Anda di halaman 1dari 121

Diterbitkan oleh:

BADAN PENDIDIKAN KRISTEN PENABUR (BPK PENABUR)

I S S N : 1412-2588

Jurnal Pendidikan Penabur (JPP) dapat dipakai


sebagai medium tukar pikiran, informasi dan
penelitian ilmiah antar para pemerhati masalah pendidikan.

Penanggung Jawab
Dra. Kristinawati Susatio, M.M.

Pemimpin Redaksi
Prof. Dr. BP. Sitepu, M.A.

Sekretaris Redaksi
Rosmawati Situmorang

Dewan Editor
Prof. Dr. BP. Sitepu, M.A.
Prof. Dr. Theresia K. Brahim
Dr. Ir. Hadiyanto Budisetio, M.M.
Ir. Budyanto Lestyana, M.Si.
Dra. Vitriyani P., M.Pd.
Dra. Mulyani

Alamat Redaksi :
Jln. Tanjung Duren Raya No. 4 Blok E Lt. 5, Jakarta Barat 11470
Telepon (021) 5606773-76, Faks. (021) 5666968
http://www.bpkpenabur.or.id
E-mail : jurnalpenabur@bpkpenabur.or.id
Pedoman Penulisan Naskah untuk Jurnal Pendidikan Penabur

Naskah ditulis dengan memperhatikan ketentuan sebagai berikut.


1. Naskah merupakan laporan penelitian, opini, info, dan resensi buku yang
berhubungan dengan bidang pendidikan serta disajikan dalam bentuk
bahasa ilmiah populer.

2. Naskah merupakan karya asli dari penulis dan belum pernah dipubli-
kasikan atau sedang dikirimkan ke media lain.

3. Naskah diketik pada kertas A4 dengan margin/batas atas, kanan, dan


bawah masing-masing 3 cm dan batas kiri 4 cm dari tepi kertas.
Menggunakan program MS Word dengan jenis huruf Book Antiqua 10
point/spasi ganda.

4. Panjang naskah hasil penelitian atau opini + 4500 kata, sedangkan untuk
info serta resensi buku + 2000 kata.

5. Judul harus singkat, jelas dan tidak lebih dari 10 kata.

6. Format penulisan adalah : Judul, nama penulis, abstrak, isi artikel, daftar
pustaka, dan keterangan mengenai penulis.

7. Abstrak ditulis dalam bahasa Indonesia dan Inggris maksimum 150 kata.

9. Ilustrasi (grafik, tabel dan foto) harus disajikan dengan jelas. Tulisan pada
ilustrasi menggunakan huruf yang sama pada isi naskah dengan besar
huruf tidak lebih kecil dari 6 point.

10. Naskah dikirim dalam bentuk CD dan hasil print out ke Redaksi Jurnal
Pendidikan Penabur, Jalan Tanjung Duren No. 4 Blok E Lantai 5. Jakarta
Barat - 11470 atau melalui e-mail: jurnalpenabur @bpkpenabur.or.id

11. Naskah disertai dengan daftar riwayat hidup penulis yang memuat latar
belakang pendidikan, pekerjaan dan karya ilmiah lain yang pernah
ditulis.

12. Tulisan yang dimuat akan mendapat imbalan. Naskah yang tidak dimuat
tidak dikembalikan.

13. Redaksi berhak mengedit naskah yang dimuat tanpa mengubah isi
naskah.

14. Isi Jurnal Pendidikan Penabur tidak mencerminkan pendapat atau


kebijakan BPK PENABUR.
Jurnal Pendidikan Penabur
Nomor 14/Tahun ke-9/ Juni 2010
ISSN: 1412-2588

Daftar Isi i

Pengantar Redaksi ii - v

Peningkatan Keterampilan Membaca Kritis melalui Strategi Pembelajaran Partisipatif,


Sunarta, 1-14

Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam Proses Pembelajaran, Yuli Kwartolo, 15-43

Penerapan Pembelajaran Tematik untuk Mengembangkan Keterampilan Proses Sains di SD,


Hilda Karli, 44-57

Analisis Butir Soal Tes, Widodo, 58-67

Penerapan Penilaian Autentik dalam Upaya Peningkatan Mutu Pendidikan, Hartati Muchtar,
68-76

Menghidupkan Kembali Semangat Nasionalisme Soe Hok Gie, Keke T. Aritonang, 77-96

Isu Mutakhir: Pembangunan Karakter Bangsa, Hotben Situmorang, 97-100

Resensi buku: The Leader In Me


(Kisah Sukses Sekolah dan Pendidik Menggali Potensi Terbesar Setiap Anak),
Andy Agus Gunawan, 101-104

Profil BPK PENABUR Cicurug, Tukimin, 105-111

Keterangan Tentang Penulis, 112-113

Jurnal Pendidikan Penabur - No.14/Tahun ke-9/Juni 2010 i


Pengantar Redaksi

etiap sekolah, baik di tingkat pendidikan dasar maupun di

S tingkat menengah setiap tahun menghadapi berbagai


kesibukan di samping kecemasan menjelang akhir tahun
pelajaran dan menyambut tahun pelajaran baru. Menjelang
akhir tahun pelajaran sekolah sibuk dengan kegiatan-kegiatan
penyelesaian kurikulum serta mempersiapkan peserta didik
menghadapi ujian akhir kelas, khususnya untuk kelas yang akan
menghadapi Ujian Negara, yang masih menjadi polemik
berkepanjangan. Di samping menyelenggarakan proses belajar dan
membelajarkan secara intensif, banyak sekolah juga memberikan
pelajaran tambahan atau menambah tugas siswa.
Hasil belajar peserta didik pada akhir tahun pelajaran
menentukan kenaikan ke kelas lebih tinggi dan kelulusan bagi kelas
akhir pada setiap tingkat pendidikan. Prosentase kenaikan kelas dan
kelulusan dianggap sebagai indikator kualitas pendidikan di masing-
masing sekolah serta memberikan citra tersendiri terhadap sekolah
itu. Apabila ternyata banyak peserta didik yang tidak naik kelas atau
tidak lulus, dapat diduga akan mengurangi minat dan jumlah calon
peserta didik yang akan masuk ke sekolah itu pada tahun pelajaran
berikutnya, bahkan tidak mustahil akan adanya peserta didik pindah
ke sekolah lain. Oleh karena itu dapat dipahami kalau setiap sekolah
berupaya sungguh-sungguh agar prosentasi kenaikan kelas serta
kelulusan peserta didiknya selalu tinggi dengan konsekuensi
menambah kesibukan siswa, guru, kepala sekolah, dan juga orang
tua. Bahkan target kelulusan peserta didik dapat mendorong terjadinya
perbuatan-perbuatan yang berlawanan dengan nilai-nilai pendidikan
itu sendiri.
Menghadapi tahun pelajaran baru, sekolah juga tidak kalah sibuk
dibandingkan dengan ketika mengakhiri tahun pelajaran. Akan tetapi
jenis dan tingkat kesibukan yang dihadapi berbeda antara di sekolah
negeri dan di sekolah swasta. Di sekolah negeri, sekolah sibuk
menyelenggarakan seleksi mengikuti mekanisme dan prosedur yang
ditentukan oleh Dinas Pendidikan. Walaupun jumlah siswa yang
mendaftar dan diterima ikut menentukan reputasi sekolah, pada
umumnya kepala sekolah negeri tidak terlalu risau, karena tidak akan
berdampak besar terhadap eksistensi sekolah itu. Sangat berbeda
dengan keadaan di sekolah swasta yang keberlangsungan hidupnya
sangat tergantung pada jumlah siswa yang diterima. Oleh karena itu,
khususnya dalam persaingan antar sekolah dewasa ini, setiap sekolah
swasta berusaha keras dengan berbagai usaha untuk memperoleh
peserta didik dalam jumlah yang memadai agar dapat menjamin
keberlangsungan hidup sekolah itu.
Sekolah-sekolah swasta yang dianggap bermutu dan menjadi
favorit tidak begitu khawatir akan kekurangan calon peserta didik
dan akan tetap diminati masyarakat sehingga tetap melakukan seleksi
secara ketat. Akan tetapi banyak juga sekolah swasta yang kurang
diminati dan untuk mencapai target, melakukan seleksi hanya sebagai
formalitas saja karena pada akhirnya semua yang mendaftar diterima.

ii Jurnal Pendidikan Penabur - No.14/Tahun ke-9/Juni 2010


Dengan perkataan lain, sekolah yang seperti itu mengabaikan kualitas
demi kuantitas. Bahkan terdapat juga sekolah yang menggunakan pihak
ketiga untuk memperoleh calon peserta didik dan memberikan imbalan
jasa yang menggiurkan, tanpa menambah beban biaya kepada calon
peserta didik. Cara yang demikian berakibat pada penurunan biaya
proses belajar dan membelajarkan, yang berarti mengurangi kualitas
pelayanan pendidikan.
Mendahulukan kuantitas peserta didik daripada kualitas
pendidikan pada gilirannya akan merugikan masyarakat. Oleh karena
itu untuk tetap menjaga kualitas pendidikan serta kualitas pelayanan
sekolah dalam menyelenggarakan pendidikan, melalui Peraturan
Pemerintah No 19 tahun 2005 telah ditetapkan Standar Nasional
Pendidikan, yang meliputi (1) standar isi, (2) standar poses, (3) standar
kompetensi lulusan (4) standar pendidik dan tenaga kependidikan, (5)
standar sarana dan prasarana, (6) standar pengelolaan, (7) standar
pembiayaan, dan (8) standar penilaian pendidikan. Kedelapan standar
itu telah dijabarkan lebih lanjut oleh Menteri Pendidikan Nasional
dalam bentuk Peraturan Menteri sebagai pedoman atau rambu-rambu
bagi sekolah dalam merencanakan, menyelenggarakan, dan
mengarahkan pendidikan mencapai tujuan pendidikan nasional.
Apabila sekolah dapat memenuhi masing-masing standar itu,
diharapkan kualitas pelayanan serta hasil pendidikan di sekolah dapat
memenuhi memenuhi kebutuhan peserta didik, orang tua, masyarakat
dan Pemerintah.
Pemenuhan kedelapan standar itu dapat juga dianggap sebagai
penjaminan mutu (quality assurance) dalam konteks Total Quality
Manajement (TQM) dalam pengelolaan sekolah. Sesuai dengan kondisi
masing-masing sekolah, khususnya sekolah swasta, diharapkan dapat
secara bertahap memenuhi kedelapan standar itu, walaupun mungkin
saja sejumlah sekolah swasta memenuhinya secara bertahap atau
hanya dapat memenuhi beberapa standar sekaligus. Namun tidak
tertutup pula kemungkinan sekolah-sekolah tertentu telah melampaui
standar untuk bidang-bidang tertentu. Diharapkan semakin banyak
standar yang dipenuhi, semakin berkualitas pula pelayanan dan hasil
pendidikan yang dicapai.
Akan tetapi perlu kiranya diketahui bahwa standar pendidikan
nasional sebagai acuan dan sekaligus sebagai alat ukur bukanlah
bersifat statis, tetapi dinamis, dalam arti standar yang telah ditetapkan
itu dapat saja berubah sesuai dengan perkembangan kebutuhan lokal,
nasional, dan internasional atau perkembangan ilmu pengetahuan dan
seni. Kondisi yang beraneka ragam di Indonesia memang merupakan
tantangan dalam menetapkan suatu standar yang bersifat nasional
tidak hanya di bidang pendidikan tetapi juga dalam bidang-bidang
lainnya. Akan tetapi standar itu tentu tetap diperlukan sebagai salah
satu bench marking untuk mendorong setiap sekolah melakukan
intropeksi diri serta melakukan langkah-langkah perbaikan atau
peningkatan. Standar bukanlah untuk membuat kurang percaya diri
dan apatis, tetapi menjadi pemicu untuk berkembang lebih maju lagi.
BPK PENABUR sebagai unsur dari masyarakat telah berperan serta
dan ikut bertanggung jawab dalam menyelenggarakan pendidikan
nasional selama 60 tahun dalam tahun 2010 ini. Dengan berlandaskan
pada iman kristiani, BPK PENABUR berupaya memberikan pelayanan
pendidikan dasar dan menengah dengan tetap mengedepankan

Jurnal Pendidikan Penabur - No.14/Tahun ke-9/Juni 2010 iii


kualitas sehingga perluasan pelayanan pun dilakukan secara hati-hati.
Pendidikan berkualitas diartikan tidak semata-mata kualitas kecerdasan
(intelligence), tetapi juga diimbangi dengan kualitas spiritualitas yang
diwujudkan melalui pembelajaran yang mendidik dan pendidikan
yang bermartabat. Sesuai dengan visinya, BPK PENABUR melaksanakan
salah satu misi Gereja yakni menabur kasih melalui jalur pendidikan
dengan salah satu prinsip bahwa mendidik merupakan salah satu
panggilan. Untuk itu, sejak awal BPK PENABUR telah menetapkan
standar pelayanan pendidikan untuk semua sekolah yang dibinanya
sungguhpun belum sepenuhnya sesuai dengan delapan standar yang
ditetapkan Kemendiknas.
Selaras dengan kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni,
proses pendidikan juga mengalami reorientasi yang cukup mendasar
sehingga baik proses maupun hasilnya benar-benar memperhatikan
karakteristik peserta didik dalam meningkatkan kemampuan dirinya.
Oleh karena itu pendidikan perlu membuka diri dan melakukan
penyesuaian-penyesuaian baik dalam pendekatan, strategi, metode,
dan teknik/cara belajar-membelajarkan. Perkembangan teknologi
informasi dan komunikasi, misalnya, telah banyak mempengaruhi
interaksi antara peserta didik dengan pendidik. Kehadirian TIK dalam
pendidikan mengubah kedudukan dan fungsi guru menjadi lebih
banyak memberikan perhatian terhadap masalah dan kebutuhan
peserta didiknya. Memberikan kepada peserta didik kemampuan
mengidentifikasi apa yang perlu dipelajari serta bagaimana cara
mempelajarinya menjadi sangat perlu di tengah-tengah meluapnya
aneka ragam informasi dewasa ini. Apabila memiliki kemampuan
belajar yang baik, kemudahan-kemudahan mendapatkan informasi di
abad ini memungkinkan peserta didik belajar kapan saja, di mana
saja, melalui apa saja, serta sesuai dengan gaya belajarnya. Dengan
demikian peserta didik dapat meningkatkan kualitas kemampuannya
di bidang yang diminatinya sehingga kemudian dengan sendirinya ia
dapat meningkatkan kualitas hidupnya sepanjang hayat. Dalam kaitan
dengan pemanfaatan TIK untuk keperluan pembelajaran itu, dalam
edisi ini dimuat hasil penelitian Lolo yang perlu mendapat perhatian
para guru. TIK perlu dimanfaatkan sebaik mungkin sebagai salah satu
sarana untuk memperoleh berbagai informasi, tetapi perlu tetap
diperhatikan bahwa peserta didik juga masih memerlukan interaksi
dengan gurunya dengan sentuhan-sentuhan emosional dalam
pembentukan kepribadiannya.
Hasil belajar pada waktu-waktu tertentu diperlukan sebagai bahan
diagnosa untuk meningkatkan kualitas proses belajar dan
membelajarkan serta hasil akhir belajar peserta didik. Hasil pengukuran
itu diperlukan baik oleh peserta didik, guru, dan orang tua. Untuk
memperoleh hasil yang akurat diperlukan instrumen dalam berbagai
bentuk yang salah satunya adalah tes. Guru perlu memiliki
kemampuan menyusun dan menggunakan butir tes yang valid dan
reliable. Sungguhpun terkesan sederhana dan merupakan pekerjaan
sehari-hari guru, ternyata berbagai hal perlu diperhatikan dalam
menyusun tes. Dalam edisi ini Widodo menulis bagaimana cara
merancang, menyusun, dan mengembangkan butir tes.
Masih berkaitan dengan penilaian atas kemampuan peserta didik,
ternyata penilaian itu dapat dipergunakan untuk meningkatkan mutu
pendidikan. Belakangan ini sering diperbincangkan tentang penilaian
autentik. Bagaimana penilaian autentik ini dapat dijadikan sebagai

iv Jurnal Pendidikan Penabur - No.14/Tahun ke-9/Juni 2010


alat untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional, menjadi bahasan
sendiri dalam tulisan Hartati Muchtar. Penilaian autentik dianggap
dapat memberikan gambaran secara tepat tentang kemampuan peserta
didik sebagai hasil belajar. Penilaian secara konvensional dianggap
kurang realistis karena mengabaikan dunia nyata.
Metode belajar dan membelajarkan memang sangat mempengaruhi
kualitas proses dan hasil belajar-membelajarkan. Oleh karena itu dalam
edisi ini juga dimuat tulisan-tulisan yang berkaitan dengan strategi
dan metode belajar-membelajarkan. Masih cukup penting disimak
bagaimana meningkatkan keterampilan membaca kritis dengan strategi
pembelajaran partisipatif seperti yang dikemukakan oleh Sunarta,
penerapan pembelajaran tematik untuk mengembangkan keterampilan
proses sains oleh Hilda Karli, serta bagaimana membangkitkan
semangat nasionalisme oleh Keke T. Aritonang.
Pendekatan, strategi dan metode belajar dan membelajarkan yang
tepat akan dapat membawa pesan tidak hanya tentang materi pokok
bahasan tetapi juga dapat mengusung pesan-pesan pembentukan
karakter (soft skills). Oleh karena itu kreativitas guru sangat diperlukan
dalam mengembangkan strategi dan metode pembelajaran sehingga
pembangunan karakter bangsa kita dapat dilakukan secara terintegrasi
dalam masing-masing mata pelajaran. Hendaknya menjadi perhatian
semua pihak bahwa pembentukan karakter dan jati diri bangsa
Indonesia menjadi isu yang merebak akhir-akhir ini karena berbagai
fenomena yang kurang menggembirakan terjadi di tengah-tengah
masyarakat. Pengalaman menunjukkan bahwa pengintegrasian
pendidikan karakter dalam setiap mata pelajaran membuat kemampuan
yang diperoleh peserta didik lebih bermakna. Dengan strategi dan
metode belajar dan membelajarkan yang tepat di dalam setiap kegiatan
mata pelajaran, peserta didik dapat menjadi kreatif, inovatif, proaktif,
berpikir kritis serta berakhlak mulia.
Keberhasilan pendidikan dalam mencapai tujuannya tidak
terlepas dari pola dan gaya kepemimpinan yang diterapkan oleh
masing-masing pemimpin lembaga dan instansi yang terkait dengan
pendidikan. Dalam kaitannya dengan kepemimpinan, kita diajak untuk
mengkritisi buku Leader in Me . Mudah-mudahan isi buku tersebut
dapat menggugah kita melakukan refleksi diri serta mengembangkan
kepemimpian visioner yang efektif di bidang pendidikan. Dengan
demikian arah dan tujuan kita semakin jelas dalam mewujudkan
pendidikan yang berkualitas.

Redaksi

Jurnal Pendidikan Penabur - No.14/Tahun ke-9/Juni 2010 v


Peningkatan Keterampilan Membaca Kritis
Penelitian

Peningkatan Keterampilan Membaca Kritis melalui


Strategi Pembelajaran Partisipatif

Sunarta*)

Abstrak
eterampilan membaca siswa di Indonesia pada umumnya masih tergolong rendah karena

K berbagai faktor. Oleh karena itu penelitian tindakan kelas (PTK) ini dilakukan untuk
meningkatkan keterampilan membaca siswa, khususnya di SMAK 3 BPK PENABUR Jakarta.
PTK ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan keterampilan membaca kritis melalui
penerapan strategi pembelajaran partisipatif. Penelitian dilakukan untuk mengetahui bagaimana
meningkatkan keterampilan membaca kritis dan apakah penerapan strategi pembelajaran
partisipatif dapat meningkatkan keterampilan membaca kritis. Penelitian dilakukan di SMAK 3
BPK PENABUR Jakarta pada bulan Februari sampai dengan Mei 2009 dengan setting kelas XI IPA
1 dengan jumlah 35 siswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan pembelajaran
partisipatif dapat meningkatkan kemampuan membaca kritis.

Kata-kata kunci: Penelitian tindakan, strategi pembelajaran partisipatif, kemampuan membaca kritis.

Abstract
In general reading ability of the Indonesian students is still realively low due to several factors. This classroom
action research, therefore, intended to increase the students’ critical reading ability implementing participation
learning strategy. The research was conducted at SMAK 3 BPK PENABUR Jakarta as from February through
May 2009. Grade XI of Natural Science 1 with 35 students was selected as the class to be treted. The findings
show the participation learning strategy can be used as a solution to improve the critical reading ability of the
students significantly.

Key words: Action research, partisipation, learning strategy, critical reading ability

kemampuan/keterampilan membaca yang


Pendahuluan rendah; dan membaca belum menjadi suatu
kebutuhan. Sedangkan yang termasuk faktor
Hasil penelitian Bank Dunia pada tahun 2000 ekstrinsik antara lain: belum tersedianya bahan
menunjukkan bahwa kemampuan membaca bacaan, mahalnya harga buku, belum adanya
pelajar di Indonesia berada pada urutan ke-26 kedisiplinan keluarga, dan masyarakat untuk
dari 27 negara yang diteliti.1 Hasil penelitian membudayakan membaca buku.
tersebut menunjukkan bahwa kemampuan Selain kedua faktor di atas, ada fenomena
membaca pelajar di Indonesia pada umumnya yang terjadi di beberapa sekolah, siswa lebih
masih sangat rendah. Rendahnya kemampuan banyak menggunakan waktu di luar jam belajar
membaca siswa disebabkan oleh dua faktor, untuk berbicara/mengobrol daripada untuk
yaitu faktor instrinsik dan ekstrinsik. Yang membaca buku atau menulis/mengerjakan tugas
termasuk faktor instrinsik, antara lain: tidak sekolah. Oleh karena itu dalam penelitian ini
adanya minat (motivasi) membaca; tingkat peneliti akan mengadakan penelitian bagaimana

*) Guru SMAK 3 BPK PENABUR Jakarta

Jurnal Pendidikan Penabur - No.14/Tahun ke-9/Juni 2010 1


Peningkatan Keterampilan Membaca Kritis

meningkatkan keterampilan membaca siswa di


sekolah. Salah satu cara meningkatkan keteram- Tinjauan Teoritis
pilan membaca yaitu dengan menerapkan suatu
strategi dalam pembelajaran di kelas. Dalam Hakikat Membaca
penelitian ini untuk meningkatkan kegiatan Nunan dalam Language Teaching Methodology
membaca akan diterapkan strategi pembelajaran mengatakan bahwa :
partisipatif. “Reading is usually conceived of as solitary in which
Esensi dari pembelajaran partisipatif adalah the reader interacts with the text in isolation.” 3
ingin menempatkan peserta didik sebagai Membaca selalu dipahami bagaimana pembaca
“pemain utama” dalam setiap proses pembel- berinteraksi dengan apa yang terdapat dalam
ajaran. Artinya, peserta didik diberi kesempatan teks. To read dalam bahasa Inggris juga berarti
yang luas untuk mencari informasi sendiri, “memahami”. Memang, yang terpenting dalam
menemukan fakta atau data sendiri, atau membaca adalah memahami isinya.
memecahkan persoalan yang akan menjadi Dari segi linguistik, Anderson menjelaskan
kajian dalam suatu topik pembelajaran. Bila guru bahwa membaca adalah suatu proses
mampu menerapkan pembelajaran partisipatif, penyandian kembali dan pembacaan sandi,
maka ia telah menempatkan dirinya sebagai berlainan dengan berbicara dan menulis yang
seorang fasilitator, yaitu memfasilitasi peserta justru melibatkan penyandian (encoding). Sebuah
didik untuk mencari, menemukan, menganalisis, aspek pembahasan sandi (decoding) adalah
menginterpretasikan berbagai informasi, fakta, menghubungkan kata-kata tulis dengan makna
data, dan pengalaman yang mereka dapatkan bahasa lisan yang mencakup pengubahan
melalui kegiatan-kegiatan pembelajaran yang tulisan/cetakan menjadi bunyi yang bermakna.
akan dilaksanakan atau dilalui oleh peserta Secara singkat dikatakan bahwa membaca dari
didik. sudut linguistik merupakan penyandian
Pembelajaran partisipatif sepaham dengan kembali dari bahasa tulis dengan makna dalam
konsep strategi pembelajaran inkuiri menurut bahasa lisan, yaitu pengubahan bentuk tulis
Sanjaya, yaitu menekankan pada proses mencari menjadi bunyi.
dan menemukan2. Peran siswa dalam strategi Berdasarkan beberapa pendapat di atas
ini adalah mencari dan menemukan sendiri diambil kesimpulan bahwa hakikat membaca,
materi pelajaran, sedangkan guru berperan yaitu memahami isi yang terkandung dalam teks
sebagai fasilitator dan pembimbing siswa. yang terdiri atas konstruksi berupa kata, frase,
Berdasarkan latar belakang di atas, atau klausa baik yang tersurat maupun tersirat.
permasalahan secara spesifik dirumuskan Penyandian kembali dari bahasa tulis dengan
sebagai berikut. makna dalam bahasa lisan, yaitu pengubahan
1. Bagaimana meningkatkan keterampilan bentuk tulis menjadi bunyi serta suatu aktivitas
membaca kritis melalui pembelajaran yang mudah dilakukan tanpa banyak
partisipatif? memerlukan perlengkapan lain.
2. Apakah penerapan strategi pembelajaran
partisipatif dapat meningkatkan keteram- Membaca Kritis (Critical Reading)
pilan membaca siswa? Membaca kritis siswa perlu ditingkatkan, karena
Tujuan penelitian ini agar para siswa membaca kritis meliputi penggalian lebih
mampu membaca kritis dan mengaplikasikan mendalam di bawah permukaan, upaya untuk
kemampuan tersebut pada pelajaran bahasa menemukan bukan hanya keseluruhan
Indonesia serta mengintegrasikan kemampuan kebenaran mengenai apa yang dikatakan, tetapi
tersebut pada mata pelajaran yang lain. Bagi juga (dan inilah yang lebih penting pada masa
sekolah, bila siswa memiliki kemampuan selanjutnya) menemukan alasan-alasan
membaca kritis yang tinggi akan berpengaruh mengapa sang penulis mengatakan apa yang
dalam prestasi belajar siswa. Hal tersebut secara dilakukannya.4
tidak langsung berdampak terhadap pening- Soedarso mengatakan membaca kritis adalah
katan kualitas sekolah. Secara umum penelitian sebagai berikut.
ini menambah wawasan bahwa kemampuan Membaca secara kritis adalah membaca
membaca dapat ditingkatkan dengan dengan melihat motif penulis dan
menerapkan suatu pendekatan pembelajaran. menilainya. Pembaca tidak sekadar

2 Jurnal Pendidikan Penabur - No.14/Tahun ke-9/Juni 2010


Peningkatan Keterampilan Membaca Kritis

menyerap apa yang ada, tetapi ia bersama- penulis; 3) ada interaksi antara penulis dan
sama penulis berpikir tentang masalah yang pembaca; dan (4) menerima atau menolak8.
dibahas. Kita membaca dengan nuansa dan Mengerti isi bacaan berarti mengenali fakta-
arti. Membaca secara kritis berarti kita harus faktanya dan menginterpretasikan apa yang
membaca secara analisis dan dengan dibaca, artinya mengerti benar ide pokoknya;
penilaian. Membaca harus merupakan mengetahui fakta dan detail pentingnya; dan
interaksi antara penulis dan pembaca, dapat membuat kesimpulan serta interpretasi
kedua belah pihak “saling mempengaruhi” dari ide-ide itu. Menguji sumber penulis
hingga terbentuk pengertian baru.5 maksudnya apakah dapat dipercaya? Cukup
Berdasarkan uraian di atas, dalam membaca akuratkah? Apakah kompeten di bidangnya?
kritis tidak hanya sekadar memahami isi bacaan Ada interaksi antara penulis dan pembaca
tetapi melibatkan emosi pembaca, sehingga maksudnya perlu menilai isi bacaan dengan
pembaca mampu menganalis dan memberikan membandingkan dengan pengetahuan kita
penilaian. Dalam penerapan peningkatan sendiri. Akhirnya seorang pembaca kritis punya
membaca siswa, siswa diharapkan tidak hanya sikap untuk menerima atau menolak apa yang
sekadar memahami isi bacaan tetapi juga dikatakan penulis, dan semua itu tergantung
mampu menganalisis dan memberikan pada pembacanya. Dengan demikian dalam
penilaian. membaca kritis harus dapat membuat penilaian
Yang lebih penting dalam kegiatan membaca untuk diri sendiri, dengan satu syarat yaitu
adalah menangkap pesan atau ide pokok bacaan terbuka terhadap gagasan orang lain.
dengan baik. Mengutip pendapat Rubin “Critical
reading skill refers to higher level of reading skill Peningkatan Keterampilan Membaca Siswa
because it does not only deal with literal and Kegiatan membaca yang dilaksanakan di
interpretation skills of evaluating”6 (Rubin,1993) sekolah menengah atas (SMA/SMK) melibatkan
Rubin secara jelas menyatakan bahwa pemikiran, penalaran, emosi, dan sikap siswa
keterampilan membaca kritis termasuk ke dalam sesuai dengan tema dan jenis bacaan yang
keterampilan tingkat tinggi sebab tidak hanya dihadapinya. Turner dalam Estil mengemu-
menyepakati apa yang ada dalam teks dan kakan bahwa memahami bacaan sebagai tujuan
terampil menginterpretasi saja tetapi lebih pada hakiki dari proses membaca memiliki tiga
tingkat mengevaluasi. Roe dan Ross sepaham jenjang, yaitu pemahaman literal, pemahaman
dengan pernyataan Rubin tentang membaca inferensial, dan pemahaman evaluatif. 9
kritis beliau menyatakan bahwa: Sedangkan Barret dalam Carter membagi jenjang
...that a critical reading skills is a process of pemahaman bacaan atas empat taksonomi,
querying and evaluating the text which meliputi (1) pemahaman literal, (2) pemahaman
surpasses the skill of interpreting the text inferensial/menyimpulkan, (3) pemahaman
literally. Consequently, critical readers have some mengevaluasi, dan (4) pemahaman meng-
characteristics that they understand how to ask, apresiasi.10
analyze, and evaluate. They try to find a cause of Berdasarkan pendapat ahli di atas, maka
problem; they are capable of differing between dalam penelitian ini kemampuan/keterampilan
facts and opinions. 7 siswa yang perlu ditingkatkan menggunakan
Roe dan Ross berpendapat bahwa pembahasan yang mengacu pada taksonomi
keterampilan membaca kritis adalah proses yang dikemukan oleh Barret, yaitu pemahaman
penelitian dan evaluasi teks yang tidak hanya literal, pemahaman inferensial (menyimpulkan),
sekadar menginterpretasi teks tertulis. pemahaman evaluatif, dan pemahaman
Konsekuensi pembaca kritis mempunyai apresiatif.
beberapa karakteristik, pembaca mampu Pertama pemahaman literal, yaitu
memahami dengan bertanya, menganalisis, dan meningkatkan kemampuan siswa untuk
mengevaluasi. Pembaca kritis mencoba memahami: (a) mendeskripsikan apa yang
memecahkan masalah; juga mampu membeda- tertulis dalam teks; (b) menginterpretasikan
kan antara fakta dan opini-opini. makna yang terkandung dalam teks. Kedua,
Berkaitan dengan langkah-langkah pemahaman inferensial, yaitu meningkat-kan
membaca kritis Soedarso menyatakan bahwa kemampuan siswa dalam: (a) membandingkan
proses membaca kritis dapat dilakukan dengan: fakta dengan interpretasi penulis; (b) mengenali
(1) mengerti isi bacaan; (2) menguji sumber asumsi-asumsi tersembunyi; (c) mengidentifikasi

Jurnal Pendidikan Penabur - No.14/Tahun ke-9/Juni 2010 3


Peningkatan Keterampilan Membaca Kritis

bias dalam pernyataan-pernyataan; (d) diberikan atas pertanyaan-pertanyaan tersebut.


mengklasifikasi kata-kata, frase-frase, atau Untuk mengetahui pemahaman bacaan siswa
pertanyaan dengan kriteria analisis tertentu; (e) dalam penelitian ini mengacu pendapat Dorothy
meramalkan kualitas, asumsi atau kondisi yang Rubin yang membagi tingkatan membaca
implisit; (f) mengetengahkan pola, tata, atau menjadi: (1) pembaca independen instruksional,
pengaturan materi dengan menggunakan kriteria (2) pembaca instruksional, dan (3) pembaca
seperti relevansi, sebab akibat, peruntutan; ( g) frustasi.Tingkatan tersebut didasarkan pada
meramalkan sudut pandangan, kerangka acuan, hasil persentase dalam menjawab pertanyaan
dan tujuan material yang dibacanya. Ketiga, soal objektif berbentuk pilihan ganda. Tingkatan
pemahaman evaluasi, yaitu meningkatkan pertama di atas 58 % dinyatakan sebagai
kemampuan siswa untuk: (a) menyimpulkan pembaca independen, tingkatan kedua antara
deduksi, induksi, dan kekuatan argumen; (b) 44%-57% sebagai pembaca instruksional, dan
mengevaluasi ketepatan suatu karya atau tingkatan ketiga di bawah 43% sebagai tingkat
dokumen; (c) mengevaluasi satu sama lain antara pembaca frustasi.11 Untuk menentukan tingkatan
asumsi, evidensi, dan kesimpulan; (e) meng- tersebut dengan tes kognitif dalam bentuk tes
evaluasi suatu karya dengan memperban- pilihan ganda.
dingkannya dengan karya lain yang relevan; (f)
mengevaluasi suatu karya dengan meng- Strategi Pembelajaran Partisipatif
gunakan kriteria yang ditetapkan dan Dalam buku Principles of Language Learning and
eksplisit.Keempat, pemahaman apresiasi, yaitu Teaching, Brown mengatakan Strategies are spesific
meningkatkan keterampilan siswa dalam: (a) methods of approaching a problem or task, modes of
memberikan respon emosional, mengidentifikasi operation for achieving a particuler end, planed
karakter; (b) mereaksi bahasa yang digunakan designs for controlling and manipulating certain
penulis, membayangkan apa yang dibaca. information.12
Penilaian pembelajaran membaca di SMA Strategi adalah sejumlah metode khusus dari
diklasifikasikan ke dalam tiga ranah, yaitu: pendekatan terhadap masalah atau tugas, atau
kognitif, afektif, dan psikomotor. Pengukuran
cara-cara beroperasi untuk mencapai hasil yang
peningkatan keterampilan membaca ranah
baik, merencanakan desain untuk mengontrol
kognitif dan psikomotor dilakukan melalui tes
dan memanipulasi informasi tertentu.
sedangkan untuk ranah afektif dengan nontes.
Berdasarkan definisi di atas pengertian strategi
meliputi: metode, cara, desain pembelajaran
Pengukuran Peningkatan Keterampilan
untuk mencapai hasil yang baik.
Membaca Siswa
Sanjaya memaparkan beberapa konsep
Kemampuan membaca seseorang dipengaruhi
strategi pembelajaran, yaitu: berorientasi
oleh dua faktor, yaitu: subjek (pembaca) dan
aktivitas siswa; ekspositori, inkuiri, berbasis
faktor materi bacaan. Subjek (pembaca)
masalah, peningkatan kemampuan berpikir,
dilatarbelakangi oleh unsur-unsur yang
kooperatif, kontekstual dan afektif. 13 Dari
terdapat dalam dirinya, seperti: intelegensi,
sikap verbal, latar belakang pengetahuan, delapan konsep strategi pembelajaran tersebut
pengalaman dan lain-lain. Faktor materi bacaan strategi pembelajaran inkuiri dan kontekstual
adalah unsur yang memengaruhi kualitas menjadi dasar berpijak peneliti untuk
bacaan, misalnya: struktur kalimat, tanda baca, menerapkan strategi pembelajaran partisipatif.
beberapa makna dan lain-lain. Karena fokus Sanjaya mengemukakan ciri-ciri utama
penelitian adalah peningkatan keterampilan strategi pembelajaran inkuiri, yang secara
membaca siswa maka faktor subjek (pembaca) prinsip sama dengan strategi pembelajaran
yang diteliti sedangkan materi bacaan tidak partisipatif, yaitu: (1) menekankan kepada
diteliti melainkan sebagai sarana untuk aktivitas siswa secara maksimal untuk mencari
meningkatkan keterampilan membaca. dan menemukan/ siswa sebagai subjek belajar,
Sebagai hasil proses pembelajaran, pema- (2) seluruh aktivitas siswa diarahkan untuk
haman bacaan dapat diukur melalui aspek- mencari dan menemukan jawaban sendiri,
aspek yang terlibat dalam memahami sebuah menempatkan guru sebagai fasilitator dan
bacaan. Untuk memahami bacaan, diajukan motivator; dan (3) tujuannya adalah
beberapa pertanyaan-pertanyaan. Pemahaman mengembangkan kemampuan intelektual
bacaan dapat diukur dengan jawaban yang sebagai bagian dari proses mental.14

4 Jurnal Pendidikan Penabur - No.14/Tahun ke-9/Juni 2010


Peningkatan Keterampilan Membaca Kritis

Selain strategi pembelajaran inkuiri, konsep (b) mengukur peningkatan keterampilan


strategi pembelajaran partisipatif juga dikuatkan membaca kritis siswa; mengetahui kriteria/
oleh konsep dasar strategi pembelajaran indikator yang digunakan untuk mengukur
kontekstual yang menyatakan bahwa: (a) peningkatan keterampilan membaca kritis siswa,
menekankan kepada proses keterli-batan siswa dan (c) mengetahui penerapan strategi
untuk menemukan materi, artinya berorientasi pembelajaran partisipatif agar meningkatkan
pada pengalaman secara langsung, (b) keterampilan membaca kritis siswa.
mendorong siswa agar menemukan hubungan
antara materi yang dipelajari dengan situasi Tempat dan Waktu Penelitian
kehidupan nyata, dan (c) Mendorong siswa Penelitian dilakukan di SMAK 3 BPK PENABUR
untuk menerapkannya dalam kehidupan Jakarta di Jalan Gunung Sahari Raya 90 A
nyata.15 Jakarta; selama lima bulan yaitu mulai bulan
Berdasarkan uraian di atas disimpulkan Januari sampai dengan Mei 2009 pada setiap
bahwa pembelajaran partisipatif adalah proses proses pembelajaran bahasa Indonesia di kelas.
pembelajaran dengan memfokuskan pembelajar
Latar Penelitian (Setting)
mengalami secara langsung pada objek/
Dalam penelitian ini subjek penelitian adalah
kejadian nyata dengan berkomunikasi, berinte-
pembelajaran bahasa Indonesia di SMAK 3 BPK
raksi, dan berefleksi. Materi pelajaran akan
PENABUR Jakarta. Kelas yang digunakan
diperoleh dengan membaca materi (dipersiap-
penelitian adalah kelas XI IPA 1. Penelitian
kan guru/mencari-menemukan sendiri)
dilakukan sesui dengan jadwal pelajaran
kemudian dikomunikasikan dalam interaksi
bahasa di tempat penelitian dan sesuai dengan
belajar mengajar di kelas dengan sesama teman/
jadwal mengajar peneliti.
guru.
Penerapan strategi pembelajaran partisi- Metode Penelitian
patif dilakukan dengan memerhatikan tahapan- Metode yang digunakan dalam penelitian ini
tahapan berikut. Pertama, apersepsi (siswa adalah Penelitian Tindakan (Action Research)
didorong mengomunikasikan, mengilustrasikan mengingat keberadaan peneliti sebagai guru
atau mengemukakan pemahamannya tentang bahasa Indonesia di SMA. Tindakan peneliti
sesuatu yang akan dibahas.Kedua, eksplorasi dalam menerapkan strategi pembelajaran
(siswa diberi kesempatan untuk menyelidiki dan bahasa Indonesia diamati dan direkam. Dengan
menemukan konsep melalui pengumpulan, demikian dalam penelitian ini guru bahasa
pengorganisasian, dan penginterpretasian data Indonesia sebagai instrumen penelitian dan
dalam kegiatan belajar mengajar yang sudah peneliti mengadakan pengamatan berperan serta
dirancang sebelumnya). Ketiga, diskusi dan karena terjun di dalamnya dalam posisi sebagai
penjelasan konsep (Siswa memberikan penjelasan, pengamat.
mempresentasikan, memberi solusi sesuai tugas Penelitian ini bersifat kualitatif (partisipatif
yang harus mereka kerjakan. Pada tahap ini guru dan kolaboratif) dan peneliti terlibat dalam
memberikan penguatan agar siswa tidak ragu penelitian, berinteraksi dengan subjek, dan
tentang konsepsi yang mereka kemukakan). melibatkan pihak lain (kolaborator) yaitu rekan
Keempat, pengembangan dan aplikasi. (Guru pengajar di sekolah. Penelitian ini berlangsung
berusaha menciptakan iklim pembelajaran yang secara alamiah dengan pengamatan, inkuiri
memungkinkan siswa mengaplikasikan secara sistematis dan menarik kesimpulan.
pemahaman konseptualnya). Teknik pengumpulan data yang akan
digunakan yaitu dimulai dengan pengamatan,
bertanya jawab, menggunakan tes (tes awal,
Metodologi Penelitian proses, dan akhir), hasil tugas kelas dan rumah,
catatan harian pengajar, wawancara, rekaman,
Tujuan Khusus Penelitian catatan hasil observasi kolaborator. Pemerik-
Penelitian ini dilakukan untuk mengumpulkan saan keabsahan data diperoleh melalui
data dalam upaya mengetahui(a) bagaimana triangulasi, dari tiga sumber, yaitu: (a) catatan
meningkatkan keterampilan membaca kritis harian peneliti (rekaman, hasil tes, tugas,
siswa melalui strategi pembelajaran partisipatif, wawancara), (b) catatan kolaborator (rekan kerja)

Jurnal Pendidikan Penabur - No.14/Tahun ke-9/Juni 2010 5


Peningkatan Keterampilan Membaca Kritis

melalui catatan hasil diskusi, dan lembar dan rekaman. Pemeriksaan keabsahan data
pengamatan observasi, dan (c) catatan siswa melalui trangulasi dari tiga sumber, yaitu:
(rekaman, tanya jawab, buku siswa). catatan harian peneliti, kolaborator, dan catatan
Teknik analisis data menggunakan siswa. Teknik analisis data menggunakan
kuantitatif dan kualitatif. Data kuantitatif akan kualitatif dan kuantitatif.
dipergunakan untuk mengukur derajat pening-
katan keterampilan membaca melalui tes baik Prosedur Pengumpulan dan Perekaman Data
kognitif maupun psikomotor. Data kualitatif Prosedur pengumpulan dan perekaman data
dipergunakan untuk mendeskripsikan tangga- akan dilakukan dengan menggunakan model
pan siswa dalam ranah afektif, hasil wawan- Stephen Kemmis Prosedur yang akan dilakukan
cara, catatan hasil diskusi, pengamatan, mencakup empat langkah pokok, yaitu: (1)
wawancara, catatan siswa, catatan kolaborator merumuskan masalah dan merencanakan
dan lain-lain. Data kuantitatif dan kualitatif tindakan (planing), (2) melaksanakan tindakan
selanjutnya akan diolah untuk menjawab (acting) dan pengamatan (observing), dan (3)
rumusan bagaimana meningkatkan keteram- merefleksikan (reflecting) hasil pengamatan; dan
pilan membaca kritis siswa melalui strategi (4) perbaikan atau perubahan perencanaan
pembelajaran partisipatif dan apakah penera- (replaning) untuk pengembangan tingkat
pan strategi pembelajaran partisipatif dapat keberhasilan.
meningkatkan keterampilan membaca kritis. Keempat langkah utama yaitu perencanaan,
Berdasarkan uraian di atas, disimpulkan tindakan, observasi, dan refleksi yang saling
bahwa metode penelitian yang akan digunakan berkaitan tersebut dalam pelaksanaan tindakan
adalah metode penelitian tindakan (action disebut dengan istilah siklus. Penelitian
research) bersifat kualitatif (partisipatif dan tindakan yang akan diterapkan dalam
kolaboratif). Prosedur penelitian yaitu menggu- penelitian tindakan ini menggunakan model
nakan dua siklus. Setiap siklus mencakup Stephen Kemmis.
kegiatan: perencanaan, tindakan, pengamatan, 1. Perencanaan 2. Tindakan 3. Observasi
dan refleksi. Teknik pengumpulan data dengan 4. Refleksi16
pengamatan, tes, tugas, catatan, wawancara, Prosedur di atas digambarkan sebagai berikut.

Kondisi • Identifikasi Penerapan


awal dan • Fokus dan strategi
profil perumusan pembelajaran
peserta • Analisis partisipatif
• Hipotesis
• Rancangan

• Identifikasi Penerapan strategi


• Fokus dan pembelajaran
perumusan partisipatif
• Analisis
• Hipotesis
• Rancangan

Gambar 1: Desain Penelitian Refleksi Siklus ke-2 dan Seterusnya

6 Jurnal Pendidikan Penabur - No.14/Tahun ke-9/Juni 2010


Peningkatan Keterampilan Membaca Kritis

dipergunakan siswa secara umum belum


Deskripsi, Analisis Data, dan menggunakan strategi membaca yang jelas.
Pembahasan Sebagian besar mereka belum terbiasa melaku-
kan peninjaun secara luas terhadap bahan yang
dibaca, belum terbiasa memprediksi isi sebelum
Deskripsi
membaca, membuat pertanyaan sebelum
Penjajakan awal, dalam penelitian tindakan
membaca, mengatur siasat menemukan bacaan
dilakukan untukaa mengetahui kondisi awal
yang sulit, melakukan monitor terhadap
sebelum pelaksanaan siklus tindakan.
kegiatan membaca, serta melakukan peninjauan
Mengetahui situasi awal dilakukan sebagai
ulang atau membaca ulang bahan bacaan ketika
bahan pertimbangan dalam perencanaan untuk
diketahui informasi belum dipahami sepenuhnya.
melaksanakan tindakan, pengamatan yang
kemudian diteruskan dengan refleksi. Butir-butir
tes membaca penjajakan telah diujicobakan di Analisis Data dan Pembahasan
kelas XI IPA 1 pada hari selasa 16 Februari 2009.
Penelitian dimulaaai seminggu kemudian, yaitu
pada hari Selasa, 23 Februari dan berakhir pada Perencanaan Pembelajaran Membaca
hari Rabu, 10 Mei 2009. Pada jam selanjutnya Siklus 1
siswa diberikan tes penjajakan dan kuesioner
(tes penjajakan 25 menit dan kuesioner 20 menit). Perencanaan pada siklus pertama dilakukan
Setelah tes penjajakan selesai, siswa diberikan dengan terlebih dahulu meyakinkan siswa
kuesioner dan dikembalikan kepada peneliti akan pentingnya memiliki kemampuan
setelah pelajaran berakhir. Mengingat waktu membaca. Tujuan yang hendak dicapai bukan
pertemuan selesai guru (peneliti) mengakhiri hanya sekadar menangkap garis besar isi
pertemuan dengan menutup kegiatan dan bacaan (membaca cepat) tetapi siswa memahami
mengondisikan kelas untuk mengikuti pelajaran secara kritis, yaitu siswa mengerti isi bacaan
selanjutnya sesuai dengan jadwal pelajaran hari berarti mengerti benar ide pokoknya; menge-
itu. tahui fakta dan detail pentingnya; dan dapat
membuat kesimpulan serta interpretasi ide-ide
Pemahaman Bacaan itu. Dalam membaca kritis ada interaksi antara
Untuk mengukur tingkat pemahaman siswa penulis dan pembaca, maksudnya perlu menilai
dalam membaca dilakukan tes. Jumlah soal tes isi bacaan dan membandingkannya dengan
yang diberikan untuk mengukur tingkat pengetahuan siswa.
pemahaman bacaan adalah 20 butir soal Langkah selanjutnya menyusun skenario
berganda yang tersebar atas jenjang tingkatan pembelajaran dengan menerapkan strategi
literal, inferensial, evaluasi, dan apresiasi. Bahan pembelajaran partisipatif. Dalam tahapan
bacaan yang digunakan adalah “Biografi John pembacaan, setiap tahapan diawali dengan
Stuart Mill dan Sir Isaac Newton.” membaca kritis, yaitu siswa disodori teks dengan
Berdasarkan hasil tes penjajakan awal dua atau tiga judul. Siswa harus terlebih dahulu
diketahui dari 5 soal tingkat literal diperoleh membaca secara serius selama 15-20 menit,
45% siswa menjawab benar dan 55% siswa dipantau oleh peneliti dan kolaborator. Setelah
menjawab salah. Tingkat inferensial berjumlah selesai siswa dipersilakan bertanya jawab dan
4 soal diperoleh 40% siswa menjawab benar dan berdiskusi dengan teman-teman satu kelompok.
60% siswa menjawab salah. Tingkat evaluasi Agar lebih jelas proses pembelajaran terbagi
berjumlah 5 soal 37% menjawab benar dan 63% menjadi beberapa fase berikut. Fase Pertama yaitu
menjawab salah. Dan tingkat apresiasi 6 soal membaca dengan konsentrasi. Fase kedua yaitu
diperoleh 35% siswa menjawab benar dan 65% bertanya jawab dan berdiskusi. Fase ketiga yaitu
siswa menjawab salah. Berdasarkan informasi mempresen-tasikan hasil diskusi.
awal diketahui bahwa tingkat kemampuan
siswa kelas XI IPA 1 SMAK 3 PENABUR Jakarta Pelaksanaan Tindakan dan Pengamatan Siklus
pada semester II masih belum memuaskan.
1 (Selasa, 23 Februari 2009)
Kebiasaan Membaca Pelaksanaan tindakan dan pengamatan ke-1
Berdasarkan hasil kuesioner pengalaman dan pada siklus pertama secara umum berlangsung
kebiasaan membaca atau strategi membaca yang baik sesuai dengan skenario yang dibuat

Jurnal Pendidikan Penabur - No.14/Tahun ke-9/Juni 2010 7


Peningkatan Keterampilan Membaca Kritis

sebelumnya. Peran siswa begitu terlihat 3) Tindakan dan Pengamatan ke-3 (Selasa, 14
antusias membaca teks bacaan. Pada prinsipnya April 2009)
dua materi yaitu “Paragraf dan Kohesi dan Pada tindakan dan pengamatan yang ke-3,
Koherensi” para siswa pernah belajar dalam Selasa, 14 April 2009 peneliti mengawali
pembelajaran sebelumnya. Namun karena tindakan dan pengamatan dengan menge-
mereka membaca penjelasan langsung tidak valuasi jalannya tindakan dan pengamatan ke-
dijelaskan oleh guru menjadikan suatu 1 dan ke-2. Peneliti menanyakan apakah siswa
pengalaman baru yaitu melengkapi pemahaman sudah mencoba menerapkan bagaimana
para siswa. langkah-langkah membaca yang sudah dibaca
Siswa menjadi termotivasi setelah membaca dan dipahami pada pertemuan ke-1 dan ke-2.
bacaan yang berjudul “Membaca dengan Sebagian siswa menjawab sudah mencoba dan
Catatan yang Baik.” Siswa memperoleh penge- sebagian besar siswa menjawab belum.
tahuan baru. Bahwa membaca yang baik Kemudian seperti dua tindakan sebelumnya,
ternyata siswa diwajibkan mengajukan yaitu melalui tiga fase yaitu: membaca dengan
pertanyaan-pertanyaan kritis terhadap isi buku konsentrasi, bertanya jawab dan berdiskusi;
yang dibaca. Selain itu, pembaca yang baik mempresentasikan hasil diskusi. Kegiatan
hendaknya memberikan catatan-catatan di buku diakhiri dengan tes pemahaman bacaan.
yang dibaca (dalam teks) yang sedang dibaca. Sebelum tes pemahaman bacaan dibagikan
Dengan memberikan catatan-catatan tersebut peneliti masih memberikan kesempatan kepada
terjadi komunikasi antara penulis dan pembaca, para siswa untuk bertanya. Jika sudah tidak ada
selain itu akan membantu mengingatkan kembali pertanyaan waktu 30 menit dipergunakan untuk
jika siswa akan membaca kembali buku/teks mengerjakan tes pemahaman bacaan ke-3
yang sudah dibacanya. dengan 20 pertanyaan berganda dan 10
pertanyaan esai dengan melengkapi. Pada
tindakan dan pengamatan yang ketiga peneliti
2) Tindakan dan Pengamatan ke-2 (Selasa, 3
memberikan kesempatan refleksi pada siswa,
Maret 2009)
dan kolaborator. Sebelum bel berbunyi kurang
Dalam tindakan dan pengamatan ke-2 ini,
lima menit peneliti memberikan kesempatan
kelompok yang tampil mempresentasikan hasil
kepada siswa untuk merefleksi tiga kali
diskusi kelompok adalah kelompok Mia Vania
pertemuan yang sudah dilaksanakan.
dan kelompok Christian. Hasil diskusi
kelompok yang dipresentasikan secara singkat
Refleksi Siklus 1
adalah manfaat membaca buku antara lain:
Strategi Pembelajaran Membaca
Belajar dengan pengetahuan orang lain;
Menurut siswa kelas XI A 1 strategi pembel-
menambah pengetahuan; terhindar dari
ajaran partisipatif yang dilatihkan kepada
kerusakan otak di masa tua, karena membaca mereka dalam membaca dapat membantu
membentuk jaringan otak baru; mampu mereka memahami bacaan. Para siswa
menyelami kehidupan orang lain; menambah- memandang membaca sebagai suatu kebutuhan
kan kosakata dan pengetahuan. yang harus dibiasakan, walaupun tahap
Oleh karena itu setiap pembaca hendaknya permulaan mereka membaca buku yang ringan-
memahami langkah-langkah membaca. ringan seperti novel, biografi, Chicken Soup dan
Langkah-langkah membaca yang baik, yaitu: lain-lain. Pada tahap membaca penuh konsen-
membuat target dalam membaca; membaca trasi para siswa dapat mulai menikmati bacaan
secara “ngemil”; membaca dari beragam sumber; yang disodorkan kepadanya.
menerapkannya dalam kehidupan kita.
Dalam penelitian tindakan yang kedua ini, Materi Ajar
setelah presentasi selesai tidak ada peserta yang Selama ini pemahaman tentang membaca hanya
bertanya sehingga presentasi langsung ditutup. tentang membaca cepat: skimming dan scanning.
Siswa dianggap sudah memahami isi bacaan Mereka menyadari bahwa skimming dan scanning
yang sudah dibaca, didiskusikan, dan baru sebagian dari aktivitas membaca untuk
dipresentasikan. Tindakan dan penelitian menangkap gagasan utama/ ide pokok teks.
diakhiri dengan memberikan tes pemahaman Peneliti menjelaskan bahwa untuk memulai
bacaan. suatu hal yang baru harus langkah demi

8 Jurnal Pendidikan Penabur - No.14/Tahun ke-9/Juni 2010


Peningkatan Keterampilan Membaca Kritis

langkah tidak langsung ke sasaran. Untuk dapat dengan kelompok yang baru membahas hasil
memahami hal yang sulit dimulai dari tingkat temuan isi bacaan.
yang mudah, sedang, kemudian tingkat yang Setelah siswa membaca dengan konsentrasi
sulit. Oleh sebab itu sengaja peneliti memberikan dan menemukan isi bacaan, memasuki fase
materi dengan urut-urutan yang mudah dan berikutnya adalah berdiskusi dan bertanya
sedang dan pada akhirnya nanti siswa akan jawab tentang isi teks yang dibacanya. Dalam
dihadapkan pada teks-teks yang perlu diskusi terlihat suasana lebih ’hidup’ karena
pemahaman tingkat tinggi yang akan diberikan siswa sudah mulai terbiasa dengan berdiskusi
pada siklus ke-2. tentang temuan-temuan atau hal-hal baru yang
diperoleh dengan membaca (tanpa informasi
Pencapaian Hasil Belajar guru).
Berdasarkan hasil tes membaca yang Peneliti mengakhiri tindakan dan
menggunakan pilihan berganda menunjukkan pengamatan ke-1 dalam siklus kedua dengan
persentase pemahaman bacaan masih rendah. membagikan lembar tes pemahaman membaca
Perolehan pemahaman literal 66,2%, inferensial yang terdiri atas 20 soal pilihan berganda dan
63,6%, evaluasi 68,8%, dan apresiasi 73,3%. 10 soal objektif (melengkapi kalimat rumpang).
Sedangkan tes dengan objektif dengan meleng- Setelah bel berbunyi peneliti mengumpulkan
kapi kalimat yang diberikan pada akhir siklus. hasil tes dan menutup proses pembelajaran
Diperoleh informasi dari 35 siswa terdapat 25 dengan mengucapkan salam.
siswa (71,42%) yang termasuk ke dalam kategori
pembaca independen, 6 siswa (17,14%) terma- 2) Tindakan dan Pengamatan ke-2 ( Selasa, 5
suk dalam kategori membaca instruksional, dan Mei 2009)
4 siswa (11,42%) termasuk kategori pembaca Presentasikan hasil diskusi pada tindakan dan
frustasi. Dengan kriteria keberhasilan belajar pengamatan ke-2 siklus kedua adalah Nathania
tuntas ditekankan 80% siswa telah mencapai dan Nathanael. Tes pemahaman bacaan
tingkat pembaca independen. tindakan dan pengamatan ke-2 pada siklus
Kriteria yang digunakan dalam tes kedua dengan soal pilihan berganda 20 soal dan
pemahaman bacaan dengan tes objektif dengan soal objektif dengan mengisi kalimat rumpang
melengkapi kalimat adalah (1) tingkat 10 soal.
independen dengan pencapaian jawaban benar
lebih dari 60%, (2) tingkat instruksional dengan 3) Tindakan dan Pengamatan ke-3 (Rabu, 6
pencapaian jawaban benar 45%-59%, dan (3) Mei 2009)
tingkat frustasi dengan pencapaian jawaban Kegiatan dimulai dengan apersepsi, yaitu
benar kurang dari 44%. dengan menanyakan kesiapan siswa sebelum
Pencapaian hasil belajar berdasarkan tes tindakan dilaksanakan. Fase pertama dimulai
tersebut tampak baru 71,42% siswa yang dapat dengan peneliti membagikan teks berjudul “Cara
mencapai kriteria pembaca independen Membaca Sains dan Matematika” Waktu yang
sementara ketuntasan belajar yang ditetapkan diberikan untuk membaca kritis dengan diam
adalah 80%. Artinya kriteria yang ditetapkan dan konsentrasi maksimal dua puluh menit.
masih belum tercapai. Dengan mempertim- Pada saat siswa diam berkonsentrasi, peneliti
bangkan hasil tes dan refleksi di atas, tindakan membagikan kertas transparansi dan spidol
pembelajaran membaca masih perlu diteruskan untuk persiapan presentasi.
dengan pengubahan program tindakan yang Tes pemahaman bacaan pada tindakan dan
akan diubah pada siklus ke-2. pengamatan ke-3 berupa soal pilihan berganda
15 soal dan soal objektif melengkapi kalimat
Pelaksanaan Tindakan dan rumpang 15 soal. Hasil tes pemahaman bacaan,
Pengamatan Siklus 2 kuesioner, dan refleksi siklus kedua dapat dibaca
pada paparan selanjutnya.
1. Tindakan dan Pengamatan ke-1 (Senin, 4
Mei 2009) c. Refleksi Siklus 2
Pada fase pertama, setelah seluruh siswa Strategi Pembelajaran Membaca
menerima teks bacaan, mereka diberi waktu 20 Menurut pengakuan siswa penerapan membaca
menit untuk membaca dengan penuh konsen- kritis dengan strategi pembelajaran partisipatif
trasi. Selanjutnya siswa diminta berdiskusi dapat membantu siswa memahami teks bacaan.

