trauma spinal dapat mengakibatkan kehilangan tonus simpatis Secara teori, syok anafilaksis, sepsis,
(yang menjaga tonus pembuluh darah), sehingga dapat terjadi dan neurogenik merupakan bagian
dari syok distributif
syok neurogenik. Cedera umumnya pada segmen torakal atas.
* Pastikan cairan adekuat dan vasokonstriktor (dopamin,
norepinefrin, fenilefrin)
T*mpunad* @ Terisinya ruang potensial antara jantung dan perikardium
J*ntung dengan cairan (atau darah = herr.cperikardium)
4 Trias Beck: hipotensi, distensi vena jugularis, serta suara
jantung melemah (muffled heort soundl
* Tatalaksana awal dengan perikardiosentesis, definitif dengan
torakotomi

.?.
;ti.
b
PADI
ENSIKLOPADI
BUKU RANGKUMAN MATERI

Algoritma ACLS: Henti Jantung

Adult Cardiac Arrest Algorithm-2015 Update

. Push hard {ot least 2 inches


15cnrl) and fa.:t (100-120,/mirii
and allow complele chest recoil.
. Fdinimize inttrruptians irl
compressicns.
. AvDid exies$ive ventilation.
. Rotale compressor every
2 minules, or saoner il latigued-
. lf no aCyanced aim-ay,
30:2 compression-ventilation
Rhith{r}
ra1io.
'i . Ou6ntilotive wavelonrl
VFIpW capnograpiry
- lf PETcor .i10 nn l-ig. atlempt
I to irrFrcve CPF qualily.
v . lntra-a,1erial pre$sure
*
"ffi li relaxalirn phase (diE-
stoli.J pressure <20 mm l-1,t,

4 '* attempt 10 imprc've CPR


qualifyr

6PR 2 min
r lV/lO access . Bipha:ic: llanrlactuter
&,_omnl.nrldlrLn tr{r. rnili.tl
dose of '2n.lolr J, i' unkrroKn.
u$- marlmulrl 1vi'ilhlP
Socunr l alcl )ill\mJer)t cl.ses
+./ slrc'rl.l h. ,alrjr!1|!jr11. Jn(l hrr!x I
dDl' " mti o? co:,< LJ*'cd
. Manoph€sic: l.6c .J

'!. .,i
7i,f.f tUv.!16$$l..11/,ilt:l;.:;i!j:8I.i:,;1::9i1$S]
WMillt\i/:x:{;ti:;11+T;.:tii'! N:;t$ft
. Epinephrine lV/lO dose:
Irl!Fi:nt3;ln"'le! :

. Amiodarone lV/lO dose: I rul :

CPR 2 min J0 .* 30f ,,rl l,oh,.i q{.n. J


GPR 2 min :

. Epin*phrine Bvery- 3-5 mln . lVr'lo access d-rr. IrLr Ir,t


. Con*ider advanced ai:way, . Epinephrine Avery J-5 mrn
* - ttjl -iM-:@

caFnograpbY :, . ConsidBr advanced atrway.


capnsgraphy . Fn.ioirdLl r.rj ntrllJnl;orr ,)r
""{
;

:'.JrrJ.llct'i( 1J!rr1ed rr0.rt :


+ . !!:l,..,ri ..jDr,..jl.tL{)\' (,r
' Rhythm Rhythm ': ...tfr. !rnclt, l.\ '-cnl.-n jtnJ
rrr.,r,rlcr E I tube l'{.ce,n+nl
e.,,q.hocka.b!.-J';: ",.,e.lroak-ablef;
- i. . On.e ajrtnc..d J;NJy rn piJci.
:
:

1- qrr,. I hr4llh ,"v"ry 6 s!.4ondt


t'." -
7#*;cssn**a I ql0 trealhs'mintwith continunu: :

"w
.t {r I

CPF 2 min CPR 2 rnin I o Prilrq grd blood presun


i . Abrupl ${stained increass jo
" Amiodarsne : :
'. Treai reversibla cafises PLrco;. itlpically r,r40 mm Hg)
Treat reversibie causes i .
" Spgr)laneous arterial preuslrrp
lvales srilh intr:r-rrlerial
I rn0[i1ori)E
I
Y-
Rhythm . HypcvDlemii
I
I 3troc,,!,q!l*?.. 'Hvpcxia
I Hydrcgen ian iaciilosis)
." Hypc-,'iryperkalernia
. lf no signs of return of Goto5orT . Hypcth€trriii
spontaneous circulation
. Tensiorl DneL,rnothor{x
(FOBC!, go to l0 or l'l
. Tomponqde, cardiac
.. lf HOEC,
. Toxirs
Ao to . Thrombosis, puimcnary
:i : Fost:Cafdiac. Arrest Car€ . ThrcvnLrcsis. corolrary
iEi :'01 5 Anl'rican Hearl Association

i l * ;: rt- i\n* tt r:i tiliri *

"r..
:t:.
[,
pAnt
Kardiovaskular

Algoritma ACLS: Takiaritmia dengan Nadi

Adult Tachycardia With a Pulse Algorithm


I
i Agse€G.qppropriatene$sforclinicalcondition,

LLl it il|liffiiffi"..8"f.,+.- 1$lil sig.lf.


ii
Hf l,, l$lilrri it Synchronized cardioversion:
lnitial recommended doses:

z.L I

V
'o Narrow regular:50-100 J
Narrow irregular: 12A-20O J
biphasic or 200 J monophasic
i :=.., l@ntlfy and treat undlt'lyirg caus€:-. r i, I r
.
Wde regular: 100 J
, . Mainlain.patent airway: assist breathing ffi necessary Wide irregular: defibrillation
, . uxygen (ll nypoxemlc) dose {not synchronized)
; . Cardiai monl'tor to ldentify rhythm; monitor blood Adenosine lV dose:
lrriof,*:f:,?.,91*'"i1,,
i rrri. ll j First dose: 6 rng rapid lV push;
i follow with NS flush.

g/ f"--*
Fersietsnl 4
L::::tl.*::, 1L.Tn r*::.r-d:.
Antiarrhythmic lnfusians for
Stable Mde-QRS Tachycardia
"

,lachyarrhythrnia cau6tng: '\


l./; .r ', Syncflranizgd cardiov€rsion
Procainamide lV dose:
Hypotension? dc6 r Considdr s€dation
, 20-50 mglrnin untii 3ilhythmia
t,,,L Aculely--,,glte-ied menlal ijatu*?-';"----------> . ! suppressed, hypotension ensues,
. . Signs of shoch? lf:rssular nans*, compf*p;.,; QFIS duration increases >5096. ()r
' .' lschemic ch€sl dis-comfart? i..-ea$*idqndsfio.ein€ :::: maximum dose 17 mg./kg given.
Acute heart lailure? Maintenance rnfusion l -4 mgr'nrin.
Avcid if prolonged QT or CHF-
Amiodarone lV dose:
lV access and tZ-lead ECG
First dose: '150 rng over 10 minutes.
rl available
Repeat as needed if W recurs.
Consider adencsine only if
Follovu by maintenance infusion of
regtrlar and mononrorphic
1 me/nin for firsl 6 hours.
Consider antiarr hylhmic infusion
Consider expert consultetjon Sotalol lV dose:
'1
Q0 nrg (1.5 mg/'kg) over 5 minutes.
Avoici if prolonged OT.

