NAMA Kelompok 1:
1. Hamidah Dewi Putri
2. Hanifa
3. Jesica Mulyadi
4. Maya Selvia Puspa
5. Unthia AwandaOktari
2
Konsep desa siaga adalah membangun suatu sistem di suatu desa yang
bertanggung jawab memelihara kesehatan masyarakat itu sendiri, di bawah
bimbingan dan interaksi dengan seorang bidan dan 2 orang kader desa.Di
samping itu, juga dilibatkan berbagai pengurus desa untuk mendorong peran
serta masyarakat dalam program kesehatan seperti imunisasi dan posyandu
(Depkes 2009).
2. Tujuan
3. Sasaran
Untuk mempermudah strategi intervensi, sasaran pengembangan
Desa Siaga dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu:
a. Semua individu dan keluarga di desa, yang diharapkan mampu
melaksanakan hidup sehat, serta perduli dan tanggap terhadap
permasalahan kesehatan di wilayah desanya.
b. Pihak-pihak yang mempunyai pengaruh terhadap perilaku individu dan
keluarga atau dapat menciptakan iklim yang kondusif bagi perubahan
perilaku tersebut, seperti tokoh masyarakat, termasuk tokoh agama, tokoh
perempuan dan pemuda; kader; serta petugas kesehatan.
c. Pihak-pihak yang diharapkan memberikan dukungan kebijakan,
peraturan perundang-undangan, dana, tenaga, sarana, dan lain-lain, seperti
3
Kepala Desa, Camat, para pejabat terkait, swasta, para donatur, dan
pemangku kepentingan lainnya.
4. Kegiatan Poskesdes
a. Pengamatan epidemiologis sederhana terhadap penyakit, terutama
penyakit menular dan penyakit yang berpotensi menimbulkan Kejadian
Luar Biasa (KLB), dan faktor-faktor risikonya (termasuk status gizi)
serta kesehatan ibu hamil yang berisiko.
b. Penanggulangan penyakit, terutama penyakit menular dan penyakit yang
berpotensi menimbulkan KLB, serta faktor-faktor risikonya (termasuk
kurang gizi).
c. Kesiapsiagaan dan penanggulangan bencana dan kegawatdaruratan
kesehatan.
d. Pelayanan medis dasar, sesuai dengan kompetensinya.
e. Kegiatan-kegiatan lain, yaitu promosi kesehatan untuk peningkatan
keluarga sadar gizi, peningkatan Perilaku Hidup Bersih dan sehat
(PHBS), penyehatan Iingkungan, dan lain-lain, merupakan
kegiatan pengembangan.
f. Poskesdes juga diharapkan sebagai pusat pengembangan atau revitalisasi
berbagai UKBM lain yang dibutuhkan masyarakat desa (misalnya
Warung Obat Desa, Kelompok Pemakai Air, Arisan Jamban Keluarga,
dan lain-lain). Dengan demikian, Poskesdes sekaligus berperan sebagai
koordinator dan UKBM-UKBM tersebut.
5. Tahap Pengembangan
4
b. Pada tahap 2 dilakukan pembuatan rencana kegiatan. Aktivitasnya, terdiri
dari penentuan prioritas masalah dan perumusan alternatif pemecahan
masalah. Aktivitas tersebut, dilakukan pada saat musyawarah masyarakat
2 (MMD-2). Selanjutnya, penyusunan rencana kegiatan, dilakukan pada
saat musyawarah masyarakat 3 (MMD-3). Sedangkan kegiatan antara lain
memutuskan prioritas masalah, menentukan tujuan, menyusun rencana
kegiatan dan rencana biaya, pemilihan pengurus desa siaga, presentasi
rencana kegiatan kepada masyarakat, serta koreksi dan persetujuan
masyarakat.
c. Tahap 3, merupakan tahap pelaksanaan dan monitoring, dengan kegiatan
berupa pelaksanaan dan monitoring rencana kegiatan.
d. Tahap 4, yaitu : kegiatan evaluasi atau penilaian, dengan kegiatan berupa
pertanggung jawaban.
a. Peran Puskesmas
Dalam rangka Pengembangan Desa Siaga, Puskesmas merupakan
ujung tombak dan bertugas ganda.yaitu sebagai penyelenggara PONED
dan penggerak masyanakat Desa. Narnun demikian, dalam menggerakkan
masyarakat Desa, Puskesmas akan dibantu oleh Tenaga Fasilitator dari
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang telah dilatih di Provinsi.
Adapun peran Puskesmas adalah sebagai berikut :
1) Menyelenggarakan pelayanan kesehatan dasar, termasuk Pelayanan
Obstetrik & Neonatal Emergensi Dasar (PONED).
2) Mengembangkan komitmen dan kerjasama tim di tingkat kecamatan
dan desa dalam rangka pengembangan Desa Siaga.\
3) Memfasilitasi pengembangan Desa Siaga dan Poskesdes.\
4) Melakukan monitoring Evaluasi dan pembinaan desa siaga.
5
b. Peran Rumah Sakit
Rumah Sakit memegang peran penting sebagai sarana rujukan dan
pembina teknis pelayanan medik. Oleh karena itu, dalam hal ini
peran Rurnah Sakit adalah:
1) Menyelenggarakan pelayanan rujukan, termasuk Pelayanan
Obstetrik & Neonatal Emergensi Komprehensif (PONEK).
2) Melaksanakan bimbingan teknis medis, khususnya dalam rangka
pengembangan kesiapsiagaan dan penanggulangan kedaruratan dan
bencana di Desa Siaga.
3) Menyelenggarakan promosi kesehatan di Rurnah Sakit dalam
rangka pengembangan kesiapsiagaan dan penanggulangan
kedaruratan dan bencana
6
8) Menyediakan anggaran dan sumber daya lain bagi kelestarian Desa
Siaga.
7
4) Tersedianya tempat pelayanan seperti posyandu.
5) Tersedianya dana operasional desa siaga.
6) Tersedianya data/catatan jumlah KK dan keluarganya.
7) Tersedianya pemetaan keluarga lengkap dengan masalah kesehatan
yang dijumpai dalam warna yang sesuai.
8) Tersedianya data/catatan (jumlah bayi diimunisasi, jumlah penderita
gizi kurang, jumlah penderita TB, malaria dan lain-lain).
c. Indikator proses
1) Frekuensi pertemuan forum masyarakat desa (bulanan, 2 bulanan dan
sebagainya).
2) Berfungsi/tidaknya kader desa siaga.\
3) Berfungsi/tidaknya poskesdes.
4) Berfungsi/tidaknya UKBM/posyandu yang ada.
5) Berfungsi/tidaknya sistem penanggulangan penyakit/masalah kesehatan
berbasis masyarakat.
6) Ada/tidaknya kegiatan kunjungan rumah untuk kadarzi dan PHBS.
7) Ada/tidaknya kegiatan rujukan penderita ke poskesdes dari masyarakat.
d. Indikator Output
1) Jumlah persalinan dalam keluarga yang dilayani.
2) Jumlah kunjungan neonates (KN2).
3) Jumlah BBLR yang dirujuk.
4) Jumlah bayi dan anak balita BB tidak naik ditangani.
5) Jumlah balita gakin umur 6-24 bulan yang mendapat M P-AS I.
6) Jumlah balita yang mendapat imunisasi.
7) Jumlah pelayanan gawat darurat dan KLB dalam tempo 24 jam.
8) Jumlah keluarga yang punya jamban.
9) Jumlah keluarga yang dibina sadar gizi.
10) Jumlah keluarga menggunakan garam beryodium.
11) Adanya data kesehatan lingkungan.
12) Jumlah kasus kesakitan dan kematian akibat penyakit menular tertentu
yang menjadi masalah setempat.
13) Adanya peningkatan kualitas UKBM yang dibina.
8
e. Indikator outcome
1) Meningkatnya jumlah penduduk yang sembuh/membaik dari sakitnya.
2) Bertambahnya jumlah penduduk yang melaksanakan PHBS.
3) Berkurangnya jumlah ibu melahirkan yang meninggal dunia.
4) Berkurangnya jumlah balita dengan gizi buruk.
2. Langkah-Langkah Poskesdes
a. Persiapan
PUSAT:
1. Penyusunan pedoman
2. Pembuatan modul pelatihan
9
3. Penyelenggaraan pelatihan bagi pelatih (TOT)
PROVINSI:
1. Penyelenggaraan TOT (tenaga kab/kota)
KABUPATEN/KOTA:
1. Penyelenggaraan pelatihan nakes
2. Penyelenggaraan pelatihan kader
b. Pelaksanaan
PUSAT:
1. Penyediaan dana dan dukungan sumber daya lain
PROVINSI:
1. Penyediaan dana dan dukungan sumber daya lain
KABUPATEN/KOTA:
1. Penyediaan dana dan dukungan sumber daya lain
2. Penyiapan PKM & RS dlm rangka
penanggulangan bencana & kegawatdaruratan
kesehatan
KECAMATAN:
1. Pengembangan dan Pembinaan desa siaga
3. Penyelenggaraan Poskesdes\
a. Pemilihan Pengurus dan Kader Desa Siaga.
b. Orientasi / Pelatihan Kader Desa Siaga.
c. Pengembangan Poskesdes dan UKBM lain.
d. Penyelenggaraan Kegiatan Desa Siaga.
4. Pembinaan dan Peningkatan Poskesdes
a. Pembinaan jejaring lintas sektor, khususnya dengan
program-progam pembangunan yang bersasaran desa.
b. Pembinaan perlu dikembangkan upaya-upaya untuk
memenuhi kebutuhan para kader agar tidak drop-
out.(dibantu memperoleh pendapatan tambahan, misalnya
pemberian gaji insentif atau difasilitasi untuk
berwirausaha).
10
5. Indikator Keberhasilan
INPUT:
a. Ada Tidaknya Forum Desa
b. Ada Tidaknya Poskesdes dan sarana bangunan serta
perlengkapannya
c. Ada tidaknya UKBM yang dibutuhkan masyarakat
d. Ada tidaknya nakes (minimal bidan)
PROSES:
a. Frekuensi Pertemuan forum desa
b. Berfungsi tidaknya poskesdes
c. Berfungsi tidaknya UKBM yang ada
d. Berfungsi tidaknya Sistem Kegawatdaruratan dan Penanggulangan
bencana
OUTPUT:
a. Cakupan yankesdas Poskesdes
b. Cakupan pelayanan UKBM lainnya
c. Jumlah kasus Kegawatdaruratan dan KLB\
d. Cakupan RT yang mendapat kunjungan rumah untuk kadarzi dan
PHBS
OUTCOME:
a. Jumlah Penduduk yang sakit
b. Jumlah Penduduk yang menderita gangguan Jiwa
c. Jumlah Ibu melahirkan yang meninggal
d. Jumlah bayi dan balita yang meninggal
e. Jumlah balita Gizi buruk
11
DESA SIAGA
PERGERAKAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
MELALUI KEMITRAAN
12
BAB II
PEMBAHASAN
13
C. Prinsip Penggerakkan dan Pemberdayaan
14
masyarakat karena adanya bimbingan, dorongan, alih pengetahuan dan
keterampilan dari tenaga kesehatan kepada masyarakat.
5. Menggalang kemitraan dengan LSM dan organisasi kemasyarakatan
yang ada di masyarakat.
Prinsip lain dari penggerakan dan pemberdayaan masyarakat di bidang
kesehatan adalah Pemerintah atau tenaga kesehatan hendaknya
memanfaatkan dan bekerja samadengan LSM serta organisasi
kemasyarakatan yang ada di tempat tersebut. Dengan demikian upaya
pemeliharaan dan peningkatan derajat kesehatan masyarakat lebih
berhasil guna (efektif) dan berdaya guna (efisien).
6. Penyerahan pengambilan keputusan kepada masyarakat.
Semua bentuk upaya penggerakan dan pemberdayaan masyarakat
termasuk di bidang kesehatan apabila ingin berhasil dan
berkesinambungan hendaknya bertumpu pada budaya dan adat
setempat. Untuk itu pengambilan keputusan khususnya yang
menyangkut tata cara pelaksanaan kegiatan guna pemecahan masalah
kesehatan yang ada di masyarakat hendaknya diserahkan kepada
masyarakat, Pemerintah atau tenaga kesehatan hanya bertindak sebagai
fasilitator. Sehingga masyarakat merasa lebih memiliki tanggung
jawab untuk melaksanakannya, karena pada hakekatnya mereka adalah
subjek dan bukan objek pembangunan.
15
c. Rana masyarakat
5. Saranan dan material yang dimiliki masyarakat
6. Pengetahuan masyarakat
7. Teknologi yang dimiliki masyarakat
8. Pengembalian keputusan
16
pula dilakukan oleh tokoh – tokoh masyarakat seperti kepala desa,
kepala dusun, ketua RW / RT, ketua LLPK, tokoh agama dan lain
sebagainya. Dengan adanya kegiatan pembinaan dan pengembangan
ini diharapkan masyarakat tetap memiliki semangat untuk melakukan
pembangunan kesehatan di lingkungannya.
17
6. Penumbuhan dan pembentukan wadah dari kegiatan yang berasal dari
pengembangan potensi masyarakat tersebut.
7. Jika Kegiatan Pengembangan dan pemberdayaan masyarakat
dilaksanakan di suatu wilayah sebaiknya dilakukan pada cakupan
masyarakat yang terkecil.
c. Waktu Pertemuan
1) Disesuaikan dengan kesediaan dan kondisi desa yang
bersangkutan
2) Pelaksanaan berdasarkan petunjuk dan hasil pertemuan tingkat
kecamatan bidan. Pelaksanaan pertemuan hendaknya diatur
sebagi berikut:
18
a) Pertemuan dibuka oleh kepala desa dengan
memperkenalkan para hadirin dan menjelaskan maksud
pertemuan serta acara pertemuan.
b) Kepala desa mempersilahkan camat atau wilayah untuk
memberikan sambutan atau arahan pertemuan
c) Kemudian di bidan desa sebagai pembicara berikutnya
menjelaskan tentang masalah kesehatan dan perlunya Desa
Siaga yang meliputi latar belakang, tujuan dan cara
pelaksanaan serta pentingnya dukungan masyarakat dalam
program tersebut.
d) Selanjutnya didiskusikan bersama tentang langkah kegiatan
khususnya tentang survei mawas diri, waktu pelaksanaan
survei dan kelompok yang akan melakukan survei, serta
ditentukannya waktu untuk mengadakan musyawarah
masyarakat desa.