Jurnal Pendidikan Penabur - No.14/Tahun ke-9/Juni 2010 9


Peningkatan Keterampilan Membaca Kritis

Pada umumnya siswa hanya membaca kalau Pencapaian Hasil Belajar


dianggap perlu saja atau karena terpaksa. Siswa Hasil tes membaca yang menggunakan pilihan
belum menganggap membaca menjadi suatu berganda menunjukkan peningkatan dan sedikit
kebutuhan utama dan penting. Melalui strategi penurunan. Persentase Perbandingan nilai tes
pembelajaran partisipatif, siswa lebih pemahaman bacaan siklus pertama dengan
termotivasi untuk belajar. Selama ini mereka, nilai tes pemahaman bacaan siklus kedua l
menjadi pendengar yang baik. Selama pembel- sebagai berikut.
ajaran berlangsung mereka dapat menunjukkan Pemahaman literal meningkat dari 66,2%
eksistensinya, untuk berpikir sendiri, menjadi 78,2%, Inferensial meningkat dari 63,6%
menemukan sendiri, dan mampu memaparkan menjadi 72,3% evaluasi menurun dari 68,8%
pemahamannya secara langsung di kelas. menjadi 66,8% dan apresiasi menurun dari
Bentuk partisipasi yang mereka alami saat 73,3% menjadi 65,3%.
berdiskusi, presentasi, bertanya dan menjawab Berdasarkan hasil tes objektif dengan
dalam proses pembelajaran semakin menguat- melengkapi kalimat rumpang diperoleh infor-
kan keyakinan mereka bahwa sebenarnya masi dari 35 responden terdapat 26 siswa
mereka bisa mandiri tanpa harus menggan- (74,28%) termasuk ke dalam kategori pembaca
independen, dan 7 siswa ( 20,00%) termasuk ke
tungkan orang lain (guru) untuk menjelaskan
dalam kategori pembaca instruksional, serta 2
sesuatu hal yang baru yang ditemukan dalam
siswa yang masih tergolong pembaca frustasi
teks bacaan.
(5,71%).
Berdasarkan hasil tes tersebut dinyatakan
Materi Ajar
bahwa 94,28% siswa mencapai kriteria pembaca
Teks-teks yang diberikan pada siklus 2, yaitu
independen, dan ketuntasan belajar yang
“Aktivitas dan Seni Membaca”, “Cara Membaca
ditetapkan 80%. Dengan demikian kriteria yang
Buku Praktis”, dan “ Cara Membaca Sains dan ditetapkan sudah dapat tercapai.
Matematika” menurut mereka menarik.
Dibandingkan dengan siklus pertama, siklus Analisis Perolehan Nilai Tes Pilihan Berganda
kedua ini lebih menarik dan mengena. Selain itu Berdasarkan hasil penelitian, setelah dilaksa-
mereka juga lebih fokus karena topiknya hanya nakan tindakan dan pengamatan, paparan
satu, maksudnya lebih mudah memahami satu berikut adalah hasil tes kemampuan membaca
topik dibanding dua topik dalam waktu yang kritis siswa dengan bentuk soal pilihan ganda
bersamaan. pada siklus 1 dan siklus 2, dari 35 siswa.

Tabel 1: Perolehan Nilai R ata-rata Siswa Siklus 1 dan Siklus 2

No. R ata-rata R ata-rata Pening- Keterangan


Urut Nilai Siklus 1 Nilai Siklus 2 katan

1 62 55 -7 Menurun

2 69 75 6 Meningkat

3 49 62 13 Meningkat

4 61 68 7 Meningkat

5 50 67 17 Meningkat

6 70 71 1 Meningkat

7 80 67 -13 Menurun

8 70 56 -14 Menurun

9 57 60 3 Meningkat

10 Jurnal Pendidikan Penabur - No.14/Tahun ke-9/Juni 2010


Peningkatan Keterampilan Membaca Kritis

Tabel 1: Perolehan Nilai Rata-rata Siswa Siklus 1 dan Siklus 2

Rata-rata Rata-rata Nilai


No. Urut Peningkatan Keterangan
Nilai Siklus 1 Siklus 2

10 70 43 -27 Menurun

11 63 70 7 Meningkat

12 44 62 18 Meningkat

13 64 49 -15 Menurun

14 54 64 10 Meningkat

15 55 57 2 Meningkat

16 65 66 1 Meningkat

17 71 64 -7 Menurun

18 62 77 15 Meningkat

19 61 79 18 Meningkat

20 67 73 6 Meningkat

21 72 68 -4 Menurun

22 65 72 7 Meningkat

23 61 87 26 Meningkat

24 67 63 -4 Menurun

25 72 81 9 Meningkat

26 68 65 -3 Menurun

27 78 81 3 Meningkat

28 66 77 11 Meningkat

29 60 63 3 Meningkat

30 74 81 7 Meningkat

31 66 68 2 Meningkat

32 66 64 -2 Menurun

33 66 68 2 Meningkat

34 68 64 -4 Menurun

35 69 70 1 Meningkat

Rata-Rata 64.48 67.21 Meningkat 2.73

Standar Deviasi 7,67 10,76

Nilai Terendah 44 43 Menurun 1

Nilai Tertinggi 80 87 Meningkat 7

Jurnal Pendidikan Penabur - No.14/Tahun ke-9/Juni 2010 11


Peningkatan Keterampilan Membaca Kritis

Berdasarkan tabel di atas, hasil analisis nilai Berdasarkan gambar 2, Hasil Perolehan
rata-rata kelas kemampuan membaca kritis Rata-rata Nilai Siswa Siklus 1 dan Siklus 2
siswa pada siklus 1 adalah 64,48 dan siklus 2 mengalami peningkatan (64,48 - 67.21), maka
adalah 67.21, maka kemampuan membaca kritis kemampuan membaca kritis siswa mengalami
siswa mengalami peningkatan 2.73. Nilai peningkatan 2.73. Demikian pula, dilihat dari
terendah mengalami penurunan satu angka dari nilai tertinggi yang diperoleh siswa pada siklus
44 menjadi 43. Sedangkan nilai tertinggi 1 nilai tertinggi siswa adalah 80 sedangkan pada
mengalami peningkatan 7 angka dari siklus 1, siklus 2 nilai tertinggi siswa adalah 87.
yaitu 80 siklus 2 menjadi 87. Peningkatan Pada tabel 2 dipaparkan secara singkat
kemampuan membaca krttis siswa kelas XI A 1 persentase hasil tindakan dan pengamatan
SMAK 3 BPK PENABUR Jakarta pada semester kemampuan membaca kritis siswa kelas XI A 1
II tahun pelajaran 2008/2009 dengan penerapan SMAK 3 PENABUR Jakarta semester 2 tahun
strategi pembelajaran partisipatif dapat dibaca pelajaran 2008/2009.
pada gambar 2.

87
90
80
80
67.21
70
64.48
60
Nilai Rata-rata
50 43
44 Terendah
40
Tertinggi
30
20
10
0
Siklus 1 Siklus 2

Gambar 2 : Hasil perolehan Nilai Kemampuan Membaca Kritis Siswa

Tabel 2: Persentase Jenjang Kemampuan Membaca Kritis

Jenjang Tind. 1 Tind. 2 Tind.3 Tind.1 Tind.2 Tind.3

Literal 61,4 % 61,2% 78,5% 81% 75% 78%

Inferensial 62,3% 70% 59% 90% 72% 54%

Evaluasi 73,7 % 5 7 , 6% 76,8% 57% 66% 76%

Apresiasi 86,2 58,5% 76,4% 82% 55% 58%

12 Jurnal Pendidikan Penabur - No.14/Tahun ke-9/Juni 2010


Peningkatan Keterampilan Membaca Kritis

kritis siswa baik literal, inferensial, evaluasi


Kesimpulan Implikasi, dan Saran maupun apresiasi.
Agar dapat mengaplikasikan membaca
Kesimpulan strategi pembelajaran partisipatif, guru
Peningkatan keterampilan membaca kritis siswa hendaknya dapat meramu empat ranah
dapat dilakukan melalui langkah-langkah keterampilan berbahasa, yaitu: mendengarkan,
strategi pembelajaran partisipatif dimulai berbicara, membaca, menulis dalam sebuah
membaca dengan konsentrasi penuh pada fase skenario pembelajaran yang memungkinkan
pertama, yaitu menfokuskan perhatian siswa siswa terlibat dalam proses belajar mengajar.
pada teks bacaan agar siswa dapat menemukan Artinya siswa jangan hanya menjadi objek didik
isi teks. Untuk meningkatkan pemahaman isi tetapi siswa benar-benar menjadi subjek didik.
bacaan, karena siswa belum terbiasa mandiri, Berdasarkan pengamatan, siswa sebenarnya
(masih kurang percaya diri) diskusi dan tanya berpotensi untuk mencari dan menemukan
jawab merupakan metode yang tepat diterapkan sendiri materi pembelajaran dengan membaca
di dalam kelas. teks bacaan baru. Guru hendaknya berupaya
Kemampuan siswa dalam memahami teks membangkitkan motivasi siswa menjadikan
dibuktikan dengan fase ketiga, yaitu presentasi. membaca sebagai suatu kebutuhan. Artinya,
Keterampilan membaca kritis siswa dilihat dari aktivitas membaca jangan sebagai “beban” tetapi
jenjangnya mengalami peningkatan. membaca hendaknya dapat dijadikan bentuk
Berdasarkan perolehan nilai rata-rata siswa aktivitas yang menyenangkan.
dalam satu siklus, diketahui bahwa sebagian Permasalahan krusial yang dihadapi siswa
besar siswa mengalami peningkatan dari siklus SMA sekarang, bahwa membaca menjadi tetap
1 (64,48) ke siklus 2 (67,21), dengan demikian menjadi suatu beban, apalagi membaca wacana,
kemampuan membaca kritis siswa mengalami teks yang panjang. Siswa pada umumnya lebih
peningkatan 2.73. Berdasarkan hasil perolehan menyenangi hal-hal yang ’praktis’ dan instan.
nilai persiswa dari 35 siswa, terdapat 24 siswa
Salah satu penyebab nilai bahasa Indonesia
(68.57%) yang mengalami peningkatan nilai,
menurun, karena siswa malas membaca
sedangkan 11 siswa (31.43%) mengalami
wacana/teks. Karena malas membaca, maka
penurunan. Berdasarkan perolehan dari nilai
kesulitan menangkap isi teks/wacana tersebut.
tertinggi, pada siklus 1 nilai tertinggi siswa
Kesulitan memahami teks berdampak pada
adalah 80 sedangkan pada siklus 2 nilai tertinggi
kesulitan menjawab pertanyaan teks pada
siswa adalah 87. Peningkatan hasil perolehan
ulangan harian/ulangan umum.
nilai dari sejumlah siswa tersebut menunjukkan
bukti keberhasilan penerapan strategi
pembelajaran partisipatif. Saran
Setelah serangkaian penelitian tindakan
Implikasi peningkatan keterampilan membaca kritis, siswa
melalui penerapan strategi pembelajaran
Keterampilan membaca siswa baik pada jenjang
partisipatif dilaksanakan, sejumlah saran yang
literal, inferensial, evaluasi, dan apresiasi masih
terdapat beberapa kelemahan/kekurangan dan dapat disampaikan:
perlu ditingkatkan lagi. Refleksi yang dilakukan Pertama, para pengajar (khususnya ilmu
bersama-sama antara siswa, guru, dan sosial) yang ingin menerapkan strategi
kolaborator merupakan sarana yang tepat untuk pembelajaran partisipatif hendaknya terlebih
melihat kembali apakah strategi pembelajaran dahulu mendisiplinkan diri membaca teks/
sudah terlaksana sesuai dengan skenario atau wacana, kemudian dapat mengintegrasikan isi
belum. Permasalahan yang menyebabkan esensial materi pelajaran dalam berbagai
penurunan pada siklus 1 dan 2 berbeda. aktivitas yang mampu memotivasi minat belajar
Peningkatan secara signifikan pada jenjang siswa.
literal, inferensial, dan evaluasi menunjukkan Kedua, pengajar bahasa (bahasa Indonesia
bahwa telah terjadi peningkatan keterampilan dan bahasa asing di sekolah) hendaknya
membaca kritis. Dengan membiasakan strategi menjadi ujung tombak/memprakarsai penggu-
pembelajaran partisipatif, dan latihan terus- naan strategi pembelajaran partisipatif di kelas.
menerus, kontinu, dan disiplin diharapkan Strategi pembelajaran partisipatif fleksibel
dapat meningkatkan keterampilan membaca diterapkan dalam berbagai aspek (tidak hanya

Jurnal Pendidikan Penabur - No.14/Tahun ke-9/Juni 2010 13


Peningkatan Keterampilan Membaca Kritis

membaca). Namun, beberapa aktivitas dapat 11


Dorothy Rubin, A practical aproach to teaching
diawali dengan membaca terlebih dahulu. reading (Boston: Allyn and Bacon) p. 421
Misalnya: Membaca – diskusi, Membaca – 12
H. Douglas Brown, Teaching by principles: An
drama, Membaca – menulis puisi/drama, interactive aproach to language pedagogy,
Membaca–mempraktikkan dalam tindakan, dan second edition. Sanfransisco State Universitiy:
sebagainya. Longman, p. 104.
Ketiga, pengajar bahasa/pengajar yang lain 13
Wina Sanjaya, loc cit., p. 125-273
hendaknya mencantumkan strategi pembel- 14
Wina Sanjaya, Ibid. p. 196-197
ajaran partisipatif dalam silabus mata 15
Wina Sanjaya, Ibid. p. 225
pelajaran/ Rencana Program Pengajaran (RPP). 16
Stephen Kemmis, dalam Metodologi peneli-
Skenario pembelajaran partisipatif sangat tian.(Emzir,PPs UNJ,2006) p. 237
menarik asalkan pengajar memiliki kreativitas
yang tinggi.Peneliti lain dapat menggunakan
hasil penelitian ini sebagai model penelitian Daftar Pustaka
dengan fokus penelitian yang mirip dengan
memodifikasi sesuai. Alwasilah. (2000). Perspektif pendidikan bahasa
Inggris di Indonesia dalam konteks persaingan
global. Bandung: Andira
Catatan kaki Brown, H. Duglas. (1994).Teaching by principles:
1
Chaedar Alwasilah, Perspektif pendidikan bahasa an interactive aproach to language pedagogy,
Inggris di Indonesia dalam konteks Persaingan Second edition. Sanfransisco State
Global (Bandung: Andira,2000), p. 45 Universitiy: Longman
2
Wina Sanjaya, Strategi pembelajaran (Jakarta, Carter, Ronald and Micckael N. Long. (1991).
Kencana Prenada Media, 2006) p. 250 Teaching literature .New York: Longman
3
David Nunan, Language teaching methodology Publishing
(UK; Prentice Hall International, 1991), p.72 Estil, Alexander J. (ed). (1988). Teaching reading.
4
Nunan. Loc. cit. p. 90 USA: Scott Foresman and company
5
Soedarso, Speed reading sistem membaca cepat dan Kemmis, Stephen. (2006). dalam Metodologi
efektif (Jakarta:Gramedia.2001) p .71-72 penelitian. Emzir, PPs UNJ
6
Dorrothy Rubin.1993. A practicall approach to Roe, Betty D. & Ross Ellinor P. (1990). Developing
teaching reading. Boston,MA: Alan and Bacon power in reading. Dubuque,IA: Kendall/
7
Betty D. Roe & Ross Ellinor P. 1990. Developing Hunt Publishing Company
power in reading. Dubuque,IA: Kendall/Hunt Rubin, Dorrothy. (1993). A practicall approach to
Publishing Company teaching reading. Boston,MA: Alan and
8
Soedarso. loc.cit. p.72-73 Bacon. Sanjaya, Wina. (2006). Strategi
9
Alexander J. Estil (ed) Teaching reading (USA: pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada
Scott Foresman and company,1988) p. 170-171 Media
10
Ronald Carter, and Micckael N. Long, Teaching Soedarso. (2001).Speed Reading Sistem membaca
literature (New York: Longman Publishing, cepat dan efektif. Jakarta: Gramedia
1991) p.36 Nunan, David. Language teaching methodology.
UK: Prentice Hall International

14 Jurnal Pendidikan Penabur - No.14/Tahun ke-9/Juni 2010


Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam Proses Pembelajaran
Penelitian

Teknologi Informasi dan Komunikasi


dalam Proses Pembelajaran

Yuli Kwartolo

Abstrak
ujuan penelitian ini adalah menemukan secara luas dan mendalam mengenai pemanfaatan

T teknologi informasi dan komunikasi (TIK), khususnya komputer dengan perangkatnya


untuk pembelajaran di sekolah. Sekolah yang menjadi target penelitian adalah SMAK 1
dan SMAK 7 BPK PENABUR Jakarta. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif, dengan
menggunakan metode studi kasus. Kasus-kasus dari kedua sekolah dibandingkan dan dianalisis
berdasarkan konseptual dan standar legal dan dielaborasi dalam review literatur. Temuan-temuan
dalam penelitian ini diindikasikan bahwa: (1) ada perbedaan dalam pemanfaatan ICT di SMAK 1
dan SMAK 7; di SMAK 1, sudah berada pada tingkatan belajar dengan TIK, sedangkan di SMAK 7
masih berada pada tingkatan belajar tentang TIK; (2) akses internet di kedua sekolah sangat terbatas,
juga terbatas pada bandwith, meskipun komputer dengan perangkatnya di kedua sekolah tersebut
sesuai standar; (3), selain guru yang mengembangkan bahan ajar berbasis komputer, kedua sekolah
membeli program pembelajaran dari vendor, toko buku, dll; (4), e-learning, umumnya masih bersifat
offline. Yang online masih sebatas di laboratorium bahasa Inggris; ( 5) pemanfaatan komputer dengan
perangkatnya masih sebatas memindahkan bahan ajar ke berbagai aplikasi komputer, seperti
PowerPoint, Macromedia Flash, CD pembelajaran. Meskipun memberi kesempatan kepada aktivitas
siswa, namun pembelajaran masih ‘teacher oriented’; ( 6) pemanfaatan komputer di kedua sekolah
ini masih pada level pembelajaran dengan komputer dan pembelajaran berbantuan komputer;
belum berbasis internet; (7) kedua sekolah memiliki fasilitas/sarana dan prasarana yang lengkap
melebihi ketentuan yang ada di Permendiknas No. 24 Tahun 2007 sebagai faktor pendukung
pemanfaatan komputer dengan perangkatnya dalam proses pembelajaran; (8) faktor pendukung
lainnya adalah, guru-guru memiliki kemampuan di bidang TIK; (9) faktor penghambatnya adalah
jaringan internet yang sangat lambat; dan (10) dampak positif bagi siswa adalah: siswa dapat
belajar dari mana saja, merasa senang, lebih tertarik, mudah memahami materi, belajar lebih efisien.

Kata-kata kunci: Teknologi informasi dan komunikasi, belajar berbasis komputer, proses pembelajaran

Abstract
The research objective is to find out the extent and depth use of information and communication technology
(ICT); in particular, computer and its peripherals, for teaching activities in schools. The targeted schools are
SMAK 1 and SMAK 7 BPK PENABUR in Jakarta. The research is a qualitative research using case study
method. The cases of both schools are being compared and analyzed based on the conceptual and legal standard
as elaborated in the literature review. The research findings indicate that: (1) there are differences in the extent
use of ICT in SMAK 1 and SMAK 7. In SMAK 1, the ICT is at the stage of learning with ICT, where in SMAK
7 is still at the stage of learning about ICT; (2) the access to internet in both schools are still very limited due
to limited bandwith, although the availability of computers in both schools are meeting with like standard of
infrastructure; (3)) in addition to teachers’ developing computer-based materials, two schools also purchased
learning programmes, such as those from vendors and bookstores; (4) e-learning is generally done offline. The
online one is limited in English laboratory; ( 5) the use of computer with its software is limited to transferring

*) Konsultan Pendidikan di Willi Toisuta and Associates

Jurnal Pendidikan Penabur - No.14/Tahun ke-9/Juni 2010 15


Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam Proses Pembelajaran

materials to various computer applications, such as PowerPoint, Macromedia Flash and learning CDs.
Although it provides opportunities for students’ activities, the learning is still teacher oriented; (6) the use of
computer in these two schools are still at the level of learning with computer and computer-based learning; not
internet-based learning; (7) these two schools have complete facilities, surpassing those required in the Ministry
decree/Permendiknas No. 24 year 2007 as the supporting factors for using computers with their softwares in
learning processes; (8) other supporting factors are the teachers have ICT competence; (9) however, the
barriers are the very slow internet connection; and (10) the positive impacts to students are: students can learn
from whichever sources, have fun, are more interested, are easy to understand materials, and learn more efficiently.

Key words: Communicatin and information technology, computer based instruction, learning process

komputer dengan sejumlah program


Pendahuluan aplikasinya, internet (online dan offline) adalah
sejumlah perangkat lunak dan perangkat keras
yang masuk dalam kategori TIK. Melalui TIK
UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem tersebut di atas setting tempat, suasana pembel-
Pendidikan Nasional, khususnya pasal 1 ajaran, metode dan strategi pembelajaran, peran
dinyatakan bahwa konsep pembelajaran adalah guru mengalami perubahan yang signifikan.
suatu interaksi antara peserta didik dengan Belajar Berbasis Aneka Sumber (BEBAS)
pendidik dan sumber belajar pada suatu adalah suatu paradigma baru pada lapis
lingkungan belajar. Konsep mengenai pengalaman belajar. Sampai sekarang
pembelajaran di atas melahirkan suatu model pengalaman belajar siswa masih memusat pada
pembelajaran yang dikenal dengan pembel- peran guru (teacher centered learning), seolah-olah
ajaran berbasis aneka sumber. Pembelajaran tanpa guru tidak terjadi proses pembelajaran.
berbasis aneka sumber memungkinkan siswa Dalam perspektif seperti itu, maka Teknologi
belajar dari siapa saja, dari mana saja, tentang Pendidikan sebagai salah satu disiplin terapan
apa saja. mempunyai peran yang sangat penting. Disiplin
Pembelajaran berbasis aneka sumber ilmu ini berorientasi pada bagaimana
memungkinkan terciptanya suatu situasi memecahkan masalah belajar dan pembelajaran
pembelajaran yang “hidup” dan menarik. Hal dengan menggunakan berbagai sumber, baik
ini sejalan dengan tuntutan yang ada di dalam yang telah tersedia maupun yang sengaja
PP RI No. 19 Tahun 2005 tentang Standar dikembangkan.
Nasional Pendidikan. Di dalam peraturan ini Ruang lingkup Teknologi Pendidikan tidak
dinyatakan bahwa, proses pembelajaran pada satuan hanya membantu memecahkan masalah belajar
pendidikan diselenggarakan secara interaktif, dan pembelajaran dalam konteks sekolah,
inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi namun dalam seluruh konteks kehidupan
peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta masyarakat, dengan mengembangkan dan atau
memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, menggunakan aneka sumber. Teknologi Pendidi-
kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, kan beroperasi di mana belajar itu diperlukan,
minat, dan perkembangan fisik serta psikologis baik oleh perorangan, kelompok, maupun
peserta didik. Salah satu cara yang dapat organisasi (Yusufhadi Miarso, 2004).
dilakukan oleh satuan kelas adalah pemanfa- Pertimbangan memilih SMAK 1 dan SMAK
atan Teknologi Informasi dan Komunikasi yang 7 BPK PENABUR Jakarta sebagai objek
selanjutnya disingkat TIK dalam proses penelitian, karena kedua sekolah swasta ini,
pembelajaran. khususnya SMAK 1 dikenal memiliki prestasi
TIK merupakan segala bentuk teknologi akademik yang tinggi. Namanya sudah dikenal
yang menunjang penyampaian informasi dan secara nasional dan internasional. Bukti
pelaksanaan komunikasi searah, dua arah, atau konkritnya adalah, banyak siswa dari sekolah
bahkan lebih. TIK mencakup di dalamnya radio, ini mewakili Indonesia dalam ajang Olimpiade
televisi, sampai dengan internet dan bahkan Fisika, Matematika, Biologi, Komputer,
conference melalui layar telepon genggam (Teguh Astronomi. Jonathan Pradana Mailoa adalah
Santoso, 2007). Selain perangkat di atas, video salah satu siswa SMAK 1 yang telah mengha-
pembelajaran, VCD/DVD pembelajaran, rumkan nama bangsa dan negara Indonesia

16 Jurnal Pendidikan Penabur - No.14/Tahun ke-9/Juni 2010


Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam Proses Pembelajaran

karena keberhasilannya meraih emas dalam tampak dari konsep belajar adalah merujuk
Olimpiade Fisika tahun 2006 dengan predikat adanya suatu perubahan. Perubahan di sini
absolut winner. Sedangkan nama SMAK 7 misalnya, dari yang tidak tahu menjadi tahu, dari
memang tidak menjulang seperti SMAK 1, yang tidak bisa menjadi bisa, dari yang tidak
namun prestasi dalam bidang akademik juga mengerti menjadi mengerti, dan seterusnya.
dapat dibanggakan. Seperti Andrego Halim, Pengertian ini menunjukkan bahwa proses
meraih medali perak pada Olimpiade Sains belajar akan berhenti manakala apa yang sudah
Nasional (OSN) di Semarang tahun 2006; Silvia menjadi tujuannya tercapai. Konsep inilah yang
Sinta meraih medali perunggu di ajang yang sampai sekarang juga masih melekat pada
sama tahun 2008 di Makassar. Berbagai prestasi kebanyak orang. Akan tetapi seiring dengan
yang sudah dicapai oleh kedua sekolah tersebut perkembangan ilmu pengetahuan khususnya
tentu saja dipengaruhi oleh berbagai faktor. bidang ilmu psikologi, makna atau konsepsi
Selain faktor dari dalam diri siswa, yaitu tingkat belajar terus mengalami perubahan.
intelegensi dan motivasi, faktor guru, lingkung- Definisi yang paling mudah dijadikan
an dan sistem pembelajaran yang diterapkan contoh adalah belajar menurut teori behavioristik.
pastilah ikut andil dalam keberhasilan itu. Menurut teori ini belajar adalah perubahan
Berdasarkan rumusan latar belakang di tingkah laku sebagai akibat dari adanya
atas, adalah menarik untuk diteliti lebih interaksi antara stimulus dan respons (Asri
mendalam lagi mengenai pengembangan dan Budiningsih, 2005). Seseorang telah dianggap
pemanfaatan TIK, khususnya komputer dengan belajar sesuatu jika ia dapat menunjukkan
perangkatnya dalam proses pembelajaran di perubahan tingkah lakunya. Teori ini sangat
kedua sekolah ini. menekankan stimulus dan respons. Teori ini
sampai saat ini masih mempengaruhi praktik
pembelajaran di sekolah. Misalnya saja, guru
Masalah Penelitian memberi tugas untuk dikerjakan (stimulus),
maka siswa akan segera mengerjakan tugas itu
Ada pun masalah dalam penelitian ini penulis (respons); guru memberi pertanyaan dan siswa
rumuskan sebagai berikut. menjawab. Akan tetapi, menurut teori belajar
1. Apa dasar dikembangkan dan dimanfaat- kognitif, belajar tidak sekedar melibatkan
kannya TIK khususnya komputer dengan hubungan stimulus dan respon yang tampak,
segala perangkatnya dalam proses namun belajar merupakan perubahan persepsi
pembelajaran di SMAK 1 dan SMAK 7 BPK dan pemahaman yang tidak selalu dapat terlihat
PENABUR Jakarta? sebagai tingkah laku yang tampak. Teori belajar
2. Bagaimana SMAK 1 dan SMAK 7 mengem- kognitif berpandangan bahwa belajar meru-
bangkan dan memanfaatkan TIK khususnya pakan suatu proses internal yang mencakup
komputer dengan segala perangkatnya ingatan, retensi, pengolahan informasi, emosi,
dalam proses pembelajaran? dan aspek-aspek kejiwaan lainnya. Belajar
3. Apa saja faktor pendukung dan pengham- merupakan aktivitas yang melibatkan proses
bat dalam mengembangkan dan memanfa- bepikir yang sangat kompleks (Sarlito Wirawan,
atkan TIK khusunya komputer dengan 1976).
perangkatnya dalam proses pembelajaran? Menurut W.H. Barton, seperti dikutip oleh
4. Apa dampak pemanfaatan TIK khususnya Guruvalah, “Learning is a change in the individual
komputer dengan perangkatnya dalam pro- due to instruction of that individual and his
ses belajar dan pembelajaran bagi siswa? environment, which fells a need and makes him more
capable of dealing adequately with his environment”.
Dengan kata lain, belajar adalah suatu proses
Kajian Teoritis perubahan tingkah laku atau kecakapan
manusia berkat adanya interaksi dengan
individu dan individu dengan lingkungannya
Definisi Belajar sehingga mereka lebih mampu berinterkasi
Kebanyakan orang memaknai belajar sebagai dengan lingkungannya.
kemampuan melakukan sesuatu yang tidak bisa Sedangkan menurut Reber dalam bukunya
dilakukan sebelumnya, atau mengetahui sesuatu “Dictionary of Psychology”, seperti dikutip oleh
yang tidak diketahui sebelumnya. Pandangan Tatang, ada dua pengertian belajar, yaitu: (1)
lama menyatakan bahwa indikator yang paling belajar adalah proses memperoleh pengetahuan;
Jurnal Pendidikan Penabur - No.14/Tahun ke-9/Juni 2010 17
Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam Proses Pembelajaran

dan (2) belajar adalah suatu perubahan (2004), perkembangan teknologi informasi
kemampuan bereaksi yang relatif menetap dan komunikasi telah menimbulkan
sebagai hasil latihan yang diperkuat. revolusi keempat. Revolusi pertama terjadi
Selanjutnya muncul pandangan baru mengenai ribuan tahun yang lalu sejak masyarakat
makna belajar. Belajar dipahami sebagai membedakan tanggung jawab orang dewasa
aktivitas individu dengan lingkungan sosial dan tugas mendidik para muda beralih dari
budayanya. Belajar lebih dari sekedar perubahan orang tua kepada guru dan dari rumah ke
performan pada diri siswa sebagai akibat sekolah. Revolusi kedua terjadi dengan
interaksinya dengan lingkungan sekitar, tetapi dipergunakannya bahasa tulisan sebagai
juga sebagai akibat interaksinya dengan sarana pendidikan. Sebelum itu pendidikan
lingkungan sosial budaya. Dari beberapa definisi berlangsung secara lisan. Revolusi ketiga
mengenai belajar tersebut di atas, dapat berlangsung dengan ditemukannya teknik
disimpulkan bahwa dalam belajar sekurang- percetakan yang kemudian memungkinkan
kurangnya ada tujuh unsur mendasar, yaitu: tersedianya buku secara meluas. Revolusi
(1) ada stimulus; (2) ada perubahan ke arah yang keempat ditandai dengan perkembangan
baik; hasil belajar bisa tampak, namun juga tidak elektronik terutama dalam bentuk radio,
tampak; (3) ada interaksi; (4) dapat diperkuat; televisi, pita rekaman, dan komputer.
(5) dapat diamati; (6) proses mental; dan (7) Di dunia pendidikan, TIK dipergunakan
melalui praktik dan latihan. antara lain untuk keperluan belajar secara
terbuka (open learning) dan belajar jarak jauh
Teknologi Informasi Komunikasi (TIK) dan
(distance learning), serta dalam era cyber
Perkembangannya
dewasa ini berkembang belajar secara
1. Sejarah Teknologi Informasi dan Komuni- elektronik (electronic learning/e-electronic)
kasi (TIK) dengan menggunakan fasilitas internet
Secara singkat sejarah teknologi informasi (Yusufhadi Miarso, 2007).
dapat diuraikan sebagai berikut: Manusia
adalah makhluk sosial, di samping 2. Pengertian Teknologi Informasi dan
sandang, pangan, dan papan sebagai Komunikasi
kebutuhan utamanya, maka sebagai Teknologi informasi dan komunikasi
makhluk sosial manusia membutuhkan merupakan alat yang digunakan untuk
komunikasi di antara sesamanya untuk mengolah data, termasuk memproses,
dapat saling berhubungan satu dengan mendapatkan, menyusun, menyimpan,
yang lainnya. Mulailah manusia mencari memanipulasi data dalam berbagai cara
dan menciptakan sistem, alat yang dapat untuk menghasilkan informasi yang
digunakan untuk berkomunikasi. Awal berkualitas, yaitu informasi yang relevan,
pertama dengan melukis bentuk (menggam- akurat dan tepat waktu (Wawan Wardiana,
bar) di dinding gua, isyarat tangan, isyarat 2002). Sedangkan pengertian lain
asap, isyarat bunyi, huruf, kata, kalimat, disebutkan, teknologi informasi dan
tulisan, surat, sampai dengan telepon dan komunikasi adalah sarana prasarana
internet (http://www. ti.apjii.or.id/sejarah (hardware, software, useware), sistem dan
teknologi komunikasi). metode untuk perolehan, pengiriman,
Bentuk perkembangan teknologi informasi penerimaan, pengolahan, penafsiran,
yang paling modern dan kini digunakan penyimpanan, pengorganisasian, dan
oleh milyaran penduduk di seluruh dunia penggunaan data yang bermakna
adalah internet. Internet sebagai wujud (Yusufhadi Miarso , 2004). Pengertian lain
hypermedia yang terus bertumbuh menyebutkan teknologi informasi dan
memungkinkan manusia mencari informasi, komunikasi dapat dikatakan sebagai ilmu
mengirim informasi, menggandakan, yang diperlukan untuk mengelola informasi
menyimpan informasi, dan berkomunikasi agar informasi tersebut dapat dicari dengan
dengan orang lain. Internet adalah dunia mudah dan akurat (http://www.ti.
maya jaringan komputer (interkoneksi) yang apjii.or.id (Sejarah Teknologi Informasi).
terbentuk dari milyaran komputer di Dalam ruang lingkup akademis, Mas
seluruh dunia (Robby Chandra, 1998). Wigrantoro Roes Setiyadi yang dimuat di
Dalam bidang pendidikan, menurut Eric http://www.gipi.or.id (Teknologi Informasi
Ashby seperti dikutip Yusufhadi Miarso dan Komunikasi), TIK sebagai sisi dari
18 Jurnal Pendidikan Penabur - No.14/Tahun ke-9/Juni 2010
Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam Proses Pembelajaran

suatu sistem informasi, yang terdiri atas Dalam sejarah teknologi pembelajaran
perangkat keras (hardware), basis data karya Sydney L. Presey (http://www.
(database), perangkat lunak (software), jaring- geocities.com/Inisiasi/Komputer dan
an komputer, dan peralatan lain terkait. Media Pendidikan/) yang menciptakan
Dari berbagai pengertian di atas dapat mesin mengajar (teaching machine) bisa
disimpulkan TIK merupakan seperangkat dicatat sebagai pelopor dalam pemanfaatan
ilmu, prosedur, program, alat (tool) yang teknologi untuk pembelajaran.
membentuk sebuah sistem tertentu yang
dapat memudahkan kerja manusia. Sebagai Kebijakan Pemerintah dalam Bidang TIK
sebuah sistem, di dalamnya terkandung Perkembangan teknologi informasi dan
berbagai perangkat, baik perangkat keras komunikasi yang selanjutnya disingkat TIK
(hardware), perangkat lunak (software), dan merupakan faktor yang mendorong terjadinya
manusia sebagai useware untuk mempelajari globalisasi. Salah satu ciri globalisasi adalah
dan mengaplikasikannya sesuai dengan semakin mudahnya orang mengakses informasi.
tingkat urgensinya. Beberapa puluh tahun yang lalu tidak
terbayangkan oleh kita bagaimana internet saat
3. Perkembangan Teknologi Informasi dan ini telah menjadi salah satu primadona bagi
Komunikasi masyarakat untuk mendapatkan dan mengirim
Perkembangan TIK telah membuat jarak informasi. Dan itu semua bisa dilakukan oleh
antar ruang di muka bumi ini semakin manusia dengan memanfaatkan TIK. Perkem-
sempit dimana peristiwa yang terjadi di bangan TIK yang begitu pesat dengan segala
suatu titik pada ujung ruang muka bumi
dampaknya, suka atau tidak suka harus kita
yang terpencil sekalipun beberapa menit
terima. Caranya adalah dengan mengambil
kemudian menjadi mungkin untuk dilihat
manfaat yang sebesar-besarnya perkembangan
pada ujung bumi yang lain secara
TIK tersebut.
bersamaan.
Berbicara mengenai kebijakan pemerintah
Keberadaan TIK dengan segala perkem-
dalam bidang TIK dapat dikatakan
bangannya, sejak lama telah dimanfaatkan
menggembirakan, bahkan menjanjikan. Karena
manusia dalam dunia pendidikan. Seperti
penemuan mesin kertas, mesin cetak, radio, pemerintah sangat serius menangkap potensi di
video, tape recorder, film, televisi, overhead balik perkembangan TIK yang begitu pesat demi
projector (OHP), dan komputer baik bentuk penyelenggaraan pemerintah yang efektif di
assisted instruction (CAI), computer based segala bidang. Keseriusan itu terlihat dengan
instruction (CBI) maupun e-learning telah digabungnya beberapa lembaga terkait menjadi
dimanfaatkan dalam bidang pendidikan. sebuah Departemen Komunikasi dan Informasi
Meskipun pada hakikatnya alat-alat (Depkominfo). Departemen ini telah merespons
tersebut tidak dibuat khusus untuk sangat positif mengenai pentingnya pembang-
keperluan pendidikan, akan tetapi alat-alat unan bidang TIK di Indonesia. Kebijakan yang
tersebut dapat dimanfaatkan dalam proses telah digulirkan adalah e-Edukasi. Kebijakan
pendidikan, bahkan dapat meningkatkan tersebut sudah didukung dengan berbagai
efektivitas, efisiensi, dan kualitas program seperti: (1) standarisasi kompetensi
pembelajaran. profesi SDM TIK; (2) kampanye penggunaan
Perkembangan komputer dengan segala internet untuk pendidikan; dan (3)
perangkatnya yang dimanfaatkan dalam pengembangan software pendidikan.
dunia pendidikan sebenarnya merupakan Ada lima konsep kunci yang harus
mata rantai dari sejarah teknologi diperhatikan untuk mendorong agar TIK
pembelajaran. Sejarah teknologi pembel- berperan dalam pembangunan pendidikan.
ajaran itu sendiri merupakan kreasi berbagai Kelima kunci itu adalah: the first key concept is
ahli dalam bidang terkait, yang pada “messiness”; the second key concept is the power of
dasarnya ingin berupaya mewujudkan ide- individuals to make positive contribution to bringing
ide praktis dalam menerapkan prinsip about change; the third key concept is partnership;
didaktik, yaitu pembelajaran yang the fourth concept is to make teacher profesional
menekankan perbedaan individual baik development central to the process of planning and
dalam kemampuan maupun kecepatan. implementing change; and the fifth key concept is the

Jurnal Pendidikan Penabur - No.14/Tahun ke-9/Juni 2010 19


Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam Proses Pembelajaran

integration of theory and practice (Bridget Somekh, Dengan kata lain, internet adalah sebuah
2007). jaringan komputer global yang terdiri atas jutaan
komputer yang saling berhubungan dengan
menggunakan protokol yang sama untuk berbagi
Teknologi Informasi dan Komunikasi informasi secara bersama. Sedangkan menurut
dalam Proses Pembelajaran Brace dalam http://id.answers.yahoo.com/
question/, internet adalah jaringan global yang
Berbagai cara dapat dilakukan untuk memenuhi menghubungkan berjuta jaringan komputer
ketentuan yang sudah dirumuskan dalam (LAN) dan komputer pribadi, yang
peraturan pemerintah tentang standar proses memungkinkan setiap komputer terhubung
pendidikan (PP No. 19 tahun 2005). Caranya sehinga bisa melakukan komunikasi satu sama
adalah, guru memberikan pengalaman belajar lain.
yang beragam kepada siswa seperti melakukan Aplikasi internet dapat dimanfaatkan
percobaan, diskusi kelompok, kegiatan dalam berbagai pola pembelajaran, yaitu: (a) pola
memecahkan masalah (problem solving), mencari pemanfaatan di laboratorium komputer; (b) pola
informasi di media massa, mencari informasi pemanfaatan di kelas; (c) pola penugasan; dan
dari nara sumber, mencari informasi di internet, (d) pola pemanfaatan individual (Supriyanto,
menulis laporan, membuat cerita, menulis 1997).
artikel, berkunjung dan belajar di suatu objek di
luar kelas. 2. E-Learning
Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) E-Learning atau pembelajaran melalui online
khususnya komputer dan perangkatnya adalah pembelajaran yang pelaksanaanya
merupakan salah satu medium atau alat (tool) didukung oleh jasa teknologi seperti telepon,
yang dapat digunakan oleh guru untuk audio, videotape, transmisi satelit atau komputer.
menciptakan suatu proses pembelajaran yang Dengan kata lain e-learning yaitu satu model
sesuai dengan standar di atas. Beberapa manfaat pembelajaran dengan menggunakan media
TIK dalam pembelajaran sebagai berikut: (1) teknologi komunikasi dan informasi khususnya
meningkatkan motivasi siswa; (2) digital internet. Model pembelajaran e-learning ini
memungkinkan tersampaikannya bahan ajar ke
portofolio efektif dan efisien; (3) menambah
siswa dengan menggunakan internet, intranet
wawasan dan cakrawala berpikir; (4) menum-
atau jaringan komputer lain.
buhkan jiwa kebersamaan; dan (5) menjadi alat
Menurut Darin E. Hartley, seperti dikutip
ukur konsep pembelajaran yang dilakukan di
oleh Romi Satriowahono, e-learning merupakan
sekolah (Jalu Noor Cahyanto, 2007).
suatu jenis pembelajaran yang memungkinkan
Internet, e-learning, e-mail, laboratorium
tersampaikannya bahan ajar ke siswa dengan
bahasa, presentasi PowerPoint, CD pembelajaran
menggunakan media internet, intranet atau
merupakan media berbasis komputer yang
media jaringan komputer lain. Sedangkan dalam
dimanfaatkan untuk kepentingan meningkatkan
LearnFrame.Com dalam Glossary of e-Learning
kualitas pembelajaran.
Terms menyatakan suatu definisi yang lebih luas
bahwa, e-learning adalah sistem pendidikan yang
1. Internet menggunakan aplikasi elektronik untuk
Internet singkatan dari Interconnection mendukung belajar mengajar dengan media
Networking. The network of the networks. Diartikan internet, jaringan komputer, maupun komputer
sebagai a global network of computer networks atau standalone (http://www.romisatriowahono.net).
sebuah jaringan komputer dalam skala global/ Menurut Rosenberg dalam http://
mendunia. Jaringan komputer ini berskala sudirmansmansa.wordpress.com/, e-learning
internasional yang dapat membuat masing- merupakan satu penggunaan teknologi internet
masing komputer saling berkomunikasi. dalam penyampaian pembelajaran dalam
Network ini membentuk jaringan interkoneksi jangkauan luas yang belandaskan tiga kriteria
(Inter-connected network) yang terhubung melalui yaitu: (1) e-learning merupakan jaringan dengan
protokol TCP/IP. Internet dikembangkan dan kemampuan untuk memperbarui, menyimpan,
diuji coba pertama kali pada tahun 1969 oleh mendistribusi dan membagi materi ajar atau
US Department of Defense dalam proyek ARPAnet informasi; (2) pengiriman sampai ke pengguna
(http://fathoni61.blogspot.com/internet- terakhir melalui komputer dengan mengguna-
sebagai-media-pembelajaran/). kan teknologi internet yang standar; (3)
20 Jurnal Pendidikan Penabur - No.14/Tahun ke-9/Juni 2010
Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam Proses Pembelajaran

memfokuskan pada pandangan yang paling materi yang tidak sesuai (terdapat banyak materi
luas tentang pembelajaran di balik paradigma di internet yang tidak sesuai bagi siswa; (2) hak
pembelajaran tradisional. Saat ini e-learning telah cipta (siswa bisa saja mengunduh file secara
berkembang dalam berbagai model pembel- ilegal, atau mungkin mengumpulkan tugas hasil
ajaran yang berbasis TIK seperti: CBT (Computer copy paste); (3) terlalu banyak informasi untuk
Based Training), CBI (Computer Based Instruction), disaring); (4) support (tanpa dukungan teknis
Distance Learning, Distance Education, CLE jaringan komputer bisa ’mati’)’; (5) akses
(Cybernetic Learning Environment), Desktop tergantung banyak hal (software, hardware, sinyal,
Videoconferencing, ILS (Integrated Learning Syatem), dll); (6) kecepatan akses bisa lama karena
LCC (Learner-Centerted Classroom), Telecon- tampilan web; dan (7) kurangnya kontrol
ferencing, WBT (Web-Based Training). kualitas, setiap informasi yang tersedia tidaklah
Dari beberapa definisi e-learning tersebut di selalu benar. Online learning dibutuhkan pada
atas, dapat disimpulkan tiga hal mendasar, saat yang tepat jika pembelajaran siswa dapat
yaitu: (1) adanya metode pembelajran baru yang diperkaya dengan: 1) mempraktikkan dan
menggunakan media jaringan komputer dan menerima umpan balik langsung atas apa yang
internet; (2) tersampaikannya bahan ajar mereka pelajari di kelas; 2) pembelajaran secara
(konten) melalui media elektronik, bahan ajar independent; 3) meningkatkan kesempatan
juga dalam bentuk elektronik (digital); dan (3) belajar bagi siswa berbakat; 4) bekerjasama
adanya sistem dan aplikasi elektronik yang dengan siswa lainnya; dan 5) menantang siswa
mendukung proses belajar dan pembelajaran. untuk mencari informasi dengan cara-cara baru
Umumnya e-learning sebagai pembelajaran (Smaldino, 2008).
online melalui web ataupun internet. Meskipun
demikian, e-learning, sesungguhnya meliputi 3. Surat elektronik (e-mail)
web-based training, distance learning, virtual E-mail atau Electronic Mail atau surat elektronik
classroom, bahkan CD-ROM sekali pun. Dalam e- adalah pesan, atau surat secara elektronik, baik
learning, bahan ajarnya bersifat mandiri (self berupa teks maupun gabungan dengan gambar
learning materials) disimpan di komputer yang dikirimkan dari satu alamat ke alamat lain
sehingga dapat diakses oleh guru dan siswa di jaringan internet. E-mail dapat dimanfaatkan
kapan saja, di mana saja. Siswa bisa memantau secara efektif oleh guru dan siswa untuk
sendiri kemajuan hasil belajarnya. berkomunikasi dan menyampaikan informasi
Online Learning adalah sistem pembelajaran yang berkaitan dengan tugas-tugas belajar.
secara elektronik melalui media berbasis Misalnya, seorang guru mempunyai blog
computer (jaringan: website, internet, intranet, pribadi. Guru menugaskan siswa mengunduh
CD, DVD). Ia tidak hanya mengakses informasi informasi yang ada di blog tersebut, didiskusikan,
namun membantu siswa dengan hasil yang kemudian hasilnya dikirim melalui e-mail. Cara
spesifik. Ia juga tidak hanya untuk membantu lain, misalnya guru mengirimkan tugas untuk
pembelajaran, namun juga untuk memonitor dikerjakan oleh siswa ke alamat e-mail setiap
perkembangan belajar dan melaporkan siswa, selanjutnya mengerjakan tugas tesebut,
perkembangannya. Dalam perkembangannya, lalu dikirim kembali ke e-mail gurunya.
siswa tidak hanya belajar dari buku. Mereka Dalam kegiatan belajar dan pembelajaran
dapat belajar dari jarak yang jauh sekalipun di luar kampus/sekolah, siswa yang mengha-
dalam suatu perpustakaan yang lengkap (online) dapi kesulitan pelajaran dapat bertanya melalui
(Sharon Smaldino, 2008). e-mail kepada gurunya. Kegiatan tutorial dapat
Keuntungan proses belajar dan pembel- juga dilakukan melalui e-mail. Dalam keadaan
ajaran dengan online learning antara lain: (1) guru berhalangan hadir, guru dapat memberi
media yang bervariasi; (2) informasi terkini; (3) materi dan tugas yang dikirim lewat e-mail
navigasi yang mudah (hanya dengan menekan (Yusufhadi Miarso,. 1999).
tombol-tombol); (4) pertukaran ide dapat dengan Laboratorium Bahasa
mudah terjadi (misalnya: chatting dengan ahli Laboratorim bahasa dewasa ini sudah
bidang tertentu); (5) komunikasi yang nyaman terintegrasi dengan komputer. Contohnya
(bisa berkomunikasi di mana saja sesuai adalah Computerized Laboratories System. Sistem
kenyamanan siswa); dan (6) murah. Akan tetapi ini telah dilengkapi dengan perangkat lunak
di balik keuntungan itu, online learning juga teaching lab, software yang dibuat untuk
mempunyai beberapa keterbatasan, seperti: (1) mengoptimalkan kemampuan laboratorium

Jurnal Pendidikan Penabur - No.14/Tahun ke-9/Juni 2010 21


Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam Proses Pembelajaran

komputer agar dapat pula berfungsi sebagai berbantuan komputer; pembelajaran berbasis
laboratorium bahasa (http://solusipintar.com/ web; pembelajaran jarak jauh; pembelajaran
PropLabBhs/). melalui jaringan; pembelajaran dengan portal
Laboratorium bahasa berbasis komputer pengetahuan (knowledge portals) atau internet;
tersebut mampu mengontrol siswa, mengatur dan pembelajaran dengan jaringan pengeta-
komunikasi antara guru dengan siswa tertentu, huan (knoweledge networks) atau e-learning
guru dengan keseluruhan siswa, siswa dengan (Yusufhadi Miarso, 2008) menjadi landasan
siswa. Hal ini sangat berbeda jauh dengan peneliti untuk melakukan analisis terhadap
laboratorium bahasa konvensional yang berbagai temuan penelitian.
mengandalkan kaset audio.

Presentasi PowerPoint Metode Penelitian


PowerPoint merupakan salah satu software
presentasi yang sering dimanfaatkan guru dan Pendekatan/Metode Penelitian
siswa. Guru dan siswa dapat membuat teks, Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif
gambar, tabel, diagram, grafik, memasukkan foto dengan metode studi kasus. Bogdan dan Taylor,
atau video, audio, dan membuat animasi sesuai seperti dikutip Moleong (2006), mendefinisikan
kebutuhan. Presentasi menggunakan PowerPoint penelitian kualitatif sebagai prosedur penelitian
mampu mengkomunikasikan suatu gagasan yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-
kepada orang lain dengan berbagai tujuan, kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan
terutama untuk menarik perhatian siswa perilaku yang dapat diamati. Pendapat lain
terhadap materi yang disajikan. PowerPoint dapat dikemukakan oleh Denzin dan Lincoln yang
digunakan secara interaktif untuk membuat juga dikutip oleh Moleong (2006), bahwa
siswa lebih berkesan terhadap materi yang penelitian kualitatif adalah penelitian yang
dipresentasikan. menggunakan latar alamiah, dengan maksud
menafsirkan fenomena yang terjadi dan
CD Pembelajaran dilakukan dengan jalan melibatkan berbagai
CD pembelajaran merupakan salah satu media metode yang ada. Dalam penelitian kualitatif,
pembelajaran berbasis komputer. Pemanfa- metode yang biasanya dimanfaatkan adalah
atannya dalam proses pembelajaran dapat wawancara, pengamatan, dan pemanfaatan
dikatakan sebagai sebuah inovasi. Alasannya, dokumen. Penelitian kualiatif merupkan
karena pembelajaran tidak lagi didominasi guru, penelitian yang menghasilkan prosedur analisis
melainkan siswa aktif melihat dan memper- yang tidak menggunakan prosedur analisis
hatikan isi materi yang ada di dalam CD tersebut. statistik atau cara kuantifikasi lainnya.
Saat ini juga sudah dikembangan CD Ciri penelitian kualitatif ini adalah
pembelajaran interaktif, dimana siswa dapat deskriptif. Data yang dikumpulkan adalah
berineteraksi dengan software tersebut. CD berupa kata-kata, gambar, dan bukan angka-
pembelajaran merupakan salah satu sumber angka. Semua yang dikumpulkan kemungkinan
belajar siswa yang dapat dimanfaatkan secara menjadi kunci terhadap apa yang sudah diteliti.
individual maupun kelompok. Dengan demikian, laporan penelitian akan berisi
Berbagai kebijakan seperti PP No. 19 Tahun kutipan-kutipan data untuk memberi gambaran
2005 (Standar Nasional Pendidikan), penyajian laporan tersebut. Data tersebut berasal
Permendiknas No. 24 Tahun 2007 (Standar dari naskah wawancara, catatan lapangan, foto,
Sarana dan Prasarana), manfaat TIK dalam videotape, dokumen pribadi, catatan atau memo,
proses pembelajaran, pola pemanfaatan internet dan dokumen resmi lainnya. Pertanyaan dengan
dalam proses pembelajaran, pola pemanfaatan kata tanya mengapa, alasan apa dan bagaimana
TIK dan perangkatnya dalam proses terjadinya akan senantiasa dimanfaatkan oleh
pembelajaran menurut (Smaldino dkk, 2008), peneliti (Moleong, 2006).
standar kompetensi guru di bidang TIK menurut Penelitian dengan pendekatan studi kasus
UNESCO, empat (4) langkah pemanfaatan TIK menurut Robert K. Yin seperti dikutip Burhan
dalam proses pembelajaran menurut UNESCO, Bungin (2006) berupaya menjawab pertanyaan-
tujuh model pemanfaatan komputer dengan pertanyaan “how” (bagaimana) dan “why”
perangkatnya dalam proses pembelajaran (mengapa), serta pada tingkat tertentu juga
(pembelajaran dengan komputer; pembelajaran menjawab pertanyaan “what” (apa/apakah).

