Abstract
Candida albicans infection is a fungal infection that most often encountered in the clinic and often
recurrent. C. albicans infection remains a significant clinical problem. C. albicans can cause severe infection in
mucosal and systemic, especially in patients with immunological disorders. Pathogenesis of C. albicans infection
through the development of the virulence factors and specific strategies for success in colonization, infection of the
host tissue. The purpose of this paper is to describe the role of virulence factors in pathogenesis of C.albicans
infection. In C. albicans infection, the role of virulence factors are very important, in addition to the role of an
impaired immune status. Some virulence factors involved in infection of C. albicans are phenotypic switching,
dimorfims morphology, adhesion, secretion of hydrolytic enzymes and others.
Korespondensi (correspondence): Pujiana Endah Lestari, Bagian Ilmu Biomedik Laboratorium Mikrobiologi Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Jember, Jl. Kalimantan No. 37 Kampus Tegal Boto,
Jember 68121, Indonesia.
Stomatognatic (J.K.G Unej) Vol. 7 No. 2 2010: 113-17
fosfolipase yang terlibat dalam penetrasi dan berbentuk filamen yang disebut hifa dan
kerusakan dinding sel, serta kemampuan pseudohifa dikenal sebagai dimorfisme
untuk berubah bentuk antara sel yeast morfologi. Transisi diantara bentuk morfologi
dengan sel hifa.2 yang berbeda ini merupakan respon
Infeksi Candida dapat terhadap rangsangan yang beragam dan
dikelompokkan menjadi tiga meliputi; sangat penting bagi patogenisitas jamur.12
candidiasis superfisial, candidiasis mukokutan Morfologi dapat berubah mengikuti berbagai
dan candidiasis sistemik. Infeksi candidiasis kondisi lingkungan, termasuk respon terhadap
superfisial dapat mengenai mukosa, kulit dan suhu fisiologis 37 °C, pH sama atau lebih tinggi
kuku. Candidiasis mukokutan melibatkan kulit dari 7, konsentrasi CO2 5,5 %, adanya serum
dan mukosa rongga mulut atau mukosa atau sumber karbon yang merangsang
vagina. Pada candidiasis sistemik dapat pertumbuhan hifa. Produksi bentuk uniseluler
melibatkan traktus respirasi bawah dan traktus dirangsang oleh suhu yang lebih rendah dan
urinary dengan menyebabkan candidaemia. pH yang lebih asam, dan tidak adanya serum
Lokasi yang sering pada endokardium, dan konsentrasi glukosa tidak tinggi. Sel yeast
meninges, tulang, ginjal dan mata. dianggap bertanggung jawab untuk
Penyebaran penyakit yang tidak diterapi penyebaran ke dalam lingkungan dan
dapat berakibat fatal.6 menemukan host baru, sedangkan hifa
diperlukan untuk merusak jaringan dan invasi.
FAKTOR VIRULENSI C. albicans Proses molekuler pada dimorfisme morfologi
Selain penurunan faktor pertahanan C. albicans masih kurang jelas. Penelitian
host, faktor virulen juga bertanggung jawab terbaru menunjukkan bahwa faktor transkripsi
menyebabkan suatu penyakit. Faktor virulen Cph1p dan Efg1p diperlukan untuk
C. albicans terdiri-dari phenotypic switching, membentuk hifa selama infeksi.9
dimorfisme morfologi, adhesi, sekresi enzim
hidrolitik dan lainnya. Adhesi
Perlekatan pada sel host dan
Phenotypic Switching jaringan sangat penting untuk C. albicans
Phenotypic switching merupakan dalam memulai invasi, kemudian penyebaran
bagian yang sangat penting pada jamur ke dalam organisme host. Pada permukaan
untuk beradaptasi terhadap perubahan dinding sel C. albicans menyediakan reseptor
lingkungan selama invasi pada host. yang bertanggung jawab untuk adhesi pada
Kemampuan untuk menginfeksi beberapa sel epitel dan endotel, protein serum dan
jaringan sangat penting dalam keberhasilan protein matriks ekstraseluler.12 Adhesi dan
invasi dan penyebaran pada host. Kadang- pembentukan biofilm saat ini menjadi
kadang beberapa subpopulasi sel C. albicans masalah serius dalam pengobatan, karena
dapat berubah secara morfologi, sifat sering terjadi resistensi terhadap agen
permukaan sel, gambaran koloni, sifat antijamur dan peningkatan patogenisitas
biokimia dan metabolisme untuk menjadi diantara sub-populasi dari sel-sel yang
lebih virulen dan lebih efektif selama infeksi.9 membentuk biofilm. Selama pembentukan
Koloni-koloni dapat berubah fenotif meliputi; biofilm sekresi SAP lebih tinggi.13 Sel C.