19
a) Kelompok pelaksanaan SMD dengan bimbingan Bides
b) Penentuan sasaran baik jumlah KK atau pun lokasi.
c) Penentuan jenis informasi masalah kesehatan yang akan
dikumpulkan untuk mengenal masalah kesehatan.
d) Penentuan cara memperoleh informasi kesehatan misalnya
apakah akan mempergunakan cara pengamatan atau
wawancara. Cara memperoleh informasi dapat dilakukan
dengan kunjungan dari rumah ke rumah atau melalui
pertemuan kelompok sasaran.
e) Pembuatan instrumen atau alat memperoleh informasi
kesehatan. Misalnya dengan menyusun daftar pertanyaan
(kuesioner), yang akan dipergunakan dalam wawancara
atau membuat daftar hal – hal yang akan dipergunakan
dalam pengamatan .
2) Kelompok pelaksanaan survei mawas diri dengan bimbingan
bidan di desa mengumpulkan informasi masalah kesehatan
sesuai dengan yang direncanakan.
3) Kelompok pelaksanaan survei mawas diri dengan bimbingan
bidan di desa mengolah informasi masalah kesehatan yang
telah dikumpulkan sehingga dapat diperoleh perumusan
masalah kesehatan dan prioritas masalah kesehatan di
wilayahnya.
20
2) MMD harus dihadiri oleh pemuka masyarakat desa, petugas
Puskesmas dan sektor terkait
3) MMD dilaksanakan dibalai Desa
4) MMD dilaksanakan segera setelah SMD
b. Cara pelaksanaan
1) Pembukaan dengan menguraikan maksud dan tujuan MMD
dipimpin oleh kepala desa
2) Pengenalan masalah kesehatan oleh masyarakat sendiri melalui
curah pendapat dengan menggunakan alat peraga, poster dan
lain – lain dipimpin bidan desa.
3) Perumusan dan penentuan prioritas masalah kesehatan atas
dasar pengenalan masalah dan hasil SMD dilanjutkan dengan
rekomendasi teknis dari petugas kesehatan di desa atau bidan di
desa.
4) Penyusunan rencana penanggulangan masalah kes
5) Penutup
21
2) Masalah manajemen upaya kesehatan
3) Masalah pada lingkungan
Contoh masalah :
Target Kunjungan Bumil : 100% dari bumil yang ada
(jumlah bumil 100 orang).
Hasil Kegiatan : jumlah Kunjungan Bumil 75 orang .
Kesenjangan : target tidak tercapai (hanya tercapai 75%
dari bumil yang ada)
b. Penentuan Prioritas Masalah
Diusahakan prioritas masalah dipilih melalui kesepakatan.
Penentuan prioritas masalah diperlukan karena adanya keterbatasan
sumber daya dibandingkan dengan problem dan atau kebutuhan
yang harus diselesaikan atau dipenuhi ,problem dan kebutuhan
kesehatan lebih besar dibandingkan dengan sumber daya yang ada .
c. Merumuskan Masalah
WHAT= Apa masalahnya
WHO = Siapa yang terkena masalahnya
WHEN = Bilamana masalah terjadi
WHERE = Dimana masalah terjadi
HOW = Berapa Besar masalahnya
d. Mencari akar penyebab masalah
Kategori yang dapat digunakan adalah : man, money, material,
methode , apa, bagaimana, mengapa, dimana
e. Menetapkan cara-cara memecahkan masalah
Kesepakatan di antara anggota masyarakat.Bila tidak terjadi kesepa
katan dapat digunakan kriteria matriks. Harus dicari alternatif
pemecah an masalahnya.
2. Tahap Perencanaan , dengan membuat rumusan tujuan kegiatan,
menyusun rencana kegiatan dan berikutnya melakukan
pengorganisasian kegiatan.
3. Tahap Persiapan Pelaksanaan,melakukan penyuluhan tentang kegiatan
yang akan dilakukan , selanjutnya dilakukan orientasi dan latihan bagi
22
petugas dan selanjutnya menyiapkan fisik dan non fisik untuk
melaksanakan kegiatan.
4. Tahap Pelaksanaan Kegiatan di Lapangan, adalah melakukan advokasi
kepada penentu kebijakan, Toma-Toga dan komponen masyarakat
lainnya yang mempunyai pengaruh dalam keberhasilan kegiatan,
selanjutnya dilakukukan KIE dan KIP Konseling, melakukan
pemberdayaan institusi masyarakat, dan akhirnya dilakukan pelayanan
program.
5. Monitoring dan Evaluasi
23
MAKALAH DESA SIAGA
KELAS IBU HAMIL, KELAS IBU BALITA
DAN PELAKSANAANNYA
KELOMPOK 3:
1. ANNISA YUSRA A
2. AYU FITRIANTI
3. INDAH MUTHARA
4. PUTRI MELATI W
5. RENDA PRAMESTI
6. VITA AFRIANI
Dosen Pembimbing : Rachmawati, M. Kes
24
PEMBAHASAN
25
2. Tujuan Khusus:
a. Terjadinya interaksi dan berbagi pengalaman antar peserta (ibu
hamil dengan ibu hamil) dan antar ibu hamil dengan petugas
kesehatan/bidan tentang kehamilan, perubahan tubuh dan keluhan
selama kehamilan, perawatan kehamilan, persalinan, Perawatan
Nifas, KB pasca persalinan, perawatan bayi baru lahir,
mitos/kepercayaan/adat istiadat setempat, penyakit menular dan akte
kelahiran.
b. Meningkatkan pemahaman, sikap dan perilaku ibu hamil tentang:
Kehamilan, perubahan tubuh dan keluhan (apakah kehamilan itu?,
perubahan tubuh selama kehamilan, keluhan umum saat hamil
dan cara mengatasinya, apa saja yang perlu dilakukan ibu hamil
dan pengaturan gizi termasuk pemberian tablet tambah darah
untuk penanggulangan anemia).
perawatan kehamilan (kesiapan psikologis menghadapi
kehamilan, hubungan suami isteri selama kehamilan, obat yang
boleh dan tidak boleh dikonsumsi oleh ibu hamil, tanda bahaya
kehamilan, dan P4K(perencanaan persalinan dan pencegahan
komplikasi).
persalinan (tanda-tanda persalinan, tanda bahaya persalinan dan
proses persalinan).
perawatan Nifas (apa saja yang dilakukan ibu nifas agar dapat
menyusui ekslusif?, bagaimana menjaga kesehatan ibu nifas,
tanda-tanda bahaya dan penyakit ibu nifas).
KB pasca persalinan.
perawatan bayi baru lahir (perawatan bayi baru lahir, pemberian
k1 injeksi, tanda bahaya bayi baru lahir, pengamatan
perkembangan bayi/anak dan pemberian imunisasi pada bayi baru
lahir).
mitos/kepercayaan/adat istiadat setempat yang berkaitan dengan
kesehatan ibu dan anak.
26
penyakit menular (IMS, informasi dasar HIV-AIDS dan
pencegahan dan penanganan malaria pada ibu hamil).
akte kelahiran.
Kabupaten :
- Menyiapkan tenaga fasilitator kelas ibu hamil
- Bertanggung jawab atas terlaksananya kelas ibu hamil (dana,
sarana dan prasarana)
- Monitoring dan evaluasi.
27
Puskesmas :
- Kepala Puskesmas sebagai penanggung jawab dan mengkoordinir
pelaksanaan kelas ibu hamil di wilayah kerjanya.
- Bidan/tenaga kesehatan bertanggung jawab dalam pelaksanaan
kelas ibu hamil (identifikasi calon peserta, koordinasi dengan stake
holder, fasilitasi pertemuan, monitoring, evaluasi dan pelaporan).
28
Idealnya kelengkapan sarana dan prasarana seperti tersebut diatas,
namun apabila tidak ada ruangan khusus, dimanapun tempatnya bisa
dilaksanakan sesuai kesepakatan antara ibu hamil dan
fasilitator.Sedangkan kegiatan lainnya seperti senam hamil hanya
merupakan materi tambahan bukan yang utama.
G. Tahapan Pelaksanaan Kelas Ibu Hamil
Beberapa tahapan yang dilakukan untuk melaksanakan kelas ibu
hamil :
a. Pelatihan bagi pelatih
Pelatihan bagi pelatih (TOT) Pelatihan bagi pelatih dipersiapkan
untuk melatih bagi para fasilitator di tempat pelaksanaan kelas ibu,
baik di tingkat kabupaten, Kecamatan sampai ke desa.Peserta TOT
adalah bidan atau petugas kesehatan yang sudah mengikuti sosialisasi
tentang Buku KIA dan mengikuti pelatihan fasilitator. Kegiatan TOT
bertujuan untuk mencetak para fasilitator dan selanjutnya fasilitator
akan mampu melaksanakan serta mengembangkan pelaksanaan kelas
ibu hamil. Pelatihan bagi pelatih dilakukan secara berjenjang dari
tingkat provinsi ke tingkat Kabupaten/Kota.
b. Pelatihan bagi fasilitator
Pelatihan fasilitator dipersiapkan untuk melaksanakan kelas ibu
hamil.Fasilitator kelas ibu hamil adalah bidan atau petugas kesehatan
yang telah mendapatkan pelatihan fasilitator kelas ibu hamil atau on
the job training.Bagi bidan atau petugas kesehatan ini, boleh
melaksanakan pengembangan kelas ibu hamil di wilayah kerjanya.
Untuk mencapai hasil yang optimal dalam memfasilitasi kelas ibu
hamil, fasilitator hendaknya menguasai materi yang akan disajikan
baik materi medis maupun non medis. Beberapa materi non medis
berikut akan membantu Kemampuan fasilitator dalam pelaksanaan
kelas ibu hamil diantaranya :
- Komunikasi interaktif
- Presentasi yang baik
29
- Menciptakan suasana yang kondusif Penjelasan materi, lihat
pegangan fasilitator.
c. Sosialisasi kelas ibu hamil pada Tokoh Agama, Tokoh Masyarakat
dan Stakeholder
Sosialisasi kelas ibu hamil pada tokoh agama, tokoh masyarakat
dan stakeholder sebelum kelas ibu hamil dilaksanakan sangat penting.
Melalui kegiatan sosialisasi ini diharapkan semua unsur masyarakat
dapat memberikan respon dan dukungan sehingga kelas ibu hamil
dapat dikembangkan dan berjalan sesuai dengan yang diharapkan
d. Persiapan pelaksanaan kelas ibu hamil
Hal-hal yang perlu dipersiapkan sebelum pelaksanaan kelas ibu
hamil :
- Melakukan identifikasi/mendaftar semua ibu hamil yang ada di
wilayah kerja. Ini dimaksudkan untuk mengetahui berapa jumlah
ibu hamil dan umur kehamilannya sehingga dapat menentukan
jumlah peserta setiap kelas ibu hamil dan berapa kelas yang akan
dikembangkan dalam kurun waktu tertentu misalnya, selama satu
tahun.
- Mempersiapkan tempat dan sarana pelaksanaan kelas ibu hamil,
misalnya tempat di Puskesmas atau Polindes, Kantor Desa/Balai
Pertemuan, Posyandu atau di rumah salah seorang warga
masyarakat. Sarana belajar menggunakan, tikar/karpet, bantal dan
lain-lain jika tersedia.
- Mempersiapkan materi, alat bantu penyuluhan dan jadwal
pelaksanaan kelas ibu hamil serta mempelajari materi yang akan
disampaikan.
- Persiapan peserta kelas ibu hamil, mengundang ibu hamil umur
kehamilan antara 4 sampai 36 minggu.
- Siapkan tim pelaksana kelas ibu hamil yaitu siapa saja
fasilitatornya dan nara sumber jika diperlukan
30
e. Pelaksanaan kelas ibu hamil
Pelaksanaan pertemuan kelas ibu hamil dilakukan sesuai dengan
kesepakatan antara bidan/petugas kesehatan dengan peserta/ibu hamil,
dengan tahapan pelaksanaan. (Terlampir Jadwal pelaksanaan kelas ibu
hamil)
f. Monitoring, evaluasi dan pelaporan
Untuk memantau perkembangan dan dampak pelaksanaan kelas
ibu hamil perlu dilakukan monitoring dan evaluasi secara berkala dan
berkesinambungan.Seluruh pelaksanaan kegiatan kelas ibu hamil
dibuatkan pelaporan dan didokumentasikan.
H. Kegiatan pelaksanaan
1. Analisa Singkat
Melakukan analisa kebutuhan sebelum melaksanakan kelas ibu
hamil bertujuan untuk mengetahui kebutuhan apa yang diperlukan
untuk menunjang kelancaran dan keberhasilan pelaksanaan kegiatan
kelas ibu hamil. Misalnya : siapa tim fasilitator yang akan memfasilitasi
pertemuan, pakah diperlukan nara sumber atau bagaimana persiapan
materi dan alat bantu sudah lengkap atau perlu ditambah dengan alat
bantu lainnya, dll.
2. Kegiatan Pelaksanaan Kelas Ibu Hamil
Pertemuan kelas ibu hamil dilakukan 3 kali pertemuan selama
hamil atau sesuai dengan hasil kesepakatan fasilitator dengan
peserta.Pada setiap pertemuan, materi kelas ibu hamil disampaikan
sesuai dengan kebutuhan dan kondisi ibu hamiltetapi tetap
mengutamakan materi pokok. Setiap akhir pertemuan dilakukan senam
ibu hamil, bagi ibu hamil yang mempunyai usia kehamilan > 20
minggu. Senam ibu hamil merupakan kegiatan/materi ekstra di kelas
ibu hamil, jika dilaksanakan, setelah sampai di rumah diharapkan dapat
dipraktekan.
31
Waktu pertemuan disesuaikan dengan kesiapan ibu-ibu, bisa
dilakukan pada pagi atau sore hari dengan lama waktu pertemuan 120
menit termasuk senam hamil 15 - 20 menit.
I. Materi kelas ibu hamil
1. PERTEMUAN I
a. Kehamilan, perubahan tubuh dan keluhan.
- Apa itu kehamilan?
- Perubahan tubuh ibu selama kehamilan
- Apa saja yang perlu dilakukan ibu
- Pengaturan gizi termasuk pemberian
- tablet tambah darah untuk mencegah Anemia.
b. Perawatan Kehamilan.
- Kesiapan psikologis menghadapi kehamilan.
