Anda di halaman 1dari 9

BAB 1

PENDAHULUAN

Kesehatan dalam kehidupan bermasyarakat adalah keadaan sejahtera dari badan,


jiwa, social yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara social dan
ekonomis, dimana posisi kesehatan sangatlah penting dalam meningkatkan kehidupan
bermasyarakat. Kesehatan merupakan salah satu pembangunan nasional yang
diutamakan.
Manajemen obat di Rumah Sakit merupakan salah satu aspek penting dari Rumah
Sakit, ketidak efisienan akan memberikan dampak negative terhadap Rumah Sakit. Untuk
itu manajemen obat dapat dipakai sebagai proses penggerak dan pemberdayaan sumber
daya yang dimiliki untuk di manfaatkan dalam rangka mewujudkan ketersediaan obat
setiap dibutuhkan agar operasional berjalan efektif dan efisien.
Manajemen obat dimulai dengan suatu tahap perencanaan yang merupakan dasar dari
pengelolaan obat untuk menentukan kebutuhan obat.
BAB II

PANDUAN PENGADAAN OBAT


DAN
PERBEKALAN KESEHATAN

DI RUMAH SAKIT PERMATA HATI

A. Latar Belakang.

Obat dan perbekalan kesehatan merupakan komponen yang tak tergantikan dalam
pelayanan kesehatan. Akses terhadap obat terutama obat esensial merupakan salah satu
hak azasi manusia. Dengan demikian penyediaan obat esensial merupakan kewajiban bagi
pemerintah dan lembaga pelayanan kesehatan baik publik maupun swasta. Sistem
Kesehatan Nasional (SKN) 2004 memberikan landasan, arah dan pedoman
penyelenggaraan pembangunan kesehatan bagi seluruh penyelenggara kesehatan, baik
pemerintah pusat, provinsi dan kabupaten/ kota, maupun masyarakat dan dunia usaha,
serta pihak lain yang terkait.

Semua obat yang beredar harus terjamin keamanan, khasiat dan mutunya agar
memberikan manfaat bagi kesehatan. Bersamaan dengan itu masyarakat harus dilindungi
dari salah penggunaan dan penyalahgunaan obat.

Peraturan Presiden Nomor 95 tahun 2007 tentang Perubahan Ketujuh atas


Keputusan Presiden Nomor 80 tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah menyatakan bahwa pengadaan dan distribusi obat dan perbekalan
kesehatan dalam rangka menjamin ketersediaan obat untuk pelaksanaan peningkatan
pelayanan kesehatan kepada masyarakat yang jenis, jumlah dan harganya telah ditetapkan
oleh Menkes RI dapat dilakukan dengan penunjukan langsung. Berdasarkan hal tersebut di
atas dipandang perlu untuk menyesuaikan Pedoman Teknis Pengadaan Obat Dan
Perbekalan Kesehatan Untuk Pelayanan Kesehatan Dasar yang sudah ada, mengacu
kepada peraturan perundang-undangan yang berlaku dalam melaksanakan pengadaan
barang/ jasa bagi instansi pemerintah.

B. Tujuan.

1. Tujuan Umum.
Tersedianya pedoman teknis sebagai acuan perencanaan dan pengadaan obat dan
perbekalan kesehatan di Rumah Sakit Permata Hati.
2. Tujuan Khusus.
a. Terlaksananya perencanaan kebutuhan dan pengadaan obat dan perbekalan
kesehatan secara tepat waktu, jenis dan jumlah.
b. Tercapainya penggunaan alokasi dana obat dan perbekalan kesehatan untuk unit
pelayanan kesehatan dasar secara efektif dan efisien.
c. Terjaminnya ketersediaan obat dan perbekalan kesehatan di unit pelayanan
kesehatan dasar

C. Ruang Lingkup.

Ruang lingkup pedoman teknis ini meliputi perencanaan dan pengadaan obat dan
perbekalan kesehatan di lingkungan Rumah Sakit Permata Hati
Berdasarkan ketentuan Pasal 4 ayat (1) Peraturan Presiden Nomor 94 Tahun 2007 tentang
Pengendalian dan Pengawasan Atas Pengadaan dan Penyaluran Bahan Obat, Obat
Spesifik dan Alat Kesehatan yang Berfungsi Sebagai Obat, Menteri Kesehatan melakukan
pengendalian dan pengawasan dengan :
a. Menunjuk BUMN, BUMD dan/atau Badan Usaha Milik Swasta; atau
b. Menugaskan BUMN yang bergerak di bidang farmasi

Pengadaan merupakan kegiatan untuk merealisasikan kebutuhan yang telah direncanakan


dan disetujui, melalui:
a. Telephon
b. Secara “takeing Order “(Salesman langsung mengambil surat pesanan)

Rumah Sakit Permata Hati menerima perbekalan farmasi sesuai dengan spesifikasi dan
ketentuan yang berlaku. Perbekalan farmasi yang diterima bersumber dari distributor
utama yaitu: PT.BSP (Bina San Prima), APL (Anugerah Parmindo Lestari), MBS (Mensa
Bina Sukses), AAM (Anugerah Antar Mitra), ENSEVAL, TEMPO, DOSNIROHA,
PENTAVALEN, MERAPI, dst.
Sebagain besar perbekalan farmasi yang diterima mempunyai MSDS (Material Safety
Data Sheet)
Perbekalan farmasi yang diterima dari distributor utama dengan kriteria Expire date
minimal 2 tahun.