IV access and 12-lead ECG if available


.' Vagal nraneuvers
. Adenosine tif reguiar)
r F.Blo*k*r *r calciurn rhffnnel biocker
. Considcr experl consultalrofl

q.
A{JA
\,
P,A D!
ENSIKLOPADIS
BUKU RANGKUMAN MATERI

Algoritma ACLS: Bradiaritmia dengan Nadi

Adult Bradycardia With a Pulse Algorithm

Apsqss,appr.opl,iateness for clinjcal conditiol. ," ,, ..;


He"e==1'
$Bl jt, i,ucveu.l11'l.1iffilfitli,i';r
fil-,i.af,fl1rltt
t--
I
2 Y
I

ldentify and teat underlying. cause


patent airoray; assisl breathing as necessary
.:, Maintairi
. Oxygen (if hypoxemic)
. Cardiac monhor to identi{y rhythm; monitor blood pressure and oxirnetry
. lV access

iffi*1falt',. $,i,st?'=!*, iXffXJtfiltf#4

3- tI

- /'t pergistgnt
t"...
,/ bradyarrhythrnia:causing:
Sin /' .HYPolensicn?r,'.
Monitor and observe <---
,'., .. Signs of shock?
lschemic cliest disConrfort?
u: r dr:,,r-
L Scp-te feart iai!r=r.e.:?.-; ,;u

Atr6Fin6
Atropine lV dose:
if atropine ineffective: First dose: 0.5 mg bolus.
. Ttanscutaneous pacing Repcat pvery 3-5 minules.
ol lr,4arimunr: 3 mg.
. Oopamine infusipn
:': :.:r. :::,r' : i'.::.:Of Dopamine lV infusion: :
Usual infusion rate is
:.:FF f,. ,liie, ifilu$i"P;
.

. --l
2-2O mcgtkg Per nrinule.
Titrate to pJtient respOnse;
taper slor,vly.
Gonsiden Epinephrine lV infusion: I
I
2-10 nrcA per minute i
:i? FXS*d son*Ltlta'tiron : ;

rntusron. Tiirate to pat;enl


tt,l r'kfi f#"#n-f,ftit#i=?bl,
€) 201 5 American Head Associalror i_i::l,T:

0
a.j1.:
t"s3

Pa nl
Ka rd iovasku la r

Algoritma ACLS: Sindroma Koroner Akut

Acute Coronary $yndromes Algorithm-2015 Update

symptqm..s.=3rts_q,-!|.,r,Esii"3ltnmif;,f
--t-- l,ll,",i,fl'if,ijf.'n

t
, : Elll$ as$€€iirritt end i:ar€,:and hospilat prsFAratiol: -
M6hitof, suppc.rJ AtsCs, 8e,p,lqpared to:p{ovide,CPfl ar,id qe.f!qai!e.t!94; ,:ri
l

Adrninig,.ipr,tep.ir,.in and cansi*r oxygen;rnib lycer,jn; snh:n in€+h ed

!:,ii6iitu r;eivins lq$ilalivl,ilh,trsn*mi n or rp.ix"iio!,,1J.11 iryt or


onset aRd flist medlcal contact
8r*il4rrospi*ti!:ruu r{dp111ip111gp&1,:*o!rsd*to pond:.lo $TEMI
y.l ',,,,9f'ln..9 ryrribr',l.9 lfi!'13;!b1rP'j#r€"-!,?
s,!,,','.,,,i..,:,,1,

&oncurrent ED assessment.{<10 mirutesl l lmmediate ED general lreatment


. Check vilal signs; evaluate oxyqen sat.Jration . ff 02 sat <90%, starl oxygen at 4 Umin, iitrate
. Eslablish lV access . Aspirin 160 to 325 mg (it nat given by EMS)
'. Ferlo$.}l brief, targeteil hbtory, phy*ieal e.N'gm . Nltroglycerin sublingual or spray
F6visw/compl€tB fibrinolytic checklist; 1 lilol?hino IV it dj€csnrfo$,'1lgt relievsd, by
check contralndications nltroglycerin
r Obiain initial cardi6c marke{ levels.
rnitial €lectrol!,te and coagulation studies
t Obtai*iFctt .le cheati-rgyh$0 r.nialule*, ;;:t:

I
f
EG€ intarprchtian

ST ele\.a1ion or ne\{ or : ST ciepression or dynamlc Normal or noncjiegn{lstic chang6s


presumabiy new LBBBi T-wave invelsion; sirongly $T segnrent or T wave
stronsly suspicious tcr iqury susprClou5 for rscnJn]la Lolli'' /inlg rrne d iate-ns*,4 c$
Sr-attvatlan Mt fsrE4{4 High-risk non-ST-etevation ACS
I
livsrE-acs,
+
i
. gtart adiuncti\ie therapies
as indicaasd l
{o I
+ t2
t.=o.o *tur
1. tiu1o4,,, , Troponin elevaled or high-rirk patient Consider admission to
Gonsid€r early invasive strategy il: En che€t pain unit or to
I ' . Reftactaryischemic chestdisccmlort appropriate bed lor
-t.r!
I
. Recurrent"persisten'i ST deyi*iion fuithpr rn0fi itorin g and
. Ventrlcular tachycardia poesible lnlerventinn,
l TiJnstiom ane€t of . Hernodynamrc lnstability
. Signs of heart failure
Siart adjunctive therapies
{qg; n (ip, q rb€rlnr: lisliari n}r:ii5.::ir!di9.ated.:

a
Repertusion goals:
Therapy defined by patielrt and
center crit6ria
? Ooor'tQ-balloon inflation
.-IPC|) goal ol gP mlnute$
r -?aotiointedl€ f ibrinolysisl
.;;:qpal pl 30 mtnul€s
=
O 201 5 Alnerican Heart /\-sscciation

1*4 .l:\l.l

"ADI
lluu KTSEHATAN MaSynRAKAT -
BToETTKA

Five Star D*ctcr Care Provider Penanganan menyeluruh meliputi masalah fisik, mental, dan sosial;
preventif, kuratif, dan rehabiltatif. Membeikan pelayanan dengan
standar terbaik lhighest qualityl
Decision Maker Mempertimba ngkan cost-effectiveness dan benefit vs risk;
memutuskan penggunaan teknologi penunjang secara efektif
Communicator Promosi individu, keluarga, komunitas menuju gaya hidup yang
sehat. Memberdayakan masyarakat menjai partner dalam promosi
kesehatan
Community Leader Mampu menempatkan diri sehingga mendapatkan kepercayaan dari
masyarakat, mampu menemukan kebutuhan kesehatan bersama
masyarakat dan individu, serta mampu menjalankan program sesuai
kebutuhan masyarakat
Manager Bekerjasama secara harmonis dengan individu, organisasi, dan bidang
non-medis untuk kebutuhan pasien dan komunitas, melakukan
perencaan dan manajemen pelayanan kesehatan, serta
memanfaatkan data kesehatan secara tepat
l*v*l of Pr€ve!it;sn Primer Reduksi faktor risiko sebelum muncul Primer: edukasi dan promosi gaya
NO DISESASE penyakit. Meliputi health promotion dan hidup sehat, program kesehatan
lingkungan, imunisasi
PRESENT specific protection
Sekunder Gejala muncul dan penyakit sudah terjadi, Sekunder: mamografi untuk deteksi
DISEASE HAS tetapi pasien belum mengetahui. Meliputi dini Ca, pengobatan hipertensi pada
pasien tanpa komplikasi, tatalaksana
OCCURED early diagnosis and prompt treatmeni
demam berdarah Cengue
Tersier Penanganan untuk menurunkan
D!SEASE !1AS progresivitas penyakit, nrencegah Tersier: rehabilitasi pada penyakit
jantung simptomatik kronik,
ADVANCED komplikasidanmeningkatkankualitas
rehabilitasi pernapasan pada pasien
hid u p.
PPOK
Meliputi ciisability limitation dan
rehabilitation

5as*rar: Frnrnnsi Sasaran Primer: sasaran langsung dari promosi kesehatan Primer: ibu hamil
Kesql'ratan Sekunder: kepala desa / tokoh agama
Sasaran Sekunder: tokoh yang dihormati/disegani oleh sasaran
Tersier: Dinas Kesehatan
primer
Sasaran Teriser: pembuat keputusan, penentu kebijakan

5t*ges o{ Terrv:inatr Denial: fase penyangkalan pasien tehadap kondisi penyakit


!li*ess Anger: kemarahan pasien
Bargaining: tawar menawar, pasien "mau melakukan apa saja
asal dapat sembuh

Depression: pasien jatuh dalam keadaan kesedihan


Acceptance: penerimaan terhadap kondisi dirinya secara
seutuhnya
F*nghalang Komunikasi dapat berlangsung secara tldak efektif apabila
K*munikasi terhalang karena barrier berikut:
Lingkungan yang terlalu ramai di bangsal sehingga Penghalang yang sifatnya fisik

memengaruhi fokus pasien terhadap penjelasan dokter.