- Hubungan suami isteri selama kehamilan.
- Obat yang boleh dan tidak boleh dikonsumsi oleh ibu hamil.
- Tanda - tanda bahaya kehamilan
- Perencanaan persalinan dan pencegahan komplikasi.
2. PERTEMUAN II
a. Persalinan
- Tanda - tanda persalinan
- Tanda bahaya pada persalinan
- Proses persalinan
- Inisiasi Menyusui Dini (IMD)
b. Perawatan Nifas
- Apa saja yang dilakukan ibu nifas agar dapat menyusui eksklusif?
- Bagaimana menjaga kesehatan ibu nifas?
- Tanda - tanda bahaya nifas
- KB post partum
3. PERTEMUAN III
a. Perawatan Bayi baru lahir
- Perawatan Bayi Baru Lahir (BBL)
- Pemberian Vitamin K injeksi pada BBL
32
- Tanda bahaya BBL
- Pengamatan perkembangan bayi/anak
- Pemberian imunisasi pada BBL
b. Mitos
- Penggalian dan penelusuran mitos yang berkaitan dengan kesehatan ibu
dan anak.
c. Penyakit menular
- Infeksi Menular Seksual (IMS)
- Informasi dasar HIV/AIDS
- Pencegahan dan penanganan Malaria pada ibu hamil.
d. Akte kelahiran
J. Monitoring
Monitoring dilakukan dalam rangaka melihat perkembangan dan
pencapaian serta masalah dalam pelaksanaan kelas ibu hamil, hasil
monitoring dapat dijadikan bahan untuk perbaikan dan pengembangan
kelas ibu hamil selanjutnya.Kegiatan monitoring dilakukan secara berkala
dan berjenjang mulai dari tingkat Desa, Kecamatan, Kbupaten / Kota dan
Provinsi.
K. Evaluasi
Evaluasi dilakukan untuk melihat keluaran dan dampak baik positif
maupun negatif pelaksanaan kelas ibu hamil berdasarkan indikator.Dari
hasil evaluasi tersebut bisa dijadikan sebagai bahan pembelajaran guna
melakukan perbaikan dan pengembangan kelas ibu hamil
berikutnya.Evaluasi oleh pelaksana (bidan/koordinator bidan) dilakukan
setiap selesai pertemuan.Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota serta Dinas
Kesehatan Provinsi dapat melakukan evaluasi bersama-sama misalnya 1
kali setahun.
33
L. Indikator Keberhasilan
1. Indikator Input :
a. ...% petugas kesehatan sebagai fasilitator kelas ibu hamil
b. ...% ibu hamil yang mengikuti kelas ibu hamil
c. ...% suami/anggota keluarga yang hadir mengikuti kelas ibu hamil
d. ...% kader yang terlibat dalam penyelenggaraan kelas ibu hamil
2. Indikator Proses
a. Fasilitator : manajemen waktu, penggunaan variasi metode
pembelajaran, bahasan peyampaian, penggunaan alat bantu,
kemampuan melibatkan peserta, informasi Buku KIA.
b. Peserta : fekuensi kehadiran, keaktifan bertanya dan berdiskusi
c. Penyelenggaraan : tempat, sarana, waktu
3. Indikator Output :
a. ...% peningkatan jumlah ibu hamil yang memiliki Buku KIA
b. ...% ibu yang datang pada K4
c. ...% ibu/keluarga yang telah memiliki perencanaan persalinan
d. ...% ibu yang datang untuk mendapatkan tablet Fe
e. ...% ibu yang telah membuat pilihan bersalin dengan Nakes
f. ...% KN
g. ...% IMD
h. ...% kader dalam keterlibatan penyelenggaraan
M. Pelaporan
Seluruh rangakaian hasil proses pelaksanaan kegiatan kelas ibu
hamil sebaiknya dibuatkan laporan. Pelaporan hasil pelaksanaan kelas
ibu hamil dijadikan sebagai dokumen, sehingga dapat dijadikan sebagai
bahan informasi dan pembelajaran bagi pihak-pihak yang
berkepentingan.Pelaporan disusun pada setiap selesai melaksanakan
kelas ibu hamil.
Isi laporan minimal tentang :
1. Waktu pelaksanaan
2. Jumlah peserta
34
3. Proses pertemuan
4. Masalah dan hasil capaian pelaksanaan
5. Hasil evaluasi
35
anak balita (0-59 bulan) sedangkan ‘Kelas ibu Hamil’ ditujukan bagi
ibu hamil.
Kelas ibu balita adalah kelas dimana para ibu mempunyai
anak berusia antara 0 sampai 5 tahun secara bersama -sama
berdiskusi , tukar pendapat, tukar pengalaman akan pemenuhan
pelayanan kesehatan, gizi dan stimulasi pertumbuhan dan
perkembangannya dibimbing oleh fasilitator dengan
menggunakan buku KIA.
36
prakteknya para ibu didorong untuk belajar dari pengalaman
sesama, sementara fasilitator berperan sebagai pengarah
kepada pengetahuan yang benar.
37
alat-alat praktek/demo, APE, alat tulis menulis, buku KIA,
lembar balik kelas ibu balita.
3. Mempersiapkan materi
Kelompok A (5 Modul): Pemberian ASI secara
eksklusif, Pemberian imunisasi pada bayi, Pemberian MP-
ASI usia 6-12 bulan, Tumbuh kembang bayi, Penyakit
terbanyak pada bayi.
Kelompok B (5 Modul): Perawatan gigi anak, Pemberian
MP-ASI, Tumbuh kembang anak, Penyakit pada
anak, Permainan Anak
Kelompok C (6 Modul): Tumbuh kembang, Pencegahan
kecelakaan, Gizi seimbang, Penyakit pada anak, Obat
pertolongan pertama, Perilaku hidup bersih dan sehat
a. Mengundang ibu yang mempunyai anak yang berusia antara 0-5
tahun
b. Mempersiapkan tim fasilitator dan narasumber
c. Menyusun rencana anggaran
38
MAKALAH
DESA SIAGA
PERLINDUNGAN DIRI DARI PENCEGAHAN
INFEKSI
DisusunOleh:
KELOMPOK 4
1. Dwi Gita Pratiwi
2. Dwi Yulihartini
3. Kholipatul Jannah
4. Mutia Puteri Cahyani
5. Siska Winarti
6. Willia Sari
Dosen Pembimbing:
Rachmawati, M.kes
39
BAB II
PEMBAHASAN
A. PERLINDUNGAN DIRI DARI PENCEGAHAN INFEKSI
1. Pengertian dan Tujuan Pencegahan Infeksi
Pencegahan infeksi merupakan bagian esensial dari asuhan
lengkap yang yang di berikan kepada klien untuk melindungi petugas
kesehatan itu sendiri.
Tujuan pencegahan infeksi :
Melindungi klein dan petugas pelayanan KB dari akibat
tertularnya penyakit infeksi
Mencegah infeksi silang dalam prosedur KB, terutama pada
pelayanan krontrasepsi metode AKDR, suntik, susuk, dan
krontrasepsi mantap.
Menurunkan resiko tranmisi penyakit menular, seperti Hepatitis
B dan HIV AIDS, baik bagi klien maupun bagi petugas fasilitas
kesehatan.
2. Cara Penularan Mikroorganisme
Proses penyebaran mikroorganisme ke dalam tubuh , baik pada
manusia maupun hewan, dapat melalui berbagai cara, di antaranya:
a. Kontak tubuh , penyebaran secara langsung melalui sentuhan
dengan kulit,sedang secara tidak langsung dapat melalui benda
yang terkontaminasi.
b. Makanan dan minuman, tersebar melalui makanan dan minuman
yang terkontaminasi seperti pada penyakit tifus abdominalis,
penyakit infeksi cacing dan lain-lain.
c. Serangga, contohnya penyebaran penyakit malaria oleh
plasmodium pada nyamuk anopheles dan beberapa penyakit
saluran pencernaan yang dapat di tularkan oleh lalat.
d. Udara, proses penyebarab kuman melalui udara dapat di jumpai
pada penyebaran penyakit sistem pernafasan.
40
3. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Proses Infeksi
a. Sumber penyakit, sumber penyakit dapat memengaruhi apakah
infeksi berjalan cepat dan lambat.
b. Kuman penyebab, dapat menentukan jumlah mikroorganisme,
kemampuan mikroorganisme, masuk ke dalam tubuh dan
virulensianya.
c. Cara membebaskan sumber dari kuman , ini dapat menentukan
apakah proses infeksi cepat teratasi atau di perlambat seperti
tingkat keasaman (Ph), suhu, penyinaran (cahaya), dan lain-lain.
d. Cara penularan , dengan cara kontak langsung.
e. Cara masuknya kuman, proses penyebaran kuman berbeda
bergantung pada sifatnya.
f. Daya tahan tubuh, daya tahan tubuh yang baik dapat menyebabkan
memperlambat proses infeksi atau mempercepat proses
penyembuhan.
4. Infeksi Nosokomial
nosokomial adalah infeksi yang terjadi di rumah sakit atau
dalam system pelayanan kesehatan yang berasal dari proses
penyebaran di sumber pelayanan kesehatan, baik melalui pasien,
petugas kesehatan, pengunjung, maupun sumber lain. Terdapat
beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya infeksi nosokomial
antara lain :
Kuman penyakit (jumlah dan jenis kuman, lama kontak dan
virulensi)
Sumber infeksi
Perantara atau pembawa kuman,
Tempat masuk kuman pada hospes baru,
Daya tahan tubuh hospes baru,
Keadaan rumah sakit meliputi;
Prosedur kerja, alat, hygene, kebersihan, jumlah pasien dan
konstruksi rumah sakit,
41
Pemakaian antibiotik yang irasional,
Pemakaian obat seperti imunosupresi, kortikosteroid, dan
sitostatika, tindakan invasif dan instrumentasi,
Berat penyakit yang diderita.
5. Tanda-Tanda Infeksi
a. Calor (panas).
Daerah peradangan pada kulit menjadi lebih panas dari
sekelilingnya, sebab terdapat lebih banyak darah yang disalurkan
ke area terkena infeksi/ fenomena panas lokal karena jaringan-
jaringan tersebut sudah mempunyai suhu inti dan hiperemia lokal
tidak menimbulkan perubahan.
b. Dolor (rasa sakit).
Dolor dapat ditimbulkan oleh perubahan PH lokal atau konsentrasi
lokal ion-ion tertentu dapat merangsang ujung saraf. pengeluaran
zat kimia tertentu seperti histamin atau zat kimia bioaktif lainnya
dapat merangsang saraf nyeri, selain itu pembengkakan jaringan
yang meradang mengakibatkan peningkatan tekanan lokal dan
menimbulkan rasa sakit.
c. Rubor (Kemerahan).
Merupakan hal pertama yang terlihat didaerah yang mengalami
peradangan. Waktu reaksi peradangan mulai timbul maka arteriol
yang mensuplai daerah tersebut melebar, dengan demikian lebih
banyak darah yang mengalir kedalam mikro sirkulasi lokal.
Kapiler-kapiler yang sebelumnya kosong atau sebagian saja
meregang, dengan cepat penuh terisi darah. Keadaan ini yang
dinamakan hiperemia atau kongesti.
d. Tumor (pembengkakan).
Pembengkakan ditimbulkan oleh karena pengiriman cairan dan sel-
sel dari sirkulasi darah kejaringan interstisial. Campuran cairan dan
sel yang tertimbun di daerah peradangan disebut eksudat.
42
e. Functiolaesa
Adanya perubahan fungsi secara superficial bagian yang bengkak
dan sakit disrtai sirkulasi dan lingkungan kimiawi lokal yang
abnormal, sehingga organ tersebut terganggu dalam menjalankan
fungsinya secara normal. (Yudhityarasati, 2007).
6. RantaiPenularanInfeksi
Rantai Penularan Menurut Kemenkes RI, 2011 untuk
melakukan tindakan pencegahan dan pengendalian infeksi perlu
mengetahui rantai penularan. Apabila suatu rantai dihilangkan atau
dirusak, maka infeksi dapat dicegah atau dihentikan. Komponen yang
diperlukan sehingga terjadi penularan tersebut adalah :
1. Agen Infeksi (infectious agent) adalah mikroorganisme yang
dapatmenyebabkan infeksi. Pada manusia, agen infeksi dapat
berupa bakteri, virus, riketsia, jamur dan parasit. Ada tiga faktor
pada agen penyebab yang mempengaruhiterjadinya infeksi yaitu :
patogenesis, virulensi dan jumlah (dosis).
2. Reservoir atau tempat dimana agen infeksi dapat hidup, tumbuh,
berkembang biak dan siap ditularkan kepada orang. Reservoir
yang paling umum adalah manusia, binatang, tumbuh –
tumbuhan, tanah, air dan bahan – bahan organik lainnya. Pada
orang sehat, permukaan kulit, selaput lendir saluran nafas atas,
usus dan vagina. Universitas Sumatera Utara 16
3. Pintu keluar (portal of exit) adalah jalan darimana agen infeksi
meninggalkan reservoir. Pintu keluar meliputi saluran pernafasan,
saluran pencernaan, saluran kemih dan kelamin, kulit dan
membran mukosa, transplasenta dan darah serta cairan tubuh lain.
4. Transmisi (cara penularan) adalah mekanisme bagaimana
transport agen infeksi dari reservoir ke penderita. Ada beberapa
cara penularan yaitu :
a. kontak : langsung dan tidak langsung
b. droplet
43
c. airborne
d. melalui vehikulum : makanan, air/minuman, darah
e. melalui vektor biasanya serangga dan binatang pengerat.
5. Pintu masuk (portal of entry) adalah tempat dimana agen infeksi
memasuki pejamu (yang suseptibel). Pintu masuk bisa melalui
saluran pernafasan, penvernaan, saluran kemih dan kelamin,
selaput lendir, serta kulit yang tidak utuh (luka)
6. Pejamu (host) yang suseptibel adalah orang yang tidak memiliki
daya tahan tubuh yang cukup untuk melawan agen infeksi serta
mencegah terjadinya infeksi atau penyakit. Faktor yang khusus
dapat mempengaruhi adalah umur, status gizi, status imunisasi,
penyakit kronis, luka bakar yang luas, trauma atau pembedahan.
Faktor lain yang mungkin berpengaruh adalah jenis kelamin, ras
atau etnis tertentu, status ekonomi, gaya hidup, pekerjaan dan
herediter.
