Jelaskan tantangan dan kompleksitas perlakuan akuntansi untuk kewajiban entitas terkait
program-program kesetiaan pelanggan (customer loyalty program). Bagaimana perlakuan
akuntansinya?
2. Menurut Saudara/I, isu liabilitas lain apakah yang menantang pada saat ini?
Liabilitas (Kewajiban)
Pengertian Liabilitas/Kewajiban
PSAK 57
Provisi
Transaksi pendapatan dapat menimbulkan kewajiban selain penyerahan barang atau jasa yang dijual oleh
entitas. Biasanya kewajiban tersebut berkaitan dengan peristiwa kemudian yang mungkin akan terjadi
yang merupakan layanan purnal jual kepada pelanggan. Hal ini seperti pemberian program hadiah atau
potongan harga bagi pelanggan. Kewajiban yang waktu dan jumlahnya belum pasti ini disebut dengan
provisi.
Provisi dapat timbul akibat kewajiban hukum dan kewajiban konstruktif. Dalam hal ini, pemberian layanan
purna jual dapat masuk dalam kategori kewajiban konstruktif, yakni kewajiban yang timbul dari tindakan
entitas yang dalam hal ini berdasarkan praktik baku masa lalu, kebijakan yang telah dipublikasi, atau
pernyataan baru yang cukup spesifik, entitas telah memberikan indikasi kepada pihak lain bahwa entitas
akan menerima tanggung jawab tertentu; dan akibatnya, entitas telah menciptakan ekspektasi valid
kepada pihak lain bahwa entitas akan melaksanakan tanggung jawab tersebut. (PSAK 57, par 10)
Pengakuan provisi:
Didalam PSAK 57, Provisi diakui jika:
a. Entitas memiliki kewajiban kini (baik bersifat hukum maupun bersifat konstruktif) sebagai akibat
peristiwa masa lalu;
b. Kemungkinan besar penyelesaian kewajiban tersebut mengakibatkan arus keluar sumber daya yang
mengandung manfaat ekonomi; dan
c. Estimasi yang andal mengenai jumlah kewajiban tersebut dapat dibuat. Jika kondisi di atas tidak
terpenuhi, maka provisi tidak diakui. (2009:57.7)
Pengukuran Provisi
Jumlah yang diakui sebagai provisi adalah hasil estimasi terbaik pengeluaran yang diperlukan untuk
menyelesaikan kewajiban kini pada akhir periode pelaporan. Estimasi terbaik pengeluaran merupakan
jumlah yang secara rasional yang akan dibayar oleh entitas untuk menyelesaikan kewajibannya pada akhir
periode pelaporan.
Sebelum adanya IFRIC 13 yang mengatur tentang perlakuan akuntansi atas Customer Loyalty Programs,
secara umum entitas yang mengadakan program tersebut membebankan redeem atas program tersebut
pada beban pemasaran (marketing expense) dengan asumsi bahwa program loyalti merupakan salah satu
cara yang dilakukan penyedia barang dan jasa untuk melakukan promosi kepada pihak konsumen. Namun
demikian, hal tersebut tidaklah tepat apabila dilihat dari sisi akuntansi karena proses transaksi atas
program loyalti tidak dilihat dari “maksud perusahaan bertransaksi—mengundang konsumen”
melainkan “Apa yang konsumen beli dan apa insentif atas pembelian barang tersebut”.
(PricewaterhouseCoopers, 2007)
IFRIC 13 yang masih berupa interpretasi kemudian digantikan keberadaannya dengan IFRS 15 Revenue
from Contracts with Customers pada bulan Mei 2014 dan mulai efektif sejak Januari 2018. Lahirnya IFRS
15 ini juga kemudian menggantikan IAS 11 Construction Contracts, IAS 18 Revenue, IFRIC 18 Transfer of
Assets from Customers dan SIC-13 Revenue-Barter Transactions Involving Advertising Services. IFRS 15
menetapkan bagaimana dan kapan entitas dapat mengakui pendapatan serta mewajibkan entitas untuk
memberikan pengguna laporan keuangan dengan pengungkapan yang lebih informatif dan relevan.
Standar ini menyediakan model tunggal, berdasarkan prinsip lima langkah (the five-step model
framework) untuk diterapkan pada semua kontrak dengan pelanggan.
Di bawah guidance dari standar pendapatan yang baru, harga transaksi dialokasikan ke setiap
performance obligation yang terpisah berdasarkan relative standalone selling prices dari barang atau jasa
yang diberikan kepada pelanggan. Alokasi tersebut perlu disesuaikan jika pertimbangan variabel atau
diskon tertentu diterapkan pada performance obligation tertentu. Dalam hal ini perusahaan atau entitas
yang memiliki loyalty program harus mampu mempertimbangkan pengalokasian harga transaksi, sebab
award credits atau poin yang diterima pelanggan merupakan bagian dari performance obligations yang
harus menjadi pertimbangan pengalokasian transaction price.
Untuk melihat perbedaan yang jelas dari penerapan akuntansi customer loyalty program, silakan simak
tabel berikut ini:
Dari pedoman ini, perusahaan diharapkan mampu memperhitungkan poin yang diterbitkan dan hak yang
diperoleh pelanggan dalam program ini sebagai kewajiban kinerja terpisah, yang dapat melibatkan
pengembangan model penilaian yang lebih kuat untuk memungkinkan manajemen mematuhi standar
pendapatan yang baru. Secara khusus, perusahaan perlu mempertimbangkan konsep-konsep seperti
redemption curves, breakage estimates, dan the value of the loyalty award.
Analisis:
Pengecer akan mengalokasikan harga transaksi sebesar $ 1.000 antara produk dan poin berdasarkan
harga jual mandiri relatif sebesar $ 1.000 untuk produk dan $ 95 untuk loyalty reward sebagai berikut:
$1000
Produk $ 913 (1000 × 1000+0,095
)
$95
Poin $ 87 (1000 × 1000+0,095
)
Pendapatan yang dialokasikan untuk produk diakui pada saat kontrol atas produk beralih dan pendapatan
yang dialokasikan ke poin diakui pada saat awal penebusan atau kadaluarsa poin. Perkiraan jumlah
unredeemed loyalty awards yang akan kedaluwarsa diperbarui pada setiap akhir periode dan kewajiban
kontrak disesuaikan.
Sumber:
https://dailysocial.id/post/pentingnya-customer-loyalty-program-bagi-perusahaan
https://turboly.com/blog/2016/12/Menjaga-Hubungan-Dengan-Pelanggan-Melalui-Membership-
Loyalty-Program.html
https://www.comarch.com/trade-and-services/loyalty-marketing/loyalty-
management/?gclid=CjwKCAiAuMTfBRAcEiwAV4SDkSJFCTu-DTausVhKkdIE-
bbHxrmpAkW2X_BSAThKcJEExM0XaMQGExoCImMQAvD_BwE&gclsrc=aw.ds
https://akuntansiterapan.com/2010/06/15/harga-sebuah-loyalitas/
https://catalog-redemption.thebodyshop.co.id/catalog-redemption.html
https://dokumen.tips/documents/perlakuan-akuntansi-atas-customer-loyalty-programs.html