22 Jurnal Pendidikan Penabur - No.14/Tahun ke-9/Juni 2010


Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam Proses Pembelajaran

Ada banyak pengertian tentang studi kasus, Tanjung Duren Raya No. 4 Jakarta Barat, dan
akan tetapi peneliti mengacu pada rumusan SMAK 7 BPK PENABUR Jakarta yang berlokasi
yang lebih tegas dan bersifat teknis yang di Jl. Tarum Barat Blok KK Komplek Perumahan
dikemukan oleh Robert K. Yin (1989)., “A case Cipinang Indah Jakarta Timur. Penelitian
study is an empirical inquiry that: investigates a dilaksanakan selama 4 bulan (Januari -April
contemporary phenomenon and context are not clearly 2009).
evident; and in which multiple sources of evidence
are used”. Dengan kata lain, penelitian studi Jenis Data
kasus sebagai sebuah penelitian empiris yang Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian
menyelidiki suatu fenomena (gejala) masa kini studi kasus ini ada dua, yaitu data kuantitatif
di dalam konteks kehidupan nyata (real-life); dan data kualitatif, baik primer maupun
dimana batas-batas antara fenonema dan sekunder. Data kuantitatif meliputi data dasar
konteks itu tidak secara jelas terbukti; dan multi sekolah, seperti jumlah guru, jumlah siswa,
sumber bukti digunakan. jumlah ruang kelas, jumlah rombongan belajar
Multi sumber bukti menurut Robert K. Yin per kelas, dan data fisik sekolah lainnya. Data
(1989) ada enam, yaitu: (1) dokumen; (2) rekaman sekunder adalah data yang sudah tersedia di
arsip; (3) wawancara; (4) observasi langsung; (5) sekolah, seperti data statistik sekolah. Data
observasi pemeran serta; dan (6) perangkat fisik. primer adalah data yang diambil dari penelitian
Beberapa alasan digunakan pendekatan studi ini yang terkait dengan kasus yang diteliti. Data
kasus oleh peneliti dalam penelitian ini adalah: primer sebagian besar berupa hasil wawancara,
1. TIK khususnya komputer dan perangkatnya hasil observasi, berbagai dokumen, rekaman
yang dikembangkan dan dimanfaatkan arsip.
dalam proses pembelajaran merupakan isu
sentral dan kontemporer dalam bidang Sumber Data
pendidikan. Untuk mendapatkan data dalam penelitian studi
2. Gejala dan konteks pengembangan dan kasus ini, peneliti menentukan sumber-sumber
pemanfaatkan TIK untuk proses pembel- data seperti kepala sekolah, guru, siswa, proses
ajaran dalam situasi nyatanya belum jelas. pembelajaran, dukumen-dokumen yang
3. Penelitian ini bermaksud mengungkap berkaitan dengan proses pembelajaran,
beberapa pertanyaan penelitian yang dokumen lainnya yang dipandang perlu,
berkaitan dengan “apa”, “mengapa”, dan perangkat fisik, dll.
“bagaimana” gejala yang terjadi.
Prosedur Pengumpulan Data
Objek Penelitian Menurut Lofland dan Lofland dalam Moleong
Objek penelitian ini adalah Teknologi Informasi (2006), sumber data utama dalam penelitian
dan Komunikasi dalam proses pembelajaran di kualitatif adalah kata-kata, dan tindakan,
SMAK 1 dan SMAK 7 PENABUR Jakarta. Dari selebihnya adalah data tambahan seperti
objek penelitian tersebut diambil sumber dokumen dan lain-lain. Prosedur pengumpulan
informasi yang dipandang memahami mengenai data ini menggunakan multi bukti, yaitu: (1)
kasus penelitian ini yang meliputi, kepala dokumen; (2) rekaman arsip; (3) wawancara; (4)
sekolah, guru, dan siswa. Selain itu, penelitian observasi langsung; dan (4) perangkat fisik.
ini juga mengambil informasi/data yang berasal
dari kejadian/kegiatan/aktivitas seperti proses Analisis Data
pembelajaran. Untuk melengkapi informasi/ Teknik analisis data mengikuti langkah-langkah
data yang dibutuhkan, peneliti juga yang direkomendasikan oleh Robert K. Yin
mengumpulkan berbagai dokumen dan data- (1989). Analisis data dilakukan dengan
data fisik. Dokumen yang dimaksud seperti penelaahan, kategorisasi, melakukan tabulasi
program sekolah, kebijakan-kebijakan. data dan atau mengkombinasikan bukti-bukti
Sedangkan data-data fisik berupa ruang, setting untuk menjawab pertanyaan penelitian.
komputer, fasilitas TIK, dan lain-lain. Prosedur ini sejalan dengan prosedur yang
direkomendasikan oleh Moleong (2006), bahwa
Tempat dan Waktu Penelitian proses analisis data dimulai dengan: (1) menelaah
Tempat pelaksanaan penelitian adalah SMAK 1 seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber,
BPK PENABUR Jakarta yang berlokasi di Jl. yaitu dari dokumentasi, rekaman arsip,

Jurnal Pendidikan Penabur - No.14/Tahun ke-9/Juni 2010 23


Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam Proses Pembelajaran

observasi langsung, wawancara, perangkat fisik; demikian terdapat triangulasi sumber,


(2) setelah dicatat dan dipelajari, dan ditelaah, triangulasi teknik pengumpulan data, dan
langkah berikutnya adalah mengadakan reduksi waktu. Triangulasi sumber untuk menguji
data dengan jalan melakukan abstraksi yang inti, keabsahan data dilakukan dengan cara
proses, dan pernyataan-pernyataan kunci yang mengecek data yang telah diperoleh melalui
perlu dijaga agar tetap berada di dalamnya; (3) beberapa sumber. Triangulasi teknik untuk
langkah berikutnya adalah menyusun dalam menguji keabsahan data dilakukan dengan cara
satuan-satuan untuk dikategorikan; (4) mengecek data kepada sumber yang sama
melakukan pemeriksaan keabsahan data; dan dengan teknik yang berbeda. Misalnya data
(5) penafsiran data. diperoleh dengan wawancara, lalu dicek
dengan observasi, atau dokumentasi. Bila
Keabsahan Data dihasilkan data yang berbeda maka peneliti
Pemeriksaan data melalui teknik triangulasi. melakukan diskusi lebih lanjut dengan sumber
Menurut William Wiersma seperti dikutip data yang bersangkutan untuk memastikan data
Sugiyono (2008), triangulasi dalam pengujian mana yang dianggap benar. Triangulasi waktu
keabsahan data ini diartikan sebagai dilakukan dengan cara pengecekan dengan
pengecekan data dari berbagai sumber dengan wawancara, observasi atau teknik lain dalam
berbagai cara, dan berbagai waktu. Dengan waktu atau situasi yang berbeda.

Landasan Teoritik Landasan Legal Pembelajaran Pembelajaran


di SMAK 1 di SMAK 7
ƒ Teori Belajar dan
Pembelajaran ƒ Undang-undang No. ƒ Kebijakan ƒ Kebijakan dikem-
ƒ TIK dan 20 Tahun 2003 – dikembang-kan dan bangkan dan dan
Perkembangannya Sistem Pendidikan dimanfaat-kannya diman- faatkannya
ƒ TIK untuk Proses Nasional TIK khususnya TIK khusus-nya
Pembalajaran ƒ PP No. 19 Tahun 2005 komputer da-lam komputer dalam
- Internet – Standar Nasional proes belajar dan proses belajar dan
- E-Learning Pendidikan pembelajar-an di pembelajaran di
- Surat Elektronik ƒ Keppres No. 20 Tahun SMAK 1 SMAK 7
(e-mail) 2006 - DeTIKNas ƒ Kegiatan ƒ Kegiatan
ƒ Permendiknas No. 38 pembelajaran yang pembelajaran yang
Tahun 2008 – memanfaatan TIK memanfaatan TIK
Pengelolaan khususnya khususnya
Teknologi Informasi komputer dengan komputer dengan
dan Komunikasi di perangkatnya di perangkatnya di
Lingkungan SMAK 1 (internet, e- SMAK 7 (internet, e-
Departemen learning, surat learning, surat
Pendidikan Nasional elektronik/e-mail) elektronik/e-mail)
dan dampaknya ƒ Faktor pendukung
ƒ Faktor pendukung dan penghambat
dan penghambat ƒ Dampak
ƒ Dampak pemanfaatan TIK
pemanfaatan TIK dalam pembelajaran
dalam pembelajaran
(Hasil Deskriptif)
(Hasil Deskriptif)

Standar yang Hasil Analisis


digunakan

Kesimpulan

Gambar 1: Kerangka berpikir (alur penelitian)

24 Jurnal Pendidikan Penabur - No.14/Tahun ke-9/Juni 2010


Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam Proses Pembelajaran

Hal itu juga sejalan dengan pendapat mentargetkan guru mata pelajaran mayor IPA
Winston yang menyatakan bahwa, studi kasus dan mayor IPS mempersiapkan materi pelajaran
merupakan strategi penelitian yang bersifat dalam bentuk softcopy. Kemudian kegiatan untuk
triangulasi (Moleong, 2006). Triangulasi tersebut mencapai tujuan itu adalah pembuatan materi
meliputi triangulasi sumber data, metode, dalam bentuk file untuk mata pelajaran mayor
penyidik, dan teori. Oleh karena itu keabsahan IPA dan IPS (dalam bentuk modul, presentasi,
data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara soal-soal, dan tes).
triangulasi. Dengan triangulasi, peneliti dapat Prosata Tahun Pelajaran 2009/2010, SMAK
me-recheck temuannya dengan jalan memban- 1 melalui program induk bernama “Penerapan
dingkannya dengan berbagai sumber, metode, atau TIK dan teknologi modern untuk meningkatkan
teori. Peneliti mengumpulkan dari berbagai produktivitas belajar” dan dijabarkan lagi ke
sumber dan cara untuk pemeriksaan silang (cross dalam program bernama “PBM berbasis TIK”
check), yaitu dengan membandingkan jawaban mentargetkan: 1) setiap kelas menggunakan
dari responden yang berbeda untuk pertanyaan video rekaman guru yang mengajar materi
yang sama, dengan metode yang berbeda seperti tertentu; 2) proses pembelajaran di kelas
wawancara, observasi, catatan lapangan, dan menggunakan fasilitas TIK, PowerPoint dengan
studi dokumen. animasi dan klip untuk materi tertentu untuk
semua mata pelajaran. Selanjutnya dalam
Kerangka Berpikir program “Pelaksanaan e-learning”, SMAK 1
Kerangkan berpikir dalam penelitian ini peneliti mentargetkan proses pembelajaran melalui
gambarkan pada gambar 1. media internet dengan syarat di website SMAK
1 disediakan kuota khusus untuk upload materi
pelajaran serta tugas dan kapasitas (bandwith)
Temuan-Temuan Penelitian akses internet ditambah bahkan tidak terbatas.
Dengan demikian, siswa yang tidak bisa hadir
Temuan Penelitian di SMAK 1 di sekolah tidak harus ketinggalan pelajaran
karena bisa akses materi melalui internet di
BPK PENABUR Jakarta rumah atau di luar sekolah.
PROSATA SMAK 1 di dua tahun terakhir
1. Dasar Kebijakan tersebut merupakan penjabaran dari kebijakan
Berdasarkan data dan informasi yang diperoleh yayasan yang tercantum di dalam “Rencana
peneliti, dasar kebijakan dikembangkan dan Induk Tiga Tahun BPK PENABUR Jakarta,
dimanfaatkannya TIK khususnya komputer Tahun Pelajaran 2008 – 2011”. Di dalam rencana
dalam proses pembelajaran di SMAK 1 BPK induk tersebut diuraikan “Pendidikan yang
PENABUR Jakarta adalah masalah efektivitas. memanfaatkan teknologi modern. Kemudian
Artinya dengan waktu yang terbatas, siswa dijabarkan ke dalam program utama “Penerapan
dapat menyerap materi pembelajaran yang TIK dan teknologi modern untuk meningkatkan
optimal. Dengan memanfaatkan komputer, LCD, produktivitas belajar”, dan selanjutnya
maupun dari internet secara langsung, materi dijabarkan lagi ke dalam bidang kinerja utama,
yang dibahas lebih menarik. Dengan dasar yaitu: (1) cetak biru pembelajaran komputer TK
efektivitas itulah, maka sekolah memiliki – SMA; (2) sumber belajar yang ter “dowload” di
pemikiran setiap kelas dan juga semua proxy server oleh guru bidang studi; (3)
laboratorium ada komputer dan LCD secara pembelajaran e-learning untuk beberapa bidang
permanen serta koneksi internet. studi dengan pendamping guru komputer; dan
Dasar kebijakan di atas juga didukung (4) pembelajaran robotik (IT program, artificial
secara konkrit oleh sekolah yang dituangkan di intellegence, mechatronic).
dalam Program Satu Tahun (PROSATA).
Fokusnya adalah pengembangan kemampuan 2. Pemanfaatan TIK Khususnya Komputer
guru di bidang TIK. PROSATA Tahun Pelajaran dengan Perangkatnya dalam Proses
2008/2009, dalam program induk bernama Pembelajaran
Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) Peneliti melakukan observasi pembelajaran
kemudian dijabarkan ke dalam program terhadap tiga bidang studi, yaitu: (1) bahasa
bernama “Persiapan e-learning”, SMAK 1 Inggris; (2) Fisika; dan (3) Sosiologi.

Jurnal Pendidikan Penabur - No.14/Tahun ke-9/Juni 2010 25


Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam Proses Pembelajaran

a. Pemanfaatannya dalam Pembelajaran melakukan presentasi. Satu kelompok terdiri tiga


Bidang Studi Bahasa Inggris siswa. Dalam presentasi, siswa mengguna-kan
Proses belajar dan pembelajaran bahasa Inggris PowerPoint yang dilengkapi animasi. Saat
berlangsung di laboratorium Bahasa Inggris. temannya maju presentasi, anggota kelompok
Guru yang mengampu adalah Yohanes Rudy, lainnya membantu membuka slide per slide. Guru
S.Pd. Sepanjang proses pembelajaran, siswa dan yang mengampu bidang studi Sosiologi adalah
guru berinteraksi dengan komputer dan Drs. Hendrik Susanto. Topik yang dibahas dalam
perangkat penyerta lainnya. Guru memanfaat- presentasi itu adalah tentang “Strata Sosial”.
kan software pembelajaran bahasa Inggris Materi presentasi yang ada di PowerPoint yang
bernama DLL teacher dan DLL student. dikombinasikan dengan gambar, animasi, gerak
Tugas apa yang harus dikerjakan oleh tersebut siswa sendiri yang mengemasnya.
siswa, guru menstransfer file/materi dari Siswa memanfaatkan internet untuk mencari
komputer yang ada di ruang master control. referensi tentang “Strata Sosial”. Siswa telah
Setelah ditransfer guru, siswa kemudian memanfaatkan komputer dengan perangkatnya
mengakses file/materi tersebut. Siswa dapat (LCD, layar, software PowerPoint) dalam proses
mengakses berulang-ulang. Dengan berinterkasi pemebelajaran.
dengan komputer, siswa bekerja/belajar secara
individual. Di layar monitor itulah file/materi c. Pemanfaatannya dalam Pembelajaran
yang sudah diakses siswa ditampilkan. Bidang Studi Fisika
Pada kesempatan lain guru melatih Proses pembelajaran bidang studi Fisika saat
intonasi (intonation) dan pengucapan (pronun- peneliti melakukan observasi, guru memberi
ciaton). Guru menunjuk beberapa siswa secara kesempatan kepada siswa melihat CD pembel-
bergiliran untuk mengucapkan kata dalam ajaran berjudul “Invisible Force” tentang
bahasa Inggris. Melalui program bernama Sound “gravitasi”. Kegiatan ini berlangsung di labora-
and Meaning yang ada di komputer guru, di torium Fisika. Setelah melihat CD pembelajaran,
ruang master control, guru dapat mengenal siswa membuat rangkuman per kelompok,
apakah kata-kata bahasa Inggris yang diucap- kemudian diserahkan ke guru.
kan oleh siswa itu benar atau salah, tepat atau Guru dan siswa memanfaatkan sumber bel-
tidak. Ucapan siswa yang salah maupun benar ajar selain buku, yaitu CD pembelajaran Fisika
akan terdeteksi. Jika pengucapan kata bahasa untuk memperkaya materi. Guru sudah mengim-
Inggris siswa benar, maka grafiknya akan naik plementasikan konsep “belajar berbasis aneka
mendekati angka maksimal, tetapi jika salah, sumber”. Guru memanfaatkan komputer dengan
maka grafiknya akan turun atau melemah. Siswa perangkatnya dalam pembelajaran Fisika.
juga tahu secara pasti di mana letak kesalahan-
nya dalam intonasi dan pengucapan, serta tahu d. Pemanfaatan Internet
bagaimana harus memperbaikinya. Internet sebagai media pencari informasi yang
Di bagian akhir bab atau chapter, siswa canggih dimanfaatkan oleh sekolah ini. Cara
berlatih speaking. Di komputer guru ada program pemanfaatannya antara lainpertama, guru secara
bernama random pairing dan student discussion. langsung memanfaatkan internet dalam proses
Guru menyuruh siswa melakukan percakapan pembelajaran di kelas/laboratorium. Artinya,
dengan siswa lainnya. Guru memperhatikan komputer dan perangkat lainnya yang sudah
percakapan yang dilakukan siswa melalui layar tersambung dengan internet, guru pada proses
monitor tanpa guru mendekat ke siswa. pembelajaran itu langsung akses ke website-
Fasilitas laboratorium bahasa Inggris website yang memang menyediakan informasi
SMAK 1 berbeda dengan laboratorium bahasa atau materi yang sesuai dengan topik yang
Inggris yang konvensional yang mengandalkan sedang dibahas. Cara pemanfaatan kedua oleh
kaset sebagai software yang diputar di master guru adalah secara tidak langsung. Maksudnya
control. Laboratorium bahasa di sekolah ini adalah, materi yang memang sesuai dengan
semuanya sudah komputerisasi (computerized). topik yang dibahas diunduh (dowload) terlebih
dahulu, kemudian dikompilasi, digabung-
b. Pemanfaatannya dalam Pembelajaran gabung dengan materi yang berasal dari sumber
Bidang Studi Sosiologi lainnya, ditambah sendiri oleh guru, kemudian
Proses pembelajaran bidang studi Sosiologi saat baru dimanfaatkan dalam pembelajaran.
peneliti melakukan observasi, guru memberikan Pemanfaatan internet dalam proses belajar
kesempatan kepada siswa secara berkelompok dan pembelajaran bahasa Inggris, biasanya
26 Jurnal Pendidikan Penabur - No.14/Tahun ke-9/Juni 2010
Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam Proses Pembelajaran

guru menugaskan siswa secara berkelompok sekolah beberapa faktor pendukung yang ada
mencari data dan informasi dari internet. Cara di SMAK 1 antara lain: (1) fasilitas yang lengkap
lainnya adalah, guru mengunduh berbagai dan memadai; (2) rasio siswa dan komputer (1:1)
materi yang kemudian digunakan sebagai di laboratorium bahasa dan laboratorium
referensi, sebagai bahan presentasi sehingga komputer; (3) kemauan guru; (4) skills guru di
siswa bisa tahu lebih banyak. Misalnya bidang komputer; dan (5) motivasi siswa itu
pelajaran Biologi menampilkan skema tentang sendiri.
sel, pelajaran Sosiologi menginformasikan faktor- Fasilitas-fasilitas yang dibutuhkan untuk
faktor yang mempengaruhi suatu peristiwa proses pembelajaran berbasis komputer sudah
sosial. Sedangkan bidang studi Fisika, hasil lengkap (komputer Pentium IV, internet,
wawancara menunjukkan kalau guru belum komputer dan LCD setiap kelas, layar, komputer
memanfaatkan secara langsung. Saat ini dan LCD tiap laboratorium, hot spot). Sekolah
pemanfaatan internet masih sebatas untuk menyediakan ruang-ruang khusus, seperti
mencari materi dan dipergunakan sebagai laboratorium komputer, laboratorium bahasa,
pengayaan, pengembangan bahan ajar. akses internet di perpustakaan, memperbolehkan
siswa membawa laptop untuk akses internet di
e. E-learning luar jam sekolah.
E-learning, khususnya yang online guru-guru di Tetapi yang penting adalah guru harus
SMAK 1 belum mengimplementasikan secara mempunyai teknik tertentu untuk menjelas-
optimal sesuai teori-teori yang selama ini kannya, terutama kalau software itu dibuat orang
dikenal. Umumnya masih offline. Namun kalau lain atau dibeli. Kadang-kadang guru tidak
offline, guru-guru SMAK 1 secara umum sudah memahami konsep-konsep dan alur pemba-
mengimplementasikan dalam proses pembel- hasan yang ada di software tersebut. Selain itu
ajaran. guru harus paham, bahwa komputer bukanlah
Dalam batas-batas tertentu, e-learning (online) segala-galanya. Artinya, guru harus jeli dan
sudah diterapkan dalam pembelajaran bahasa dapat memilahkan mana meteri yang harus
Inggris. Alasannya, bahan ajar sudah terinte- dijelaskan dengan komputer dan mana materi
grasi di dalam komputer, sudah berbentuk yang cukup dijelaskan melalui kata-kata dan
digital, dan siswa bisa akses file atau materi yang tulisan di whiteboard. Ada konsep-konsep
ditransfer guru. Siswa dapat berinteraksi dengan tertentu yang memang tepat disampaikan
guru, dan sebaliknya. Kemudian siswa juga dengan komputer, misalnya kalau harus
dapat berinteraksi dengan komputer. menjelaskan suatu proses tertentu. Akan tetapi
ada konsep-konsep lain yang cocok disampai-
f. Pemanfaatan Surat Elektronik (e-mail) kan secara sederhana, cukup dengan penjelasan
Fasilitas e-mail, menurut kepala SMAK 1 belum verbal. Misalnya penurunan rumus fisika, ini
dimanfaatkan secara maksimal oleh guru-guru. cukup disampaikan dengan memanfaatkan
Artinya, sampai saat ini fasilitas e-mail belum papan tulis atau whiteboard.
diberdayakan untuk mengirimkan tugas-tugas, Untuk meningkatkan kompetensi guru
mengirimkan PR kepada siswa jika mereka SMAK 1 khusunya di bidang TIK, salah satu
berhalangan hadir. Kalau ada tugas-tugas untuk cara yang dilakukan adalah dengan pelatihan,
siswa disampaikan secara langsung. Hal ini juga termasuk mendatangkan instruktur/nara
dibenarkan oleh pendapat siswa bahwa fasilitas sumber datang langsung ke sekolah. Materi
e-mail selama ini belum pernah digunakan untuk pelatihan meliputi pembuatan presentasi
misalnya menerima tugas-tugas dari guru dan PowerPoint yang bagus dan menarik yang
mengirim balik tugas tersebut kepada guru. dikombinasikan dengan suara, gambar, animasi,
dll. Pelatihan mengunduh file dari internet,
pelatihan e-learning.
Faktor Pendukung dan Penghambat Dalam struktur kelembagaan BPK PENA-
BUR Jakarta, khususnya Bagian Sumber Daya
a. Faktor Pendukung Manusia (SDM) ada satu bidang yang bernama
Pemanfaatan komputer dengan perangkatnya Bidang Pendidikan dan Pelatihan. Bidang inilah
dalam proses pembelajaran di SMAK 1 sangat yang memfasilitasi berbagai kebutuhan
didukung oleh berbagai faktor. Menurut kepala pelatihan guru. Guru-guru melalui kepala

Jurnal Pendidikan Penabur - No.14/Tahun ke-9/Juni 2010 27


Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam Proses Pembelajaran

sekolah dapat mengusulkan jenis-jenis pelatihan dalam proses pembelajaran memanfaatkan


yang dibutuhkan. laboratorium bahasa, maka guru dapat
mengendalikan proses pembelajaran itu dari
b. Faktor Penghambat ruang master control. Dari ruang master control
Dari data dan berbagai informasi yang inilah, file-file atau materi yang terintegrasi di
dikumpulkan, faktor utama terbesar yang paling dalam komputer ditransfer ke komputer siswa.
menghambat dalam pemanfaatan TIK khusunya Siswa secara mandiri dapat belajar dari
komputer dalam proses pembelajaran di SMAK komputer tersebut.
1 adalah lambatnya jaringan internet. Baik Apakah siswa tertantang belajarnya atau
kepala sekolah, guru, dan juga siswa menya- tidak, itu tergantung guru dalam memotivasi
takan akan hal itu. siswa. Memang ada siswa yang sudah sangat
pandai dalam menggunakan komputer,
2. Dampak Dimanfaatkannya TIK Khusus- kemudian mereka merasa bosan. Namun
nya Komputer dengan Perangkatnya demikian, secara umum siswa tertantang,
dalam Proses Pembelajaran Bagi Siswa karena belajar dengan komputer merupakan
Hasil wawancara dengan kepala sekolah pengalaman baru. Kemudian dampak positif-
terungkap bahwa dampak positif yang dirasa- nya, kegiatan pembelajaran jauh lebih efektif,
kan oleh siswa mengenai pemanfaatan komunikasi lebih variatif tidak hanya satu arah,
komputer dengan perangkatnya dalam proses siswa sendiri aktif karena materi-materi yang
pembelajaran antara lain adalah: (1) siswa dapat sudah terintegrasi di dalam komputer.
belajar dari mana saja, tidak harus dari guru; (2) Materi fisika yang dibuat dalam PowerPoint
siswa bisa belajar dari komputer dan media- dan dikombinasikan dengan animasi, minimal
media belajar lainnya, dan (3) siswa menyadari membuat siswa tertarik. Karena tertarik maka
bahwa pengetahuan itu luas sekali dan siswa tidak cepat jenuh. Dampak positif lainnya,
sumbernya dari mana saja. Kemudian siswa siswa mudah memahami materi. Misalnya siswa
merasa senang. Siswa lebih tertarik kerena diminta untuk memahami wujud atom. Mungkin
memang penjelasan materi lebih menarik. Siswa
efeknya siswa tahu, tetapi gerakannya dan
tidak perlu mencatat, cukup copy file.
prosesnya tentu tidak tahu. Kalau hanya
Beberapa kali kepala sekolah melakukan
dijelaskan secara verbal siswa mengalami
supervisi kelas, terasa sekali nuansanya antara
kesulitan untuk membayangkan. Oleh karena
proses pembelajaran yang biasa saja dengan
itu perlu dibuat animasinya supaya siswa
proses pembelajaran yang memanfaatkan
mudah memahaminya. Pemanfaatan komputer
komputer. Mengenai apakah siswa tertantang
belajarnya atau tidak, tergantung desain dengan perangkatnya dalam proses pembel-
materinya. Kalau guru sudah menuangkan ajaran begitu membantu dalam memahami
seluruh materi ke dalam bahan ajar berbasis materi, dan mempermudah siswa mencari
komputer itu, berarti sudah mentok, sudah informasi yang dibutuhkan. Dampak positif
selesai. Akan tetapi kalau dalam desain materi lainnya, proses pembelajaran lebih efisien,
sengaja dibuat agar muncul pertanyaan, muncul presentasi lebih mudah, pembuatan materi
masalah, maka siswa akan mencari jawabannya. dapat dikombinasikan dengan gambar, suara,
Jadi desain materi pembelajarannya sangat animasi, dan media-media lain yang cocok;
berpengaruh. Seyogyanya materi jangan tertutup pengalaman belajar siswa lebih variatif
akan tetapi harus terbuka yang memungkinkan dibandingkan hanya dengan memanfaatkan
siswa memberi masukan, tanggapan, pendapat whiteboard, objek lebih nyata atau riil jika
yang terkadang guru sendiri kaget. dibandingkan hanya dengan kata-kata.
Sedangkan menurut guru bahasa Inggris, Sebelum menggunkan internet, siswa harus
pemanfaatan komputer dalam proses pembel- cari di perpustakaan, cari buku satu per satu.
ajaran ini, khususnya bahasa Inggris membuat Dengan adanya internet, ibaratnya tinggal klik
siswa merasa senang, karena siswa tidak harus di mesin pencari, informasi yang dicari keluar.
berhadapan dengan guru, tetapi siswa dapat Kemudian waktu lebih efisien. Misalnya,
memanfaatkan media belajar yang ada pelajaran fisika dan matematika yang biasanya
(komputer, internet, TV, dll yang ada di ada gambar-gambar, kalau sudah dikemas atau
laboratorium bahasa). Karena bidang studi sudah terintergrasi di dalam komputer, guru
bahasa Inggris begitu spesifik, terutama jika tidak perlu menggambar di papan tulis.

28 Jurnal Pendidikan Penabur - No.14/Tahun ke-9/Juni 2010


Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam Proses Pembelajaran

Temuan Penelitian di SMAK 7 Tiga Tahun BPK PENABUR Jakakarta, Tahun


BPK PENABUR Jakarta Pelajaran 2008 – 2011”. Di dalam rencana induk
tersebut diuraikan “Pendidikan yang memanfaat-
1. Dasar Kebijakan kan teknologi modern”. Kemudian dijabarkan ke
Dasar kebijakan dikembangkan dan dalam program utama “Penerapan TIK dan
dimanfaatkannya TIK, khususnya komputer teknologi modern untuk meningkatkan produktivitas
dengan perangkatnya dalam proses belajar”, dan selanjutnya dijabarkan lagi ke
pembelajaran di SMAK 7 adalah: pertama karena dalam bidang kinerja utama, yaitu: 1) cetak biru
TIK merupakan mata pelajaran yang harus ada pembelajaran komputer TK – SMA; 2) sumber
di dalam struktur Kurikulum Tingkat Satuan belajar yang ter “dowload” di proxy server oleh
Pendidikan (KTSP) jenjang SMA; kedua karena guru bidang studi; 3) pembelajaran e-learning
sekolah memandang bahwa TIK sebagai bidang untuk beberapa bidang studi dengan
ilmu yang sangat penting bagi para siswa dan pendamping guru komputer; dan 4) pembel-
dapat dimanfaatkan sebagai wadah untuk ajaran robotik (IT program, artificial intellegence,
mengembangkan potensi siswa; ketiga sebagai mechatronic).
salah satu indikator yang tepat terhadap SMAK
7 sebagai sekolah berbasis IT; dan keempat untuk 2. Pemanfaatan TIK Khususnya Komputer
memberdayakan potensi TIK dalam proses dengan Perangkatnya dalam Proses
pembelajaran. Pembelajaran di SMAK 7
Sedangkan dasar pemikiran dimanfaat- Peneliti melakukan observasi pembelajaran
kannya TIK, karena komputer merupakah salah terhadap dua bidang studi, yaitu: 1) Ekonomi
satu teknologi yang dapat mempermudah siswa Akuntansi kelas XI; dan 2) bahasa Inggris kelas X.
belajar; mampu mengkonkritkan konsep-konsep
abstrak; dan jika dihubungkan dengan internet a. Pemanfaatannya dalam Pembelajaran
memperoleh informasi yang bermanfaat untuk Bidang Studi Ekonomi Akuntansi
memgembangkan isi kurikulum sehingga siswa Pembelajaran bidang studi Ekonomi
semakin luas pengetahuannya. Akuntansi berlangsung di laboratorium
Kebijakan level sekolah dalam upaya komputer. Guru yang mengampu adalah Yosri
mendukung pengembangan dan pemanfaatan Tuty Asni, S.Pd. Topik yang dibahas tentang
TIK khususnya komputer dengan perangkatnya “Inflasi”. Media dan fasilitas yang digunakan
dalam proses pembelajaran adalah: (1) adalah komputer, infokus/LCD, layar (screen),
menekankan segala aktivitas, terutama proses dan program Macromedia Flash. Proses
pembelajaran memanfaatkan TIK (komputer dll); pembelajaran dibagi dalam tiga tahap, yaitu: 1)
(2) memperbolehkan siswa membawa pendahuluan; 2) kegiatan inti; 3) penutup.
laptop;dan (3) menyediakan fasilitas yang Tahap pendahuluan, guru memberikan kata
dibutuhkan (hotspot). pengantar dengan menjelaskan tujuan pelajar-
Dasar kebijakan di atas juga didukung an. Selain itu guru memberikan warning atau
secara konkrit oleh sekolah yang dituangkan di nasihat tentang begaimana mempunyai sikap
dalam Program Satu Tahun atau Prosata. Di tanggung jawab sebagai seorang siswa. Selan-
Prosata tahun 2008/2009, SMAK 7 melalui jutnya guru mempersiapkan segala sesuatu
program induk “Pelatihan guru” dan dijabarkan (materi) yang akan dibahas selama proses
ke dalam program “Pelatihan e-learning dan pembelajaran. Materi yang akan dibelajarkan
multimedia”, mentargetkan 80% guru mengajar kepada siswa sudah dikemas dalam Macromedia
dengan multimedia dan memaksimalkane- Flash.
learning. Sedangkan Prosata tahun 2009/2010, Tahap inti, guru berinterkasi dengan
SMAK 7 melalui program induk “Peningkatan komputer dimana di dalam komputer itu ada
kualitas guru” dan dijabarkan ke dalam program materi yang disusun dalam aplikasi Macromedia
“Pelatihan guru dengan topik memberdayakan Flash. Penjelasan guru per slide. Di tengah-
TIK untuk creative teaching”, mentargetkan 80% tengah proses pembelajaran, guru beberapa kali
guru dapat menciptakan pembelajaran yang mengajukan pertanyaan kepada siswa, dan
kreatif dengan memberdayakan TIK. siswa menjawabnya.
Prosata SMAK 7 di dua tahun terakhir Sesekali siswa disuruh guru mencatat
tersebut merupakan penjabaran dari kebijakan konsep-konsep penting yang ada ada di slide.
yayasan yang tercantum di dalam “Rencana Induk Karena tidak ada pointer, guru memanfaatkan

Jurnal Pendidikan Penabur - No.14/Tahun ke-9/Juni 2010 29


Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam Proses Pembelajaran

penggaris kayu sebagai media untuk itu ada kata-kata yang kosong (blank) atau belum
menunjukkan konsep-konsep, simbol-simbol disisi dengan kata yang benar, dan siswa harus
penting yang ada di setiap slide. Selama proses mengisinya.
pembelajaran berlangsung, komunikasi cende- Guru meneruskan proses pembelajaran
rung berjalan satu arah dari guru ke siswa. dengan materi yang lain. Guru menyuruh siswa
Tahap penutup, guru memberikan soal-soal membuka program DaviNet, yaitu program
yang juga telah dikemas dalam Macromedia pembelajaran bahasa Inggris yang sudah
Flash. Satu per satu soal dimunculkan oleh ke terintegrasi dengan komputer. Langkah-
guru ke layar dan dibahas bersama. langkahnya adalah sebagai berikut.
Open drive -->C -->DaviNet--> transfer -->ubah
b. Pemanfaatannya dalam Pembelajaran file ke tipe WAV: -->1) Chapter 2 WB Part A list 1
Bidang Studi Bahasa Inggris dan 2) Chapter 2 WB Part A list 2.
Proses belajar dan pembelajaran bidang studi
bahasa Inggris berlangsung di laboratorium Tahap penutup, guru memperjelas kembali
bahasa. Guru yang mengampu adalah Drs. materi yang sudah dipelajari. Selama proses
Sugiri. Materi pembelajaran meliputi listening, pembelajaran, baik pada tahap pendahuluan,
dialog, structure, song, dan diakhiri dengan tahap inti, dan tahap penutup, guru dan siswa
evaluasi. Media dan fasilitas yang digunakan memanfaatkan komputer dengan perangkatnya.
adalah komputer, headset, server (indosat), Artinya, guru dan siswa berinteraksi dengan
internet dan program DaviNet (sofware pembel- komputer.
ajaran bahasa Inggris). Proses pembelajaran
dibagi dalam tiga tahap, yaitu: 1) pendahuluan; c. Pemanfaatan Internet
2) kegiatan inti; 3) penutup. Komunikasi antara Pemanfaatan internet/website di SMAK 7
guru dan siswa, atau sebaliknya, 90% memakai dilakukan secara langsung dan tidak langsung.
bahasa Inggris. Pemanfaatan secara langsung, komputer
Tahap pendahuluan dimulai ketika guru dihubungkan ke internet untuk mencari situs
menjelaskan materi pelajaran. Guru berada di yang dimaksud saat proses pembelajaran.
depan, di meja operator atau master control yang Pemanfaatan tidak langsung, guru mengunduh
dilengkapi dengan komputer. Dari master control (dowload) terlebih dahulu baru kemudian
guru mengendalikan, meminta, menyuruh, ditayangkan saat pembelajaran. Pada kesempa-
berbicara, dan sebagainya selama proses tan lain guru juga menugaskan siswa untuk
pembelajaran. Di tahap pendahuluan, baik guru mencari berbagai informasi yang dibutuhkan
dan siswa berinterkasi dengan komputer. untuk keperluan pembelajaran.
Tahap inti dimulai saat guru meminta siswa Pemanfaatan fasilitas internet selama ini oleh
menyimak materi yang ada dengan penekanan guru digunakan sebagai media mencari materi
pada listening. Materi listening sudah terintegrasi tambahan. Guru juga memberi tugas-tugas
di dalam komputer. Guru melakukan variasi khusus kepada siswa mencari bahan ajar
kemudian dipresentasikan. Tidak hanya guru
dalam materi listening ini dengan cara meminta
saja, tetapi siswa juga diberi tugas untuk
dua orang siswa, satunya mengucapkan
searching di internet mencari informasi-informasi
kalimat/pertanyaan, sedangkan siswa satunya
yang relevan dengan topik atau kasus-kasus
menjawab secara lisan. Kemudian secara yang sedang dibahas. Tugas yang sudah selesai
bersama-sama, guru dan siswa membahas materi dikumpulkan dalam bentuk printout dan sesekali
listening dengan memanfaatkan laboratorium siswa diberi keempatan presentasi dengan
bahasa yang terintegrasi dengan komputer. PowerPoint.
Seluruh siswa tenang, menyimak dialog yang Mencari bahan-bahan di internet dan
ada di komputer sambil menger-jakan soal-soal dikemas dalam aplikasi PowerPoint merupakan
yang ada di work book. Sesekali guru salah satu cara yang dipakai guru SMAK 7 untuk
memafaatkan whiteboard untuk memperjelas mengembangkan bahan ajar berbasis komputer.
materi/tulisan/kata-kata yang didengar siswa.
Siswa yang benar menjawab soal-soal di work d. E-learning
book, guru memberi penguatan (reinforcement) E-learning secara online untuk mata pelajaran
dengan berkata, “Good!” Ekonomi Akuntansi masih belum berjalan.
Terjadi dialog interaktif antara siswa laki- Tetapi kalau offline sudah berjalan, yaitu
laki dan perempuan. Di tengah-tengah dialog presentasi materi pelajaran yang dikemas dalam

30 Jurnal Pendidikan Penabur - No.14/Tahun ke-9/Juni 2010


Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam Proses Pembelajaran

aplikasi Macromedia Flash. Siswa secara mandiri dapat dimanfaatkan; 3) guru-guru SMAK 7
diberi kesempatan yang luas memanfaatkan mempunyai kemauan.
komputer dengan perangkat penyerta lainnya Faktor pengukung lainnya adalah
untuk keperluan belajar. Ketika jam istirahat kelengkapan fasilitas, termasuk di dalamnya
siswa diperbolehkan memanfaatkan internet fasilitas utama yaitu komputer dan jaringan
yang ada di perpustakaan. internet.
E-learning sudah dimanfaatkan secara online
oleh guru bahasa Inggris SMAK 7, meskipun b. Faktor Penghambat
aksenya sebatas di dalam area laboratorium Sedangkan faktor penghambat yang selama ini
bahasa. Materi ajarnya pun sudah dikemas dan ada adalah: (1) komputer dan LCD belum ada di
diintegrasikan di dalam komputer. Melalui setiap kelas; (2) waktu kadang-kadang tersita
program aplikasi komputer DaviNet. Dengan karena memanfaatkan komputer dalam
software ini guru bisa mentransfer file/materi pembelajaran membutuhkan persiapan (sudah
yang akan dibahas dalam proses pembelajaran. siap semua, tetapi tiba-tiba error); dan (3) siswa
Model pembelajaran di laboratorium bahasa ini belum leluasa memanfaatkan internet di area
sudah menggeser pola pembelajaran konven- SMAK 7. Faktor penghambat lainnya seperti mati
sional di laboratorium bahasa. Selain itu, siswa listrik atau mati lampu, kemampuan guru SMAK
dapat berinteraksi dengan komputer, karena 7 di bidang komputer, minimal PowerPoint belum
melalui master control guru memandu siswa merata, jaringan internet yang lambat.
selangkah demi selangkah sampai akhirnya
siswa dapat mengakses file/materi (speaking, 3. Dampak Dimanfaatkannya TIK Khu-
reading, listening). Tetapi secara umum susnya Komputer dengan Perangkatnya
pemanfaatan TIK khususnya komputer dengan dalam Proses Pembelajaran Bagi Siswa
perangkatnya dalam proses pembelajaran di Dampak positifnya, siswa lebih tertarik dan
SMAK 7 masih offline. belajarnya lebih efektif. Meskipun belum ada
penelitian, tetapi jika dibandingkan dengan
e. Pemanfaatan Surat Elektronik (e-mail) pembelajaran yang hanya ceramah saja, maka
Sebenarnya kepala sekolah sudah mengingatkan dampaknya akan lebih positif jika
kepada guru-guru untuk mencatat e-mail siswa memanfaatkan komputer dengan perangkatnya.
dan sebaliknya guru-guru memberitahu alamat Pendapat siswa mengenai pemanfaatan
e-mail kepada siswa. Tujuannya adalah jika ada komputer dengan perangkatnya di laboratorium
pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan bahasa, umumnya mereka sangat tertarik, sangat
pelajaran atau ada tugas-tugas mendadak puas. Alasannya, selama ini yang mereka
karena guru berhalangan hadir bisa langsung ketahui tentang laboratorium bahasa adalah
dikirim ke e-mail siswa. Kepala sekolah juga yang masih konvensional; masih memakai kaset,
mengingatkan efektivitas e-mail pada saat-saat tape recorder, dll. Tetapi yang sekarang mereka
tertentu. Akan tetapi selama ini pemanfaatan e- lihat dan alami adalah laboratorium bahasa
mail di SMAK 7 belum optimal, atau dapat berbasis komputer. Melalui komputer dan
dikatakan tidak pernah dimanfaatkan. Padahal program yang ada, siswa bisa berinterkasi
penting, karena jika musim hujan tiba, sekolah dengan temannya, berinteraksi dengan
ini langganan banjir, dan siswa terpaksa komputer, dan berinteraksi dengan guru.
diliburkan (belajar di rumah). Jika kondisinya Mengenai apakah siswa tertantang
seperti itu, guru dapat mengirim tugas-tugas ke belajarnya atau tidak, menurut Sugiri sangat
siswa melalui e-mail, supaya siswa tetap bisa tertantang. Indikatornya, siswa lebih aktif, cepat
belajar tanpa harus ke sekolah. merespons dan interaksi dengan guru frekwen-
sinya sangat tinggi. Oleh karena itu proses
3. Faktor Pendukung dan Penghambat pembelajaran di laboratorium bahasa yang
a. Faktor Pendukung sudah berbasis komputer ini tidak bisa lagi
Pengembangan dan pemanfaatan komputer ditangani oleh satu guru tetapi harus tim atau
dengan perangkat penyerta lainnya dalam team teaching.
proses pembelajaran di SMAK 7 sangat Bagi siswa, dampak positif yang ditimbul-
didukung oleh berbagai faktor. Menurut kepala kan, yang pasti komunikasi semakin mudah,
SMAK 7, beberapa faktor pendukung yang ada antara teori dan praktik bisa jalan bersama.
di sekolah antara lain: 1) guru ada kesempatan Dampak lainnya, umumnya siswa merasa
memanfaatkan; 2) ada fasilitas dan fasilitas itu senang, karena mereka lebih cepat mengerti.
Jurnal Pendidikan Penabur - No.14/Tahun ke-9/Juni 2010 31
Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam Proses Pembelajaran

Kalau hanya mendengarkan saja, mengertinya penting bagi para siswa; TIK sebagai salah satu
kurang. Jadi tidak hanya dengan mendengar indikator SMAK 7 sebagai sekolah berbasis IT;
saja, tapi dikombinasikan secara visual. Ini yang dan untuk memberdayakan potensi TIK dalam
mempermudah siswa mamahami materi. proses belajar dan pembelajaran. Perbedaan
Mengenai apakah siswa tertantang belajar- orientasi ini wajar, karena SMAK 1 berkepen-
nya, menurut siswa tertantang. Indikatornya, tingan dengan ‘citra’ yang sudah disandangnya
siswa berminat, antusias, aktif bertanya. Kalau sebagai sekolah yang memiliki prestasi
hanya mendengar saja, siswa ada peluang untuk akademik baik. Citra tersebut harus tetap
gaduh, berisik dibandingkan kalau ada yang dipertahankan dan bahkan harus terus
dilihat. ditingkatkan. Karena itu alasan efektivitas
Dari sisi variasi pembelajaran menarik, merupakan dasar dikembangkannya dan
karena guru dengan software Macromedia Flash dimanfaatkan komputer dalam proses pembel-
mencoba menyajikan sebuah strategi pembel- ajaran di SMAK 1. Sedangkan SMAK 7 alasan-
ajaran dengan memanfaatkan TIK, khususnya nya adalah memberdayakan seluruh potensi
komputer. Akan tetapi dari sisi interaksi, yang dimiliki TIK khusunya komputer dalam
khususnya antara siswa dengan komputer, proses belajar dan pembelajaran. Alasan ini
sehingga siswa bisa aktif secara independen berkaitan dengan upaya SMAK 7 untuk
belum terjadi. Sedangkan dari sisi tampilan memperlihatkan kepada masyarakat sebagai
materi pun menarik, karena tidak lagi didominasi sekolah yang ditetapkan oleh yayasan sebagai
teks, buku, handout atau yang bersifat cetakan sekolah berbasis ‘IT”.
(printout). Lebih banyak visual, simbol-simbol, Kedua sekolah ini memperlihatkan bahwa
animasi yang mempermudah siswa memahami TIK khusunya komputer memiliki kelebihan
konsep yang sedang dibahas. yang dapat dimanfaatkan oleh guru untuk
meningkatkan kualitas pembelajaran. Komputer
merupakan salah satu teknologi yang dapat
mempermudah siswa belajar; komputer mampu
Pembahasan Temuan-Temuan mengkonkritkan konsep-konsep abstrak; dan jika
Penelitian dihubungan dengan internet akan diperoleh
sejumlah informasi yang dapat memperkaya
kurikulum sehingga siswa mempunyai pengeta-
Dasar Kebijakan Dikembangkan dan
huan dan keterampilan yang luas.
Dimanfaatkannya TIK
Sejumlah bukti yang diperoleh peneliti
Berdasarkan temuan-temuan penelitian yang
selama mengumpulkan data menguatkan bahwa
sudah disajikan di bab IV, memperlihatkan
baik SMAK 1 dan SMAK 7 berupaya semaksimal
bahwa baik SMAK 1 maupun SMAK 7 PENABUR
mungkin supaya guru mengintegrasikan TIK
Jakarta memiliki paradigma yang positif khususnya komputer dengan perangkat
terhadap kehadiran TIK khusunya komputer penyerta lainnya dalam proses pembelajaran.
dalam proses pembelajaran. Artinya adalah, Upaya sekolah tersebut juga didukung oleh
kedua sekolah ini berusaha memanfaatkan Yayasan PENABUR yang menaungi kedua
seoptimal mungkin teknologi komputer dengan sekolah ini. Yayasan membuat suatu kebijakan
perangkat penyerta lainnya dalam proses yang memungkinkan sekolah-sekolah yang ada
pembelajaran. Akan tetapi kedua sekolah ini di bawah pembinaannya mempunyai kelelua-
menurut peneliti menunjukkan perbedaan saan bergerak dalam upaya menghadir-kan TIK
orientasi. SMAK 1 sudah berorientasi pada khususnya komputer dengan perangkatnya
tujuan atau ‘goals oriented’. Tujuannya yaitu, dalam proses pembelajaran. Kebijakan pertama
supaya proses pembelajaran lebih efektif. adalah, “Mengharuskan sekolah memanfaatkan
Dengan waktu yang terbatas, siswa dapat dukungan hardware tape recorder, DVD/VCD
menyerap materi pembelajaran yang optimal. player, termasuk pembelajaran berbasis TIK.
Dengan memanfaatkan komputer, LCD, dll Kemudian selambat-lambatnya 1 Juli 2007,
materi yang dibahas lebih menarik dan hidup. setiap sekolah di BPK PENABUR Jakarta (kurang
Guru tidak perlu menulis di papan tulis, karena lebih ada 50 sekolah dari jenjang TK s.d. SMA yang
membuang waktu. Sedangkan SMAK 7 masih dikelola yayasan ini) mendayagunakan fasilitas
berorientasi pada pemanfaatan alat atau ‘tool internet dan multimedia (Teguh Santoso, 2007).
oriented’. Artinya, TIK merupakan bidang studi Kemudian kebijakan kedua tercantum di
wajib; TIK sebagai bidang ilmu yang sangat dalam “Rencana Induk Tiga Tahun PENABUR

32 Jurnal Pendidikan Penabur - No.14/Tahun ke-9/Juni 2010


Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam Proses Pembelajaran

Jakakarta Tahun Pelajaran 2008 – 2011”. Di PROSATA tahun pelajaran 2009/2010, melalui
dalam kolom sasaran diuraikan “Pendidikan program induk “Peningkatan kualitas guru” dan
yang memanfaatkan teknologi modern” kemudian dijabarkan ke dalam program “Pelatihan guru
dijabarkan ke dalam program utama “Penerapan dengan topik memberdayakan TIK untuk creative
TIK dan teknologi modern untuk meningkatkan teaching”, mentargetkan 80% guru dapat
produktivitas belajar”, dan selanjutnya dijabarkan menciptakan pembelajaran yang kreatif dengan
lagi ke dalam bidang kinerja utama, yaitu: (1) memberdayakan TIK.
cetak biru pembelajaran komputer TK – SMA; (2) Dari uraian dasar dimanfaatkannya TIK
sumber belajar yang dapat di proxy server oleh khusunya komputer dengan perangkatnya di
guru bidang studi; (3) pembelajaran e-learning kedua sekolah tersebut dan kemudian dikaitkan
untuk beberapa bidang studi dengan pendam- dengan kebijakan yayasan menunjukkan bahwa
ping guru komputer; dan (4) pembelajaran baik yayasan dan sekolah memiliki komitmen
robotik (IT program, artificial intellegence, yang kuat dan tinggi terhadap pemanfaatan
mechatronic). Kedua kebijakan Yayasan tersebut teknologi modern, khusunya komputer dengan
selanjutnya dijabarkan lebih operasional lagi perangkatnya dalam proses pembelajaran.
oleh SMAK 1 dan SMAK 7 ke dalam PROSATA Yayasan memberikan payung legal melalui
atau Program Satu Tahun. kebijakan-kebijakan yang konkrit dan
Di dalam PROSATA SMAK 1 tahun operasional, sedangkan sekolah menjabarkan
pelajaran 2008/2009, dalam program induk lagi ke dalam program dan kegiatan yang lebih
bernama “TIK” kemudian dijabarkan ke dalam konkrit, lebih operasional dan terukur.
program bernama “Persiapan e-learning”, SMAK Komitmen merupakan salah satu faktor
1 mentargetkan guru mata pelajaran mayor IPA terpenting dikembangkan dan dimanfaatkannya
dan mayor IPS mempersiapkan materi pelajaran komputer dengan perangkatnya penyerta
dalam bentuk softcopy. Kemudian kegiatan untuk lainnya dalam proses pembelajaran. Tanpa
mencapai tujuan itu adalah pembuatan materi
komitmen, fasilitas yang lengkap dan SDM yang
dalam bentuk file untuk mata pelajaran mayor
mumpuni, usaha memanfaatkan TIK khususnya
IPA dan IPS (dalam bentuk modul, presentasi,
komputer dalam proses pembelajaran di SMAK
soal-soal, dan tes). Dan di dalam PROSATA
1 dan SMAK 7 niscaya tidak akan berhasil.
Tahun Pelajaran 2009/2010, SMAK 1 melalui
Dengan demikian, yayasan PENABUR Jakarta
program induk bernama “Penerapan TIK dan
melalui SMAK 1 dan SMAK 7 ingin mewujudkan
teknologi modern untuk meningkatkan produktivitas
misi mulia bahwa proses pembelajaran pada
belajar” dan dijabarkan lagi ke dalam program
satuan pendidikan diselenggarakan secara
bernama “PBM berbasis TIK” mentargetkan: (1)
interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang,
setiap kelas menggunakan video rekaman guru
memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi
yang mengajar materi tertentu; dan (2) proses
aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi
pembelajaran di kelas menggunakan fasilitas
prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai
TIK, PowerPoint dengan animasi dan klip untuk
dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik
materi tertentu untuk semua mata pelajaran.
serta psikologis peserta didik (PP No. 19 Tahun
Selanjutnya dalam program “Pelaksanaan e-
2005). Selain itu juga dalam upaya mendukung
learning”, SMAK 1 mentargetkan proses
pembelajaran melalui media internet dengan tercapainya peningkatan mutu, relevansi dan
syarat di website SMAK 1 disediakan kuota daya saing pendidikan, penyelenggaraan
khusus untuk upload materi pelajaran serta tugas pembelajaran secara tepat, transparan,
dan kapasitas (bandwith) akses internet ditambah akuntabel, dan efisien (Permendiknas No. 38
bahkan tidak terbatas. Dengan demikian, siswa Tahun 2008).
yang tidak bisa hadir di sekolah tidak harus
ketinggalan pelajaran karena bisa akses materi
melalui internet di rumah atau di luar sekolah. Pengembangan dan Pemanfaatan
Sedangkan PROSATA SMAK 7 Tahun TIK dalam Proses Pembelajaran
pelajaran 2008/2009, melalui program induk
“Pelatihan guru” dan dijabarkan ke dalam Berbagai bahan ajar berbasis komputer yang
program “Pelatihan e-learning dan multimedia”, dimanfaatkan oleh guru-guru di dalam proses
mentargetkan 80% guru mengajar dengan pembelajaran, cara pengembangannya
multimedia dan memaksimalkan e-learning. dilakukan dengan berbagai pola, yaitu: (1)

Jurnal Pendidikan Penabur - No.14/Tahun ke-9/Juni 2010 33


Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam Proses Pembelajaran

mengunduh dari internet; (2) mata pelajaran yang ditransfer oleh guru dari komputer yang
fisika dikembangkan sendiri oleh guru ke ada di master control. Laboratorium bahasa di
program aplikasi PowerPoint dikombinasikan kedua sekolah tersebut sudah computerised.
dengan gambar, animasi, suara; (3) bidang studi Pembelajaran bahasa Inggris di kedua
matematika untuk beberapa topik dibuat sekolah ini dalam perpektif “Strategi
Computer Assisted Instruction (CAI) oleh tim; (4) Pembelajaran: Integrasi Teknologi dan Media”
bidang studi kimia dan Geografi membeli termasuk dalam pola “Drill and Practice”. Dalam
software di toko-toko; (5) PKn dan Sosiologi pola ini, siswa dipandu melalui berbagai seri
dibuat sendiri oleh guru ke aplikasi PowerPoint; latihan praktis yang telah didesain untuk
dan (6) bidang studi Ekonomi Akuntansi menambah atau meningkatkan pengetahuan
beberapa bahan ajar guru sendiri yang spesifik atau sebuah keterampilan baru. Pola ini
mengembang-kannya ke dalam aplikasi mengasumsikan siswa sebelumnya telah
PowerPoint. Proses pengembangannya diawali menerima beberapa materi tentang konsep,
dalam suatu forum bernama tim Musyawarah prinsip-prinsip, atau prosedur untuk mereka
Guru Mata Pelajaran (MGMP) Ekonomi praktikkan/laksanakan. Supaya efektif, pola
Akuntansi jenjang SMA BPK PENABUR Jakarta. drill dan practice harus diikuti umpan balik
Tim ini berkumpul setiap hari Selasa. sebagai penguatan atas respon siswa yang benar
Pengembangannya dalam arti menambah dan memperbaiki kesalahan-kesalahan siswa
konten atau isi, memperluas wawasan, di yang terjadi selama pembelajaran berlangsung.
MGMP inilah forumnya. Kadang-kadang Tujuan pola pembelajaran drill dan practice
mengundang nara sumber. Di dalam forum itu adalah siswa menguasai materi atau belajar
juga guru-guru membuat materi presentasi, tanpa kesalahan (Smaldino, 2008).
tujuannya agar bahan pelajarannya sama, Aktivitas pembelajaran bahasa Inggris di
medianya sama di semua SMAK BPK SMAK 1 dan SMAK 7 yang sudah diuraikan di
PENABUR Jakarta. Sedangkan software bagian sebelumnya yang mengintegrasikan
Macromedia Flash yang dimanfaatkan dalam teknologi dan media sesuai dengan strategi drill
proses pembelajaran adalah produk and practice yang menekankan penguasaan
PUSTEKKOM. suatu materi atau keterampilan tertentu.
Bahan ajar bahasa Inggris berbasis Indikatornya adalah, siswa dipandu setahap
komputer yang sudah terintegrasi di dalam demi setahap, ada mekanisme umpan balik atas
program bernama DLL Teacher dan DLL Student respons siswa, siswa ‘dipaksa’ belajar tanpa
dan DaviNet dengan cara membeli. Program kesalahan dan kalau ada kesalahan siswa diberi
khusus ini dibeli oleh sekolah. Dari sisi konten, kesempatan memperbaiki.
ada tim bahasa Inggris di PENABUR Jakarta, Drill and Practice biasanya dimanfaatkan
namun hanya beberapa guru dari sekolah yang untuk tugas-tugas seperti belajar matematika,
pembelajaran di laborotium bahasa sudah bahasa asing, dan membangun kosa kata.
Dengan format media tertentu dan sistem
berbasis komputer. Materi-materi yang ada di
pengiriman (delivery system) memberi kemung-
komputer tersebut, guru sendiri yang
kinan yang baik bagi siswa untuk melakukan
memasukkan (input) kerena sudah menguasai
drill and practice dalam belajar bahasa. Berbagai
software pembelajaran tersebut.
aplikasi komputer menawar-kan kesempatan
bagi siswa untuk melihat kembali informasi dan
1. Pembelajaran Bahasa Inggris
berlatih pengetahuan mereka atau keterampilan.
Pembelajaran bahasa Inggris di SMAK 1 dan
Kaset audio, kartu-katu pengingat, lembar kerja
SMAK 7 berlangsung di laboratorium bahasa. dapat digunakan secara efektif untuk latihan
Di SMAK 1 guru memanfaatkan software mengeja (spelling), aritmatika, dan pembelajaran
pembelajaran DLL Teacher dan DLL Student, dan bahasa (Smaldino, 2008).
guru SMAK 7 memanfaatkan software DaviNet.
Pola interaksi pembelajaran di bahasa Inggris 2. Pembelajaran Sosiologi, Fisika, dan
di kedua sekolah tersebut multi arah; interaksi Ekonomi Akuntansi
berlangsung antara guru dengan siswa dan Situasi dan jalannya proses pembelajaran
sebaliknya, siswa dengan siswa, dan siswa bidang studi Sosiologi, Fisika, dan Ekonomi
dengan komputer. File atau materi sudah Akuntani yang sudah diuraikan di bagian
berbentuk digital dan terintegrasi di dalam sebelumnya dalam perpektif “Strategi Pembel-
komputer. Siswa dapat akses file atau materi ajaran: Integrasi Teknologi dan Media” termasuk
34 Jurnal Pendidikan Penabur - No.14/Tahun ke-9/Juni 2010
Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam Proses Pembelajaran

dalam pola “Presentation (presentasi)” (Smaldino, emerging, maksudnya baru menyadari