44
6. Sterilisasi yaitu tindakan untuk menghilangngkan semua
mikroorganisme (bakteri,jamur,parasit,dan virus) termasuk
bakteri endospore.
45
sebaliknya, misalnya melaui sel darah, cairan tubuh, terhirup,
tertelan dan lain-lain.
3. Manajemen alat tajam secara benar untuk menghindari resiko
penularan penyakit melalui benda-benda tajam yang tercemar
oleh produk darah pasien.
4. Melakukan dekontaminasi, pencucian dan sterilisasi instrumen
dengan prinsip yang benar.
46
sela jari tangan kiri dengan tangan kanan dan sebaliknya; gosok
kedua telapak dan sela-sela jari; jari-jari sisi dalam kedua tangan
saling mengunci; gosok ibu jari kiri berputar dalam genggaman
tangan kanan dan lakukan sebaliknya; gosokan dengan memutar
ujung jari-jari tangan kanan di telapak tangan kiri dan sebaliknya;
bilas kedua tangan dengan air; keringkan dengan handuk sekali
pakai sampai benar-benar kering; gunakan handuk tersebut untuk
menutup kran, dan tangan anda sudah aman dan bersih.
Adapun 6 langkah mencuci tangan menggunakan antiseptik
berbasis alkohol dimulai dari menuangkan cairan pencuci tangan
yang berbasis alkohol; dilanjutkan dengan meratakan cairan di
kedua telapak tangan tiga kali putaran; gosok punggung tangan
kanan dan kiri bergantian 3 kali; gosok telapak dan sela-sela jari
tangan 3 kali; kuncikan dan gosok kedua jari-jari tangan 3 kali
dan dengan 20-30 detik kedua tangan telah bersih dan dapat
melanjutkan aktifitas.
Lima waktu penting untuk melakukan cuci tangan di rumah
sakit adalah sebelum kontak dengan pasien, sebelum tindakan
asepsis, setelah terkena cairan tubuh pasien, setelah kontak
dengan pasien, dan setelah kontak dengan lingkungan sekitar
pasien.
Sedangkan lima waktu penting melakukan cuci tangan
sehari-hari diantaranya sebelum memasukkan makanan ke dalam
mulut, sebelum megolah makanan, sebelum memegang bayi,
setelah menceboki anak, setelah buang air kecil (BAK) dan buang
air besar (BAB).
Manfaat dari cuci tangan yang utama adalah untuk
pencegahan dan pengendalian infeksi, menciptakan lingkunga
yang aman, pelayanan kesehatan menjadi aman dan masih banyak
manfaat lain.
2. Etiket Batuk
47
Selain dengan mencuci tangan, pengendalian dan
pencegahan infeksi dapat dilakukan dengan menerapkan etiket
batuk. Jika kita batuk, hal yang harus diperhatikan adalah
menutup mulut dan hidung saat batuk atau bersin menggunakan
tisu dan buang ke tempat sampah (kuning) bila telah terkena
sekret saluran napas, lakukan cuci tangan dengan sabun & air
mengalir; gunakan masker saat flu/batuk pilek; dan jika tidak ada
tisu ataupun masker, gunakan pangkal lengan atas untuk
menutupnya. Beberapa hal yang kurang tepat dilakukan adalah
saat batuk/bersin tidak ditutup, menutup batuk/bersin dengan
tangan terkepal dan menutup batuk/bersin dengan tangan terbuka.
3. Pemisahan Limbah/Sampah
4. Memisahkan limbah/sampah infeksius dan noninfeksius berbeda.
Bagi sampah infeksius seperti balutan, injeksi, infus, cateter, botol
& selang infus, masker & sarung tangan, diapers/pembalut
wanita, tisu bekas sekret (dahak & ingus) dan lain sebagainya
harus dimasukkan ke tempat sampah khusus infeksius. Di RSHS
sampah infeksius dibuang ke kantong plastik kuning.
Adapun sampah non infeksius yaitu sampah yang tidak terkena
dengan darah dan cairan tubuh, kertas/tisu, makanan, kaleng
minuman, bungkus obat dan kemasan dibuang ke kantong plastik
hitam.
Untuk menghindari kontak langsung dengan tangan, tempat sampah
infeksius dan non infeksius harus tertutup dan di buka dengan
pedal kaki.
48
MAKALAH
DESA SIAGA
Kegawatdarurat dan langkah penilaian
Kelompok 5
49
PEMBAHASAN
50
B. Tujuan
Tujuan dari pelayanan gawat darurat ini adalah untuk memberikan
pertolongan pertama bagi pasien yang datang dan menghindari berbagai
resiko, seperti: kematian, menanggulangi korban kecelakaan, atau bencana
lainnya yang langsung membutuhkan tindakan
Beberapa tujuan lain dari pelayanan gawat darurat adalah :
51
cara meletakan tangan di atas dada penderita dan merasakannya, juga
dapat dengan merasakan gerakan perut.
d. Menilai perdarahan dalam kemaluan
2. Periksa Raba
a. Kulit
Warna kulit dapat berubah karena kelainan jantung , paru, ataupun
permasalahan lainnya , contoh : Pucat, mungkin disebabkan oleh syok/
serangan jantung. Mungkin juga disebabkan karena ketakutan, pingsan
atau kelainan emosi. Kemerah-merahan, mungkin disebabkan karena
tekanan darah yang tinggi, penyalahgunaan alkohol (mabuk ) , tersengat
matahari, serangan demam ,atau pada penyakit infeksi. Kebiru-biruan
adalah selalu masalah serius, tampak pertama kali pada ujung jari dan
sekitar mulut. Umumnya, disebabkan karena kadar CO2 seperti pada
syok, serangan jantung atau keracunan. Kekuning-kuningan mungkin
disebabkan karena penyakit hati . Kehitaman atau warna biru tua yang
setempat ( lokal) adalah hasil dari darah merembes atau meresap di
bawah kulit. Biasanya disebabkan oleh cedera atau infeksi.
Jika penderita berkulit gelap, kita dapat memeriksa perubahan
warna kulit pada bibir, kuku, telapak tangan , cuping telinga, daerah putih
pada mata, permukaan sebelah dalam pada kelopak mata, gusi atau lidah
Kulit biasanya kering, apabila kulit lembab atau basah itu mungkin
menunjukkan syok, kegawatdaruratan panas atau kegawatdaruratan pada
diabetes.
b. Nadi : lemah/kuat, cepat/normal.
Berikut ini merupakan jumlah denyut nadi normal per menit:
Bayi sampai usia 1 tahun: 100-160 kali per menit.
Anak usia 11-17 tahun: 60-100 kali per menit
Dewasa: 60-100 kali per menit.
c. Kaki/tungkai bawah : bengkak
3. Tanda vital
· Tekanan darah, nadi, suhu, pernapasan.
52
Hasil penilaian awal ini, berfokus pada apakah pasien mengalami syok
hipovolemik, syok septic, syok jenis lain, koma, kejang-kejang atau koma
disertai kejang-kejang, menjadi dasar pemikiran apakah kasus mengalami
perdarahan, infeksi, hipertensi/preeklamsia/ eklamsia atau penyulit lain.
Dasar pemikiran ini harus dilengkapi dan diperkuat dengan melakukan
pemeriksaan klinik lengkap, tertapi sebelum pemeriksaan klinik lengkap
selesai dilakukan, langkah-langkah untuk melakukan pertolongan pertama
sudah dikerjakan sesuai hasil penilaian awal, misalnya ditemukan kondisi
syok, pertolongan pertama untuk melakukan syok sudah harus dilakukan.
53
f. Riwayat penyakit yang pernah diderita dan riwayat penyakit dalam
keluarga Riwayat pembedahan
g. Riwayat alergi terhadap obat
3. Pemeriksaan Obstetri :
a. Pemeriksaan vulva dan perineum
b. Pemeriksaan vagina
c. Pemeriksaan serviks
d. Pemeriksaan rahim (besarnya, kelainan bentuk, tumor dan sebagainya)
e. Pemeriksaan adneksa
f. Pemeriksaan his (frekuensi, lama, kekuatan relaksasi, simetri, dan
dominasi fundus)
g. Pemeriksaan janin:
1) Didalam atau diluar rahim
2) jumlah janin
3) presentasi janin dan turunnya presentasi seberapa jauh
4) posisi janin, moulase, dan kaput suksedaneum
5) Bagian kecil janin disamping presentasi (tangan, tali pusat, dan lain-
lain)
6) Anomali kongenital pada janin
7) Taksiran berat janin
h. Janin mati atu hidup, gawat janin atau tidak
54
4. Pemeriksaan Panggul :
a. Penilaian pintu atas panggul :
1) Promontorium teraba atau tidak
2) Ukuran konjugata diagonalis dan konjugata vera
3) penilaian linea inominata teraba berapa bagian atau teraba seluruhnya
b. Penialaian ruang tengah panggul :
1) Penilaian tulang sacrum (cekung atau datar)
2) Penilaian dinding samping (lurus atau konvergen)
3) Penilaian spina ischiadika (runcing atau tumpul)
4) Ukuran jarak antaspina iskiadika distansia interspinarum)
c. Penilaian pintu bawah panggul :
1) Arkus pubis (lebih besara atau kurang dari 90°)
2) Penilaian tulang koksigis (ke depan atau tidak)
3) Penilaian adanya tumor jalan lahir yang menghalangi persalinan
pervaginam
4) Penilaian panggul (panggul luas, sempit atau panggul patologik)
d. Penilaian imbang feto-pelvik : (imbang feto-pelvik baik atau disproporsi
sefalo-pelvik)
5. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium sangat membantu dan menentukan baik
dalam penanganan kasus perdarahan, infeksi dan sepsis, hipertensi dan
preeklamsia/eklamsia, maupun kasus kegawatdaruratan yang lain.
6. Pemeriksaan Darah
Darah diambil untuk pemeriksaan berikut (disesuaikan dengan
indikasi klinik).
a) Golongan darah dan cross match
b) Pemeriksaan darah lengkap termasuk trombosit.
Kadar hemoglobin dan hematokrit penting dalam kasus
perdarahan. dalam perdarahan akut kadar Hb dapat lebih tinggi, tetapi
dalam kenyataannya jauh lebih rendah. Dalam kasus sepsis kadar Hb
55
penting dalam kapasitasnya untuk mengangkut oksigen guna
mempertahankan perfusi jaringan yang adekuat, sehingga harus
diupayakan kadar Hb > 10 gr% dan Ht >30%.
Jumlah dan hitung jenis leukosit berguna untuk memprediksi
infeksi, walaupun kenaikan jumlah leukosit tidak spesifik untuk infeksi.
Pada kasus demam tanpa tanda-tanda, lokasi infeksi, bila jumlah leukosit
>15.000/mm3 berkaitan dengan infeksi bakteri sebesar 50%. Selain itu,
jumlah leukosit juga menjadi suatu komponen criteria dalam SIRS
(Systemik Inflammatory Response Syndrome) suatu istilah untuk
menggambarkan kondisi klinik tertentu yaitu pengaktifan inflammatory
cascade dan dianggap ada apabila terdapat 2 kelainan dari 4 yaitu : 1)
suhu tubuh, 2) Frekuensi jantung, 3) frekuensi napas, 4) jumlah leukosit.
Jumlah trombosit meningkat pada peradangan dan menurun pada DIC
(disseminated intravascular coagulation).
c) Pemeriksaan ureum dan kreatinin untuk menilai fungsi ginjal dan
dehidrasi berat
d) pemeriksaan glukosa darah
e) Pemeriksaan pH darah dan elektrolit (HCO3, Na, K, dan Cl)
f) Pemeriksaan koagulasi
g) Pemeriksaan fungsi hati, bilirubin, dalam evaluasi gagal organ ganda
h) Kultur darah untuk mengetahui jenis kuman
56
E. Pengertian triage
Triage adalah suatu konsep pengkajian yang cepat dan terfokus dengan
suatu cara yang memungkinkan pemanfaatan sumber daya manusia, peralatan
serta fasilitas yang paling efisien dengan tujuan untuk memilih atau
menggolongkan semua pasien yang memerlukan pertolongan dan menetapkan
prioritas penanganan
korban sebelum ditangani, berdasarkan tingkat kegawatdaruratan trauma
atau penyakit dengan mempertimbangkan prioritas penanganan dan sumber
daya yang ada.
Triage adalah suatu sistem pembagian/klasifikasi prioritas klien
berdasarkan berat ringannya kondisi klien/kegawatannya yang memerlukan
tindakan segera. Dalam triage, perawat dan dokter mempunyai batasan waktu
(respon time) untuk mengkaji keadaan dan memberikan intervensi secepatnya
yaitu ≤ 10 menit.
Triage berasal dari bahasa prancis trier bahasa inggris triage dan
diturunkan dalam bahasa Indonesia triase yang berarti sortir. Yaitu proses
khusus memilah pasien berdasar beratnya cedera ataupenyakit untuk
menentukan jenis perawatan gawat darurat. Kiniistilah tersebut lazim
digunakan untuk menggambarkan suatu konseppengkajian yang cepat dan
berfokus dengan suatu cara yangmemungkinkan pemanfaatan sumber daya
manusia, peralatan sertafasilitas yang paling efisien terhadap 100 juta orang
yang memerlukanperawatan di UGD setiap tahunnya. (Pusponegoro, 2010)
F. Tujuan Triage
Tujuan utama adalah untuk mengidentifikasi kondisi yang mengancam
nyawa. Tujuan kedua adalah untuk memprioritaskan pasien menurut ke
akutannya, untuk menetapkan tingkat atau derajat kegawatan yang
memerlukan pertolongan kedaruratan. Dengan triage tenaga kesehatan akan
mampu:
57
Menetapkan area yang paling tepat untuk dapat melaksanakan pengobatan
lanjutan
Memfasilitasi alur pasien melalui unit gawat darurat dalam proses
penanggulangan/pengobatan gawat darurat.
G. Fungsi Triage
Menilai tanda-tanda dan kondisi vital dari korban.
menetukan kebutuhan media
menilai kemungkinan keselamatan terhadap korban.
menentukan prioritas penanganan korban.
memberikan pasien label warna sesuai dengan skala prioritas.