Tempat duduk dokter terlalu jauh dengan pasien
Dokter yang berasal dari daerah yang relatif menggunakan Perbedaan budaya dalam hal
bahasa halus berhadapan dengan pasien yang memiliki penyampaian dan cara berkomunikasi

budaya berkata "ceplas-ceplos"

,0- 1iJ3
b
PADI
lrnu Kes*hatan Masyarakat ,- Bioetika

Pengadaan bakti sosial di iawa Barat dilakukan oleh tenaga Perbedaan jenis bahasa, tata bahasa,

medis dan paramedis yang tidak memahami bahasa Sunda dialek, serta jargon/istilah medis

Dokter yang menggunakan istilah "Pak, keadaan poroplegio


yang Bapak alami merupakan gejal apada Caisson Diseose
yang dikenal dengan penyakit decompression syndrome"

Pasien hendak bertanya kepada dokter dengan berkata, Dugaan/persepsi pasien yang belum
"Dokter, saya ingin bertanya.", lalu Dokter memalingkan tentu sama dan benar
perhatian dan menatap pasien, yang dipersepsikan pasien
bahwa Dokter "galak" dan pasien tidak jadi bertanya.
Pasien yang enggan menceritakan keluhannya kepada dokter Ketidakmampuan secara pribadi untuk
dengan lengkap mengetahui dan menangkap informasi
secara jelas
Ketiadaan/kurangnya rasa ingin tahu dokter dalam menggali
riwayat penyakit pasien
Pasien perempuan yang memiliki keluhan benjolan pada Perbedaan jenis kelamin dapat
payudara menolak diperiksa oleh dokter laki-laki memengaruhi interkasi dokter-pasien

Pasien dengan karsinoma kolon stadium akhir, berada dalam Keterlibatan emosi pemberi maupun
fase deniol dan sulit menerima apa yang disampaikan oleh penerima informasi

dokter.
Dokter yang baru pertama kali berhadapan dengan pasien
secara langsung "gugup" dan "cemas" sehingga tidak dapat
melakukan berkomunikasi dan melakukan pemeriksaan
dengan baik
t/^^,.*;t,^^i r{^!"&it
Pertanyaan yang diajukan dapat berupa pertanyaan terbuka
atau pertanyaan tertutup
Dokter mendenga secara aktif, dengan memberikan umpan
balik, refleksi isi, refleksi perasaan, dan merangkum
Dalam memberikan informasi, dokter menggunakan bahasa
sederhana, jujur, benar, serta lengkap
Dokter tidak memotong pembicaraan, tidak mencela, tidak
melakukan asumsi, tidak melakukan evaluasi, tidak
melecehkan (baik secara verbal maupun non-verbal)
$ik{us [.f idup 1. Pasangan baru menikah, tanpa anak
K*truarg"r 2. Keluarga dengan bayi (anak tertua berusia 0-30 bulan)
3. Keluarga dengan anak prasekolah (anak tertua
berusia 30 bulan - 5 tahun)
4. Keluarga dengan anak usia sekolah (anak tertua
berusia6-12tahun)
5. Keluarga dengan remaja (anak tertua berusia l-3-20
ta hu n)
6. Keluarga dengan dewasa muda (anak pertama mulai
meninggalkan rumah hingga anak terakhir)
7. Keluarga paruh-baya (tidak ada anak tinggal serumah,
hingga masa penisun)
8. Aging fomily members (masa pensiun hingga
kematian)

Si*g**sis 1. ldentifikasi masalah pada suatu komunitas.


2. Tentukan prioritas masalah.
3. Analisis penyebab masalah.
4. Memilih/menentukan alternatif solusi pemecahan
masa la h

5. lmplementasi solusi
6. Follow-up

Efektivitas suatu jalan keluar bergantung pada seberapa besar


l{elu*r masalahnya (magnitude), seberapa penting jalan keluar

l" [Jt "$"


i^
PADI
tersebut (important), dan seberapa mudah diatasi masalah
tersebut (vulnerable)
flfisiensi Jalan Efektif belum tentuk dapat dilakukan jika tidak efisien. Efisiensi Prioritas (P) ditetapkan setelah
Kolu*r mempertimbangkan faktor biaya (cost) yang diperlukan. menentukan efektivitas dan efisiensi
Untuk beberapa jalan keluar yang efektivitasnya sebanding, D
MxlxV
-_
makin besar biaya yang diperlukan, makin tidak efisien jalan C

keluar tersebut.
Sahay* F*i*nsiaI FISIK Radiasi, temperatur, bunyi (bising), listrik
KIMIA Zat kimia, baik padat, cair, dan gas yang dapat menimbulkan efek
BIOLOGI Agen biologis, seperti hewan, darah, iamur, gigitan serangga
PSIKOSOSIAL Lingkungan kerja dengan "bully-ing", beban kerja yang terlalu tinggi,
tidak ada rekan kerja
ERGONOMI Posisi tubuh yang menimbulkan stresor, seperti tinggi bangku, gerakan
beru lang
l{edskter*n Nilai yang dianut dalam kedokteran keluarga (Jamily medicine)
Kcluarga adalah:
Pendekatan holistik, yang artinya tidak hanya fisik melainkan
psikologis dan sosial

Pendekatan komprehensif, yang artinya meliputi kegiatan


promotif, preventif, kuratif, hingga rehabilitatif
Berpusat pada pasien (patient-centered)
Mencakup seluruh usia
Mengutamakan kedokteran pencegahan dibandingkan
pengobatan (kuratif)
Tipe l{eiuarga Keluarga inti (nuclear family): ayah + ibu + anak kandung
Keluarga orang tua tunggal (single parent family): ayah ATAU
ibu + anak kandung
Blended family: melibatkan ayah / ibu tiri
Extended family: nreliputi paman/tante, kakek/nenek
$iubureg*n S*kt*y- Paternalistik artinya berpusat pada
Fasien dokter
Kendali Dokter
Konsumeristik artinya berpusat pada
Rendah Tinggi pasien

q Default artinya dokter - pasien "tidak


.g Renda h DEFAULT PATERNALISTIK pedu lr"
6
CL
Mutuatlisme adalah hubungan yang
6
E
c
Tinggi KONSUMERISTIK MUTUALIsME paling baik

c,

J**is &ujuk*n lnterval: wewenang kepada satu dokter konsultan dalam Perhatikan keterangan "dalam jangka
llfit*r-tlskter jangka waktu tertentu, tanpa campur tangan dokter primer waktu tertentu" yang menandakan
bahwa pasien akan dikembalikan ke
dalam jangka waktu tersebut
dokter primer setelah masalah yang
Split: wewenang kepada beberapa dokter konsultan dalam dikonsultasikan telah selesai-
jangka waktu tertentu, tanpa campur tangan dokter primer
dalam jangka waktu tersebut
Collateral: wewenang dan tanggung jawab diserahkan ke pada
dokter lain khusus untuk masalah tertentu (dokter primer
tetap campur tangan)
Cross: wewenang dialihkan sepenuhnya ke dokter lain (alih
rawat)
jenis &ujuk*n Rujukan horizontal antar-instansi yang setara Horizontal: ke sesama puskesmas
Antar-lnst**si Vertikal: puskesmas ke RS
Rujukan vertikal antar-instansi yang tidak setara
F*sy*nd* Program wajib: KB/KIA, gizi, imunisasi, penanggulangan diare
Kader Posyandu, Cakupan Program Program Tambahan
Jenis
Penyelenggaraan Wajib dan Dana Sehat
Pratama (Merah) .q
<50% Tidak ada
Madya (Kuning)

"?. 3*7
"b
PADI
irlmu Kesehatan Masyarakat .. Bioetika

Purnama (Hijau) >5, terselenggara >8 Ada, <50%


>50%
Mandiri (Biru) ka liltahun Ada,>5O%

Srarrsrrr VnRl
lnsidens jumlah kasus baru dalam suatu kurun waktu Populasi yang berisiko terkena kasus
penyakit tersebut.
jumlah populasi berisiko (pertengahan kurun waktu)
Frevalens jumlah kasus (baru dan lama) dalam suatu kurun waktu Contoh: jika kasus adalah kanker
payudara, populasi yang berisiko
jumlah populasi berisiko
adalah wanita, usia >40 tahun
misalnya