2008). Di dalam presentasi, komunikasi pentingnya TIK untuk pembelajaran, tetapi
dikendalikan oleh sumber informasi, dalam hal belum berupaya untuk diterapkan. Tahap
ini adalah siswa, CD pembelajaran, dan guru. applying maksudnya, TIK telah dijadikan sebagai
Respon dan interaksi dengan siswa terbatas. objek untuk dipelajari (sebagai mata pelajaran).
Selama guru presentasi bisa disisipkan Tahap integrating maksudnya, TIK telah
pertanyaan-pertanyaan kepada siswa yang diintegrasikan ke dalam kurikulum (proses
bersedia menjawab atau menunjuk siswa untuk pembelajaran). Tahap transforming maksudnya,
menjawab. Atau siswa bisa mengajukan TIK telah menjadi katalis bagi perubahan atau
pertanyaan terhadap materi yang sedang evolusi pendidikan. TIK diaplikasikan secara
dipresentasikan. Sumber-sumber informasi penuh, baik untuk proses pembelajaran
dapat berupa sebuah buku teks, internet atau (instructional purpose) maupun administrasi
situs, audiotape, video, atau keempatnya. (administration purpose). Tahap yang terakhir
Membaca buku, mendengar adiotape, melihat inilah sebagai tahap yang paling ideal
video, dan mendengarkan ceramah adalah (UNESCO, 2002).
beberapa contoh strategi presentasi pembel- Proses pembelajaran dengan TIK,
ajaran (Smaldino, 2008). khususunya dengan komputer, menurut
Memperhatikan dan mencermati hasil Yusufhadi Miarso (2008) ada tujuh tingkatan,
observasi terhadap proses pembelajaran bidang yaitu: (1) pembelajaran dengan komputer; (2)
studi Sosiologi dan Fisika di SMAK 1 dan bidang pembelajaran berbantuan komputer; (3)
studi Ekonomi dan Akuntansi di SMAK 7 penulis pembelajaran berbasis web; (4) pembelajaran
berpendapat, bahwa guru-guru tersebut telah jarak jauh; (5) pembelajaran melalui jaringan; (6)
memanfaatkan TIK khususnya komputer pembelajaran dengan portal pengetahuan
dengan perangkatnya dalam proses pembel- (knowledge portals) atau internet; dan (7)
ajaran dengan strategi presentasi. Dengan pembelajaran dengan jaringan pengetahuan
startegi ini beberapa keuntungan dapat (knoweledge networks) atau e-learning.
diperoleh, yaitu: (1) sekali presentasi untuk Jika mengacu dengan apa yang dikemukan
semua siswa; (2) siswa dapat memanfaatkan oleh Yusufhadi Miarso tersebut, maka
catatan-catatan untuk menangkap informasi pemanfaatan komputer dengan perangkatnya
yang dipresentasikan; (3) teknologi dan media dalam proses pembelajaran SMAK 1 dan SMAK
dapat sebagai pengganti sumber informasi yang 7 masih berada pada tingkat ke-1 (pembelajaran
berkualitas; dan (4) siswa dapat mempresenta- dengan komputer) dan ke-2 (pembelajaran
sikan informasi yang sudah dipelajari kepada berbantuan komputer). Sedangkan tingkatan ke-
seluruh kelas. 3 sampai dengan ke-7 yang berbasis internet,
Berdasarkan fakta-fakta yang ditemukan belum diimplementasikan.
dan uraian analisis, peneliti berpendapat bahwa
guru-guru di SMAK 1 dan SMAK 7 sudah 3. Pemanfaatan Internet
mengintegrasikan TIK khusunya komputer Pemanfaatan internet untuk keperluan
dalam proses pembelajaran. Strategi yang pembelajaran di kedua sekolah yang sudah
dipergunakan pun variatif, ada yang drill and diuraikan di bagian depan, menurut peneliti
practice dan presentation (presentasi). Akan tetapi sudah sejalan dengan apa yang dikemukan oleh
jika dikaitkan dengan klasifikasi tahap Aji Supriyanto. Menurut Aji Supriyanto (1979),
penggunaan TIK dalam pembelajaran menurut ada 4 pola pemanfaatan internet. Pertama pola
UNESCO, pemanfaatan TIK khususnya pemanfaatan di laboratorium komputer. Bagi
komputer dalam proses pembelajaran di SMAK sekolah yang telah memiliki fasilitas
1 dan SMAK 7 masih pada tahap integrating. laboratorium komputer yang tersambung ke
Maksudnya adalah fasilitas TIK khusunya internet, dapat memanfaatkannya di
komputer dengan perangkatnya di SMAK 1 dan laboratorium komputer. Situs-situs yang
SMAK 7 telah diintegrasikan di dalam proses dibutuhkan guru dan siswa dapat diakses secara
pembelajaran. bersama-sama dalam bentuk klasikal atau pun
UNESCO mengklasifikasikan empat tahap individual dengan bimbingan guru. Kedua
pemanfaatan TIK dalam proses pembelajaran, sekolah sudah menerapkan pola ini. Kedua pola
yaitu: tahap emerging, tahap applying, tahap pemanfaatan di kelas dengan memanfaatkan
integrating, dan tahap transforming. Tahap komputer, LCD yang sudah tersambung ke

Jurnal Pendidikan Penabur - No.14/Tahun ke-9/Juni 2010 35


Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam Proses Pembelajaran

internet. Kedua sekolah juga sudah menerapkan ROM dan DVD dapat digunakan menjadi
pola ini dengan cara presentasi. Berbagai bahan penyimpan materi pelajaran. Definisi lain
ajar, seperi yang ada di EdukasiNet atau situs- menyebutkan e-learning adalah suatu proses
situs pendidikan lainnya akan menjadi bahan pembelajaran dimana para siswa dan guru
pengayaan sesuai dengan topik yang sedang mempergunakan media elektronik baik digital
dibahas saat itu. Ketiga pola penugasan. Sekolah seperti computer maupun konvensional seperti
yang belum memiliki sambungan internet dapat VCD, CD, DVD yang kesemuanya dapat diakses
menugaskan siswa mencari tempat-tempat yang oleh siswa pada proses pembelajaran.
menyediakan jasa layanan internet. Keempat pola Dari berbagai definisi, konsep tentang e-
pemanfaatan individual. Siswa diberi learning tersebut, menurut peneliti, dalam batas-
kebebasan untuk bereksplorasi. batas tertentu, SMAK 1 dan SMAK 7 sudah
Melalui internet siswa dan guru dapat mengimplementasikan e-learning dalam proses
menjelajah berbagai website sebagai alat atau belajar dan pembelajaran. Indikatornya antara
media yang sangat efektif untuk akses materi dan lain: (1) memantaatkan jaringan internet dalam
informasi yang dapat dilakukan di luar kelas. pembelajaran bahasa Inggris; (2) bahan ajar
bahasa Inggris berbentuk digital dan terintegrasi
4. E-Learning di dalam komputer; (3) software pembelajaran
Sebelum sampai pada telaah mengenai bahasa Inggris DLL Student dan DLL Student serta
pemanfaatan e-learning di kedua sekolah ini, DaviNet memfasilitasi interaksi antara guru
perlu peneliti menyampaikan beberapa hal dengan siswa, antara siswa dengan siswa, dan
berkaitan dengan konsep e-learning. antara siswa dengan komputer; (4) siswa bisa
Rosenberg dalam http://sudirmans mengakses file/materi yang diransfer guru dari
mansa.wordpress.com/, e-learning merupakan komputer yang ada di ruang master control; (5)
satu penggunaan teknologi internet dalam memanfaatkan CD pembelajaran; (6) mengguna-
penyampaian pembelajaran dalam jangkauan kan komputer (seperti slide presentasi yang
luas yang belandaskan tiga kriteria yaitu: (1) e- diproyeksikan melalui LCD proyektor,
learning merupakan jaringan dengan kemam- Macromedia Flash, multimedia interaktif, dll)
puan untuk memperbarui, menyimpan, dalam proses pembelajaran; dan (7) meman-
mendistribusi dan membagi materi ajar atau faatkan internet secara langsung dan tidak
informasi; (2) pengiriman sampai ke pengguna langsung dalam proses pembelajaran.
terakhir melalui komputer dengan mengguna- Akan tetapi e-learning di kedua sekolah ini
kan teknologi internet yang standar; (3) belum dapat dikatakan 100% e-learning secara
memfokuskan pada pandangan yang paling online. Mengapa demikian? Karena bahan ajar
luas tentang pembelajaran di balik paradigma bidang studi bahasa Inggris, Ekonomi
pembelajaran tradisional. Akuntansi, Sosiologi, dan Fisika (hasil observasi
Online Learning adalah sistem pembelajaran pembelajaran), meskipun sudah bersifat mandiri
secara elektronik melalui media berbasis (self learning materials) disimpan di komputer,
computer (jaringan: website, internet, intranet, tetapi tidak dapat diakses oleh guru dan siswa
CD, DVD). Ia tidak hanya mengakses informasi kapan saja, di mana saja, dan siswa bisa
namun membantu pemelajar dengan hasil yang membantu sendiri kemajuan belajarnya. E-
spesifik. Ia juga tidak hanya untuk membantu learning di SMAK 1 dan SMAK 7 masih bersifat
pembelajaran, namun juga untuk memonitor offline. Salah satu indikator e-learning online
perkembangan belajar dan melaporkan adalah, bahan ajar yang tersimpan di komputer
perkembangannya. Dalam perkembangannya, harus bisa diakses oleh oleh guru dan siswa
pemelajar tidak hanya belajar dari buku. Mereka kapan saja, di mana saja.
dapat belajar dari jarak yang jauh sekalipun
dalam suatu perpustakaan yang lengkap (online) 5. Pemanfaatan Surat Elektronik (e-mail)
(Smaldino, 2008). Dalam perspektif pendidikan, Sharon E.
Umumnya e-learning sebagai pembelajaran Smaldino (2008) mengemukakan esensi
online melalui web ataupun internet. Meskipun mendasar tentang e-mail adalah, “Electronic mail
demikian, e-learning (pembelajaran elektronik), (e-mail) is text communication between individuals
sesungguhnya meliputi web-based training, and can be integrated into lesson and used by students
distance learning, virtual classroom, bahkan CD- to gather information from and ask questions of
ROM sekali pun (Susi Yusrianti dkk, 2007). CD- individuals beyond the school walls (e.g., other

36 Jurnal Pendidikan Penabur - No.14/Tahun ke-9/Juni 2010


Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam Proses Pembelajaran

students and experts)”. Jadi e-mail tidak hanya dengan internet. Fasilitas di SMAK 7 pun tidak
berupa pesan atau surat elektronik yang berbeda jauh dengan fasilitas yang ada di SMAK
dikombinasikan dengan gambar dan dikirim ke 1. Dari sisi spesifikasi/kualitas sama, hanya
e-mail lain melalui jaringan internet, tetapi dalam perbedaan terletak di kuantitas. Sebab di SMAK
dunia pendidikan dapat diintegrasikan ke 7 belum semua kelas dan laboratorium
dalam suatu pelajaran. Siswa dapat dilengkapi dengan komputer, LCD, dan jaringan
memanfaatkan untuk mendapatkan informasi internet.
atau bertanya kepada teman atau para ahli Berbagai fasilitas TIK khusunya komputer
tentang suatu topik tertentu. dengan perangkat penyerta lainnya yang ada di
Dengan aplikasi sederhana e-mail, seorang SMAK 1 dan SMAK 7 tersebut menurut peneliti
guru, pengelola, orangtua, dan juga siswa sudah memenuhi bahkan sudah melampuai
dengan mudah berkomunikasi satu dengan standar yang ditetapkan oleh pemerintah yang
lainnya. Sekolah dapat membuat laporan tercantum di dalam Permendiknas No. 24 Tahun
perkembangan siswa dan prestasi belajarnya 2007 tentang “Standar Sarana dan Prasarana”.
baik diminta orangtua atau tidak. Orangtua Dengan demikian, dapat dikatakan fasilitas-
dapat memberi tanggapan dan menanyakan fasilitas yang dibutuhkan oleh guru-guru, seperti
kondisi anaknya di sekolah, sebaliknya pihak ruang, software, komputer dengan perangkat
sekolah dapat menanyakan kondisi siswa di luar penyerta lainnya untuk mengembangkan dan
sekolah kepada orangtua melalui internet, memanfaatkan TIK khusunya komputer dalam
sebagai pelengkap kegiatan bimbingan dan proses pembelajaran sudah tersedia begitu
konseling. Dalam kegiatan belajar dan lengkap.
pembelajaran di luar kampus/sekolah, siswa Faktor pendukung lainnya adalah kompe-
yang menghadapi kesulitan pelajaran dapat tensi guru. Secara umum kompetensi guru-guru
bertanya melalui e-mail kepada gurunya. SMAK 1 dan SMAK 7 di bidang komputer relatif
Kegiatan tutorial dapat juga dilakukan melalui sama. Guru mampu menggunakan komputer
e-mail. Dalam keadaan guru berhalangan hadir, (minimal Word dan Excel), menggunakan
guru dapat memberi materi dan tugas yang komputer, internet, PowerPoint, e-learning dalam
dikirim lewat e-mail (Yusufhadi Miarso, 2004). proses belajar dan pembelajaran, dan mampu
Dari hasil-hasil temuan penelitian, guru- mengembangkan bahan ajar berbasis Teknologi
guru SMAK 1 dan SMAK 7 belum dimanfaatkan Informasi dan Komunikasi (TI), khusunya
e-mail untuk keperluan belajar dan pembel- komputer.
ajaran. Menurut peneliti, salah satu faktor Memperhatikan berbagai kompetensi guru
penyebabnya adalah kepala sekolah dan juga di bidang komputer tersebut, maka dapat
guru-guru di kedua sekolah tersebut belum dikatakan, guru-guru SMAK 1 dan SMAK 7
begitu memahami potensi e-mail sesungguhnya. sudah memiliki lima kompetensi dasar yang
Padahal kalau dimanfaatkan secara efektif, wajib dimiliki oleh guru-guru. United Nations of
seperti yang dikemukan oleh Sharon E. Smaldino Education and Social Cultural Organization
dkk, melalui e-mail siswa dapat berkomunikasi (UNESCO) menetapkan lima keterampilan
dan mendapat informasi dari siswa lain juga utama dan mendasar, yaitu: a) word processing
para ahli tentang suatu topik tertentu. skills; b) understanding of various software titles/types
Komunikasi tidak sebatas di lingkup suatu and how to use them; c) basic survival/trouble
sekolah, daerah, negara, bahkan dunia. shooting and maintenance skills; d) classroom
management skills; dan e) skills in accessing and
A. Faktor Pendukung dan Penghambat evaluating various sotware programs and using them
Faktor Pendukung as a teaching tools across they key learning areas
Pengembangan dan pemanfaatan komputer (http://www.unescobkk.org/id/education/
dengan perangkat penyerta lainnya dalam ict/online-resources/).
proses belajar dan pembelajaran di SMAK 1 dan Selain itu, kompetensi guru-guru SMAK 1
SMAK 7 sangat didukung oleh berbagai faktor. dan SMAK 7 secara umum juga sudah sesuai
Salah satu faktor pendukungnya adalah dengan lima kategori kompetensi yang juga
kelengkapan fasilitas. Di SMAK 1 seluruh kelas, dituntut UNESCO. UNESCO menetapkan lima
laboratorium, perpustakaan sudah dilengkapi kategori kompetensi, yaitu: (a) Basic operations
dengan komputer, LCD permanen, layar, dan meliputi, mengetahui fungsi-fungsi berbagai
koneksi internet. Kemudian ruang-ruang ruang- komponen komputer, menggunakan berbagai
ruang penting lainnya juga sudah terkoneksi macam software termasuk word proccessing,
Jurnal Pendidikan Penabur - No.14/Tahun ke-9/Juni 2010 37
Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam Proses Pembelajaran

database dan Excel, mendapatkan informasi yang tidak bisa hadir di sekolah tidak harus
melalui CD Roms dan program-program lain); ketinggalan pelajaran karena bisa akses materi
(b) Information technology meliputi, meman- melalui internet di rumah atau di luar sekolah.
faatkan presentasi multi media, memanfaatkan
presentasi interkatif, mampu memanfaatkan B. Dampak Dimanfaatkannya TIK
internet dan program-program elektronik mail, Khususnya Komputer
punya kesadaran mengembang-kan potensi Berdasarkan data/informasi yang diperoleh
yang dimiliki TIK untuk belajar siswa; (c) peneliti, dampak positif yang dirasakan oleh
Evaluation of software meliputi, mampu siswa mengenai pemanfaatan TIK khusunya
menyeleksi dan menilai berbagai bahan ajar komputer dengan perangkat penyerta lainnya
berbasis teknologi (komputer), mampu dalam proses belajar dan pembelajaran antara
menyesuaikan aplikasi komputer dengan materi- adalah: 1) siswa dapat belajar dari mana saja,
materi dan proses pembelajaran yang spesifik, tidak harus dari guru; 2) siswa bisa belajar dari
mampu mengevaluasi software komputer untuk komputer dan media-media belajar lainnya, dan
tujuan pendidikan, mampu mengintegrasikan 3) siswa menyadari bahwa pengetahuan itu luas
materi pelajaran secara tepat dengan komputer; sekali dan sumbernya dari mana saja. Kemudian
(d) Pedagogical issues-classroom management/ siswa merasa senang. Siswa lebih tertarik kerena
learning theories/learning styles meliputi; memang penjelasan materi lebih menarik. Siswa
memahami bagaimana teknologi komputer tidak perlu mencatat, cukup copy file. Nuansa
membantu siswa belajar dan menolong siswa pembelajaran juga berbeda antara proses
menjelajah dunia, mengatur dan menciptakan pembelajaran yang biasa saja dengan proses
sendiri lingkungan belajar, mampu mengguna- pembelajaran yang memanfaatkan komputer.
kan komputer untuk mempersiapkan materi Khusus bahasa bahasa Inggris membuat siswa
pelajaran di kelas; dan (e) Values and ethics merasa senang (enjoy), karena siswa tidak harus
meliputi, memahami esensi plagiarisem, berhadapan dengan guru, tetapi siswa dapat
mengetahui isu-isu seputar hak cipta, sensor dan memanfaatkan media belajar yang ada
kerahasiaan, memahami berbagai masalah (komputer, internet, TV, dll yang ada di
melalui berbagai akses untuk dan merefikasi laboratorium bahasa). Siswa pun secara mandiri
informasi yang diperoleh dari berbagai sumber dapat belajar dari komputer tersebut.
seperti internet (http://www.unescobkk.org/ Dari sisi siswa, pemanfaatan komputer
id/education/ict/online-resources/). dengan perangat penyerta lainnya dalam proses
belajar dan pembelajaran begitu membantu
Faktor Penghambat dalam memahami materi, dan mempermudah
Faktor penghambat yang dialami oleh SMAK 1 siswa mencari informasi yang dibutuhkan.
dan SMAK 7 dalam mengembangkan dan Dampak positif lainnya, proses pembelajaran
memanfaatkan TIK khususnya komputer lebih efisien, presentasi lebih mudah, pembuatan
dengan perangkat penyerta lainnya relatif sama, materi dapat dikombinasikan dengan gambar,
yaitu lambatnya jaringan internet. Karena suara, animasi, dan media-media lain yang
lambatnya jaringan internet ini maka guru-guru cocok; pengalaman belajar siswa lebih variatif
dalam memanfaatkan internet dengan cara tidak dibandingkan hanya dengan memanfaatkan
langsung. whiteboard, objek lebih nyata atau riil jika
Langkah yang ditempuh sekolah adalah dibandingkan hanya dengan kata-kata.
menyediakan fasilitas hotspot. Dengan Mengenai apakah siswa tertantang belajar-
tersedianya fasilitas ini maka akan ada distribusi nya atau tidak, tergantung desain materinya.
pemanfaatan jaringan internet. Khusus SMAK Kalau guru sudah menuangkan seluruh materi
1 pada tahun pelajaran 2009/2010 melalui ke dalam bahan ajar berbasis komputer itu,
program induk bernama “Penerapan TIK dan berarti sudah mentok, sudah selesai. Akan tetapi
teknologi modern untuk meningkatkan produktivitas kalau dalam desain materi itu sengaja dibuat
belajar” dan dijabarkan lagi ke dalam program agar muncul pertanyaan, muncul masalah, maka
“Pelaksanaan e-learning”, mentargetkan proses siswa akan mencari jawabannya. Jadi desain
pembelajaran melalui media internet dengan materi pembelajarannya sangat berpengaruh.
syarat di website SMAK 1 disediakan kuota Namun demikian, pemanfaatam TIK
khusus untuk upload materi pelajaran serta tugas khususnya dengan perangkatnya di dua
dan kapasitas (bandwith) akses internet ditambah sekolah ini belum begitu optimal. Karena belum
bahkan tidak terbatas. Dengan demikian, siswa optimal, maka proses pembelajaran yang
38 Jurnal Pendidikan Penabur - No.14/Tahun ke-9/Juni 2010
Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam Proses Pembelajaran

diidealkan dengan kehadiran TIK khususnya Tujuannya yaitu, supaya proses pembelajaran
komputer dengan perangkatnya di dalam kelas lebih efektif. Sedangkan SMAK 7 beralasan,
belum sepenuhnya tercapai. bahwa TIK merupakan mata pelajaran yang
Secara teoritis TIK khususnya komputer harus ada di dalam struktur Kurikulum Tingkat
dengan perangkatnya mempunyai peran yang Satuan Pendidikan (KTSP) jenjang SMA; TIK
sangat luar biasa untuk mendukung proses merupakan bidang ilmu yang sangat penting
pembelajaran yang: (1) active; memungkinkan bagi para siswa; memberdayakan potensi TIK
siswa dapat terlibat aktif karena ada proses khususnya komputer dengan perangkat
belajar dan pembelajaran yang menarik dan penyerta lainnya yang luar biasa dalam proses
bermakna; (2) constructive; memungkinkan siswa belajar dan pembelajaran; dan khusus SMAK 7
dapat menggabungkan ide-ide baru ke dalam sebagai salah satu indikator bagi SMAK 7
pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya sebagai sekolah berbasis IT. Dalam perspektif ini
untuk memahami makna atau keingintahuan orientasi SMAK 7 dalam memanfaatkan
dan keraguan yang selama ini ada dalam komputer dengan perangkatnya dalam proses
benaknya; (3) collaborative; memungkinkan siswa pembelajaran masih ‘tools oriented’.
dalam suatu kelompok atau komunitas saling Kedua, berdasarkan alasan-alasan tersebut
bekerjasama, berbagi ide, saran atau di atas, maka kebijakan sekolah adalah
pengalaman, menasehati dan memberi masukan menyediakan seluruh fasilitas, sarana dan
untuk sesama anggota kelompoknya; (4) prasarana yang dibutuhkan supaya proses
intentional; memungkinkan siswa dapat secara pembelajaran berbasis komputer dapat berjalan
aktif dan antusias berusaha untuk mencapai sesuai yang diharapkan. Fasilitas TIK yang ada
tujuan yang diinginkan; (5) conversational; di dua sekolah ini sudah memenuhi bahkan
memungkinkan proses belajar secara inherent melampui ketentuan yang ada di Permendiknas
merupakan suatu proses sosial dan dialogis No. 24 Tahun 2007 tentang “Standar Sarana dan
dimana siswa memperoleh keuntungan dari Prasarana”.
proses komunikasi tersebut baik di dalam Ketiga, kompetensi guru di dalam
maupun luar sekola; (6) contextualized; memanfaatkan komputer dengan perangkatnya
memungkinkan situasi belajar diarahkan pada dalam proses pembelajaran sudah memenuhi
proses belajar yang bermakna (real-world) melalui standar yang ditetapkan oleh United Nations of
pendekatan “problem-based atau case-based Education and Social Cultural Organization
learning”; dan (7) reflective, memungkinkan (UNESCO), khususnya word processing skills dan
siswa dapat menyadari apa yang telah ia pelajari understanding of various software titles/types and
serta merenungkan apa yang telah dipelajarinya how to use them. UNESCO menetapkan lima (5)
sebagai bagian dari proses belajar itu sendiri kompetensi dasar, yaitu: a) word processing skills;
(http://polres.multiply.com/journal/item/30/ b) understanding of various software titles/types and
Integrasi/ TIK dan Pembelajaran). how to use them; c) basic survival/trouble shooting
and maintenance skills; d) classroom management
skills; dan e) skills in accessing and evaluating various
Kesimpulan, Implikasi dan sotware programs and using them as a teaching tools
Rekomendasi across they key learning areas.
Keempat, kompetensi guru-guru SMAK 1 dan
SMAK 7 secara umum juga sudah sesuai dengan
Kesimpulan
lima kategori kompetensi yang juga dituntut
Berikut ini peneliti kemukakan beberapa UNESCO, khususnya dalam hal basic operations
kesimpulan mendasar mengenai pemanfaatan dan information technology. Sedangkan kategori
TIK khususnya komputer dengan perangkatnya kompetensi lainnya, yaitu evaluation of software,
dalam proses pembelajaran di SMAK 1 dan pedagogical issues-classroom management/learning
SMAK 7 BPK PENABUR Jakarta. theories/learning styles, dan Values and ethics belum
Pertama, dasar dikembangkannya dan dikuasai. Dari lima kategori tersebut, guru-guru
dimanfaatkannya TIK khususnya komputer SMAK 1 dan SMAK 7 masih sebatas mengusasi
dengan perangkatnya dalam proses pembel- kategori ke-1 (basic operation) dan ke-2 (information
ajaran di SMAK 1 adalah karena efektivitas. technology) yang meliputi presentasi multi media,
Alasan ini menegaskan bahwa SMAK 1 sudah mampu memanfaatkan internet dan program-
berorientasi pada tujuan atau ‘goals oriented’. program elektronik mail, punya kesadaran

Jurnal Pendidikan Penabur - No.14/Tahun ke-9/Juni 2010 39


Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam Proses Pembelajaran

mengembangkan potensi yang dimiliki TIK berbagai aplikasi komputer, seperti PowerPoint,
untuk belajar siswa). Macromedia Flash, CD pembelajaran. Dengan
Kelima, e-learning, pada batas-batas tertentu demikian, komputer dengan perangkatnya
sudah dilaksanakan di kedua sekolah ini, baik ditempatkan sebagai salah satu sumber belajar
yang online (pembelajaran bahasa Inggris di yang memungkinkan siswa bisa belajar sendiri,
laboratorium bahasa), dan yang offline (presen- bisa akses sendiri di mana saja dan kapan saja,
tasi PowerPoint, CD pembelajaran). tahu kemajuan belajarnya. Sehingga dapat
Keenam, jaringan internet di kedua sekolah dikatakan pemanfaatan TIK khususnya
ini belum dimanfaakan secara masksimal. komputer dengan perangkat-nya dalam proses
Artinya belum sampai pada pola pemanfaatan pembelajaran di kedua sekolah ini belum ‘student
berjaringan atau knowledge network. oriented’ namun masih ‘teacher oriented’.
Ketujuh, kedua sekolah belum memanfa- Kesebelas, pemanfaatan komputer dengan
atkan surat elektronik atau e-mail untuk perangkat-nya di kedua sekolah ini masih
keperluan akademik. berada pada tingkat ke-1 (pembelajaran dengan
Kedelapan, kedua sekolah ini memiliki komputer) dan ke-2 (pembelajaran berbantuan
komitmen yang tinggi terhadap pemanfaatan komputer). Sedangkan tingkat-an ke-3 sampai
TIK khususnya komputer dengan perangkatnya dengan ke-7 yang berbasis internet, atau
dalam proses pembelajaran. Bahkan secara knowledge network seperti yang dikemukakan oleh
khusus. Yusufhadi Miarso belum diimplementasikan.
Kesembilan, dukungan yayasan selain
alokasi biaya, juga tercermin melalui Implikasi
komitmennya untuk terus memanfaatkan TIK Kesimpulan tersebut di atas berimplikasi pada
dan teknologi modern untuk produktivitas berbagai faktor yang ikut mempengaruhi dalam
belajar yang dituangkan di dalam Rencana mengoptimalkan pemanfaatan TIK khusunya
Induk Tiga Tahun BPK PENABUR Jakarta, tahun komputer dengan perangkatnya dalam proses
2008-2011. pembelajaran di SMAK 1 dan SMAK 7 BPK
Jika dikaitkan dengan tahapan-tahapan PENABUR Jakarta.
pemanfaatan TIK dalam proses pembel-ajaran Pemahaman yang tepat terhadap
menurut UNESCO, apa yang terjadi di SMAK 1 pemanfaatan TIK khususnya komputer dengan
dan SMAK 7 sudah berada pada tahap keempat, perangkatnya dalam proses pembelajaran
yaitu integrating. Artinya sudah mengintegra- merupakan salah satu faktor yang sangat
sikan TIK khususnya komputer dengan penting. Sebab tanpa pemahaman yang benar,
perangkatnya dalam proses belajar dan dikhawatirkan guru-guru di SMAK 1 dan SMAK
pembelajaran. UNESCO mengklasifikasikan 7 selama ini “hanya” sebatas memenuhi
empat tahap, yaitu: emerging, applying, tuntutan yang ada, tanpa memahami sebenarnya
integrating, dan transforming. Tahap emerging, apa esensi pemanfaatan komputer dengan
maksudnya baru menyadari pentingnya TIK perangkatnya dalam proses pembelajaran. Jika
untuk pembelajaran, tetapi belum berupaya kepala sekolah dan guru-guru di SMAK 1 dan
untuk diterapkan. Tahap applying maksudnya, SMAK 7 mempunyai pemahaman yang benar
TIK telah dijadikan sebagai objek untuk akan pemanfaatan komputer dengan perangkat-
dipelajari (sebagai mata pelajaran). Tahap nya dalam proses pembelajaran, maka akan
integrating maksudnya, TIK telah diintegrasikan menghindarkan kesan bahwa yang terjadi
ke dalam kurikulum (proses pembelajaran). adalah sekedar memindahkan seluruh bahan
Tahap transforming maksudnya, TIK telah ajar ke dalam komputer.
menjadi katalis bagi perubahan atau evolusi Komitmen yayasan, kepala sekolah, dan
pendidikan. TIK diaplikasikan secara penuh, guru-guru sangat dibutuhkan dalam mengop-
baik untuk proses pembelajaran (instructional timalkan pemanfaatan komputer dengan
purpose) maupun administrasi (administration perangkatnya dalam proses pembelajaran.
purpose). Tahap yang terakhir inilah sebagai Komitmen yayasan dapat diwujudkan dengan
tahap yang paling ideal (UNESCO, 2002). memenuhi kebutuhan (hardware dan software)
Kesepuluh, pemanfaatan komputer dengan termasuk sarana dan prasarana yang dibutuh-
perangkatnya dalam proses pembelajaran baik kan untuk memanfaatkan komputer dengan
di SMAK 1 maupun SMAK 7 memang masih perangkatnya dalam proses pembelajaran.
sebatas memindahkan bahan ajar ke dalam Komitmen kepala sekolah diwujudkan dengan

40 Jurnal Pendidikan Penabur - No.14/Tahun ke-9/Juni 2010


Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam Proses Pembelajaran

terus menerus memberikan dorongan dan komputer yang dari sisi pedagogis dan teknis
motivasi kepada guru-guru untuk selalu berkualitas.
memanfaatkan komputer dengan perangkatnya Guru-guru harus jeli dalam mendesain
dalam proses pembelajaran. Komitmen guru bahan ajar berbasis komputer. Artinya jangan
diwujudkan dengan cara memberikan berbagai sampai seluruh materi yang akan dibahas sudah
pengalaman belajar yang variatif kepada siswa. tertuang semua di dalam aplikasi komputer
Guru harus terus menerus meningkatkan (PowerPoint, Macromedia Flash) yang akan
kompetensinya dalam bidang komputer untuk dimanfaatkan di dalam proses pembelajaran.
keperluan pembelajaran. Harus dibuat secara terbuka dan ada ruang yang
Meskipun secara umum fasilitas, sarana memungkinkan siswa berperan sebaga seorang
dan prasarana di SMAK 1 dan SMAK 7 sudah pemecah masalah (problem solver), penjelajah,
memadai, tetapi fasilitas jaringan internet peneliti, teman bekerjasama, penentu tujuan,
sebagai prasyarat terlaksananya pembelajaran moderator, fasilitator, pembangun, dan peserta
online (e-learning) harus dibenahi. yang aktif.
Melihat kecenderungan yang terjadi, seperti Guru harus memahami secara lebih
diramalkan oleh Bishop dengan kecanggihan mendalam lagi tentang esensi pemanfaatan TIK
TIK bahwa ke depan, lembaga pendidikan khususnya komputer dengan perangkatnya
(sekolah) akan berbentuk virtual (virtual school), dalam proses pembelajaran. Esensi yang
tidak lagi dibatasi oleh ruangan berbentuk dimaksud adalah, guru jangan berhenti hanya
persegi, maka mulai sekarang yayasan bersama sebatas pada pemindahan bahan ajar ke dalam
sekolah (SMAK 1 dan SMAK 7) mulai berbagai aplikasi komputer. Kalau ini yang terus
memikirkan mencari lembaga pengembang e- terjadi, maka strategi belajar dan pembelajaran
learning. Atau yayasan mulai membentuk gugus seperti: belajar mandiri; belajar kooperatif; belajar
tugas bidang e-learning yang menyiapkan segala kolaboratif; belajar memecahkan masalah;
sesuatu yang dibutuhkan agar ke depan e- belajar eksploratif; belajar menemukan; dan
learning bisa berjalan secara optimal. belajar bermain peran sebagai implikasi
pemanfaatan komputer dengan perangkat
penyerta lainnya dalam proses belajar dan
Rekomendasi pembelajaran tidak akan terjadi. Yang terjadi
tetap teacher oriented, bukannya student oriented.
Berdasarkan temuan-temuan penelitian beserta
analisisnya yang sudah dikemukakan di depan, Kepala Sekolah
berikut ini peneliti sampaikan beberapa Kepala sekolah harus memiliki pemahaman
rekomendasi yang substansial yang benar mengenai pemanfaatan TIK,
khususnya komputer dengan perangkatnya
Guru dalam proses pembelajaran.
Guru harus memiliki pemahaman yang benar Kepala sekolah perlu membuat kebijakan
mengenai pemanfaatan TIK, khususnya secara tertulis bahwa mengembangkan dan
komputer dengan perangkatnya dalam proses memanfaatkan TIK khusunya komputer dengan
pembelajaran. Caranya dengan membaca perangkatnya dalam proses pembelajaran
berbagai referensi yang relevan baik dari buku merupakan suatu kewajiban yang harus
maupun internet, pelatihan, seminar, dilaksanakan oleh guru-guru.
mengudang nara sumber. Dalam konteks ini Sekolah (kepala sekolah dan guru) perlu
guru dapat memanfaatkan forum Musyawarah memahami secara mendalam esensi e-learning
Guru Mata Pelajaran (MGMP) PENABUR yang sesungguhnya. Tujuannya, supaya ke
Jakarta. Tujuannya supaya guru-guru tidak depan jika e-learning memang benar-benar akan
merasa puas dengan apa yang sudah dilakukan dilaksanakan secara sungguh-sungguh di
selama ini. SMAK 1 dan SMAK 7 tidak berhenti pada
Kemampuan guru dalam menyusun bahan tingkatan pembelajaran dengan komputer dan
ajar berbasis TIK harus ditingkatkan. Guru harus pembelajaran berbantuan komputer. Akan tetapi
bekerjasama dengan pengembang desain sampai ke pembelajaran berbasis web,
instruksional dan ahli desain grafis berbasis pembelajaran jarak jauh, pembelajaran melalui
komputer agar dihasilkan bahan ajar berbasis jaringan, pembelajaran dengan portal

Jurnal Pendidikan Penabur - No.14/Tahun ke-9/Juni 2010 41


Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam Proses Pembelajaran

pengetahuan, dan pembelajaran dengan


_______. Perubahan paradigma pendidikan dengan
jaringan pengetahuan (knowledge network).
kehadiran teknologi telekomunikasi dan
Sekolah perlu membuat portal-portal pengetahu-
informatika. Makalah dalam FPTK Expo
an yang dapat diakses oleh siswa dan juga guru.
1999, Fakultas Pendidikan Teknologi
Sekolah (kepala sekolah dan guru) harus
dan Kejuruan, IKIP Jakarta, 11 – 15 April
memanfaatkan e-mail untuk keperluan pendidi-
1999
kan. E-mail tidak hanya berupa surat elektronik
_______.(2008). Teknologi informasi dan
yang dikirim dari seorang individu ke individu
komunikasi dalam proses pembelajaran,
yang lain dengan memanfaatkan jaringan
materi kuliah Pascasarja Program Studi
internet. Ppotensi-potensi e-mail dapat
Teknologi Pendidikan Universitas
diberdayakan secara optimal. Misalnya, siswa
Negeri Jakarta,
bisa mendapatkan dan bertanya mengenai
_______. (2006). Metodologi penelitian kualitatif
informasi tertentu dari guru, teman, para ahli
Bandung: Remaja Rosdakarya
yang tersebar di seluruh dunia.
Noor Cahyanto, Jalu. Pemanfaatan ICT dalam
membangung jaringan pembelajaran
Yayasan internasional. Paper dalam Konferensi
Yayasan BPK PENABUR Jakarta harus Guru Indonesia 2007, Jakarta, 27 – 28
menempatkan Bidang Sumber Belajar pada November 2007.Peraturan Pemerinh
posisi yang strategis agar bisa berperan sebagai Republik Indonesia No. 19 Tahun 2005
pengembang desain pembelajaran atau tentang Standar nasional pendidikan
pengembang desain instruksional/pengembang Permendiknas No. 24 Tahun 2007 tentang
desain pembelajaran berbasis TIK. Oleh karena Standar sarana dan prasarana
itu Bidang Sumber Belajar perlu diperkuat Permendiknas No. 38 Tahun 2008 tentang
dengan SDM yang memiliki pengetahuan dan Pengelolaan teknologi informasi dan
kompetensi dalam desain instraksional. komunikasi di lingkungan Departemen
Sebagai sebuah Yayasan Pendidikan yang Pendidikan Nasional
sudah berkembang dan mapan, BPK PENABUR Program Satu Tahun (PROSATA) SMAK 1
harus ikut memberikan layanan pendidikan di Tahun 2008/2009
berbagai tempat di Indonesia (layanan eksternal). Program Satu Tahun (PROSATA) SMAK 1
Sehingga dengan demikian, Yayasan ini ikut Tahun 2009/2010
berpartisipasi dalam pemerataan pendidikan, Program Satu Tahun (PROSATA) SMAK 7
baik dari sisi kuantitatif maupun kualitatif. Tahun 2008/2009
Yayasan harus tetap memiliki komitmen Program Satu Tahun (PROSATA) SMAK 7
yang kuat dan tinggi bahwa TIK, khususnya Tahun 2009/2010
komputer dengan perangkatnya memiliki Rencana Induk Tiga Tahun BPK PENABUR
potensi yang dapat diberdayakan untuk JAKARTA, Tahun 2008-2011.
produktivitas dan peningkatkan kualitas Santoso, Teguh. Pemanfaatan teknologi informasi
pembelajaran. dan komunikasi untuk proses pembelajaran
Yayasan harus mencari mitra yang bergerak online (Jurnal Pendidikan PENABUR
di bidang e-learning atau pengembang e-learning. No. 09/Tahun ke-6/Desember 2007/h.
Bisa juga membentuk gugus tugas pengembang 106.
e-learning. Elemen ini bertugas menyiapkan Smaldino, Sharon E, dkk. (2008). Instructioal
pelaksanaan e-learning di sekolah-sekolah BPK technology and media for learning (Ninth
PENABUR Jakarta. Edition). New Jersey Pearson Merril
Prentice Hall
Somekh, Bridget. (2007). Pedagogy and learning
Daftar Pustaka with ICT. London and New York:
Routland
Budiningsih, Asri. (2005). Belajar dan Sugiyono. (2008). Metode penelitian pendidikan:
pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta pendekatakan kuantitatif dan kualitati.
Bungin, Burhan. (2006). Analisa data penelitian Bandung: Alfabeta
kualitatif. Jakarta: Raja Grafindo Persada Supriyanto, Aji. (1997). Pengantar teknologi
Miarso, Yusufhadi. (2004). Menyemai benih teknologi informasi dan komunikasi. Jakarta:
pendidikan. Jakarta: Prenada Media Salemba Infotek

42 Jurnal Pendidikan Penabur - No.14/Tahun ke-9/Juni 2010


Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam Proses Pembelajaran

UNESCO. (2002). Institute for information http://www.gipi.or.id/ (Teknologi Informasi)


technologies in education http://www.geocities.com/inisiasi Komputer
Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 dan Media Pendidikan
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan http://sudirmansmansa.wordpress.com/
Nasional 2008/05/08/makalah-pemanfaatan-
Wardiana, Wawan. (2002). Perkembangan teknologi-informasi-untuk-
teknologi informasi di indonesia,” meningkatkan-mutu-pembelajaran/
(makalah Seminar dan Pameran http:// fathoni61.blogspot.com/internet-
Teknologi Informasi FT Universitas sebagai-media-pembelajaran/
Komputer Indonesia (UNIKOM) http://id.answers.yahoo.com/question/
Wirawan, Sarlito. (1976). Pengantar opsikologi http://www.guruvalah.tk/
umum. Jakarta: Bulan Bintang http://www/tatangjm.wordpress.com/
Yin, R.K. (1989). Case study research, design and belajar-dan-permasalahannya/
methods. London: Sage Publication http://www.romisatriowahono.net/
_______. (2008). Study research, design and methods http://www.unescobkk.org/id/education/
(terjemahan oleh M. Djauzi Mudzakir). ict/online-resources/
Jakarta: PT Rajagrafino Persada http://polres.multiply.com/journal/item/30/
http://www.ti.apjii.or.id/ Sejarah Teknologi Integrasi TIK dan Pembelajaran.
Komunikasi)
1
http://solusipintar.com/PropLabBhs/

Jurnal Pendidikan Penabur - No.14/Tahun ke-9/Juni 2010 43


Penerapan Pembelajaran Tematik
Penelitian

Penerapan Pembelajaran Tematik untuk


Mengembangkan Keterampilan Proses Sains di SD

Hilda Karli*)

Abstrak
anyak siswa SD menghadapi kesulitan belajar IPA di SD karena metode pembelajarannya

B kurang sesuai dengan karakteristik materi bahan belajar (materi pokok). Oleh karena itu
penelitian tindakan kelas ini bermaksud mengatasi masalah kesulitan belajar kelas I-III di
SD Guntur 04 Jakarta melalui strategi pembelajaran tematik untuk mengembangkan
keterampilan proses sains. Setelah dua putaran, penelitian tindakan kelas dengan tema sentral
“Makhluk Hidup dan Benda di Sekitar Kita” dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa
secara cukup berarti.

Kata-kata kunci: Pembelajaran tematik, pembelajaran terpadu, penilaian

Abstract
Many students face difficultis in learning natural science at Primary School because of in appropriate
instructional strategies of learning materials. This classroom action research attemperd to solve the students’
difficulties by employing thematic instructional strategy particularly to develop process skills in science
taking place at SN 04 Guntur 04 Jakarta, after two cycles the research found that the choosen instructional
strategy is able to improve the students’ motivation and learning achievement particulary in the theme of
“Living Creatur and Objects around Us” in grades I-III of Primary School

Key words: Thematic instruction, integrated instruction, assessmen

ilmiah. Pendidikan IPA di SD diarahkan untuk


Pendahuluan “mencari tahu” dan “berbuat” sehingga dapat
membantu siswa untuk memperoleh
Salah satu cara membekali warga Indonesia pemahaman yang lebih mendalam tentang alam
dalam mengantisipasi perubahan global adalah sekitar (KTSP 2006).
melalui pendidikan. Pendidikan dasar meru- Dari hasil observasi pendahuluan pada salah
pakan fundamental pembentukan karakter, satu SDN Guntur 04 di daerah Jakarta diperoleh
pengenalan konsep, dan pengenalan kinerja. beberapa temuan. Pertama, hasil nilai rapor IPA
Pendidikan IPA di sekolah dasar bermanfaat semester 1 sudah di atas dari KKM seperti yang
bagi siswa untuk mempelajari diri sendiri dan ditunjukkan data dalam tabel 1.
alam sekitar. Seyogianya pendidikan IPA di SD Kedua, proses pembelajaran IPA dilakukan
bukan hanya menekankan pada pengetahuan oleh guru hanya terbatas pada transfer
(konsep) saja tetapi perlu menekankan pada informasi, sehingga kurang memberikan
pemberian pengalaman langsung untuk kesempatan pada siswa untuk berinteraksi
mengembangkan kompetensi agar siswa mampu langsung dengan benda-benda kongkrit. Ketiga,
menjelajahi dan memahami alam sekitar secara penekanan pada penyampaian materi dari buku

*) Dosen Unika Atmajaya Jakarta

44 Jurnal Pendidikan Penabur - No.14/Tahun ke-9/Juni 2010


Penerapan Pembelajaran Tematik

paket yang ada sehingga keadaan ini mendorong Pembelajaran yang menggunakan tema
siswa untuk menghafal saja. Keempat, metode sebagai payung untuk memadukan beberapa
mengajar yang selama ini berpusat pada guru konsep sehingga pemisahan antar konsep tidak
menyebabkan siswa menjadi pasif dan kurang begitu jelas (Fogarty, 1991:51). Penelitian ini
dilatih keterampilan proses sains. Kelima, konsep berkaitan dengan Integrated Approach yang
hanya di ingat ketika ulangan kemudian lupa. sudah dikembangkan di Amerika oleh Joseph
Dari uraian di atas tampak ada suatu Keating & Jeffrey Ihara (1998) dalam Hilda
kesenjangan antara upaya pemerintah dalam (2000:2) mengenai kurikulum yang salah satu
meningkatkan kualitas pendidikan dasar dan penekanannya dengan menggabungkan konsep
kenyataan yang terjadi di lapangan. Kenyataan sains menjadi satu kesatuan.
yang ditemui sehari-hari di kelas, seringkali guru Dalam penelitian ini peneliti membatasi
pada penerapan pembelajaran tematik yang bagi
Tabel 1: Nilai Rapor IPA siswa SDN Guntur 04 kelas I-III untuk
Kelas I-III SDN Guntur 04 mengembangkan Keterampilan Proses Sains
Jakarta pada mata pelajaran IPA melalui tema sentral
Makhluk Hidup dan Benda-benda di Sekitar
Nilai rapor Kita. Masalah yang diteliti ialah:
T ah u n Kelas
rata-rata IPA a. Apakah pembelajaran tematik dapat
meningkatkan Keterampilan Proses Sains
6,47 I (KPS) siswa kelas I-III SDN Guntur 04?
2006 6,07 II b. Aspek-aspek Keterampilan Proses Sains apa
yang dapat dikembangkan dalam pembel-
6,35 III ajaran tematik di kelas I-III SD Guntur 04
tersebut?
7,28 I

2007 7,25 II Tinjauan Pustaka


7,25 III Pembelajaran tematik berorientasi pada
kebutuhan perkembangan anak artinya menolak
6,10 I
drill sebagai dasar pembentukan pengetahuan
2008 6,20 II dan struktur intelektual anak. Jika dibandingkan
dengan pembelajaran konvensional maka
6,50 III pembelajaran tematik lebih menekankan
keterlibatan siswa secara aktif baik kognitif
maupun skill dalam proses pembelajarannya.
melaksanakan pembelajaran yang masih kurang Prinsip “Learning by playing” dan Learning by
efektif. Guru menyajikan pembelajaran pada doing” diterapkan dalam pembelajaran tematik.
konsep abstrak yang sulit diterima oleh siswa Menurut Fogarty (1991) ada tiga macam
secara utuh dan mendalam. Pemahaman siswa pembelajaran tematik yang diperkenalkan di
hanya terbatas pada konsep yang diajarkan dan Indonesia terutama di kalangan mahasiswa S1
– PGSD dari sepuluh macam yang ditulis antara
lebih banyak sebagai sesuatu yang diingat dan
lain: Pembelajaran Tematik Keterhubungan,
tidak terapresiasi secara mendalam, serta kurang
Pembelajaran Tematik Jaring Laba-laba dan
mampu mengkomunikasikannya. Guru hanya
Pembelajaran Tematik Terpadu.
berfokus pada penguasaan konsep saja sebagai
(a) Pembelajaran Keterhubungan (connected)
produk akhir pembelajaran. Padahal, dalam
adalah pembelajaran dalam satu mata pelajaran
pembelajaran IPA perlu dilakukan evaluasi saat
yang menggunakan tema untuk mengkaitkan
proses pembelajaran berlangsung sehingga
sub bab /bab yang satu dengan lainnya.
sikap ilmiah dan kinerja ilmiah dapat digali oleh Misalnya dalam pelajaran IPA ada bab Makhluk
siswa. Dengan kata lain dalam pembelajaran Hidup dan Benda maka untuk mengkaitkannya
IPA siswa dapat meningkat hasil belajarnya dibuat tema: “Makhluk hidup dan benda di
bukan saja penguasaan konsep. sekitar kita”, lihat gambar 1; (b) Pembelajaran

Jurnal Pendidikan Penabur - No.14/Tahun ke-9/Juni 2010 45


Penerapan Pembelajaran Tematik

artinya anak usia 4 –


12 tahun rasa ingin
tahu sangat besar,
Bahasa Indonesia IPS
Menyebutkan data Menyebutkan data diri
terlihat dari perilaku
diriMenyelesaikan Menunjukkan sikap saling mereka ketika mereka
gambar menghargai misalnya jenis berusia balita selalu
orangMenjiplak dan kelamin bertanya ‘mengapa?’.
menebalkan gambar Kketika usia mereka
di atas balita mulai
Diri dengan mengotakatik
Sendiri mainan bahkan hing-
ga rusak; (4) berpikir
operasional kong-
krit, artinya me-nurut
Matematika IPA Jean Piaget dalam
Membilang atau Menerangkan
Dahar ( 1986: 56),
menghitung secara bagian tubuh
ururt 1-5 Menjelaskan siswa yang berusia 6–
Menyebutkan banyak kegunaan bagian 14 tahun termasuk
benda 1-5 tubuh yang tingkat berpikir
teramati operasional kongkrit.,
Mereka butuh media
/alat peraga yang
sebenarnya (real)
Gambar 3: Contoh tematik terpadu untuk mata pelajaran untuk memahami
BI, Mat, IPA, dan IPS sesuatu fakta/peris-
tiwa. Mereka belum
bisa berpikir abstrak
Jika dilihat dari karakteristik siswa SD yaitu: seperti orang dewasa umumnya.
(1) berpikir masih holistik, artinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidi-kan
umumnya siswa SD masih berpikir satu kesatu- (KTSP) 2006 mengungkapkan bahwa dalam
an dan belum bisa terkotak-kotak; (2) masih proses belajar mengajar IPA perlu menekankan
senang bermain artinya siswa SD masih senang keterampilan proses. Artinya keterampilan
aktif bergerak untuk melancarkan psikomotor proses merupakan bagian yang tak terpisahkan
kasarnya. Kegiatan yang paling mereka senangi dari pembelajaran IPA. Keterampilan Proses
adalah bermain karena bagi mereka bermain Sains merupakan pendekatan pembelajaran
adalah ungkapan ekspresi, manipulatif, dan yang berorientasi kepada proses IPA untuk
inovasi mereka; (3) rasa ingin tahu yang besar, memahami suatu konsep IPA. Menurut Nuryani
(2009 : 2) keteram-
pilan proses terdiri
dari sejumlah kete-
Makhluk Hidup Benda
rampilan yang satu
dengan yang lain
sebenarnya tidak
dapat dipisah-kan
1. Pengelompokan Makhluk 1. Pengelompokan namun ada peneka-
makhluk hidup hidup & benda nan khusus dan
2. Ciri makhluk hidup benda di 2. Ciri benda
3. Kegunaan benda
karakteristik dalam
3. Kegunaan hewan sekitar kita
dan tumbuhan bagi bagi manusia masing-masing
manusia aspek keterampilan
proses tersebut.
Keterampilan
proses harus dilak-
sanakan secara
Gambar 4: Contoh tematik keterhubungan dengan tema
utuh dari setiap
Makhluk Hidup dan Benda di Sekitar Kita
Jurnal Pendidikan Penabur - No.14/Tahun ke-9/Juni 2010 47
Penerapan Pembelajaran Tematik

aspek yang saling terkait dan seluruhnya nan pembelajaran tematik digambarkan seperti
merupakan satu kesatuan. gambar 5.
Menurut Nuryani (2009: 6) berdasarkan Langkah pembelajaran adalah tahapan saat
hasil penelitiannya mengungkapkan bahwa guru mengajar di kelas menurut Depdiknas, 2004
enam Keterampilan Proses Sains (KPS) yang dan Didi & Carey, 1976; ada empat tahap yaitu;
perlu dikuasai siswa SD yaitu: mengamati (1) tahap apersepsi (pembuka) yaitu:kegiatan
(observing), menggolongkan (classifying), yang dilakukan di awal pelajaran akan dimulai,
mengukur (measuring), menyimpulkan misalnya dengan bernyanyi yang berkaitan

Menentukan tema yang menarik


dan sesuai perkembangan siswa Pertimbangkan sumber
pembelajaran

Pertimbangkan keterampilan
Menyusun matriks tematik (K,P,A) yang terlibat
selama 1 semester

Menyusun jaring laba-laba setiap


tema

Menyusun program semester,


silabus dan RPP
Evaluasi dan refleksi

Melaksanakan tematik di kelas

Gambar 5: Langkah penyusunan pembelajaran tematik

(inferring), meramalkan (predicting) dan dengan tema untuk memancing perasaan


mengkomunikasikan (communicating). senang siswa atau demontrasi suatu kegiatan
Penyusunan pembelajaran tematik diawali yang membuat siswa penasaran dan ingin tahu
dengan mengkaji Kompetensi Dasar yang lebih banyak, atau mengajukan pertanyaan yang
merujuk dari KTSP 2006 untuk mata pelajaran menantang siswa untuk berpikir lebih lanjut, dll.
IPA SD. Selanjutnya dijabarkan lagi menjadi Fungsi apersepsi untuk memotivasi siswa,
indikator pembelajaran agar kegiatan pembel- mengetahui pengetahuan awal siswa, dan
ajaran di kelas dapat terukur dan terarah. memancing rasa ingin tahu siswa ; (2) tahap
Langkah selanjutnya adalah menentukan tema penyampaian informasi yaitu: kegiatan yang
pembelajaran untuk mengaitkan beberapa biasa dilakukan oleh guru umumnya ,
indikator yang telah disusun. Menyusun matrik memberikan informasi tentang apa yang akan
untuk mempermudah penyebaran indikator dari dipelajari seputar topik atau tema ; (3) tahap
setiap topik pembelajaran, dalam penelitian ini partisipasi siswa yaitu: siswa melakukan suatu
topik makhluk hidup dan benda. Selanjutnya kegiatan yang melibatkan aspek kognitif, afektif
menyusun silabus dan RPP serta menyusun dan psikomotor sebagai suatu rangkaian tugas
evaluasi.Untuk mempermudah maka penyusu- yang diberikan dalam rangka untuk mencari

48 Jurnal Pendidikan Penabur - No.14/Tahun ke-9/Juni 2010


Penerapan Pembelajaran Tematik

tahu atau mengeksplorasi tentang suatu topik/ tertulis atau lisan. Dalam tes penampilan dapat
tema yang sedang dibahas bisa kelompok atau diketahui keterampilan dan cara berpikir
individu. Bentuk kegiatan ini bisa dilakukan responden atau siswa. Hal itu dapat diperiksa
dengan berbagai cara penyampaiannya dan dicocokan dengan jawaban yang diberikan-
tergantung dari materi dan mata pelajaran yang nya. Tes penampilan ini masih sangat jarang
akan disampaikan dan yang paling penting dilakukan. Penguasaan keterampilan proses
tidak membosankan siswa, misalnya penga- dapat diukur dengan tes penampilan.
matan di halaman sekolah, melakukan perco- Menurut Nuryani (2009:1)) penilaian dalam
baan di kelas, permainan, bermain peran, pembelajaran adalah suatu proses atau upaya
majalah dinding, dll ; dan (4) tahap penutup formal pengumpulan informasi yang berkaitan
(evaluasi dan tindak lanjut) yaitu: kegiatan akhir dengan variabel penting pembelajaran sebagai
sari suatu rangkaian KBM di kelas yang sering bahan dalam pengambilan keputusan oleh guru
terlupakan saat di kelas, gunanya untuk untuk memperbaiki proses dan hasil belajar.
memberikan penguatan pada siswa tentang apa Variabel penting sekurang-kurangnya meliputi
yang dibahas/dipelajari pada hari tersebut, pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan
selain itu untuk mengetahui sejauh mana siswa sikap siswa dalam pembelajaran yang diperoleh
sudah dapat menerima pelajaran, menindak guru dengan berbagai metode/pendekatan dan
lanjuti materi dengan memberi PR (bertujuan prosedur baik formal maupun informal. Stiggin
dan tidak membebani siswa) atau menugaskan (1994:367) mengemukakan lima kategori target
pengamatan yang berkaitan dengan materi yang hasil belajar yang layak dijadikan dasar dalam
sudah dibahas. Cara penyampaian dapat menentukan jenis assesment yang akan
dilakukan secara variatif agar siswa tidak bosan digunakan oleh pengajar yaitu: a) knowledge
misalnya dengan bernyanyi, kuis, permainan, outcomes merupakan penguasaan siswa
LKS,dll terhadap substansi pengetahuan mata pelajaran;
b) reasoning outcomes, yang menunjukkan
Pengertian Penilaian IPA di SD kemampuan siswa dalam menggunakan
IPA seharusnya dipelajari secara inkuiri ilmiah pengetahuannya dalam melakukan nalar dan
(scientific inquiry) untuk menumbuhkan memecahkan suatu masalah; c) skill outcomes,
kemampuan berpikir, bekerja dan bersikap kemampuan untuk menunjukkan prestasi
ilmiah serta berkomunikasi sebagai salah satu tertentu yang berhu-bungan dengan
aspek penting kecakapan hidup. Oleh karena itu, keterampilan yang didasarkan pada
pembelajaran IPA di SD menekankan pada penguasaan pengetahuan; d) product outcomes,
pemberian pengalaman belajar secara langsung kemampuan untuk membuat suatu produk
melalui penggunaan dan pengembangan tertentu yang didasarkan pada pengua-saan
keterampilan proses dan sikap ilmiah. Kerja pengetahuan; e) affective outcomes, penca-paian
ilmiah mencakup: perencanaan, penyelidikan, sikap tertentu sebagai akibat mempelajari dan
mengolah data/informasi, mengevaluasi mengaplikasi pengetahuan.
temuan, berkomunikasi ilmiah, pengembangan Hasil belajar IPA di SD adalah segenap
kreativitas dan pemecahan masalah, serta perubahan tingkah laku yang terjadi pada siswa
pengembangan sikap dan nilai ilmiah. Dengan dalam bidang IPA sebagai hasil mengikuti proses
kata lain, penilaian dilakukan dalam proses dan pembelajaran IPA. Hasil belajar biasanya
produk. dinyatakan dengan skor yang diperoleh dari satu
Asesmen pendidikan sedang diprioritaskan tes hasil belajar yang diadakan setelah
untuk membantu sistem evaluasi yang sampai mengikuti suatu program pembelajaran. Hal ini
sekarang ini sudah berjalan. Asesmen pendi- sesuai dengan dimensi hasil belajar yang terdiri
dikan mencoba mengungkap potensi siswa dari atas dimensi isi (produk), kinerja (proses)
bukan hanya melalui hasil belajar, melainkan dan sikap (sikap ilmiah).
juga melalui proses pembelajaran. Bentuk
asesmen pendidikan dapat berupa tes (objektif, Penyusunan Butir Soal KPS
uraian, lisan, penampilan) ataupun berupa Penyusunan butir soal KPS menuntut masing-
nontes (tugas, laporan, wawancara, portofolio, masing jenis Keterampilan Proses Sains.
komunikasi pribadi, dan pelaksanaan PBM). Tes Menurut Nuryani (2009:6), langkah awal
penampilan (performance assesment) dapat menyusun soal KPS memilih topik tertentu untuk
diobservasi dan jawabannya dapat secara dijadikan konteks. Tentukan aspek KPS yang

Jurnal Pendidikan Penabur - No.14/Tahun ke-9/Juni 2010 49


Penerapan Pembelajaran Tematik

akan diukur, kemudian sajikan sejumlah umpan balik dari teman sejawat dan data yang
informasi yang perlu diolah. Selanjutnya diperoleh dari sekolah. PTK merupakan salah
persiapkan pertanyaan atau suruhan yang satu kegiatan yang harus dilakukan oleh guru
dimaksud untuk merespon yang diminta SD sekarang ini untuk melengkapi sertifikasi dan
misalnya dengan memberi tanda silang pada menjadikan guru lebih profesional.
huruf a/b/c atau memberi tanda cek dalam PTK dilakukan dalam dua siklus untuk
kolom yang sesuai, atau menuliskan jawaban kelas I - III SDN Guntur 04 di Jakarta yang
singkat tiga buah atau bentuk lainnya. berjumlah 90 siswa. Setiap siklus diawali
Contoh penyusunan soal KPS aspek dengan prasiklus, yaitu kegiatan untuk
mengamati tentang bagian bunga. Berikan objek mempersiapkan kondisi siswa, media, dan pre-
sesungguhnya untuk diperiksa sebagai test. Pembelajaran tematik dengan tema sentral
informasi. Sebaiknya pilih objek bunga yang “Makhluk Hidup dan Benda-benda di Sekitar
kontras dan memiliki bau yang khas. Ajukan Kita” untuk mengaitkan topik Makhluk Hidup
pernyataan mengenai jumlah kelopak, jumlah dan topik Benda. Untuk kelas I sub tema “Ling-
dan keadaan daun mahkota bunga, bentuk kungan Kelas”, kelas II sub tema “Lingkungan”
kepala sari, keadaan kepala putik dan ciri khas dan kelas III sub tema “Lingkungan Sekolahku”
bunga tersebut. Respon diminta dalam bentuk dan selain aspek KPS pembelajaran tematik
jawaban singkat lima buah berurutan ke bawah untuk kelas I-III SD.
dari a sampai e. Paparan di atas jika soal dapat
dilakukan saat siswa melakukan percobaan dan
membutuhkan banyak objek serta kondisi kelas Pengumpulan Data
yang cukup memadai.
Penyusunan soal KPS dalam bentuk pilihan
ganda tanpa menyediakan objek yang sesung- Data dalam penelitian ini dikumpulkan dengan
guhnya merupakan salah satu alternatif kemu- teknik tes dan observasi. Untuk lebih jelasnya
dahan guru dalam memberikan tes tertulis yang instrumen dan tujuan dari setiap teknik
mengukur aspek KPS. Contoh untuk mengukur diuraikan sebagai berikut.
aspek KPS mengelompokkan tentang wujud (1) Tes tertulis untuk mengetahui: (a)
benda maka objek yang perlu diolah siswa harus penguasaan konsep IPA dan(b) KPS yang
tercermin dalam soal dalam bentuk gambar- dikembangkan; (2) Data yang dikumpulkan
gambar yang dimengerti siswa. Ajukan perta- meliputi : (1) Tes adalah tes yang digunakan
nyaan mengenai pengelompokkan berdasarkan untuk Keterampilan Proses Sains dalam bentuk
katagori misalnya berdasarkan wujud benda, pilihan ganda (PG). Selama proses pembelajaran
berdasarkan warna, berdasarkan bentuk benda, berlangsung diberikan LKS untuk mengukur
dsb. Susunlah pilihan yang homogen sifatnya penguasaan KPS ; (2) Observasi untuk
dan pengecohnya tidak terlalu mudah. mengetahui komentar dari teman sejawat saat
guru mengembangkan pembelajaran di kelas dan
untuk menilai pekerjaan siswa saat melakukan
Metodologi Penelitian kegiatan khususnya Keterampilan Proses Sains
aspek mengamati karena untuk aspek
mengamati sulit dideteksi dari LKS. Aspek
Jenis penelitian yang digunakan adalah
mengamati dapat dilihat saat kinerja ilmiah
Penelitian Tindakan Kelas (PTK). PTK adalah
melalui rubrik dan tanggapan siswa dalam
penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam
kelasnya sendiri melalui refleksi diri dengan pembelajaran tematik melalui pengisian angket;
tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai (3) Catatan lapangan selama proses
guru, sehingga hasil belajar siswa menjadi pembelajaran oleh guru dan dokumentasi.
meningkat. Dalam pelaksanaannya PTK
dilakukan empat tahapan yaitu: perencanaan,
pelaksanaan kegiatan, observasi, dan refleksi Deskripsi dan Hasil Pembahasan
melalui sistem spiral. Adapun alasan lain
menggunakan PTK karena peneliti ingin Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus
memperbaiki proses pembelajaran tematik dan alur kegiatan penelitian ini dapat dilihat
melalui triangulasi antara refleksi peneliti, pada gambar 6 berikut.