H. PrinsipTriage
Di rumah sakit, didalam triase mengutamakan perawatan pasien
berdasarkan gejala. Perawat triage menggunakan ABCD keperawatan seperti
jalan nafas, pernapasan dan sirkulasi, serta warna kulit, kelembaban, suhu,
nadi, respirasi, tingkat kesadaran dan inspeksi visual untuk luka dalam,
deformitas kotor dan memar untuk memprioritaskan perawatan yang diberikan
kepada pasien di ruang gawat darurat. Perawat memberikan prioritas pertama
untuk pasien gangguan jalan nafas, bernafas atau sirkulasi terganggu. Pasien-
pasien ini mungkin memiliki kesulitan bernapas atau nyeri dada karena
masalah jantung dan mereka menerima pengobatan pertama. Pasien yang
memiliki masalah yang sangat mengancam kehidupan diberikan pengobatan
langsung bahkan jika mereka diharapkan untuk mati atau membutuhkan
banyak sumber daya medis. (Bagus, 2007).
Menurut Brooker, 2008. Dalam prinsip triage diberlakukan system
prioritas, prioritas adalah penentuan/penyeleksian mana yang harus
didahulukan mengenai penanganan yang mengacu pada tingkat ancaman jiwa
yang timbul dengan seleksi pasien berdasarkan :
Ancaman jiwa yang dapat mematikan dalam hitungan menit.
Dapat mati dalam hitungan jam.
Trauma ringan.
58
Sudah meninggal.
59
Berdasarkan prioritas perawatan dapat dibagi menjadi 4 klasifikasi :
Tabel 1. Klasifikasi Triage
KLASIFIKASI KETERANGAN
Gawat darurat (P1) Keadaan yang mengancam nyawa / adanya gangguan ABC dan perlu
tindakan segera, misalnya cardiac arrest, penurunan kesadaran, trauma
mayor dengan perdarahan hebat
Gawat tidak darurat Keadaan mengancam nyawa tetapi tidak memerlukan tindakan darurat.
(P2) Setelah dilakukan diresusitasi maka ditindaklanjuti oleh dokter
spesialis. Misalnya ; pasien kanker tahap lanjut, fraktur, sickle cell dan
lainnya
Darurat tidak gawat Keadaan yang tidak mengancam nyawa tetapi memerlukan tindakan
(P3) darurat. Pasien sadar, tidak ada gangguan ABC dan dapat langsung
diberikan terapi definitive. Untuk tindak lanjut dapat ke poliklinik,
misalnya laserasi, fraktur minor / tertutup, sistitis, otitis media dan
lainnya
Tidak gawat tidak Keadaan tidak mengancam nyawa dan tidak memerlukan tindakan
darurat (P4) gawat. Gejala dan tanda klinis ringan / asimptomatis. Misalnya
penyakit kulit, batuk, flu, dan sebagainya
a. Sistem Klasifikasi
Sistem klasifikasi menggunakan nomor, huruf atau tanda. Adapun
klasifikasinya sebagai berikut :
60
Waktu tunggu 30 menit
Area Critical care
Prioritas 3 atau Non Urgent
Pasien yang biasanya dapat berjalan dengan masalah medis yang
minimal
Luka lama
Kondisi yang timbul sudah lama
Area ambulatory / ruang P3
Prioritas 0 atau 4 Kasus kematian
Tidak ada respon pada segala rangsang
Tidak ada respirasi spontan
Tidak ada bukti aktivitas jantung
Hilangnya respon pupil terhadap cahaya
b. Sistem Triage
Non Disaster : Untuk menyediakan perawatan sebaik mungkin bagi setiap
individu pasien
Disaster: Untuk menyediakan perawatan yang lebih efektif untuk pasien
dalam jumlah banyak
Beberapa petunjuk tertentu harus diketahui oleh perawat triage yang
mengindikasikan kebutuhan untuk klasifikasi prioritas tinggi. Petunjuk
tersebut meliputi :
1) Nyeri hebat
2) Perdarahan aktif
3) Stupor / mengantuk
4) Disorientasi
5) Gangguan emosi
6) Dispnea saat istirahat
7) Diaforesis yang ekstrem
8) Sianosis
9) Tanda vital di luar batas normal
61
Proses triage dimulai ketika pasien masuk ke pintu UGD. Perawat triage
harus mulai memperkenalkan diri, kemudian menanyakan riwayat singkat dan
melakukan pengkajian, misalnya melihat sekilas kearah pasien yang berada di
brankar sebelum mengarahkan ke ruang perawatan yang tepat.
Pengumpulan data subjektif dan objektif harus dilakukan dengan cepat,
tidak lebih dari 5 menit karena pengkajian ini tidak termasuk pengkajian
perawat utama. Perawat triage bertanggung jawab untuk menempatkan pasien
di area pengobatan yang tepat; misalnya bagian trauma dengan peralatan
khusus, bagian jantung dengan monitor jantung dan tekanan darah, dll. Tanpa
memikirkan dimana pasien pertama kali ditempatkan setelah triage, setiap
pasien tersebut harus dikaji ulang oleh perawat utama sedikitnya sekali setiap
60 menit.
Untuk pasien yang dikategorikan sebagai pasien yang mendesak atau
gawat darurat, pengkajian dilakukan setiap 15 menit / lebih bila perlu.Setiap
pengkajian ulang harus didokumentasikan dalam rekam medis.Informasi baru
dapat mengubah kategorisasi keakutan dan lokasi pasien di area
pengobatan.Misalnya kebutuhan untuk memindahkan pasien yang awalnya
berada di area pengobatan minor ke tempat tidur bermonitor ketika pasien
tampak mual atau mengalami sesak nafas, sinkop, atau diaforesis. (Iyer, 2004).
Bila kondisi pasien ketika datang sudah tampak tanda - tanda objektif
bahwa ia mengalami gangguan pada airway, breathing, dan circulation, maka
pasien ditangani terlebih dahulu. Pengkajian awal hanya didasarkan atas data
objektif dan data subjektif sekunder dari pihak keluarga. Setelah keadaan
pasien membaik, data pengkajian kemudian dilengkapi dengan data subjektif
yang berasal langsung dari pasien (data primer).
Alur dalam proses triase.
1. Pasien datang diterima petugas / paramedis UGD.
2. Diruang triase dilakukan anamnese dan pemeriksaan singkat dan cepat
(selintas) untuk menentukan derajat kegawatannya oleh perawat.
3. Bila jumlah penderita/korban yang ada lebih dari 50 orang, maka triase
dapat dilakukan di luar ruang triase (di depan gedung IGD).
4. Penderita dibedakan menurut kegawatnnya dengan memberi kode warna:
62
a. Segera-Immediate (merah). Pasien mengalami cedera mengancam
jiwa yang kemungkinan besar dapat hidup bila ditolong segera.
Misalnya:Tension pneumothorax, distress pernafasan (RR<
30x/mnt), perdarahan internal, dsb.
b. Tunda-Delayed (kuning) Pasien memerlukan tindakan defintif
tetapi tidak ada ancaman jiwa segera. Misalnya : Perdarahan
laserasi terkontrol, fraktur tertutup pada ekstrimitas dengan
perdarahan terkontrol, luka bakar <25% luas permukaan tubuh,
dsb.
c. Minimal (hijau). Pasien mendapat cedera minimal, dapat berjalan
dan menolong diri sendiri atau mencari pertolongan. Misalnya :
Laserasi minor, memar dan lecet, luka bakar superfisial.
d. Expextant (hitam) Pasien mengalami cedera mematikan dan akan
meninggal meski mendapat pertolongan. Misalnya : Luka bakar
derajat 3 hampir diseluruh tubuh, kerusakan organ vital, dsb.
e. Penderita/korban mendapatkan prioritas pelayanan dengan urutan
warna : merah, kuning, hijau, hitam.
f. Penderita/korban kategori triase merah dapat langsung diberikan
pengobatan diruang tindakan UGD. Tetapi bila memerlukan
tindakan medis lebih lanjut, penderita/korban dapat dipindahkan
ke ruang operasi atau dirujuk ke rumah sakit lain.
g. Penderita dengan kategori triase kuning yang memerlukan
tindakan medis lebih lanjut dapat dipindahkan ke ruang observasi
dan menunggu giliran setelah pasien dengan kategori triase merah
selesai ditangani.
h. Penderita dengan kategori triase hijau dapat dipindahkan ke rawat
jalan, atau bila sudah memungkinkan untuk dipulangkan, maka
penderita/korban dapat diperbolehkan untuk pulang.
i. Penderita kategori triase hitam dapat langsung dipindahkan ke
kamar jenazah. (Rowles, 2007).
63
DESA SIAGA
Penatalaksanaan Pra Rujukan Kegawatdaruratan Jantung, Pembuluh
Darah, dan Pernafasan
D4 KEBIDANAN
64
BAB II
PEMBAHASAN
65
Ingat rumus do no further harm karena ini meliputi juga
lingkungan sekitar penderita yang belum terkena cidera. Sebagai
contoh adalah saat mendekati mobil yang sudah mengalami
kecelakaan, dan keluar asap. Ingatkan dengan segera para penonton
untuk cepat-cepat menyingkir karena ada bahaya ledakan/api.
c. Keamanan penderita
Betapapun ironisnya, tetapi prioritas terakhir adalah penderita
sendiri, karena penderita ini sudah cidera sejak awal. Apapun yang
dilakukan pada penderita ingatlah untuk do no further harm.
66
kita mendekati penderita kita sudah tahu bahwa ini adalah korban
kecelakaan lalu lintas, korban kerusuhan atau disebabkan penyakit
yang tiba–tiba menyerang penderita yang memegang dadanya dan
kesakitan, kemungkinan ini serangan jantung. Kadang–kadang
mencari keluhan utama ini sangat mudah, tetapi bisa juga sangat
susah.
Seperti contoh korban KLL yaitu jangan salah, apakah karena
kecelakaan, korban menjadi tidak sadar atau korban yang tidak
sadar ini sebenarnya tidak sadar terlebih dahulu lalu mengalami
kecelakaan.Atau contoh berikutnya adalah kita mengetahui adanya
penderita yang jatuh pingsan. Apakah pingsan dulu baru jatuh, atau
karena jatuh menjadi pingsan.Atau contoh lainnya anak muda
dalam keadaan pingsan dan kesulitan bernapas, apakah penyakit
biasa atau overdosis obat – obatan. Untuk dapat menjawab
pertanyaan – pertanyaan seperti diatas, diperlukan juga kita
bertanya kepada orang–orang di sekitar penderita.
b. Periksa kesadaran penderita
Mulailah dengan berbicara kepada penderita dengan
memperkenalkan diri anda, katakan nama dan jabatan anda (suatu
hal yang tidak terlalu sering dilakukan di Indonesia). Apabila
penderita nampaknya pingsan, anda dapat melakukannya dengan
menepuk–nepuk tangannya, sambil mengatakan “Pak, pak anda
kenapa?”. Kemudian nilai respons penderita apakah membuka mata
sambil menjawab, hanya membuka mata atau diam saja. Pada
keadaan dimana ada kemungkinan cedera tulang belakang, berhati
– hatilah. Lebih baik sambil berbicara kepada penderita (sambil
menilai kesadarannya), kita memasang alat proteksi tulang
belakang, atau kita memegang (fiksasi) kepalanya.
Ada 4 tingkat kesadaran yang dapat kita cari untuk memudahkan
biasanya disingkat dengan A.S.N.T. (Awas, Suara, Nyeri, Tidak
sadar) atau dalam bahasa Inggris dikenal dengan A.V.P.U
67
yaitu Alert (sadar), Voice (suara), Pain (nyeri),
dan Unresponsive (tidak ada respon).
1) A-Awas (sadar penuh).
Penderita sadar dan masih jelas orientasinya (orientasi orang,
waktu, tempat). Pada keadaan ini biasanya penderita dapat
menjawab dengan baik semua pertanyaan atau jawaban
penderita sesuai dengan pertanyaan yang diajukan, barulah kita
dapat mengatakan bahwa penderita dalam keadaan sadar penuh.
68
Kadang – kadang hal ini juga sulit apabila terdapat pengaruh
obat – obatan, atau di bawah pengaruh obat – obatan. Pada orang
mabuk atau dibawah pengaruh obat, juga dapat sulit menilai
kesadaran (misalnya kesadarannya nampaknya berespon terhadap
suara, namun penderita mabuk). Apabila penderita tidak ada
respons, panggil bantuan ambulans.
c. Memastikan jalan nafas adekuat
Apabila penderita dapat berbicara, maka untuk sementara dapat
dianggap bahwa jalan nafasnya baik-baik. Catatan apabila
berbicara ,tetapi tidak dapat menyelesaikan satu kalimat (terbata-
bata) maka kemungkinan ada sedikit gangguan pada jalan nafas
atau gangguan pada pernafasan. Apabila penderita tidak dapat
berbicara (pingsan, dibawah pengaruh obat-obatan dsb), maka
nilailah dengan :
1) Melihat adakah pernafasan?
2) Meraba adakah arus udara keluar dari mulut /hidung?
3) Mendengar adakah arus udara?
Apabila pernafasan berbunyi (mengorok, bunyi kumur-kumur,
stridor ), maka dianggap ada gangguan jalan nafas.
d. Memeriksa pernafasan
Apabila penderita dapat berbicara tanpa terbata-bata, maka
pernafasannya baik. Apabila penderita kesadarannya menurun
sehingga tidak dapat diajak berbicara perhatikan hal-hal seperti
berikut :
1) Lihat : Berapa frekuensi pernafasannya ?
Jumlah pernafasan normal
Kelompok usia Jumlah pernafasan
Bayi 25 50 x/menit
Anak 15 – 30 x/menit
Dewasa 12 – 20 x/menit
69
3) Apakah ada tanda kebiruan (sianosis)
4) Apakah ada tanda-tanda sesak seperti pernafasan yang
memaksa, pengembangan dada yang tidak normal
5) Dengarkan apakah ada bunyi bengek (seperti pada asma)
e. Menilai Sirkulasi
Peganglah tangan atau kaki penderita. Apabila terasa dingin,
maka kemungkinan penderita dalam keadaan syok, tetapi bisa juga
karena cuaca dingin. Karena itu carilah denyut nadi radialis
didaerah pergelangan tangan. Apabila tidak teraba denyut nadi
radialis, raba denyut nadi karotis (di leher). Apabila denyut nadi
kecil, cepat dan kecil (serta tangan/kaki dingin) maka penderita
dalam keadaan syok. Apabila penderita tidak sadar, raba denyut
nadi leher. Melakukan kontrol pada perdarahan yang serius dengan
segera.
f. Pemeriksaan Penderita
Pemeriksaan fisik penderita terdiri dari 2 bagian :
1) Pemeriksaan tanda vital
Tanda-tanda vital yang diperiksa adalah :
a) Pernafasan penderita
b) Nadi
c) Kulit
d) Pupil
e) Tekanan darah ( jika mampu)
Lakukan pemeriksaan tanda vital ini secara berulang kali,
karena keadaan dapat berubah setiap saat.
a) Laju pernafasan penderita
Pernafasan terdiri dari 1x menarik nafas (menghirup) dan
1 x membuang nafas. Jumlah normal setiap pernafasan /menit
berubah-ubah karena jenis kelamin dan usia. Pada orang
dewasa jumlah itu sekitar 12-20 x/menit, anak-anak 15-30
x/menit, Bayi 25-40 x/menit.