halus, kasar, berkerut, berumbai atau berbintik albicans membentuk biofilm selalu terkait
dengan frekuensi yang tinggi yaitu sekitar satu dengan matriks polisakarida yang
koloni berubah per 10-104 koloni.10 Proses mengandung residu mannosa dan glukosa.14
phenotypic switching secara molekuler, masih Produksi matriks biofilm berperan sangat
belum jelas, kemungkinan karena penting dalam resistensi obat pada biofilm C.
rearrangement kromosom dan regulasi gen albicans, tetapi perkembangan resistensi
SIR2 (Silent Information Regulator) dalam dapat multifaktorial.15
proses ini.9 Contoh yang paling umum pada Kemampuan Candida untuk
perubahan koloni adalah koloni berwarna menginvasi pada lingkungan yang berbeda
putih berubah menjadi kusam. Koloni dalam organisme host merupakan hasil
berwarna putih, berbentuk oval dan halus adaptasi jamur. Selain itu karena adanya
juga dapat berubah menjadi koloni yang adhesin yang memfasilitasi perlekatan
berwarna abu-abu dan kasar.11 Sel-sel yang dengan permukaan sel host, yang penting
berwarna kusam menghasilkan SAP1 (Secrete pada tahap pertama infeksi. Adhesin ini
Aspartyl Proteinase) dan SAP3 dan bersifat meliputi familia protein Als (Agglutinin-like
kurang virulen, sedangkan sel- sel yang sequence), Hwp1p (Hyphae specipic
berwarna putih menghasilkan SAP2 dan lebih adhesion), Eap1p (Enhanced adhesion to
bersifat virulen selama infeksi sistemik. polystyrene), Csh1p (Contribution of cell
Phenotypic switching kemungkinan besar surface hydrophobicity protein) dan reseptor
merupakan sinyal proses perubahan permukaan sel lainnya yang kurang dikenal.
beberapa sifat molekuler dan biokimia pada Semua reseptor yang telah dikenal
patogen, yang berguna untuk pertahananan berhubungan dengan dinding sel jamur.12
hidup jamur dalam organisme host.9
Sekresi Enzim Hidrolitik
Dimorfisme Morfologi Produksi dan sekresi enzim hidrolitik
Kemampuan untuk berubah bentuk seperti protease, lipase dan fosfolipase
antara sel yeast uniseluler dengan sel merupakan faktor virulensi yang sangat
114
Peran faktor virulensi pada patogenesis…(Pudjiana)
penting. Enzim ini berperan dalam nutrisi virulen yang sangat penting. Kemampuan
tetapi juga merusak jaringan, penyebaran untuk mengatasi sistem host dihubungkan
dalam organisme host, dan sangat dengan transport dan akumulasi zat besi yang
berkontribusi terhadap patogenisitas jamur. sangat penting untuk bertahan hidup selama
Aktivitas fosfolipase sangat tinggi terjadi invasi pada aliran darah. Pada anggota C.