Penunjukan atau penugasan ini dilakukan berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 80


Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/ Jasa Pemerintah
sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 95 Tahun 2007.
Dalam ketentuan ini dikenal adanya metoda pemilihan penyedia barang/ jasa
pemborongan/ jasa lainnya yaitu: metoda pelelangan umum; metoda pelelangan terbatas;
metoda pemilihan langsung; dan metoda penunjukan langsung. Dan pekerjaan pengadaan
dan distribusi bahan obat, obat dan alat kesehatan dalam rangka menjamin ketersediaan
obat merupakan salah satu jenis kegiatan pengadaan barang/ jasa khusus sehingga
memenuhi kriteria untuk dilaksanakan dengan menggunakan metoda penunjukan
langsung.

Selain pengaturan menurut Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003 tentang Pedoman
Pelaksanaan Pengadaan Barang/ Jasa Pemerintah sebagaimana telah diubah terakhir
dengan Peraturan Presiden Nomor 95 Tahun 2007, terdapat hal-hal yang perlu
diperhatikan dalam pengadaan obat dan perbekalan kesehatan sebagaimana disebutkan
dalam Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor: 1121/MENKES/SK/XII/2008 tentang
Pedoman Teknis Pengadaan Obat dan Perbekalan Kesehatan Untuk Pelayanan Kesehatan
Dasar yaitu :

1. Kriteria obat dan perbekalan kesehatan meliputi kriteria umum.


Kriteria umumnya yaitu
 Obat termasuk dalam daftar obat pelayanan kesehatan dasar (PKD),
obat program kesehatan,
 Obat generic yang tercantum dalam Daftar Obat Esensial Nasional (DOEN)
yang masih berlaku, telah memiliki izin edar atau Nomor Registrasi dari
Depkes/ Badan POM,
 batas kadaluarsa pada saat diterima oleh petugas penerimaan minimal 24 (dua
puluh empat) bulan kecuali untuk vaksin dan preparat biologis yang memiliki
ketentuan kadaluarsa tersendiri,
 Memiliki Sertifikat Analisa dan uji mutu yang sesuai dengan Nomor Batch
masing-masing produk,
 Diproduksi oleh Industri Farmasi yang memiliki sertifikat CPOB untuk
masing-masing jenis sediaan yang dibutuhkan.

Untuk mutu harus sesuai dengan persyaratan mutu yang tercantum dalam
Farmakope Indonesia edisi terakhir dan persyaratan lain sesuai peraturan
yang berlaku serta adanya pemeriksaan mutu (Quality Control) oleh industri
farmasi selaku penanggung jawab mutu obat hasil produksinya.

2. Persyaratan pemasok, yaitu :


 Memiliki izin Pedagang Besar Farmasi (PBF) yang masih berlaku,
 Harus memiliki dukungan dari Industri Farmasi yang memiliki sertifikat
CPOB (Cara Pembuatan Obat Yang Baik) bagi masing-masing jenis sediaan
obat yang dibutuhkan,
 Harus memiliki reputasi yang baik dalam bidang pengadaan obat,
 Pemilik dan atau Apoteker/Asisten Apoteker penanggung jawab Pedagang
Besar Farmasi tidak sedang dalam proses pengadilan atau tindakan yang
berkaitan dengan profesi kefarmasian,
 Mampu menjamin kesinambungan ketersediaan obat sesuai dengan masa
kontrak.

Kebenaran dan keabsahan Surat Ijin Edar (Nomor Registrasi) tiap produk
yang ditawarkan, terdapat fotokopi sertifikat CPOB untuk masing-masing
jenis sediaan yang dilegalisir oleh pejabat yang berwenang dari Industri
Farmasi,

3. Penilaian dokumen data teknis meliputi:

 Terdapat Surat Dukungan dari Industri Farmasi untuk obat yang diproduksi
dalam negeri yang ditandatangani oleh pejabat berwenang dari Industri
Farmasi (asli),
 Terdapat Surat Dukungan dari sole agent untuk obat yang tidak diproduksi di
dalam negeri yang ditandatangani oleh pejabat yang berwenang darisole
agent (asli),
 Terdapat Surat Pernyataan bersedia menyediakan obat dengan masa
kadaluarsa minimal 24 (dua puluh empat) bulan sejak diterima oleh panitia
penerimaan,
 Serta Surat Keterangan (referensi) pekerjaan dari Instansi Pemerintah/swasta
untuk pengadaan obat.

4. Penentuan waktu pengadaan kedatangan obat dan perbekalan kesehatan


ditetapkan berdasarkan hasil analisa dari data sisa stok dengan memperhatikan
tingkat kecukupan obat dan perbekalan kesehatan, jumlah obat yang akan
diterima sampai dengan akhir tahun anggaran, kapasitas sarana penyimpanan, dan
waktu tunggu.