70
Menghitung pernafasan penderita anda lakukan dengan
cara lihat, dengar dan raba. Hitung jumlahnya setiap kali
dada/perut berkembang selama periode 30 detik, kemudian
kalikan 2.
Dalamnya pernafasan memberi petunjuk terhadap
banyaknya udara pada saat menghirup.Untuk mengukur
kedalaman bernafas yaitu dengan cara meletakan tangan
diatas dada penderita dan merasakannya, juga dapat dengan
merasakan gerakan perut.
Manusia normal akan bernafas tanpa usaha ekstra
(menarik nafas (inspirasi) lebih pendek dari pada
menghembuskan nafas (ekspirasi) normal inspirasi : ekspirasi
= 1 : 2.
Keadaan pernafasan yang tidak normal yang harus
dikenali adalah :
(1)Pernafasan yang pendek dan cepat (lebih sering dari
normal), ini biasanya menandakan kesulitan bernafas.
(2)Pernafasan yang sangat lambat
b) Nadi
Setiap kali jantung berdenyut, pembuluh darah nadi
(arteri) akan mengembang dan dapat diraba. Dengan meraba
nadi kita akan mengetahui denyut jantung. Ketika anda
mengukur nadi, catatlah :
(1)Kecepatan nadi (frekuensi)
(2)Kekuatan nadi (nadi yang normal lengkap dan kuat)
(3)Irama nadi (nadi yang normal mempunyai jarak tetap
antara setiap denyutan)
Nadi dapat dirasakan dibeberapa titik diantaranya :
(1) Arteri radialis - sendi pergelangan tangan
(2) Arteri karotis -di leher
(3) Arteri brakialis – dilengan atas terutama pada bayi
71
(4) Arteri femoralis – dipangkal paha
Cara memeriksa nadi radialis:
(1) Suruh penderita untuk berbaring atau duduk
(2) Sentuh dengan lembut titik nadi dengan 2atau 3 ujung jari
(hindari menggunakan ibu jari)
(3) Hitung jumlah denyutan. Hitung selama 15 detik
kemudian kalikan jumlahnya dengan 4. Jika nadi tak
teratur, lambat atau sulit didapatkan, hitung denyut dalam
30 detik kemudian kalikan 2.
(4) Catat denyut nadi dan semua tanda vital lainnya.
c) Kulit
Menilai suhu,warna dan kondisi kulit dapat memberitahu
tentang sistem peredaran darah penderita.
Suhu kulit: Normal suhu tubuh adalah 37 C. Suhu dapat
berbeda diberbagai bagian tubuh , pada proses peradangan
dikaki misalnya maka kaki yang bersangkutan akan lebih
panas.
Warna kulit : Warna kulit dapat berubah karena kelainan
jantung , paru, ataupun permasalahan lainnya, contoh : Pucat,
mungkin disebabkan oleh syok/serangan jantung. Mungkin
juga disebabkan karena ketakutan, pingsan atau kelainan
emosi. Kemerah-merahan, mungkin disebabkan karena
tekanan darah yang tinggi, penyalahgunaan alkohol (mabuk),
tersengat matahari, serangan demam, atau pada penyakit
infeksi. Kebiru-biruan adalah selalu masalah serius, tampak
pertama kali pada ujung jari dan sekitar mulut. Umumnya,
disebabkan karena kadar CO2 seperti pada syok, serangan
jantung atau keracunan. Kekuning-kuningan mungkin
disebabkan karena penyakit hati . Kehitaman atau warna biru
tua yang setempat (lokal) adalah hasil dari darah merembes
atau meresap dibawah kulit. Biasanya diebabkan oleh cedera
atau infeksi. Jika penderita berkulit gelap, kita dapat
72
memeriksa perubahan warna kulit pada bibir, kuku, telap
tangan, cuping telinga, daerah putih pada mata, permukaan
sebelah dalam pada kelopak mata, gusi atau lidah .
Kondisi kulit : Kulit biasanya kering, apabila kulit lembab
atau basah itu mungkin menunjukan syok, kegawatdaruratan
panas atau kegawatdaruratan pada diabetes.
d) Pupil
Pupil adalah bulatan hitam ditengah pada bola mata pupil
akan mengecil saat mendapatkan sinar dan melebar saat
kekurangan sinar. Kedua pu[pil harus sama ukuranmya
kecuali ada cedera.
Cara melihat pupil yaitu dengan sorotkan senter anda
kesalah satu mata penderita dan lihat apakah pupil mengecil
pada respon cahaya. Jangan menyorot lebih dari beberapa
detik karena penderita merasa tidak nyaman. Bentuk kelainan
pupil :
(1) Tidak ada reaksi pupil terhadap cahaya
(2) Pupil tetap mengecil ( disebabkan over dosis obat )
(3) Pupil tidak sama ( disebabkan cedera kepala atau stroke )
2) Pemeriksaan seluruh tubuh (Dari kepala sampai kaki)
a) Pemeriksaan kepala
Menilai seluruh kepala ,termasuk tulang tengkorak, wajah
dan rahang, juga memeriksa pupil untuk ukuran dan refleks
cahaya. Gunakan kata kunci BTLS untuk memeriksa :
(1)B-Bentuk. Periksalah tulang tengkorak, tulang wajah,dan
rahang untuk tanda-tanda dari deformitas (ada tulang yang
masuk kedalam ?). Juga periksa gigi .
(2)T-Tumor. Pembengkakan selalu menyertai cedera pada
kepala
(3)L-Luka. Cedera terbuka pada kepala dapat menyebabkan
perdarahan yang banyak, hal ini dapat
mengganggu Airway.
73
(4)S-Sakit. Adanya nyeri. Ketika palpasi pada kepala .
b) Leher
Disini terdapat pembuluh darah besar dan jalan nafas,
sehingga cedera dapat berakibat sangat parah. Untuk
memeriksa leher gunakan kata kunci BTLS untuk
memeriksa.
(1) B-Bentuk
Periksalah apakah trakea masih ditengah. Pergeseran
dapat menandakan keadaan sangat darurat.
(2) T-Tumor
Gumpalan darah dileher dapat mengganggu jalan nafas.
Juga udara dapat bocor dari trakea dan menyebabkan
pembekakan daerah leher, yang kalau diraba seperti ada
pasir dibawah kulit.
(3) L-Luka terbuka
Cedera terbuka pada leher dapat menyebabkan
perdarahan yang banyak. hal ini dapat terjadi masuknya
udara dalam pembuluh darah untuk itu perlu
ditekan secara manual pada daerah yang mengalami
perdarahan.
(4) S-Sakit
Tekanlah leher secara lembut untuk mengetahui adanya
nyeri. Bila ada kemungkinan terjadi cedera tulang leher,
pertahankan stabilisasi manual pada kepala dan leher
sampai penderita bisa dilakukan imobilisasi seluruhnya.
c) Dada
Untuk memeriksa dada :
(1) B-Bentuk
Perhatikan susunan tulang iga
(2) T-Tumor
Jika terdapat pembengkakan atau tanda kebiruan, maka
kemungkinan ada cedera.
74
(3) L-Luka terbuka
Jika luka meluas kedalam rongga dada, udara dapat
masuk kesekitar paru-paru dan menyebabkan penderita
kesulitan bernafas. Tutuplah luka tersebut sebisanya,
tetapi harus dengan pembalut yang kedap udara.
(4) S-Sakit
Saat meraba dada, tanyakan penderita jika dia merasakan
sakit.
d) Perut ( Abdomen )
Untuk memeriksa abdomen :
(1) B-Bentuk
Jarang ditemukan kelainan bentuk pada perut, bila ada
sering karena cedera.
(2) T-Tumor
Pembengkakan atau perubahan warna kulit adalah tanda
adanya cedera abdomen.
(3) L-Luka terbuka
Luka terbuka pada abdomen akan dapat menyebabkan
keluarnya organ intra abdomen. Tutuplah dengan kasa
steril yang dibasahi dengan cairan NaCl.
(4) S-Sakit
Biasanya penderita sudah akan mengatakan sakitnya
dimana (kecuali bila penderita tidak sadar). Mulailah
meraba perut penderita dari bagian yang tidak nyeri
terlebih dahulu, terakhirpada bagian yang nyeri.
e) Panggul
Untuk memeriksa panggul :
(1) B-Bentuk
Berbeda dengan tulang-tulang pada lengan dan kaki,
maka kelainan bentuk pada tulang panggul tidak selalu
jelas. Rabalah tulang untuk merasakan kelainan bentuk.
75
(2) T-Tumor
Carilah pembengkakan dan perubahan warna sekitar
tulang panggul.
(3) L-Luka terbuka
Panggul sering terluka, namun biasanya tidak serius.
Luka yang besar dapat mengancam nyawa.
(4) S - Sakit.
Jangan memaksa meraba tulang panggul jika nyeri.
f) Anggota gerak
Ekstremitas sering mengalami cedera :
(1) B-Bentuk
Karena dekat permukaan, kelainan bentuk mudah dilihat
pada lengan maupun tungkai. Biasanya kelainan bentuk
berarti patahnya tulang, karena itu jangan digerakkan
dulu.
(2) T-Tumor
Tidak selalu pembengkakan berarti adanya patah tulang!
(3) L-Luka terbuka
Apabila ada luka yang berdarah aktif (masih berdarah
terus), maka diperlukan tekanan langsung.
(4) S – Sakit
Rasa nyeri sering berarti bahwa ada sesuatu yang salah,
mungkin keseleo, ataupun patah tulang. Apabila
penderita masih dapat menggerakkan anggota gerak yang
sakit itu, maka kerapkali tidak ada keseleo ataupun patah
tulang. Bila ada patah tulang maka anggota gerak itu
harus dibidai. Anggota gerak badan juga diperiksa
dengan merasakan nadi setiap anggota gerak. Denyutan
nadi radialis yang baik menandakan bahwa peredaran di
seluruh tubuh lancar. Terdapat 2 nadi di kaki yang dapat
diraba, yaitu nadi dorsalis pedis dan nadi tibialis
76
posterior. Kemampuan untuk bergerak pada anggota
gerak seperti menggoyang-goyangkan jari tangan atau
jari-jari kaki juga tanda yang penting untuk dilihat. Bila
dapat dilakukan pergerakan dengan sempurna mungkin
seluruh sistem syaraf dalam keadaan baik. Tidak adanya
pergerakan di satu anggota gerak dapat menunjukkan
adanya masalah dengan sistem saraf pusat.
g) Pemeriksaan bagian belakang
Untuk memeriksa bagian belakang penderita :
(1) B-Bentuk
Periksalah kese-garis-an tulang belakang, dan adanya
kelainan bentuk iga bagian belakang.
(2) T-Tumor
(3) L-Luka terbuka
Luka terbuka pada bagian punggung diperlakukan sama
seperti luka pada luka dada.
(4) S- Sakit
Nyeri pada tulang belakang mungkin karena ada patah
tulang belakang. Nyeri pada daerah iga mungkin berarti
patahnya tulang iga.
77
Menilai airway pada penderita sadar :
Penderita sadar : dapat berbicara dengan suara yang
jelas: airway baik! (tanpa ada suara tambahan)
78
c) stridor- suara yang keras dalam menarik nafas (inspirasi),
kemungkinan Karena laring yang membengkak
danmenyumbat airway bagian atas. Bisa juga karena tersumbat
sebagian oleh benda asing.
79
c. Bila kita tidak tahu penyebab berhentinya pernafasan, maka
saat kita memberikan pernafasan buatan kita akan
merasakan bahwa tiupan kita berat karena ada tahanan.
3) Memperbaiki airway
Memperbaiki airway tergantung dari jenis sumbatan
yang terjadi, atau mungkin akan terjadi.
Catatan :
Pada penderita tidak sadar, maka kita sellau berusaha menjaga
atau membuka airway
Ada 2 cara yang umumnya digunakan untuk membuka airway
yaitu:
a. Dengan cara mendongakan kepala (head-tilt) sambil
mengangkat dagu (chin-lift)
b. mendorong rahang bawah ke depan (jaw-thrust).
80
a) Jangan biarkan tangan anda menekan terlalu dalam pada
jaringan lunank di bawah dagu. Anda dapat menyumbat jalan
nafas penderita.
b) Bila perlu, gunakan ibu jari anda untuk menjepit bibir bawah
penderita dan mengangkatnya dan menjaga agar mulut tetap
terbuka
c) Jangan masukkan ibu jari anda ke dalam gigi seri bawah,
apalagi jika penderita setengah sadar. Anda bisa terluka karena
gigitan
d) Gigi palsu : jika penderita mempunyai gigi palsu, coba untuk
memppertahankan gigi palsu tersebut pada tempatnya karena
akan membantu mencegah bibir penderita menghalangi
pernafasan. Jika sulit lepaskan saja gigi palsu terebut.
81
Posisi miring
Posisi ini digunakan pada penderita yang tidak sadar yang
masih bernafas dengan baik. Apabila hendak melakukan
pernafasan buatan atau kompresi jantung, tentu saja posisi ini tidak
mungkin.
Sapuan jari
Muntah yang banyak atau benda padat yang ada dalama
mulut/faring dapat mengakibatkan kematian karena airway
tersumbat, dan harus dikeluarkan sesegera mungkin.
Sapuan jari dilakukan hanya pada penderita yang
kesadarannya sama sekali hilang, oleh karena anda akan
memasukkan jari kedalam mulut penderita. Apabila masih ada
kesadaran, ada kemungkinan jari anda putus tergigit. Sapuan jari
dapat dilakukan sampai daerah faring, secara membuta, namun hal
ini jangan dilakukan pada anak-anak, karena dapat mencederai
faring yang lembut. Sellau menggunakan sarung tangan ketika
melakukan sapuan jari.