selama invasi jaringan, karena enzim ini albicans membutuhkan hemoglobin dan
bertanggung jawab untuk menghidrolisis hemin untuk memperoleh zat besi. Tanpa
ikatan ester dalam gliserofosfolipid yang protein hemoglobin dan hemin metabolisme
menyusun membran sel. Sel-sel C. albicans zat besi C. albicans sangat terganggu.
yang diisolasi dari darah menunjukkan Selama infeksi sel Candida yang terkena
aktivitas fosfolipase ekstraseluler lebih tinggi oksigen reaktif yang diproduksi oleh sel imun,
daripada strain komensal.16 Ada empat jenis mengatasi mekanisme respon ini dengan
sekresi fosfolipase meliputi; A, B, C dan D, beberapa faktor virulensi meliputi; katalase,
yang khusus menghidrolisis ikatan ester dalam superoksida dismutase dan heat shock
gliserofosfolipid. Fosfolipase yang sangat protein.9 Ekspresi beberapa faktor virulensi
penting bagi virulensi jamur adalah aktivitas sering tergantung pada kondisi lingkungan,
PLB (Phospholipase B), yang mempunyai dua oleh karena itu jamur harus memiliki sensor
aktivitas yaitu hidrolase dan lisofosfolipase- terhadap perubahan lingkungan.
transasilase.17 PLB dapat melepaskan asam Kemungkinan calcineurin berperan seperti
lemak dari fosfolipid dan asam lemak yang sensor. Calcineurin adalah protein yang
tersisa dari lisofosfolipid, dan kemudian terlibat dalam respon stres jamur, yang terdiri
menstransfer asam lemak bebas ke dari dua subunit, subunit A dengan aktivitas
lisofosfolipid dan menghasilkan fosfolipid.18 katalitik dan subunit B dengan fungsi
Selain fosfolipase, C. albicans dapat regulasi.20
menghasilkan lipase yang dapat
menghidrolisis ikatan ester dari mono-, di-, dan DISKUSI
triasilgliserol.9
Kelompok sekresi enzim hidrolitik C. Status fisiologi host merupakan faktor
albicans yang paling terkenal adalah SAP utama yang mengatur etiologi candidiasis.
(Secreted Aspartyl Proteinase). Familia gen Perubahan dalam host dapat mengubah C.
SAP mencakup setidaknya 10 gen yang albicans komensal yang tidak berbahaya
berbeda SAP1-SAP10 yang menyandi enzim secara normal menjadi agen yang mampu
dengan fungsi dan karakter yang serupa, menimbulkan penyakit. Perubahan dari
tetapi berbeda sifat molekul, seperti massa komensal yang yang tidak berbahaya
molekul, titik isoelektrik dan pH untuk aktivitas menjadi patogen merupakan salah satu yang
yang optimal.5 Ekspresi gen SAP diatur pada disebabkan oleh faktor virulensi yang
tingkat transkripsi, dan preproprotein diproses diekspresikan dalam kondisi predisposisi yang
oleh sinyal peptidase dalam retikulum sesuai.5
endoplasmatic dan oleh Kex2-like proteinase Infeksi jamur C. albicans merupakan
dalam aparatus Golgi.19 Kemungkinan SAP1 - masalah yang serius terutama pada
SAP3 hanya disekresikan oleh sel yeast dan penderita dengan penurunan imunologi yang
SAP 4 - SAP6 oleh sel hifa. Sedangkan produksi parah. Pasien dengan penurunan imunitas
SAP 9 dan SAP10 dihubungkan dengan seluler dapat mengalami penurunan
dinding sel jamur. Sintesis dan fungsi dari SAP 7 pertahanan terhadap infeksi jamur. Pasien
dan SAP8 masih belum diketahui. Banyak terinfeksi HIV, leukemia, beresiko
protein host terhidrolisis oleh SAP meliputi; berkembangnya penyakit infeksi jamur. Terapi
kolagen, laminin, fibronektin, musin, laktoferin antibiotik atau steroid berkepanjangan
saliva, makroglobulin α2, hampir semua mengganggu keseimbangan flora normal
imunoglobulin, interleukin-1β sitokin yang memungkinkan C. albicans endogen
proinflamasi, laktoperoksidase, cathepsin D, dapat mengatasi pertahanan host. Prosedur
complement, cystatine A, dan beberapa invasif, seperti operasi jantung dan kateter,
prekursor faktor koagulasi darah. Spektrum pH mengakibatkan perubahan fisiologi host dan
optimal untuk aktivitas SAP adalah dari 2,0 - pada beberapa pasien dapat berkembang
7,0 sehingga enzim ini dapat berkontribusi menjadi infeksi Candida.6
untuk patogenesis jamur dan infeksi Semua mikroorganisme
berkembang di berbagai tempat pada mengembangkan mekanisme yang
organisme host. Selain aspartyl proteinase, C. memungkinkan kolonisasi dan infeksi
albicans juga mensekresi protease yang lain terhadap host dapat berhasil. Termasuk C.