50 Jurnal Pendidikan Penabur - No.14/Tahun ke-9/Juni 2010


Penerapan Pembelajaran Tematik

Studi pendahuluan

Rumusan masalah Perencanaan PTK

Kajian teori

Menyusun instrumen

Tes observasi

LKS Ulangan Teman Catatan Observasi Dokumen-


sejawat lapangan kinerja tasi

Pelaksanaan PTK siklus 1 SDN Guntur 04 Kelas I-III Jakarta

Temuan Refleksi Observasi


(penguatan) (temuan) Olah dan analisa data

Merencanakan siklus 2 Melaksanakan siklus 2

temuan refleksi observasi

pembahasan saran
kesimpulan

Gambar 6: Alur Kegiatan PTK

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dilakukan dan III SDN Guntur 04 Setiabudi Jakarta Barat.
untuk mengembangkan pembelajaran tematik Setiap siklusnya terdiri dari empat tahap yaitu
serta meningkatkan Keterampilan Proses Sains tahap perencanaan (planning), pelaksanaan
(KPS) dengan mengambil tema sentral “Makhluk (acting), pengamatan (observing), dan refleksi
Hidup dan Benda-benda di Sekitar Kita” (reflecting). Sebelum melaksanakan siklus
dilakukan dalam dua siklus untuk kelas I, II, diawali dengan prasiklus untuk mengerjakan

Jurnal Pendidikan Penabur - No.14/Tahun ke-9/Juni 2010 51


Penerapan Pembelajaran Tematik

Tabel 2 : Rangkuman Refleksi Siklus I dan II PTK Kelas I-III SDN Guntur 04 Jakarta

Kelas/ Refleksi
Siklus Sub tema Rancangan Pembelajaran
T an g g al

I-III Siswa kelas I-III Siswa banyak yang belum


Pra siklus 4-10-09 mengerjakan pre tes soal paham untuk aspek KPS tetapi
tes tertulis untuk penguasaan konsep
sudah cukup dikuasai

I Lingkungan Pembelajaran difokuskan Siswa sering bertanya kepada


12-10-09 K e l as pada pembelajaran peneliti I karena informasi
sd tematik yang mengaitkan kegiatan kurang jelas dan perlu
13-10-09 konsep bagian-bagian ada penambahan waktu
tubuh dan bagian benda mengajar. Alasannya karena
serta KPS yang siswa belum pernah melakukan
dikembangkan mengamati kegiatan sebelumnya.
dan mengkomunikasikan Penguasaan konsep dan KPS
meningkat. Tanggapan positif
dari siswa untuk pembelajaran
tematik yang ber KPS.

II Lingkungan- Pembelajaran difokuskan Siswa berebut benda yang akan


7-10-09 ku pada pembelajaran tematik diamati, perlu penambahan
sd yang mengaitkan konsep waktu mengajar. Alasannya
9-10-09 bagian utama tumbuhan karena siswa belum pernah
dan benda padat+cair serta melakukan kegiatan
I KPS yang dikembangkan sebelumnya. Penguasaan
mengamati, konsep dan KPS meningkat.
menggolongkan,dan Tanggapan positif dari siswa
mengkomunikasikan untuk pembelajaran tematik
yang ber KPS.

III Lingkungan Pembelajaran difokuskan Siswa sering bertanya kepada


12-10-09 Sekolahku pada pembelajaran tematik peneliti III karena informasi
sd yang mengaitkan konsep kegiatan kurang jelas dan perlu
16-10-09 ciri danpenggolongan ada penambahan waktu
Makhluk hidup dan benda mengajar. Alasannya karena
serta KPS yang siswa belum pernah melakukan
dikembangkan mengamati, kegiatan sebelumnya.
menggolongkan, Penguasaan konsep dan KPS
memperkirakan, dan meningkat. Tanggapan positif
mengkomunikasikan dari siswa untuk pembelajaran
tematik yang ber KPS.

Pra I-III Siswa kelas I-III Siswa banyak yang belum


s i kl u s 24 -10-09 mengerjakan pre tes soal paham untuk aspek KPS tetapi
Pra siklus
tes tertulis untuk penguasaan konsep
sudah cukup dikuasai

I Kesayangan- Pembelajaran difokuskan Siswa tidak lagi sering


30-10-09 ku pada pembelajaran tematik bertanya kepada peneliti I
sd yang mengaitkan konsep karena informasi kegiatan jelas
3-11-09 perawatan gigi dan sikat dan tidak perlu ada
gigi serta KPS yang penambahan waktu mengajar.
II dikembangkan mengamati Alasannya karena siswa mulai
dan mengkomunikasikan mengenal kegiatan KPS.
Penguasaan konsep dan KPS
meningkat. Tanggapan positif
dari siswa untuk pembelajaran
tematik yang ber KPS.

52 Jurnal Pendidikan Penabur - No.14/Tahun ke-9/Juni 2010


Penerapan Pembelajaran Tematik

Kelas/ Refleksi
Siklus Sub tema Rancangan Pembelajaran
T an g g al

II Tumbuhan Pembelajaran difokuskan Siswa tidak lagi berbeut benda


26-10-09 d an pada pembelajaran untuk diamati sehingga
sd Bendaku tematik yang mengaitkan kedaaan kelas tertib dan tidak
28-10-09 konsep kegunaan perlu ada penambahan waktu
tumbuhan dan benda mengajar. Alasannya karena
padat+cair bagi manusia siswa sudah mengenal pernah
serta KPS yang kegiatan KPS. Penguasaan
dikembangkan mengamati, konsep dan KPS meningkat.
menggolongkan, dan Tanggapan positif dari siswa
mengkomunikasikan untuk pembelajaran tematik
yang ber KPS.

II III Perubahan Pembelajaran difokuskan Siswa tidak lagi sering


30-10-09 wujudku pada pembelajaran bertanya kepada peneliti III
sd tematik yang mengaitkan karena informasi kegiatan jelas
3-10-09 konsep perubahan dan tidak perlu ada
manusia dan benda serta penambahan waktu mengajar.
KPS yang dikembangkan Yel-yel membuat siswa lebih
mengamati, dapat diajak kerjasama.
menggolongkan, Alasannya karena siswa mulai
memperkirakan, dan mengenal kegiatan KPS.
mengkomunikasikan Penguasaan konsep dan KPS
meningkat. Tanggapan positif
dari siswa untuk pembelajaran
tematik yang ber KPS.

pretest soal tertulis kelas I-III untuk mengetahui siklus I dan siklus II untuk kelas I-III SD. Hal ini
kemampuan awal pengetahuan siswa. Tabel 2 karena pembelajaran tematik yang menggu-
di bawah ini mendeskripsikan setiap siklus PTK nakan KPS lebih melibatkan siswa aktif di dalam
yang dilakukan di kelas I, II, dan III SDN Guntur kegiatan belajar mengajar sesuai konsep
04 Setiabudi Jakarta. “Learning by doing” dari John Dewey (Karli, 2007:
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini 70). Di samping itu, dengan melakukan kegiatan
bertujuan untuk meningkatkan penguasaan percobaan siswa dapat belajar langsung dari
konsep dan KPS siswa kelas I-III SDN Guntur 04 pengalamannya. Menurut Piaget usia siswa
Jakarta. Berdasarkan data pre tes dan pos tes sekolah dasar (7 – 12 tahun) berada dalam tahap
untuk setiap sub tema dari setiap siklus PTK operasional kongkrit, artinya bahwa siswa lebih
maka penguasaan konsep dengan tema sentral
“Makhluk Hidup dan Benda di Sekitar Kita” Tabel 3: Penguasaan Konsep Siklus I dan
meningkat. Peningkatannya untuk setiap sub II kelas I-III SDN Guntur 04 Jakarta
tema berbeda. Kelas I mengalami kenaikan lebih
dari 60% untuk siklus I dan II, lain halnya No Kelas Siklus Pre P os Gain (%)
dengan kelas II mengalami kenaikan kurang dari
40% untuk siklus I dan II. Sedangkan untuk 1 I 45,50 85,70 84,67
kelas III mengalami kenaikan di atas 40% untuk I
siklus I dan II. Nilai skor pos tes untuk setiap 2 II 49,67 83,83 68,79
sub tema dalam setiap siklus PTK dapat 3 I 63,50 88,80 39,68
mencapai nilai KKM yang telah ditentukan oleh II
SDN Guntur 04 sebesar 6,2. Perolehan Nilai 4 II 63,50 88,80 39,68
pretes dan pos tes untuk setiap kelas I-III SDN
Guntur 04 dapat dilihat pada tabel 3. 5 I 59,8 0 85,20 42,47
III
Secara umum peneliti utama melihat 6 II 59,20 79,80 47,00
adanya kenaikan dari penguasaan konsep pada

Jurnal Pendidikan Penabur - No.14/Tahun ke-9/Juni 2010 53


Penerapan Pembelajaran Tematik

bisa memahami pembelajaran bila dapat melihat memberikan pengalaman langsung kepada
objek yang dipelajarinya secara langsung. Oleh siswa agar dapat memahami alam sekitar secara
karena itu, peneliti merancang pembelajaran ilmiah. Pendidikan IPA di SD mengarahkan
menggunakan aspek KPS agar siswa dapat siswa belajar dengan cara “berbuat” dan
belajar melalui objek yang nyata. Penelitian “mencari tahu” untuk memperoleh pengalaman
dilaksanakan dengan pembelajaran tematik yang lebih mendalam tentang alam sekitar (KTSP
karena disesuaikan dengan karakteristik siswa 2006). Dalam proses pembelajarannya, untuk
kelas I-III yang masih senang bermain, memiliki mengukur sejauh mana aspek mengamati dapat
rasa ingin tahu yang besar, dan melihat hal yang dikuasai oleh siswa maka peneliti menyusun
dipelajarinya secara menyeluruh, dan belum rubrik sebagai kriteria untuk penskorannya. Hal
bisa dapat memisahkan kajian satu dengan yang ini untuk menunjang nilai LKS. Rata-rata skor
lain (berpikir holisitk) dan pengalaman perolehan aspek mengamati dari rubrik setiap
belajarnya tidak terlepas dari lingkungan di sub tema dari setiap siklus kelas I-III SD di atas
sekitarnya. 85, kecuali siklus I kelas III diperoleh nilai 61,67.
Lembar Kerja Siswa (LKS) yang disusun oleh Secara umum siswa kelas I-III SD walaupun
peneliti untuk membantu siswa melakukan awalnya belum pernah melakukan kegiatan
kegiatan dan salah satu cara mengkomunikasi- mengamati sebuah objek dengan menggunakan
kan hasil pengamatannya. LKS yang disusun alat indera tetapi karena antusias siswa maka
beragam aspek KPS sesuai sub tema dan kegiatan mengamati dapat dilakukan siswa dan
karakteristik siswa. Dari data LKS dapat dapat dikatakan terampil. Faktor lain selain
dikatakan bahwa rata-rata skor nilai LKS yang antuasias siswa juga media yang digunakan
diberikan saat pembelajaran untuk setiap sub sebagai objek untuk diamati jika objek menarik
tema kelas I-III SD di atas nilai standar KKM. perhatian siswa seperti makanan, tumbuhan,
Perolehan rata-rata kelas I dan II SD di atas 85. hewan maka pengamatan objek dapat dilakukan
dengan baik. Data perolehan skor aspek
Kelas III untuk siklus I LKSnya bervariasi skor
mengamati dapat dilihat pada tabel 5.
nilainya. Rata-rata LKS I (61,40) siklus I Pada
Penelitian ini bertujuan untuk mening-
LKS II (69,20) Rata-rata nilai LKS III (85,05) nilai
katkan KPS siswa kelas III SD. KPS merupakan
rata-rata pada LKS IV (70,55). Data perolehan
keterampilan manual yang melibatkan kognitif
nilai LKS setiap sub tema kelas I-III SDN Guntur
dan sosial untuk memeroleh pengetahuan
04 dapat dilihat pada tabel 4.
(Nuryani, 2009: 12). Pengukuran KPS melalui
IPA di SD bukan hanya menekankan pada
tes tertulis berbentuk Pilihan Ganda (PG) di
pengetahuan (konsep) saja, tetapi perlu
mana setiap pernyataan butir
soal dan pilihan butir soal
Tabel 4: Perolehan nilai LKS Siklus I dan II dilengkapi gambar atau tabel
kelas I-III SDN Guntur 04 Jakarta untuk mendukung butir soal
tersebut pada aspek KPS yang
Rata-rata Nilai (LKS) dikembangkan. Peneliti I-III
No Kelas Siklus kurang terampil untuk
LKS I LKS II LKS III LKS IV menyusun butir soal yang
mengukur KPS sehingga
1 I I 8 9 , 27 91,46
peneliti utama memberikan
2 II 100,00 - banyak bantuan untuk menyu-
sunnya. Butir soal tersebut
3 I 91,46 89,27 meminta ahlinya memeriksa
II untuk mengurangi tingkat
4 II 99,02 95,12
kesalahan. Butir soal untuk
5 I 61,40 69,20 85,05 70,55 setiap aspek KPS yang
III dikembangkan dalam setiap
6 II 58,75 84,03 sub tema kelas I-III kurang

54 Jurnal Pendidikan Penabur - No.14/Tahun ke-9/Juni 2010


Penerapan Pembelajaran Tematik

Tabel 5: Penskoran Aspek terdistribusi dengan baik. Ini merupakan


Mengamati melalui Rubrik keterbatasan peneliti untuk menyusun butir soal
kelas I-III SDN Guntur 04 yang mengukur KPS dengan jumlah soal yang
Jakarta terdistribusi sama untuk setiap aspek KPS.
Aspek KPS yang dikembangkan untuk kelas
Nilai Aspek I-III berbeda, hal ini karena karakteristik siswa
No Kelas Siklus
mengamati SD berbeda untuk setiap jenjang kelas. KPS
paling dasar yang harus dikuasai oleh siswa
1 I 88,91 adalah mengamati dan mengkomunikasikan.
I
Oleh karena itu kelas I SD yang dikembangkan
2 II -
adalah aspek mengamati dan mengkomuni-
3 I 96,65 kasikan. Kelas II SD yang dikembangkan adalah
II aspek mengamati, menggolongkan, dan
4 II 94,24 mengkomunikasikan. Kelas III SD yang
dikembangkan adalah aspek mengamati,
5 I 61,67
III menggolongkan, memperkirakan, dan
6 II 85,00 mengkomunikasikan. Aspek menggolongkan
untuk kelas II dan III terletak perbedaan dari

Tabel 6: Perolehan Nilai KPS Siklus I & II kelas I-III SDN Guntur 04 Jakarta

PR E T ES POS TES
Gain
Kelas Siklus Aspek KPS S o al S k or
(%)
Rata-rata (%) Rata-rata (%)

I Mengamati 8 5 18,67 46,67 30,67 67,67 30,00

Mengkomunikasikan 10 5 18,67 46,67 43,00 86,00 48,66


I
II Mengamati 4 5 10,67 53,35 18,17 90,85 37,50

Mengkomunikasikan 6 5 10,23 34,10 25,00 83,33 62,56

I Mengamati 3 20,01 11,23 56,12 17,24 86,15 37,80

Mengklasifikasikan 4 26,68 17,08 64,01 23,10 86,58 22,57

II II Mengamati 8 40 31,34 78,35 38,34 95,85 17,50

Mengklasifikasikan 5 25 13,29 53,16 21,83 87,32 34,16

Mengkomunikasikan 3 15 4,15 27,67 10,24 68,27 40,60

I Mengamati 4 16 8,80 55,00 14,60 91,25 36,25

Mengklasifikasikan 3 12 6,60 55,00 10,80 90,00 35,00

Mengkomunikasikan 5 20 11,80 59,00 16,40 82,00 23,00

III II Mengamati 2 10 7,25 72,50 9,50 95,00 22,50

Mengklasifikasikan 2 10 5,00 50,00 8,75 87,50 37,50

Memperkirakan 5 25 14,00 56,00 21,75 87,00 31,00

Mengkomunikasikan 4 20 9,50 47,50 14,75 73,75 26,25

Jurnal Pendidikan Penabur - No.14/Tahun ke-9/Juni 2010 55


Penerapan Pembelajaran Tematik

katagori penggolongannya. Kelas II SD “student centered”. Sehingga bagi siswa SDN


penggolongannya berdasarkan satu kategori Guntur 04 pembelajaran tematik yang
saja misalnya penggolongan daun berdasarkan menggunakan KPS sangat menarik perhati-
bentuk daunnya. Sedangkan kelas III SD annya. Terlihat dari data angket untuk siswa
menggolongkan berdasarkan satu atau dua kelas I-II SDN Guntur 04 sebanyak 100%
katagori misalnya penggolongan bentuk daun menjawab “Ya”. Namun untuk kelas III SD
berdasarkan bentuk dan warna daun. Aspek KPS sebanyak 85% menjawab “Ya” dan 15 %
setiap sub tema dalam setiap siklus PTK dapat menjawab “tidak” karena saat melakukan KPS
dilihat pada tabel 7. siswa tidak terbiasa artinya menjadi sesuatu

Tabel 7: Tanggapan siswa pembelajaran tematik ber KPS kelas I-III


SDN Guntur 04 Jakarta

F(%)Kelas I F(%) Kelas II F(%) Kelas III


No Pernyataan Siklus
Ya T dk Ya T dk Ya T dk

1 Apakah kamu I 100 0 100 0 100 0


senang belajar IPA
tadi? II 100 0 100 0 100 0

2 Apakah pelajaran I 100 0 100 0 1 00 0


IPA tadi menarik?
II 100 0 100 0 1 00 0

3. Apakah kamu lebih I 100 0 100 0 85 15


jelas belajar IPA
dengan percobaan? II 93 7 100 0 85 15

Secara umum setiap aspek KPS yang kegiatan yang baru karena selama ini belajar
dikembangkan mengalami kenaikan. hanya ceramah saja. KPS yang dikembangkan
Secara umum tanggapan siswa kelas I-III di kelas III SD lebih banyak dari pada kelas I dan
SDN Guntur 04 terhadap penerapan pembel- II sehingga ada beberapa siswa yang kesulitan
ajaran tematik yang menggunakan KPS sangat untuk menerapkan KPS. JIka KPS diterapkan
positif. Hal ini dapat dilihat dari hasil tanggapan sejak kelas I SD secara sinambung terus hingga
siswa yang tertera di bawah ini. kelas III SD maka KPS yang dikembangkan
Beberapa alasan siswa kelas I-III SDN dalam penelitian ini dapat dilaksanakan oleh
Guntur 04 senang belajar IPA karena siswa kelas III SD.
melibatkan siswa secara aktif melalui kegiatan
percobaan. Pembelajaran juga dirasakan siswa
lebih menyenangkan dengan adanya variasi Kesimpulan dan Implikasi
kegiatan yang dilakukan di setiap pertemuan.
Siswa juga belajar melalui pengalamannya
langsung sehingga pembelajaran siswa lebih Pembelajaran tematik dengan tema sentral “
bermakna. Apabila siswa menemukan makna di Makhluk Hidup dan Benda-benda di Sekitar
dalam pelajaran mereka, siswa akan belajar dan Kita” yang dikembangkan melalui pembelajaran
ingat hal yang mereka pelajari (Nuryani, 2009: IPA di kelas I-III SDN Guntur 04 : (1) adanya
14). Hasil tanggapan siswa menunjukkan 100% peningkatan penguasaan Keterampilan Proses
siswa kelas I-III SDN Guntur 04 menanggapi Sains. Hal ini nampak dari peningkatan tes
pembelajaran tematik yang menggunakan KPS tertulis antara pre dan pos tes dan LKS untuk
positif. Bagi siswa SDN Guntur 04 merupakan setiap siklus PTK kelas I, II, dan III SD. (2) Aspek
hal yang baru diperolehnya selama Keterampilan Proses Sains (KPS) yang
pembelajaran sebelumnya. Karakteristik dikembangkan dalam pembelajaran tematik ini
pembelajaran sebelumnya masih sangat bersifat disesuaikan dengan tingkat perkembangan

56 Jurnal Pendidikan Penabur - No.14/Tahun ke-9/Juni 2010


Penerapan Pembelajaran Tematik

siswa, sifat materi pembelajaran dan KTSP IPA


SD 2006. Aspek Keterampilan Proses Sains yang Daftar Pustaka
dikembangkan untuk kelas I SD adalah
mengamati dan mengkomunikasikan pada sub Bundu, Patta. (2006). Pengembangan keterampilan
tema “Lingkungan Sekolah” dan ‘Kesayangan- proses sains dan sikap ilmiah. Bandung:
ku”, sedangkan untuk kelas II SD adalah Alfabeta
Brown, Sally,&Knight, Peter. (1994). Assesing
mengamati, menggolongkan, dan mengkomuni-
learners in higher education. London:
kasikan pada sub tema “Lingkunganku” dan
Kogan Page
“Tumbuhan dan Bendaku”, dan untuk kelas III
Dahar, Ratna Willis. (1989). Teori-teori belajar.
SD adalah mengamati, menggolongkan,
Jakarta: Erlangga
memperkirakan, dan mengkomunikasikan pada Depdiknas .(2006). Kurikulum tingkat satuan
sub tema “Lingkungan Sekolah” dan “Peruba- pendidikan tingkat SD. Jakarta: Puskur
han Wujudku”. (3) Siswa kelas I-III SD memberi Fogarty, R. (1991). The mindful school how to inte-
tanggapan yang positif terhadap pembelajaran grate the curricula, Ilinois:Skylight Pub, Inc
tematik yang menggunakan KPS. Karli, Hilda (2000). Pengembangan model
Dari kesimpulan yang diperoleh dari hasil pembelajaran terpadu untuk meningkatakan
penelitian ini maka peneliti perlu menin- keterampilan berpikir rasional siswa SD kelas
daklanjuti agar penelitian ini menjadi lebih III. Tesis PPS UPI
bermanfaat bagi instansi PGSD khususnya dan Kusnandar, ( 2007). Penelitian tindakan kelas.
sekolah mitra pada umumnya. Adapun kegiatan Jakarta: PT Raja Grafindo Perkasa
untuk menindaklanjuti penelitian ini sebagai Rustaman, Nuryani. (2009). Trend penilaian
berikut: (1) berdiskusi untuk membagikan pembelajaran IPA masa depan. Jakarta: UPI
pengalaman mengajar kepada siswa SD dengan Rustaman, Nuryani. (2009). Pendekatan
“pembelajaran tematik” dan “Keterampilan keterampilan proses sains. Jakarta:UPI
Proses Sains” kepada para staf pengajar yang Syah, Muhibbin. (1997). Psikologi pendidikan
mengampu mata kuliah IPA PGSD maupun dengan pendekatan baru. Bandung: Remaja
praktikum PGSD; (2) Menyusun rencana Rosdakarya
perkuliahan IPA PGSD yang mengabungkan Stiggin., R (1994). Student centered and classroom
pembelajaran tematik dan Keterampilan Proses assessment. New York: Toronto
Sains sekaligus melaksanakan saat tatap muka
di kampus.

Jurnal Pendidikan Penabur - No.14/Tahun ke-9/Juni 2010 57


Analisis Butir Soal Tes
Opini

Analisis Butir Soal Tes

Widodo*)

Abstrak
es merupakan alat evaluasi atau penilaian guru untuk mengetahui tingkat pencapaian

T kompetensi siswa setelah siswa mengikuti pembelajaran suatu kompetensi dasar.


Umumnya guru beranggapan, bahwa soal-soal tes yang disusunnya sudah baik tidak
perlu perbaikan. Melakukan perbaikan berarti soal tes yang telah disusunnya dengan
susah payah dinilai tidak baik. Guru enggan meningkatkan kualitas soal-soal tes yang disusunnya.
Sebagai profesional guru terus-menerus meningkatkan kemampuannya menyusun soal-soal tes
yang berkualitas. Untuk meningkatkan kualitas soal-soal tes guru melaksanakan analisis butir
soal-soal tes berdasarkan hasil siswa mengerjakan soal-soal tes tersebut. Dengan demikian akan
diketahui tingkat kesukaran soal, daya pembeda soal, dan pengecohnya sudah baik atau harus
diperbaiki. Soal-soal tes yang baik dapat meningkatkan kualitas pelaksanaan pembelajaran dan
meningkatkan kualitas pengukuran atau penilaian guru terhadap kemajuan belajar siswa.

Kata-kata kunci: Analisis, kualitas, penilaian atau evaluasi

Abstract
A test is an instrument for a teacher to measure how students have achieved their competence after attending
a class. Generally teachers think that the test they have made is good, thus there is no need to revise. In their
opinion, revising the test made with lots of effort means the test is of low quality. Teachers are reluctant to
revise and improve the test . Professional teachers should continually improve their ability to make quality
tests. To do so, teachers should analyze each question of the test based on the students’ answers. By doing so we
know whether the level of difficulty, their discriminative qualities and the distracters serve for their purpose
or need revision. Each good question of the test can increase the quality of learning process and the quality of
measurement or teachers’ evaluation towards the progress of students’ learning process.

Key words:Analysis, quality, evaluation

dan bimbingan untuk mengembangkan bakat


Pendahuluan dan kemampuan anak didik. Menjadikan anak
didik bergembira, bangga akan dirinya, berani
Guru memberikan sumbangsih andil yang menghadapi masa depannya, dan tidak mudah
sangat besar dalam meningkatkan kualitas putus asa ketika mengalami masalah. Guru
sumber daya manusia. Guru menjadi jembatan merupakan jabatan profesi yang paling indah
emas keberhasilan banyak orang. Guru di dunia (Johnson, 2008).
mengasah pengetahuan dan keterampilan setiap Meskipun banyak sanjungan dan harapan
hari, memberikan inspirasi, motivasi, tantangan, yang ditujukan kepada guru, tetapi harus

*) Guru SDK BPK PENABUR Tasikmalaya

58 Jurnal Pendidikan Penabur - No.14/Tahun ke-9/Juni 2010


Analisis Butir Soal Tes

disadari menjadi guru itu sulit. Dalam tahun lalu hasilnya bagus tetapi untuk siswa
profesinya guru berhubungan dengan makhluk tahun sekarang kurang memuaskan; keempat,
muda yang memiliki kemampuan, sifat, dan tidak mengetahui cara-cara menganalisis butir
emosi yang berbeda-beda, serta memiliki soal-soal tes; dan kelima, bila soal yang telah
kebebasan. Dalam melaksanakan tugas dianalisis dan digunakan kembali untuk tes
profesionalnya guru mempertimbangkan hal- tidak bermanfaat, karena sudah menjadi
hal tersebut dan mempengaruhi dalam kebiasaan bahwa soal tes dibagikan kepada
pelaksanaan P3R yaitu persiapan pembelajaran, siswa dan siswa belajar dari soal tersebut.
pelaksanaan pembel-ajaran, penilaian (evaluasi) Berdasarkan jawaban-jawaban tersebut dapat
pembelajaran, dan melakukan refleksi. (Suparno, ditarik kesimpulan pokok permasalahan guru
1998). Masing-masing tahapan pada P3R tidak menganalisis soal-soal tes adalah:
membutuhkan energi yang cukup besar dan 1. Bagaimana cara menganalisis butir soal—
pengelolaan waktu yang baik. Meskipun P3R soal tes?
memiliki tahapan pelaksanaan yang relatif 2. Apa manfaat analisis butir soal-soal tes?
berbeda, namun bila pengelolaan waktu tidak Waktu yang diperlukan dalam melak-
baik, maka guru membuat prioritas dan sanakan analisis soal-soal tes berhubungan
mengorbankan sebagian dari P3R. dengan perencanaan pembelajaran dan
Pada tahun pelajaran 2008/2009 seluruh kemauan. Bila perencanaan pembelajaran telah
guru SD, SMP, SMA BPK PENABUR dilakukan dengan lengkap dan baik termasuk
Tasikmalaya tidak melakukan analisis butir pengelolaan waktu, tentu banyak waktu dapat
soal-soal tes formatif. Hanya sebagian kecil guru dipergunakan untuk menganalisis butir soal-
(SD dua orang, SMP satu orang, dan SMA dua soal tes. Terlebih lagi ada kemauan untuk
orang) yang melaksanakan analisis butir soal- melaksanakannya, maka tidak ada beban yang
soal tes sumatif atau tes evaluasi akhir semester. berat dalam menganalisis butir soal-soal tes.
Analisis butir soal-soal tes merupakan bagian Analisis butir soal-soal tes formatif dan
yang sebenarnya tidak boleh dipisahkan dari sumatif caranya sama, hanya berbeda
tahapan penilaian (evaluasi). waktunya. Sangat diharapkan guru-guru
Data tersebut diperoleh dari hasil penilaian melaksanakan analisis butir soal-soal tes formatif
tim Kepangkatan dan Kenaikan Pangkat dan sumatif. Analisis butir soal-soal tes formatif
Pegawai (KKPP) BPK PENABUR Tasikmalaya penting, karena akan mempengaruhi kualitas
yang dilakukan pada bulan Juni 2009. KKPP soal-soal tes sumatif. Disamping itu guru
merupakan sistem penilaian kinerja pegawai memiliki banyak waktu untuk memberikan
(tenaga pendidik dan tenaga non pendidik) yang bimbingan untuk memperbaiki kelemahan-
bertujuan untuk menetapkan kenaikkan kelemahan siswa, sehingga hasil tes sumatif
pangkat atau ruang atau kuarter, dan lebih baik.
pembinaan pegawai. Sistem penilaian KKPP
hanya berlaku bagi pegawai BPK PENABUR.
Berdasarkan data tersebut di atas Pembahasan
disusunlah artikel ini dengan maksud agar
menjadi bahan pertimbangan yang dapat
mendorong guru-guru melakukan analisis butir A. Cara Menganalisis Butir Soal-soal Tes
soal-soal tes formatif dan sumatif yang Persiapan pembelajaran juga dikenal dengan
disusunnya. Langkah permulaan penyusunan istilah perencanaan pembelajaran, merupakan
artikel dilakukan wawancara tidak resmi kepada salah satu tahapan P3R yang sangat menentu-
beberapa guru untuk mengetahui latar belakang kan keberhasilan tahapan-tahapan berikutnya.
tidak melakukan analisis butir soal-soal tes. Biasanya pada tahapan persiapan pembelajaran
Jawaban-jawaban yang diperoleh antara lain: guru menyusun program-program pembelajaran
pertama, tidak ada tuntutan, sehingga dapat yang terdiri atas program tahunan, program
diabaikan; kedua, tidak memiliki waktu luang semester, silabus, dan rencana pembelajaran.
karena jam mengajarnya penuh, sebab Kebanyakan guru-guru dalam menyusun
menganilis butir soal tes memerlukan waktu program pembelajaran tidak dilengkapi dengan
ekstra cukup banyak; ketiga, belum mengetahui penyusunan alat evaluasi atau alat penilaian.
manfaat dari menganalisis butir soal-soal tes, Guru-guru beranggapan penyusunan alat-alat
karena soal yang hampir sama untuk siswa penilaian dapat dilakukan menjelang

Jurnal Pendidikan Penabur - No.14/Tahun ke-9/Juni 2010 59


Analisis Butir Soal Tes

pelaksanaan penilaian atau ulangan atau tes siswa telah menguasai kompetensi dasar. Guru
baik formatif maupun sumatif. dan siswa sama-sama berharap hasil penilaian
Dalam bukunya yang berjudul Contemporary baik, tetapi ternyata tidak baik. Masalah tersebut
Management, Gareth R.Jones dan Jennifer mungkin bukan cara mengajar guru yang salah,
M.Goerge menyatakan, bahwa “A plan can be used bukan cara belajar siswa yang salah,
as a device for controlling managers within an kemungkinan alat evaluasinya atau soal-soal tes
organization”. (Jones, 2008). Agar perencanaan yang bermasalah. Menurut Gareth R.Jones dan
dapat digunakan untuk pengawasan atau Jennifer M.George dalam bukunya yang berjudul
evaluasi, maka dalam perencanaan telah terlebih Contemporary Management, yang membahas
dahulu ditetapkan standar sebagai alat tentang proses pengawasan langkah keempat
penilaian. Berdasarkan standar yang telah dikatakan bahwa “Evaluate the result and initiate
ditetapkan tersebut, maka pengawasan atau corrective action (that is, make change) if the standar
evaluasi menjadi lebih mudah dengan cara is not being achieve”. Adopting more realistic
membandingkan antara hasil dengan standards can reduce the gap between actual
standarnya. Dalam pendidikan sebaiknya alat performance and desired performance. Bila
penilaian sudah dibuat pada saat guru pelaksanaan kegiatan dengan peralatan yang
melaksanakan penyusunan program pembel- memadai sudah sesuai dengan prosedur dan
ajaran atau perencanaan pembelajaran hasilnya tidak sesuai dengan kenyataan,
disesuaikan dengan standar kompetensi dan kemungkinan penetapan standar bermasalah,
kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa. maka standar harus ditinjau ulang agar tidak
Maksudnya soal-soal tes formatif atau ulangan terjadi kesenjangan antara harapan dengan
harian setiap kompetensi dasar sudah disusun kenyataan.
pada saat melakukan persiapan pembelajaran. Di dalam pembelajaran bisa saja terjadi
Dengan demikian ketika pelaksanaan bukan kompetensi dasar atau indikator-
pembelajaran guru dapat memberikan indikatornya yang salah, tetapi alat penilaian
penekanan-penekanan pencapaian kompetensi soal-soal tes yang digunakan bermasalah.
dasar yang telah diuraikan ke dalam indikator- Kemungkinan kalimat butir-butir soal
indikator untuk dikuasai siswa menjadi lebih membingungkan atau terlalu rumit,
fokus. Siswa terbantu dalam menguasai kemungkinan alternatif pilihan jawaban yang
kompetensi dasar, sehingga ketika dilakukan menyesatkan. Untuk mengetahui ada atau
evaluasi atau penilaian hasilnya diharapkan tidaknya masalah pada alat penilaian perlu
menjadi baik. dilakukan analisis.
Tujuan melakukan penilaian atau evaluasi Analisis butir soal-soal tes menentukan soal-
dalam kegiatan pembelajaran adalah untuk soal yang baik, kurang baik, dan tidak baik. Soal-
mendapatkan informasi yang akurat mengenai soal yang dinyatakan baik bila soal-soal tersebut
tingkat penguasaan siswa terhadap kompetensi tidak terlalu mudah dan atau tidak terlalu sukar.
dasar. Sehingga dapat dilakukan tindak lanjut Soal-soal yang terlalu mudah tidak menantang
khususnya umpan balik mengenai kelemahan- atau merangsang siswa untuk berusaha dengan
kelemahan siswa untuk diperbaiki bagi serius memberikan jawaban. Sebaliknya soal-
kemajuan siswa. Penilaian atau evaluasi sangat soal yang terlalu sukar akan menyebabkan siswa
penting bagi siswa, karena sebagai alat untuk kehilangan semangat untuk berusaha
mengetahui tingkat keberhasilan belajar atau memecahkannya karena diluar jangkauan
penguasaan kompetensi. Siswa dipuaskan kemampuannya. Dalam menganalisis butir soal-
dengan mengetahui hasil penilaian atau soal tes dilakukan dalam tiga tahapan yaitu:
evaluasinya. Oleh karena itu hasil tes atau pertama, menentukan tingkat kesukaran soal;
ulangan segera diberitahukan kepada siswa. kedua, menentukan daya pembeda soal; dan
Guru dapat membantu siswa berdasarkan hasil ketiga, mengetahui pola jawaban soal. Ketiga
evaluasi dengan memberikan umpan balik tahapan tersebut diuraikan sebagai berikut.
menunjukkan kekurangan atau kelemahan 1. Menentukan Tingkat Kesukaran (Indeks
siswa dan memberikan bimbingan cara-cara Kesukaran)
memperbaikinya. Menentukan sukar atau mudah suatu soal
Kemungkinan bisa terjadi perbedaan dinyatakan dengan bilangan yang disebut
antara hasil penilaian yang diharapkan dengan indeks kesukaran (difficulty Index) diberi
kenyataannya. Guru telah melaksanakan simbol P singkatan dari “proporsi”.
pembelajaran dengan baik dan melihat respon (Daryanto, 2008). Indeks kesukaran antara
60 Jurnal Pendidikan Penabur - No.14/Tahun ke-9/Juni 2010
Analisis Butir Soal Tes

0,00 sampai 1,00. Soal dengan indeks


kesukaran 0,00 menunjukkan soal tersebut Soal nomor 1 indeks kesukarannya (P) =
terlalu sukar, sebaliknya soal dengan indeks
2. Daya Pembeda
kesukaran 1,00 menunjukkan soal tersebut
Daya pembeda merupakan kemampuan suatu
terlalu mudah. Indeks kesukaran tidak
soal dapat membedakan kelompok siswa yang
mengenal hasil bilangan negatif. Rumus
pandai dengan kelompok siswa yang tidak
proporsi sebagai berikut.
pandai. Daya pembeda suatu soal dinyatakan
x (number of successes) dengan bilangan yang disebut indeks
Proportion (P) =
n (sample size) diskriminasi dengan rumus sebagai berikut.
(Pawitan, 2009)
Atau BA – Bb BA - BB
B = PA – PB atau D =
Indeks Kesukaran (P) = JA - JB JA
JS
Keterangan :
P = Indeks kesukaran Keterangan :
B = Banyak siswa yang menjawab benar D = Indeks diskriminasi (daya pembeda)
JS = Jumlah seluruh siswa peserta tes. BA=Banyak siswa kelompok atas yang
menjawab soal benar
Biasanya indeks kesukaran (P) diklasifikasikan BB= Banyak siswa kelompok bawah yang
menjadi sebagai berikut :
menjawab soal benar
- soal dengan indeks kesukaran (P) 0,00
JA = Banyak siswa kelompok atas (siswa pandai)
sampai 0,30 = kelompok soal sukar
- soal dengan indeks kesukaran (P) 0,30 JB = Banyak siswa kelompok bawah (siswa tidak
sampai 0,70 = kelompok soal sedang pandai)
- soal dengan indeks kesukaran (P) 0,70 PA=Proporsi peserta kelompok atas yang
sampai 1,00 = kelompok soal mudah menjawab benar
(Daryanto, 2008). PB= Proporsi peserta kelompok bawah yang
Contoh menentukan indeks kesukaran (P) menjawab benar
sampel sebanyak 30 siswa (satu kelas) mengikuti
tes formatif dengan soal sebanyak 20. Nama Indeks diskriminasi atau daya pembeda
siswa diberi kode A sampai dengan AD. Jawaban besarannya antara 0,00 sampai dengan 1,00 dan
benar diberi skor = 1, dan jawaban salah diberi ada kemungkinan terdapat bilangan negatif.
skor = 0. Jawaban siswa dilihat pada tabel 1.
Pengelompokan siswa menjadi kelompok atas
27 atau kelompok bawah dapat ditentukan sebagai
= 0,90 termasuk kelompok soal mudah
30 berikut: pertama, bila jumlah siswa kurang dari
100 orang (kelompok kecil), maka jumlah siswa
Soal nomor 9 indeks kesukarannya (P) =
12 dibagi dua sama besar 50% kelompok atas (JA)
= 0,40 termasuk kelompok soal mudah dan 50% kelompok bawah (JB); ke dua, bila
30
jumlah siswa lebih dari 100 orang (kelompok
Soal nomor 18 indeks kesukarannya (P) = besar), maka hanya diambil ke dua kutubnya
0 sebagai sample, yaitu 27% kelompok atas (JA)
= 0,00 termasuk kelompok soal mudah
30 yang memperoleh nilai tertinggi dan 27%
kelompok bawah (JB) yang memperoleh nilai
Soal nomor 20 indeks kesukarannya (P) = terendah.
30
= 1,00 termasuk kelompok soal mudah Misalnya dalam analisa menggunakan
30
contoh tabel 1, maka akan diperoleh
pengelompokan. Siswa kelompok atas (JA) tabel
2 dan siswa sesuaikelompok bawah (JB) tabel 3.

Jurnal Pendidikan Penabur - No.14/Tahun ke-9/Juni 2010 61


Analisis Butir Soal Tes

Tabel 1: Menentukan Indeks Kesukaran

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 10 19 20 Skor

A 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 0 1 1 0 1 0 1 1 13

B 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 8

C 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 15

D 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 19

E 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1 14

F 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 17

G 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 16

H 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1 13

I 1 1 1 0 0 1 0 1 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 1 1 10

J 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 4

K 0 0 1 1 0 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 6

L 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 1 0 0 1 1 9

M 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 18

N 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 15

O 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 0 1 1 13

P 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 0 1 1 14

Q 1 1 1 0 0 1 0 1 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 1 10

R 1 1 1 1 0 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 9

S 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 12

T 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 0 1 1 1 0 1 0 1 1 14

U 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 10

V 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 0 0 0 1 0 0 1 7

W 1 1 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 8

X 1 1 1 0 0 1 0 1 0 0 1 0 1 0 0 1 0 0 1 1 10

Y 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 6

Z 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 19

AA 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 5

AB 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 0 1 1 1 0 0 0 1 1 12

AC 1 0 1 1 0 1 0 1 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1 11

AD 0 0 1 0 0 1 0 1 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 1 1 7

Jml 27 24 27 20 15 19 3 28 12 14 13 6 26 17 16 9 14 0 21 30

62 Jurnal Pendidikan Penabur - No.14/Tahun ke-9/Juni 2010


Analisis Butir Soal Tes

Tabel 2: Siswa Kelompok Atas (JA)

No Nama Nilai No Nama Nilai No Nama Nilai

1 D 19 6 C 15 11 A 13

2 Z 19 7 N 15 12 H 13

3 M 18 8 E 14 13 O 13

4 F 17 9 P 14 14 S 12

5 G 16 10 T 14 15 AB 12

Tabel 3: Siswa Kelompok Bawah (JB)

No Nama Nilai No Nama Nilai No Nama Nilai

1 AC 11 6 L 9 11 V 7

2 I 10 7 R 9 12 Y 7

3 Q 10 8 B 8 13 K 6

4 X 10 9 W 8 14 AA 5

5 U 10 10 AD 7 15 J 4

Besarnya indeks diskriminasi atau daya


pembeda diklasifikasikan menjadi sebagai 15 – 0 = 1,00 termasuk kelompok soal baik sekali
berikut. 15
1. soal dengan D 0,00 sampai 0,20 = kelompok
soal jelek Soal nomor 6 indeks diskriminasi D =
2. soal dengan D 0,20 sampai 0,40 = kelompok 9 – 10 = - 0,07 termasuk kelompok soal jelek sekali
soal cukup 15
3. soal dengan D 0,40 sampai 0,70 = kelompok
soal baik Soal nomor 7 indeks diskriminasi D =
4. soal dengan D 0,70 sampai 1,00 = kelompok 3 – 0 = 0,20 termasuk kelompok soal jelek
soal baik sekali 15
5. soal dengan D negatif (-) merupakan soal
jelek sekali dan sebaiknya diganti atau Soal nomor 8 indeks diskriminasi D =
diperbaiki. 0 – 0 = 0,00 termasuk kelompok soal jelek
Berdasarkan tabel tersebut di atas diperoleh 15
perhitungan indeks diskriminasi atau daya
pembeda sebagai berikut : Soal nomor 30 indeks diskriminasi D =
15 – 15 = 0,00 termasuk kelompok soal jelek
Soal nomor 2 indeks diskriminasi D =
15
15 – 9 = 0,40 termasuk kelompok soal cukup
15
3. Pola Jawaban Soal
Soal nomor 4 indeks diskriminasi D =
Pola jawaban soal hanya dapat dijumpai
15 – 5 = 0,67 termasuk kelompok soal baik
pada bentuk soal pilihan berganda, dimana
15
siswa peserta tes menentukan jawaban dari
Soal nomor 5 indeks diskriminasi D =
pilihan alternatif jawaban yang tersedia.

Jurnal Pendidikan Penabur - No.14/Tahun ke-9/Juni 2010 63


Analisis Butir Soal Tes

Pola jawaban soal diperoleh dengan tes berikutnya. Pengecoh e tidak baik, oleh karena
menjumlahkan banyaknya siswa memilih itu harus diganti. Dilihat dari besarnya omit
jawaban a, atau b, atau c, atau d, atau e dan yaitu 3,33%, item soal tersebut dapat
juga siswa yang tidak memilih alternatif dikategorikan soal baik, karena tidak lebih dari
jawaban yang tersedia atau disebut blanko. 10% siswa peserta tes yang blanko.
Dalam istilah evaluasi , blanko atau tidak Ketiga tahapan analisis butir soal tes tersebut di
memberikan pilihan disebut omit dan atas dapat dilaksanakan secara bersamaan
disingkat dengan simbol O. berdasarkan dengan langkah-langkah sebagai berikut.
pola jawaban siswa peserta tes dapat 1. Memberi skor hasil tes formatif atau sumatif
menentukan pengecoh (alternatif jawaban setiap siswa
yang bukan jawaban kunci) berfungsi 2. Menentukan sampel
dengan baik atau tidak. Pengecoh yang 3. Berdasarkan skor siswa dikelompokkan
tidak dipilih sama sekali oleh peserta tes menjadi siswa kelompok atas dan siswa
berarti pengecoh tersebut jelek. kelompok bawah
Penyebabnya mungkin karena terlalu 4. Menghitung banyaknya siswa kelompok
kelihatan menyesatkan. Pengecoh yang atas (KA) yang memberikan pilihan setiap
jelek sebaiknya diganti. Kriteria pengecoh alternatif jawaban setiap soal.
yang baik adalah bila memiliki daya tarik 5. Menghitung banyaknya siswa kelompok
yang besar untuk dipilih siswa peserta tes bawah (KB) yang memberikan pilihan setiap
yang kurang memahami konsep atau yang alternatif jawaban setiap soal.
kurang menguasai bahan.
6. Memasukkan data
perhitungan untuk analisis
Tabel 4: Analisa Pola Jawaban Soal Sebuah Item Soal ke dalam tabel yang telah
disiapkan dengan bantuan
Pilihan A b* c d e 0 Jumlah komputer program excel.
Jawaban Jangan lupa mencan-
tumkan jawaban kunci.
Kelompok 1 13 1 - - - 15 Berdasarkan data yang ada
atas (JA) komputer akan membantu
menyelesaikan analisis
Kelompok 3 5 2 4 - 1 15
butir soal-soal tes.
bawah (JB)
Dari hasil analisis diperoleh
Jumlah 4 18 3 4 0 1 30 gambaran tingkat kesukar-
an soal yang dikelompok-
kan menjadi sukar, sedang,
Keterangan: dan mudah. Soal yang terlalu sukar tidak
- Pilihan jawaban b, diberi tanda bintang (*) baik, demikian juga soal yang terlalu mudah
merupakan kunci jawaban juga tidak baik. Pernyataan tersebut bukan
- Pilihan jawaban a = 4 x 100% = 13,33% berarti tidak boleh ada soal sukar dan
30 mudah pada setiap tes. Ketiga tingkat
- Pilihan jawaban c = 3 x 100% = 10% kesukaran soal boleh ada di dalam setiap
30 tes, akan tetapi jumlah porsinya yang harus
- Pilihan jawaban d = 4 x 100% = 13,33% diperhatikan. Misalnya 20% soal sukar, 50%
30 soal sedang, dan 30 % soal mudah.
- Pilihan jawaban e = 0 x 100% = 0%
30 B. Manfaat Analisis Butir Soal Tes
- Omit = 1 x 100% = 3,33% Pada umumnya guru beranggapan
30 menyusun soal tes pilihan berganda lebih
Pengecoh dikategorikan baik bila paling sedikit sukar dibandingkan menyusun soal tes
dipilih oleh 5% siswa peserta tes. Dengan uraian. Oleh karenanya bila telah berhasil
demikian pilihan jawaban (pengecoh) a, c, dan menyusun soal tes pilihan berganda
d sudah baik dan dapat digunakan untuk alat cenderung guru menganggap hasil

64 Jurnal Pendidikan Penabur - No.14/Tahun ke-9/Juni 2010


Analisis Butir Soal Tes

Tabel 4: Analisa Pola Jawaban Soal Sebuah Item Soal

No Pilihan a* b c d 0 Jumlah

1 K Atas 15 15 P = 0,90 Mudah

K Bawah 12 3 15 D = 0,20 Jelek

Jumlah 27 3 30 Pengecoh c d an d
Jelek

No Pilihan a b c* d 0 Jumlah

2 K Atas 15 15 P = 0,80 Mudah

K Bawah 2 1 9 3 15 D = 0,40 Cukup

Jumlah 2 1 24 3 30 Pengecoh b
Jelek

No Pilihan a b c d* 0 Jumlah

3 K Atas 15 15 P = 0,90 Mudah

K Bawah 3 12 15 D = 0,20 Jelek

Jumlah 3 27 30 Pengecoh a d an c
Jelek

No Pilihan a b* c d 0 Jumlah

4 K Atas 15 15 P = 0,67 Sedang

K Bawah 2 5 4 3 1 15 D = 0,67 B ai k

Jumlah 20 4 3 1 30 Pengecoh =
Jelek

karyanya tersebut sudah yang terbaik. soal tes, tetapi enggan melaksanakan
Anggapan tersebut tidak hanya dirasakan analisis butir soal tes. Akibatnya
oleh guru-guru muda, tetapi juga dirasakan kemampuan dan keterampilan menyusun
oleh guru-guru berpengalaman. Melihat soal tes tidak berkembang dan kemampuan
hasil karyanya yang disusun dengan susah menganalisis butir soal tes hilang, karena
payah, cenderung tidak mau berusaha tidak pernah digunakan. Guru enggan
memperbaiki guna meningkatkan kualitas melaksanakan analisis butir soal tes, karena:
guru dalam menyusun soal tes dengan pertama, tidak ada tuntutan, sehingga dapat
melaksanakan analisis butir soal tes. diabaikan; kedua, tidak memiliki waktu
Setiap guru memiliki keterampilan dan luang karena jam mengajarnya penuh, sebab
kemampuan menyusun soal tes dan menganilis butir soal tes memerlukan waktu
menganalisis butir soal tes berdasarkan ekstra cukup banyak; ketiga, belum
hasil tes yang diperoleh siswa. Sebaiknya mengetahui manfaat dari menganalisis butir
kedua keterampilan dan kemampuan soal-soal tes, karena soal yang hampir sama
tersebut berjalan dan digunakan secara untuk siswa tahun lalu hasilnya bagus tetapi
bersama-sama. Kenyataan yang terjadi untuk siswa tahun sekarang kurang
tidaklah demikian. Guru menggunakan memuaskan; keempat, tidak mengetahui
keterampilan dan kemampuan menyusun cara-cara menganalisis butir soal-soal tes;

Jurnal Pendidikan Penabur - No.14/Tahun ke-9/Juni 2010 65


Analisis Butir Soal Tes

dan kelima, bila soal yang telah dianalisa atau daya pembeda soal terlalu kecil; ke dua,
dan digunakan kembali untuk tes tidak guru dapat meningkatkan kemampuan
bermanfaat, karena sudah menjadi menyusun soal tes dengan lebih baik.
kebiasaan bahwa soal tes dibagikan kepada Kalimat soal semakin baik, jelas, dan tidak
siswa dan siswa belajar dari soal tersebut. mendua arti atau menyesatkan. Siap
Penilaian kinerja tenaga pendidik atau guru melaksanakan tugas bila dipercaya
yang dilakukan BPK PENABUR dengan menyusun soal di aras yang lebih tinggi; ke
sistem KKPP memberikan penghargaan nilai tiga, guru memiliki soal-soal tes yang baik
bagi guru yang melakukan analisis butir soal dan siap digunakan. Bank soal yang
tes. Akan tetapi rupa-rupanya penghargaan dimiliki sudah teruji, siap digunakan atau
tersebut belum mampu menggerakkan guru kalau ingin dibedakan hanya memerlukan
melaksanakan analisis butir soal tes. sedikit modifikasi (perubahan); keempat,
Memang sistem penilaian kinerja tersebut guru meningkatkan kualitas pembelajar-
memberikan kebebasan bagi guru yang annya. Dimilikinya bank soal yang baik dan
dinilai kinerjanya untuk melakukan atau disusun dalam perencanaan evaluasi untuk
tidak melakukan item penilaian. Apalagi setiap kompetensi dasar, maka ketika
penghargaan nilai maksimal yang dapat pelaksanaan pembelajaran dapat memberi-
diperoleh guru yang melaksanakan analisis kan penekanan-penekanan yang fokus pada
butir soal tes hanya 2 (dua) kecil sekali kira- kompetensi dasar serta pengembangannya;
kira 0,8% dari keseluruhan nilai yang harus kelima, guru meningkatkan kemampuan
dipenuhi untuk kenaikan pangkat guru. dan keterampilan menganalisis butir soal
Nilai yang kecil tersebut dapat diabaikan tes. Keterampilan dan kemampuan bila
dan berusaha memperoleh nilai yang digunakan akan semakin ditambahkan,
maksimal di item penilaian lainnya. Dari sisi sebaliknya bila tidak digunakan akan
penghargaan nilai memang tidak menarik
hilang.
dan tidak sebanding dengan pengorbanan
Dilihat dari manfaat melakukan analisis
waktu, tenaga, dan kemampuan yang
butir soal-soal tes yang sangat banyak, tetapi
digunakan dalam menganalisis butir soal
guru tidak termotivasi melakukan analisis
tes. Diusulkan guru yang melaksanakan
butir soal-soal tes dengan alasan : pertama,
analisis butir soal tes diberikan nilai
tidak ada tuntutan, sehingga dapat
maksimal 10, dan atau analsis butir soal tes
diabaikan; kedua, tidak memiliki waktu
merupakan syarat keharusan untuk
luang karena jam mengajarnya penuh, sebab
kenaikkan pangkat. Maksudnya, meskipun
menganilis butir soal tes memerlukan waktu
nilai KKPP mencukupi untuk naik pangkat
ekstra cukup banyak; ketiga, tidak
akan tetapi bila tidak memiliki nilai analisis
mengetahui cara-cara menganalisis butir
butir soal tes, maka kenaikannya ditunda.
Meskipun dilihat dari sisi penghargaan soal-soal tes; dan keempat, bila soal yang
nilai tidak sebanding dengan pengorbanan telah dianalisis dan digunakan kembali
guru dan tidak ada tuntutan keharusan untuk tes tidak bermanfaat, karena sudah
untuk melaksanakan analisis butir soal tes, menjadi kebiasaan bahwa soal tes dibagikan
bukan berarti tidak perlu melakukan analisis kepada siswa dan siswa belajar dari soal
butir soal tes. Guru yang menyadari akan tersebut; kelima penghargaan yang
profesinya sudah selayaknya melakukan diberikan dalam penilaian kinerja sangat
analisis butir soal tes yang disusunnya kecil. Berdasarkan uraian di atas
sebab mengetahui banyak manfaatnya diharapkan guru-guru disegarkan kembali
dalam meningkatkan kompetensi mengenai cara-cara menganalisis butir-butir
profesinya. Adapun manfaat melaksanakan soal tes dan mengetahui banyaknya manfaat
analisis butir soal tes adalah sebagai berikut: melakukan analisis butir soal-soal tes.
pertama, guru mengetahui kelemahan- Dengan demikian guru-guru termotivasi
kelemahan soal tes yang disusunnya. melakukan analisis butir-butir soal tes baik
Terlalu sukar atau terlalu mudah, atau soal tes formatif maupun sumatif sebagai
pengecohnya tidak berfungsi dengan baik, bagian tanggung jawab profesinya.