Cara melakukan sapuan jari pada penderita yang tidak sadar:
a) Miringkan pasien pada posisi kiri, posisi ini dapat
mengalirka/mengeluarkan benda keluar, juga membantu
menjaga pangkal lidah jatuh ke belakang tenggorokan.
b) Luka mulut penderita dan lihat kedalam. Jika ada cairan atau
setengah cair, tutuplah ujung jari telunjuk dan jari tengah anda
dengan kain/kasa.
c) Masukkan jari telunjuk anda dengan menelusuri bagian dalam
pipi dan tenggorokkan sampai di pangkal lidah, lalu kait semua
benda asing keluar. Jangan samapi anda mendorong benda
lebih dalam tenggorokkan penderita.
Sumbatan benda asing pada airway
Sumbatan airway karena benda asing sangat berbahaya dan
harus dibersihkan dari airway karena penderita tidak dapat
bernafas, dan anda tidak dapat memberikan nafas buatan. Sumbata
82
airway pada penderita yang sadar dapat menyebabkan henti
jantung. Pada sumbatan total, pernafasan akan berhentikaren
abenda tersebut sepenuhnya menyumbay airway. Beberapa menit
kemuadian penderita yang sadar akan menjadi tidak sadar dan
kematian akan terjadi jika sumbatan tidak diatasi. Paling sering
sumbatan airway adalah makanan.
Jika penderita sebelumnya makan, kemudian pingsan, dapat
diduga bahwa ada sumbatan yang disebabkan makanan. Orangtua
mempunyai risiko lebih tinggi untuk tersumbat akibat makanan
Karen amereka mempunyai reflek muntah yang lemah. Sreringkali
pada keadaan ini penyebab pingsan dianggap sebagai serangan
jantung, padahal karena tersedak. Penyebab umunya dari sumbatan
airway adalah gigi palsu yang lepas. Tersumbatnya benda asing
pada airway dapat parsial dan total.
Pada sumbatan sebagian, benda asing tersebut berada di
tenggorokkan tetapi tidak sepenuhnya menyumbat pernafasan,
sehingga penderita masih dapat bernafas. Walaupun penderita
tersebut mempunyai pertukaran udara yang bagus, anda tidak boleh
meninggalkan penderita dengan sumbatan airway sebagian, karena
sumbatan tersebut dapat berubah menjadi total. Penderita dengan
sumbatan airway sebagian tetapi pertukaran udara masih baik
mungkin masih tetap sadar dan bereaksi. Dapat batuk dengan
lemah dan berbicara dengan lemah. Kemungkinan ada suara stridor
saat menarik nafas, dan mungkin ada kebiruan. Pnderita dengan
sumbatan total tidak dapta bernafas, batuk atau bicara, dan dalam
waktu singkat akan jatuh pingsan.
Sumbatan parsial, penderita masih bernafas cukup baik
Penderita dengan sumbatan parsial dan pertukaran udaranya
yang baik masih dapat diminta untuk batuk.
Dalam hal ini :
a) Anjurkan penderita unutk batuk. Jangan lakukan tindakan yang
lain
83
b) angan pernah meninggalkan penderita sampai anda pasti bahwa
airway sudah bersih.
c) Jika penderita tidak dapat mengeluarkan benda sendiri mintalah
pertolongn adari SPGDT.
Hati-hati pada jika posisi anda tidak benar atau jika anda
terlalu cepat, anda dapat kehilangan keseimbangan dan mnejatuhi
penderita. Jika posisi tangan anda terlalu tinggi, anda dapat
menyebabkna luka bagian dalam.
Pada penderita hamil dan sangat gemuk lakukan maneuver
ini dengan meletakkan kepalan ditengah tulang dada penderita dan
lakukan hentakan dada.
Orang dewasa, sumbatan airway total tidak sadar
Penderita tidak sadar seprti ini akna ditemukan pada keadaan :
84
Sudah dilakukan perasat Heimlich, tidak berhasil, dan
kemudian penderita jatuh dan menjadi tidak sadar.
Ditemukan tidak sadar, dan pada saat ini pernafasan buatan,
tiupan kita terasa berat
85
1) Menilai pernafasan
2) Ventilasi
3) Oksigenisasi
1. Menilai pernafasan
Bernafas harus tanpa usaha tambahan
a. Lihat apakah dada naik-turun seprti biasanya penderita bernafas. Kalau
penderita menggunakan otot leher yang berlebihan atau otot-otot antar
tulang iga penderita terlihat takut bergerak, kemungkinan penderita
dalam keadaan sesak.
b. Awasi penderita yang sadar apabila berbicara. Berbicara berarti udara
bergerak melewati pita suara. Jika penderita hanya dapat bersuara atau
berbicara beberapa patah kata saja, kemungkinan pernafasan tidak
cukup adekuat. Penderita yang dapat berbicara dengan kalimat lengkap
tanpa kesulitan, pernafasan berarti cukup.
Pada penderita yang tida sadar, bukalah airway.
Letakkan telinga anda dengan mulut dan hidung penderita selama 5
detik dan lihat-dengar-raba
1). Lihat : turun-naik dada
2). Dengar : udara yang keluar dari mulut dan hidung penderita
3). Raba : rasakan udara yang keluar dari mulut dan hidung penderita
pada pipi kita.
Jika ada sumbatan pada airway baru saja terjadi, dada penderita
mungkin masih akna turun naik, namun tidak akna ada arus udara yang
keluar dari hidung atau mulut penderita.
Pernafasan orgonal, bernafas dengan megap-megap dapat terjadi
pada henti jantung, atau pernafasan yang sebentar lagi akan berhenti.
Bila karena henti jantung mnedadak, makan megap-megap ini tidak
akan berlangsung lama, dan akan segera diikuti dengan hentinya
pernafasan.
86
Tanda-tanda pernafasan yang tidak adekuat
Sangat penting bagi anda untuk mengenal tanda-tanda pernafasan
yang tidak adekuat.
Tanda pernafasan tidak adekuat adalah ;
1. Hitung frekuensi pernafasan setengah menit, dikalikan angka2.
Pernafasan yang pasti tidak adekuat apabila kurang dari 8x/menit
pada orang dewasa, kurang dari 10x/menit pada anak atau kurang
dari 20x/menit pada bayi
2. Sesak : meningkatnya usaha dalam bernafas. Pernafasan normal
adalah tanpa usaha. Penggunaan otot perut secara berlebihan untuk
bernafas, karena penderita memakai diafragma untuk memaksa
udara keluar masuk paru-paru. Anda dapat melihat retraksi pada
tulang-tulang iga, diatas tulang selngka dan sekita leher. Ketika
penderita menarik nafas, mengembangnya lubang hidung
merupakan salah satu tanda yang umung yang dapat dilihat pada
bayi dan anak.
3. Sianosis : adalah perubahan warna tau kebiru-biruan pada kulit dan
lapisan selaput lender. Sianosis berate terlalu banyak CO2. Pada
orang Indonesia, sianosis yang ringan sulit dikenal, sianosis yang
jelas terutama terlihat pada kuku.
4. Perubahan kesadaran. Apabila otak tidak menerima O2, maka
pertama-tama penderita akan sangat gelisah, tetapi bila lebih lanjut,
penderita akna kehilangan kesadarannya.
5. Denyut jantung yang lambat atau sangat cepat yang disertai jumlah
pernafasan yang lambat.
87
Jika berhubungan dengan jalan nafas penderita maka kita
berurusan dengan ludah atau muntah penderita, karena itu selalu proteksi
diri.
Jika penderita tidak bernafas sama sekali, penderita pasti membutuhkan
bantuan pernafasan
Jika penderita masih bernafas, maka diberikan bantuan pernafasan apabila
a. Pernafasan terlalu lambat
b. Pernafasan yanaga terlalu dangkal
c. Pernafasan yang sangat cepat, pasti tidak akan cukup kedalamannya.
Tentu saja lebih baik jika kita memberikan pernafasan buatan memakai
alat khusus yakni sebuah kantung yang dapat ditekan dan mengeluarkan
udara, karena kita akan memberikan seluruh oksigen yang ada di udara,
yakni 21 %
Beberaa cara pernafasan buatan yang harus dikuasai :
a. Pernafasan mulut ke mulut
b. Pernafasan mulut ke masker
c. Pernafasan memakai bag-valve-mask (BVM)
Tanda-tanda bahwa ventilasi buatan yang kita berikan sudah cukup
adalah :
a. Jumlah pernafasan buatan yang diberikan : 1x setiap 3 detik untuk bayi
dan anak (20 kali permenit), satu kali dalam 5 detik (12 kali per menit)
untuk orang dewasa
b. Tiupan udara yang diberikan harus cukup untuk menyebabkan dada
naik sesaat dilakukan pernafasan buatan
c. Tanda sesak nafas berkurang
d. Sianosis mulai menghilang
e. Setelah pemberian nafas buatan, seharusnya laju denyut jantung akan
menurun atau kembali normal.
Pernafasan mulut ke mulut
Pada cara pernfasan mulut ke mulut, anda akan menutup mulut
penderita dengan mulut anda dan jelas berissiko penularan penyakit.
88
Karena itu pada pernafasan mulut ke mulut lebih baik memakai alt
pelindung.
Alat pelindung ini adalah sebuah lembah plastic tipis dan lentur
melindungi wajah, dapat dilipat dan dibawa dengan mudah.alat pelindung
ini ckup tipis sehingga pernafasan dari mulut ke mulut dapat dilakukan,
akan tetapi mempunyai katup satu arah,sehingga cairan penderita tidak
akan mengenai anda
Penggunaan pernafasan mulut ke mulut tanpa alat pelindung
jangan dilakukan kecuali pada anggota keluarga dirumah, dan tidak
tersedia alat pelindung.
Cara pernafasan mulut ke mulut :
1. Berlutu di samping kepala penderita
2. Buka airway pendrita
3. Pasang alat pelindung
4. Jepit lubang hidung penderita dengan ibu jari telunjuk
5. Lingkarkan mulut ke sekeliling mulut penderita, jika anda memberikan
pernafasan pada bayi dan anak kecil tutup mulut dan hidung penderita
dengan mulut anda
6. Tiupkan perlahan tetapi pastikan udara dalam paru anda ke penderita,
masing-masing harus demikian kuat dan volumenya sedemikian cukup
sehingga membuat dada naik
Bila anda tidak meniup terlalu cepat atau terlalu banyak karena
mungkin anda akn mendorong udara masuk ke lambung penderita,
atau merusak paru karena tiupan terlalu kuat.
7. Pernafasan buatan cukup dalam jika :
a. Lihat naik turunnya dada : naik-turun dengan baik
b. Dengar : pernafasan keluar cukup baik
c. Raba : rasakan udara yang keluar ketika penderita ekspirasi
8. Lanjutkan ventilasi dengan laju pernafasan sesuai kecepatan
pernafasan buatan
89
9. Jika anda tidak dapat memberika pernafasan buatan dengan baik atau
jika dada tidak naik dengan adekuat coba posisikan kepala kepala
penderita kembali dan coba lagi.
10. Jika usaha kedua kali juga gagal maka harus diangap bahwa airway
tersumbat oleh benda asing.
90
masker dengan baik di sekeliling mulut dan hidung untuk membentuk
segel yang baik.
5. Buka airway penderita dengan menggunakan jari tengah dan jari manis
dari kedua tangan anda yan berada pada rahang bawah untuk
mendongakkan kepala. Gunakan cara mendorong rahang jika penderita
cedera.
6. Mulailah denga memberikan 2 tiupan udara dnegan perlahan tetapi
pasti. Pastikan bahwa pernafasan buatan yang diberikan sudah cukup
dengan memperhatikan turun naiknya dada. Dengar dan rasakan udara
keluar saat penderita ekspirasi.
7. Jika pernafasan buatan terasa berat atau dada tidak naik turun dengan
baik, posisikan kepala dan coba lagi. Apabila usaha anda kedua juga
gagal dianggap airway tersumbat oleh benda asing.
8. Lanjutkan pernafasan buatan dengan kecepatan sesuai kecepatan
pernafasan buatan.
91
Apabila terdapat gejala prodromal seseorang haru waspada
terhadap kemungkinan terjadinya serangan. Namun demikian
gejala prodromal tidak harus selalu ada, bisa saja serangan terjadi
pada seseorang yang tidak mengalami gejala prodromal
sebelumnya.
1) Cepat lelah
2) Sakit dada ringan
3) Sesak nafas ringan
4) Nyeri ulu hati
92
Gejala lain yang dapat menyertai angina pectoris:
Disertai oleh
3) Gagal Jantung
Semakin banyak otot jantung yang mati, fungsi jantung untuk
memompa darah ke seluruh bagian tubuh pun berkurang,
sampai akhirnya dikenal dengan keadaan gagal jantung yaitu
saat jantung tidak mampu lagi memompa darah untuk
memenuhi kebutuhan makanan dan oksigen jaringan.
93
Gejala dan tanda gagal jantung
a) Sesak napas yang semakin berat apabila korban berbaring
disertai peningkatan frekuensi pernapasan.
b) Rasa lemas seluruh tubu, cepat lelah
c) Peningkatan frekuensi nada (>120x/menit) dan dapat tidak
teratur
d) Rasa cemas dan takut berlebihan
e) Pembuluh darah vena dileher melebar, seperti mengangkat
beban
f) Rasa kembung
g) Bengkak kepada kedua tungkai
4) Krisis Hipertensi
Hipertensi yaitu tekanan sistolik ≥ 140 mmHg dan tekanan
darah diastolik ≥90 mmHg. Penderita hipertemsi biasanya
mengalami sakit kepala, teling berdenging, rasa berat
ditengkuk, sukar tidur, cepat marah dan pusing. Krisi hipertensi
ialah tekanan darah naik secara tiba-tiba dan diperlukan
penurunan tekanan darah dengan segera. Penanganan ini untuk
mencegah dan membatasi kerusakan pada organ jantung, otak,
mata, ginjal, dll. Gejala yang dialami korban ialah :
a) Sakit kepala cukup berat
b) Mata berkunang-kunang
c) Mimisan
d) Rasa kesemutan di lengan atau tungkai
e) Rasa cemas
5) Cerrobrovaskuler Accident (Stroke)
Stroke adalah “serangan otak” atau brain attack terjadi jika
pembuluh darah tersumbat atau jika pembuluh darah di otak
pecah mengakibatkan hilangnya aliran darah ke sel-sel otak.