yaitu; metallopeptidase dan peptidase serin. albicans mengembangkan faktor virulen dan
Peptidase serin aktif dalam berbagai pH (5,0- strategi khusus supaya dapat berkolonisasi
7,2) dan menghidrolisis banyak substrat host pada jaringan host. Faktor virulensi yang
termasuk protein matriks ekstraseluler dan dibutuhkan candida dalam menyebabkan
protein serum.9 infeksi dapat bervariasi tergantung jenis infeksi
misalnya infeksi pada superfisial atau sistemik,
Faktor Virulensi yang Lain lokasi, tahap infeksi dan respon host. Tampak
Kemampuan mikroorganisme jelas bahwa faktor virulensi terlibat dalam
patogen untuk mendapatkan zat besi dari proses infeksi, tetapi tidak ada faktor virulensi
lingkungan selama infeksi merupakan faktor tunggal pada C. albicans dan tidak semua
115
Stomatognatic (J.K.G Unej) Vol. 7 No. 2 2010: 113-17
4. Srivastava G., Essentials of Oral Medicine. 15. Al-Fattani, M.A., Douglas L.J., Biofilm
First Edition, New Delhi India: Jaypee Matrix Of Candida albicans and Candida
Brothers Medical Publisher (P) Ltd., 2008: Tropicalis: Chemical Composition and
99-102. Role in Drug Resistance, J Med Microbiol,
2006; 55: 999-1008.
5. Naglik, J.R., Challacombe S.J., Hube B.,
Candida albicans Secreted Aspartyl 16. Ibrahim, A.S., Mirbod F., Filler S.G., Banno
Proteinases in Virulence and Y., Cole G.T., Kitajima Y., Edwards J.J.,
Pathogenesis, Microbiol Mol Biol Rev., Nozawa Y., Ghannoum M.A., Evidence
2003; 67: 400-428. Implicating Phospholipase as A Virulence
116
Peran faktor virulensi pada patogenesis…(Pudjiana)
17. Ghannoum M.A., Potential Role of 19. Newport, G., Agabian N., KEX2 Influences
Phospholipases in Virulence and Fungal Candida albicans Proteinase Secretion
Pathogenesis. Clin Microbiol Rev., 2000; and Hyphal Formation, J Biol Chem.,
13: 122-43. 1997; 272: 28954-61.
18. Theiss, S., Ishdorj G., Brenot A., Kretschmar 20. Blankenship, J.R., Wormley F.L., Boyce
M., Lan C.Y., Nichterlein T., Hacker J., M.K., Schell W.A., Filler S.G., Perfect J.R.,
Nigam S., Agabian N., Kohler G.A., Heitman J., Calcineurin is Essential for
Inactivation of The Phospholipase B Gene Candida albicans Survival in Serum and
PLB5 in Wild-Type Candida albicans Virulence, Eukaryot Cell, 2003; 2: 422-30
Reduces Cell-Associated Phospholipase
117