Terdapat dua macam prevalens, yakni point prevalens (di satu


waktu, sehingga populasi berisiko di waktu tersebut) serta
period prevalens (dalam interval waktu, sehingga populasi
berisiko rerata atau tengah interval tersebut)
ffiis*nse Attack ftate jumlah kasus baru Per definisi menyerupai insidens,
namun sering digunakan untuk kasus
jumlah populasi berisiko
akut , seperti food-specific attock rote

Perbedaan utama dengan insidens umumnya meliputi wilayah


yang lebih kecil dan kondisi yang spesifik (seperti kasus
keracunan makanan), dan durasi yang singkat (seperti periode
inkubasi dalam kasus keracunan makanan)
Angl** Xe*:*tian lbu jumlah kematian ibu (lihat catatan) Kematian lbu yang dimaksud adalah
terkait kondisi kehamilan, persalinan,
100.000 bayi lahir hidup
dan nifas (42 hari setelah persalinan)

Angkc l{*ffiati*n jumlah kematian neonatus (( 2B hari)


N€*nal!.r$ 1.000 bayi lahir hidup
Angk* i(*nratien iumlah kematian bayi (< 1 tahun)
$avi 1.000 bayi lahir hidup
Angka Ken:ati*n jumlah kematian balita (< 5 tahun)
Salita 1.000 bayi lahir hidup

f;r{Brrv1r, EFTDEMT, Ke.lant** Lu,+t Btasn, WnraH


finri*mi Kejadian penyakit yang berlangung secara menetap, sudah Anda "memprediksi" bahwa Anda
dapat diprediksi sebelumnya akan menemukan pasien malaria oi
wilayah NTT. Dengan demikian malaria
adalah endemi di daerah tersebut.

Terdapat istilah hiperendemis di mana angka kejadian penyakit


di daerah endemis yang sangat tinggi
Kejadian penyakit yang baru, meningkat, atau tidak dapat
diprediksi sebelumnya
Epidemi yang menyebar secara luas, ke negara lain, benua,
bahkan seluruh dunia
Sp*radis Kejadian jarang yang terjadi dalam periode waktu yang tidak
teratu r
*
Kejadian l-uar $irs* Suatu kasus digolongkan kejadian luar biasa apabila timbulnya Kurun vvaktu dapat dalam hitungan
jam, hari, bulan, atau yang lebih lama
suatu penyakit menular yang memenuhi setidaknya satu dari
tergantung dari jenis penyakitnya
kriteria di bawah ini:
1. Sebelumnya tidak dikenal atau tidak ada
2. Kejadian ATAU kematian meningkat terus-menerus
selama 3 (tiga) kurun waktu* berturut-turut
3. Kejadian ATAU kematian meningkat 2 (dua) kali lipat
dibanding kurun waktu* sebelumnya
4. Jumlah penderita baru dalam satu bulan
menunjukkan kenaikkan 2 (dua) kali lipat dibanding penderita
baru di bulan / rala-rata bulan sebelumnya

3G* -$"
iih
"b
PA DI
W*bah Kejadian luar biasa dengan jumlah kasus yang lebih besar,
daerah terdampak yang lebih luas, waktu yang lebih lama,
serta dampak yang ditimbulkan lebih berat

Pnoen,Anfi lnnuNrsssr TaMrnnsilJ PrurRrrurax


SackIog figFrting Merupakan upaya aktif di tingkat Puskesmas untuk melengkapi
lmunisasi dasar pada anak yang berumur di bawah tiga tahun.
Kegiatan ini diprioritaskan untuk dilaksanakan di desa yang
selama dua tahun berturut-turut tidak mencapai UCl.
flrnsh Pr*grarn Wilayah yang memerlukan itnervensi secara cepat untuk
mencegah KLB, misalrrya: angka kematian bayi akibat PD3l
tinggi, infrastruktur kurang 3 tahun berturut-turut tidak UCI

F*k** imnr:ls"rsi lmunisasi massal serentak, dalam waktu singkat - memutuskan


mata rantai penyebaran penyakit, meningkatkan herd
immunity - tanpa memandang status imunisasi sebelumnya
Catch up cnrnpaign lmunisasi tambahan massal serentak pada kelompok umur dan
{k*rnpengr} wilayah tertentu dalam memutus transmisi penularan agen
penyebab PD3l. Biasa dilaksanakan pada awal kebijakan
pemberian imunisasi, seperti imunisasi baru
Serupa dengan PlN, tetapi wilayah terbatas
l*runiscsi da!a*r lmunisasi dalam penanganan KLB, sesuai dengan situasi
penanggu$*nge;r epidemiologis masing-masing
KLE {*utbr*nk
reSpilitis*
irn m unir;rtiq: n /* t? !)

Ksrnn* D*snR Brfirnx


7f"V*-at t ^"-itin tutpitttorao, t"rO*
-----1
Ben*ficence Memberi obat genertik Prinsip di mana seorang dokter
melakukan suatu tindakan untuk
Tidak polifarmasi kepentingan pasiennya, di mana
Memberikan edukasi lengkap kepada pasien dokter memilih terapi yang paling
baik dalarn standar medis terbaik.
Pemberian obat nyeri untuk pasien dengan penyakit terminal
Pada umumnya dokter memiliki
Menolong anak yang diduga menjadi korban KDRT banyak pilihan dan tidak terdesak oleh
kasus gawat darurat, misalnya.
Membuat rujukan kepada dokter lain yang kompeten
:dono
N*n-Mal*ficcnc* Menoiak aborsi tanpa indikasi medis Paling utama yakni dokter
mengutamakan prinsip first, do no
Tidak melakukan eutanasia
harm. Dokter tidak melakukan
Tidak melakukan pemeriksaan laboratorium/radiologi/prosedur tindakan yang membuat pasien
yang sebenarnya diperlukan demi keuntungan pribadi dokter semakin buruk atau tidak
menguntungkan.
Mengutamakan pasien dalam keadaan gawat
lnterpretasi lain adalah dokter
melakukan tindakan penyelamatan
nyawa (life-saving), seperti operasi
cito.

: hak menentukan nasib sendiri, seloma kompeten


&ctnnan'ly Melakukan informed consent {termasuk informed refusal) Dokter menghormati harkat dan
martabat manusia, terutama dalam
Memberikan pasien hak untuk menentukan dan memutuskan hak menentukan nasibnya sendiri.
dirinya sendiri (asal dewasa secara hukum dan sehat) Pasien (yang kompeten) diberi hak

Melibatkan keluarga dalam pengambilan keputLrsan pasien untuk mempertimbangkan dan


yang tidak kompeten berpikir secara logis, dan dokter
menghargai keputusan yang dibuat
Menjaga rahasia medis pasien oleh pasien terhadap dlrinva sendiri.

_0"
itt i"*9
.L
PADI
llmu K*sehatan Masyarakat : Bioetika

Mengatakan jujur kepada pasien tentang penyakit, karena


merupakan hak pasien untuk mendapat informasi sejelas-
jelasnya

Keywords : fairness/sama rata,


Justice Tidak membedakan pelayanan walaupun ada perbedaan Tindakan yang memegang prinsnip

budaya, suku, agama dan kepercayaan sama rata, tidak membeda-bedakan


pasien dalam status apapun. "Pasien
Dokter yang menyampaikan hasil pemeriksaan medis karena dalam keadaan yang sama,
kesehatannya memengaruhi kepentingan orang banyak seharusnya mendapat perlakuan yang
(contoh: sopir bus yang mengidap epilepsi, perlu disampaikan sama".
ke pihak perusahaan otobus tersebut); pasien ebola/flu Dokter yang menjunjung tinggi hukum
burung yang disampaikan ke dinas kesehatan dan menghormati hak masyarakat
walaupun harus mengorbankan hak
Pemerintah yang menyebarkan tenaga kesehatan secara
personal pasien tersebut.
merata
Dalam soal UKMPPD, Anda harus cermat melihat aspek mana yang ditekankan pada soal. Secara sekilas, suatu kasus dapat
masuk ke aspek bioetik tertentu padahal sebenarnya ada penekanan yang berbeda pada soal tersebut.