66 Jurnal Pendidikan Penabur - No.14/Tahun ke-9/Juni 2010


Analisis Butir Soal Tes

pencapaian suatu kompetensi dasar pada tes


Kesimpulan dan Saran formatif. Soal tes yang disertakan disarankan
dalam bentuk soal tes pilihan berganda, sebab
Kesimpulan soal pilihan berganda paling efisien dalam hal
Melaksanakan analisis butir soal tes tidak dapat keterhandalan, keseksamaan, objektivitas, dan
dipisahkan dengan penyusunan soal-soal tes. mudah menganalisisnya. (Utomo, 1985). Dengan
Analisis butir soal tes sama pentingnya dengan demikian guru mengemban kewajiban moral
penyusunan soal-soal tes. Melalui analisis butir untuk menyusun persiapan pembelajaran secara
soal-soal tes dapat diketahui tingkat kesukaran lengkap dan melaksanakan evaluasi atau
soal (terlalu sukar, sedang, terlalu mudah); penilaian secara lengkap pula. Perencanaan
tingkat daya pembeda soal (jelek sekali, jelek, mempengaruhi pelaksanaan dan juga
cukup, baik, baik sekali); dan pengecohnya mempengaruhi hasilnya. Menyusun persiapan
sudah berfungsi baik atau perlu dilakukan pembelajaran yang lengkap, baik, dan sistematis
perbaikan. Dengan demikian melalui analisis berarti telah memenangkan 50% pelaksanaan
butir soal tes guru dapat mengetahui kelemahan- pembelajaran. Ketika dilakukan evaluasi atau
kelemahan soal-soal tes yang disusunnya; penilaian hasilnya baik dan memuaskan.
keterampilan dan kemampuan guru meningkat Setiap guru dibekali keterampilan dan
dalam menyusun soal-soal tes yang baik; guru kemampuan menyusun soal-soal tes dan
memiliki bank soal-soal tes yang baik dan siap menganalisisnya, disamping keterampilan dan
digunakan atau dimodifikasi; guru dapat kemampuan pedagogik lainnya. Hendaknya
meningkatkan kualitas pembelajaran; dan guru keterampilan dan kemampuan tersebut
dapat meningkatkan keterampilan dan digunakan secara seimbang agar meningkat
kemampuan menganalisis butir soal tes. atau ditambahkan. Jangan sampai keterampilan
Soal-soal tes yang baik dapat dimodifikasi dan kemampuan tersebut dibiarkan hilang atau
menjadi soal yang agak berbeda, sehingga guru diambil, karena tidak digunakan. Sebagai
memiliki bank soal-soal tes yang berbeda-beda profesional guru dengan sadar dituntut
untuk mengukur penguasaan kompetensi dasar meningkatkan kompetensinya. Dengan
yang sama. Memungkinkan guru mengukur demikian tugas-tugas guru yang berhubungan
pencapaian suatu kompetensi dasar dengan dengan P3R tidak dipandang sebagai beban
soal-soal tes yang berbeda setiap tahunnya. berat, tetapi sebagai tugas mulia panggilan
Tidak ada masalah seandainya soal-soal tes profesi yang menyukacitakan.
yang sudah digunakan dibagikan kepada siswa,
demikian juga hasil tes segera diberitahukan
kepada siswa. Siswa dengan segera mengetahui
tingkat prestasinya dalam mencapai kompetensi Daftar Pustaka
dasar, dan mengetahui kelemahan-
kelemahannya. Dengan demikian siswa dapat Daryanto, H. (2008). Evaluasi pendidikan, Jakarta:
memperbaiki kelemahan-kelemahannya dan Rineka Cipta
lebih siap menghadapi soal soal tes evaluasi Johnson, LouAnne. (2008). Pengajaran yang kreatif
akhir semester atau tes sumatif. dan menarik. Jakarta: PT Indeks
Jones, Gareth R., Jennife M.George (2008).
Saran Contemporary management. New York:
Mengingat pentingnya analisis butir soal-soal MacGraw-Hill/Irwin
tes, sangat diperlukan dukungan dari tim penilai Pawitan, Gandhi. (2009). Statistika untuk bisnis,
KKPP untuk mewajibkan setiap guru Bandung : Unpar
melaksanakan analisis butir soal tes formatif Suparno, Paul. (1998). Dasar dan orientasi
atau ulangan harian maupun soal tes sumatif pendidikan Jesuit, dalam P.J.Suwarno, Sanata
atau tes uji blok atau tes evaluasi akhir semester. Dharma menemukan jalannya. Yogya-
Demikian juga ketika memeriksa kelengkapan- karta: USD
kelengkapan persiapan pembelajaran atau Utomo, Tjipto., Kees Ruijter. (1985) Peningkatan
perencanaan pembelajaran yang disusun guru dan pengembangan pendidikan. Jakarta: PT
di awal tahun pelajaran, tim penilai KKPP Gramedia
mewajibkan guru menyertakan soal-soal yang ______, (2008). Kepangkatan dan kenaikan pangkat
akan digunakan untuk mengukur atau menilai pegawai, Jakarta: BPK PENABUR

Jurnal Pendidikan Penabur - No.14/Tahun ke-9/Juni 2010 67


Penerapan Penilaian Autentik
Opini

Penerapan Penilaian Autentik dalam


Upaya Peningkatan Mutu Pendidikan

Hartati Muchtar*)

Abstrak
erbagai upaya dilakukan oleh Pemerintah dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan

B nasional yang diperlukan dalam membangun bangsa dan Negara Republik Indonesia.
Akan tetapi pengertian dan cara mengukur mutu pendidikan yang tepat dan dapat
dipercayai, masih menjadi bahan perbincangan yang belum berkesudahan. Mutu
pendidikan secara nasional pada hakikatnya merupakan cerminan dari hasil belajar masing-masing
peserta didik. Oleh karena itu berbagai teknik dan bentuk penilaian dibuat untuk memperoleh
hasil belajar peserta didik yang dapat dipertanggungjawabkan serta benar-benar dapat
menggambarkan kemampuan peserta didik secara utuh. Tulisan ini membahas tentang pengertian
dan teknik mengukur mutu pendidikan. Dari teknik-teknik yang ada, penilaian autentik dianggap
dapat dipakai oleh guru dan lembaga-pendidikan dalam memberikan gambaran mutu pendidikan
yang diperoleh peserta didik dan mutu pendidikan secara nasional.

Kata-kata kunci: Mutu pendidikan, pembelajaran, penilaian, penilaian autentik

Abstract
The Indonesian Government has been implementing a number of programs to improve the national education
quality which is urgently needed in building the Indonesian people and nation. However the notion and the
technique of assessing the education quality are still under discussion. Various techniques and forms of
assessing the education quality are being developed to obtain the student’s learning achievement objectively.
This article discusses the notion of education quality critically and some assessment techniques appropriate to
show the student’s competence. It is believed that authentic assessment can present the student’s real competence
and the education quality.

Key words: Education quality, instruction, assessment, authentic assessment.

terhadap pelaksanaan pendidikan akan tetap


Pendahuluan melaksanakan ujian nasional. Pelaksanaan
ujian nasional ini selain merupakan salah satu
Tulisan ini bermaksud memberikan sumbangan upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan,
pemikiran dalam upaya peningkatan mutu juga dimaksudkan sebagai upaya untuk
pendidikan. Ide dasar gagasan ini bertitik tolak mengetahui ketercapaian standar kelulusan dan
dari dilema yang terjadi di masyarakat terkait untuk melakukan pemetaan. Namun, di pihak
dengan pelaksanaan ujian nasional (UN) dan lain pelaksanaan ujian nasional tersebut
upaya peningkatan mutu pendidikan. Di satu mendapatkan reaksi keras dari berbagai elemen
pihak, pemerintah yang bertanggung jawab masyarakat, karena selain menimbulkan

*) Guru Besar Universitas Negeri Jakarta

68 Jurnal Pendidikan Penabur - No.14/Tahun ke-9/Juni 2010


Penerapan Penilaian Autentik

keresahan pada diri siswa dan orang tuanya,


juga berdampak kurang positif terhadap Pembahasan
pelaksanaan pembelajaran di sekolah.
Dalam kondisi yang masih dipertentangkan Dengan melihat berbagai permasalahan dalam
ini, pelaksanaan ujian nasional tahun 2010, baik pelaksanaan penilaian yang dilakukan guru di
di tingkat SMA maupun SMP menunjukkan sekolah, maupun dalam pelaksanaan UN, maka
penurunan dibanding dengan tahun sebelum- perlu dilakukan pembenahan dan peningkatan
nya. Hasil kelulusan di tingkat SMP tahun 2009 dalam penyelenggaraan UN. Salah satu jalan
adalah 95,05% dan tahun 2010 turun menjadi untuk mendongkrak mutu pendidikan nasional
90,27%, sedangkan tingkat kelulusan pada ke arah yang lebih baik diperlukan keberanian
jenjang SMA tahun 2009 adalah 93,74% dan untuk mengambil kebijakan membenahi sistem
tahun 2010 turun menjadi 89,88%. Jumlah ujian yang digunakan sebagai alat penilaian.
sekolah terutama SMP yang tingkat Sehubungan dengan hal tersebut, maka tulisan
ketidaklulusannya mencapai 100 % juga cukup ini bermaksud memaparkan suatu bentuk
banyak yaitu 561 sekolah negeri dan swasta, penilaian hasil belajar yang dimungkinkan
dengan rincian Jawa Tengah (105 sekolah), Jawa dapat menunjang peningkatan mutu
Timur (54 sekolah), DKI Jakarta (51 sekolah), pendidikan, khususnya penerapan penilaian
Gorontalo (47 sekolah), Kalimantan Barat (34 autentik. Dalam tulisan ini secara berturut-turut
sekolah), Banten (27 sekolah), Nusa Tenggara akan dibahas: mutu pendidikan, penilaian
Timur (26 sekolah), Maluku Utara (24 sekolah), dalam proses pembelajaran, dan penerapan
dan Papua (18 sekolah). Dengan hasil ujian penilaian autentik.
yang cukup memprihatinkan tersebut dan untuk
menghindari kekecewaan serta keresahan 1. Mutu Pendidikan
masyarakat, maka pemerintah mengadakan Mutu pendidikan merupakan masalah klasik
ujian ulangan. yang senantiasa diupayakan peningkatannya
Turunnya hasil ujian nasional tahun 2010 oleh Pemerintah. Meskipun berbagai upaya telah
ini telah mendapat komentar dari berbagai pihak ditempuh namun mutu pendidikan masih belum
yang menuduh menurunnya mutu pendidikan terwujud secara optimal. Sebenarnya upaya
di Indonesia. Dengan adanya komentar tersebut peningkatan mutu pendidikan ini telah
muncul dua pertanyaan. Pertama, benarkah menunjukkan hasil yang menggembirakan. Hal
bahwa menurunnya tingkat kelulusan ujian ini terbukti dengan kesuksesan pelajar Indonesia
nasional merupakan indikator penurunan mutu dalam setiap mengikuti Olimpiade Fisika
pendidikan di Indonesia? Kedua, dapatkah Internasional (IPhO). Bukti yang ada
pelaksanaan ujian nasional dijadikan sebagai menunjukkan bahwa sejak pelajar Indonesia
barometer untuk mengetahui tingkat mutu mengikuti IPhO pada tahun 1993 selalu
pendidikan? mendapatkan juara (medali), bahkan pada tahun
Apabila dikaji, ujian nasional hanya 1999 dan 2006 berhasil meraih empat medali
merupakan salah satu bentuk pelaksanaan emas. Di balik kesuksesan tersebut, kita merasa
penilaian hasil belajar yang dilaksanakan sangat prihatin dengan hasil beberapa survei
pemerintah sebagaimana digariskan dalam yang membandingkan kemajuan pendidikan di
Permendiknas No. 20 tahun 2007 tentang beberapa negara. Dalam laporan HDI (Human
standar penilaian pendidikan. Sehubungan Development Index) 2006 tentang pencapaian
dengan pelaksanaan penilaian tersebut muncul prestasi dan kualitas SDM yang menempatkan
beberapa pertanyaan lebih lanjut, yaitu: (1) Indonesia berada di bawah Vietnam, yaitu
apakah penilaian hasil belajar yang selama ini berada pada peringkat 102 dari 106 negara. Hasil
dilakukan sudah sesuai dengan tuntutan survei PERC di 12 negara juga menunjukkan
Permendiknas No. 20 Tahun 2007 tentang bahwa Indonesia berada pada peringkat
Standar Penilaian, (2) apakah penilaian yang terbawah, satu peringkat di bawah Vietnam.
dilaksanakan oleh pemerintah sudah mengukur Demikian juga dalam survei matematika yang
seluruh potensi dan kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh TIMSS-R di 34 negara Asia,
dilakukan, dan (3) apakah penilaian yang Australia, dan Afrika telah menempatkan
dilakukan pemerintah dalam bentuk ujian Indonesia dalam peringkat ke 34.
nasional telah dapat memotivasi siswa untuk Apapun kondisinya, Pemerintah telah
belajar lebih lanjut? menunjukkan upaya yang serius dalam

Jurnal Pendidikan Penabur - No.14/Tahun ke-9/Juni 2010 69


Penerapan Penilaian Autentik

mewujudkan mutu pendidikan. Upaya-upaya dalam melakukan proses belajar, (5) memberikan
tersebut antara lain: memperbaharui undang- feedback atau umpan balik sangat diperlukan oleh
undang sistem pendidikan nasional (SISDIK- siswa untuk mengetahui keberhasilannya
NAS), pembaharuan kurikulum, peningkatan dalam proses pembelajaran, (6) memperhatikan
profesionalitas dan kesejahteraan guru, karakteristik siswa, karena setiap individu
melengkapi sarana prasarana pendidikan, bersifat unik, dengan beberapa faktor yang
menetapkan dan mengupayakan standarisasi membedakan misalnya: motivasi, kepribadian,
pendidikan nasional. Upaya tersebut telah kecerdasan, dan latar belakang budaya.
menunjukkan langkah yang komprehensif Pendapat tersebut sejalan dengan pemikiran
dalam meningkatkan mutu pendidikan, namun Smith (1993). Menurut mereka indikator mutu
implementasinya yang belum optimal. pendidikan dapat dilihat dari tingkat
Terkait dengan berbagai upaya yang pencapaian kompetensi secara utuh yang
ditempuh Pemerintah tersebut, maka yang perlu meliputi ranah kognitif, afektif, dan psikomotor
dipertanyakan adalah bagaimana wujud mutu sesuai dengan potensi yang dimilikinya.
pendidikan. Menurut Peraturan Pemerintah Pendapat tersebut menujukkan bahwa mutu
Nomor 19Tahun 2005 tentang Standar Nasional pendidikan terletak pada ketercapaian tujuan
Pendidikan, pelaksanaan pendidikan dikatakan pembelajaran. Pendapat ini dipertegas oleh
bermutu apabila terselenggara sesuai dengan Soedijarto www.kompas.com/Kompas_cetak/
standar nasional pendidikan yang telah 0502/28 Didaktikan/1579467/htm). Disebut-
ditentukan. Dalam hal ini terdapat delapan kan bahwa suatu pendidikan dikatakan
standar pendidi- bermutu diukur
kan, yaitu: standar dari kedudu-
isi, standar proses, kannya untuk ikut
standar kompeten- Kecenderungan yang ada mencerdaskan
si lulusan, standar kehidupan
menunjukkan bahwa suatu
pendidik dan tena- bangsa dan me-
ga kependidikan, lembaga pendidikan dianggap majukan kebuda-
standar sarana bermutu bila tingkat kelulusannya yaan nasional,
dan prasarana, dalam ujian nasional mencapai yaitu pendidikan
standar pengelo- 100% dan nilai yang diperoleh yang berhasil
laan, standar pem- membentuk
siswa tinggi.
biayaan, dan stan- generasi muda
dar penilaian pen- yang cerdas, ber-
didikan. Kedela- karakter, bermoral
pan standar tersebut saling berkaitan untuk dan berkepribadian. Pendapat tersebut
menunjang terselenggaranya proses pembel- menunjukkan bahwa mutu pendidikan dapat
ajaran yang bermutu. Dengan demikian dapat dilihat dari ketercapaian tujuan pendidikan
dikatakan bahwa mutu suatu pendidikan nasional sebagaimana tertuang dalam Undang
terletak pada mutu pembelajaran. Undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem
Sejalan dengan hal tersebut, Heinich dan Pendidikan Nasional (Sisdiknas). Dengan
kawan–kawan (2005) menegaskan bahwa demikian mutu pendidikan dapat dilihat dari
proses pembelajaran dikatakan bermutu apabila ketercapaiannya tujuan pendidikan nasional,
memenuhi kriteria sebagai berikut: (1) siswa ikut tujuan dari masing-masing satuan pendidikan,
aktif terlibat dalam tugas-tugas yang bermakna, dan tujuan masing-masing mata pelajaran, yang
dan berinteraksi dengan materi pelajaran, (2) berupa standar kompetensi dan kompetensi
memberi kesempatan pada siswa untuk dasar.
melakukan latihan, karena latihan yang Berbicara masalah keterkaitan tujuan
dilakukan dalam berbagai konteks akan pembelajaran dengan mutu pembelajaran, sering
memperbaiki tingkat retensi dan kemampuan timbul salah tafsir dalam kehidupan
untuk mengaplikasikan pengetahuan baru, (3) masyarakat, yaitu hanya dikaitkan dengan
siswa mempelajari materi pelajaran yang dapat nilai/angka hasil ujian dan kelulusan.
diterapkan dalam situasi nyata, (4) terdapat Kecenderungan yang ada menunjukkan bahwa
interaksi sosial yang sangat diperlukan oleh suatu lembaga pendidikan dianggap bermutu
siswa untuk memperoleh dukungan sosial bila tingkat kelulusannya dalam ujian nasional

70 Jurnal Pendidikan Penabur - No.14/Tahun ke-9/Juni 2010


Penerapan Penilaian Autentik

mencapai 100% dan nilai yang diperoleh siswa didik, ketepatan metode pembelajaran yang
tinggi. Anggapan ini kurang relevan dengan digunakan, dan keberhasilan peserta didik
Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional dalam meraih kompetensi yang telah ditetapkan.
karena telah menggeser tujuan pembelajaran
menjadi “lulus ujian dan memperoleh nilai 2. Penilaian dalam Proses Pembelajaran
tinggi”. Hal tersebut dikatakan kurang relevan Penilaian merupakan bagian integral dari proses
karena tujuan yang ingin dicapai akan terkait pembelajaran. Penilaian sering dianggap
erat dengan kegiatan yang dilakukan untuk sebagai salah satu dari tiga pilar utama yang
mencapai tujuan tersebut. Apabila tujuan sangat menentukan kegiatan pembelajaran.
pembelajaran hanya untuk dapat lulus dan Ketiga pilar tersebut adalah perencanaan,
memperoleh nilai tinggi, maka kegiatan pelaksanaan dan penilaian. Apabila ketiga pilar
pembelajaran hanya akan dipusatkan pada cara tersebut sinergis dan berkesinambungan, maka
mengerjakan soal-soal ujian, baik ujian yang akan sangat menentukan kualitas pembelajaran.
dilaksanakan guru, sekolah maupun ujian yang Oleh karena itu penilaian harus dirancang dan
diselenggarakan pemerintah yang dikenal dilaksanakan sesuai dengan perencanaan dan
dengan ujian nasional. Pelaksanaan pelaksanaan pembelajaran. Sistem penilaian
pembelajaran semacam ini akan berakibat tujuan harus dikembangkan sejalan dengan perkem-
pembelajaran yang bangan model
sebenarnya tidak dan strategi
akan pernah terca- pembelajaran.
pai dan akan ma- Sebagaimana
kin jauh dari mutu Semestinya tujuan pembelajaran diketahui model
pendidikan yang bukan hanya terkait dengan hasil dan strategi
diharapkan. yang berupa nilai dalam raport pembelajaran
Semestinya atau ijazah, akan tetapi juga telah mengalami
tujuan pembel- perkembangan
berhubungan erat dengan proses
ajaran bukan ha- yang cukup pe-
nya terkait dengan pembelajaran. sat, seperti model
hasil yang berupa pembelajaran
nilai dalam raport yang berbasis
atau ijazah, akan konstruktivis,
tetapi juga berhubungan erat dengan proses kontekstual, dan neuroscience. Namun kecen-
pembelajaran. Dalam hal ini, tujuan derungan yang ada menunjukkan bahwa sistem
pembelajaran dikatakan tercapai bila seluruh penilaian yang dilakukan baik oleh pendidik,
potensi yang dimiliki peserta didik berkembang sekolah dan bahkan oleh pemerintah tetap
secara optimal dan memiliki kompetensi menggunakan penilaian tradisional, yaitu
sebagaimana yang telah ditetapkan dalam memberikan sejumlah soal dengan jawaban
tujuan pendidikan nasional dan Permendiknas pendek, isian atau pertanyaan pilihan ganda
nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk dan menilai sejumlah tugas terbatas yang
Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jadi mungkin tidak sesuai dengan apa yang
tercapainya tujuan pembelajaran apabila para dikerjakan selama proses pembelajaran
peserta didik termotivasi untuk belajar dan aktif berlangsung. Penilaian ini juga cenderung
mengembangkan seluruh potensi dan kreati- hanya mengungkap aspek kognitif, bahkan
vitasnya secara optimal. kognitif tingkat rendah, yaitu aspek ingatan dan
Dengan mendasarkan pada paparan pemahaman. Dalam penilaian tradisional ini
tersebut, nampaknya kualitas pendidikan juga jarang menilai seluruh kemampuan dan
sangat ditentukan oleh kemampuan satuan hasil belajar siswa dengan memonitor
pendidikan dalam mengelola proses pembelajaran mereka sendiri bahkan jarang
pembelajaran. Penilaian merupakan bagian memasukan soal-soal yang menilai respons
yang penting dalam pembelajaran. Dengan emosional terhadap pengajaran (Santrock,
melakukan penilaian pendidik sebagai 2007). Kecenderungan pelaksanaan penilaian
pengelola kegiatan pembelajaran dapat tradisional ini pada dasarnya terlalu menyer-
mengetahui kemampuan yang dimiliki peserta derhanakan kapasitas siswa selaku pembelajar

Jurnal Pendidikan Penabur - No.14/Tahun ke-9/Juni 2010 71


Penerapan Penilaian Autentik

karena potensi-potensi yang dikembangkan dan Permendiknas nomor 22 Tahun 2006 tentang
hasil belajarnya tidak sepenuhnya diungkap, Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan
apalagi jika penilaian hanya terbatas pada Menengah, tetapi untuk lulus dalam UN, dan
pengungkapan kemampuan kognitif aspek bukan lagi untuk menerapkan pengetahuannya
ingatan dan pemahaman yang hanya mengan- dalam memecahkan berbagai permasalahan
dalkan memori semata. Dengan demikian sistem kehidupan sehari-hari, melainkan agar memiliki
penilaian ini kurang dapat mencerminkan hasil strategi dalam menjawab soal UN. Dengan
belajar dan tidak dapat digunakan untuk demikian mutu pendidikan dalam arti yang
mengukur tingkat mutu pembelajaran. sebenarnya tidak akan pernah terwujud.
Suatu keanehan yang terjadi di negeri Berdasarkan pada realitas dan pemikiran
tercinta ini dan patut disayangkan adalah tersebut, maka perlu dikembangkan sistem
“mengapa ujian nasional (UN) yang merupakan penilaian yang mampu mengukur kemampuan
bentuk ujian yang diselenggarakan pemerintah siswa secara holistik sebagai hasil belajar dan
sebagai sarana untuk mengukur tingkat mendorong siswa untuk belajar mengem-
penguasaan standar kompetensi dan mutu bangkan segala potensi dan kreativitasnya serta
pendidikan menggunakan penilaian standar menerapkan pengetahuannya dalam kehidupan
yang merupakan bentuk penilaian tradisional?”. sehari-hari. Jenis penilaian tersebut adalah
Di Amerika Serikat pemakaian tes standar dalam penilaian autentik, yaitu suatu penilaian untuk
ujian nasional telah menuai protes keras, karena mengukur secara keseluruhan hasil dan proses
kegiatan belajar belajar dengan
siswa selama berbagai cara.
beberapa tahun
hanya ditentu- Penilaian autentik dikembangkan 3.Penerapan
kan kelulusan- karena penilaian tradisional yang Penilaian Autentik
nya dalam bebe- selama ini digunakan Penilaian autentik
rapa hari saat (authentic assesment)
ujian nasional
mengabaikan konteks dunia nyata. adalah suatu proses
(Burke, 2009). pengumpulan,
Kecenderungan pelaporan dan
penerapan penilaian tradisional yang hanya p e n g g u n a a n
mengukur prestasi akademik kemampuan informasi tentang hasil belajar siswa dengan
koginitif siswa, seperti dalam penilaian menerapkan prinsip-prinsip penilaian,
tradisional berdampak luas terhadap seluruh pelaksanaan berkelanjutan, bukti-bukti autentik,
aktivitas pembelajaran. Hal ini telah mendorong akurat, dan konsisten sebagai akuntabilitas
pengelola sekolah untuk mengejar prestasi itu publik (Pusat Kurikulum, 2009). Hal ini sejalan
melalui berbagai cara. Sekolah cenderung dengan pendapat Johnson (2002), yang
memacu kemampuan kognitif siswa dengan mengatakan bahwa penilaian autentik
memberikan pelajaran tambahan dan memberikan kesempatan luas kepada siswa
menggunakan metode drill dalam setiap untuk menunjukkan apa yang telah dipelajari
pembelajarannya agar siswanya memperoleh dan apa yang telah dikuasai selama proses
nilai tinggi pada mata pelajaran yang di-UN- pembelajaran. Lebih lanjut Johnson (2009)
kan. Kondisi ini tampaknya didukung oleh mengatakan bahwa penilaian autentik berfokus
orang tua siswa yang tidak menginginkan pada tujuan, melibatkan pembelajaran secara
anaknya gagal dalam UN. Dampak yang paling langsung, membangun kerja sama, dan
tidak diinginkan dalam pelak-sanaan penilaian menanamkan tingkat berfikir yang lebih tinggi.
tradisional ini adalah adanya berbagai Melalui tugas-tugas yang diberikan, para siswa
kecurangan, baik yang dilakukan secara akan menunjukkan penguasaannya terhadap
perorangan maupun kolektif yang tersistem. tujuan dan kedalaman pemahamannya, serta
Upaya-upaya tersebut tampak telah pada saat yang bersamaan diharapkan akan
menyimpang dari hakikat dan tujuan pembel- dapat meningkatkan pemahaman dan
ajaran. Pembelajaran yang dilakukan bukan lagi perbaikan diri.
mendorong siswa untuk belajar melainkan Penilaian autentik dikembangkan karena
mengerjakan soal, bukan lagi untuk memiliki penilaian tradisional yang selama ini digunakan
kompetensi sebagaimana tertuang dalam mengabaikan konteks dunia nyata (Santrock,

72 Jurnal Pendidikan Penabur - No.14/Tahun ke-9/Juni 2010


Penerapan Penilaian Autentik

2007) dan kurang menggambarkan kemampuan sebagai hasil belajar, dan (7) pemberian skor
siswa secara holistik. Oleh karena itu menurut penilaian didasarkan pada esensi tugas.
Pokey dan Siders (dalam Santrock, 2007), Selain karakteristik tersebut, dalam
penilaian autentik diartikan sebagai upaya penilaian autentik tampak: (1) menekankan pada
mengevaluasi pengetahuan atau keahlian siswa pemahaman konsep dan pemecahan masalah,
dalam konteks yang mendekati dunia riil atau (2) siswa mengalami proses pembelajaran secara
kehidupan nyata. Dalam penilaian ini siswa bermakna dan memahami mata pelajaran
ditantang untuk menerapkan informasi dan dengan penalaran, (3) siswa secara aktif
keterampilan baru dalam situasi nyata untuk membangun pengetahuan baru dari pengala-
tujuan tertentu. Dengan demikian penilaian ini man dan pengetahuan awal. Karakteristik
merupakan sarana bagi sekolah untuk merea- tersebut, menunjukkan bahwa dalam penilaian
lisir segala kemauan, kemampuan dan autentik sejalan dengan pembelajaran kontek-
kreativitas siswa (Sizer, 1992). Sejalan dengan stual dan pendekatan konstruktivis. Adapun
pendapat tersebut Gulikers, Bastiaens dan prinsip-prinsip umum penilaian autentik adalah
Kirschner (2004) menjelaskan bahwa penilaian sebagai berikut: (1) proses penilaian harus
autentik menuntut siswa untuk menggunakan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari
kompetensi atau mengkombinasikan pengeta- proses pembelajaran, (2) penilaian harus
huan, kemampuan, dan sikap dalam kriteria mencerminkan masalah dunia nyata, bukan
situasi kehidupan profesional. hanya masalah dunia sekolah, (3) penilaian
Penilaian autentik juga dikenal dengan harus menggunakan berbagai ukuran, metoda
berbagai istilah seperti performance assessment, dan kriteria yang sesuai dengan karakteristik
alternative assessment, direct assessment, dan realistic dan esensi pengalaman belajar, (4) penilaian
assessment. Penilaian autentik dinamakan harus bersifat holistik yang mencakup semua
penilaian kinerja atau penilaian berbasis kinerja, aspek dari tujuan pembelajaran (kognitif, afektif,
dan psikomotor).
karena dalam penilaian ini secara langsung
Penilaian autentik sebenarnya telah
mengukur performance (kinerja) aktual (nyata)
digariskan dalam standar penilaian sebagai-
siswa dalam hal-hal tertentu, siswa diminta
mana ditetapkan dalam Permendiknas Nomor
untuk melakukan tugas-tugas yang bermakna
20 tahun 2007 tentang standar penilaian
dengan menggunakan dunia nyata atau autentik
pendidikan. Dalam Permendiknas tersebut
tugas atau konteks. Penilaian autentik dikatakan
ditetapkan bahwa penilaian terdiri atas: tes
penilaian alternatif, karena dapat difungsikan
tulis, tes lisan, praktek dan kinerja (unjuk kerja/
sebagai alternatif untuk menggantikan penilaian
performance), observasi selama kegiatan
tradisional. Penilaian autentik dikatakan
pembelajaran dan di luar pembelajaran, serta
penilaian karena memberikan lebih banyak
penugasan (terstruktur dan tugas mandiri tak
bukti langsung dari aplikasi bermakna
terstruktur).
pengetahuan dan keterampilan.dalam konteks Penilaian autentik sebagai bentuk penilaian
dunia nyata (www.dsea.org). Penilaian autentik yang mencerminkan hasil belajar sesungguhnya,
juga dikatakan sebagai realistis assessment atau dapat menggunakan berbagai cara atau bentuk
berhubungan dengan penerapan dalam (Hargreaves, dkk., 2001), antara lain melalui
kehidupan nyata. penilaian proyek atau kegiatan siswa,
Berdasarkan beberapa pengertian tersebut, penggunaan portofolio, jurnal, demonstrasi,
menurut Moon (2005) pelaksanaan penilaian laporan tertulis, ceklis dan petunjuk observasi.
autentik memiliki karakteristik sebagai berikut: Garis besar bentuk penilaian autentik tersebut
(1) fokus pada materi yang penting, ide-ide besar dapat dijelaskan sebagai berikut.
atau kecakapan-kecakapan khusus, (2)
merupakan penilaian yang mendalam, (3) a. Portofolio
mudah dilakukan di kelas atau di lingkungan Portofolio merupakan kumpulan pekerjaan
sekolah, (4) menekankan pada kualitas produk siswa (tugas-tugas) dalam periode waktu
atau kinerja dari pada jawaban tunggal (5) dapat tertentu yang dapat memberikan informasi
mengembangkan kekuatan dan penguasaan penilaian. Fokus tugas-tugas kegiatan
materi pembelajaran pada siswa, (6) pembelajaran dalam portofolio adalah
menyediakan banyak cara yang memungkinkan pemecahan masalah, berpikir dan pemahaman,
siswa dapat menunjukkan kemampuannya menulis, komunikasi, dan pandangan siswa

Jurnal Pendidikan Penabur - No.14/Tahun ke-9/Juni 2010 73


Penerapan Penilaian Autentik

sendiri terhadap dirinya sebagai pemelajar. pembelajaran. Jurnal merupakan salah satu
Tugas yang diberikan kepada siswa dalam sarana yang baik untuk melatih dan
penilaian portofolio adalah tugas dalam konteks meningkatkan keterampilan siswa dalam
kehidupan sehari-hari. Siswa diharapkan untuk menulis, sehingga hasil-hasil jurnal dapat
mengerjakan tugas tersebut secara lebih kreatif, merupakan bagian dari penilaian portofolio.
sehingga siswa memperoleh kebebasan dalam
belajar. Selain itu, portfolio juga memberikan c. Proyek
kesempatan yang lebih luas untuk berkembang Proyek merupakan salah satu bentuk penilaian
serta memotivasi siswa. Sebagai contoh, siswa autentik yang berupa pemberian tugas kepada
diminta untuk melakukan survey mengenai siswa secara berkelompok. Kegiatan ini
potensi wisata di lingkungan daerah tempat merupakan cara untuk mencapai tujuan
tinggalnya. akademik sambil mengakomodasi berbagai
Portofolio bukan hanya merupakan tempat perbedaan gaya belajar, minat, serta bakat dari
penyimpanan pekerjaan siswa, tetapi masing-masing siswa. Tugas proyek akademik
merupakan sumber informasi untuk guru dan yang diberikan adalah tugas yang terkait dengan
siswa, yang memuat perkembangan pengeta- konteks kehidupan nyata, oleh karena itu tugas
huan dan kemampuan siswa selama melakukan ini dapat meningkatkan partisipasi siswa.
kegiatan pembelajaran. Portofolio juga dapat Sebagai contoh, siswa diminta membentuk
memberikan informasi untuk tindak lanjut dari kelompok proyek untuk menyelidiki keragaman
suatu pekerjaan yang telah dilakukan siswa budaya di lingkungan daerah tempat tinggal
sehingga guru dan siswa berkesempatan untuk mereka.
mengembangkan kemampuannya. Portofolio
juga dapat berfungsi untuk mengetahui: (1) d. Demonstrasi
perkembangan tanggung jawab siswa dalam Demonstrasi adalah bentuk penilaian autentik
belajar, (2) perluasan dimensi belajar, (3) dengan memberikan kesempatan siswa untuk
peningkatan proses pembelajaran, dan (4) mendemonstrasikan kemampuannya di depan
penekanan pandangan siswa dalam belajar kelas atau di depan khalayak umum/penonton.
(Surapranata, 2006) Siswa diminta menampilkan hasil penugasan
Tugas-tugas dalam penilaian portofolio ini mengenai kompetensi yang telah dikuasai. Para
dapat diberikan kepada siswa secara penonton dapat memberikan evaluasi terhadap
berkelompok atau individual. Sesuai dengan tampilan tersebut. Sebagai contoh, siswa secara
bentuk tugas yang diberikan, penilaian berkelompok diminta mendemonstrasikan
portofolio ini dapat digunakan untuk menilai kemampuannya dalam membuat masakan
kinerja (performance) siswa dalam menyelesaikan tradisional.
tugas mata pelajaran selama satu tahun.
Portofolio harus mencerminkan rentangan e. Laporan Tertulis
tujuan pembelajaran dan tugas-tugas yang Laporan tertulis adalah bentuk penilaian
terkait dalam waktu tertentu. Sesuai dengan autentik, berupa surat, petunjuk pelatihan
bentuk tugasnya, maka penilaian portofolio ini teknis, brosur, laporan penelitian, essai singkat.
juga dapat dikategorikan dalam penilaian kinerja
(performance). f. Ceklis dan pedoman observasi
Ceklis dan pedoman observasi merupakan
b. Jurnal. bentuk penilaian autentik yang dilakukan
Jurnal merupakan tulisan yang dibuat siswa dengan cara pengamatan langsung aktivitas
untuk menunjukkan segala sesuatu yang telah siswa dalam kegiatan belajar, melaksanakan
dipelajari atau diperoleh dalam proses tugas-tugas kegiatan pembelajaran dan perilaku
pembelajaran. Jurnal dapat digunakan untuk siswa sehari-hari sebagai hasil belajar .
mencatat atau merangkum topik-topik pokok Penilaian autentik dalam proses penilaian
yang telah dipelajari, perasaan siswa dalam di sekolah dilakukan dengan rubrik. Semua jenis
belajar mata pelajaran tertentu, kesulitan- dan bentuk penilaian autentik harus dinilai
kesulitan atau keberhasilan keberhasilannya dengan rubrik. Rubrik adalah salah satu format
dalam menyelesaikan masalah atau topik penilaian dengan menggunakan matriks atau
pelajaran, dan catatan atau komentar siswa tabel yang rinci tentang aspek-aspek yang
tentang harapan-harapannya dalam proses dinilai. Menurut Woolfolk (2004), rubrik berisi

74 Jurnal Pendidikan Penabur - No.14/Tahun ke-9/Juni 2010


Penerapan Penilaian Autentik

aturan-aturan yang digunakan untuk menilai diterapkan dalam penilaian pemerintah yang
kinerja siswa. Konsep penilaian rubrik berupa ujian nasional (UN). Dengan penerapan
merupakan gabungan antara skala penilaian penilaian autentik secara bertahap ini
dengan daftar cek. Dalam format penilaian diharapkan dapat mengkondisikan siswa dan
rubrik setiap kolom mewakili aspek-aspek yang lebih lanjut tidak akan terjadi lagi ketegangan,
dinilai atau kinerja yang dievaluasi. Setiap garis ketakutan dan kekhawatiran dalam
menggambarkan karakteristik setiap elemen atau menghadapi UN. Dengan kata lain UN tetap
aspek yang dinilai disertai dengan skala nilai perlu dilaksanakan untuk mengetahui
tentang penguasaan kompetensi atau kinerja. ketercapaian standar kelulusan, dan pemetaan
Penggunaan rubrik untuk penilaian kinerja hasil pendidikan, guna melakukan perbaikan
dapat membantu menentukan kualitas secara nasional.
pekerjaan yang dicapai oleh siswa. Hal lain
yang sangat penting dalam penggunaan rubrik
sebagai instrumen penilaian adalah siswa atau Penutup
temannya dapat menilai sendiri hasil kerjanya
dengan berpedoman pada rubrik. Dengan
Betapapun pentingnya penilaian autentik bagi
demikian melalui rubrik, siswa akan terpacu
peningkatan mutu pendidikan, akan tetapi tetap
untuk bekerja secara optimal, dan pelaksanaan
penilaian akan lebih objektif serta mencer- hanya merupakan konsep dan bahkan slogan,
minkan kemampuan dan kerja siswa. Menurut apabila tidak diterapkan secara konsisten dan
Linn dan Burton yang dikutip oleh Cruickshank berkelanjutan di sekolah. Dalam penerapan
(2005), skala penilaian, daftar cek dan rubrik penilaian autentik di sekolah ini dibutuhkan
merupakan sarana yang efektif untuk guru yang profesional yang menguasai metode
memperbaiki tingkat akurasi dalam menilai penilaian tersebut, menyadari pentingnya
kualitas kinerja, produk dan hasil karya siswa. penilaian autentik dan memiliki komitmen
Dengan demikian jelas penilaian autentik untuk memajukan pendidikan. Oleh karena itu
lebih dapat mengungkapkan hasil belajar siswa perlu peningkatan kesadaran, kemauan dan
secara holistik, sehingga benar-benar dapat kemampuan guru untuk melaksanakan
mencerminkan potensi, kemampuan, dan penilaian autentik dalam meningkatkan hasil
kreativitas siswa sebagai hasil proses belajar. belajar peserta didik.
Selain itu penerapan penilaian autentik akan
dapat mendorong siswa untuk lebih aktif belajar Daftar Pustaka
dan menerapkan hasil belajarnya dalam
kehidupan nyata. Dengan demikian penilaian
autentik dapat meningkatkan mutu pendidikan. Brown, Frederick G. (1983). Principles of ducational
Mengingat pentingnya penilaian autentik, and psychological testing, New York: Holt
baik dalam proses penilaian maupun Rinehart and Einston
peningkatan kualitas pembelajaran, maka Burke, Kay. (2009). How to assess authentic
metode penilaian seperti ini perlu diterapkan learning. California: Corwin A Sage
sebagai sarana untuk memperbaiki proses Company
pembelajaran sekaligus untuk meningkatkan Gronlund, Norman E. (1997). How to make
mutu pendidikan. Adapun penerapan penilai- achievement test and assessments. London:
an autentik ini tentunya tidak langsung Allyn and Bacon
menggantikan posisi penilaian standar yang Gronlund, Norman E. Dan Robert C. Lim. (1995).
selama ini dilakukan, baik oleh guru, sekolah, Measurement and assessments in teaching.
maupun pemerintah, akan tetapi dilakukan New Jersy: Englewood Cliffs
secara komplementer dengan penilaian standar Gulikers, Judith. T.M,. Theo. J. Bastiaens, dan
sesuai dengan kompetensi yang akan dinilai. Paul. A.Kirschner, (2004). A-five-
Secara operasional penerapannya dapat dimensional framwork to authentic
dilakukan dalam tiga tahap. Pada tahap awal, assessment. Etr. Vol. 52. No. 3. 2004
penilaian autentik dapat dilakukan oleh seluruh
Johnson, Elaine B. (2002). Contextual teaching and
pendidik dalam setiap kegiatan pembelajaran,
learning: What is and why it’s here to stay.
kemudian dilanjutkan penilaian sekolah yang
California: Corwin Press, Inc
berupa ujian sekolah, dan pada akhirnya

Jurnal Pendidikan Penabur - No.14/Tahun ke-9/Juni 2010 75


Penerapan Penilaian Autentik

Hargreaves, A, L. Earl, S. Moore, dan S. Manning, Grant Wiggins and Jay McTighe. Santrock,
learning to change-teaching beyond subjects John W. (2007). Psikologi Pendidikan
and standard. California: Jossey Bass Inc, (terjemahan) Jakarta: Kencana
2001 Prenada Media Group
Moon T.R. et al. Development of authentic Smaldino, Sharon E, James D. Russell. Robert
assessments for the middle school classroom, Heinich, dan Michael Molenda. (2005.).
The Journal of Secondary Gifted Instructional technology and media for
Education Vol XVI No.2/3 Winter/ learning. New Jersey: Pearson Merril
Spring, 2005 Prentice Hall inc
Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 19 Tahun Smith, P. L. (1993). Instructional design. New
2005 Tentang Standar Nasional York: Mac milllan
Pendidikan Soedijarto, Benarkah ujian nasional dapat
Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 Standar mempengaruhi peningkatan mutu
Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan pendidikan dan etos kerja?. http//
Menengah. www.kompas.com/Kompas_cetak/
Permendiknas Nomor 23 Tahun 2006 Standar 0502/28Didaktika/1579467/htm
Kompetensi Lulusan untuk Satuan Stevens, Dannelle D. Dan Antonia Jlevi. (2005).
Pendidikan Dasar dan Menengah Introduction to rubrics. Virginia: Stylus
Permendiknas Nomor 20 Tahun 2007 Tentang Publishing
Standar Penilaian Pendidikan Wiggins, Grant dan Jay McTighe. Understanding
Pusat Kurikulum Balitbang Depdiknas, by design. 1998
Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta, Woolffolk, Anita. (2004). Educational psychology.
2002 Boston: Pearson

76 Jurnal Pendidikan Penabur - No.14/Tahun ke-9/Juni 2010


Menghidupkan Kembali Semangat Nasionalisme Soe Hok Gie
Opini

Menghidupkan Kembali Semangat


Nasionalisme Soe Hok Gie

Keke T. Aritonang*)

Abstrak
elakangan ini sering diungkapkan pentingnya pendidikan karakter lebih mendapat tempat

B dalam kurikulum pendidikan melalui metode pembelajaran yang tepat. Berbagai masalah
yang dihadapai oleh bangsa Indonesia dianggap berhubungan langsung dengan gagalnya
sistem pendidikan nasional dalam membentuk karakter bangsa yang didasari oleh nilai-
nilai budaya yang luhur dan bermartabat. Selama ini pendidikan karakater dilakukan melalui
mata pelajaran Pendidikan Agama, PKn, dan Sejarah. Akan tetapi hasilnya belum seperti yang
dikehendaki. Tulisan ini membahas metode pembelajaran pendidikan karakter dengan
menggunakan film sejarah yang menapilkan tokoh yang pantas diteladani, seperti Soe Hok Gie.
Di samping dapat membetuk kepribadian peserta didik, melalui metode ini guru dapat
mengembangkan kemampuan membaca dan menulis peserta didik.

Kata-kata kunci : Nilai-nilai nasionalisme, media film, budaya membaca menulis

Abstract
The importance of character building through education has been emphasized recently due to the facts that
this nation is facing a number of crucial problems in developing the country and the people. In the curriculum
character building is conducted through several subjects: religion education, civics, and history. However, in
real daily life, many students do not perform proper behavior as expected. This article discusses the use of
film as a medium in teaching and learning process to transfer value the students need for character building.
As an example, this article describes how the film on Soe Hok Gie is used to build the students’ character
related to nationalism and tolerance. Besides bulding the students’ character, this method can be used for
improving their reading, and writing skills.

Key words: Nationalism, film media, character building, reading and writing habit.

dimiliki bangsa Indonesia. Adanya perbedaan


Pendahuluan bukan membuat perselisihan tetapi justru dapat
menciptakan kebersamaan (Wijianto, 2007: 13).
Nilai nasionalisme terdapat dalam makna nilai Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia,
Pancasila yaitu nilai persatuan. Menurut nasionalisme adalah(1) ajaran untuk mencintai
Notonagoro bahwa nilai persatuan Indonesia bangsa dan negara sendiri, (2) kesadaran
mengandung makna bersatu dalam kebulatan keanggotaan dalam suatu bangsa yang secara
rakyat untuk membina rasa nasionalisme dalam potensial atau aktual bersama-sama mencapai,
Negara Kesatuan Republik Indonesia. Persatuan mempertahankan, dan mengabadikan inden-
Indonesia sekaligus mengakui dan menghargai titas, integritas, kemakmuran, dan kekuatan
sepenuhnya terhadap keanekaragaman yang bangsa itu serta (3) semangat kebangsaan.

*) Guru SMPK 1 BPK PENABUR Jakarta

Jurnal Pendidikan Penabur - No.14/Tahun ke-9/Juni 2010 77


Menghidupkan Kembali Semangat Nasionalisme Soe Hok Gie

Sayangnya kesadaran setiap individu bangsa ini sehingga rasa sosial terhadap lingkungannya
untuk mengabadikan indentitas, integritas, dan menjadi berkurang.
kemakmuran seperti yang dikatakan di atas Dilihat dari sikap, siswa cenderung
telah pudar, di tengah banyaknya kasus-kasus memiliki tingkah laku yang kurang sopan; siswa
korupsi di negeri ini. tidak ada rasa peduli dengan lingkungannya,
Menurut Tb. Zulrizka Iskandar yang seperti berpapasan dengan guru, siswa lebih
dianggap memiliki nilai-nilai nasionalisme memilih tidak menyapa dengan sopan. Selain
adalah: (1) atlet yang berprestasi internasional, itu, siswa juga melawan guru apabila siswa
(2) pemenang olimpiade keilmuan, (3) bangga melakukan kesalahan dan ditegur atau
dengan barang import, (4) demonstrasi merusak dinasihati oleh guru; siswa lebih memilih
barang negara, (5) demonstrasi di kedutaan asing melawan dengan tidak mengakui perbuatannya.
dengan membakar bendera negara tersebut, (6) Hal ini disebabkan globalisasi menganut
konflik antar elemen bangsa, dan (7) gerakan kebebasan dan keterbukaan sehingga siswa
separatis. (www.mediamax.com). Hal ini dapat bertindak sesuai dengan keinginannya.
menunjukkan bahwa nilai nasionalisme yang Contoh riilnya adalah tawuran antar pelajar
dibawa oleh Pancasila telah kehilangan yang mengganggu ketentraman dan
maknanya. kenyamanan masyarakat.
Menurut Wahyudi Djafar, salah satu faktor Jika pengaruh-pengaruh globalisasi di atas
pudarnya nasionalisme Indonesia, sekaligus dibiarkan, maka nilai-nilai nasionalisme
juga menghilangnya nilai-nilai mulia yang semakin pudar di kalangan siswa. Rasa cinta
dibawa oleh Pancasila adalah gencarnya terhadap budaya bangsa sendiri, rasa peduli
serangan globalisasi. (wahyudidjafar. terhadap sesama akan semakin berkurang dan
wordpress.com category/nasionalisme). moral generasi bangsa menjadi rusak. Padahal
Pengaruh globalisasi mampu menghilangkan generasi muda khususnya siswa adalah
kepribadian diri sebagai bangsa Indonesia penerus masa depan bangsa. Akan sangat buruk
khususnya dikalangan siswa. Hal ini akibatnya jika penerus bangsa tidak memiliki
ditunjukkan dengan gejala-gejala yang muncul nilai-nilai nasionalisme.
dalam kehidupan sehari-hari siswa, seperti dari Apa yang dapat kita lakukan khususnya
cara berpakaian, siswa lebih menyukai memakai bagi seorang guru yang bergerak di bidang
pakaian mengikuti artis yang cenderung ke pendidikan agar siswa kita memiliki nilai-nilai
budaya barat. Mereka menggunakan pakaian nasionalisme? Salah satunya dengan jalan
yang minim bahan yang dapat memperlihatkan menghidupkan kembali semangat nasionalisme
bagian tubuh yang seharusnya tidak kelihatan. sosok Soe Hok Gie. Menurut Jakob Oetama,
Dari gaya rambut, mereka mencat rambut dengan (2009:xiv) sosok Soe Hok Gie menginspirasi
beraneka warna. Siswa sekarang cenderung keringnya keteladanan dan sosok inspiratif.
lebih suka menjadi pribadi lain dengan cara Tidak ada malaikat di dunia, akan tetapi Soe Hok
menutupi identitas dirinya. Tidak banyak siswa Gie nyaris tanpa cacat, dan beberapa tahun
yang mau melestarikan budaya bangsa dengan kemudian dikenal luas juga setelah difilmkan
mengenakan pakaian yang sopan sesuai dengan judul GIE yang disutradarai Riri Riza.
dengan kepribadian bangsa. Di tengah krisis rasa keadilan, hilangnya rasa
Selain itu, teknologi internet merupakan malu dan gencarnya semangat menggugat
teknologi yang memberikan informasi tanpa hukum saat ini, sosok Soe Hok Gie pantas
batas dan dapat diakses oleh siapa saja. Apa ditampilkan. Dilakukan tidak dengan maksud
lagi bagi siswa, internet sudah menjadi mengkultus-individukan, tidak juga
kebutuhan mereka sehari-hari. Mereka menggu- memaksakan, melainkan menawarkan nilai-
nakan internet tidak selalu mengambil nilai keteladanan, utamanya integritas dan
manfaatnya melainkan kadang-kadang kebersihan hati.
menggunakannya pada hal-hal negatif dengan N. Riantiarno (2009 : 299) mengatakan, kita
membuka situs-situs porno atau bermain game tak boleh hanya berdoa saja, agar lahir tokoh-
berjam-jam, sehingga mereka cenderung tidak tokoh seperti Gie. Kita semua harus berupaya
suka membaca buku-buku pengetahuan. Bukan agar lahir pemuda-pemuda yang berpendirian
internet saja, telepon genggam juga merupakan keras serta memiliki sikap patriotik, dibutuhkan
kebutuhan wajib sehari-hari siswa. Dengan sistem pendidikan yang ideal. Sistem
adanya telepon genggam siswa lebih memilih pendidikan harus mampu menggedor
sibuk dengan menggunakan telepon genggam kesadaran bahwa kerja keras adalah pintu
78 Jurnal Pendidikan Penabur - No.14/Tahun ke-9/Juni 2010
Menghidupkan Kembali Semangat Nasionalisme Soe Hok Gie

menunju kemajuan dan belajar adalah kegiatan intelektualnya. Baik siswa yang kurang
seumur hidup. Pendidikan harus memberikan pandai maupun siswa yang pandai akan
ruang seluas-luasnya kepada kekuatan merasakan manfaat darinya, walaupun
imajinasi, memaksimalkan daya fantasi (impian) tingkatannya berbeda.
menuju penciptaan dan penemuan, mendukung 3. Film mengandung banyak keuntungan
berkembangnya kreativitas yang mandiri, ditinjau dari segi pendidikan, antara lain
mendorong keberanian untuk bertanya, mengikat perhatian siswa dan terjadi
menjawab, bicara, menyatakan pendapat dan berbagai asosiasi dalam jiwanya.
bertanggungjawab, mendorong keberanian 4. Film mengatasi pembatasan-pembatasan
untuk mengaku salah dan meminta maaf, dalam jarak dan waktu. Melalui film, hal-
kemudian memperbaiki dan tidak mengulangi hal yang terlalu kecil, terlalu lambat, dapat
kesalahan. Tapi, suasana dan fasilitas harus diamati dengan penglihatan mata.
mendukung dan sistem berjalan secara 5. Film mempertunjukkan suatu subjek dengan
berkesinam-bungan. Ada cek-ricek, ada system perbuatan. Film dapat mendemonstrasikan
reward dan punishment. berbagai hal yang tak mungkin dialami
Soe Hok-gie sejak remaja, nampaknya nyaris secara langsung; misalnya, jatuhnya bom di
sudah memikirkan dan menganalisa permasa- Hirosima, Proklamasi Kemerdekaan RI.
lahan itu, tercermin dalam tulisan-tulisannya Film Gie mampu mengajarkan nilai-nilai
yang berceceran di berbagai media, juga di buku nasionalisme serta menghidupkan kembali
harian. Semangat Hok Gie harus tetap ditiru dan semangat nasionalisme. Film yang berisikan
diteruskan oleh anak-anak zaman sekarang, tentang, sosok Soe Hok Gie seorang pemuda
sehingga siswa juga dapat memiliki semangat keturunan Tionghoa yang hidup di saat
nasionalisme seperti Soe Hok Gie. Berdasarkan Indonesia sedang mengalami perubahan besar.
uraian di atas, tulisan ini menawarkan cara Sejak kecil, Gie telah menunjukkan sifat-sifat
mewariskan kembali nilai-nilai nasionalisme setia kawan, cerdas, suka membaca, dan tidak
yang dimiliki sosok Hok-gie kepada siswa, bisa membiarkan ketidakadilan terjadi di depan
berdasarkan pengalaman penulis yaitu: Ada dua matanya. Hal ini sering menimbulkan situasi
cara sederhana dan mudah dilakukan bagi guru yang menyulitkan baginya. Gie kerap
untuk menghidupkan kembali semangat menuliskan pikiran-pikirannya dalam buku
nasionalisme sosok Soe Hok Gie dan dapat harian dan mengembangkan kegemarannya
segera disosialisasikan, yaitu melalui media film mendaki gunung. Semasa menjadi mahasiswa
dan membudayakan membaca dan menulis di di Universitas Indonesia, Gie tumbuh menjadi
sekolah-sekolah. pribadi yang cerdas dan idealis. Situasi politik
saat itu membuat mahasiswa terbagi atas
beberapa kelompok yang saling bentrok satu
sama lain. Pada bulan September 1965, terjadi
Media Film
peristiwa G-30-S PKI sebagai puncak perten-
tangan antara pihak militer dan Partai Komunis
Menurut Riri Riza, film adalah medium yang
Indonesia. Peristiwa ini diikuti oleh demonstran
dapat dengan efektif menangkap kegelisahan-
besar-besaran yang dilakukan oleh mahasiswa,
kegelisahan manusia. Film mempunyai
jatuhnya Presiden Soekarno dan pembubaran
kemampuan untuk menyatakan realita apa
PKI, yang diikuti dengan pembunuhan massal.
adanya, secara tiga dimensi dengan gambar dan
Gie merasa sangat kecewa. Kegalauannya
suara (Soe Hok Gie, 2005:xxvii). Adapun nilai
dituangkan dalam artikel-artikelnya yang tajam
film menurut Hamalik, 1989:85, sebagai berikut. di media massa. Hal ini membuat rikuh banyak
1. Film, media yang baik guna melengkapi pihak. Gie meninggal pada bulan Desember 1969
pengalaman-pengalaman dasar bagi siswa di puncak Semeru dalam usia yang belia.
untuk membaca, diskusi, konstruk-si, dan Isi film Gie tersebut dapat digunakan oleh
kegiatan belajar lainnya. Film sebagai alat berbagai guru bidang studi, misalnya bahasa
pengganti, tetapi anak-anak merasa turut Indonesia dengan materi menganalisis unsur-
serta di dalamnya, karena ia menginden- unsur intrinsik isi film seperti tema, amanat,
tifikasikan dirinya ke dalam karakter film tokoh, perwatakan, latar tempat kejadian, waktu,
tersebut. suasana, nilai moral yang dapat diteladani,
2. Film memberikan penyajian yang lebih baik mengkaitkan situasi jaman dulu dengan
dan tidak terikat pada kemampuan kehidupan nyata pada jaman sekarang dan lain

Jurnal Pendidikan Penabur - No.14/Tahun ke-9/Juni 2010 79


Menghidupkan Kembali Semangat Nasionalisme Soe Hok Gie

sebagainya. Bidang studi sejarah, dengan materi film dengan membuat lembar kerja yang harus
sejarah jatuhnya orde lama/sejarah pemberon- diisi oleh siswa.
takn G-30 S PKI. Contoh berikut mengkaitkan Lembar kerja ada dua macam: 1) Analisis
film Gie dengan bidang studi Pendidikan perilaku lokal/nasional yang sesuai dan tidak
Kewarganega-raan materi nilai-nilai Pancasila. sesuai dengan nilai dasar Pancasila, lalu di buat
Persiapkan siswa menonton film Gie, kemudian tabel dan contoh hasil dari film Gie tersebut
guru membimbing siswa setelah menyaksikan sebagai berikut.