5. Pemantauan status pesanan dilakukan berdasarkan system VEN dengan


memperhatikan nama obat, satuan kemasan, jumlah obat diadakan, obat yang
sudah dan belum diterima.

6. Penerimaan dan pemeriksaan obat dan perbekalan kesehatan dilakukan oleh


panitia penerima yang salah satu anggotanya adalah tenaga farmasi (Asisten
Apoteker). Pemeriksaan ini dilakukan secara organoleptik, dan khusus untuk
pemeriksaan label dan kemasan perlu dilakukan pencatatan terhadap tanggal
kadaluarsa, nomor registrasi dan nomor batch terhadap obat yang diterima.

D. Landasan Hukum

Beberapa peraturan telah diterbitkan sebagai landasan hukum dalam panduan pelayanan
tentang pengadaan sediaan farmasi
1. Peraturan Pemerintah no 72 tahun 1998 tentang Pengamanan Sediaan Farmasi
dan Alat Kesehatan
2. Peraturan Presiden no 94 tahun 2007 tentang Pengendalian dan Pengawasan atas
Pengadaan dan Penyaluran bahan Obat
3. Peraturan Menteri Kesehatan no 63 taun 2014 tentang Pengadaan obat
berdasarkan catalog elektronik ( E-Catalogue )

E. Definisi
1. Obat adalah bahan atau paduan bahan-bahan yang digunakan untuk
mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam
rangka penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan pemulihan, peningkatan
kesehatan dan kontrasepsi termasuk produk biologi
2. Perbekalan kesehatan adalah semua bahan dan peralatan yang diperlukan untuk
menyelenggarakan upaya kesehatan.
3. Instalasi farmasi adalah Unit Pengelola Obat atau Unit Pengelola Teknis yang
mengelola obat dan perbekalan kesehatan di Rumah Sakit Permata Hati
4. Buffer Stok adalah obat dan perbekalan kesehatan yang disediakan sebagai stok
penyangga di Gudang Farmasi yang diprioritaskan untuk mengatasi kekosongan
obat di unit pelayanan
5. Sisa Stok adalah jumlah sisa obat yang masih tersedia di unit pengelola obat pada
akhir periode distribusi.
6. Stok Awal Persediaan adalah sisa stok pada akhir bulan sebelumnya pada periode
tertentu.
7. Kekosongan Obat adalah lamanya kekosongan obat dihitung dalam hari.
8. Pemakaian Rata-Rata adalah jumlah pemakaian obat di unit pengelola obat dalam
periode waktu tertentu Misalnya pemakaian rata-rata per minggu
9. Waktu Tunggu adalah waktu yang dihitung mulai dari permintaan obat oleh unit
pengelola obat sampai dengan penerimaan obat.
BAB III

DOKUMENTASI

Dokumentasi pengadaan obat di Rumah Sakit Permata Hati dilakukan untuk


setiap kegiatan. Adapun kegiatan-kegiatan yang membutuhkan dokumentasi adalah
sebagai berikut:
1. Petugas farmasi melakukan pencatatan obat-obat yang stoknya menipis atau
sudah habis di dalam buku defekta.
2. Petugas Farmasi menginput kebutuhan obat dan perbekalan kesehatan dalam
jangka waktu tertentu (Amprahan ke gudang farmasi)
3. Petugas farmasi melakukan pencatatan dan pelaporan obat yang digunakan
setiap bulannya. Untuk obat-obat golongan narkotika dan psikotropika,
dilakukan pencatatan dan pelaporan yang ditujukan kepada Kepala Dinas
Kesehatan Prov. Riau, Kepala Dinas Kesehatan Kab. Bengkalis serta Kepala
Balai POM Pekanbaru.
4. Untuk obat-obat yang mendekati kadaluarsa, dilakukan pengajuan proses retur
kepada pemasok yang dilengkapi dengan salinan faktur obat tersebut.
PENUTUP

Perbekalan Farmasi (Obat dan alat kesehatan) merupakan komponen utama


dalam intervensi mengatasi masalah kesehatan, maka pengadaan obat dalam pelayanan
kesehatan juga merupakan indikator untuk mengukur tercapainya efektifitas dan keadilan
dalam pelayanan kesehatan.
Instalasi Farmasi Rumah Sakit Permata Hati adalah unit pelaksana teknis yang
bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di Rumah Sakit Permata
Hati
Perencanaan dan pengadaan obat dilakukan untuk menetapkan jenis dan jumlah
obat dan perbekalan kesehatan yang tepat sesuai dengan kebutuhan pelayanan kesehatan
pasien.
DAFTAR PUSTAKA

1. Direktorat Pengawasan Distribusi Produk Terapetik Dan PKRT BADAN POM RI,
Pedoman Monitoring Efek Samping Obat (Meso) Bagi Kesehatan, Jakarta, 2012
2. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Direktorat Jenderal, Standar Pelayanan
Farmasi Di Rumah Sakit, 2006
3. Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 58 Tahun 2014 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian Di Rumah
Sakit, Jakarta, 2014

Anda mungkin juga menyukai