lrurcRuro Corussnr ilAN ITFcRMED R[FUSAL


{nfor*"red *snsrnt Persetujuan tindakan medis yang diberikan oleh pasien lnformed consent merupakan
(consent) setelah pasien mendapatkan informasi tentang jenis "umbrella term" / istilah besar yang
mencakup jenis consent yang lain
tindakan, tujuan, efek samping dan komplikasi, alternatif,
serta risiko jika tidak menjalani operasi
Express*d {*ns€v'it lnformed consent yang dinyatakan secara eksplisit, baik itu Expressed consent sering

dalam bentuk tertulis (written consent - tanda tangan surat disinonimkan dengan written consent
saja
persetujuan ) maupun dalam bentuk lisan (oral consent - "Ya
dok, saya setuju")
in':griied t*nse*t lnformed consent yang diberikan secara implisit (tersirat) oleh Umumnya untuk tindakan rutin dan
pasien dengan menarik kesimpulan dari sikap pasien yang risiko tidak besar, seperti pasien yang
mengangguk ketika akan dilakukan
menyatakan persetujuan (lihat catatan di presumed consent)
pungsi vena

Fresurncr.{ Ct:nssn* lnformed consent yang diberikan secara implisit (tersirat) oleh Pasien yang tidak menyampaikan
pasien dengan menarik kesimpulan dari sikap pasien yang penolakan dianggap setuju dengan
prosedur, karena prosedur tersebut
tidak melakukan penolakan.
merupakan suatu "general
Contoh: pasien yang datang ke IGD karena luka di kaki, lalu knowledge".
lukanya dibersihkan. Dianggap bahwa pasien yang datang ke
IGD pasti ingin dibersihkan lukanya. Hal ini karena sudah
Catatan: beberapa literatur
dianggap suatu "general knowledge" bahwa pasien yang
menyampaikan bahwa presumed
datang ke IGD karena luka, pasien ingin dibersihkan lukanya. consent adalah bagian dari implied
Dalam hal ini, pasien tidak memberian persetujuan secara consent, bahkan merupakan sinonim
eksplisit, maupun tidak ada sikap setuju seperti mengangguk. dari implied consent
Pasien juga tidak memberikan penolakan. Dengan demikian,
dianggap pembersihan luka tadi sudah disetujui oleh pasien
melalui presumed consent.
lnf*rm*rj RrfusaN Penolakan tindakan medis, karena hakikatnya adalah hak asasi Termasuk untuk tindakan minor,
seorang untuk menentukan apa yang hendak dilakukan semua penolakan harus tertulis.
terhadap dirinya. Pasien yang tidak ingin diukur TD
harus ditulis daiam rekam medis,
Penolakan dinyatakan oleh pasien (refusal) setelah pasien
karena jika (suatu hari) pasien
diinformasikan tentang risiko tindakan dan konsekuensi
mengalami komplikasi, seperti stroke
(informed). perdarahan dan tidak ada catatan TD
Penolakan tindakan medis HARUS BERSIFAT EKSPLISIT di rekam medik, dokter dapat
dipersalahkan karena dianggap lalai
TERTULIS (\IJRITTEN) karena dalam hal terjadi efek
tidak melakukan pengukuran TD.
samping/komplikasi akibat tindakan medik tersebut (yang
dinilai dokter tersebut perlu dilakukan) tidak dilakukan atas
kehendak pasien, dokter yang wajib melakukan pembuktian
secara hukum.

lL ItJ "q.

u
PADI
Trpe Ruunu Sarrr
Konsep
ffiE{$Tt$HAffi EEr*f,E* ffi}S$,E*fiAL ilt} BS sfrEG*SeeKAfiI FEK}#EF{XE5 56/X9 .4

&$es{.5
l{s ffiuslitss! Temagg
id E C D
f'glrsssB X$sdi& kesE
I fuHigUm;rlri ls L} s {
? &oHs Sisi .* I 't
J1g4jr"wl
I.;grs.ess S's*ai*IiB Elasss ttuiS*g
1" Fenlrekit dslram 5 3 I
g-
q
F{sgehetws sqsk 6 l ! 1

EBdHlt tr 1 1
+" {},hstefiri & ejneamEu,fri 6 J l

I '1r*stesiulccf 3 I
ts*rliir*lrtei ] ! t I
Ja Fatslcrd l{Er*flr J I
Fg*esX*,si 3 3
3..
'lxs**elai
${*bsh{lftsst ftrrissj&
lr4bix:r* ?ie**.
L.es*ll*x &,4*si,n1** l*lp & bidsss k*** *d*
It
t &dgta 3
Telivrr.* FlldalxeT*:* ffdr ltl & !
d_ $,.qarsf I 4

Jnrrtar.up Sa:a ftHnabux:rt? Xles*h ? p

$ Kuht dsrl Kelslp: -'t


Xsd*3rta;a*diw s n
F;xyt.t E

'kslwrc*d: 3 !
.1
g, !"ir*l*sri
K€deh mnffisf 3 t
11 &s*eb ruegfilr 4 2

ln A*dst#*ras S'*rqmsik : {
!.*nirrx*i
il,Je& s*g
L*v*n*t* S.sS &re*,ei*li* ? bi$rs*
!. Esdstu t I

Fernekit IlEl*sF
IqsEaksi&}r ,{%*}q ']
+. tlb,stebi ders #illdmlnsj
*in** I c
?elix*.n t{i$uanr'Ts*"ca:re>k a, :
5y.*&{ :
J*st**tr€ *erl Fek*&vil*h n3*tr**t 3
€u$i **-n Xx*"*u* 3
a

11
'Ilsa
Fnn* !
f+ fJrth.:-r*lprrii T ?
tq l-Irqrtoai i !
li
Giei nr*3ut I T

0
3i4 ^!" -L r
b
PADI
Konr ErN KroomrRnru lruuorursta KODEKI
*angkurnan . Pasal 1: menjunjung tinggi dan menghayati sumpah
x0nfrKt,7$l"p dokter.
.Pasal 2: pengambilan keputusan secara profesional.
.Pasal 3: tidak boleh dipengaruhi sesuatu yang menghilangkan
kebebasan dan kemandirian profesi.
.Pasal 4: perbuatan yang memuji diri sebaiknya dihindarkan'
.Pasal 5: persetujuan pasien/keluarga untuk informasi yang
berpotensi melemahkan daya tahan fisik dan psikis.
.Pasal 6: Berhati-hati dalam menerapkan
penemuan/pengobatan baru.
.Pasal 7: Surat keterangan hanya jika memeriksa pasien
tersebut.
.Pasal 8: pelaynaan kompeten, dengan kasih sayang'
.Pasa! 9: bersikap jujur.
.Pasal 10: menghormati hak pasien, sejawat, tenaga
kesehatan lain.
.Pasal 11: melindungi hidup makhluk insani.
.Pasal 12: aspek promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif, dan
fisi k-psiko-sosiio-ku ltu ral.
.Pasal 13: kerjasama lintas-sektoral.
.Pasal L4: tulus ikhlas untuk kepentingan pasien, merujukjika
tidak mampu.
.Pasal 15: memberikan kesempatan pasien berinteraksi dengan
keluarga/penasihat, beribdah.
.Pasal 16: merahasiakan segala sesuatu tentang pasiennya.
.Pasal 17: pertolongan darurat wajib dilakukan.
.Pasal L8: memperlakukan teman sejawat sebagairnana ingin
di perla kukan.
.Pasal 19: tidak boleh mengambil alih pasien, kecuali secara
etis.
.Pasal 20: wajib memelihara kesehatan diri sendiri'
.Pasal 21: mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi.