Tabel 1: Perilaku Lokal/Nasional yang Sesuai dan Tidak Sesuai


dengan Nilai Dasar Pancasila

Nilai Dasar Perilaku Lokal/Nasional Perilaku Lokal/Nasional


Pancasila yang Sesuai yang Tidak Sesuai

Nilai Ketuhanan 1. Bunyi suara azan dan orang-orang 1. Segerombolan massa yang
Yang Maha Esa yang pergi ke Mesjid berkampanye sambil mengibarkan
2. Masyarakat yang merayakan Hari bendera Partai Komunis Indonesia
Raya Idul Fitri (PKI)
2. Hans sahabat Gie yang menjadi
salah satu anggota Partai Komunis
Indonesia (PKI)

Nilai 1. Gie menolong menyebrangkan 1. Tokoh guru yang tidak adil dalam
Kemanusiaan orang yang sudah lanjut usia memberi nilai pada siswanya
yang adil dan 2. Gie tidak tahan melihat 2. Terjadinya pemberontakan G-30-S-
beradab penderitaan rakyat yang memakan PKI dengan diiringi pembunuhan
sisa makanan yang sudah dibuang masal di Pulau Bali, memakan
dalam tong sampah serta korban jiwa sekitar 80 ribu orang
bertindak menolong dengan yang dilakukan oleh pihak militer
memberi sedikit uang

Nilai Persatuan 1. Berbagai kelompok mahasiswa 1. Tokoh pejabat pemerintahan yang


Indonesia dari berbagai daerah untuk hanya mementingkan keluarganya
bersatu turun ke jalan membela saja dengan melakukan korupsi
rakyat 2. Adanya tokoh mahasiswa yang
2. Adanya partai yang dipimpin sebelumnya memikirkan nasib
oleh Prof. Sumitro yang meminta rakyat setelah duduk di kabinet
kepada seluruh patriot Indonesia mementingkan dirinya sendiri
untuk bangkit menggalang dengan membeli mobil mewah dan
kekuatan dan bertindak jalan-jalan ke luar negeri
menyelamatkan bangsa dan
Negara dari jurang malapetaka

Nilai Kerakyatan 1. Gie dan teman-temannya menga- 1. Tidak adanya kesepakatan bersama
yang dipimpin dakan diskusi untuk mengambil dalam rapat sehingga mahasiswa
oleh hikmat keputusan yang tepat untuk saling bentrok
kebijaksanaan mengadakan perlawanan demi 2. Pelanggaran terhadap demokrasi
dalam permu- memperjuangkan nasib rakyat dengan jalan mengambil keputusan
syawaratan 2. Masyarakat di lingkungan sekitar sendiri dengan menaikkan harga-
/perwakilan Gie yang menjaga keamanan harga agar rakyat menjadi gelisah
dengan mengadakan ronda malam

Nilai keadilan 1. Kelompok mahasiswa yang 1. Rakyat yang mengantri minyak


s o s i al b ag i dipimpin oleh Gie memprotes hingga saling dorong-mendorong
seluruh rakyat kepada Menteri untuk 2. Banyaknya Menteri yang
Indonesia memperhatikan rakyat mementingkan dirinya sendiri
2. Tuntutan KAMI yang bertujuan tanpa memikirkan nasib rakyat
agar pemimpin Negara banyak
memikirkan nasib rakyat dengan
cara menurunkan harga-harga

80 Jurnal Pendidikan Penabur - No.14/Tahun ke-9/Juni 2010


Menghidupkan Kembali Semangat Nasionalisme Soe Hok Gie

2) Analisis Sikap Positif Terhadap Pancasila dan contoh hasil dari film Gie tersebut
Tokoh Soe Hok Gie, lalu kita buat tabelnya seperti berikut.

Tabel 2: Sikap Positif terhadap Pancasila Tokoh Soe Hok Gie

Aspek Nilai-Nilai
Contoh Sikap Positif
Nasionalisme

Mentaati norma-norma 1. Gie memprotes gurunya yang telah berlaku tidak adil pada dirinya
yang berlaku dengan mengurangi nilainya sementara keponakan si guru
mendapatkan nilai bagus.
2. Gie tidak mau melakukan tindakan yang melanggar norma-norma
budaya Timur. Gie menolak ketika temannya menawarkan rokok,
minuman keras, dan perempuan Tuna Susila.
3. Gie selalu menunjukkan kesopanannya ketika berkunjung ke rumah
teman wanitanya. Gie menghormati wanita.

Mengutamakan 1. Gie selalu menolong orang lain dari kesulitan, seperti ketika
kepentingan bangsa sahabatnya Hans dipukuli tantenya, Gie menyuruh temannya itu
dan Negara untuk tinggal di rumahnya. Ketika seorang laki-laki memakan sisa
mangga dari tempat sampah Gie memberi sisa uang jajannya.
2. Gie menentang para pemimpin, pejabat pemerintah, atau partai
politik yang mengutamakan kepentingan dirinya sendiri atau
golongannya.
3. Gie tidak mau terlibat dalam partai politik yang hanya mementing
kan golongannya saja ketika dia diajak oleh temannya untuk menjadi
salah satu anggota PMKRI.

Menjaga persatuan 1. Gie dalam diskusi mengatakan tidak menginginkan adanya


dan kesatuan bangsa perpecahan dalam kampus.
2. Gie dan teman-temannya dari berbagai universitas bergabung
bersama dalam demonstrasi menentang kebijakan pemerintah yang
menaikkan harga-harga.
3. Gie tidak setuju adanya berbagai partai yang masuk kampus yang
akhirnya memecahkan persatuan antar mahasiswa.

Mengawasi 1. Gie tidak setuju dengan Soekarno yang memihak pada PKI
penyelenggaraan 2. Gie selalu memprotes melalui tulisan-tulisannya kepada pemerintah
Negara dalam yang mempermaikan kekuasaan politik.
menjalankan 3. Gie menginginkan terjadinya perubahan dalam negeri yaitu
pemerintahan pemerintahan yang bersih dari korupsi, yang mengutamakan
kepentingan rakyat.

Melawan berbagai 1. Gie menolak ketika sahabatnya Hans mengajak untuk bergabung
ancaman baik dari dalam Partai Komunis Indonesia (PKI).
dalam maupun dari 2. Gie akhirnya bergabung dalam partai Revosioner yang dipimpin
luar yang merongrong oleh Prof. Sumitro demi menyelamatkan bangsa Indonesia yang
ideologi bangsa pemimpinnya tidak lagi menjalankan Negara ini sesuai dengan
Pancasila.
3. Gie berusaha menolong sahabatnya Hans untuk keluar dari Partai
Komunis Indonesia yang dapat membahayakan Negara Indonesia.

Mengakui dan 1. Gie mencintai tanah air dengan keindahaan alamnya dengan
menghargai seringnya dia mendaki gunung, bahkan meninggal di puncak
keanekaragaman Gunung Semeru.
bangsa 2. Gie senang menyaksikan kesenian daerah yaitu menonton pagelaran
wayang.
3. Gie menghormati Hari Raya Idul Fitri dengan pulang ke rumah
tidak melakukan aktifitas.

Jurnal Pendidikan Penabur - No.14/Tahun ke-9/Juni 2010 81


Menghidupkan Kembali Semangat Nasionalisme Soe Hok Gie

Untuk mengetahui seberapa jauh nilai-nilai sikap, guru membuat instrumen nilai-nilai
nasionalisme yang tertanam pada siswa setelah nasionalisme, sebagai berikut.
menonton dan menganalisa film tersebut, guru
dapat membuat lembar kuesioner yang berisikan Instrumen Nilai-nilai Nasionalisme
skala sikap nilai-nilai nasionalisme dan a) Definisi Konseptual
disebarkan kepada para siswa. Skala sikap Nilai-nilai nasionalisme adalah kesadaran
tersebut dibuat berdasarkan Pedoman Umum individu dalam suatu bangsa yang secara
Pendidikan Budi Pekerti pada jenjang potensial atau aktual bersama-sama
Pendidikan Dasar dan Menengah Buku I, mencapai, mempertahankan, dan mengaba-
Departemen Pendidikan Nasional, halaman 18. dikan identitas, integritas, kemakmuran,
Dalam buku tersebut terdapat nilai-nilai dan kekuatan bangsa itu; semangat
nasionalisme. Sebelum menyusun 50 pernyataan kebangsaan.

Tabel 3: Kisi-kisi Nilai-nilai Nasionalisme

No. Nilai-nilai Indikator No. butir Jumlah

1 Patriotik a. Mencintai tanah air dan bangsa, bangga berbangsa dan 1, 2, 3, 4 4


bernegara Indonesia
b. Membiasakan melakukan pekerjaan-pekerjaan secara 5, 6 2
ikhlas untuk kemajuan dan kejayaan bangsa dan
Negara
c. Berani mengemukakan kebenaran dan keadilan 7, 8, 9 3
walaupun akibatnya kurang mengenakkan bagi dirinya

2. Rela a. Mengutamakan kepentingan bersama daripada 10, 11, 12 3


Berkorban kepentingan diri sendiri
b. Berupaya menghindari sikap egois, apatis, dan masa 13, 14, 15 3
bo d o h
c. Memberikan sesuatu yang dimilikinya untuk 16, 17, 18 3
membantu orang lain
d. Mempunyai kesetiaan terhadap bangsa dan Negara 19, 20, 21 3
dengan memberi perhatian pada kepentingan umum

3. Adil a. Membagi tugas sesuai dengan kemampuan masing- 22, 23, 24 3


masing
b. Bila harus mengambil keputusan, tidak berat sebelah 25, 26, 27 3

4. Pengabdian a. Menyediakan diri untuk membantu orang lain 28, 29, 30 3


b. Merasa terpanggil untuk berbuat sesuatu bila melihat 31, 32, 33 3
ada yang kurang sesuai

5. R as a a. Turut melestarikan dan mengembangkan budaya 34, 35, 36 3


Memiliki bangsa sendiri
b. Turut bertanggung jawab menjaga sesuatu milik 37, 38, 39 3
bersama yang ada di lingkungan sekolah dan di sekitar
pergaulannya
c. Menghindari perbuatan yang sifatnya merusak 40, 41, 42 3
keindahan

6. Setia pada a. Menepati janji untuk mendukung kegiatan masyarakat 43, 44 2


Negara di sekitarnya
b. Tidak ingkar janji terhadap sesuatu yang telah 45, 46 2
diucapkan
c. Berpegang teguh pada pendirian yang sudah teruji 47, 48 2
kebenarannya
d. Melaksanakan apa yang telah menjadi tugas dan 49, 50 2
kewajibannya

82 Jurnal Pendidikan Penabur - No.14/Tahun ke-9/Juni 2010


Menghidupkan Kembali Semangat Nasionalisme Soe Hok Gie

b) Definisi Operasional Setelah guru membuat instrumen nilai-nilai


Nilai-nilai nasionalisme adalah persepsi nasionalisme, kemudian guru menyusun
siswa terhadap kesadaran individu dalam kelima puluh pernyataan angket sikap nilai-
suatu bangsa yang secara potensial atau nilai nasionalisme berdasarkan kisi-kisi pada
aktual bersama-sama mencapai, memperta- tabel 3. Contoh pernyataan lihat pada tabel 4.
hankan, dan mengabadikan identitas,
integritas, kemakmuran, dan kekuatan Petunjuk Tabel 4
bangsa itu; semangat kebangsaan yang Siswa diminta menilai setiap pernyataan di
diperoleh melalui skor pengukuran dari bawah ini dengan mencentang salah satu di
hasil penyebaran angket yang disusun antaranya.Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Netral
berdasarkan skala sikap. (N), Tidak Setuju (TS), atau Sangat Tidak Setuju
c) Kisi-kisi, dapat dilihat pada tabel 3. (STS).

Tabel 4: 50 Pernyataan Skala Sikap Nilai-nilai Nasionalisme

No Pernyataan SS S N TS ST S

1. Ingin mengetahui sejarah Indonesia dengan jalan membaca


buku-buku sejarah salah satu bukti mencintai tanah air seperti
yang dilakukan tokoh Soe Hok Gie

2. Mengganti nama Cina menjadi nama Indonesia salah satu bukti


bangga berbangsa dan bernegara Indonesia

3. Saya bangga dengan menggunakan barang-barang buatan dalam


negeri

4. Saya tidak senang menggunakan barang-barang buatan dalam


negeri

5. Berjuang dalam Olimpiade Fisika merupakan salah satu wujud


memajukan bangsa Indonesia

6 Saya tidak perlu bersusah payah dalam belajar demi


memajukan bangsa Indonesia karena Indonesia sudah merdeka

7. Saya tidak senang melihat pimpinan negara dan pemerintahan


yang hanya mementingkan diri sendiri atau kelompoknya

8. Saya memprotes melalui tulisan terhadap pimpinan negara dan


pemerintah yang hanya mementingkan diri sendiri atau
kelompoknya

9. Saya tidak berani untuk mengemukakan kebenaran di depan


orang yang melakukan kesalahan

10. Pemimpin yang benar adalah seseorang yang mengutamakan


kepentingan orang banyak

11. Saya lebih mengutamakan kewajiban daripada hak

12. Saya lebih mengutamakan hak-hak saya daripada kewajiban

13. Saya sedih melihat orang-orang yang terkena bencana alam

14. Saya akan berusaha menolong teman yang dalam keadaan


butuh pertolongan

15. Saya tidak peduli dengan orang lain yang terkena bencana alam

Jurnal Pendidikan Penabur - No.14/Tahun ke-9/Juni 2010 83


Menghidupkan Kembali Semangat Nasionalisme Soe Hok Gie

No Pernyataan SS S N TS ST S

16. Saya rela dimarahi oleh keluarga saya karena turut campur
dengan masalah yang dihadapi teman saya

17. Saya rela memberikan uang jajan saya kepada pengemis

18. Saya tidak rela memberikan sumbangan untuk korban bencana


al am

19. Saya rela berjuang demi mempertahankan Negara RI dari


bahaya komunis

20. Jika saya menjadi pemimpin saya akan berjuang untuk lebih
mengutamakan kepentingan rakyat

21. Ilmu yang saya dapatkan akan saya terapkan demi kepentingan
diri saya sendiri

22. Jika menjadi pemimpin, saya akan berusaha membagi tugas


sesuai dengan kemampuan masing-masing anak buah saya

23. Saya akan berusaha untuk tidak membedakan antara teman


yang tidak pandai dengan teman yang pandai

24. Saya akan berteman dengan teman yang pandai saja

25. Jika menjadi jaksa saya akan berusaha mengambil keputusan


yang tidak berat sebelah

26. Keputusan-keputusan yang saya ambil harus sesuai dengan


hukum yang berlaku

27. Saya akan membela orang yang memberi uang banyak pada
s ay a

28. Jika besar nanti, saya akan bekerja untuk membantu keluarga
dan orang yang membutuhkan pertolongan

29. Saya berusaha belajar semaksimal mungkin agar ilmu yang saya
dapatkan berguna untuk bangsa Indonesia

30. Saya bersedia membantu orang lain apabila orang itu baik pada
s ay a

31. Saya merasa gelisah melihat pejabat yang korupsi

32. Jika menjadi pejabat, saya akan berusaha untuk tidak


melakukan KKN (Korupsi, Kolusi, Nepotisme)

33. Saya tidak peduli dengan oknum pemerintah yang melakukan


praktek KKN

34. Saya lebih mencintai budaya timur daripada budaya barat

35. Budaya timur dengan keanekaragamannya perlu kita lestarikan


dan kembangkan

84 Jurnal Pendidikan Penabur - No.14/Tahun ke-9/Juni 2010


Menghidupkan Kembali Semangat Nasionalisme Soe Hok Gie

No Pernyataan SS S N TS ST S

36. Budaya timur jauh ketinggalan dari budaya barat.

37. Menemukan barang-barang peninggalan kuno dan


mengembalikannya pada Negara merupakan tanggung jawab
setiap warga Negara.

38. Candi Borobudur sebagai salah satu kebanggaan bangsa


Indonesia patut dilindungi dari orang-orang yang tidak
bertanggung jawab.

39. Merusak barang-barang milik sekolah merupakan tindakan yang


b i as a.

40. Menjaga kebersihan lingkungan sekolah merupakan kewajiban


siswa.

41 . Saya berusaha tidak membuang sampah sembarangan.

42 . Saya tidak peduli dengan sampah yang ada di sekitar saya.

43 . Mengikuti upacara bendera dengan tertib merupakan salah satu


bentuk kesetiaan pada Negara.

44. Saya tidak suka mengikuti perayaan 17 Agustus di lingkungan


tempat tinggal saya karena hanya membuang waktu.

45. Saya berusaha untuk mengamalkan nilai-nilai Pancasila yang


sering saya ucapkan setiap upacara bendera.

46 . Nilai-nilai Pancasila hanya perlu diucapkan saja pada saat


upacara bendera tanpa perlu diterapkan dalam kehidupan
sehari-hari.

47. UUD 1945 dijadikan sebagai landasan konstitusional dalam


menuju Negara yang adil dan makmur sudah teruji
kebenarannya.

48. UUD 1945 tidak perlu digunakan lagi karena sudah ketinggalan
zaman.

49 . Wajib membela Negara merupakan salah satu bentuk setia pada


Negara.

50. Bentuk kesetiaan pada Negara dengan jalan membakar bendera


Negara lain.

Guru membagikan kuesioner yang telah dibuat atau aktual bersama-sama mencapai, memperta-
kepada siswa;kuesioner tersebut berisikan 50 hankan, dan mengabadikan identitas, integritas,
pernyataan sikap tentang nilai-nilai nasionalis- kemakmuran, dan kekuatan bangsa itu;
me seperti pada tabel 4. Sebelum siswa mencen- semangat kebangsaan; ajaran untuk mencintai
tang kuesioner tersebut, guru menjelaskan apa bangsa dan Negara sendiri. Adapun nilai-nilai
yang dimaksud dengan nilai nasionalisme. nasionalisme tersebut adalah sebagai berikut.
Nasionalisme adalah : kesadaran keanggo- a. Nilai Patriotik dengan nomor pernyataan 1
taan dalam suatu bangsa yang secara potensial sampai dengan 9.

Jurnal Pendidikan Penabur - No.14/Tahun ke-9/Juni 2010 85


Menghidupkan Kembali Semangat Nasionalisme Soe Hok Gie

b. Nilai Rela Berkorban dengan nomor Adapun kriteria interprestasi skor tersebut
pernyataan 10 sampai dengan 21 sebagai berikut (gambar 2).
c. Nilai Adil dengan
nomor pernyataan 0 20% 40% 60% 80% 100%
22 sampai dengan
27
d. Nilai Pengabdi-
Sangat lemah Lemah Cukup Kuat Sangat Kuat
andengan nomor
pernyataan 28 Gambar 2: Hasil Skala Sikap Nilai-Nilai Nasionalisme
sampai dengan 33
e. Nilai Rasa Memili-
ki dengan nomor pernyataan 34 sampai Keterangan : Kriteria Interprestasi Skor
dengan 42 Angka 0% - 20% = Sangat Lemah
f. Nilai Setia Pada Negara dengan nomor Angka 20% - 40% = Lemah
pernyataan 43 sampai dengan 50 Angka 41% - 60% = Cukup
Angka 61% - 80% = Kuat
Siswa mengerjakan kuesioner tersebut Angka 81% - 100% = Sangat Kuat
dengan cara mencentang jawaban sangat setuju,
setuju, netral, tidak setuju, atau sangat tidak Tidak terlepas dari mengisi kuesioner saja, guru
setuju. tetap mengontrol sikap-sikap siswa dalam
Setelah semua siswa selesai mengerjakan berperilaku yang mulai melenceng ketika dia
kuesioner, guru mengumpulkan hasil kuesioner berada di sekolah.
dan memberikan kesimpulan dari hasil jawaban
lembar kerja pertama dan kedua serta
memberikan motivasi pada siswa bahwa nilai- Menumbuhkan Budaya Membaca
nilai nasionalisme harus dilakukan dalam dan Menulis di Sekolah
kehidupan sehari-hari siswa.
Untuk mengetahui hasil skala sikap nilai-nilai Hal kedua yang dapat kita lakukan untuk
nasionalisme terletak pada daerah sangat setuju menghidupkan kembali semangat Nasionalisme
(SS), setuju (S), netral (N), tidak setuju (TS), atau sosok Soe Hok Gie adalah menumbuhkan
sangat tidak setuju (STS) pada setiap jawaban budaya membaca dan menulis di sekolah-
pernyataan adalah : Jumlah skor tertinggi dan sekolah. Gie sosok yang suka membaca dan
skor rendah pada kriteria nilai pernyataan X menulis, sejak usia 15 tahun telah menulis
jumlah responden. catatan harian hingga menjelang kematiannya.
Contohnya jika jumlah respondennya 138 siswa, Nilai-nilai Nasionalisme yang ada pada sosok
maka hasilnya adalah: Gie lahir dan tumbuh ketika ia melahap berbagai
Jumlah skor tertinggi = 5 X 138 = 690 (SS) macam jenis buku-buku hasil karya pujangga
Jumlah skor rendah = 1 X 138 = 138 (STS) terbaik dunia mulai dari Albert Camus sampai
Secara kontinum dapat dilihat sebagai berikut. Pramoedya Ananta Toer, surat kabar kritis
seperti Indonesia Raya dan Pedoman pun menjadi
0 138 276 414 552 690 sarapan paginya yang menurut Prof DR DER
SOZ Gumilar (2009:xvii) menempa sikap
independen dan kecintaan Gie pada bangsa dan
STS TS N S SS Negara.
Kita telah mengetahui bahwa membaca dan
Gambar 1: Skala Sikap Nilai-nilai Nasionalisme
menulis adalah dua dari empat keterampilan
berbahasa yang terdapat dalam kurikulum di
Sedangkan untuk mengetahui hasil skala sikap sekolah. Kedua keterampilan ini memegang
nilai-nilai nasionalisme tergolong sangat lemah, peranan penting dalam dunia pendidikan,
lemah, cukup, kuat, atau sangat kuat pada setiap karena membaca merupakan sumber informasi
pernyataan digunakan rumus :

Persentasi = Hasil Penjumlahan dari Alternatif Jawaban Responden X 100%


Jumlah Skor Tertinggi

86 Jurnal Pendidikan Penabur - No.14/Tahun ke-9/Juni 2010


Menghidupkan Kembali Semangat Nasionalisme Soe Hok Gie

dan ilmu pengetahuan sedangkan keterampilan bahasa Indonesia tetapi tidak mengambil
menulis menurut Morsey sangat dibutuhkan jam pelajaran tersebut. Guru dapat
dalam kehidupan modern saat ini, sebab ciri dari membuat jadwal materi bahan bacaan yang
orang terpelajar atau bangsa yang terpelajar akan dibaca oleh siswa, minimal satu buku
adalah apabila orang tersebut trampil dalam dalam satu minggu sudah selesai dibaca
menulis. Membaca dan menulis diperoleh ketika oleh siswa dan siswa wajib menuliskan
anak memasuki dunia pendidikan, yaitu di laporan buku tersebut, guru juga wajib
sekolah. Sekolah sebagai landasan untuk memberikan nilai . Hendaknya buku-buku
membimbing dan membina siswa untuk trampil yang akan dibaca oleh siswa adalah buku-
membaca dan menulis agar mencapai suatu buku yang bermanfaat, dapat menginspirasi
tujuan pendidikan dan memberi pengetahuan siswa kearah yang lebih baik, dan menam-
dasar kepada siswa ke studi mandiri. bah pengetahuan siswa. Buku-buku
Kita tahu banyak sekali faktor penghambat tersebut pun harus tersedia di perpustakaan
dalam upaya menumbuhkan budaya membaca sekolah, supaya siswa mudah mendapat-
dan menulis. Faktor-faktor penghambat tersebut kannya.
antara lain: (1) kurang seriusnya lembaga Selain siswa diwajibkan untuk membaca
pendidikan, masyarakat, organisasi-organisasi buku, guru juga hendaknya membaca buku
dalam menangani, mengolah, membina, dan dan dapat menceritakan isi buku misalnya,
mengembangkan perpustakaan, (2) kurangnya kisah kehidupan tokoh-tokoh legendaris
intensif pengajaran bahasa Indonesia terutama atau tokoh-tokoh penemu ilmu pengeta-
dalam pelajaran membaca dan menulis, dan (3) huan. Dari kehidupan tokohnya dapat
kurangnya orangtua untuk memberikan diperoleh teladan tentang kegigihan
semacam teladan membaca dan menyediakan membela kebenaran, kesederhanaan,
buku-buku yang bermutu pada anaknya. Faktor kesetiaan, kerja keras, dan kejujuran sehing-
paling dominan adalah tidak adanya kesadaran ga siswa termotivasi untuk melakukan hal
akan pentingnya membaca dan menulis. Hal ini yang baik.
disebabkan banyaknya acara di TV yang 3) Adanya ekstrakurikuler membaca dan
menampilkan sinetron khusus remaja, semakin menulis di sekolah. Siswa yang gemar
canggihnya teknologi: Handphone, internet, game membaca dan menulis dapat tersalurkan
on line, facebook dan jejaring sosial lainnya, serta hobinya disini. Selain itu dapat juga
bertebarannya Mall di mana-mana khususnya membentuk komunitas membaca dan
di kota-kota besar. Anak lebih suka berjam-jam menulis di sekolah sehingga terjalin tukar-
menghabiskan waktunya di depan TV, Hp, menukar informasi tentang bacaan baru
komputer, dan berkunjung ke Mal daripada serta tukar-menukar buku.
membaca dan menulis. Program ekstrakurikuler (ekskul) membaca
Upaya yang dapat dilakukan agar sosok Soe dan menulis di SMPK 1 dibuka pertama kali
Hok Gie yang sadar akan pentingnya membaca pada tahun pelajaran 2006 – 2007 ketika
dan menulis itu dapat tertular pada siswa disebarkan angket pilihan ekskul pada siswa
dengan cara sederhana dan mudah dilakukan kelas 8 tidak banyak siswa yang memilih ekskul
yaitu sebagai berikut. menulis, hanya 11 siswa. Pada tahun pelajaran
1) Mewajibkan siswa memiliki buku harian 2007 – 2008 sebanyak 13 siswa, pada tahun
yang harus diisi oleh siswa setiap harinya. pelajaran 2008 – 2009 bertambah menjadi 17
Kemudian guru wajib memeriksa buku siswa, dan tahun pelajaran 2009 – 2010 ini
harian tersebut satu atau dua minggu sekali. berkurang drastis menjadi 6 siswa. Upaya yang
Tanyakan pada siswa apakah catatan dilakukan agar peserta ekskul yang sedikit
tersebut boleh dibaca. Jika siswa mengata- tersebut benar-benar memiliki kualitas dalam
kan tidak, cukup guru melihat sekilas bidang menulis adalah sebagai berikut.
tanggal-tanggal dia mencatat. Guru dapat a. Membuat program kegiatan ekstrakuri-
memberikan nilai tambahan bagi siswa kuler menulis
yang rutin menulis. Pemeriksa buku harian Program kegiatan ekstrakurikuler
tersebut dapat dilakukan oleh wali kelas menulis dibuat dalam satu tahun
atau guru bidang studi bahasa Indonesia. pelajaran yang berisikan kegiatan-
2) Adanya jam perpustakaan minimal 1 jam kegiatan dan keterangan (prioritas,
pelajaran dalam satu minggu. Jam perpusta- frekuensi, intensitas), seperti tabel
kaan ini dimasukkan dalam pelajaran berikut.
Jurnal Pendidikan Penabur - No.14/Tahun ke-9/Juni 2010 87
Menghidupkan Kembali Semangat Nasionalisme Soe Hok Gie

Tabel 5: Program Kegiatan Ekstrakurikuler Menulis Tahun Pelajaran 2007 - 2008

No Kegiatan Keterangan (Prioritas, Frekuensi, Intensitas)

1. Melaksanakan kegiatan menulis di sekolah 1 x pertemuan dalam seminggu setiap Selasa


waktu 90 menit

2. Wajib mengisi buku harian setiap hari di Setiap 2 x pertemuan dalam seminggu pelatih
rumah memeriksa apakah buku harian itu rutin ditulis

3. Membuat berita kegiatan sekolah, yaitu: Wajib untuk setiap peserta ekstra kurikuler
a. Masa Orientasi Siswa (MOS) menulis
b. Outbound siswa kelas 7 Berita yang baik dimuat di majalah dinding
c. Perayaan 17 Agustus s e k o l ah
d. Perayaan Natal dan Paskah
e. Baksos Natal dan Paskah
f. Open Sc hool

4. Membuat laporan retreat Siswa kelas 8 peserta ekskurlsetelah mengikuti


kegiatan retreat

5. Mengikuti berbagai lomba penulisan Di sekolah, tingkat BPK PENABUR, tingkat DKI,
seperti cerpen, puisi, karya tulis ilmiah dan tingkat Nasional

6. Mengadakan seminar/workshop menulis Rencana Januari 2008


yang diadakan di sekolah

7. Mengikuti seminar/workshop di luar 1 x dalam setahun


s e k o l ah j i k a ad a

8. Memuat hasil-hasil tulisan siswa dalam: 1 x setahun rencana terbit bulan Juni 2008
a. Jurnal menulis SMPK 1 BPK setiap ada kegiatan sekolah minimal 1 x dalam
PENABUR Jakarta s e b u l an
b. Majalah dinding sekolah 2 x dalam setahun
c. Tabloid BPK PENABUR
Jakarta

9. Menerbitkan hasil tulisan siswa dalam 1 x dalam setahun rencana diterbitkan tahun 2009
bentuk buku

b. Membuat program belajar ekstrakuri- materi, tujuan yang diharapkan, target


kuler Menulis yang akan dicapai dalam materi
Program belajar ini dibuat sama seperti tersebut, alokasi waktu yang diperlukan
silabus mata pelajaran sekolah, dalam membahas materi tersebut, dan
berisikan jenis tulisan yang akan sumber bahan/alat dalam menunjang
diajarkan, materi-materi pembelajaran, materi tersebut, seperti berikut.
kegiatan yang akan dilakukan sesuai

88 Jurnal Pendidikan Penabur - No.14/Tahun ke-9/Juni 2010


Menghidupkan Kembali Semangat Nasionalisme Soe Hok Gie

Tabel 6. Program Belajar Ekstrakurikuler Menulis Tahun Pelajaran 2007 - 2008


Kelas/Semester: 8/1 dan 2

Sumber
Jenis Kegiatan Alokasi
Materi Pembelajaran Tujuan B ah an / -
Tulisan Pembelajaran Waktu
Alat

Pengala- - Pengarahan Setelah dijelaskan cara Siswa dapat 2xpertemu- Contoh


man tentang materi menulis pengalaman menulis peng- an tulisan
Pribadi ekskul menulis pribadi siswa : alaman yang pengala-
- Cara menulis peng- - menuliskan penga- tidak menye- man
alaman pribadi laman tidak menye- nangkan dan pribadi
- Gaya bahasa yang nangkan yang pernah menghasilkan dari
digunakan dalam dialami satu karya koran
menulis pengala- - mempersentasikan tulisan peng-
man pribadi tulisan tulisan yang alaman
- Contoh tulisan d i b u at pribadi yang
pengalaman - sharing hasil tidak menye-
pribadi presentasi nangkan
- memperbaiki tulisan

Berita Teori berita Setelah dijelaskan Siswa dapat 4 x perte- Teknik


- Pengertian berita tentang teori berita menulis berita muan Jurnalis
- Rumus penulisan siswa: dan meng- tik :
berita - menulis berita: - hasilkan dua Patmona
- Langkah-langkah Perayaan 17 dan berita. Berita S
menulis berita open sc hool terbaik akan
- Contoh berita - mempersentasikan dikirim ke Berba-
berita yang telah tabloid BPK gai Kete
ditulis PENABUR rampilan
- mensharingkan Jakarta Menu-
hasil tulisan l i s : K e ke
- memperbaiki T .A
tulisan

Wawanca- Teori wawancara: Setelah dijelaskan Siswa dapat: 4 x perte- Teknik


ra - Pengertian mengenai teori Berwawancara muan Jurnalist-
wawancara wawancara siswa: d an ik :
- Bagaimana cara - membuat pertanya menuliskan Patmona
menyusun perta- an wawancara hasil S
nyaan wawancara - praktek wawancara wawancara
- Bagaimana cara pada orang-orang
melakukan yang ada disekitar
wawancara lingkungan SMPK 1
- menuliskan hasil
wawancara dalam
bentuk paragrap
- mempersentasikan
hasil tulisan
wawancara
- mensharingkan
hasil tulisan
- memperbaiki
tulisan

Jurnal Pendidikan Penabur - No.14/Tahun ke-9/Juni 2010 89


Menghidupkan Kembali Semangat Nasionalisme Soe Hok Gie

Sumber
Jenis Kegiatan Alokasi
Materi Pembelajaran Tujuan B ah an / -
Tulisan Pembelajaran Waktu
Alat

Cerpen Teori cerpen: Setelah dijelaskan Siswa dapat 5x Menulis


- Pengertian cerpen tentang teori cerpen menulis pertemuan secara
- Unsur-unsur cerpen siswa: cerpen dan Pop uler
- Langkah-langkah - menuliskan cerpen menghasilkan karya :
membuat cerpen dengan tema: ibu, sebanyak 3 Ismail
- Contoh cerpen teman, atau men- cerpen Marahi-
cari tema berdasar- min
kan buku harian
- mempersentasikan
cerpen yang telah
ditulis
- mensharingkan
hasil tulisan
- memperbaiki tulisan

Laporan Teori laporan: Setelah dijelaskan Siswa dapat 3x Aneka


- Pengertian laporan teori menulis laporan menulis pertemuan Surat
- Jenis-jenis laporan siswa : laporan dan Statuta,
- Sistematika laporan - menulis laporan menghasilkan Laporan,
- Contoh laporan hasil retreat satu laporan d an
- mempersentasikan Notula
laporan yang ditulis karya:
- mensharingkan hasil Lamudd-
tulisan in Finoza
- memperbaiki tulisan

Puisi baru Teori puisi: Setelah dijelaskan Siswa dapat 3x Ikhtisar


- Pengertian puisi teori siswa : menulis puisi pertemuan Sastra
baru - menulis puisi dengan d an Indonesi-
-Unsur-unsur tema "Lingkungan menghasilkan a karya :
intrinsik puisi Sekolah" beberapa Supratm-
-Langkah-langkah - mempersentasikan p u i si . an
menulis puisi puisi yang ditulis
- sharing hasil
tulisan
- memperbaiki tulisan

Deskripsi Teori deskripsi: Setelah dijelaskan Siswa dapat 4x Menulis


-Pengertian deskripsi tentang teori deskripsi menulis cerita pertemuan secara
-Ciri/karakteristik siswa : dalam bentuk Pop uler
deskripsi - menuliskan berba- deskripsi dan karya :
-Pola pengembangan gai cerita dalam menghasilkan Ismail
deskripsi bentuk deskripsi dua karya Marahi-
-Kerangka tulisan dengan tema yang tulisan min
deskripsi telah ditentukan deskripsi
-Contoh tulisan yaitu: Kamar pribadi Teknik
deskripsi dan SMPK 1 Jurnalist-
- mempersentasikan ik :
hasil tulisan Patmona
- mensharingkan hasil S
tulisan
- memperbaiki tulisan

90 Jurnal Pendidikan Penabur - No.14/Tahun ke-9/Juni 2010


Menghidupkan Kembali Semangat Nasionalisme Soe Hok Gie

Sumber
Jenis Kegiatan Alokasi
Materi Pembelajaran Tujuan B ah an / -
Tulisan Pembelajaran Waktu
Alat

E s s ai Teori essai : Setelah dijelaskan Siswa dapat 7x Menulis


cerita - Pengertian essai tentang teori essai menulis cerita pertemuan secara
cerita siswa: dalam bentuk Pop uler
- Ciri/karakteristik - menuliskan berbagai e s s ai d an karya :
e s s ai cerita dalam bentuk menghasilkan Ismail
- Pola pengembangan essai dengan tema tiga karya Marahi-
essai cerita yang telah ditentu- tulisan essai min
- Kerangka karangan kan: kejadian yang cerita
e s s ai pernah dialami, guru Teknik
- Contoh karangan yang menyenangkan, Jurnalis--
e s s ai dan sahabat yang tik :
menyenangkan Patmona
- mempresentasikan S
hasil tulisan
- mensharingkan hasil
tulisan
- Memperbaiki tulisan

a. Membuat jadwal belajar ekstrakuriku- teratur. Jadwal belajar berisikan waktu


ler Menulis belajar, jenis tulisan yang akan dilatih,
Jadwal belajar disusun berdasarkan materi sesuai dengan jenis tulisan, dan
program belajar yang telah direnca- metode yang cocok digunakan dalam
nakan dengan tujuan rencana belajar menyampaikan materi tulisan tersebut,
tersebut dapat berjalan dengan baik dan seperti berikut ini.

Tabel 7. Jadwal Belajar Ekstrakurikuler Menulis Tahun Pelajaran 2007 - 2008


Kelas/Semester: 8/1

No. T an g g al Jenis Tulisan Materi Metode

1. 7-8-2007 Pengalaman Pengarahan materi Sharing


Pribadi Menulis pengalaman tidak menyenangkan yang Latihan
pernah dialami
Judul bebas

2. 14-8-2007 Berita Teori Berita: Ceramah


a. pengertian berita rumus berita dan sharing
b. langkah-langkah menulis berita
c. contoh berita

3. 21-8-2007 Berita Menulis berita tentang perayaan 17 Agustus Latihan


SMPK 1 BPK PENABUR Jakarta

4. 28-8-2007 Berita Presentasi berita yang telah ditulis Sharing

5. 4-9-2007 Wawancara Teori wawancara: Ceramah


a. bagaimana cara menyusun pertanyaan dan sharing
wawancara?
b. bagaimana cara melakukan wawancara?

Jurnal Pendidikan Penabur - No.14/Tahun ke-9/Juni 2010 91


Menghidupkan Kembali Semangat Nasionalisme Soe Hok Gie

No. T an g g al Jenis Tulisan Materi Metode

6. 11-9-2007 Wawancara Praktek wawancara kepada orang-orang yang ada Praktek


di sekitar lingkungan SMPK 1 BPK PENABUR Anak bebas
memilih
orang yang
akan diwa-
wancarai

7. 18-9-2007 Wawancara Menuliskan hasil wawancara dalam bentuk Latihan


paragrap

8. 25-9-2007 Wawancara Presentasi tulisan hasil wawancara Memperbaiki Sharing


hasil tulisan

9. 2-10-2007 Cerpen Teori cerpen: Ceramah


a. pengertian cerpen dan sharing
b. unsur-unsur intrinsik cerpen
c. langkah-langkah membuat cerpen
d. contoh cerpen

10. 9-10-2007 Cerpen Menulis cerpen Latihan


Tema: ibu judul bebas

11. 16-10-2007 Cerpen Menulis cerpen Latihan


Tema : teman judul bebas

12. 23-10-2007 Cerpen Presentasi tulisan cerpen Sharing

13. 30-10-2007 Cerpen Menulis cerpen berdasarkan buku harian siswa Latihan

14. 6-11-2007 Cerpen Presentasi tulisan cerpen dan perbaikan tulisan Sharing

15. 13-11-2007 Laporan Teori laporan : Ceramah


a. pengertian laporan dan sharing
b. jenis-jenis laporan
c. sistematika laporan
d. contoh laporan

16. 20-11-2007 Laporan Menulis laporan hasil kegiatan retreat yang telah Latihan
diikuti siswa

17. 27-11-2007 Laporan Presentasi laporan yang telah dibuat dan perbai- Sharing
kan tulisan sekaligus ambil nilai semester 1

92 Jurnal Pendidikan Penabur - No.14/Tahun ke-9/Juni 2010


Menghidupkan Kembali Semangat Nasionalisme Soe Hok Gie

Tabel 8. Jadwal Belajar Ekstrakurikuler Menulis Tahun Pelajaran 2007 - 2008


Kelas/Semester: 8/2

No. T an g g al Jenis Tulisan Materi Metode

1. 8-1-2008 Puisi baru Teori puisi : Ceramah


a. pengertian puisi baru dan sharing
b. unsur-unsur intrinsik puisi
c. langkah-langkah menulis puisi baru

2. 15-1-2008 Puisi baru Menulis puisi baru Latihan


Tema : Lingkungan sekolah, judul bebas
Jumlah bait sebanyak 5 sampai 7 bait
Satu bait terdiri dari 4 sampai 5 kalimat
Satu kalimat terdiri dari 4 sampai 5 kata

3. 22-1-2008 Puisi baru Presentasi puisi baru Sharing

4. 29-1-2008 Berita Menulis berita Open Sc hool SMPK 1 BPK PENABUR Latihan

5. 5-2-2008 Berita Presentasi berita dan perbaikan tulisan Sharing

6. 12-2-2008 Deskripsi Teori deskripsi : Ceramah


a. pengertian deskripsi dan sharing
b. ciri/karakteristik deskripsi
c. pola pengembangan deskripsi
d. kerangka karangan deskripsi
e. contoh karangan deskripsi

7. 19-2-2008 Deskripsi Menulis deskripsi Latihan


Tema : kamar pribadi, judul bebas

8. 26-2-2008 Deskripsi Menulis deskripsi Latihan


Tema: SMPK 1 PENABUR Jakarta

9. 4-3-2008 Deskripsi Presentasi tulisan deskripsi dan perbaikan Sharing

10. 11-3-2008 Essai cerita Teori essai cerita: Ceramah


a. pengertian essai cerita dan sharing
b. ciri/karakteristik essai
c. pola pengembangan essai cerita
d. kerangka karangan essai
e. contoh karangan essai

11. 18-3-2008 Essai cerita Menulis essai cerita tentang kejadian yang pernah Latihan
dialami, judul bebas

12. 8-4-2008 Essai cerita Presentasi tulisan essai cerita Sharing

13. 15-4-2008 Essai cerita Menulis essai cerita tentang guru yang Latihan
menyenangkan, judul bebas

14. 22-4-2008 Essai cerita Presentasi tulisan essai cerita Sharing

15. 29-4-2008 Essai cerita Menulis essai cerita tentang sahabat yang Latihan
menyenangkan

16. 6-5-2008 Essai cerita Presentasi tulisan essai cerita Sharing

17. 13-5-2008 Ambil nilai semester 2

Jurnal Pendidikan Penabur - No.14/Tahun ke-9/Juni 2010 93


Menghidupkan Kembali Semangat Nasionalisme Soe Hok Gie

Tabel 9. Jadwal Bimbingan Penulisan Lomba Karya Tulis Populer Tingkat SMP
dalam Rangka HUT Ke-60 PENABUR

T an g g al
T an g g al Kegiatan Hasil
Pengumpulan

27-1-2010 Pengarahan Lomba: Judul dan masalah-masalah 3-2-2010


a. cari judul lingkungan sudah ada
b. cari masalah lingkungan

3-2-2010 Menentukan judul yang tepat Bab pendahuluan sudah jadi 10-2-2010
Membuat pendahuluan

10-2-2010 Bahas tinjauan pustaka Bab tinjauan pustaka sudah jadi 17-2-2010

17-2-2010 Bahas bab pembahasan Bab pembahasan sudah jadi 24-2-2010

24-2-2010 Bahas membuat kesimpulan Bab kesimpulan sudah jadi 3-3-2010

3-3-2010 Laporan penulisan sudah jadi Laporan lengkap sudah 10-3-2010


semuanya dikumpulkan

10 s.d 23-3 2010 Perbaikan-perbaikan Sudah diperbaikan 27-3-2010

28-3-2010 Kirim naskah lomba

Tabel 10. Jadwal Bimbingan Penulisan Lomba Menulis Cerpen Remaja (LMCR)
Tingkat Nasional Tahun 2008

T an g g al Jadwal Bimbingan Keterangan

10-9-2008 1. Memberikan pengarahan mengenai LMCR 24 siswa yang mengikuti pengarahan


2. Membagikan fotokopi materi cara menulis
cerpen dan contoh cerpen
3. Menjelaskan bagaimana cara menulis cerpen

16-9-2008 Mengoreksi cerpen yang sudah selesai dibuat Dari 24 siswa yang ikut pengarahan
peserta lomba hanya 15 siswa yang mengumpulkan
cerpennya

17-9-2008 1. Mengembalikan cerpen yang sudah selesai 15 siswa memperbaiki kembali


dikoreksi cerpennya di rumah
2. Memberikan pengarahan untuk perbaikan
kepada peserta lomba

6-10-2008 1. Mengumpulkan cerpen yang telah diperbaiki


2. Mengoreksi hasil perbaikan cerpen tersebut

9-10-2008 1. Memilih cerpen yang akan dikirim Dari 15 cerpen yang telah diedit
2. Mengedit cerpen yang akan dikirim hanya 9 cerpen yang layak untuk
3. Memperbanyak cerpen yang akan dikirim disertakan dalam lomba

10-10-2008 Mengirim cerpen yang telah dipilih sebanyak 9 Dengan judul: A-Ling, VS=CS,
cerpen Cerita Cinta Shiera, Selepas Burung
Aku Berlari, Sahabat yang Sesung-
guhnya, Sebuah Keajaiban, Rumah
Pohon, Bertarung Melawan Kesendi-
rian, dan Berganti ke Hati yang Lain

94 Jurnal Pendidikan Penabur - No.14/Tahun ke-9/Juni 2010


Menghidupkan Kembali Semangat Nasionalisme Soe Hok Gie

d. Membuat jadwal bimbingan penulisan 5) Sekolah memiliki target minimal 2 buku satu
kegiatan lomba tahun untuk diterbitkan dan dipublikasi-
Jadwal bimbingan penulisan untuk kan. Buku tersebut satu berisikan hasil
kegiatan lomba ini disusun agar apa karya siswa dan satunya lagi hasil karya
yang telah direncanakan dapat berjalan guru. Untuk hasil karya siswa dapat berupa
lancar dan tepat waktu pada saat kumpulan: cerpen, puisi, kisah-kisah nyata
pengiriman hasil tulisan tersebut. yang dialami oleh siswa yang dapat
Jadwal ini berisikan tanggal, pokok menginspirasi pembacanya dan lain-lain.
bahasan yang akan ditulis, hasil yang Sedangkan, untuk hasil karya guru dapat
diperoleh, dan tanggal pengumpulan, berupa berbagai pengayaan materi
contoh dapat dilihat pada tabel 9. pelajaran yang diajarkan oleh guru tersebut.
4) Membimbing siswa dalam mengikuti
berbagai lomba menulis, yang diadakan di Berbagi pengalaman bagi sekolah-sekolah,
sekolah sendiri, tingkat propinsi, atau pun dalam hal menerbitkan dan mempublikasikan
tingkat nasional. Dengan mengikuti ajang buku, SMP K 1 PENABUR akhir Oktober 2009
lomba menulis ini siswa termotivasi untuk telah memenuhi target 2 buku, yaitu : a) Mata
terus belajar menulis. Hati, Antologi Cerpen Pilihan Siswa SMPK 1
Siswa ekstrakurikuler menulis SMPK 1 PENABUR, yang diterbitkan oleh sekolah sendiri
PENABUR wajib mengikuti berbagai lomba b) Keterampilan Menulis Bahasa Indonesia
menulis baik yang diadakan sekolah, untuk Tingkat SMP/MTs, yang ditulis oleh
yayasan PENABUR, Tingkat DKI, maupun penulis sendiri dan diterbitkan oleh Penerbit PT
Tingkat Nasional, dan hasil dari kegitan Grasindo. Sebagian kecil dari hasil penjualan
tersebut adalah sebagai berikut (tabel 11). buku tersebut, 20 eksemplar buku Keterampilan

Tabel 11: Hasil Kegiatan Mengikuti Lomba Menulis SMPK 1 PENABUR

No. Jenis Lomba Penyelenggara T ah u n Hasil

1. LMCR (Lomba Menulis Cerpen PT Rohto dan 2007 Belum juara


Remaja) Tingkat Nasional Rayakultura
2008 Aprilia, kategori
pemenang harapan
utama

2009 Cindy dan Aprilia,


kategori 10 pemenang
harapan

2. Lomba karya tulis ilmiah siswa Yayasan PENABUR 2 0 07 Cynthia, juara 1 bidang
se- BPK PENABUR Jakarta IPS

3. Menulis cerpen MGMP guru Bahasa 2008-2009 Meilia juara 3 dan


Indonesia Tingkat Aprilia juara harapan 1
DKI

4. Menulis puisi dalam rangka 17 SMPK 1 BPK 2008 Aprilia, juara 1


Agustus PENABUR

5. Menulis puisi bebas SMPK 1 PENABUR 2009 Belum juara


berdasarkan foto peristiwa dari
koran se-SMPK PENABUR dan
wilayah Jakarta Pusat

6. Menulis cerita anak dalam Yayasan HOPE 2009 Adriela, juara khusus
bentuk komik Indonesia

Jurnal Pendidikan Penabur - No.14/Tahun ke-9/Juni 2010 95


Menghidupkan Kembali Semangat Nasionalisme Soe Hok Gie

Menulis dan 30 eksemplar buku Mata Hati, telah kesadaran akan pentingnya membaca dan
di bagikan secara gratis ke desa-desa terpencil menulis seperti yang dilakukan Soe Hok Gie
yang ada di Indonesia, yaitu: Sumbagut, sehingga akan tumbuh dan berkembang
Sumbagsel, Jawa, Kaltim, Sulut, Papua, Riau, semangat Nasionalisme.
Lampung, Mentawai, Kalbar, Sumba, Nias, Jika Soe Hok Gie berkata, “Kita, generasi kita,
Jayapuraa, Nabire, Manokwari, Krayan, Toraja, ditugaskan untuk memberantas generasi tua yang
Halmahera, KPO, dan Suku Wana melalui mengacau. Generasi kita yang menjadi hakim atas
PESAT (Pelayanan Desa Terpadu). Tujuan mereka yang dituduh koruptor-koruptor tua,... Kitalah
SMPK 1 PENABUR menulis buku adalah untuk yang dijadikan generasi yang akan memakmurkan
membangkitkan semangat dalam berkarya/ Indonesia”, maka sudah selayaknya guru pun
berkreativitas bagi siswa sehingga siswa lain berkata, “Kita, generasi guru, ditugaskan untuk
termotivasi untuk juga menulis. Selain itu, menyebarkan virus-virus membaca dan menulis yang
sebagai wujud cinta kami pada bangsa ini, kami akan divaksinkan kepada anak-anak didik kita,
akan membagikan secara gratis buku-buku hasil Kitalah yang dijadikan guru yang akan
karya siswa dan penulis sendiri ke panti-panti menumbuhkan kembali semangat nasionalisme”.
asuhan, sekolah-sekolah yang kurang mampu,
bahkan sampai ke desa-desa terpencil Indonesia
dari hasil penjualan sedikit demi sedikit. Daftar Pustaka

Arief S. Sadiman, dkk. (1990). Media pendidikan.