Akan terjadi kematian saraf pada sel saraf yang tidak menerima
94
aliran darah, dengan akibat hilangnya kemampuan kontrol saraf
di daerah yang mati.
a) Usia
Usia 65 tahun frekuensi 2x
Usia 75 tahun frekuensi 4x
Usia 85 tahun frekuensi 8x
b) Jenis kelamin
Laki-laki1,3 kali wanita
c) Ras
Afrika-Amerika frekuensi 2x
95
i) Ukuran pupil tidak sama
j) Hilangnya kontrol buang air kecil atau air besar
d. Tindakan pra RS
Tindakan yang dapat dilakukan pada seseorang pemberi
pertolongan pada kegawatan jantung dan pembuluh darah ialah :
1) Hentikan aktifitas korban
2) Buka jalan nafas
3) Pemberian oksigen 4 ml/mnt kanul
4) Letakkan pada posisi nyaman
5) Longgarkan pakaian ketat
6) Beri rasa aman dan dukungan moral
7) Pertahankan suhu tubuh
8) Monitar tanda vital
9) Evakuasi secepat mungkin
e. Pencegahan
Gaya hidup sehat
1) Mengatur pola makan yang sehat
a) Tambahkan asupan K kurangi asupan Na (<6gr/hari)
b) Kurangi asupan lemak jenuh dan trans fatty acid
c) Makanan berserat dan protein nabati
d) Sumber lemak sebaiknya dari sayuran, ikan dan buah
e) Polong dan kacang-kacangan
f) Jangan berlebihan dan lain-lain
2) Menghentikan merokok
3) Hindari minum alkohol dan penyalahgunaan obat
4) Lakukan olahraga teratur
5) Hindari stress dan istirahat yang cukup
96
4. Pernapasan
a. Penilaian jalan nafas
1) Jalan nafas yang normal
2) Jalan nafas yang tidak normal (pernafasan yang berbunyi karena
ada penyempitan pada airway, jenis bunyi yang dapat timbul :
a) Mengorok (snorning)
b) Kumur-kumur (gurgling)
c) Stridor
b. Membebaskan jalan nafas
1) Mendongakkan kepala (Head Tilt) sambil mengangkat dagu
2) Mendorong rahang bawah kedepan/jaw thrust
c. Membersihkan jalan nafas (airway)
1) Posisi miring
2) Sapuan jari
“Jangan membuat penderita pada posisi miring jika anda
melihat gejala adanya cidera atau trauma”
d. Gejala
1) Sesak nafas yang dirasakan pasien adalah kesulitan bernafas dan
rasa tidak nyaman saat bernapas. Frekuensi napas meningkat
atau malah menurun serta dijumpai adanya saat bernapas.
Kadang dijumpai suara stridor saat menarik napas.
2) Hipoksia adalah kurangnya hantaran oksigen ke jaringan tubuh
3) Wheezing (mengi) adalah suara yang timbul akibat aliran
turbulen di seluruh napas, dapat terjadi pada orang, normal
namun lebih sering terjadi akibat adanya sumbatan jalan napas,
misalnya pada pasien asma dan PPOK.
4) Sianosis adalah warna kebiruan pada kulit dan selaput lender,
jelas terlihat pada lidah, daun telinga, dan kuku jari.
97
e. Jenis-jenis
1) Pneumonia dan bronchitis
Pneumonia adalah infeksi pada jaringan padat paru, sedangkan
bronchitis adalah infeksi pada seluruh napas yang dilewati
udara.
Gejala :
a) Sesak
b) Nyeri dada
c) Batuk dengan produksi dahak yang banyak
d) Demam
e) Frekuensi napas yang meningkat, dan penggunaan otot-otot
napas tambahan saat bernapas
2) Hemoptysis
Hemoptysis adalah batuk darah. Dikategorikan ringan, jika
volume darah kurang dari 5 mL dalam 24 jam , dikategorikan
berat bila 600 ml/24 jam atau lebih dari 100 ml dalam 3 hari.
Penyebab tersering adalah infeksi paru (termasuk tuberkolosis),
kanker, dan penyakit jantung.Pada 28 kasus, tidak ada kasus
yang mendasarinya.
Gejala dan tanda :
1. Riwayat merokok dan penyakit paru sebelumnya
2. Demam, jika penyebabnya adalah infeksi
3. Frekuensi napas yang meningkat
3) Pneumotoraks
Terjadi apabila udara masuk ruang potensial antara selaput paru
dalam dan selaput luar, sehingga sebagian paru menguncup,
karena adanya tekanan udara dari ruang tadi.
Gejala dan tanda :
1. Nyeri dada
2. Sesak
3. Frekuensi napas meningkat
4) Asma dan penyakit paru obstruktif kronik
98
Asma bronkialis adalah penyakit episodic yang disebabkan
mengecilnya saluran napas.Ini biasanya disebabkan karena
spasme dari otot-otot halus yang mengelilingi dinding
bronkus.Asma biasanya dipicu allergen, bau harum yang kuat,
gas yang mengiritasi, rokok atau perubahan cuaca.
Penyakit paru obstruktif kronik paling banyak disebabkan
emfisema dan bronchitis kronis.Emfisena disebabkan alveoli
kehilangan elastisitas dan kemudian melebar, dan udara
kemudian terjebak dalam alveoli.Dengan bertambahnya alveoli
yang rusak, pernapasan menjadi semakin sulit.Bronchitis kronis
disebabkan lender yang berlebihan dan terjebak disaluran udara
(bronkus) yang besar.
Penderita seperti ini biasanya akan mengalami batuk yang terus-
menerus.penderita PPOK biasanya mempunyai riwayat merokok
atau masyarakat yang mengalami tingkat polusi yang tinggi.
5) Inhalasi gas beracun
Seringkali suatu kebakaran akan menyebabkan kematian bukan
karena luka bakar, tetapi karena inhalasi gas beracun. Api dapat
menyebabkan cedera pada penderita dengan dua cara berbeda :
luka bakar saluran pernapasan (membakar jalan napas) dan
inhalasi gas beracun. Keadaan ini akan paru bila suhu luar tubuh
lebih dari 50 0c (120 0f).
Karbon monoksida dan ammonia merupakan gas beracun yang
biasanya terhisap.
Gejala dan tanda :
1. Iritasi dan peradangan pada saluran udara, mati dan hidung
2. Perubahan frekuensi dan kedalaman pernapasan
3. Kemungkinan henti napas dan jantung
4. Bulu hidung terbakar
5. Ludah yang ada karbon (Jelaga) dan keabu-abuan
6. Wheezing dan pernapasan yang berbunyi
7. Batuk
99
8. Sesak
f. Penanganan
1) Amankan TKP (pada kasus inhalasi gas beracun, bahwa
secepatnya penderita sejauh mungkin dari TKP dan gunakan
PPD
2) Periksa kesadaran penderita
3) Primary survey :
1. Airway membuka jalan napas
2. Brething pemberian oksigen 2 l/menit
3. Circulation awas tanda-tanda shock (terutama pada
hernoptisis), jika ada lakukan tatalaksana shock
4) Posisikan penderita yang sadar pada posisi nyaman
5) Beri dukungan moral, terutama pada pasien yang cemas
6) Evaluasi secepat mungkin
100
DESA SIAGA
PENATALAKSANAAN PRA RUJUKAN KASUS PERDARAHAN DAN
SYOK
101
BAB II
PEMBAHASAN
102
e. Plester ujung balutan atau ikat dengan simpul
f. Sedapat mungkin ujung jari tidak ikut terbalut agar dapat diperiksa
peredaran darahnya.
3. Penutupan luka
Penutupan luka adalah benda yang digunakan untuk menutup luka dan
membantu mengontrol perdarahan serta mencegah kontaminasi
tambahan. Contohnya : kian kassa
Jenis-jenis penutup luka :
a. Kassa
b. Pembalut trauma
c. Pembalut biasa, dikenal dengan nama perban
d. Pembalut elastic
e. Pembalut oklusif
4. Jenis-jenis balutan
a. Mitela
Berbentuk segitiga yang digunkan untuk menahan anggota badan
yang terluka, menahan kassa steril, membentuk turniket dan
membalut dahi atau tulang terkorak
103
b. Kravat, adalah mitela yang dilipat-lipat dan adapat digunkan untuk
membebat
c. Perban gulung biasa ataupun elastic sering digunakan
1) Placenta Previa
Gejala :
Tindakan :
2) Solutio Placenta
Gejala :
104
Jumlah perdarahan keluar tidak samapada setiap pasien
Warna darah merah tua
Perut tegang dan nyeri
Bagian – bagian janin sulit dipalpasi
Tindakan
Pasang Infus RL ( Bila K/u baik 20 TPM , bila K/u jelek 30-40
TPM)
Periksa Tensi dan Nadi
Rujuk ke RS
b. Perdarahan Durantepartum
Partus lama
Penyebab :
1. His lemah
2. Kelainan janin ( anatomi, ukuran, letak )
3. Disproporsi kepala panggul
Gejala :
Tindakan :
105
Adalah perdarahan pervaginam yang melebihi 500ml setelah
persalinan
Penyebab :
1. Atonia uteri
2. Sisa placenta
3. Robekan jalan lahir ( perineum, vagina, serviks )
4. Gangguan pembekuan darah
5. Inversio uteri
Tindakan
B. PENATALAKSANAAN SYOK
106
dalam tubuh. Jaringan yang tidak dapat mendapatkan darah anatara lin
otak, jantung, ginjal, dan sebagainya.
Gejala yang terjadi dapat sangat ringan sehingga sulit dikenali, ataupun
dapat sangat berat sehingga mudah dikenali.
1) Nadi :
Gangguan perfusi ini dapat terjadi pada semua organ, dan tubuh
manusia bereaksi terhadap keadaan ini dengan memompa lebih cepat
sehingga terjadi denyutan jangung yang lebih cepat. Keadaan ini
dikenal sebagai takikardi. Seperti sudah diterangkan, maka nadi dapat
diraba dipergelanangan tangan (arteri radialisis) ataupun arteri karotis
di leher. Apabila ragu-ragu akan denyutan di pergelangan tangan,
lebih baik langsung meraba di arteri karotis. Kalau darah yang
dipompakan berkurang, maka pembuluh darah akan bereaksi dengan
mengecilkan pembuluh darahnya (vasokontriksi). Akibatnya maka
denyut nadi lebih sulit diraba, menjadi “lebih kecil”. Jadi akibat syok
adalah takikardia dan kecil. Pada syok yang sangat berat, maka nadi
mungkin tidaka akan dapat diraba lagi.
2) Otak
Apabila otak kekurangan darah, maka terjadi gangguan fungsi
otak. Bila kekurangan itu hanya sedikit, maka penderita akan menjadi
gelisah dan ketakutan. Pada syok yang berat atuapun sangat berat,
penderita akan kehilangan kehilangan kesadaran, dapt sampai pingsan
sebelum meninggal. Biasanya pada keadaan syok, penderita akan
haus, dan meminta minum (jangan diberikan).
3) Paru-paru
Bila ada syok, maka akan terjadi kedaan dimana sel-sel mengalami
hipoksia, kekurangan oksigen. Tubuh akan bereaksi dengan membuat
pernapasan menjadi lebih cepat, supaya kekurangan oksigen dapat
teratasi. Pernapasan juga menjadi lebih dangkal.
4) Kulit
Akibat syok pada kulit, tubuh mengubah distribusi darahnya.
Organ tubuh ynag tidak begitu penting tidak mendapat darah lagi
supaya organ tubuh yang lebih penting tetap mendapatkan suplai
darah. Akibatnya adalah bahwa kulit menjadi dingin. Semakin berat
syoknya semakin dingin kulitnya. Perabaan akan dinginnya kulit ini
dilakukan terutama pada daerah tangan atau kaki.
Pada keadaan dimana jantung tiba-tiba berhenti mendadak, seperti
misalnya serangan jantung akut yang luas, maka tubuh tidak sempat
beraksi, sehingga mungkin kita mendapatkan penderita yang sudah
mati, tetapi masih hangat. Kulit juga menjadi “berkeringat dingin”.
107
Apabila kita mendapatkan penderita ynag kulit tangan atau kakinya
dingin akan pada perabaan nadi kecil dan cepat, maka sebaiknya
penderita dianggap berada dalam keadaan syok.
2. Jenis-jenis syok
Syok yang terpenting adalah :
a. Syok karena kehilangan darah, misalnya pada luka, atau karena
persalinan (syok hipovolemik). Kehilangan darah dapat terjadi pada
keadaan cedera, pada wanita yang dalam persalinan, ataupun sebab
lain. Pada keadaan cedera (trauma), maka harus dianggap bahwa shok
yang terjadi adalah akiat kehilangan darah, walaupun pada trauma
dapat terjadi shok jenis lain, misalnya karena syok karena jantungnya
terganggu.
Perdarahan yang terlihat harus dihentikan, dan cara menghentikannya
adalah dengan:
1) istirahatkan anggota tubuh yang berdarah
2) naikkan (elevasi) anggota tubuh yang mengalami perdarahan
3) tekan perdarahan secara langsung memakai kassa (yang sebaiknya
streril)
4) tekan pembuluh darah nadi proksimal luka
5) turniket hanya dilakukan bila anggota tubuh sudah hancur
108
d. Syok karena alergi, disebut sebagai syok analfilaktik
Sering disebabkan:
1) Makanan (makanan laut paling sering)\
2) Gigitan binatang( tawon, lebah)
3) Zat yang terhirup ( rambut binatang, dsb)
4) Zat kimia yang kontak dengan kulit
5) Obat ( sering venisilin atai surva)
109
c. Usahakan agar otak ( dan jantung) mendapatkan lebih banyak darah
ini dapat dilakukan dengan membaringkan penderita dan
meninggikan kaki penderita. Dalam posisi ini maka darah yang
mengalir ke kaki dan bagian tubuh bawah akan berkurang sehingga
otak dan jantung akan mendapatka darah lebih banyak
Dengan demikian secara ringkas, penanganan penderita syok secara umum
adalah :
1) Hangatkan penderita
2) Berikan oksigen
3) Usahakan otak mendapatka oksigen dengan menaikkan kaki 20-30
cm. ini hanya boleh dilakukan jika tidak ada cedera pada dada, perut,
atau tungkai.
110