0 1"3.3

b
PADI
RrsET DAN BlosrnlslK
Drsnrn Prrurlrranr
*bser,rasi*n*[ Ciri khas: tidak ada perlakuan / intervensi, hanya diamati. Penelitian potong lintang TIDAX
menghasilkan kesimpulan sebab
Laporan Kasus (case report): laporan lengkap profil suatu
akibat (kausalitas), melainkan hanya
penderita, untuk kasus langka atau kasus baru asosiasi.
Seri Kasus (case series\: gambaran beberapa penderita yang Contoh kesimpulan:
sama Merokok berhubunqon denqqn kanker
poru
Potong lintang (cross sectionall: penilaian sewaktu terhadap
( B U K A N ne+ekek-rnenyebabka+
individu, menilai asosiasi bukan kausalitas. Keunggulan: relatif l<aakeqs+u)
cepat dan murah. Menghitung risiko relatif / relative risk
(RR).
Kasus kontrol dan kohort dapat
Kasus kontrol (case controll: penilaian retrospektif, umum
meneliti hubungan sebab akibat.
digunakan pada kasus jarang/langka. Terdiri dari kasus
Merokok menyebobkan konker pdru
(dengan penyakit) dan kontrol (tanpa penyakit), lalu ditelusuri
ke belakang. Menghitung rasio odds (OR).
Kohort (cohort): penilaian prospektif, diikuti follow-up. Terdiri
dari dua kelompok, yakni terpajan vs tidak terpajan. Ditelusuri
ke depan apakah timbul penyakit atau tidak timbul penyakit.
Menghitung relative risk (RR).
l*terve*si Ada intervensi dari peneliti, misal peneliti membagi dua
{$;ksperinren} kelompok dan terhadap masing-masing kelompok diberikan
perlakuan yang berbeda.
Dapat menjelaskan hubungan sebab-akibat yang lebih kuat
(karena variabel lebih dikontrol secara ketat)

Populasi +Populasi target: penderita MH,


Populasi target adalah kumpulan individu yang dibatasi kriteria
klniis dan demografis, dan merupakan tujuan utama di mana dewasa, yang mengalami eritema
nodosum leprosum
hasil penelitian tersebut akan diaplikasikan.
Populasi terjangkau: populasi targel
Populasi terjangkau adalah populasi target yang memenuhi
yang datang ke poliklinik MH RSU X
kriteria tempat dan waktu
selama Januari - Desember
Sampel adalah populasi terjangkau yang memenuhi kriteria Sampel: populasr terjangkau yang
inklusi, eksklusi, dan drop-out memenuhi kriteria inklusi, tanpa
kriteria eksklusi

Contoh: Penelitian "efektivitas lampren terhadap tatalaksana


eritema nodosum leprosum dewasa"*

PrRHrruruggru &rsn{o Reunp DAr.r RAsto ODDs


?* bel Risiko relatif dan rasio odds dihitung dengan menyusun tabel Penyakit berada di atas, sementara
2x2 tentang penyakit dan faktor risiko. faktor risiko berada di sebelah kiri.
Jika Anda menggunakan rumus,
pastikan peletakkan faktor risiko dan
penyakit berada di posisi yang tepat,
jika tidak perhitungan Anda akan
Positif (5akit) Negatif (Sehat)
&, keliru.
I
Positif A B
J
o (ADA) Sehat dengan FR
Sakit dengan FR
:s
E, Negatif
o c D
(TTDAK
J
(! Sakit tanpa FR Sehat tanpa FR
r ADA)

ftisik* R*l*tif {* A+B=kelompokdenganFR


*-,i*si",^ *;.!,1
Risiko sakit di kelompok dengan faktor risiko adalah l
,trRr5!t Irlr,l C+D=kelompoktanpaFR
Risiko sakit di kelompok tanpa faktor risiko adalah i
' C+D
Risiko relatif adalah:

I
b
PADI
Riset dan tsisstatistik

A
Risiko sakit di kelompok dengan FR T+E
Risiko sakit di kelompok tanpa FR C
ETD
{Qnsio Sdds {* *dds Odds sakit di kelompok dengan faktor risiko adalah
ratioI
;
odds sakit di kelompok tanpa faktor risiko adalah
f,
Rasio odds adalah:
A
Odds sakit di kelompok dengan FR tt AxD
Odds sakit di kelompok tanpa FR C BxC
D

U;l Dr*eruosnx
S*$i*isi Pengujian satu alat ukur baru terhadap alat ukur lainnya yang
dinyatakan sebagai baku emas lgold standard)
Untuk menyamakan persepsi:

Positif Negatif "sakit" = baku emas +

J " tidak sakit" = baku emas -


(o False positive ,'positif''
= alat uji baru +
-o Positif Trub positive {A}
(B) "negatif" = alat uji baru -
f
o False negative True negative
Negatil
(c) {D)
: Sensitivitas untuk out, karena polsu sangot kecil
A Dari yang sakit (A+C), berapa yang
.Se positif (A)
A+C
$p*si{isit;r t) Dari yang tidak sakit (B+D), berapa
s
.sD--
, B+D yang negatif (D)

Keywords : Hasil (+), berapa % benar-benar sakit? - dalom proktik sehori-hori


l*iloi Dug* Posillf A Dari yang positif (A+B), berapa yang
PPV:-A+B sakit (A)

Keywords: Hasil Uji/Lah O, berapo % benar-benar tidok sdkit? - dolam praktik sehori-hori
1\Nfr utH<r J\fgdtir D Dari yang negatif (C+D), berapa yang
NPV:- tidak sakit (D)
C+D

.jrrurs V**rasrl
&efuas, Terikat, d*n Variabel bebas/independen adalah variabel yang Conroh variabel perancu:
F*rancu menyebabkan/memengaruhi (merupakan varibael yang "Jenis kelamin" adalah,rariabel
dimanipulasi / menjadi penentu) perancu pada penelitian hubungan
antara merokok dan penyakit jantung
Variabel terikat/dependen adalah variabel yang
koroner, karena ienis kelamin
dipengaruhi/diteliti sebagai pengaruh dari perbedaan variabel
berkaitan dengan merokok {la ki-laki
bebas. lebih sering merokok), dan jenis
Variabel perancu adalah variabel yang memengaruhi baik kelamin berkaitan dengan penyakit
jantung koroner (laki'laki lebih rentan
variabel bebas dan variabel tergantung.
mengalami penyakit jantung koroner)

$kaln F*n6Nkuran Numerik Rasio: tidak bisa nilai minus, misalnya NU-Rl, KA-NO (numerik - rasio,
lirrirhn! berat badan, tinggi badan interval; kategorik - nominal, ordinal)

lnterval: bisa nilai minus, misalnya suhu


Kategorik Nominal: sederajat. Misal: ge nder,
sembuh-tidak sembuh, hidup-mati,
golongan darah (A, B, O, AB). status
pe rnika ha n

Ordinal: bertingkat. Misal: baik-sedang-


burukk, stadium penyakit, kadar
kolestcrol (dalam normal - tinggi -
sangat tinggi)

13S c.
3t{
it:
"q
PADI
ENSIKLOPADI
EUKU RANGKUMAN MATERI

Msroos Prrvcannsrmru Snuprl


KsnseF Metode pengambilan sampel dapat bersifat acak (artinya calon
sampel memiliki kesempatan yang sama), maupun tidak acak.
Acak $ederhena Simple random samping. Semua merniliki kesempatan yang Mengocok kertas yang sudah diberi
sama. Syarat: populasi homogen. angka di dalam kaleng, menggunakan
dadu, koin

Ae*k Sistematik Systematic random sampling. Terdapat sistematika dalam Populasi diberi nomor 1-10.000, lalu
pengambilan sampel. Syarat: populasi homogen. sampel adalah populasi bernomor 3,
103, 203, 303. dst.

Acak 5tr*tifikasi Stratified random sampling. Populasi dibagi menjadi Populasi "di-stratakan" dulu men.jadi

strata/tingkatan. Dari setiap strata, dilakukan randomisasi laki-laki dan perempuan. Dari setiap
strata, diambil sampel secara acak.

Kluster Sederlrana Simple cluster sampling. Populasi terbagi menjadi cluster. Provinsi X terbagl meniadi 33

Dipilih cluster secara acak. Cluster dianalisis secara utuh. kecamatan ("cluster"). Dipilih 10
kecamatan ("cluster") yang akan
dipakai dalam penelitian.