Penutup Jakarta: CV Rajawali
Dinas Pendidikan Dasar. (2006). Kurikulum
Ada beberapa hal yang dapat guru lakukan Satuan Pendidikan Tingkat Sekolah
dalam menghidupkan kembali semangat Menengah Pertama (SMP) Pendidikan
nasionalisme dari sosok Soe Hok Gie, yaitu Kewarganegaraan. Jakarta: Pemerintah
melalui media film Gie kemudian guru Provinsi DKI Jakarta
mengkaitkan film tersebut dengan materi Departemen Pendidikan Nasional Direktorat
pelajaran. Contohnya, materi pelajaran Jenderal Pendidikan Dasar dan
Pendidikan Kewarganegaraan yaitu nilai-nilai Menengah. (2002). Pedoman Umum
Pancasila. Dalam isi film Gie tersebut Pendidikan Budi Pekerti pada Jenjang
mengandung contoh peristiwa yang dialami Pendidikan Dasar dan Menengah Buku 1.
tokoh, dialog tokoh, sikap tokoh, atau perilaku Jakarta: Ditjen Dikdasmen Depdiknas
tokoh yang berisi nilai-nilai Pancasila dan Hamalik, Oemar. (1989). Media Pendidikan.
memiliki semangat nasionalisme. Hal tersebut Bandung: PT Citra Aditya Bakti
dapat membantu menumbuhkan nilai-nilai Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa,
nasionalisme seperti patriotik, rela berkorban, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
adil, pengabdian, rasa memiliki, dan setia pada (1999). Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi
negara yang dapat diukur dengan menggunakan Kedua. Jakarta: Balai Pustaka
kuesioner. Riduwan, Drs. (2006). Belajar mudah penelitian
Hal yang tak kalah pentingnya adalah untuk guru karyawan dan peneliti pemula.
menumbuhkan budaya membaca dan menulis Bandung: Alfabeta
di sekolah-sekolah dengan cara membuat SMP Kristen 1 PENABUR. (2007). Silabus mata
program kegiatan membaca dan menulis. pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan
Walaupun, pada kenyataannya, menumbuhkan Tingkat SMP Kelas VIII. Jakarta
budaya membaca dan menulis memang sulit Soe Hok Gie. (2005). Catatan Seorang Demonstran.
dilaksanakan karena keterbatasan waktu, Jakarta: LP3ES
tenaga, dan dana, tetapi kiranya kesulitan itu Wahyudidjafar.wordpress.com/category/
dapat diatasi jika kita sebagai pendidik memiliki nasionalisme
dedikasi dan tanggung jawab terhadap anak (http://www.mediamax.com.nasionalisme)
didik agar menjadi siswa yang memiliki

96 Jurnal Pendidikan Penabur - No.14/Tahun ke-9/Juni 2010


Isu Mutakhir Isu Mutakhir: Pembangunan Karakter Bangsa

Pembangunan Karakter Bangsa

Hotben Situmorang*)

ada pertengahan World is Flat merupakan perbedaan lainnya. Hal yang


P tahun 2010 ini
masyarakat Indonesia
interpretasi dari keadaan
dunia yang mengglobal, yang
kedua adalah inovasi dan
adaptasi, dan yang ketiga
sangat dihebohkan isu asusila dalam percakapannya dengan adalah keterbukaan terhadap
yang dipertontonkan para Nandan Nilekani pertumbuhan sumber daya
artis papan atas. Tindakan menyatakan: “...global manusia yang kompeten
para artis tersebut dengan ekonomic playing field is being dalam bidangnya, khususnya
mudah dapat diakses di situs levelled”. Lebih jauh dimaknai dari negara-negara
google dan dalam bentuk dengan ’...the playing field is berkembang. Amerika
‘compact disc’ yang being levelled, ...the world is menginvestasikan
diperdagangkan pihak yang being flattend’ . Globalisasi pengembangan komputer di
hanya melihat nilai uang meratakan dunia dalam India karena karakter yang
untuk keuntungan pribadi. berbagai sektor kehidupan, diharapkan memenuhi
Isu pembangunan dalam arti bahwa globalisasi kriteria mereka.
karakter dalam menghadapi telah meratakan lapangan Predikat bangsa
berbagai gejala yang muncul bermain kompetitif antara Indonesia yang ramah dan
dimasyarakat menjadi negara industri dan negara sopan menjadi kehilangan
penting, manakala era digital berkembang. Kususnya makna, manakala
membuka akses seluas- pengembangan sumber daya pembangunan karakter
luasnya kepada seluruh umat manusia India sudah menjadi bangsa menjadi kabur dilanda
manusia. Akses tersebut tidak rata dengan Amerika. Jika isu kekerasan dan korupsi.
terbatas kepada orang pada saat Colombus Negara kebangsaan
dewasa, akan tetapi bersifat menjelajah Atlantik, orang sebagaimana digambarkan
terbuka bagi siapa saja India diasumsikan sebagai oleh Josef P Widyatmadja
pengguna internet, facebook tenaga kerja murah dalam dalam artikel yang
dan termasuk bagi pelajar, artian perbudakan, maka saat dipublikasi Obor Indonesia 27
generasi penerus bangsa. ini orang India menduduki Juli 2006 terdorong menjadi
Dunia pendidikan ikut jabatan penting dalam negara sektarian dan
terganggu dan perlu disikapi perusahaan multinasional. menjauhkan bangsa ini dari
dengan baik, sehingga Friedman menyatakan keterbukaan. Saling curiga,
tanggung jawab lembaga bahwa dunia menuntut tiga mementingkan kelompok dan
pendidikan dalam hal perubahan untuk dapat memaksakan kehendak telah
mempersiapkan generasi bertahan dan berkembang. menjadi gambaran dari
muda untuk memiliki karakter Pertama adalah kesediaan ketidak satuan hati bangsa ini
yang tangguh tidak meluruh. untuk membagi pengetahuan karena tumbuhnya pemikiran
Dunia datar yang dan pekerjaan. Kolaborasi yang sempit terhadap karakter
dinyatakan oleh Thomas pekerjaan tidak lagi mengenal bangsa. Karakter bangsa ini
Friedman dalam bukunya The jarak dan perbedaan- seyogianya terbebas dari

*)
Mahasiswa PPS/S3-MP, Universitas Negeri Jakarta

Jurnal Pendidikan Penabur - No.14/Tahun ke-9/Juni 2010


97
Isu Mutakhir: Pembangunan Karakter Bangsa

pandangan kesukuan, ras dan ada margin error plus minus Tanan (Direktur Pendidikan
agama. Globalisasi 3. Menkominfo selanjutnya Ciputra dan juga Pengurus
mengharapkan karakter menambahkan bahwa akibat Yayasan BPK PENABUR)
bangsa yang terbuka untuk mengakses porno itu diungkapkan bahwa bekal
berkolaborasi, serta mampu dampaknya sebanyak 92,7 siswa untuk sukses yang
beradaptasi untuk persen mengakui pernah dibawa dari sekolah menurut
kemaslahatan bersama. melakukan “ciuman, tulisan Roland Barth
Apa yang digambarkan bercumbu dan seks oral.” (dedicated US educationist) pada
oleh Friedman juga sejalan Dijelaskan lagi bahwa 62 50 tahun yang lalu 75% dari
dengan apa yang dinyatakan persen dari 4.500 responden pengetahuan yang dikuasai
oleh Tony Wagner dalam tersebut mengaku pernah pada saat lulus akan
bukunya The Global melakukan hubungan badan mengantarkan keberhasilan
Achievement Gap tentang dan 21,2 persen yang pada dunia kerja, akan tetapi
sistem pendidikan yang merupakan siswi SMA pernah pada saat ini seorang lulusan
memerlukan perubahan dan melakukan pengguguran hanya menguasai 2%
inovasi. Siswa tidak hanya kandungan. Media internet pengetahuan yang
dipersiapkan mampu dipersalahkan yang acap dibutuhkan untuk berhasil,
mengerjakan soal, akan tetapi dipakai untuk menyebarkan sementara 98% merupakan
harus inovatif mengikuti material itu. Artinya media pengembangan yang
perkembangan teknologi. digital tersebut demikian dilakukan lulusan tersebut
Perancangan kurikulum berpengaruh dalam selanjutnya. Sekolah harus
pendidikan tidak lagi sebatas kehidupan para remaja yang mempersiapkan siswa
menguasai ketrampilan dan sebagian besar adalah para menghadapi keadaan masa
pengetahuan yang diajarkan pelajar. depan yang berubah jauh
oleh guru, akan tetapi harus Teknologi internet lebih cepat dibandingkan
dirancang sedemikian rupa memang punya sisi positif perubahan pendidikan itu
sehingga kurikulum yang ada yang banyak bagi masyarakat, sendiri.
membangun karakter siswa namun apabila tidak Sekolah yang baik tidaklah
mampu mengantisipasi diantisipasi bisa berdampak mengedepankan “superficial
kejadian masa datang. negatif yang “luar biasa”. education” seperti halnya
Pendidikan yang diajarkan Dunia maya yang menjadi pembelajaran menggunakan
oleh guru yang belajar di arena berkelana para komputer dan internet
masa lampau haruslah naradidik perlu dijadikan sehingga terkesan modern,
visioner merancang arena pengalaman yang namun justru tujuan
kurikulum pendidikan membangun bagi jiwa pembelajararn yang
manusia yang akan hidup generasi muda. Arena dunia sesungguhnya
dengan segala tantangan maya peru diisi dengan terkesampingkan. Sarana dan
pada masa yang akan datang. berbagai pembelajaran yang prasarana pendidikan yang
Isu yang diangkat oleh bersifat menantang dan ada seyogianya dapat dikelola
Kementerian Komunikasi dan menolong naradidik oleh pendidik (guru) secara
Informasi menyatakan menemukan jati dirinya. Guru cerdik guna merangsang
peredaran material pornografi harus bersilancar dalam arena pertumbuhan proses
sangat memprihatinkan. tersebut dalam pembelajaran sesuai dengan
Survei dari Komisi mempersiapkan pembelajaran bidang yang diampu. Seorang
Perlindungan Anak Indonesia setiap harinya jika hendak guru bahasa harus
yang menyatakan 97 persen dihargai oleh naradidik. menciptakan suasana yang
siswa sekolah menengah mendorong siswa pada
pertama dan sekolah akhirnya mampu
menengah atas pernah Tantangan Pendidikan menggunakan bahasa yang
menonton atau mengakses akan dipelajari menjadi
situs pornografi. Menkominfo Tantangan pendidikan pada sarana komunikasi sesuai
juga menggambarkan era globalisasi ini juga sangat dengan jenjangnya. Seorang
perhitungan, 97 persen itu berbeda. Dalam sebuah guru komputer harus mampu
sebetulnya 100 persen karena presentasi dari Ir. Antonius menyusun tahapan

98 Jurnal Pendidikan Penabur - No.14/Tahun ke-9/Juni 2010


Isu Mutakhir: Pembangunan Karakter Bangsa

pembelajaran yang Hubungkan o o o memampukan lulusannya


memampukan siswa pada kesembilan titik melakukan/mengerjakan
akhirnya dapat memanfaatkan yang tersusun o o o ketrampilan tertentu.
komputer sebagai salah satu seperti disebe- Kecepatan perubahan
sumber belajar. Lebih jauh lagi lah ini dengan o o o lapangan pekerjaan jauh lebih
seorang kepala sekolah atau empat garis yang cepat dibandingkan dengan
pimpinan dari satuan tidak terputus. perubahan sistem pendidikan
pendidikan dapat itu sendiri. Manakala
memprogramkan kegiatan pendidikan berorientasi pada
pembelajaran selama periode Kasus 2 kemampuan tertentu, sangat
sekolah, termasuk Kehadiran pedagang kaki dimungkinkan kemampuan
pengembangan diri dan lima, di satu sisi memberi nilai yang dimaksudkan tidak lagi
pembentukan karakter yang positif terhadap menjadi kebutuhan
dikehendaki sekolah. Pada perekonomian dan masyarakat pada saat
saat lulus siswa tersebut telah mengurangi pengangguran. naradidik lulus dan
mempunyai soft skill yang self Namun di sisi lain, dari sisi meninggalkan bangku
regulating. Konteks Cambridge tata ruang kota sangat sekolah.
menyatakan “ …independent mengganggu ketertiban umum Kebutuhan akan
and self directed style of karena mereka menjajakan penguasaan kompetensi
learning”. Dalam pengajaran dagangannya di jalan dan tertentu sulit diperkirakan
Ki Hajar Dewantoro juga di fasilitas umum. Jika oleh lembaga pendidikan,
menyatakan Tut Wuri kalian sebagai seorang pejabat dengan demikian lembaga
Handayani. yang bertanggung jawab atas pendidikan harus lebih
hal itu, apa yang akan kalian berorientasi pada pembinaan
*** lakukan dengan prinsip kemandirian yang
memecahkan masalah yang memampukan lulusannya
win-win solution? mengantisipasi serta
Creative Thinking dan
menyesuaikan diri pada
Hidden Curriculum Hiden curriculum menjadi perubahan lingkungan
bagian penting pada pekerjaan dimasa yang akan
Kreatif atau inovatif berpikir perencanaan pembelajaran, datang. Apabila secara mental
adalah jenis berpikir yang guru seyogianya merancang naradidik dibentuk dengan
membawa kepada pembelajaran secara holistik perilaku ilmiah maka godaan
pemahaman baru, pendekatan dan tidak ada yang yang mengganggu
baru, perspektif baru, cara tersembunyi. Pemahaman pikirannya, dia tidak akan
baru atas pengertian dan tersembunyi hanya berlaku goyah.
pemahaman pada sesuatu. bagi naradidik, karena Pemanfaatan media
Hasil berpikir kreatif meliputi tahapan susunan kurikulum belajar digital perlu
beberapa hal yang secara jelas dibangun sedemikian rupa dikembangkan, karena dunia
tampak seperti musik, puisi, seiring dengan penanaman naradidik berada disana,
karya sastra, hasil-hasil nilai-nilai positif. Kurikulum mereka lebih mudah
penemuan, dan inovasi- yang membentuk pola pikir menyerap dan sudah
inovasi lain1. ilmiah akan memberikan mempercayakannya sebagai
dampak yang tanpa disadari sumber informasi dalam
Contoh impelementasi pada akhirnya berguna kehidupannya. Media
pembelajaran yang mengasah dimasa yang akan datang. pembelajaran yang positif
creative thinking seperti berikut seyogianya mendominasi
ini. (studi kasus) kebutuhan naradidik pada
Catatan Penutup pembelajaran dunia maya.
Kasus 1 Pendekatan “Problem
Menyelesaikan persoalan Tantangan pendidikan pada Based Learning” lebih
dengan berpikir “out of the box” era globalisasi tidak terbatas mempersiapkan siswa untuk
( Tanpa berpikir out of the box pada bagaimana merancang senantiasa berpikir kreatif
tidak akan tuntas ) pembelajaran yang “out of the box”. Hal ini terkait

Jurnal Pendidikan Penabur - No.14/Tahun ke-9/Juni 2010


99
Isu Mutakhir: Pembangunan Karakter Bangsa

dengan banyaknya http://jipkendal.wordpress.


kemungkinan kejadian yang Daftar Pustaka com/peringkat-
tidak terpikirkan untuk pendidikan-turun -
dilatihkan pada masa Katarina, Tomasevski, dari-58-ke-62/
pendidikan. Pendekatan ini Pendidikan yang http://www.geocities.com/
juga diharapkan membangun terabaikan, (Alih http://www.nwlink.com/-
pola pikir yang terbuka dan bahasa oleh: Janet donclark/hrd/
tidak sektarian. Dyah Ekawati dan bloom.html
Hidden curriculum Editor: Hafid Abbas, http://id.wikipedia.org/
menjadi unsur penting pada 2003) wiki/
perancangan pembelajaran Thomas, Friedman L., taksonomi_bloom/
dan menjadi kurikulum Longitudes and http://www.unicef.org/
tersendiri yang aAttitudes, (New York, lifeskills/
pelaksanaannya sejalan Anchor Books 2003) http://www.infodiknas.com/
dengan visi sekolah. Visi Thomas, Friedman L., The pendidikan-
sekolah senantiasa perlu World is Flat, (New kecakapan-hidup-
disosialisasikan dan menjadi York, Farrar, Straus konsep-dasar/
bagian tidak terpisahkan dari and Girux, 2005) http://www.asa3.org/ASA/
semua program dan Wagner, Tony : The global education/think/
pengelolaan sekolah karena achievement Gap ; Basic creative.htm
akan menjadi pola Books, New York, 2008 http://emmul.multiply.com/
pembentukan karakter Website: journal/item/1/
lulusan sekolah tersebut. http://emmul.multiply.com/ berpikir_kreatif/
Hidden curriculum sebaliknya journal/item/1/ http://id.konstruktivisme.
harus menjadi kurikulum berpikir_kreatif/ org/wiki/
yang terbuka bagi lembaga http://www.depdiknas. konstruktivisme.
pendidikan itu sendiri. go.id/ Catatan kaki:
http://www.gamalielschool. 1
http://www.asa3.org/ASA/
org/ education/think/creative.htm

100 Jurnal Pendidikan Penabur - No.14/Tahun ke-9/Juni 2010


Resensi buku : The Leader In Me
Resensi buku

Judul Buku:
The Leader In Me
(Kisah Sukses Sekolah dan Pendidik Menggali Potensi Terbesar Setiap Anak)
Pengarang:
Stephen R. Covey
Penerbit:
PT. Gramedia Pustaka Utama Jakarta
Cetakan:
2009
Tebal:
285 halaman
Oleh: Andy Agus Gunawan*)

I
si buku terdiri dari 10 bab yang sangat ke depan. Apakah kita telah mempersiapkan
menarik mengenai sekolah yang masa depan mereka dengan segala perangkat
mengimplementasikan 7 Habits. Buku yang akan berguna di masa depan ? Apakah
ini mengajak pembacanya untuk anak didik kita telah dibekali kemampuan-
dapat mengimplementasikan prinsip-prinsip kemampuan dan kompetensi-kompetensi yang
kepemimpinan dari konsep 7 sesuai dengan kebutuhan
habitsnya Steven Covey dunia kerja yang saat ini
Ketika membaca hala- bertumbuh sangat pesat ?
man-halaman pertama buku Buku The Leader in Me
ini, kita akan menemukan membantu kita mengem-
sebuah kutipan yang mena- bangkan life skill dan
rik yaitu ‘We only get one karakteristik siswa yang
chance to prepare our students dibutuhkan menghadapi
for a future that none of us can abad 21. Buku di susun
possibly predict. What are we agar gagasan yang ada di
going to do with that one dalam buku dapat masuk
chance? ‘ Kita hanya memiliki dalam kurikulum seko-
satu kesempatan untuk lah-sekolah yang memi-
mempersiapkan anak didik liki keterpanggilan mem-
kita untuk suatu masa depan persiapkan generasi yang
yang tidak kita ketahui siap terjun di dunia
bagaimana memprediksi- global.
nya, apakah yang sudah kita Sebuah pertanyaan
lakukan untuk satu kesem- menggelitik ketika mem-
patan ini? baca buku ini, apakah ada sekolah yang memiliki
Pertanyaan itu menggugah pembaca untuk prestasi akademik siswanya meningkat setiap
melihat fenomena bahwa dunia berubah dengan tahun? Lebih lanjut, apakah rasa percaya diri
cepat, dan kita sedang mempersiapkan generasi dan harga diri para siswa meningkat secara
masa depan yang dididik oleh generasi masa signifikan, pelanggaran disiplin menurun
lalu. Dunia memasuki suatu era teknologi dan drastis, kepuasan kerja serta komitmen para
perubahan yang sangat cepat, hal ini guru dan pengurus sekolah meningkat pesat,
mengakibatkan kita sebagai pendidik dan orang budaya sekolah membaik, para orang tua murid
tua menjadi kuatir dengan apa yang sudah kita bergembira dan terlibat proses pembelajaran dan
lakukan untuk mempersiapkan anak didik kita penanaman nilai-nilai (Kristiani – di BPK

*) Staf BPK PENABUR Bandung

Jurnal Pendidikan Penabur - No.14/Tahun ke-9/Juni 2010 101


Resensi buku: The Leader In Me

PENABUR), stakeholder bersemangat memberi Florida, Chesnut Grove Elementary, Decatur,


dukungan terhadap program-program sekolah? Alabama dan Chua Chu Kang Primary School di
Pertanyaan – pertanyaan ini di jawab penulis Singapura
buku dengan menggambarkan sebuah sekolah Apa yang dilakukan pendidik di A.B. Combs
yang bernama A.B. Combs Elementary, dikatakan hingga mampu mencapai kesuksesan ? Mereka
pada bab pertamanya sebagai sesuatu yang mengajarkan prinsip dasar kepemimpinan
Terlalu Bagus untuk Menjadi Kenyataan ? dengan mengambil konsep dari 7 habits yang
Buku ini memulai ceritanya tentang orang dipopulerkan oleh Steven Covey kepada siswa
tua, Drs. Rig dan Sejjal Patel yang mencari muda (mulai usia 5 tahun). Mereka memberi
sekolah untuk anak-anak mereka dan mereka kesempatan kepada siswa untuk menerapkan
menemukan harapan dan keinginan dari semua keterampilan tersebut dengan memberi peluang
orang tua terhadap anak-anaknya di sekolah kepemimpinan kepada para siswa di kelas, di
A.B. Combs. Kemudian diungkapkan kesan, sekolah dan di masyarakat. Yang menarik
“Terlalu bagus untuk menjadi kenyataan. Karena apa adalah pekerjaan ini dianggap bukan sebagai
yang ditulis dan dilaporkan bertolak belakang dengan tambahan pekerjaan bagi guru tapi sebuah
apa yang sering kita dengar. Kita sudah sering panggilan untuk mempersiapkan anak memiliki
mendengar penindasan, guru-guru yang tidak keterampilan-keterampilan di masa mendatang,
memiliki motivasi, grafiti, kelakuan tidak sopan, nilai diantaranya keterampilan membuat pilihan
tes yang rendah, sikap tidak hormat, kurang disiplin, tepat (decision making and problem solving),
tingkat kelulusan yang rendah, dll Kita mengganggap keterampilan bergaul/bersosialisasi, membang-
hal positif sebagai sesuatu yang sulit dipercaya, atau un relasi yang baik dan, pengelolaan waktu (time
menyangsikan apakah hal positif itu bisa bertahan management) yang baik.
lama namun A.B. Combs mampu menunjukan itu “ Hal ini sangat luar biasa dari sebuah
Inilah gambaran mengenai A.B. Combs sekolah yang begitu memperhatikan kesuksesan
Elementary , yang memiliki konsep To develop setiap anak didiknya dan digambarkan dengan
global leaders one child at a time. Sebuah sekolah
judul Kehebatan untuk Menandingi Realitas
negeri terletak di lingkungan sunyi (2001
Masa Kini, dan para siswa lulusan sekolah ini
Lorimer Road Raleigh, NC 27606). Sekolah ini
dilengkapi dengan sejenis “kehebatan” dan
adalah tempat belajar bagi lebih dari 800 siswa,
keterampilan yang mereka butuhkan, bukan saja
dan 18% siswa berbicara dalam bahasa Inggris
untuk bertahan hidup, tapi juga untuk berhasil
sebagai bahasa kedua, 40% memperoleh makan
di abad ke-21.
siang gratis, 21% masuk dalam program khusus,
Di abad ini ada pertanyaan yang selalu
15% dianggap memiliki bakat akademis.
mengganjal di hati para orang tua, pendidik
Bangunan sekolah berumur 50 tahun dengan
serta pemberi kerja : Apakah kaum muda masa
beberapa guru sudah mengajar selama bertahun-
kini dipersiapkan secara memadai untuk
tahun. Nilai tes yang tinggi, siswa yang ramah
memanfaatkan peluang yang semakin banyak
dan penuh hormat, staf kependidikan yang rajin,
dan apakah mereka siap menghadapi tantangan
mereka memiliki kepala sekolah yang terpilih
yang menyertainya ? Pendapat Muriel Summers,
sebagai kepala sekolah terbaik, catatan pelang-
kepala sekolah, A.B. Combs Elementary sangat
garan disiplin sangat minim, dan siswa yang
luar biasa, “ Bila kita hanya berupaya mencapai nilai
mempunyai masalah berat di sekolah lain
mengalami kemajuan di sekolah ini tes tinggi, saya khawatir kita akan menciptakan
Sungguh suatu gambaran ideal untuk suatu generasi anak-anak yang tidak dapat melakukan apa-
sekolah. Bagaimana sekolah ini mencapai hal- apa selain mengerjakan tes dengan baik “
hal di atas? Pencapaian ini bukanlah sebuah Para pendidik di A.B. Combs sangat menyesal
proses singkat, mereka telah melakukannya ketika menyadari bahwa fokus terlalu besar
bertahun-tahun, dan hampir 10 tahun mereka pada upaya menaikan nilai angka ujian,
merasakan hasil yang luar biasa dari apa yang mengakibatkan siswa tidak mempelajari
telah mereka implementasikan. Namun A.B. beberapa keterampilan paling mendasar yang
Combs bukan satu-satunya sekolah yang menuai dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari.
kesuksesan yang ingin disampaikan buku ini. Mereka juga menyesal bahwa proses kegiatan
Sejumlah sekolah lain yang meniru menuai berfokus pada target akademis. Mereka gagal
kesuksesan serupa (Bab 6 “Mewabahi Dunia”) meyakinkan siswa untuk mencintai pengeta-
seperti L English Estates Elementary di Fern Park huan dan kehidupan.

102 Jurnal Pendidikan Penabur - No.14/Tahun ke-9/Juni 2010


Resensi buku : The Leader In Me

Pertanyaan refleksi diri kemudian muncul Hasil penelitian tidak jauh berbeda dengan
seperti berikut ini. Apakah kita sudah apa yang dikemukakan oleh Jim Collins dalam
mempersiapkan kaum muda untuk menghadapi bukunya Good to Great: …perusahaan bagus
realitas masa kini? Apakah yang harus dan hebat lebih menitikberatkan atribut karakter
dilakukan untuk mempersiapkan mereka ketimbang latar belakang pendidikan tertentu,
dengan lebih baik ? Menurut Anda apakah hal keterampilan praktis, pengetahuan khusus, atau
terpenting yang perlu diajarkan kepada mereka pengalaman kerja. Bukannya pengetahuan
? Bagaimana Anda melakukannya? khusus dan keterampilan itu tak penting, tapi
Kisah ini bermula dari seorang bernama mereka menganggap kedua hal itu mudah
Muriel Thomas Summers, seorang Kepala diajarkan (atau setidaknya dapat dipelajari),
Sekolah. Bagian bab 2 menceritakan kisah sementara mereka beranggapan bahwa dimensi
beliau mengimplementasikan kepemimpinan seperti karakter, etos kerja, kecerdasan dasar,
dari 7 kebiasaan efektif, membuat riset apa yang dedikasi pada komitmen, dan nilai merupakan
diinginkan orang tua, stakeholder, guru dan sesuatu yang lebih mendalam.
siswa. Hasil riset yang diinginkan adalah agar Buku ini membuka mata kita untuk
anak-anak mereka fasih menggunakan mengubah paradigma dalam proses pembel-
teknologi, memiliki keterampilan global artinya ajaran terutama bagi para guru dan kepala seko-
anak-anak siap lah. Seharusnya
menghadapi kita mempersiap-
dunia dan meng- kan siswa bukan
etahui cara beker- sekedar lulus UN
Seharusnya kita mempersiapkan
ja dengan orang- namun juga mem-
orang beragam siswa bukan sekedar lulus UN persiapkan mere-
latar belakang, namun juga mempersiapkan ka untuk memi-
memiliki keteram- mereka memiliki keterampilan liki keterampilan
pilan analitis dan kehidupan dan karier, kehidupan dan
kehidupan, mam- karier, kepemim-
kepemimpinan, etika, dan
pu mempelajari pinan, etika, dan
pengetahuan bertanggung jawab terhadap bertanggung
selain pengeta- keputusan yang diambilnya... jawab terhadap
huan faktual keputusan yang
dengan mempel- diambilnya,
ajari keteram- mampu beradap-
pilan analitis, kreatif, dan bekerjasama dalam tasi, keterampilan berhubungan dengan individu
tim. Di samping itu juga memiliki nilai Asia, lain, pengarahan diri yang baik, tanggung jawab
“Kami menginginkan anak-anak kami memiliki sosial serta inisiatif , keterampilan antar budaya,
hati Malaysia, dengan pikiran global” (Dato’Teo keterampilan belajar dan berinovasi. Sekolah
Chiang Quai, ketua Paramount Corporation diharapkan memperhatikan kebutuhan siswa,
Malaysia) , yaitu memiliki keramahan dan yang mereka bagi dalam tiga aspek yaitu: Aspek
kepedulian terhadap sesama dan lingkungan. fisik berupa keselamatan, kesehatan, latihan,
Hasil riset juga menunjukkan apa yang tempat perlindungan, makanan dan kebersihan;
dinginkan pemimpin bisnis mengenai Aspek emosi sosial yaitu penerimaan, kebaikan,
pendidikan yang diterapkan di sekolah yaitu persahabatan, hasrat mencintai dan dicintai;
agar menghasilkan siswa atau sumber daya Aspek mental dimana adanya pertumbuhan
manusia yang memiliki keterampilan berkomu- kecerdasan, kreativitas, dan tantangan yang
nikasi secara lisan maupun tulisan dengan membangkitkan aspek spiritual.
bahasa global, memilik kejujuran / integritas Hal penting dalam buku ini. Pertama, ajakan
dalam bekerja, mampu bekerja dalam tim, kepada pembaca untuk mulai memikirkan
memiliki keterampilan perseorangan, dapat magnet baru sekolah, mau dibawa ke mana
memotivasi dirinya atau memiliki inisiatif yang sekolah Anda? Apakah ada keunikan visi dan
baik, etos kerja kuat, mampu menganalisis misi yang akan dicanangkan dalam membekali
permasalahan yang terjadi, mahir dalam peng- siswa di masa mendatang (untuk BPK
gunaan teknologi, mampu berorganisasi, pikiran PENABUR implementasinya pada program
kreatif serta memiliki EQ dan IQ yang baik.. Nilai-Nilai Kristiani (N2) yang sedang dijadikan

Jurnal Pendidikan Penabur - No.14/Tahun ke-9/Juni 2010 103


Resensi buku: The Leader In Me

magnet baru sekolah). Kedua, pembaca diajak kegiatan parenting, lingkungan tempat belajar
melihat melihat peran kepala sekolah dalam yang aman dan teratur, susana sekolah
kesuksesan sebuah program, bagaimana Muriel diciptakan untuk mencapai kesuksesan.
sangat luar biasa mengajak semua timnya Prinsip kunci sukses bisa berjalan apabila
melakukan total action dalam suksesnya magnet masing-masing guru memberdayakan potensi
baru sekolah. Ketiga pelibatan seluruh komunitas setiap siswa. Upaya seluruh sekolah melibatkan
sekolah (guru, siswa, orang tua dan karyawan) semua pemangku kepentingan dan memberi
dalam suksesnya sebuah program, mereka kontribusi. Penekanan pada fokus yang paling
membangun sinergi yang luar biasa. Keempat penting untuk diajarkan, prinsip yang tak kenal
bagaimana sekolah membentuk budaya agar waktu, dan keterampilan yang relevan dengan
magnet barunya terasa, dengan menata ling- realitas global saat ini, serta persiapan apa yang
kungan dan bahasa. Benda purbakala istilah akan ditawarkan hari esok menjadi poin penting
untuk segala yang mereka pasang di lingkungan dari prinsip pendidikan yang harus diterapkan
sekolah, yang menunjukkan pada setiap orang di semua sekolah. Faktor lainnya mendengarkan
bahwa sekolah mereka memiliki magnet baru. apa yang diinginkan pemangku kepentingan di
Penulis menggambarkan bahwa ketika dia sekolah, memberikan wawasan berharga
masuk ke sekolah itu, dia tahu apa yang sedang tentang kebutuhan dalam ekonomi global
dicanangkan sekolah tersebut dengan melihat (melaui riset2 yang dilakukan A.B. Combs).
seluruh atribut dan dekorasi yang dipasang. Hampir semua orang tua dan pemimpin bisnis
Kelima, semangat semua komunitas yang ada di menginginkan diajarkannya karakter dan
sekolah dengan kesadaran bahwa yang mereka kompetensi di sekolah, maka sekolah menjawab
lakukan bukan tugas yang sia-sia. Keenam, kebutuhan tersebut. Tema kepemimpinan atau
terlihat kemauan dan kesadaran setiap guru seperti N2K dapat membantu meningkatkan
untuk melihat sebuah kesempatan yang harus kesuksesan akademis dengan menanamkan rasa
mereka lakukan dalam mempersiapkan anak
percaya diri pada siswa dan menciptakan
didik di masa depan yang tidak dapat diprediksi. lingkungan belajar yang aman. Melakukan
Hubungannya dengan BPK PENABUR pendekatan ubiqitous dapat memasukkan
adalah juga memiliki satu program yang sangat karakter dan kompetensi ke budaya sekolah.
baik yaitu implementasi nilai-nilai Kristiani. Setiap sekolah harus memiliki ciri khas strategi
Buku ini bisa menjadi referensi untuk melihat untuk menjadikannya relevan secara
bagaimana implementasi kepemimpinan kontekstual.
berdasarakan 7 habits di beberapa sekolah yang
Ternyata untuk mencapai sekolah yang
diuraikandalam buku ini untuk dapat di
ideal tidaklah sulit. Masalahnya ada dalam diri
adaptasi dalam program implementasi N2K di
kita masing-masing, apakah kita mau atau tidak
sekolah. Hal ini dapat dimulai dengan
menciptakan seperti apa yang digambarkan
menggaungkan bahwa Implementasi N2K BPK
dalam buku The Leader in Me. Muriel pun hampir
PENABUR bukan sekedar program yang sia-sia,
frustasi dengan tuntutan dari Dinas Pendidikan
dan akan terasa di masa mendatang jika
di negaranya bahwa jika dia tidak menemukan
melakukannya dengan serius seperti yang
dilakukan A.B. Combs. Mulai dengan memper- magnet baru dari sekolahnya, maka sekolahnya
jelas tujuan sekolah, kemudian diselaraskan akan ditutup. Namun semangat dan kerja
dengan sistem yang ada, keluarkan bakat kerasnya tidak membuat sekolahnya ditutup
jangan dipendam, belajar mempertahankan bahkan mampu menjadi sekolah contoh bagi
perubahan yang terjadi. sekolah-sekolah lainnya. Apa yang digambarkan
Menurut The Leader in Me berdasarkan buku ini sangat luar biasa dan mendorong setiap
penelitian, sekolah efektif (Larry Lezotte: hal.235) sekolah perduli dengan pendidikan dan
memiliki misi yang jelas dan terfokus, semua membuat sekolahnya menjadi luar biasa.
komunitas memiliki kesempatan belajar /Time Dibandingkan dengan buku kepemimpinan
on Task, ada kepemimpinan instruksional, lainnya, buku ini memiliki ciri tersendiri dalam
pemantauan berkala terhadap kemajuan siswa, memimpin sekolah menuju perwujudan visi dan
memiliki harapan tinggi untuk meraih sukses, misi terus berkembang mengikuti perkembangan
hubungan sekolah-rumah positif melalui jaman.

104 Jurnal Pendidikan Penabur - No.14/Tahun ke-9/Juni 2010


Profil BPK PENABUR Cicurug
Profil

Profil BPK PENABUR Cicurug


“Bertumbuh di semak duri mengikuti arus globalisasi”

Tugimin*)

Sejarah Singkat cepat, tetapi dengan sikap optimis dan bantuan


dari Pengurus Harian BPK Jawa Barat yang tiada
eberadaan BPK PENABUR Cicurug hentinya, hingga masih berdiri sampai saat ini,
K diawali dengan kepedulian anggota
Jemaat Gereja Kristus yang berada di
yang berganti nama menjadi BPK PENABUR
Cicurug yang menaungi TKK dan SDK BPK
Cicurug terhadap anggota jemaat yang PENABUR Cicurug.
memiliki anak usia Taman Kanak – Kanak.
Mereka menyelenggarakan TK di rumah salah
satu anggota jemaat tersebut. Seiring dengan Peningkatan Mutu
berkembangnya kehidupan dan berjalannya
zaman, Gereja Kristus Cicurug bergabung Untuk mengembangkan BPK PENABUR
dengan Gereja Kristen Indonesia (GKI) Jabar dan Cicurug yang sangat kecil menurut ukuran
berubah nama menjadi GKI Jabar Cicurug, yang manusia tetapi mungkin besar menurut ukuran
berada di Jl. Siliwangi Gg. Kongsi Nomor 62B Tuhan, maka pengurus berserta guru dan
Cicurug. Sesuai dengan Pekabaran Injil GKI yang karyawan bekerja sama seiring sejalan saling
mempunyai misi mengembangkan sekolah mendukung dengan beberapa cara berikut.
maka berdirilah TKK dan SDK di bawah 1. Meningkatkan kompetensi guru dengan
naungan GKI Jabar Cicurug yang dikelola memberikan kesempatan studi lanjut ke
Yayasan Badan Pendidikan Kristen ( BPK ) Jabar Perguruan Tinggi hingga memiliki standar
Komisi Pembantu Setempat (KPS) Cicurug dan pendidikan Diploma (D2) dan Sarjana
sekolah tersebut diberi nama TKK dan SDK (Strata1).
Debora. Awal mulanya memiliki bangunan di 2. Meningkatkan kompetensi guru dengan
belakang toko Jalan Siliwangi nomor 111B, dan memberikan kesempatan untuk mengikuti
pada tahun 1985 pindah ke gedung baru yang berbagai pelatihan/pembinaan; (workshop
lebih luas di Jalan Cicatih nomor 1A Cicurug. /MGMP/KKG ) yang sesuai dengan jenjang
BPK PENABUR Cicurug, merangkak tapi pasti, dan bidangnya.
walau bertumbuh bagai di semak duri dengan 3. Memperbaharui, mengadakan, dan meleng-
rasa malu karena merasa kecil di antara BPK kapi sarana/fasilitas/media/alat pembel-
PENABUR di 15 kota, tetapi memiliki sikap ajaran yang diperlukan antara lain :
optimis untuk mengembangkan sekolah Kristen perpustakaan, alat – alat IPA, alat – alat olah
di tengah mayoritas bukan Kristen, di antara 4 raga, alat kesenian.
sekolah Kristen di 4 kecamatan dari 47 4. Bekerjasama dengan Lembaga Komputer
kecamatan di Kabupaten Sukabumi yang Kid (sekarang Pesona EDU ilearning ) Jakarta.
berusaha menanamkan kasih Yesus untuk 5. Memperbaiki dan melengkapi bangunan,
sesama. Perkembangan TK dan SD Debora tidak ruang kelas, penambahan kelas, penam-
seperti KPS - KPS lain yang berkembang lebih bahan WC dan Kamar mandi, lapangan,

*) Kepala SDK BPK PENABUR Cicurug

Jurnal Pendidikan Penabur - No.14/Tahun ke-9/Juni 2010 105


Profil BPK PENABUR Cicurug

pengecatan bangunan, sehingga manambah 7. Pengenalan lingkungan sawah.


kenyamanan suasana di sekolah. 8. Kunjungan peternakan.
6. Mengikuti kegiatan lomba siswa dan guru 9. Kunjungan ke panti sosial (Panti Asuhan,
di tingkat kecamatan Cicurug, Kabupaten Panti Wreda).
Sukabumi, Provinsi Jawa Barat bahkan
sampai Nasional.
Sekolah Dasar
7. Pelaksanaan penambahan pelajaran
bahasa Inggris, bahasa Mandarin,
Awal mula berdiri SD memiliki murid angkatan
komputer untuk TK dan SD.
pertama 5 orang murid, dan angkatan kedua 3
8. Pengembangan Diri seni lukis, seni musik,
orang murid. Karena jumlah murid yang sedikit,
tenis meja, bulu tangkis, sepak bola/futsal.
maka ujian sekolah bergabung di SDN 3 Cicurug,
9. Pembelajaran lingkungan dengan menga-
sehingga sering kali menjadi juara di sekolah
dakan pembelajaran kunjungan ke pabrik –
lain . Dengan bertambahnya siswa sampai tahun
pabrik, lingkungan sawah, peternakan,
sembilan puluhan masih berjumlah belasan dan
perikanan dll.
tahun dua ribuan menjadi tiga puluhan sampai
10. Penerapan ciri khas BPK PENABUR dengan
empat puluhan siswa per kelas maka kami
implementasi Nilai – Nilai Kristiani ( N2K )
memiliki kepercayaan diri sebagai sekolah yang
dengan tema: kejujuran, keramahan dan
diakui perkembangannya, walaupun daya
integritas.
saing dengan sekolah – sekolah negeri dan
swasta yang lain di wilayah Cicurug yang
sekarang didanai pemerintah melalui BOS
Taman Kanak-Kanak
(Bantuan Operasional Sekolah). Tetapi
kepedulian Pengurus Harian BPK PENABUR
Diawali dengan kepedulian kecil dengan jumlah
yang memberi semangat dan bantuan memicu
murid masih sedikit dan masih satu atap dengan
dan mendorong SDK BPK PENABUR Cicurug
SD, tetapi juga menjadi dorongan semangat
untuk berbenah diri dengan cara :
berdirinya SD Debora saat itu. Bergesernya
(1) melengkapi sarana dengan pembangunan
perekonomian wilayah Jabodetabek ke wilayah
gedung baru;
Sukabumi pada umumnya dan Cicurug yang
(2) perlengkapan alat IPA;
notabene sebagai pintu gerbang Kabupaten
(3) pelajaran bahasa Mandarin dan bahasa
Sukabumi, dengan berdirinya pabrik – pabrik
Inggris dari kelas I sampai kelas VI;
membawa dampak tehadap ekonomi masya-
(4) pengembangan diri seni, olah raga;
rakat dan pola pikir masyarakat terhadap dunia
(5) pelajaran komputer;
pendidikan yang memperbesar daya saing
(6) kunjungan pabrik;
sekolah. Untuk memberikan kepuasan kepada
(7) retreat/pembinaan siswa kelas VI;
pelanggan, TKK BPK PENABUR Cicurug
(8) penerapan N2K (Kejujuran, Keramahan,
mengembangkan satu kelas untuk kelompok
dan Integritas);
bermain (Play Group) pada tahun 1994/1995
(9) pelatihan guru;
sehingga menambah tekad untuk terus maju dan
(10) kualifikasi akademik guru strata I (S 1); dan
berkembang, dan tetap berpegang pada sistem
(11) penerimaan guru baru dengan kualifikasi
pembelajaran TK, yaitu: belajar sambil bermain,
akademik S1.
bermain sambil belajar dengan melakukan
terobosan baru dengan pembelajaran yang
meliputi kegiatan-kegiatan berikut. Prestasi
1. Pembelajaran bahasa Mandarin dan bahasa
Inggris. Dengan penuh semangat, kerja keras, dan
2. Ekstrakurikuler seni lukis, seni musik, motivasi untuk maju BPK PENABUR Cicurug
angklung. belajar dari pengalaman orang sukses yang
3. Kegiatan belajar eksplorasi sains. selalu berasal dari mimpi. Sebagian kecil mimpi
4. Pemeriksaan kesehatan anak. itupun menjadi kenyataan karena mampu
5. Pengembangan puncak tema. bersaing dalam lomba/pertandingan dengan
6. Kunjungan edukasi ke pabrik skala besar sekolah – sekolah terbaik di lingkungan
maupun perorangan. kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat,

106 Jurnal Pendidikan Penabur - No.14/Tahun ke-9/Juni 2010


Profil BPK PENABUR Cicurug

bahkan ditingkat nasional dengan peserta wakil berhasil memperoleh prestasi antara lain sebagai
dari Provinsi seluruh Indonesia dan akhirnya berikut.

Tabel 1: Prestasi Siswa, Guru TKK

Jenjang Jenis Lomba Prestasi yang Dicapai T ah u n

Membaca syair Juara IV Kab. Sukabumi 2005

Mewarnai Juara III Kab. Sukabumi 2005

Melukis Juara I Wil. III Sukabumi 2005

Menggambar Juara I Kab. Sukabumi 2005

Membentuk ( Plastisin ) Juara I Kab. Sukabumi 2005

Mewarnai Juara III Kab. Sukabumi 2005

Melukis Juara I, IV Kab. Sukabumi 2005

Membentuk Juara I Kab. Sukabumi 2005

Siswa Berprestasi Juara I Kab. Sukabumi 2005

Siswa Berprestasi 5 besar Prov. Jabar 2005

Mewarnai Harapan III Kab. Sukabumi 2006

Mewarnai Juara I Kab. Sukabumi 2006

Melukis Juara I Kab. Sukabumi 2006


TKK
Mewarnai Juara IV Kab. Sukabumi 2006

Mewarnai Juara I, II, IV Kab Sukabumi 2007

Mewarnai Juara Umum Kab. Sukabumi 2007

Siswa Berprestasi Juara II Kab. Sukabumi 2007

Mewarnai Juara I, II Kab. Sukabumi 2007

Mewarnai Juara III Kab. Sukabumi 2007

Mewarnai Juara II, III Kota Sukabumi 2007

Mewarnai Kreatif Juara I Kota Sukabumi 2007

Mewarnai Juara II, II Kab/Kota SMI 2007

Mewarnai Juara III Kab. Sukabumi 2008

Melukis Juara I, II Kab. Sukabumi 2008

Mewarnai Juara I, II, III Kab. Sukabumi 2008

Melukis Juarai I, II, III Kab. Sukabumi 2008

Pembuatan alat peraga (guru) Juara III Kab. Sukabumi 2007

Jurnal Pendidikan Penabur - No.14/Tahun ke-9/Juni 2010 107


Profil BPK PENABUR Cicurug

Tabel 2: Prestasi Siswa, Guru SDK

Jenjang Jenis Lomba Prestasi yang Dicapai T ah u n

Komputer Favorit Nasional 2006

Melukis media cat air Nasional 10 besar 2006

Melukis Juara umum Sukabumi 2006

Nyanyi solo Juara harapan I Sukabumi 2007

Melukis Jabodetabek juara I 2007

Komputer 10 besar Sukabumi 2007

Siswa Berprestasi Juara 3 Kab. Sukabumi 2008

Melukis media crayon Juara I Kab. Sukabumi 2008


SD
Melukis Juara I Kab. Sukabumi 2008

Bulu Tangkis Kab.Sukabumi 2009

Nilai UASBN Tertinggi 2009

Melukis Juara II, IV Kab. Sukabumi 2009

Bulu Tangkis Kabupaten 2010

Bulu Tangkis Wilayah III Cicurug 2010

Recorder ( guru ) Harapan 1 Kab. Sukabumi 2005

Membutsir ( Guru ) Harapan 2 Kab. Sukabumi 2005

Perkembangan Murid TKK Perkembangan Murid SDK

2006/2007
2009/2010 2009/2010 2 006/2007
69 orang
82 orang 225 orang 230 orang

2007/2008
2008/2009 79 orang 2008/2009 2007/2008
81 orang 225 orang 229 orang

108 Jurnal Pendidikan Penabur - No.14/Tahun ke-9/Juni 2010


Profil BPK PENABUR Cicurug

Jumlah Guru TKK Jumlah Guru SDK

2006/2007
2009/2010 2009/2010
4 orang 2006/2007
7 orang 12 orang
10 orang

2007/2008
4 orang

2008/2009
2007/2008
6 orang 2008/2009
10 orang
11orang

Jumlah Guru dan Karyawan Jumlah Lulusan SD


Tahun 2010
2005/2006
2008/2009
Pesuruh 30 orang
32 orang
3 orang
Guru TK
7 orang
Tata Usaha
4 orang

2006/2007
2007/2008 23 orang
30 orang
Guru SDK
12 orang

Data perkembangan siswa SDK cenderung 6. Banyak sekolah yang mengatasnamakan


menurun disebabkan oleh faktor-faktor berikut. Sekolah Unggulan ( Sekolah Berstandar
1. Agama minoritas Internasional, Sekolah Internasional )
2. Asumsi masyarakat biaya pendidikan di 7. Guru – guru di sekolah lain banyak yang
sekolah BPK PENABUR “mahal”. memiliki kualifikasi akademik S1 dengan
3. Satu – satunya sekolah yang mengajarkan mendapatkan beasiswa dan kemudahan
agama Kristen di kabupaten Sukabumi. dari pemerintah
4. Sekolah Negeri dan Swasta yang lain Namun pengurus, guru, dan karyawan
menerima dana BOS ( bantuan Operasional tidak menjadi patah semangat dan terus
Sekolah ), dan bantuan–bantuan lain untuk berusaha keras mencari jalan keluar agar dapat
pembangunan sarana dan prasa-rana.
bertahan menghadapi permasalahan tersebut
5. Adanya krisis ekonomi sehingga beberapa
dengan langkah – langkah antara lain sebagai
siswa mutasi mengikuti orang tua pindah
berikut.
kerja.

Jurnal Pendidikan Penabur - No.14/Tahun ke-9/Juni 2010 109


Profil BPK PENABUR Cicurug

1. Memperbaiki citra sekolah dengan (a) laboratorium komputer,


menanamkan N2K (b) laboratorium IPA,
2. Menyelenggarakan pembinaan kepada (c) ruang multimedia,
guru – guru (d) ruang perpustakaan,
3. Guru – guru yang belum memiliki kuali- (e) lapangan olah raga,
fikasi akademik S1 melanjutkan pendidikan (f) komputer,
dengan biaya sendiri dengan mendapat (g) LCD proyektor,
pinjaman dari yayasan. (h) laptop,
4. Menerima guru dengan kualifikasi akade- (i) DVD, dan
mik S1 (j) Camera digital, dll
5. Membangun dan merenovasi bangunan
dengan model yang lebih menarik. Adapun pergantian pengelola, dari
6. Mengikuti lomba – lomba di tingkat Pengurus Yayasan, dan Kepala Sekolah sejak
kecamatan, kabupaten, dan sebagainya. tahun 1985 sampai 2010 tertera dalam tabel-
7. Melengkapi sarana penunjang pembel- tabel berikut.
ajaran antara lain :

Tabel 3: Ketua Yayasan Tabel 5: Susunan Pengurus


Tahun 1986-2010 Tahun 2002-2006

No Nama T ah u n No Nama Jabatan

1. Suyandi Dharmadjaya 1986-1990 1. Pdt. Vince F Markus Penasehat

2. Suyandi Dharmadjaya 1990-1994 2. Ir. Baskoro Ngapon Ketua

3. Ade Yuana 1994-1998 3. Ade Yuana Sekretaris

4. Ade Yuana 1998-2002 4. Drs. Oktan Tanjung Bendahara

5. Ir. Baskoro Ngapon 2002-2006 5. Harsono Anggota

6. Ir. Baskoro Ngapon 2006-2010 6. Albert Sagala Anggota

Tabel 4: Susunan Pengurus Tabel 6: Susunan Pengurus


Tahun 1998-2002 Tahun 2006-2010

No Nama Jabatan No Nama Jabatan

1. Pdt. Vince F Markus Penasehat 1. Pdt. Merry Sung , Penasehat


diganti Pdt. Talsum
2. Ade Yuana Ketua Santosa

3. Buyung Chrisdiyanto Ketua I 2. Ir. Baskoro Ngapon Ketua

4. Harsono Ketua II 3. Ngadimin Sekretaris

5. Ir. Baskoro Ngapon Sekretaris 4. A H Kalahatu Bendahara I

6. Drs. Oktan Tanjung Bendahara 5. Drs. Oktan Tanjung Bendahara II

7. Tarmidi Sitorus Anggota 6. Iwan Gunawan Anggota

7. Dr. Natanael G H Anggota

110 Jurnal Pendidikan Penabur - No.14/Tahun ke-9/Juni 2010


Profil BPK PENABUR Cicurug

Tabel 7: Kepala Sekolah TKK 3. Menjadi sekolah Kristen yang bercirikan


Nilai – Nilai Kristiani ( N2K ) dalam setiap
No Nama T ah u n aspek pembelajaran.
4. Menggunakan pendekatan pembelajaran
1. Nani Saarni,A .Ma.Pd 1985 - 1990
PAKEM (Pembelajaran Aktif Kreatif Eefektif
2. Suzanna Yusuf, A.Ma. 1990-sekarang Menyenangkan) atau PAIKEM SEKSI
(Pembelajaran Aktit Inovatif Kreatif Efektif
Menyenangkan Sistematis Evaluatif Kon-
Tabel 8: Kepala SDK dusif Sinergis dan Imajinatif).
5. Merenovasi bangunan dengan model yang
No Nama T ah u n berbeda dengan sekolah lain di wilayah
Cicurug.
1. Lilis Tandaputra 1985 - 1995

2. Nani Saarni 1995 - 1997


Penutup
3. Lilis Tandaputra 1997 - 2001

4. Sugiyarto, S.Pd 2001 - 2007 Mensyukuri anugerah Tuhan yang akan selalu
5. Tugimin,S .Pd 2007-sekarang
digenapi oleh firmanNya, melalui kerja keras
pengurus, guru, karyawan, orang tua peserta
didik dan peserta didik, BPK PENABUR Cicurug
merangkak tapi pasti di Kabupaten Sukabumi
berusaha menanamkan kasih Yesus untuk
Upaya Pengembangan Sekolah sesama. Jumlah lulusan yang masih sedikit telah
menyebar ke sekolah – sekolah lanjutan favorit
Untuk menciptakan sekolah yang berkembang, di kota/kabupaten Sukabumi/Bogor dan
tentunya merupakan upaya – upaya dari semua kabupaten lain di Jawa Barat, bahkan ke luar
pihak yang harus bertanggung jawab. Maka BPK provinsi Jawa Barat, sehingga berkembang bagai
PENABUR Cicurug berusaha membuat dan bunga di tengah ladang. Dengan berlandaskan
melaksanakan program antara lain sebagai
Iman, Ilmu, dan Pelayanan yang bernafaskan
berikut.
Nilai – Nilai Kristiani, BPK PENABUR Cicurug
1. Membangun citra sekolah dengan prestasi
dapat berkembang dan menjadi sekolah pilihan
peserta didik.
dimasa yang akan datang.
2. Menambah sarana dan prasarana yang
disesuaikan dengan perkembangan sekolah
masa kini.

Jurnal Pendidikan Penabur - No.14/Tahun ke-9/Juni 2010 111


Keterangan Mengenai Penulis

Andy Agus Gunawan, lahir di Bandung, November 1977. Lulus S1 Fakultas Psikologi UKM
S.Psi, tahun 2003. Tahun 2006 sampai sekarang bekerja di Sekretariat BPK
PENABUR Bandung di bagian UDIKLAT. Tahun 2002-2006 menjadi
guru BK SMAK 3 BPK PENABUR Bandung.Tahun 1997 sampai
sekarang, aktif sebagai guru Sekolah Minggu. Tahun 2001 - sekarang,
aktif sebagai translator Tuna Rungu

Hartati Muchtar, Prof. Dr. lahir di Rao-rao Batu Sangkar Sumatera Barat. Pada tahun 1974
menyelesaikan pendidikan di Jurusan Kimia Teknik FKT IKIP Jakarta.
Pada tahun 1986 melanjutkan studi S-2, Jurusan Teknologi Pendidikan
Pascasarjana IKIP Jakarta. Tahun 1994 melanjutkan studi S3 Jurusan
Teknologi Pendidikan selesai tahun 1999. Ketua KBI Kependidikan
Teknik Mesin Fakultas Teknik UNJ (2006–sekarang). Karya atau
makalah yang pernah ditulis antara lain: Enhancing Students’ Learning
Through Various Instructional Strategy (A Meta Analysis of Research).
Disampaikan di “The International Seminar on Instructional Technology”
Sebelas Maret University Surakarta September 5th – 6th.

Hotben Situmorang, Drs., lahir di Toba Sumatera Utara, April 1961. Menyelesaikan S1 di IKIP
M.B.A., Jakarta Jurusan Pendidikan Fisika (1985). Sambil menyelesaikan S1,
menjadi guru di SMA Neg. 50 (1982), SMA Neg.31 (1983-1987) dan ikut
mendirikan SMA PGRI 10. Guru dan pejabat Kepala Sekolah Indonesia
di Davao Philippines (1987-1994) sekaligus menyelesaikan S2 bidang
Business Management di Ateneo de Davao Philippines (1994).
Mengikuti Program Mission Studies di Overseas Ministries Study
Centre, Connecticut USA (1994/1995). Menjadi konsultan Yakoma PGI
dan dosen di UKI (1996). Bekerja di BPK PENABUR Jakarta sebagai
Kepala Bidang Pengembangan (1997). Care taker Kepala SMKK 2 BPK
PENABUR ( 1996-2004). Kepala Seksi Pengkajian dan Pengembangan
Pendidikan BPK PENABUR Jakarta (2004-2009). Saat ini sedang
mengikuti program S3 Manajemen Pendidikan di UNJ.

Hilda Karli, Dra., M.Pd., lahir di Bandung, November 1967. Menyelesaikan program S2
Pendidikan IPA SD-UPI Bandung. Bekerja sebagai dosen tetap, penulis
buku, trainer pendidikan, dan koordinator penulis. Sekarangbekerja
sebagai dosen PGSD - Unika Atmajaya Jakarta. Hasil karyanya antara
lain, bahan ajar SD Tematik Kelas 1-3 SD (Penerbit: Erlangga); Aku
Pandai Menulis untuk TK (Penerbit: Erlangga); Kebesaran Allah dalam
Sains Kelas 1-6 SD (Penerbit: GIM); Panduan Belajar dan Evaluasi IPA
Kelas 4-6 SD (Penerbit: Grasindo). Buku untuk pemerhati pendidikan
dan Guru SD: Implementasi KBK (Penerbit: BIM); Implementasi KTSP
(Penerbit: BIM; Head Hand Heart dalam KBK (Penerbit: BIM); Bagaimana
Sertifikasi Guru dilaksanakan? (Penerbit: BIM)

Keke T. Aritonang, M.Pd., lahir di Jakarta, April 1969. Menyelesaikan S1 di FKIP Universitas Jambi
Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia (1996), dan Magister Pendidikan
tahun 2004 di Universitas Kristen Jakarta. Pada tahun 2000 sampai
tahun 2002 sebagai dosen di Akademi Sekretaris dan Manajemen LEPISI
Tangerang. Bekerja di BPK PENABUR sejak tahun 1988-sekarang sebagai

Jurnal Pendidikan Penabur - No.14/Tahun ke-9/Juni 2010


112
Keterangan Mengenai Penulis

guru Bahasa Indonesia di SMPK 1 BPK PENABUR Jakarta, serta pelatih


ekstrakurikuler menulis.

Sunarta, sebagai guru SMAK 3 BPK PENABUR Jakarta Bahasa Indonesia sejak
2003 sampai sekarang. Pernah mengajar di SMP-SMA BPK PENABUR
Bogor tahun 1994-2003. Pendidikan SD-SMA (SPG) di Yogyakarta. D3
Jurusan Bahasa Indonesia dari Universitas Widya Mandala Madiun
(1993). S-1 Jurusan Bahasa Indonesia dari Universitas Pakuan Bogor
(1998). S2 Pendidikan Bahasa dari Universitas Negeri Jakarta (UNJ)
tahun 2009.

Tugimin, S.Pd., lahir di Gunung Kidul, 7 November 1968. Menyelesaikan pendidikan


SPG Bopkri Ponjong 1988, D II PGSD Universitas Terbuka 1999, S I
PGSD Universitas Terbuka 2009. Menjadi guru SD Kristen BPK
PENABUR Cicurug sejak 1988. Sejak tahun 2007 diangkat sebagai
Kepala SDK BPK PENABUR Cicurug sekalugus merangkap sebagai
guru.

Widodo, lahir di Yogyakarta 30 Juli 1960. Menyelesaikan pendidikan program


S1 IKIP Sanata Dharma (sekarang Universitas Sanata Dharma)
Yogyakarta jurusan Ekonomi Pendidikan Bisnis tahun 1983. Guru SMA
Katolik yayasan Siswarta Banjarmasin tahun 1984 -1985, guru SMA
dan SMP BPK PENABUR Tasikmalaya tahun 1986 – 2000. Guru SD
BPK PENABUR Tasikmalaya tahun 2000 sampai sekarang.

Yuli Kwartolo, S.Pd., M.Pd, lahir di Sleman, Juli 1966. Menyelesaikan S1 Teknologi Pendidikan
FKIP- Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga. Tahun 2009
menyelesaikan S2 Program Studi Teknologi Pendidikan dari Universitas
Negeri Jakarta (UNJ) . Pernah menjadi guru dan wartawan di Semarang.
Sepulun tahun lebih pernah di BPK PENABUR Jakarta; terakhir sebagai
staf Pusat Pengkajian dan Pengembangan Pendidikan. Mempunyai
keahlian dalam menyunting naskah, penelitian, evaluasi program,
menyusun modul, desain pelatihan/workshop. Beberapa kali terlibat
sebagai tim peneliti di Kementerian Pendidikan Nasional
(Kemendiknas) tentang: Pemanfaatan TIK untuk Meningkatkan
Kualitas Proses Pembelajaran Jenjang SMP dan SMA (2008),
Pemanfaatan Virtual Lab. Jenjang SMA (2009), dan Pemanfaatan TVE
(Televisi Edukasi) Jenjang SMP (2010). Sekarang bekerja sebagai
konsultan pendidikan dasar dan menengah di The Willi Toisuta and
Associates, dan sedang menyiapkan pengoperasian Sekolah Sentra
Timika Provinsi Papua. Terlibat dalam penyusunan Buku Guru dan
Lembar Kerja Siswa (LKS) Program Pendididkan Budi Pekerti Sekolah
Terpadu PAHOA Tangerang.

Jurnal Pendidikan Penabur - No.13/Tahun ke-9/Juni 2010


113

Anda mungkin juga menyukai