C*nv*nient I Memilih siapa saja yang kebetulan ada, nyaman dan mudah
Aerident 5ampling terjangkau oleh peneliti. Tujuan utama peneliti bukan
membuat sampel yang terpilih menggambarkan populasi yang
sebenarnya.
a^*.o.ri*irie Setiap yang memenuhi kriteria inklusi langsung diikutkan
Sampling dalam penelitian, hingga jumlah sanrpel terpenuhl.
Furposive I Pemilihan sampel berdasarkan keputusan peneliti semata, Misal: dapat meneliti kasus ekstrem, di
Judgmenta! umumnya digunakan untuk uji kualitatif mana peneliti memilih satu subjek
dengan karakteristik yang sangat
Sarnpling
bertenta ngan

$*owb*ll $ctxpling Subjek dipilih secara berantai, dengan subjek satu memilih Penelitian untuk kasus jarang atau
subjek yang lain. kasus yang dinilai "tabu" di masyarakat

U:: xrporrsrs
K(:nsep Uji hipotesis digunakan jika kita akan menganalisis hubungan Kapan menggunakan korelatif dan
dua variabel, yakni variabtel bebas dan variabel tergantung kapan menggunakan komparatif?

(analisis Blvariat). Misal: ingin dicari hubungan antara Pertimbangan ditentukan oleh
hubungan antarvariabel. Jika ingin
konsumsi ekstrak kulit manggis dengan penurunan risiko
mengaitkan variabel numerik dengan
kanker prostat. Dari informasi ini: ada 2 variabel yang ingin numerik, maka PASTI menggunakan
dikaitkan, yakni variabel bebas (konsumsi ekstrak kulit korelatif. Jika yang lain, masih dapat
manggis) dan variabel tergantung (risiko kanker prostat). menggunakan komparatif maupun
korelatif.

Untuk mengetahui ASOSIASI (hubungan) antarvariabel,


setidaknya terdapat dua macam analisis yang dapat dipakai,
yakni analisis bivariat komparatif dan analisis bivariat korelatif.
(Dengan demikian kata ASOSIASI tidak mengarahkan ke
komparatif atau korelatif, melainkan istilah umum)

Analisis bivariat komparatif: artinya COI/PARE; pada soal, kita


akan menggunakan analisis komparatif jika digunakan istilah
"PERBANDINGAN" atau "PERBEDAAN".
&n*lisis Sivar!at Langkah Lakukan....
K*r:: p*ratlf Contoh kasus di samping: Apa uji hipotesis untuk menentukan apakah terdapat
perbedaan antara kadar kolesterol (data dalam mg/dl)
penduduk di kota dengan di desa?
Pastikan yang diminta Soal ini ingin menentukan apakah kadar kclesterol
adalah uji komparatif penduduk di kota BERBEDA dengan di desa. Dengan
demikian soal ini akan "meng-compare". Ya, ini adalah uji
kom pa ratif.
Tentukan apa variabel Dihipotesiskan bahwa kota/desa --> kadar kolesterol. Jadi:
bebas dan tergantung Variabel bebas: penduduk kota vs penduduk desa
Variabel tergantung: kadar kolesterol

.9- 1"3"7
b
PADI
Riset dan Biostatistik

Tentukan karakter Variabel bebas: nominal (kota vs desa)


variabel bebas Jenis: kategorik, jumlah kelompok: 2 kelompok
Tentukan karakter Variabel tergantung: kadar kolesterol (dalam mg/dl)
variabel tergantung Jenis: numerik
Tentukan apakah Data berpasangan hanya jika: data variabel tergantung
berpasanga n/tida k berasal dari individu yang sama ATAU dilakukan matching.
berpasanga n Jika tidak, maka data tidak berpasangan.

Dalam kasus ini, data variabel tergantung dari individu


yang berbeda (tidak mungkin penduduk di desa adalah
penduduk di kota secara bersamaan). Dengan demikian, ini
adalah tidak berpasangan.
Tentukan uji hipotesis Lihat tabel di bawah ini
yang sesuai Kategorik -> 2 kelompok --> numerik --> tidak
berpasanga n.
Jawaban:T unpair

Variabel tergantung
tida k
jenis variabel ,
beroasansan
Berpasangan
Jumlah variabel bebas . ' " (.ontoh: pre vs po\t-
:

terga ntu ng lconloh:


' kotd vs
InTervPnstj
desa)

numerik T tidak
,'"Jj;l;:i;;" o"'Tfi:9"i",' -li;;i;i"
kategorik
ordinal
(contoh: staius DM
2 kelompok dalam tidak Min-n{hitnef Wila6toh
(contoh: kota vs desa) terkontrol -
terkontrol sebagian
- terkontrol baik)
kateogrik
nominal ,: chi sq'n@ McNeftat
{contoh: status DM ,,:,:, .::F!sher..:;:: LOCn ran
Variabel bebas: dalam DM dan
x k|,ir ,,,tP,x,,K),
berje n is IIDAK DM) ;;;,;!u
t! ::a a :a:!.4.4,:
kategorik numerik :.4. I

(contoh: kadar GDs i1i;;!,, Rep:e=q...I

dal?m mg/dL) tli li#yp.y:, i


't:.t\!;ilU:t
ANOV,AT::
,::
kategorik :,, -1i:=
.
r.t:::..'..i.
::;.|::::: ::.=:::: :
::,.:.::.:= ;::4 -|:.

ordinal :::,::: ::' '.':::: r::::::::tt:l

{contoh: status DM ;trltt'itiiltli,iiiitffi, :..|...::.:.-: ::: 1 |:::.. 1|;..1.


>2 kelompok dalam tidak
terkontrol -
Y,!1;1':*
{contoh: kota vs desa
vs pegunungan) terkontrol sebagian
- terkontrol baik)
i:.:,=i:|:-t);:;;::.|t .;,' :...=..
ffiilt'.'f,
kateogrik
nominal ,$tr,,i 11a;$ McNem:ar
(contoh: status DM .:: risii,e.r: j Cochia*
dalam DM dan
TIDAK DM)
il {B }..,i :: {P x K):::

An*l!s!s fiiv*riat Analisis bivariat KORELATIF juga digunakan untuk mencari Contoh: penelitian ingin mengetahui
l{orslatif ASOSIASI {hubungan). Kontras dengan uji KOMPARATIF, uji hubungan antara kadar hemoglobin
(dalam mgi dL) = yang berarti variabel
KORELATIF akan menghasilkan suatu KOEFISIEN KORELASI (r).
numerik I dengan kadar CRP (protein
CLUE PENTING: jika di soal ingin mengaitkan numerik dengan
reaktif C), dalam satuan unit/L = yang
nurnerik, hampir pasti menggunakan uji hipotesis dengan
berarti varibel numerik HAMPIR )
analisis bivariat korelatif. PASTI digunakan uji analisis bivariat

Variabel 1 Variabel 2 Uji Hipotesis korelatif berupa K0RELASI NUI\4 ERIK


( Pearso n).
Numerik Pearson
Numerik
Ordinal Sperman

Catatan: masih dimungkinkan untuk melakukan u1i kcrelatif dengan ordinal -


ordinal, nominal - nominal, dan nominal - ordinal. Demi penyederhanaen, tidak
dilakukan pembahasan mendalam terhadap hal-hal tersebut.

11fi .f.
I
E
PADI
'-''i:-?:f-?:p*
Regresi Pernah mendengar istilah persamaan garis saat SMA? y = 6x 1 Bagaimana membedakan regresi

n (berapa nilai y jika nilai x diketahui?) dengan korelasi numerik Pearson?


Bukankah sama-sama mengaitkan dua
variabel numerik?
Regresi memiliki analogi dengan persamaan garis. Berapa nilai Ambil contoh: hubungan antara
variabel 2 jika nilai variabel 1 diketahui? Dengan demikian, hemoglobin dengan CRP (keduanya
regresi dapat diibaratkan sebagai cara untuk melakukan numerik). Pola pikir untuk korelasi
"prediksi" terhadap variabel 2 jika diketahui nilai terhadap numerik Pearson:

variabel 1. Bdqdimond korelosi ontora kador


hemoglobin dengan CRP?

Apokoh ado korelasi yong kuat?


Jika di soal mencantumkan istilah "prediksi" atau jika Anda SedangT Atou lemoh? Jiko
merasa soal ini ingin memprediksi nilai variabel 2 jika hemoglobin meningkot, opokoh CRP
diketahui variabel 1, maka kemungkinan besar soal juga ikut meningkat?
mengarahkan ke regresi.
menentukan kuat hubungan varaibel 1 dengan
Jika soal ingin Sementara it'r, pola pikir untuk regresi
variabel 2, maka kemungkinan besar soal ini mengarahkan ke numerik adalah:
korelasi. Bagaimana prediksi nilai CRP jika
Variabel Uji
contoh
dlketahui nilai hemoglobin? Jika nilai
Tergantung Hipotesis Hb 10 e/dl, berapa kira-klra nilai CRP?
Jika Hb 12 g/dl, berapa nilai CRP?
Skor Alvardo
(mengetahui kemungkinan
terjadinya appendisitis akut
dari data seperti leukositosis, Kata kunci lain yang mengarahkan ke
Nominar l:ffil nyeri khas, dan lain-lain) regresi: "SISTEM SKORlNG", "ingin
mengetahui variabel mana yang paling
Perhatikan bahwa lerkositosis, nyeri berpengaruh dari banyak variabel".
khas merupakan variabel nominal Jika melihat kata kunci ini,
(valtlda k) kemungkinan soal mengarahkan ke
regresi.
Numerik l" Regresi Prediksi nilai CRP dengan
varia bel linear nilai hemoglobin
Prediksi nilai kreatinin klirens
dari data berat badan, usia,
dan kreatinin serum (rumus
cockroft - Gault)
Numerik >L Regresi Perhatikan bahwa penelitian ingin
varia bel multipel mengaitkan variabel 1 (kreatinin
klirens - numerik) dengan variabel 2,
3, dan 4 (berat badan - numerik;
kreatinin serum - numerik; dan usia
- numerik)

t _L.t"v
-\"
PADI
PADI

FoRENSIK DAN M TDIKOLEGAL


TnnRroloer
Tanda Kernatian Tanda pasti kematian:
Rigor mortis (kaku) Cadaveric spasm
Algor mortis (dingin) Dekomposisi
Livor mortis (lebam) Mumifikasi
Adiposera
Kaku mayat karena kekakuan otot setelah periode Bandingkan dengan codoveric spasm

pelemasan/relaksasi primer. Mulai tampak 2 jam, dari luar ke


tengah, lengkap setelah !2 jam, dipertahankan tZiam,
menghilang dengan urutan yang sama.
Penurunan suhu tubuh mayat akibat penghentian produksi
panas tubuh.

Bercak/lebam/noda besar merah kebiruan/merah ungu pada


lokasi terendah tubuh mayat akibat penumpukan eritrosit.
Mulai tampak 20-30 menit setelah meninggal, menetap
setelah 8-12 jam kematian.
Kekakuan otot segera setelah kematian somatis tanpa relaksasi Bandingkan dengan rigor mortis

primer. Disebabkan oleh habisnya ATP sesaat menjelang


kematian.
Proses degenerasi jaringan terutama protein akibat autolisis Ditandai dengan warna kehijauan
perut kanan bawah.
dan kerja bakteri pembusuk, terutama Clostridium welchii.
Mulai tampak 24 jam setelah mati. Larva lalat dapat muncul
36-48 jam setelah kematian, lalu menetas 24 jam berikutnya.
Penguapan cairan dan dehidrasi jaringan. Tidak mengakibatkan pembusukan

Terbentuknya bahan berwarna keputiha n, lunak/berminyak,


berbau tengik dalam jaringan tubuh setelah terjadinya
kematia n.

{ar;r, Fer:y*b".tb, Cara kematian: bagaimana penyebab kematian itu datang pada Satu mekanisme kematian dapat

korban. Misal: wajar, pembunuhan, bunuh diri, kecelakaan, disebabkan oleh banyak penyebab
dnn futr*k*r:i:me
kematian, demikian pula satu
i{ernstian tidak dapat dijelaskan.
penyebab kematian dapat
Penyebab kematian: perlukaan atau penyakit yang menimbulkan banyak mekanisme
menimbulkan kekacauan fisik sehingga mengakibatkan kematia n.
kematian. Contoh: luka tembak, luka tusuk, tenggelam,
kanker, aterosklerosis.
Cara: bunuh diri, penyebab: jeratan
Mekanisme kematian: kekacauaan fisiologis/fisik yang pada leher, mekanisme: asfiksia

dihasilkan oleh penyebab kematian. Contoh: asfiksia,


perdarahan hebat.

Vtsutr* ET REpEnrLlM
VeR Definitif jika dibuat seketika, korban tidak memerlukan
perawatan dan pemeriksaan lanjutan sehingga umumnya
tidak menghalangi korban (luka ringan)
VeR sementara jika dibuat untuk sementara waktu karena
korban memerlukan perawatan dan pemeriksaan lanjutan.
Kualifikasi luka belum ditulis.
Visum sementara dilanjutkan dengan VeR lanjutan yang dibuat
oleh dokter saat luka korban telah sembuh/pindah rumah
sakit/pulang paksa. Kualifikasi luka disimpulkan dan ditulis.
Dibuat tehadap korban yang sudah meninggal. Dapat meliputi
pemeriksaan luar (PL) jenazah saja atau jika terdapat
permintaan dapat dilakukan pemeriksaan dalam (PD).

-?- 333
-t
:lt

PA DI
Farensik dan Medikolegal

I RAUMATOLOGI I.ORENSIK
Serajat tuka Luka ringan sesuai dengan Pasal 352 KUHP
Luka sedang sesuai dengan Pasal 351(1) dan 353(1)
Luka berat sesuai dengan Pasal 90 KUHP
Luka yang tidak menimbulkan penyakit/halangan untuk
menjalankan pekerjaan jabatan atau pencarian
Luka yang tidak memenuhi kriteria luka ringan dan luka berat
termasuk luka sedang
Luka yang memenuhi setidaknya salah satu dari kriteria di
bawah ini:
.Jatuh sakit atau mendapat luka yang tidak memberi harapan
akan sembuh sama sekali
. Menimbulkan bahaya maut
.Tidak mampu secara terus-menerus untuk menjalankan tugas
jabatan/pekerjaa n/pencarian
oKehilangan salah satu pancaindera
oMendapat cacat berat
.Menderita sakit lumpuh
.Terganggunya daya pikir selama lebih dari 4 minggu
.Gugur/matinya kandungan seorang perempuan

l-*k* Temh*k Temuan luka bergantung pada jarak penembakan dilakukan. Kelim api: daerah hiperemis di tepi
bang
lu
Luka tembak tempel: jejas laras
Kelim jelaga: jelaga pada permukaan
Luka tembak sangat dekat (<15 cm): kelim api sekitar lubang
Kelim tato: butir mesiu yang tidak
Luka tembak dekat (15-3o cm): keiim jelaga
habis terbakar
Luka tembak dekat (30-50 cm): kelim tato Kelim kesat: pelumas,.jelaga, elemen
mesiu
Luka tembak jauh >60 cm: kelim kesat dan kelim lecet
Kelinr lecet: kulit ari yang terkelupas di
sekitar tepi lubang

F*rr*unu*** A*alr lbu kandung yang membunuh anak sendiri tidak lama/pada Jika tanpa tanda lahir hidup,
* ln{*niisida
Se*dir? saat dilahirkan. Motif adalah "takut ketahuan bahwa ia digolongkan sebagai mati dalam
kandungan
melahirkan seorang anak"
Jika sudah ada tanda perawatan, maka
Perhatikan bahwa untuk memenuhi kriteria infantisida, bayi
digolongkan sebagai pembunuhan
harus:
biasa (hukuman lebih berat)
.Viabel, artinya usia gestasi >28 minggu, BB >1000 gram,
lingkar kepala >32 cm, panjang tumit-kepala >35 cm, tidak ada
cacat bawaan berat
.Lahir hidup (dada mengembang, konsistensi paru seperti
spons, permukaan paru seperti marmer, uji apung paru positif)
.Tanpa adanya tanda perawatan, yakni plasenta masih ada,
tali pusat belum dipotong, verniks kaseosa masih ada, tanpa
adanya makanan/susu, tidak ada pakaian yang dikenakan

0
zz3"
\3
PA DI

Anda mungkin juga menyukai